pra penuntutan

24
PRAPENUNTUTAN - Menurut andi hamzah Di dalam pasal 1 yang beeisi definisi-definisi istilah yang dipakai oleh KUHAP tidak memuat definisi-definisi istilah yang dipakai oleh KUHAP memuat definisi prapenuntutan, padahal itulah istilah baru ciptaan sendiri , yang jelas tidak dapat di cari pengertiannya pada doktrin . kalau kita telaah pasal 14 KUHAP tentang prapenuntutan , maka kita dapat menarik kesimpulan , bahwa prapenuntutan terletak antara dimulainya penuntutan dalam arti sempit (perkara dikirim ke pengadilan ) dan penyidik yang dilakukan oleh penyidik kalau demikian . menjadi pertanyaan apakah perbedaan antara prapenuntutan terletak antara dimulainya penuntutan dalam arti sempit (perkara dikirim kepengadilan) dan penyidik yang dilakukan oleh penyidik kalau demikian , menjadi pertannyaan , apakah perbedaan antara prapenuntutan dan penyidikan lanjut ? keduanya menempati tempat yang sama banyak orang mempertannyakan apa maksud prapenuntutan ini termasuk seseorang advokat senior , yaitu harjoko tjitrosubomo mengatakan sebagai berikut. Polisi menyerahkan berkas yang mungkin tidak lengkap atau kurang , jika tidak lengkap dikembalikan kepada polisi dengan petunjuk-petunjuk apa yang kurang dan polisi melengkapi lagi ini ketentuan-ketentuan prosedur antara wewenang polisi dan jaksa Istilah penuntutan itu tercantum di dalam pasal 14 KUHAP (tentang wewenang prapenuntutan apabila ada kekurangan pada penyidikan dengan member petunjuk dalam rangka penyempurnaan penyidikan dari penyidik . Jadi yang di maksud dengan istilah prapenuntutan ialah tindakan penuntut umum untuk member petunjuk kepada penyidik untuk mempergunakan penyidikan disebut prapenuntutan . hal seperti ini dalam aturan lama (HIR) , termasuk penyidik lanjutan. Menurut pikiran penulisan, pembuaat undang-undang (DPR) hendak menghindari kesan seakan-akan jaksa atau penuntut umum itu mempunyai wewenang penyidikan lanjutan , sehingga hal itu disebut prapenuntutan.

Upload: meganfoxs

Post on 18-Jan-2016

41 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hukum pidana

TRANSCRIPT

Page 1: pra penuntutan

PRAPENUNTUTAN- Menurut andi hamzah

Di dalam pasal 1 yang beeisi definisi-definisi istilah yang dipakai oleh KUHAP tidak memuat definisi-definisi istilah yang dipakai oleh KUHAP memuat definisi prapenuntutan, padahal itulah istilah baru ciptaan sendiri , yang jelas tidak dapat di cari pengertiannya pada doktrin . kalau kita telaah pasal 14 KUHAP tentang prapenuntutan , maka kita dapat menarik kesimpulan , bahwa prapenuntutan terletak antara dimulainya penuntutan dalam arti sempit (perkara dikirim ke pengadilan ) dan penyidik yang dilakukan oleh penyidik kalau demikian . menjadi pertanyaan apakah perbedaan antara prapenuntutan terletak antara dimulainya penuntutan dalam arti sempit (perkara dikirim kepengadilan) dan penyidik yang dilakukan oleh penyidik kalau demikian , menjadi pertannyaan , apakah perbedaan antara prapenuntutan dan penyidikan lanjut ? keduanya menempati tempat yang sama banyak orang mempertannyakan apa maksud prapenuntutan ini termasuk seseorang advokat senior , yaitu harjoko tjitrosubomo mengatakan sebagai berikut.

Polisi menyerahkan berkas yang mungkin tidak lengkap atau kurang , jika tidak lengkap dikembalikan kepada polisi dengan petunjuk-petunjuk apa yang kurang dan polisi melengkapi lagi ini ketentuan-ketentuan prosedur antara wewenang polisi dan jaksa

Istilah penuntutan itu tercantum di dalam pasal 14 KUHAP (tentang wewenang prapenuntutan apabila ada kekurangan pada penyidikan dengan member petunjuk dalam rangka penyempurnaan penyidikan dari penyidik .

Jadi yang di maksud dengan istilah prapenuntutan ialah tindakan penuntut umum untuk member petunjuk kepada penyidik untuk mempergunakan penyidikan disebut prapenuntutan . hal seperti ini dalam aturan lama (HIR) , termasuk penyidik lanjutan.

Menurut pikiran penulisan, pembuaat undang-undang (DPR) hendak menghindari kesan seakan-akan jaksa atau penuntut umum itu mempunyai wewenang penyidikan lanjutan , sehingga hal itu disebut prapenuntutan.

Kalau KUHAP mengatur tentang wewenang penuntut umum untuk memanggil terdakwa (yang di dampinggi penasihat hukumnya ) untuk mendengarkan pembacaan atau penjelasan tentang surat dakwaan yang dibuat oleh penuntut umum , kemudian penuntut umum mencatat apakah terdakwa telah mengerti dakwaan tersebut dan pasal-pasal undang-undang pidana yang mejadi dasarnya sebelum penuntutan hari siding oleh hakim , barulah hal itu sesungguhnya penting bagi terdakwa dalam rangka mempersiapkan pembelaan.

Pedoman pelaksanaan KUHAP yang dikeluarkan oleh mentri kehakiman menunjuk pasal pasal 14 KUHAP tersebut dengan kaitannya dengan pasal 110 ayat (3) dan (4) serta pasal 138 KUHAP sebagai prapenuntutan , yang menurut pendapat penulis kurang tepat.

