proceeding - redd · pdf filepembangunan berbasis lahan di indonesia terwujud sesuai dengan...

37
2013 Sari Pan Pacific Hotel – Jakarta, 2 April 2013 PROCEEDING Workshop Tata Kelola Hasil Hutan Kayu dan Non Kayu untuk Penguatan Ekonomi Hijau

Upload: doankhanh

Post on 06-Feb-2018

229 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROCEEDING - REDD  · PDF filepembangunan berbasis lahan di Indonesia terwujud sesuai dengan ... tersebut sudah memberikan dampak yang positif ... pendidikan, 3) health dan

2013

Sari Pan Pacific Hotel – Jakarta, 2 April 2013

PROCEEDING Workshop Tata Kelola Hasil Hutan Kayu dan Non Kayu untuk Penguatan Ekonomi Hijau

Page 2: PROCEEDING - REDD  · PDF filepembangunan berbasis lahan di Indonesia terwujud sesuai dengan ... tersebut sudah memberikan dampak yang positif ... pendidikan, 3) health dan

Proceeding Workshop Tata Kelola Hasil Hutan Kayu dan Non-Kayu untuk Penguatan Ekonomi Hijau | 1 Jakarta, 2 April 2013

DAFTAR ISI DAFTAR ISI

1

I. Latar Belakang

II. Tujuan

III. Bentuk Kegiatan

IV. Notula Kegiatan

2

4

5

6

Lampiran 1

Hasil Diskusi Kelompok 2

24

Lampiran 2

Materi Kegiatan

35

Page 3: PROCEEDING - REDD  · PDF filepembangunan berbasis lahan di Indonesia terwujud sesuai dengan ... tersebut sudah memberikan dampak yang positif ... pendidikan, 3) health dan

Proceeding Workshop Tata Kelola Hasil Hutan Kayu dan Non-Kayu untuk Penguatan Ekonomi Hijau | 2 Jakarta, 2 April 2013

