preasent agama
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda menurut biologis,
rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis,
manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin untuk
manusia), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi
otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan
menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama,
dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk
hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain.
Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan
penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk
serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan
kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk
dukungan satu sama lain serta pertolongan.
Manusia adalah makluk ciptaan Tuhan yang paling mulia. Ini di
sebabkan karena di dalam proses penciptaan, manusia diciptakan serupa
dan gambaran dari Tuhan Allah. Manusia mengenal dan mengakui
sebagai ciptaan Tuhan Allah, merasa perlunya kedekatan dengan Tuhan
Allah. Manusia juga merasa adanya hubungan antara sesama sebagai
makluk social yang saling berinteraksi. Pengakuan akan eksistensinya
sendiri diantara kelompok. Dalam hubungannya dengan alam, sebagai
makhluk yang mempunyai akal dan budi diberikan tugas dari Allah untuk
memelihara dan melestarikan alam dan sekitarnya.
1.2 Tujuan Penulisan
Untuk mempelajari konsep dasar manusia dari sudut pandang iman
Kristen, sebagai makluk religius yang bermartabat, sebagai makluk
religius yang menjalani kehidupannya secara utuh dalam semua dimensi
kehidupannya.
1
1.3 Manfaat Penulisan
Mempelajari konsep dasar manusia dari sudut pandang iman
Kristen, sebagai makluk religius yang bermartabat, sebagai makluk
religius yang menjalani kehidupannya secara utuh dalam semua dimensi
kehidupannya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Manusia dalam kaitannya dengan Tuhan Allah
a. Pandangan umum
Kitab Perjanjian Lama pada Kejadian pasal 1, memuat bagaimana
Tuhan Allah dalam proses penciptaan bumi beserta isinya – bermula
pada kuasaNya (firmanNya), sesuai kehendak dan rencanaNya. Proses
penciptaan terdiri atas beberapa tahap dimulai dari benda mati (misalnya
batu-batuan), benda hidup (tumbuhan), benda hidup dan berperasaan
(Binatang), dan terakhir adalah benda hidup yang berperasaan dan sadar
akan dirinya (manusia). Dengan jelas disini manusia mempunyai
kedudukan yang tinggi derajat dan martabatnya dari pada makluk
ciptaan yang lainnya, karena mempunyai perasaan dibandingkan
makhluk ciptaan lainnya.
Terdapat 3 hal perbedaan antara manusia dan makluk ciptaan yang
lainnya, yaitu :
1. Kejasmanian
Kejasmanian merupakan letak perbedaan antara manusia dan hewan.
Terkadang manusia dianggap lemah dari binatang yang dikarenakan
tidak dilengkapi dengan peralatan seperti cakar, rahang yang kuat dan
sebagainya. Tetapi manusia mempunyai akal budi yang membuat
manusia mempertahankan keadaan dirinya sendiri. Hewan lebih banyak
menggunakan naluri dan insting dalam segala hal, baik dalam mencari
makan, maupun dalam bertahan hidup. Sedangkan manusia merupakan
makhluk yang berbudaya dalam alam sekitarnya.
i. Peran manusia sebagai subyek
Menurut John W.M Verhaar (1991) manusia dipandang sebagai
substansi dan manusia dipandang sebagai makluk yang
mempunyai indentitas sendiri yang terdiri dari identitas, kelakuan
3
dan kedirian. Maksud dari subjek disini adalah manusia dalam
segala apa yang dimilikinya dalam tindakan, keumuman,
keuniversalan membuktikan sebagai subjek yang bebas. Namun
kebebasan itu mempunyai batas yang jika tidak dipatuhi akan
menjadikan dosa, tetapi tidak pada binatang. Binatang dan
tumbuhan termasuk didalam objek.
ii. Keinsafan dan Kesadaran
Manusia Insaf dan sadar bahkan tahu bahwa ia (manusia) ada atau
memiliki eksistensi. Manusia dilengkapi dengan daya cipta, rasa,
karsa (kehendak) dan insaf akan waktu sejarah. Hal inilah yang
membuat manusia lebih tinggi derajat dan martabatnya
dibandingkan dengan binatang dan makluk lainnya.
b. Pandangan Alkitab
Dalam kitab kejadian, manusia diciptakan Tuhan Allah dari debu tanah
(adana dalam bahasa ibrani) dan daging pada istilah yang lain.
Sedangkan pada perjanjian baru adalah sarx (bahasa yunani). Istilah itu
dipakai bahwa manusia adalah makluk kedagingan, makluk yang fana
yang penampakannya adalah secara lahiriah. Manusia juga dilengkapi
dengan napas (bahasa ibrani nefesh) dan jiwa (bahasa yunani psyche).
