=]presentasi refrat hipotermi
DESCRIPTION
medicalTRANSCRIPT
REFERATHipotermia pada Neonatus
Pendahuluan
Hipotermia (suhu tubuh <36,5°C ) Menyebabkan morbiditas dan mortalitas pada bayi
baru lahir. Disebabkan belum sempurnanya pengaturan suhu
tubuh bayi. Menurut UNICEF, pengelolaan dan pencegahan
hipotermia dapat membantu mengurangi angka kesakitan dan kematian neonatal sebesar 18% -42%.
Sangat penting bagi tenaga kesehatan untuk mengetahui tentang hipotermia dan penanganannya.1
1.1 Latar Belakang
Pendahuluan
1.2 Batasan MasalahDibatasi pada definisi, epidemiologi, faktor resiko, patofisiologi, diagnosis, penatalaksanaan, komplikasi, dan prognosis hipotermia neonatus.
1.3 Tujuan Penulisan
Referat ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan pemahaman tentang hipotermia pada neonatus.
1.4 Metode PenulisanReferat ini merupakan tinjauan kepustakaan yang merujuk kepada berbagai literatur.
Tinjauan Pustaka
Perbandingan luas permukaan tubuh neonatus:tiga kali orang dewasa.
Kehilangan panas 4 kali lebih cepat dari orang dewasa.3
Dipengaruhi oleh dua komponen, yaitu lemak pada lapisan subkutan dan lemak cokelat
Berat badan lebih rendah akan semakin rentan mengalami hipotermi, karena cadangan lemak subkutan dan lemak cokelat lebih sedikit.4
Hipotermia pada Neonatus
Defenisi: Keadaan abnormal: suhu tubuh bayi baru
lahir turun di bawah 36,5˚C.4,5,6,7 Menyebabkan efek klinis yang merugikan
mulai dari stres metabolik ringan sampai kematian.
WHO mengkategorikan hipotermia menjadi tiga, yaitu: Stres dingin: 36,0-36,4˚C Hipotermia sedang: 32,0 – 35,9 ˚C Hipotermia berat: <32,0 ˚C
Hipotermia pada Neonatus
Epidemiologi Nepal, 85% bayi memiliki suhu <36
˚C dalam 2 jam pertama.
Di Ethiopia, Zambia dan Zimbabwe, 1 ½ - 2/3 dari bayi baru lahir mengalami hipotermia.
Di Indonesia belum ada data
Hipotermia pada NeonatusPenyebab Terjadinya Hipotermia
1.Penurunan produksi panasKeadaan disfungsi kelenjar tiroid, adrenal ataupun pituitari.
2. Peningkatan panas yang hilang; konduksi, konveksi,evaporasi, radiasi
3.Kegagalan termoregulasiKegagalan hipotalamus:Keadaan hipoksia intrauterin/saat persalinan/post partum, defek neurologik dan paparan obat prenatal (analgesik/anestesi) dapat menekan respons neurologik bayi dalam mempertahankan suhu tubuhnya.
Hipotermia pada Neonatus
Patofisiologi Anak sangat beresiko mengalami hipotermia
karena relative tingginya rasio area permukaan tubuh terhadap masa tubuh dan kurangnya penyekat lemak subkutan.5
Pertahanan pertama: kehilangan panas diminimalisasi dengan vasokonstriksi (acrosianosis, akral yang dingin, dan penurunan perfusi perifer).5
Pertahanan kedua: adalah non shivering-termogenesis yang berhubungan dengan metabolisme lemak coklat.
Hipotermia pada NeonatusPatofisiologi
Mekanisme kompensasi biasanya berupaya mengembalikan suhu tubuh ke normotermia di atas 30-32˚C. (di bawah ini, penghangatan spontan tidak terjadi)
Peningkatkan konsumsi oksigen (akibat mengigil dan peningkatan tonus simpatis.
Pada suhu kurang dari 32˚C (hipotermia berat), proses menggigil berhenti, metabolisme selular turun sekitar 7% per derajat C.
Pada hipotermia sedang atau berat, terjadi bradikardia progresif, gangguan kontraktilitas miokardiaum dan hilangnya tonus vasomotor mengakibatkan hipotensi.
Pada suhu kurang dari 28˚C, sering terjadi bradikardia berat, kecenderungan terjadinya fibrilasi ventrikel spontan atau asistole.
Depresi pusat pernapasan sentral dengan hipotermia sedang sampai berat mengakibatkan hipoventilasi dan akhirnya apnea.
Hipotermia pada Neonatus
Diagnosis Hipotermia pada Neonatus Ditegakkan dengan pengukuran tubuh bayi pengukuranya dapat dilakukan melalui aksila,
membrane timpani, rektal atau kulit Termometer yang mampu mengukur suhu
rendah (low reading thermometer) Untuk mengetahui perkembangan, pantau
temperatur setiap 30 menit sekali sampai suhu tubuh mencapai 36,5˚C. Kemudian setiap jam untuk 4 jam kemudian, 2 jam sekali untuk 12 jam kemudian, dan 3 jam sekali untuk perawatan rutin.