Workshop Tata Kelola Hasil Hutan Kayu dan Non Kayu untuk Penguatan Ekonomi Hijau

Jakarta, 2 April 2013

I. Latar Belakang Indonesia memiliki hutan tropis ketiga terluas di dunia setelah Brazil dan Kongo yang mempunyai hutan tropis yang lebih besar. Hutan ini sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dari ekosistem yang di hasilkannya. Tidak hanya bermanfaat untuk manusia, hutan pun menjadi rumah bagi berbagai spesies lainnya. Menurut catatan Bank Dunia, hutan Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang begitu tinggi, yaitu 17 persen dari spesies burung, 16 persen reptil dan hewan amfibi, 12 persen mamalia dan 10 persen tumbuhan di dunia. Peran hutan menjadi lebih penting lagi dalam kebijakan perubahan iklim di Indonesia. Hutan menutupi antara 86 – 93 juta hektar, atau hampir setengah total wilayah darat negara ini. kontribusi penting terhadap pembangunan dan kehidupan masyarakat baik berupa hasil hutan kayu, hasil hutan bukan kayu ( HHBK) dan jasa lingkungan. Namun sayangnya hutan yang terdegradasi di Indonesia mencapai 59,62 juta.ha. Laju degradasi hutan di Indonesia pada periode 1982-1990 mencapai 0,9 juta.ha per tahun. Memasuki periode 1990-1997 telah mencapai 1,8 juta.ha per tahun dan meningkat pada periode 1997-2000, dimana kerusakan hutan mencapai 2,83 juta.ha per tahun. Secara global, degradasi hutan menghasilkan sekitar 20% emisi karbon, hampir sama dengan seluruh sektor transportasi dunia. Indonesia memiliki salah satu kawasan hutan tropis terluas di dunia, dan keselamatan hutan ini penting artinya bagi upaya mitigasi perubahan iklim global. Menyadari hal tersebut, pemerintah Indonesia secara politis sudah memutuskan untuk mengembangkan pembangunan berkelanjutan dengan ciri utama rendah emisi karbon dan berkeadilan social dengan ciri utama inklusif dan merata. Komitmen ini disampaikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di dalam pertemuan G20 yang pertama tahun 2009. Dikarenakan sekitar 80% dari emisi karbon di Indonesia disebabkan oleh degradasi lahan hutan dan gambut serta deforestasi, niscaya tata kelola hutan dan lahan gambut harus diubah sehingga hutan dan lahan gambut tak lagi melepas karbon ke atmosphere, dan menjadi tempat penyimpanan karbon. Dengan kata lain sektor kehutanan merupakan sektor kunci yang harus diubah demi memenuhi komitmen reduksi emisi 26 a 41 % yang disertai dengan pertumbuhan 7%. Komitmen Indonesia ini mendapat dukungan secara internasional dari berbagai pihak internasional, termasuk dari Kerajaan Norwegia, yang mengikat kerjasama dengan pemerintah Indonesia untuk mengembangkan kelembagaan REDD+ yang diharapkan mampu mengubah dan mengendalikan haluan tata kelola hutan dan lahan sehingga efektif menyimpan karbon, tanpa mengorbankan pertumbuhan ekonomi, dan pada saat yang sama menguatkan keadilan sosial. Melalui mekanisme ini, pihak-pihak yang berhasil menurunkan emisi karbon berbasis hutan melalui kegiatan rehabilitasi hutan dan pengelolaan hutan secara lestari sesuai dengan standart-standard yang diakui pasar karbon, akan menghasilkan kredit karbon yang kemudian bisa diperjual belikan di pasar karbon. Indonesia berhasil mendorongkan masuknya tiga elemen penting yang mengubah REDD menjadi REDD+ yaitu: penerapan pengelolaan hutan berkelanjutan, pengakuan atas pentingnya peranan konservasi, pengayaan simpanan karbon. REDD+ mengandung gagasan yang secara khusus dimaksudkan untuk mewujudkan pemberian kompensasi oleh negara maju kepada negara berkembang pemilik hutan yang berhasil menurunkan emisinya. Pembayaran kompensasi untuk kegiatan REDD+ bisa diberikan kepada: pemerintah, pengusaha, komunitas, dan juga individu. REDD+ merupakan suatu paradigm tata kelola lahan yang berkembang untuk memastikan agar pembangunan berbasis lahan di Indonesia terwujud sesuai dengan kaidah kaidah ekonomi hijau yang berkesinanbungan dan berkeadilan sosial.

Page 4: PROCEEDING - REDD  · PDF filepembangunan berbasis lahan di Indonesia terwujud sesuai dengan ... tersebut sudah memberikan dampak yang positif ... pendidikan, 3) health dan

Proceeding Workshop Tata Kelola Hasil Hutan Kayu dan Non-Kayu untuk Penguatan Ekonomi Hijau | 3 Jakarta, 2 April 2013