(Pasal 110)

Ketentuan pasal 110 ini dapat dibandingkan denagn pasal 138

Kedua pasal tersebut sebenarnya yang dapat disatukan kalau sistematika KUHAP berbentuk lain. Yang timbul dalam praktek ialah apabila penuntut umum setelah meneliti hasil pemeriksaan

Page 2: pra penuntutan

penyidik dipanggil olehnya sudah cukup. Tetapi penyidik tidak tepat mencantumkan pasal undang-undang pidana yang didakwakan ,apakah penuntut umum secara langsung , karena dialah yang bertanggung jawab atas kebijakan penuntut . penuntut umum dominus litis dalam hal penuntut.

Dengan ketentuan di dalam pasal 27 ayat (1) butir d undang-undang kejaksaan , diadakan sedikit perubahan, terhadap ketentuan di dalam KUHAP yang tidak memungkinkan pemeriksaan tambahan oleh jaksa sendiri.

Apakah ini berarti setiap kali penuntut umum melakukan pemeriksaan tambahan , memberitahukan penyidik ?

Tidak boleh dilakukan terhadap terdakwa . bagaimana jika hasil pemeriksaan terhadap saksi itu harus di cek atau disilang terhadap terdakwa ? apa pemeriksaan terhadap terdakwa sebagai kelanjutan pemeriksaan tambahan saksi itu harus dimintai kepada penyidik ? bagimana pengaturannya?

B. penuntutan

Pada pasal 1 butir 7 KUHAP tercantum definisi penuntut sebagai berikut “ penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara pidana ke pengadilan negeri yang berwewenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-undang ini dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di siding pengadilan.”

Definisi wirjono Prodjodikoro , perbedaannya ialah dalam definisinya

Menurut seorang terdakwa di muka persidangan adalah menyerahkan seseorang terdakwa dengan berkas perkaranya kepada hakim, dengan permohonan, supaya hakim memeriksa dan kemudian memutuskan perkara pidana itu terhadap terdakwa .”

Pasal 137 KUHAP menentukan bahwa penuntut umum berwewenang melakukan penuntutan terhadap siapa pun yang didakwa melakukan suatu delik dalam daerah hukumnya dengan melimpahkan perkara ke pengadilan yang mengadili.

Contoh dalam perakteknya ialah apakah jaksa pada suatu kejaksaan tinggi berwenang menuntut siapapun dalam daerah hokum kejaksaan tinggi itu? Dan sebagai kosekuensinya apakah juga seorang jaksa di kejaksaan agung berwewenang menuntut siapa pun di seluruh Indonesia ? KUHAP tidak menjawab masalah ini dan penjelasan pasal 137 itu mengatakan cukup jelas

Mengenai kebijakan penuntut, penuntut umumlah yang menentukan suatu perkara hasil penyidikan apakah sudah lengkap ataukah tidak untuk dilimpahkan ke pengadilan negri untuk diadili. Hal ini di atur dalam pasal 139 KUHAP.

Selanjutnya bahwa turut ketetapan tersebut wajib disampaikan kepada tersangka atau keluarga atau penasihat hukumnya, pejabat rumah tahanan Negara, penyidik dan hakim (pasal 140 ayat(2) butir c KUHAP). Ini biasa disebut surat perintah penghentikan penuntut.

Mengenai wewenang penuntut umum untuk menuntut perkara demi hokum seperti tersebut pada pasal 140 ayat (2) butir a pedoman pelaksanaan KUHAP memberikan penjelasan bahwa : perkara ditutup demi hokum “ diartikan sesuai dengan buku I KUHAP Bab VIII tentang

Page 3: pra penuntutan

hapusnya hak menuntut tersebut dalam pasal 76,77,dan 78 KUHP,” (non bis in dem , terdakwa meninggal , dan lewat waktu) hal yang perlu di perhatikan ialah ketentuan bahwa jika kemudian ternyata ada alas an baru untuk menuntut perkara yang telah dikesampingkan karena kurang bukti-bukti , maka penuntut umum dapat menuntut tersangka (pasal 140 ayat (2) butir d KUHAP).

Dan ketentuan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa ketetapan penuntut umum untuk menyampaikan suatu perkara (yang tidak didasarkan kepada asas oportunitas) tidak berlaku asas non bis in idem

Menurut pedoman pelaksanaan KUHAP tersebut ,yang melawan hokum penyidikan dalam hal ini dikemukakan alas an baru tersebut ialah penyidik “

Selanjutnya ditentukan dalam pasal 141 bahwa penuntut umum dapat melakukan penggabungan perkara dengan suatu surat dakwaan tetapi kemungkinan penggabungan itu dibatasi dengan syarat-syarat oleh pasal tersebut. Syarat-syarat itu adalah sebagai berikut.

1. Beberapa tindak pidana yang dilakukan oleh seorang yang sama dan kepentingan pemeriksaan tidak menjadi halangan terhadap penggabungannya.

2. Beberapa tindak pidan yang bersangkutan satu dengan yang lain.3. Beberapa tindak pidana yang tidak bersangkut-paut satu dengan yang lain. Akan tetapi

suatu dengan yang lain itu ada hubungannya.

Yang dalam hal ini penggabungan tersebut perlu bagi kepentingan pemeriksaan

Apa yang dimaksud dengan kata “penggabungan tersebut perlu bagi kepentingan pemeriksaan “ tidak disebut, dan penjelasan tersebut mengatakan cukup jelas. Yang dijelaskan ialah kata bersangkut-paut :

1. Noleh lebih dari seorang yang bekerja sama dan dilakukan pada saat yang bersamaan ;2. Oleh dari lebih dari seorang pada saat dan tempat yang berbeda , akan tetapi merupakan

pelaksanaan dari permufakatan jahat yang dibuat oleh mereka sebelumnya ;3. Oleh seorang atau lebih dengan maksud mendapat alat yang akan dipergunakan untuk

melakukan untuk melakukan delik atau menghindarkan diri dari pemindahan karena delik lain.

