prakt.4. intravena
DESCRIPTION
FarmakologiTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
FARMAKOLOGI DASAR
CARA PEMBERIAN OBAT SECARA INTRAPERITONEAL
Disusun Oleh:
Nama Mahasiswa : Dyah Hayu (13.0343)
Nila Dewanti (13.0341)
Putri Dwi (13.0353)
Suryono (13.0371)
Tanggal Praktikum : 5 April 2014
Hari Praktikum : Sabtu
Dosen Pembimbing : Paulina Maya Octasari, S.Farm., Apt
LABORATORIUM FARMAKOLOGI
AKADEMI FARMASAI THERESIANA
SEMARANG
2014
PEMBERIAN OBAT SECARA SUB KUTAN
PADA HEWAN MENCIT
I. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu memahami cara pemberian obat Phenpbarbital
secara subkutan pada hewan uji mencit.
2. Mahasiswa mampu memahami dan menghitung konsentrasi
pembuatan larutan stok Phenobarbital untuk pemberian subkutan
pada hewan uji mencit.
3. Mahasiswa mampu mengetahui efek sedatif Phenobarbital yang
diberikan melalui subkutan pada hewan uji mencit.
4. Mahasiswa mampu mengamati onset dan durasi obat Phenobarbital
pada hewan uji mencit secara subkutan.
II. DASAR TEORI
Penggunaan hewan percobaan dalam penelitian ilmiah dibidang
kedokteran/biomedis telah berjalan puluhan tahun yang lalu.
Hewan sebagai model atau sarana percobaan haruslah memenuhi
persyaratan- persyaratan tertentu, antara lain persyaratan genetis /
keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya,
disamping faktor ekonomis, mudah tidaknya diperoleh, serta
mampu memberikan reaksi biologis yang mirip kejadiannya pada
manusia (Tjay dan Rahardja 2002).
Sedativa berfungsi untuk menurunkan aktivitas, mengurangi
ketegangan, dan menenangkan penggunanya. Keadaan sedasi juga
merupakan efek samping dari banyak obat yang khasiat utamanya
tidak menekan SSP, misalnya seperti antikolinergika (Tjay, 2002).
Absorbsi merupakan proses masuknya obat dari tempat
pemberian kedalam darah. Bergantung pada cara pemakainnya,
tempat pemberian obat adalah saluran cerna ( mulut sampai dengan
rectum ), kulit, paru, otot (Farmakologi dan Terapi edisi revisi 5,
2008).
Obat subkutan diberikan atau dimasukkan melalui suntikan ke
bawah kulit yang dapat dilakukan di area lengan atas sebelah luar
atau 1/3 bagian dari bahu, paha sebelah luar (Aziz, 2008).
Phenobarbital resorpinya di usus baik (70-90%) dan lebih
kurang 50% terikat pada protein; plasma-t ½-nya panjang, lebih
kurang 3-4 hari, maka dosisnya dapat diberikan sehari sekaligus.
Kurang lebih 50% dipecah menjadi p-hidrokdifenobarbitat yang
diekskresikan lewat urin dan hanya 10-30% dalam kedaan utuh.
Efek sampingnya berkaitan dengan efek sedasinya, yakni pusing,
mengantuk, ataksia dan pada anak-anak mudah terangsang.
Bersifat menginduksi enzim dan antara lain mempercepat
penguraian kalsiferol (vitamin D2) dengan kemungkinan timbulnya
rachitis pada anak kecil. Pengunaannya bersama valproat harus
hati-hati, karena kadar darah fenobarbital dapat ditingkatkan. Di
lain pihak kadar darah fenitoin dan karbamazepin serta efeknya
dapat diturunkan oleh fenobarbital. Dosisnya 1-2 dd 30-125 mg,
maksimal 400 mg (dalam 2 kali); pada anak-anak 2-12 bulan
4mg/kg berat badan sehari; pada status epilepticus dewasa 200-300
mg (Tjay dan Rahardja, 2002).
III. ALAT dan BAHAN
ALAT BAHAN
Beakerglass
Mattglass
Labu takar 50 ml
Timbangan digital
Spuit1cc
Jarum suntik
Serbet
Stopwatch
Injeksi Phenobarbital 200mg/2ml
Latutan NaCl
Mencit jantan yang dipuasakan 24
Jam (hewan uji )
Pemerian Bahan:
1. Phenobarbitalum Natrium
Pemerian : Serbuk putih, tidak berbau, putih, higroskopik dapat
terjadi polimorfume, stabil di udara, pH larutan jenuh ± 3
Kelarutan : Sukar larut dalam air, larut dalam etanol, eter dan larutan
alkali hidroksida & dalam alkali karbonat, agak sukar larut
dalam kloroform
Khasiat : sedative, hipnotik, antikonvulsan (Depkes RI, 1995; hal
659)
IV. CARA KERJA
1. Pembuatan larutan stok NaCl 50 ml
Diambil sediaan larutan NaCl 50 ml
↓
Larutan NaCl dimasukkan ke dalam ke dalam labu takar 50 ml
2. Pembuatan Larutan stok dengan NaCl
Diambil phenobarbital injeksi dengan mengunakan spuit sebanyak
0,6 ml
↓
Dimasukkan injeksi Phenobarbital yang telah diukur kedalam labu
takar 50 ml
↓
NaCl ditambahkan ke dalam labu takar 50 ml sampai tanda batas
↓
Digojog homogen
3. Prosedur pemberiaan subkutan pada mencit
