presentasi kasus tb

Upload: dimaswiantadiguna

Post on 14-Jan-2016

6 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

TB paru

TRANSCRIPT

PRESENTASI KASUSTUBERKULOSIS PARU

Disusun oleh :

Aisyah Nur AiniG4A013086

Pembimbing :dr. Indah Rahmawati, Sp.P

SMF ILMU PENYAKIT DALAMRSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARDJOFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANPURWOKERTO

2014

LEMBAR PENGESAHAN

Telah dipresentasikan dan disetujui presentasi kasus dengan judul :

TUBERKULOSIS PARU

Pada tanggal, April 2014

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti program profesi dokter di Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto

Disusun oleh :

Aisyah Nur AiniG4A013086

Mengetahui, Pembimbing

dr. Indah Rahmawati, Sp.P

BAB IPENDAHULUAN

Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi kronik yang sudah sangat lama dikenal pada manusia. Hal ini dibuktikan dengan adanya penemuan kerusakan tulang vertebra toraks yang khas pada tuberkulosis paru dari kerangka yang digali di Heidelberg dari kuburan zaman neolitikum, begitu juga penemuan yang berasal dari mumi dan ukiran dinding piramid di Mesir kuno pada tahun 2000-4000 SM (Amin dan Bahar, 2010). Penyakit tuberkulosis paru ialah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis (Alsagaff dan Mukty, 2008). Penyakit ini dapat dihubungkan dengan tempat tinggal didaerah urban dan juga lingkungan yang padat (Amin dan Bahar, 2010).Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia. Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah mencanangkan tuberkulosis sebagai Global Emergency. Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002, 3,9 juta adalah kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif. Sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut regional WHO jumlah terbesar kasus tuberkulosis terjadi di Asia Tenggara yaitu 33 % dari seluruh kasus tuberkulosis di dunia, namun bila dilihat dari jumlah penduduk terdapat 182 kasus per 100.000 penduduk. Di Afrika hampir 2 kali lebih besar dari Asia Tenggara yaitu 350 per 100.000 penduduk. Diperkirakan angka kematian akibat tuberkulosis adalah 8000 setiap hari dan 2 - 3 juta setiap tahun. Laporan WHO tahun 2004 menyebutkan bahwa jumlah terbesar kematian akibat tuberkulosis terdapat di Asia Tenggara yaitu 625.000 orang atau angka mortaliti sebesar 39 orang per 100.000 penduduk. Angka mortaliti tertinggi terdapat di Afrika yaitu 83 per 100.000 penduduk, prevalensi HIV yang cukup tinggi mengakibatkan peningkatan cepat kasus tuberkulosis yang muncul.Indonesia masih menempati urutan ke 3 di dunia untuk jumlah kasus tuberkulosis setelah India dan Cina. Setiap tahun terdapat 250.000 kasus baru tuberkulosis dan sekitar 140.000 kematian akibat tuberkulosis. Di Indonesia tuberkulosis adalah pembunuh nomor satu diantara penyakit menular dan merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan penyakit pernapasan akut pada seluruh kalangan usia (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006).