Hipotermia pada NeonatusTanda dan gejala hipotermi yang meliputi:
Vasokonstriksi perifer▪ Akrosianosis▪ Ekstrimitas yang dingin▪ penurunan perfusi perifer
Depresi sistem saraf pusat▪ Letargi▪ Bradikardi▪ Apnoe
Metabolisme yang meningkat▪ Asidosis metabolik▪ Hipoglikemia▪ Hipoksia
Peningkatan tekanan arteri pulmonalis▪ Distress pernapasan▪ Takipnoe
Hipotermia pada NeonatusPenatalaksanaan Banyak teknologi pemanasan yang dapat dijumpai,
namun tidak dapat diterapkan dan diakses semua tempat. Konsep rantai hangat:4,5
Ruang persalinan yang hangat Resusitasi yang hangat Pengeringan segera cairan amnion Kontak antara kulit bayi dengan kulit ibunya ASI Menunda memandikan dan penimbangan Pakaian dan lokasi tidur yang layak Rawat gabung Transportasi yang hangat Pelatihan / penanganan tenaga kesehatan.
Hipotermia pada NeonatusPenatalaksanaan Hipotermia ringan (cold stress): kontak antara kulit bayi dengan kulit
ibunya pada ruangan yang hangat (suhu ruangan minimal 25˚C).6
Hipotermia sedang, bayi yang dipakaikan baju atau dibungkus denganan kain dapat dihangatkan
dengan radian warmer, incubator (suhu incubator 35-36 ˚C). suhu ruangan harus hangat (32-34˚C ). Bila fasilitas tidak memadai, kontak antara kulit bayi dan kulit ibunya di
dalam runagan yang hangat. Pemantauan setiap 15- 30 menit sekali.6 Hipotermia berat,
pemanasan tetap menggunakan radian warmer ataupun inkubator yang dipanaskan dengan suhu (35-36˚C).
metoda kontak antara kulit bayi dengan kulit ibu sudah tidak dapat digunakan lagi pada hipotermia berat.
Pemantauan ketat diperrlukan dalam menangani bayi hipotermia berat karna merupakan kondisi yang mengancam nyawa. Pemantauan dilakukan secara berkala, dan jika suhu bayi sudah naik menjadi 34˚C, maka panas inkubator harus dikurangi.6
Hipotermia pada Neonatus
Penatalaksanaan Pemberian minuman harus
dilanjutkan, karena bayi hipotermia biasanya mengalami hipoglikemia, sehingga bayi harus diberi ASI sedikit-sedikit sesering mungkin.
Bila bayi tidak menghisap, diberi infus glukosa 10% sebanyak 60-80 ml/kg per hari.3
Hipotermia pada Neonatus
Penatalaksanaan Metode kanguru ditemukan sejak tahun 1983,
sangat bermanfaat untuk merawat bayi yang lahir dengan hipotermi.
Adapun kriteria bayi untuk metode kanguru adalah: Bayi dengan berat badan ≤ 2000 gr Tidak ada kelainan atau penyakit yang menyertai Refleks dan kordinasi isap dan menelan yang baik Perkembangan selama di inkubator baik Kesiapan dan keikut sertaan orang tua, sangat
mendukung dalam keberhasilan
Hipotermia pada Neonatus
Komplikasi Hipotermia pada Neonatus Hipoglikemia Hipoksia Asidosis metabolik Shock dengan akibat penurunan tekanan arteri
sistemik, penurunan volume plasma, dan penurunan cardiac output.
Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) Trombositopenia, disfungsi trombosit, dan koagulasi
intravascular tersebar (DIC). Depresi pusat pernapasan sentral dengan hipotermia
sedang sampai berat mengakibatkan hipoventilasi dan akhirnya apnea.
Hipotermia pada Neonatus
PrognosisPrognosis tergantung berat ringannya hipotermia, umumnya hipotermia berat memiliki prognosis yang buruk.
Kesimpulan
Hipotermia masih merupakan penyebab utama terjadinya morbiditas dan mortalitas pada bayi baru lahir.
Hipotermia merupakan keadaan abnormal dimana suhu tubuh berada di bawah 36,5˚C.
Neonatus leebih rentan mengalami hipotermia. Peran tenaga kesehatan sangat diperlukan
dalam mendiagnosis dan menatalaksana hipotermia secara cepat, dan tepat, sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi baru lahir.
Daftar Pustaka
(1) Wariki WMV, Mori R. Interventions to prevent hypothermia at birth in preterm and/or low-birth-weight infants: RHL commentary. The WHO Reproductive Health Library; Geneva: World Health Organization; 2010
(2) Waldo, E Nelson. Ilmu Kesehatan Anak. Volume 1. EGC. Jakarta; 1999. hlm 331-332
(3) Markum, AH, dkk, editors. Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran Universitasn Indonesia: Jakarta; 1991.
(4) Anonim. Hypothermia in Newborn. Available from: URL: http://www.newbornwhocc.org/pdf/teaching-aids/hypothermia.pdf. Accessed February 20, 2013.
(5) Kumar V at al. Neonatal hypothermia in low resource settings: a review. USA; 2009. Available from: URL: http://shivgarh.org/pdf/publications/4_hypothermia_review_jpernat.pdf. Accessed January 30, 2013
(6) Nayeri F, Nili F. Hypothermia at Birth and its Associated Complications in Newborns: a Follow up Study. Iran; 2005. Downloaded from http://journals.tums.ac.ir/ on Tuesday, February 19, 2013
(7) Division of Reproductive Health. Thermal Protection of The Newborn: a practical guide. The WHO Reproductive Health Library; Geneva: World Health Organization; 2010