Mencit dipegang pada bagian tengkuknya
↓
Disuntikkan larutan Phenobarbital yang dicampur larutan NaCl ke
dalam lapisan kulit pada bagian tengkuk sesuai dengan volume
pemberian masing masing mencit
↓
Dicatat waktu pemberian obat
↓
Dimulai dari timbulnya efek ( onset ) dan hilangnya efek
↓
Diamati aktivitas spontan dari respon terhadap rangsangan /
stimulus pada keadaan normal
↓
Diamati perubahan aktivitas baik spontan maupun distimulasi
↓
Diamati usaha untuk menegakkan diri dari mencit berhasil atau
tidak
↓
Diamati posisi diam , tidak bergerak , usaha untuk menegakkan diri
tidak ada lagi di coba dari mencit
↓
Dicatat waktu hinga mencit sadar (durasi)
V. HASIL dan PENGOLAHAN DATA
Data dosis:
Phenobarbitalum
Dewasa : 30 – 120 mg dibagi dalam 2 – 3 dosis
Dosis untuk manusia BB 70 kg:
30 – 120 mg x 70kg/50 kg = 46 – 168 mg
Dosis untuk mencit 20 g:
F konversi x (D manusia 70 kg)
= 0,0026 x (42-168 mg)
= 0,1092 – 0,4368 mg
Diambil nilai tengah ( 46 – 168 ) mg / 2 = 0,273 mg
Pembuatan larutan stok 50 ml :
Konsentrasi untuk mencit BB 30 g
= D x BB = C X V
= (0,1092 – 0,4368 mg )/ 20 G x 30 g = C x Vp
= 0,1638 – 0,6552 = C x Vp
C = 0,3 – 1,3 mg/ml
Konsentrasi yang diambil = 2 mg/ml
Injeksi Phenobarbital 200 mg / 2 ml = 100 mg/ml
Perhitungan Jumlah Bahan larutan stok Phenobarbital dalam larutan NaCl
Nama bahan Jumlah Bahan
Phenobarbitalum
Diambil dari injeksi Phenobarbital
200 mg/2ml ~ 100mg/ml
1,2 mg/ml x 50 ml = 60 mg60 mg/100mg/ml = 0,6 ml
NaCl 50 ml – 0,6 ml = 49,4 ml
Perhitungan jumlah bahan larutan NaCl yang dipakai adalah 50 ml
Perhitungan dosis dan volume pemberian pada mencit:
1. Mencit 1 dengan berat badan 26,7 gram
0,273 mg/20 x 26,7 = C x Vp
0,36 = 2 x Vp
Vp = 0,182 ml
2. Mencit 2 dengan berat badan 29,9 gram
0,273 mg/20 g x 29,9 = C x Vp
0,4 = 2 x Vp
Vp = 0,2 ml
3. Mencit 3 dengan berat badan 32,3 gram
0,273/20 mg x 32,2 = C x Vp
0,4 = 2 x Vp
Vp = 0,2 ml
4. Mencit 4 dengan berat badan 26,7 gram
0,273/20 mg x 26,7 mg = C x Vp
0,36 = 2 xVp
Vp = 0,18 ml
5. Mencit 5 dengan berat badan 34,4 gram (kontrol negatif)
NaCl ½ V. Max
0,5 / 2 = 0,25
Data dosis untuk mencit
No BB mencit Waktu
pemberian
Onset t. onset Sadar Durasi
1 26,7 g 10.45 11.25 40
mencit
12.30 ~ 75
menit
2 29,9 g 10.50 11.10 20
menit
12.30 ~ 80
menit
3 32,3 g 10.51 11.15 24
menit
12.30 ~ 75
menit
4 25,1 g 11.00 11.20 20
menit
12.30 ~ 70
menit
5 34,4 g 10.40 - - - -
Diagram Batang Onset dan Durasi Phenobarbital
Dengan Pemberiaan Secara Intravena Pada Hewan Uji Mencit
Jantan
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini mahasiswa melakukan pemberian obat
Phenobarbital sebagai sedative pada hewan uji mencit, pemberiaan obat
secara subkutan dilakukan dengan cara menyuntikkan pada bagian daerah
tengkuk mencit. Pemberiaan obat secara subkutan dilakukan pada jaringan
yang terdapat banyak lemak. Pada bagian tengkuk merupakan bagian yang
memiliki banyak lemak. Tujuan dari pemberian obat secara subkutan
dilakukan dengan pemberiaan pada bagian dalam kulit. Obat subkutan
diberikan pada bagian yang terdapat banyak lemak. Tujuan dari
pemberiaan obat secara subkutan adalah pelepasan obat yang secara
perlahan pada lemak. Sehingga durasi obat Phenobarbital di dalam lebih
lama dibandingkan dengan pemberiaan secara oral ataupun intraperitoneal.
Pada pemberian obat secara subkutan ditujukan dalam penggunaan jangka
lama. Obat yang diberikan secara subkutan akan terdepot pada jaringan
lemak. Pada jaringan lemak obat akan terabsorbsi secara perlahan
sehingga jumlah obat dalam darah akan stabil. Pemberiaan obat secara
subkutan meiliki onset yang hampir sama dengan obat intraperitoneal.
Namun onset intraperitoneal tetap lebih cepat absorbsinya dalam tubuh.
Pemberiaan obat secara subkutan biasanya digunakan pada obat KB. Obat
subkutan basanya mampu bertahan selama 3 – 6 bulan. Volume
pemberiaan obat subkutan memiliki volume yang lebih sedikit
dibandingkan dengan obat intraperitoneal maupun subkutan. Hal ini
disebabkan karena lapisan dalam kulit hanya mampu menampung volume
yang lebih kecil dibandingkan dengan saluran cerna pada obat oral,
ataupun bagian perut secara intraperitoneal
VII. KESIMPULAN
VIII. DAFTAR PUSTAKA