Kebalikan dari penggabungan perkara ,penuntut umum dapat memecahkan perkara menjadi lebih daripada suatu.hal itu diatur dalam memecahkan perkara menjadi lebih dari pada satu. Hal itu diatur dalam pasal 142 KUHAP . penjelasan pasal 142 mengatakan cukup jelas. Tetapi pedoman pelaksanaan KUHAP member penjelasan bahwa biasanya “splitsing” dilakukan dengan membuat berkas perkara baru dimana perkara tersangka saling menjadi saksi, sehingga untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan baru , baik terhadap tersangka maupun saksi dilanjutkan oleh pedoman pelaksana KUHAP.

Pasal 142 mengatakan cukup jelas

Tetapi pedoman pelaksanaan KUHAP memberikan penjelasan bahwa biasanya “splitsing” dilakukan dengan membuat berkas perkara baru di mana para tersangka saling menjadi saksi, sehingga untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan baru, baik terhadap tersangka maupun saksi

Page 4: pra penuntutan

Dilanjutkan oleh pedoman pelaksanaan KUHAP sebagai berikut

“ mungkin akan menimbulkan permasalahan dalam peraktek ialah sehubungan dengan masalah apakah umum berwenang membuat berkas perkara baru sehubungan dengan “splitsing” itu ?

Dalam hubungan ini, maka penyidiklah yang melaksanakan “splitsing” atas petunjuk penuntut umum.

Adapun yang dijadikan dasar pemeriksaannya ialah: bahwa masalah “splitsing” ini adalah masih dalam tahap persiapan tindakan penuntutan dan belum sampai pada tahap penyidangan perkara di pengadilan.”

Menurut pendapat penulis yang ditulis oleh pembuat pedoman pelaksana KUHAP tersebut tidak seluruhnya tepat . tidak selalu perkara yang dipecah “splitsing” harus diperiksa kembali. Mungkin kalau tidak ada saksi. Sedangkan ada beberapa orang tersangka hal demikian benar. Artinya tersangka berganti menjadi saksi. Tetapi hal demikian sesungguhnya dapat menimbulkan kemungkinan orang diperiksa melakukan sumpah palsu, karena secara logis para saksi akan berbohong , tidak akan memberatkan tersangka (terdakwa karena pada gilirannya ia sendiri juga akan menjadi tersangka (terdakwa).

Menurut pendapat penulis . tidak seluruhnya tepat yang ditulis oleh pembuat pedomana pelaksanakan KUHAP itu karena tidak selalu dalam memecah perkara perlu pemeriksaan baru. Kalau ada beberapa tersangka (terdakwa) dan juga ada beberapa orang saksi. Maka dalam memecah tersebut hanya perlu membuat duplik saja.

Hal lain yang termasuk bidang penuntutan ialah pembuatan surat dakwaan dan requsitoir (tuntutan) yang dalam tulisan diuraikan dalam bab tersendiri

Bergantian menjadi saksi itu bukanlah saksi mahkota (kroongeiuige) saksi mahkota berarti salah seorang terdakwa (biasanya yang paling ringan kesalahannya ) dijadikan (dilantik) menjadi saksi .jadi diberikan mahkota. Yang tidak akan dijadikan terdakwa lai hal ini dibolehkan berdasarkan adagium bahwa jaksa adalah dominus litis dalam penuntutan terdawa.

- Menurut M Karjadi, R. Soesilo

Penuntu umum adalah jaksa . yang di beri wewenang oleh undang-undang ini untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penuntutan hakim.

Penjelasan:

Pasal 13 cukup jelas

Komentar:

Dengan singkat penyelesaian perkara pidana itu dapat dikatakan meliputi :

1. penyelidikan dan penyidikan oleh kepolisian Negara :

2. Penuntut dan pelaksana putusan hakim oleh kejaksaan negeri

3. peradilan perkara oleh hakim.

Page 5: pra penuntutan

Penuntut umum mempunyai wewenang:

a. menerima dan menerima berkas perkara penyidikan dari penyidik atau penyidik pembantu.

b. mengadakan prapenuntutan apabila ada kekurangan pada penyidik dengn memperhatikan ketentuan pasal 110 ayat (3) dan (4), dengan member petunjuk dalam rangka penyempurnaan penyidi;

d. membantu surat dakwaan

e. melimpahkan perkara kepengadilan;

f. menyampaikan pemberitahuan kepada terdakwa tentang ketentuan waktu hari perkara disidangkan yang disertai surat pengadilan , baik kepada terdakwa maupun kepada saksi untuk dating pada sidang yang telah ditentukan

g. melakukan penuntutan

h. menutup perkara demi kepentingan hukum mengadakan tindakan lain dalam limngkungan tugas dan tanggung jawabnya sebagai penuntut umum menurai ketentuan undang-undang ini

i. melaksanakan penetapan hakim

badan penuntut umum adalah alat pemeriksa yang bertugas melakukan penuntutam dalam menjalankan tugas penuntutan ini dianutdua azaz yakni:

1. asas oportunitas ,

2. Asas legalitas

Asas oportunitas adalah asas yangmemberikan wewenang penuntut umum untuk tidak melakukan dakwaan terhadap seseorang yang melanggar peraturan hukum pidana dengan jalan mengkesampingkan perkara yang sudah terang terbuktinya dan tujuan untuk kepentingan negara dan atau umum

Asas legalitas adalah asas yang mewajibkan penuntut umum melakukan dakwaan terhadap seseorang yang melanggar peraturan Hukum pidana. Asas ini merupakan penjelmaan dan asas equality before the law.