Alkitab menggambarkan bahwa manusia adalah citra Allah dimana
manusia diciptakan menurut rupa dan gambar Allah. Karena manusia
adalah citra Allah, manusia menjadi makluk yang berakal budi dan
manusia juga berkuasa atas dunia ini dan itulah mengapa manusia
menjadi subjek.
c. Manusia Laki-laki dan perempuan
Kejadia pasal 2:4b-25 menjelaskan tentang bagaimana proses penciptaan
manusia laki-laki dan perempuan. Kisah yang paling penting dari
penciptaan manusia (laki-laki dan perempuan) yang diciptakan Allah itu
baik adanya. Tuhan Allah ingin adanya kebersamaan antara laki-laki dan
perempuan secara asasi. Laki-laki terpanggil menjadi penanggung
jawab, pelindung dan pemimpin. Sedangkan perempuan terpanggil
4
sebagai ibu. Namun diingat bahwa tuhan menciptakan laki-laki dan
perempuan itu sejajar dan tanpa ada diskriminatif, sehingga untuk
menjadi manusia sejati dibutuhkan adanya saling melengkapi, menolong
dan kerjasama. Manusia (laki-laki dan perempuan) diciptakan
berpasangan untuk menghindari kesunyian dan kesepian dalam menjalin
kerjasama.
d. Manusia Sebagai Pesona
i. Keberadaan Manusia
Kadang kadang manusia ingin mengerti siapa dirinya sendiri, tetapi
tidak terjawab karena penuh dengan rahasia. Ini diartikan bahwa
manusia tidak sempurna. Oleh sebab itu penyelidikan terus menerus
dilakukan sejak jaman dulu. Para filsafat mengemukakan manusia
adalah hewan berakal budi, barang yang ada di dunia, roh yang
menjelma menjadi daging. Pandangan yang mengatakan bahwa
manusia adalah binatang yang cerdas itu tidak memanusiakan sebab
pandangan tersebut hanyalah sepihak. Manusia tidak dapat disebut
sebagai seekor, segelintir, sebatang atau sebutir, initidak
menghormati harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang
tertinggi.
ii. Manusia dan Badannya
Sifat manusia dari alkitab dalam beberapa segi yaitu: Roh, Jiwa dan
Badan. Badan dan jiwa adalah satu kesatuan, tetapi tidak melebur,
terdapat perbedaan yang mendasar. Juga badan dan ego tidak
terpisahkan. Aku dan badan juga identik, tapi juga tidak. Ini
menyimpulkan kesatuan kodrati jasmani dan rohani yang
menampakan disebut dengan rohani yang menjasmani dan jasmani
yang merohani.
iii. Manusia sebagai Pesona
Menurut Max scheler (filsuf jerman) pesona tidak pernah menjadi
objek dan tidak pernah diberlakukan sebagai “allah”
5
Jean Paul Sarte (filsufus Prancis) mengatakan bahwa “kami” selalu
berada didalam konflik, saling bermusuhan, egoisme selalu
mendasari hubungan antara sesama.
Lunwig Binswager, Rumando, Guardini berpendapat pesona terbina
dalam hidupnya dengan orang lain.
Manusia berinteraksi dengan sesama, antara subjek, objek, secara
terbuka semakin luluh dan intim. Namun manusia telah merusak
keintiman itu dan kesempurnaan menjadi terganggu. Kemudian
timbullah ketegangan dan egoisme.
e. Manusia dihadapan Tuhan Allah
Menjadi manusia berarti hidup dilingkungan kuasa kasih Tuhan Allah,
hidup dalam perjumpaan dengan Tuhan Allah. Dalam menjalin
hubungan dengan Tuhan, manusia menyerahkan diri secara total dan
konstan berdasarkan niat dan melakukannya secara terus-menerus.
Hubungan manusia dalam perjumpaannya dengan Tuhan Allah menjadi
dasar hubungan dan komunikasi manusia dan sesamanya sedangkan
sesama harus dipandang sebagai anak-anak Tuhan.
Hubungan antara manusia dan religi atau agama dan sifat-sifat
pengalaman manusia dalam melakukan kehidupan religi atau agama,
adalah sebagai berikut:
i. Manusia dan Religi
Reformator gereja, John Calvin mengatakan bahwa manusia
mempunyai kecakapan atau kesanggupan untuk berkomunikasi
dengan Tuhan,. Ini membuat manusia merasa rindu untuk
berkomunikasi dengan Tuhan. Kecakapan ini disebut semen
religionis.