4

3

BAB IILAPORAN KASUS(LINDA)BAB IIITINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi (AWA)B. Epidemiologi dan InsidensiTB merupakan penyebab kematian utama di seluruh dunia akibat infeksi bakteri. Diperkirakan di seluruh dunia 1,8 milyar orang terinfeksi oleh MT, dengan 8-10 juta kasus baru dan 3 juta kematian per tahun. Hanya sekitar 15 juta orang saja yang memiliki penyakit aktif. Derajat penyakit ini bervariasi tergantung oleh negara, umur, ras, sex dan status sosioekonomi. Di Amerika Serikat dijumpai sekitar 15.000 kasus/tahun dimana >50% dijumpai pada penduduk dengan sosioekonomi rendah (Hasibuan, 2010)Hasil survey prevalensi TB di Indonesia tahun 2004 menunjukkan bahwa angka prevalensi TB BTA positif secara nasional 110 per 100.000 penduduk. Secara regional prevalensi TB BTA positif di Indonesia dikelompokkan dalam 3 wilayah, yaitu: 1. wilayah Sumatera angka prevalensi TB adalah 160 per 100.000 penduduk, 2. wilayah Jawa dan Bali angka prevalensi TB adalah 110 per 100.000 penduduk, 3. wilayah Indonesia Timur angka prevalensi TB adalah 210 per 100.000 penduduk. Khusus untuk propinsi DIY dan Bali angka prevalensi TB adalah 68 per 100.000 penduduk. Berdasar pada hasil survey prevalensi tahun 2004, diperkirakan penurunan insiden TB BTA positif secara Nasional 3-4 % setiap tahunnya (Depkes RI, 2011).Infeksi HIV merupakan faktor resiko terjadi peningkatan tuberkulosis selain penyakit-penyakit immunosuppressive lain seperti diabetes dan juga pada orang- orang yang mendapat terapi kortikosteroid. Manusia berusia lanjut dengan daya tahan tubuh yang rendah juga berpotensi untuk terkena (Depkes RI, 2011).Infeksi oleh MT biasanya menimbulkan reaksi hipersensitifitas tipe lambat, yang dapat dideteksi dengan uji tuberkulin (Mantoux). Sekitar 2-4 minggu setelah infeksi dimulai, penyuntikan intrakutan 0,1ml purified protein derivate (PPD) memicu terbentuknya indurasi yang terlihat dan dapat diraba dengan garis tengah minimal 5mm serta memuncak pada 48-72 jam. Uji tuberkulin positif mengisyaratkan hipersensitifitas tipe lambat terhadap antigen tuberculosis (Depkes RI, 2011).C. Etiologi (AWA)D. Faktor Risiko Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien tuberkulosis adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIV/AIDS dan malnutrisi (gizi buruk). Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh seluler (cellular immunity) dan merupakan faktor risiko paling kuat bagi yang terinfeksi tuberkulosis untuk menjadi sakit tuberkulosis (tuberkulosis aktif). Bila jumlah orang terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah pasien tuberkulosis akan meningkat, dengan demikian penularan tuberkulosis di masyarakat akan meningkat pula. Riwayat alamiah pasien tuberkulosis yang tidak diobati juga merupakan faktor risiko (Depkes RI, 2011).Menurut Al-Amin (2010) di dalam penelitiannya, ada berbagai faktor risiko yang bisa menyebabkan penularan penyakit tuberkulosis, yaitu :1. UsiaDari hasil penelitian yang dilaksanakan di New York pada panti penampungan orang-orang gelandangan menunjukkan bahwa kemungkinan mendapat infeksi tuberkulosis aktif meningkat secara bermakna sesuai dengan umur. Insiden tertinggi tuberkulosis paru biasanya mengenai usia dewasa muda. Di Indonesia diperkirakan 75% penderita tuberkulosis paru adalah kelompok usia produktif yaitu 15-50 tahun.2. Jenis kelaminDi benua Afrika pada tahun 1996 jumlah penderita tuberkulosis paru laki- laki hampir dua kali lipat dibandingkan jumlah penderita tuberkulosis paru pada wanita, yaitu 42,34% pada laki-laki dan 28,9 % pada wanita. Tuberkulosis paru lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan wanita karena laki-laki sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok sehingga memudahkan terjangkitnya tuberkulosis paru.3. Tingkat pendidikanTingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap pengetahuan seseorang diantaranya mengenai rumah yang memenuhi syarat kesehatan dan pengetahuan penyakit tuberkulosis paru, sehingga dengan pengetahuan yang cukup maka seseorang akan mencoba untuk mempunyai perilaku hidup bersih dan sehat.4. Kepadatan hunian kamar tidurLuas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya agar tidak menyebabkan overload. Hal ini tidak sehat, sebab disamping menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota keluarga yang lain. Antara kelompok yang berisiko untuk menularkan penyakit tuberkulosis adalah pelajar-pelajar di asrama sekolah.5. Kondisi rumahAtap, dinding dan lantai dapat menjadi tempat perkembangbiakan kuman. Lantai dan dinding yang sulit dibersihkan akan menyebabkan penumpukan debu, sehingga akan dijadikan sebagai media yang baik bagi berkembangbiaknya kuman Mycrobacterium tuberculosis.6. Keadaan sosial ekonomiPenurunan pendapatan dapat menyebabkan kurangnya kemampuan daya beli dalam memenuhi konsumsi makanan sehingga akan berpengaruh terhadap status gizi. Apabila status gizi buruk maka akan menyebabkan kekebalan tubuh yang menurun sehingga memudahkan terkena infeksi tuberkulosis paru.E. Patogenesis (AWA)F. Manifestasi Klinis Gejala utama pasien tuberkulosis paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan (Depkes RI, 2011).Gejala-gejala khusus atau khas pula tergantung dari organ tubuh mana yang terkena. Bila terjadi sumbatan di sebagian bronkus akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, ia akan menimbulkan suara "mengi" yaitu suara nafas melemah yang disertai sesak. Jika ada cairan di rongga pleura, ia dapat disertai dengan keluhan sakit dada (Al-Amin, 2010).G. Penegakan Diagnosis (AWA)H. Penatalaksanaan Menurut PDPI (2006), pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat utama dan tambahan. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah INH, rifampisin, pirazinamid, streptomisin dan etambutol. Sedangkan jenis obat tambahan yang digunakan adalah kanamisin, amikasin dan kuinolon.Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien tuberkulosis BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan. Kemudian pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.Menurut Amin dan Bahar (2009), WHO telah menetapkan regimen pengobatan standar yang membagi pasien menjadi empat kategori berbeda menurut definisi kasus tersebut.