Page 6: pra penuntutan

SURAT DAKWAAN

A. PENGERTIAN SURAT DAKWAAN

Menurut andi hamzah

Kalau dalam tuntutan perdata disebut surat gugatan , maka dalam perkara pidana disebut surat dakwaan , keduanya mempunyai persamaan, karena dengan itulah hakim melakukan pemeriksaan dan hanya dalam batas-batas dalam surat gugatan/dakwaan itulah hakim akan memutuskan . di samping itu, ada perbedaan asasi , yaitu kalau surat gugatan disusun oleh pihak yang dirugikan , maka dalam pembuatan korban (kecuali dalamdelik aduan)

Dakwaan merupakan dasar penting hukum acara pidana karena berdasarkan hal yang dimuat dalam surat itu , hakim akan memeriksa perkara itu. Pemeriksaan di dasarkan pada surat dakwaan dan menurut Nederbung , pemeriksaan tidak batal jika batas-bats dilampaui, namun putusan hakim hanya boleh mengenai peristiwa-peristiwa yang terletak pada dalam batas itu”

Pasal 143 ayat (2) KUHAP menemukan syarat-syarat surat dakwaan itu sebagai berikut surat dakwaan yang di dakwakan yang diberi tanggal dan ditandatangani serta berisi:

Page 7: pra penuntutan

a. Nama lengkap, tempat lahir umur atau tanggal lahir, jenis kelamin .kebangsaan , tempat tinggal , agama , dan pekerjaan tersangka

b. Uraian secara cermat, jelas ,dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan menyebutkan waktu dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan.

Dengan demikian, terdakwa hanya dapat dipidan jika terbukti telah melakukan delik yang disebut dalam dakwaan ,jika terdakwa terbukti melakukan delik yang disebut dalam dakwaan. jika terdakwa terbukti melakukan delik tetapi tidak disebut dalam dakwaan, maka ia tidak dapat dipidana.

Di dalam KUHAP pasal 143 disebut syarat-syarat seperti tersebut di atas. Syarat yang mutlak ialah dicantumkannya waktu dan tempat terjadinya delik dan delik yang didakwakan

Dalam KUHAP , ketentuan tentang perlunya dicantumkan hal-hal dan keadaan-keadaan yang meringankan dan memberatkan tidak ada menurut penfsiran penulisan , hal itu dimaksudakan agar dakwaan itu tidak merupakan suatu yang pelik dan inteltualistik .yang diinginkan ialah dakwaan yang memakai bahasa sederhana dan mudah di mengerti terutama bagi terdakwa guna mempersiapkan pembelaannya.

Dalam praktek secara terpisah dari redaksi dakwaan (di bagiaan bawah), biasa di sebut pasal-pasal undang-undang pidana yang dilarang.tetapi menurut bonn, hal itu tidak perlu dicantumkan menurut pendapat penulis, formulir yang dibuat oleh bidang oprasi kejaksaan Agung dimana di cantumkan pasal-pasal yang di langgar di dalam rumusan dakwaan (bagiaan akhir ). Adalah tidak tepat.

KUHAP tidak mengatur bahwa penuntut umum harus memanggil terdakwa dan membacakan dakwaan sebelum siding. Di dalam pasal 143 ayat (4)

Dengan demikian, penuntut umum tidak pernah bertemu terdaka sampai di siding pengadilan .penuntut umum tidak sempat menjelaskan isi dakwaan.

B. HAL-HAL YANG DI RUGIKAN DALAM DAKWAAN

Dalam KUHAP pasal 143 hanya disebutkan hal yang harus di muat dalam surat dakwaan ialah uraian secara cermat, jelas, dan lengkap mengenai delik yang didakwakan dengan menyebut waktu dan tempat delik itu dilakukan.

Dalam peraturan lama yaitu HIR pun demikian caranya, cara penguraian diserahkan kepada yurisprudensi dan doktrin itu. Menurut jonkers, yang harus dimuat ialah seain dari perbuaatan yang sungguh dilakukan yang bertentangan dengan hokum pidana juga harus memuat unsure-unsur yuridis kejahatan yang bersangkutan.

Ini berartiharus dibuat sedemikian rupa, sehingga perbuatan yang sungguh-sungguh dilakukan dan bagaimana dilakukan bertautan dengan perumusan delik dalam undang-undang pidana tercantum larangan atas perbuatan itu. Pekerjaan ini tidaklah mudah ,sehingga KUHAP telah memperingatkan supaya disusun dengan cermat dan jelas.

Page 8: pra penuntutan

Perumusan dakwaan di rumuskan berdasarkan pada hasil pemeriksaan pendahuluan dimana dapat diketemukan baik berupaya keterangan terdakwa maupun keterangan saksi dan alat bukti yang lain termasuk keterangan ahli misalnya visum et repertum. Di situlah dapat perbuatan sungguh-sungguh dilakukan (perbuatan materiil) dan bagimana dilakukannya.

Pemeriksaan yang dilakukan oleh polisi dengan mencantumkan pasal undang-undang pidana yang menjadi dasarnya ,tidak mengikat penuntut umum untuk mengikutinya penuntut umum dapat mengubah pasal undang-undang yang di sebut oleh polisi itu untuk menyesuaikan dakwaan dengan fakta-fakte dan data dan menyesuaikan dakwaan berdasarkan perumusan delik tersebut.

Kecenderungan penyederhanaan surat dakwaan itu, sesuai dengan European convention on human rights and fundamental freedoms, yang menentukan antara lain:

“everyone charged with a criminal offence has the following minimum rights :

a. To be informed promply, in a language which he understands and in detail . of the nature and cause of the accusation against him:

b. To have adequate time and facilities for the preparation of his defence.

Setiap orang yang dituntut melakukan delik mempunyai hak minimum sebagai berikut:

a. Diberitahukan segera,dalam bahasa yang ia mengerti dan ter perinci tentang dasar dan alas an penuntutan terhadapanya;

b. Untuk mendapatkan waktu dan fasilitas yang cukup untuk mempersiapkan pembelaannya)

Cara tradisional untuk membuat surat dakwaan sesuai dengan pasal 250 HIR dahulu pada kenyataannya tidak perlu dipenuhi.keterangan singkat tentang perbuatan yang didakwakan kadang-kadang lebih jelas dan pada hakikatnya lebih membantu untuk menjamin kepentingan pembela.