Manusia dalam hubungannnya dalam religi memang sangat
membutuhkan keselamatan secara mutlak. Oleh sebab itu religi bagi
manusia bersifat bukan sementara melainkan selama manusia berada
di dunia ini. Religi juga membuat manusia memungkinkan dapat
memilih, mempertimbangkan dan bertindak sesuai dengan norma-
norma religi. Manusia diberikan kebebasan untuk menerima atau
6
menolak religi dan keselamatan, sehingga ada yang menjadi
pemberontak dan juga yang taat. Namun manusia sadar akan
keberadaannya di dunia ini.
ii. Sifat-sifat pengalaman religi.
Pengalaman religi adalah rangkaian perbuatan ketika manusia itu
berkomunikasi dengan Tuhan. Pengalaman religi merupakan
perbuatan atau rangkaian perbuatan ketika manusia itu
berkomunikasi dengan Tuhan. Kegiatan ini disadari dan dijadikan
pengalaman empirisnya (mereligi atau mengintegrasi secara bulat,
teratur, dan harmoni tekait dalam cipta, rasa dan karsa atau
kehendak serta dalam nafsu.Kegiatan ini disadari dan dilakukan
secara teratur dan harmoni serata mengarahkan tindakan
perbuatannya untuk memahami Tuhan dan bagaimana menghadapi
Tuhan dengan ketaatan dan kebebasan.
2. Manusia dalam kaitannya dengan sesama
a. Orang lain sebagai sesama manusia
Setiap individu manusia mempunyai derajat dan martabat yang sama
dan tidak boleh berbeda atau dibedakan, itulah sebabnya manusia dalam
kehidupan ada diantara manusia lainnyaatau manusia ada dalam
kebersamaan dengan sesamanya. Manusia tidak dapat memungkiri fakta
bahwa disamping diri sendiri, ada orang lain. Kesadaran tentang orang
lain ini berdasarkan cinta kasih yang di praktekan dalam kehidupan
sehari-hari yang berakar dari eksistensi manusia dari makluk yang
monodualis (manusia makluk pribadi sekaligus makluk social).
Hubungan antara manusia dan manusia adalah hubungan yang sederajat.
Dalam kebersamaan, manusia terjalin hubungan yang memungkinkan
manusia untuk bersatu dalam alam yang ada ataupun kejasmanian,
Bahkan dalam hidup bersama dalam cinta dan kasih. Tanpa orang lain
manusia akan merasa kesepian dan hidup dalam kekalutan. Itulah
sebabnya secara eksistensial, manusia benar-benar bersifat sosial yang
7
membutuhkan persekutuan dan kebersamaan dalam sesamanya atau
dalam masyarakat.
b. Hubungan Etis dengan Sesama
Dalam mengakui eksistensinya sendiri, manusia juga mengakui
eksistensi orang lain. Perjumpaan dan pertemuan dengan orang lain
antara beberapa orang ataupun kelompok memunculkan hubungan etis
dan wajib berdasarkan cinta kasih, berada bersama dalam suasana saling
menghormati.
Terdapat empat ciri kesalingan dalam perjumpaan antara sesama dalam
konteks etis:
1. Saling melihat dan memperhatikan dan akhirnya bersekutu dalam
komunitas yang bersifat merdeka dan bertanggung jawab.
2. Saling berbicara dan mendengarkan dengan terus terang, sehingga
timbul persekutuan ynag sejati dimana setiap individu merdeka dan
bertanggung jawab.
3. Saling memberi pertolongan dengan perbuatan nyata (gotongroyong,
saling membantu) sebagai orang yang merdeka dan bertanggung
jawab.
4. Dengan sepenuh hati melakukan ketiga hal diatas.
3. Manusia dalam kaitannya dengan alam sekitar
Alam merupakan lingkungan atau realitas yang diberikan Tuhan Allah
kepada manusia untuk dikuasai, diushakan dan dipelihara. Manusia diberi
tugas untuk menguasai alam, bertanggung jawab dalam hal penguasaan dan
pemeliharaan serta pengembangannya, dalam hal ini manusia melanjutkan
karya ciptaan Tuhan.
a. Manusia dan Dunia
Manusia yang berada dalam dunia bukan menunjukan tempat,
melainkan menunjukan struktur cara hidup, yaitu terlibat dalam dunia
dan membangun dunia. Manusia hidup didalam didunia yang disebut
8
mendunia. Dunia adalah realitas yang merupakan panggung kehidupan
manusia. Dalam kaitannya dengan manusia dunia terbagi dua lapisan,
yakni dunia dekat dan dunia jauh (lapisan yang jauh tidak dibicarkan
dalam penjelasan ini). Lapisan yang dekat dengan manusia adalah
kebudayaan dalam artiluas yakni sebagai realitas yang diangkat dan
disatukan dengan diri manusia untuk hidupnya. Itulah sebabnya dunia
ini manusia menemukan arti hidup demikian pula sebaliknya. Dunia
sejak semula ditujukan pada manusia dan diarahkan pada manusia.
b. Manusia berada bersama berdasarkan keadilan, perdamaian dan
keutuhan ciptaan.