Tabel 2.1. Regimen Pengobatan Saat IniKategoriPasien TBResimen Pengobatan

Fase AwalFase Lanjutan

1TBP sputum BTA positif baru Bentuk TBP berat, TB ekstra-paru (berat), TBP BTA-negatif2 SHRZ (EHRZ)6 HE

2 SHRZ (EHRZ)4 HR

2 SHRZ (EHRZ)4 H3R3

2Relaps

Kegagalan pengobatan

Kembali ke default

2 SHZE / 1 HRZE5 H3R3E3

2 SHZE / 1 HRZE5 HRE

3TBP sputum BTA-negatifTB ekstra-paru (menengah berat)2 HRZ atau 2 H3R3Z36 HE

2 HRZ atau 2 H3R3Z32 HR/4H

2 HRZ atau 2 H3R3Z32 H3R3/4H

4Kasus kronis (masih BTA- positif setelah pengobatan ulang yang disupervisi)Tidak dapat diaplikasikan (mempertimbangkan menggunakan obat-obatan barisan kedua)

Singkatan : TB = Tuberkulosis, TBP = Tuberkulosis Paru, S = Streptomisin, H = Isoniazid, R = Rifampisin, Z = Pirazinamide, E = EtambutolSumber : Amin & Bahar, 20091. Komplikasi (AWA)I. PrognosisPrognosis umumnya baik jika infeksi terbatas di paru, kecuali jika infeksi disebabkan oleh strain resisten obat atau pasien berusia lanjut dengan debilitas atau mengalami gangguan kekebalan yang beresiko tinggi menderita tuberkulosis milier (Amin & Bahar, 2009)

BAB IVKESIMPULAN(LINDA)

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Z. & Bahar, A., 2009. Tuberkulosis Paru. Dalam : Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M. & Setiati, S., ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5. Jakarta : Interna Publishing, 2230-2238Alsagaff,A. & Mukty, A., 2008. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Edisi 1. Surabaya : Airlangga University PressDepartemen Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Direktorat P2ML, Kementerian Kesehatan RIHasibuan, D.A., 2010. Gambaran Pengetahuan Penderita Tuberkulosis Paru tentang Penyakit dan Pengobatan Tuberkulosis di RSUP. Adam Malik Medan 2010, Universitas Sumatera Utara.Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2006. Tuberkulosis : Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta : Universitas Indonesia.