Jiwa ketentuan pasal 15 UUPTPK (atau sependan dengan pasal 48 Wet op de economische delicten di negeri belanda ) dapat menjamin sepenuhnya hak pembelaan terdakwa.

Yurisprudensi pun telah cenderung untuk memandang suatu soal yang kecil-kecil jangan sampai dijadikan masalah sehingga tunjuan hokum acara pidang mencari kebenaran materiil tidak tercapai. Tavernea menulis yang berikut ini.pada umumnya pradilan telah mengajarkan bahwa jika yang menjadi soal ialah hal-hal yang kurang teliti atau yang tidak perlu yang oleh penyusun tuduhan dicantumkan didalamnya asas secara konsekuen. Tidak boleh berpengaruh dengan tidak patut atas kesudahan suatu perkara pidana.

Suatu dakwaan jelas atau tidak jelas (tidak kualitatif) adalah relatif dan hendaknya ukurannya didasarkannya kepada keadaan kongkret, yaitu keadaan itu menunjukan terdakwa dirugikan atau tidak. Jika terdakwa telah mengethui apa sebab ia didakwa.maka halnya sudah memadai.

Meskipun terdakwa telah mengerti apa sebabnya ia di dakwa, bentuk-bentuk dakwaan harus memenuhi syarat dan tidak dikaitkan dengan kepentingan terdakwa.

Page 9: pra penuntutan

Kata-kata yang seharusnya dipakai dalam surat dakwaan sebaiknya kata-kata sehari-hari yang mudah di mengerti, tetapi bertautan dan berseanyaman dengan istilah-istilah yuridis yang ada dalam undang-undang pidana yang diterapkan itu.

Disamping itu menurut penulis, perumusan dakwaan tidak perlu mengikuti urutan unsure-unsur (bestanddelen ) delik yang di dakwakan. Misalnya, unsur-unsur (bestanddelen) delik korupsi pasal 1 ayat (1) sub a UUPTPK urutannya adalah

1. Melawan hokum 2. Memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu badan 3. Yang secara langsung atau tidak langsung merugikan keuangan Negara dan

perekonomian Negara, atau di ketahui atau patut disangka olehnya bahwa perbuatan perbuatan tersebut merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara.

Untuk menyusun dakwaan tidak perlu di muat dengan melawan hokum. Dalam hokum pidana sering delik itu dibagi dua yaitu pertama perbuatan dan yang kedua pertanggung jawaban.

Pada perumusan delik di atas perbuatan adalah memperkaya diri seterusnya dan akibatnya ialah kerugian keuangan Negara dan seterusnya,

Bermacam-macam ketentuan dalam undang-undang yang menghilangkan dapat nya dipidana pembuat yang merupakan jawaban atas perumusan delik tertentu dalam undang-undang. Hal itu disebut dalam praktek faits d’ excuse

Alas an peniadaan pidana itu dapat dibedakan atas berikut ini

a. Yang umum , pada dasarnya berlaku semua delik b. Yang khusus hanya di tetapkan pada delik tertentu

Yang umum dapat di temukan pada pasal-pasal 44,49 KUHP.

Sesudah jelas di uraikan di sini apa yang seharusnya dimuat dalam surat dakwaan dan apa yang tidak perlu . kesimpulan yang dapat di tarik ialah dakwaan yang sederhana. Singkat, dan tegas sudah merupakan tuntutan zaman dan selaras pula dengan undang-undang (KUHAP).

C. PERBUATAN SURAT DAKWAAN

dakwaan hanya dapat dilakukan sebelum pemeriksaan di siding pengadilan dimulai.

Surat dakwaan dapat diubah dalik atas inisiatif penuntut umum sendiri maupun merupakan saran hakim. Tetapi perbuatan itu harus berdasarkan syarat yang ditentukan KUHAP.

Perbuatan surat dakwaan hanya dapat dilakukan sebelum pemeriksaan di persidangan pengadilan di mulai .Dalam hal ini KUHAP mengatur tentang kemungkinan perubahan itu secara sedarah pula. Hanya satu pasal saja yang mengatur tentang perubahan surat dakwaan pasal 144 yang terdiri atas 3 ayat. Di situ hanya diatur tentang jangka waktu yang diperbolehkan untuk mengubah surat dakwaan sama sekali tidak disebut-sebut tentang apa yang boleh di ubah dan apa yang tidak. Di sini terjadi kesenjangan.

Page 10: pra penuntutan

Dalam penjelasan pasal 144 KUHAP tersebut dilakukan bahwa cukup jelas. Menurut pasal 282 ayat (2) HIR dahulu, batas-batas perubahan itu ditentukan dengna tegas sebagai berikut.

Jika di luar hal yang tersebut pada ayat di atas ini ketua menimbang bahwa tunduhan patut diubah, maka ia berkuasa untuk mengubah tuduhan itu, meskipun karena perbuatan itu perbuatan yang disalahkan tidak patut dipidana menjadi perbuatan yang disalahkan tiadak patut di pidana menjadi perbuatan yang dapat dipdana :akan tetapi jika perbuatan itu menjadikan tuduhan tiada lagi mengandung mengandung perbuatan itu juga, menurut arti pasal 76 kitab undng-undang hokum pidana, tidaklah boleh dilakukan.

Karena tiadanya batasan-batasan yang ditentukan dalam pasal 144 KUHAP tentang perubahan surat dakwaan. Maka timbul pertanyaan sampai berupa jauh penuntut umum dapat mengubah surat dakwaan itu. Menurut peraturan lama(HIR , yurisprudensi , dan pendapat ahli hokum terkenal atau doktrin ), dapat diterima perubahan itu yang meliputi berikut ini .