Manusia berada didunia ini mempunyai tugas untuk menggarap dunia,
mempercantik, menciptakan sarana-sarana dan cara baru untuk
melaksanakan realita hidupnya. Di dalam dunia ini manusia tidaklah
hidup sendiri, tetapi hidup dengan orang lain dalam bereligi, berbudaya,
bermasyarakat dan bernegara. Dengan demikian dunia ini adalah dunia
bersama dan tugas dari manusia untuk bertagung jawab terhadap dirinya
dan sesamanya serta lingkungan hidupnya di dalam Tuhan Allah.
Dengan memahami dan melaksanakan tugas manusia maka alam
semesta akan terhindar dari kehancuran dan kebinasaaan dari
eksploitasi manusia yang hanya bertujuan memenuhi kepuasan dan
kerakusan.
Gereja bersama kelompok masyarakat (LSM) dan kelompok agama lain
terpanggil untuk mendangulanggi masalah lingkungan hidup,
ketidakadilan, kemiskinan, kekerasan, kerusuhan, terror, penyakit,
kebodohan. Oleh sebab itu di butuhkan kerja sama khususnya generasi
muda untuk memiliki kesadaran bersama untuk memperhatikan dan
melaksanakan keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan. Jika hal
tersebut dapat diwujudkan kita akan memiliki masa dengan dan
kesejahteraan yang melimpah dimasa yang akan datang.
c. Tanggung jawab orang beriman terhadap pembangunan dan lingkungan.
i. Ekologi
9
Ekologi berasal dari bahasa yunani oikos yang berarti rumah dan
logos berarti ilmu, sehingga secara harfiah berarti ilmu yang
membicarakan rumah tangga makhluk hidup. Ekologi saling
berelasi antara organisme dan dunia sekitar berdasarkan
bionomis (dari bahasa yunani bios = hidup, nomos = norma,
aturan, hokum) yakini norma-norma kehidupan.
Ernst Haeckel (1868), ahli biologi jerman mengatakan bahwa
alam memiliki system operasi yang teratur dengan istilah
economy of nature. Oleh sebab itu Haeckel mendefinisikan
sebagai system yang mengatur fungsi atau mekanisme kerja
makhluk hidup dengan mempertimbangkan makhluk hidup
lainnya yaitu floura (tumbuhan) dan fauna (binatang).
Earnest W Burgess dan Ezra Park, mengatakan bahwa ekologi
manusia merupakan masalah tentang proses bagaimana
keseimbang biotik (proses yang dapat diperbaharui, proses daur
ulang) dan keselarasan social dapat dipertahankan melalui tiga
factor yaitu kependudukan (population) budaya teknologi
(technological culture) atau keterampilan (artifact) dan budaya
non material (non material culture), antara lain adat kebisaan
dan kepercayaan dengan sumber daya alam dan habitat
(pemukiman)
Otis Dudley Duncan pernah merumuskan masalah bahwa
terdapat hubungan timbal balik antara population
(kependudukan), organisasi, lingkungan hidup dan teknologi.
Sehingga persoalan muncul antara lain macet, tingkat
kriminalitas yang tinggi, perumahan kumuh, ketidak keselarasan
dan keruntuhan rumah tangga.
Dalam kenyataan tersebut menimbulkan pertannyaan mendasar,
yaitu bagaimana amanat Tuhan Allah yang diberikan kepada
manusia untuk memelihara ciptaan? Dalam alkitab tertulis
taklukanlah dalam kejadian pasasl 1 : 28 dan bukan berarti
10
bahwa kita boleh mengeksploitsikan makluk lain secara
sewenang-wenang, tetapi harus melalui aspek penatalayanan
ekatologis ( mengenai pengharapan kehidupan yang akan
datang).
ii. Manusia sebagai tamu sekaligus sebagai tuan dibumi.