1. Kesalahan mencantumkan waktu dan tempat terjadinya delik dalam surat dakwaan 2. Perbaikan kata-kata atau redaksi dengan perumusan delik dalam undang-undang pidana.3. Perbuatan dakwaan yang tunggal menjadi dakwaan alternative asal mengenai perbuatan

yang sama.

Menurut pendapat penulis , karena KUHAP tidak mengatur tentang hal ini dan yurisprudens serta doktrin telah menerimanya, maka perbuatan seperti tersebut dapat saja dilakukan dan tidak bertentangab dengan jiwa KUHAP.

D. BENTUK-BENTUK DAKWAAN DALAM HUKUM ACARA PIDANA

Dakwaan dapat disusun secara tunggal, kumulatif , alternative, ataupun subsidair , seorang atau lebih terdakwa mungkin melakukan satu macam perbuatan saja , misalnya pencurian biasa ex pasal 362 KUHP . dalam hal seperti itu, dakwaan disusun secara tunggal , yaitu pencurian biasa itu,

Sering pula seseorang atau lebih terdakwa melakukan lebih dari satu pebuaatan pencurian delik.

Apabila suatu dakwaan secara kumulatif, maka tiap perbuatan (delik) itu harus dibuktikan sendiri-sendiri pula ,walaupun pidananya disesuaikan dengan peraturan tentang delik gabungan (sampenloop) dalam pasal 63 sampai dengan pasal 71 KUHP. Untuk itu perlu diperhatiakan peraturan gabungan tersebut beserta teori-teorinya dalam menyusun dakwaan.

Sedangkan dakwaan kumulatif dibuat dalam dua hal menurut Van Bammelen , yaitu sebagai berikut.

1. Jika penuntut umum tidak mengetahui perbuatan mana apakah yang satu ataukah yang lain akan terbukti nanti dipersidangan suatu perbuatan apakah merupakan pencurian ataukah penadahan.

2. Jika penuntut umum ragu. Peraturan hokum pidana yang mana yang akan diterapkan oleh hakim atas perbuatan yang yang menurut pertimbangannya telah nyata tersebut.

Page 11: pra penuntutan

Dalam hal dakwaan alternative yang sesungguhnya , maka menurut van bemmelen, masing-masing dakwaan tersebut saling mengecualikan satu sama lain. Hakim dapat mengadakan pilihan dakwaan mana yang telah terbukti dan bebas untuk menyatakan bahwa dakwaan kedua yang telah terbukti tanpa memutuskan terlebih dahulu tentang dakwaan pertama.

Lain halnya dengan dakwaan subsidair yang sesungguhnya katanya, karena dalam hal ini pembuat dakwaan bermaksud agar hakim memeriksa terlebih dahulu dakwaan primair dan jika ini tidak terbukti, barulah diperiksa dakwaan subsidair .

Jadi, jelas bahwa Van Bemmelen membedakan dakwaan alternative dan subsidair secara teoritis . dalam praktek , sering dakwaan yang subsidair tersebut disebut juga dakwaan alternatife , karena umumnya dakwaan disusun oleh penuntut umum menurut bentuk subsidair. Jarang sekali di buat dakwaan yang alternatife sesungguhnya , yaitu dalam satu kalimat dakwaan tercantum dua atau lebih perbuatan yang didakwakan yang saling mengecualikan , misalnya dakwaan yang berbunyi : bahwa perbuaatan itu dilakukan oleh terdakwa dengan direncanakan terlebih dahulu atau tidak direncanakan terlebih dahulu ,disini nyata dakwaan ini bersifat alternative yang sesungguhnya (tidak ada primair dan subsidair). Disini hakim dapat melihat perbuaatan yang mana( yang direncanakan atau yang tidak) yang telah terbukti.

Yang pertama melanggar pasal 304 KUHP dan yang kedua 338 KUHP misalnya. Dakwaan semacam ini jarang sekali diuat oleh penuntut umum, karena menurut praktek penulisan, sangat sukar menyusun redaksi dakwaan yang demikian. Lagi pula sudah menjadi sangat popular menyusun dakwaan yang berlapis primair- subsidair yang relative lebih mudah itu

Kesimpulan yang dapt di tarik dari pembuatan surat dakwaan ialah sebagai berikut :

1. Penyederhanaan surat dakwaan ketentuan dalam hokum acara pidana modern selaras dengan ketentuan dalam pasal 143 dan 144 KUHAP.

2. Hakim hendaknya jangan terllampau cepat mempertimbangkan pembatalan surat dakwaan, kecuali kalau benar-benar waktu dan tempat serta penyebutan delik yang dilakukan tidak disebut. Jika ternyata dakwaan itu tidak mengandung suatu delik , maka sebenarnya bukan pembatalan surat dakwaan, tetapi putusan lepas dari tuntutan hokum (onstslag van rechtsvervolging) bandingkan pendapat ini dengn minkenhof

3. Hakim harus member waktu kepada penuntut umum untuk mengubah surat dakwaannya sebelum hakim menetapkan hari siding

4. Semestinya dalam peraturan pemerintah yang menjadi peraturan pelaksana KUHAP, dicantumkan tentang pembacaan surat dakwaan oleh penuntut umum kepada sebelum siding dimulai

5. Jika penuntut umum memuat perbuatan-perbuatan yang berlebihan dari pada unsr-unsur (bestanddelen ) delik yang didakwakan dan kemudian ternyata bahwa yang berlebih itu tidak terbukti , hakim tidak perlu membebaskan terdakwa , asal saja bagian yang sisa sesuai dengan unsure delik yang didakwakan telah terbukti.

Page 12: pra penuntutan

Praperadilan:- M. Yahya harahap, s.h.

Praperadilan merupakan hal baru dalam dunia peradilan Indonesia. Praperadilan merupakan salah satu lembaga baru yang diperkenalkan KUHAP di tengah-tengah kehidupan penegakan hukum . praperadilan dalam KUHAP ,

Ditinjau dari segi struktur dan susunan peradilan , peraperadilan bukan lembaga pengadilan yang berdiri sendiri. Bukan pula sebagai instansi tingkat peradilan yang mempunyai wewenang member putusan akhir atas suatu kasus peristiwa pidana praperadilan hanya suatu lembaga baru putusan akhir atas suatu kasus peristiwa pidana. Praperadilan hanya suatu lembaga baru yang cirri dan eksistensinya:

Page 13: pra penuntutan

- Berada dan merupakan kesatuan yang melekat pada pengadilan Negeri ,dan sebagai lembaga pengadilan ,hanya dijumpai pada tingkat pengadilan negeri sebagai satu tugas yang tidak terpisah dari pengadilan negeri,

- Dengan demikian praperadilan bukan berada diluatr atau di samping maupun sejajara dengan pengadilan negrei ,tapi hanya merupakan devisi dari pengadilan negrei.

- Administratif yustisial ,personil, peralatan ,dan financial bersatu dengan pengadilan negri itu sendiri.

Dari gambaran di atas, eksistensi dan kehadiran praperadilan, bukan merupakan lembaga peradilan tersendiri. Tetapi hanya merupakan pemberian wewenang dan fungsi baru yang dilimpahkan KUHAP kepada setiap pengadilan negeri sebagai wewenang dan fungsi tambahan pengadilan negeri yang telah ada selama ini . kalau selam ini wewenang fungsi pengadilan negeri mengadili dan memutus perkara pidana.

A. Tujuan praperadilan

Praperadilan merupakan barang baru dalam kehidupan penegakan hukum di Indonesia. Setiap hal yang baru dicapai. Tidak ada sesuatu yang diciptakan tanpa didorong oleh maksud dan tujuan.

Seperti yang sudah diketahui , demi untuk terlaksananya kepentingan pemeriksaan tinda pidana, undang-undang member kewenangan kepada penyidik dan penuntut umum terhadap tersangka, pada hakikatnya merupakan perlakuan yang bersifat:

- Tindakan paksa yang dibenarkan undang-undang demi kepemeriksaan tindak pidan yang disangka kepada tersangka

- Sebagai tindkan paksa yang dibenarkan hukum dan undang-undang ,setiap tindakan pengaruh dan pembatasan kemerdekaan dan hak asasi tersangka .

Wewenang praperadilan

1. memeriksa dan memutus sah atau tidaknya upaya paksa

Inilah wewenang pertama yang diberikan undang-undang kepada pradilan. Memeriksa dan memutus sah atau tidaknya

Penangkaan Penahanan

2. Memeriksa sah atau tidaknya penghentiaan penyidikan atau penghentiaan penuntutan

3. berwenang memeriksa tuntutan ganti rugi

Page 14: pra penuntutan

Pasal 95 mengatur tentang tuntutan ganti kerugian yang diajukan tersangka , keluarganya atau penasihat hukumnya kepada praperadilan . tuntutan ganti kerugian diajukan tersangka berdasarkan alasan:

Karena penegakan atau penahanan yang tidak sah Atau oleh karena penggeledahan atau penyitaan yang bertentangan dengan ketentuan

hukum dan undang-undang Karena kekeliruan mengenai orang yang sebenarnya mesti ditangkap,ditahan atau

diperiksa.

4. memeriksa permintaan rehabilitasi

5. praperadilan terhadap tindakan penyitaan

- Praperadilan menurut Andi Hamzah

di eropa dikenal lembaga semacam ini tetapi fungsinya memang benar benar melakukan pemeriksaan pendahuluan,jadi fungsi hakim komisaris (rechter commisaris) di Negara belanda dan judge d’ instruction di perancis benar benar dapat disebut praperadilan karena selain menentukkan sah tidaknya penangkapan,penahanan,penyitaan juga melakukan pemeriksaan pendahuluan pada akses perkara Negara

menurut KUHAP Indonesia pra peradilan tidak mempunyai wewenang seluas ini sesuai hakim komisaris yang di eropa.hakim komisaris selain misalnya berwenang untuk menilai sah atau tidaknya suatu penangkapan atau penahanan seperti peradilan,juga sah atau tidaknya suatu penyitaan yang dilakukan oleh jaksa.

Selain itu kalau hakim komisaris di Negara Belanda melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas jaksa,kemudian jaksa melakukan hal yang sama terhadap pelaksanaan tugas polisi maka pra peradilan Indonesia melakukan pengawasan terhadap kedua instansi tersebut.

Tugas pra peradilan di Indonesia terbatas.dalam pasal 78 yang berhubungan dengan pasal 77 KUHAP dikatakan bahwa yang melaksanakan wewenang pengadilan negeri memeriksa dan memutus tentang berikut

a. sah tidaknya penangkapan ,penahanan.penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan

b. ganti kerugian /rehabilitasi bagi seorang yang perkara pidananya dihentikan pada tingkat penyidikan atau penuntutan adalah pra peradilan.pra peradilan dipimpin oleh hakim tungggal yang ditunjuk oleh ketua pengadilan negeri dan dibantu oleh seorang panitera

dalam pasal 79,80,81 diperinci tugas pra peradilan itu yang meliputi 3 pokok yaitu sebagai berikut:

a. permintaan pemeriksaan tentang sah atau tidaknya sesuatu penangkapan atau penahanan yang diajukan oleh tersangka,keluarga atau kuasanya kepada ketua pengadilan negeri dengan menyebut alasannya

Page 15: pra penuntutan

b.permintaan untuk memeriksa sah atau tidaknya suatu penghentian penyidikan.atau penuntutan dapat diajukan oleh penyidik atau penuntut umum,pihak ketiga yang berkepentingan kepada pengadilan negeri dengan menyebut alasannya.