Manusia menjadi tuan sekaligus tamu sebagai pemimpin dunia
ciptaan Tuhan Allah. Tuan rumah yang sebenarnya adalah Tuhan
Allah, sedangkan manusia diberikan tempat dibumi hanya
sebagai tamu dunia. Segala macam prasarana yang disediakan
Tuhan Allah kepada manusia hanya berstatus pinjaman, yang
berarti segala sesuatu adalah milik Tuhan. Semua harus dihornati
dan dipelihara dengan semangat pelestarian.
iii. Pelestarian Lingkungan Hidup
Laju pertambahan penduduk di dunia ini sangatlah signifikan.
Akibatnya kebutuhan sumber daya alam terus meningkat,
sementara kemampuan sumber daya alam sudah terbatas dan
tidak cukup. Bahakan dibeberapa tempat diadakan pembukaan
lahan baik pertanian, hunian dan lain sebagainya. Efeknya
perusakan dan pencemaran pun tak dapat terelakan, baik di darat,
di udara dan di laut dan yang beraitang ekosistem hidup.
Dampak tersebut mengakibatkan krisis global antara lain krisis
lingkungan, krisis pembangunan ekonomi ekologi dan krisis
energy.
Oleh karena itu sasaran pembangunan yang berkelanjutan dalam
pelestarian lingkungan hidup harus memperhatikan beberapa hal
yaitu:
a. Menghidupkan pertumbuhan ekonomi yang merata dan
mengubah kualitas pertumbuhan
b. Pemenuhan kebutuhan manusia yang esensial yang meliputi
lapangan kerja, pangan, energy, krisis air dan sanitasi.
11
c. Tingkat pertambahan penduduk yang memadai dengan
kemampuan ekosistem untuk menopong kehidupan.
d. Konversi dan peningkatan kualitas sumber daya
e. Pembangunan ekonomi yang didukung sumberdaya alam
yang dapat diperbaharui
f. Sumber daya itu dimanfaatkan secara rasional dan efesien.
Sedangkan pemanfaatan sumber daya alam yang bersifat
merusak harus dicegah untuk persedian sumber daya alam yang
akan dating.
12
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
manusia mempunyai kedudukan yang tinggi derajat dan martabatnya
dari pada makluk ciptaan yang lainnya, ini dikarenakan Allah
menciptakan manusia sesuai bentuk dan gambar Tuhan Allah. Manusia
diciptakan tidak sendiri tetapi Tuhan Allah menciptakan manusia (laki-
laki dan perempuan) agar terjalin persekutuan dan kebersamaan untuk
menghindari kesunyian dan kesepian. Manusia memiliki daya, rasa dan
karsa dalam membedakan dengan makhluk ciptaan lainnya.
Manusia diciptakan hidup bukan sebagai individual, tetapi lebih
menjadi manusia yang monodualis (manusia sebagai makluk pribadi
dan makluk social) di dalam kehidupan bermasyarakat.
Kata ekologi berasal dari bahasa yunani oikos yang berarti rumah dan
logos berarti ilmu, sehingga secara harfiah berarti ilmu yang
membicarakan rumah tangga makhluk hidup. Ekologi saling berelasi
antara organisme dan dunia sekitar berdasarkan bionomis (dari bahasa
yunani bios = hidup, nomos = norma, aturan, hokum) yakini norma-
norma kehidupan.
sasaran pembangunan yang berkelanjutan dalam pelestarian
lingkungan hidup harus memperhatikan beberapa hal yaitu:
- Menghidupkan pertumbuhan ekonomi yang merata dan mengubah
kualitas pertumbuhan
- Pemenuhan kebutuhan manusia yang esensial yang meliputi lapangan
kerja, pangan, energy, krisis air dan sanitasi.
- Tingkat pertambahan penduduk yang memadai dengan kemampuan
ekosistem untuk menopong kehidupan.
- Konversi dan peningkatan kualitas sumber daya
- Pembangunan ekonomi yang didukung sumberdaya alam yang dapat
diperbaharui
13
- Sumberdaya itu dimanfaatkan secara rasional dan efesien.
Sedangkan pemanfaatan sumber daya alam yang bersifat merusak harus
dicegah untuk persedian sumber .daya alam yang akan dating.
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini Tim penulis menyadari masih adanya
kekurangan pilihan materi yang ditulis, sehingga informasi yang lebih ditail
masih sulit ditulis di dalam makalah ini. Sehingga, kritik dan saran yang
akan disampaikan akan menjadi penambahan untuk kelengkapan makalah
ini.
14
DAFTAR PUSTAKA
BROTOSUDARMO S., 2008 Pendidikan Agama Kristen Untuk Perguruan
Tinggi, Yogyakarta : ANDI.
15