C.permintaan ganti kerugian / rehabilitasi akibat tidak sahnya penangkapan atau penahanan atau akibat sahnya penghentian penyidik atau penuntut diajukan oleh tersangka atau pihak ke tiga yang berkepentingan kepada ketua pengadilan negeri dengan menyebutkan alasannya.

b.acara pra peradilan

acara pra peradilan untuk ketiga hal yaitu,pemeriksaan sah tidaknya suatu pengankapan atau penahanan (pasal 79 KUHAP) pemeriksaaan sah tidaknya suatu penghentian penyidikan atau penuntutan (pasal 80 KUHAP) pemeriksaan tentang permintaan ganti kerugian dan atau rehabilitasi akibat tidak sahnya penangkapan atau penahanan atau akibat sahnya penhentiab penyidikan ( pasal 81 KUHAP) ditentukan pada hal berikut :

1.dalam waktu 7 hari setelah diterimanya perintah,hakim yang ditunjuk menetapkan hari sidang

2.dalam memeriksa dan memutus tentang sah atau tidaknya penangkapan atau penahanan,sah atau tidaknya penghentian penyidikan/penuntutan ,permintaan ganti kerugian/ rehabilitasi akibat tidak sahnya penangkapan atau penahanan,akibat sahnya penghentian penyidik atau penuntutan dan ada benda yang disita yang tidak termasuk alat bukti

3.pemeriksaan tersebut dilakukan secara cepat dan selambat lambat nya 7 hari hakim harus sudah menjatuhkan putusannya

4.dalam hal suatu perkara sudah mulai diperiksa oleh pengadilan negeri,sedangkan pemeriksaan mengenai permintaan kepada pra peradilan belum selesai maka permintaan tersebut gugur

5.putusan pra peradilan pada tingkat penyidikan tidak menutup kemungkinan untuk mengadakan pemeriksaan pra peradilan lagi pada tingat pemeriksaan oleh penuntut umum,jika untuk itu diajukan permintaan baru (semua yang disebut pada butir 1 -5 ini diatur dalam pasal 82 ayat (1) KUHAP)

6 putusan hakim dalam acara pemeriksaan pegadilan dalam ketiga hal tersebut dimuka harus memuat dengan jelas dsar dan alasannya (pasal 8 ayat (2)KUHAP)

7.selain itu daripada yang tersebut pada butir 6 pula

Kesimpulan:

Menurut Menurut andi hamzah

maka kita dapat menarik kesimpulan , bahwa prapenuntutan terletak antara dimulainya penuntutan dalam arti sempit (perkara dikirim ke pengadilan ) dan penyidik yang dilakukan oleh penyidik kalau demikian

Pada pasal 1 butir 7 KUHAP tercantum definisi penuntut sebagai berikut “ penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara pidana ke pengadilan negeri yang

Page 16: pra penuntutan

berwewenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-undang ini dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di siding pengadilan

Sedangkan Menurut M Karjadi, R. Soesilo

Penuntu umum adalah jaksa . yang di beri wewenang oleh undang-undang ini untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penuntutan hakim.

badan penuntut umum adalah alat pemeriksa yang bertugas melakukan penuntutam dalam menjalankan tugas penuntutan ini dianutdua azaz yakni:

1. asas oportunitas ,

2. Asas legalitas

Asas oportunitas adalah asas yangmemberikan wewenang penuntut umum untuk tidak melakukan dakwaan terhadap seseorang yang melanggar peraturan hukum pidana dengan jalan mengkesampingkan perkara yang sudah terang terbuktinya dan tujuan untuk kepentingan negara dan atau umum

Asas legalitas adalah asas yang mewajibkan penuntut umum melakukan dakwaan terhadap seseorang yang melanggar peraturan Hukum pidana. Asas ini merupakan penjelmaan dan asas equality before the law.

Pada surat dakwaan menurut andi hamzah

Dakwaan merupakan dasar penting hukum acara pidana karena berdasarkan hal yang dimuat dalam surat itu , hakim akan memeriksa perkara itu. Pemeriksaan di dasarkan pada surat dakwaan dan menurut Nederbung , pemeriksaan tidak batal jika batas-bats dilampaui, namun putusan hakim hanya boleh mengenai peristiwa-peristiwa yang terletak pada dalam batas itu”

Dan menurut M. Yahya harahap, s.h.

Dakwaan merupakan dasar penting hukum acara pidana karena berdasarkan hal yang dimuat dalam surat itu , hakim akan memeriksa perkara itu

Praperadilan Menurut M. Yahya harahap, s.h.

struktur dan susunan peradilan , peraperadilan bukan lembaga pengadilan yang berdiri sendiri. Bukan pula sebagai instansi tingkat peradilan yang mempunyai wewenang member putusan akhir atas suatu kasus peristiwa pidana praperadilan hanya suatu lembaga baru putusan akhir atas suatu kasus peristiwa pidana. Praperadilan hanya suatu lembaga baru yang ciri dan eksistensinya:

- Berada dan merupakan kesatuan yang melekat pada pengadilan Negeri ,dan sebagai lembaga pengadilan ,hanya dijumpai pada tingkat pengadilan negeri sebagai satu tugas yang tidak terpisah dari pengadilan negeri,

- Dengan demikian praperadilan bukan berada diluatr atau di samping maupun sejajara dengan pengadilan negrei ,tapi hanya merupakan devisi dari pengadilan negrei.

Page 17: pra penuntutan

- Administratif yustisial ,personil, peralatan ,dan financial bersatu dengan pengadilan negri itu sendiri.

Praperadilan menurut Andi Hamzah

menurut KUHAP Indonesia pra peradilan tidak mempunyai wewenang seluas ini sesuai hakim komisaris yang di eropa.hakim komisaris selain misalnya berwenang untuk menilai sah atau tidaknya suatu penangkapan atau penahanan seperti peradilan,juga sah atau tidaknya suatu penyitaan yang dilakukan oleh jaksa.