Di tanah air, lebih dari 48 juta orang mengandalkan hutan sebagai sumber penghidupan. Sektor kehutanan berkontribusi pada peningkatan devisa, penyerapan tenaga kerja, dan nilai tambah peningkatan pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan dari kayu dan non kayu. Contoh hasil hutan dari kayu diantaranya adalah Kayu Agathis (Agathis alba), Kayu Bakau atau Mangrove (Rhizophora mucronata), Kayu Bangkirai (Hopea mengerawan), Kayu Benuang (Octomeles sumatrana), Kayu Duabanga (Duabanga moluccana) dan banyak lagi. Industri yang terkait dengan hal ini adalah pengolahan hasil hutan, antara lain berupa industri penggergajian kayu seperti di Cepu (Jawa Tengah, untuk penggergajian kayu jati), hasil dari industri ini berupa kayu gelondongan (log/bulat), kayu gergajian, dan kayu lapis untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan ekspor. Mulai tahun 1985 pemerintah melarang ekspor kayu gelondongan dan mengubahnya menjadi ekspor kayu olahan, yaitu berupa kayu gergajian, kayu lapis, atau berupa barang jadi seperti mebel untuk meningkatkan lapangan kerja di bidang industri perkayuan yang bersifat padat karya. Sedangkan non kayu atau lebih di kenal dengan NTFP (Non Timber Forest Product) terdiri dari produk nabati dan hewan. Untuk hasil hutan non kayu nabati bisa dikelompokkan ke dalam kelompok rotan, kelompok bambu dan kelompok bahan ekstraktif (misalnya Damar, Terpentin, Kopal, Gondorukem dan sebagainya). Dari cakupan pengusahaan hutan tersebut dapat diketahui bahwa stakeholder dalam usaha pengelolaan hutan ini akan terkait dengan pemilik lahan, petani penggarap, buruh tani, pekerja kasar, sampai dengan pedagang dan industri serta pemerintah daerah. Dengan banyaknya pihak yang terlibat maka sangat penting untuk bertemu dan duduk bersama membahas tantangan sekaligus langkah – langkah yang strategis untuk mengembangkan sektor ini untuk mnguatkan ekonomi hijau di tanah air. Beberapa contoh koperasi dan pengusahaan hutan yang telah mendapatkan sertifikasi diantaranya adalah : PT. Koperasi Wana Manungal Lestari. Koperasi ini mengelola 815, 18 hektar dan sudah mendapatkan sertifikasi Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Lestari (PHBL) tahun 2006. Koperasi ini menghimpun masyarakat sebagai pengelola hutan lestari dari 9 dusun dengan menggunakan standart PHBL. Dengan sertifikasi, anggota koperasi mendapatkan banyak manfaat misalnya ada selisih atau kenaikan harga sebelum dan sesudah sertifikasi sampai dengan 10 persen/meter kubiknya. Kemudian Asosiasi Mebel Kerajinan Rotan Indonesia (AMKRI) menyampaikan bahwa rotan di Indonesia pernah mengalami keemasan tahun 2005 dan menempati urutan pertama kerajinan mebel rotan. Namun setelah pemerintah memperbolehkan kiriman bahan baku rotan pesanan anjlok dan mulai emmbaik ketika pemerintah mengeluarkan kebijakan larangan eksport bahan baku. Juga Koperasi Hanjuang merupakan koperasi pengrajin madu hutan di Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon.Koperasi ini mengeluarkan merk Odeng yang berasal dari nama lokal lebah hutan (Apis Dorsata) di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK). Usaha madu hutan dengan merk dagang Odeng ini telah berjalan lebih dari 2 tahun. Madu hutan di Ujung Kulon dihasilkan dari sari bunga-bunga hutan seperti; putat, sigeung, salam, kipoleng, kigelam, kawao dll. Kapasitas produksi dari setiap musim panen rata-rata 2-3 ton (dari pulau peucang dan pulau panaitan kawasan TNUK). Produk ini dihasilkan dari pola panen lestari, yaitu hanya mengambil bagian madu saja tidak mengambil bagian anakan lebah dan melakukan penanaman tanaman pakan lebah setiap pemanenan untuk melindungi populasi lebah. Juga menerapkan pasca panen higienis yaitu madu tidak diperas, tapi ditiris menggunakan pisau stainlees dan disaring dengan kain saring mesh 100 untuk menjaga kualitas. Hal tersebut diatas merupakan langkah baik bagi penguatan ekonomi hijau di tanah air sebagaimana komitmen Deklarasi Bersama Tata Kelola Aset Alam Menuju Pembangunan yang Berkelanjutan dan Berkeadilan yang di deklarasikan pada tanggal 27 November 2012 oleh perwakilan dari Masyarakat Adat, Pemerintah, Pengusaha dan Koperasi Hutan. Dalam deklarasi tersebut dinyatakan bahwa praktek penataan tata kelola aset alam perlu diperbaiki agar kehidupan bersama alam dapat lestari. Juga dinyatakan bahwa sudah ada yang mengembangkan praktek usaha yang baik dengan

Page 5: PROCEEDING - REDD  · PDF filepembangunan berbasis lahan di Indonesia terwujud sesuai dengan ... tersebut sudah memberikan dampak yang positif ... pendidikan, 3) health dan

Proceeding Workshop Tata Kelola Hasil Hutan Kayu dan Non-Kayu untuk Penguatan Ekonomi Hijau | 4 Jakarta, 2 April 2013

menerapkan kreatifitas untuk meraih manfaat ekonomi dan kesejahteraan yang berkeadilan. Hutan dibanyak komunitas perempuan dimaknai dengan tempat tinggal, sumber mata pencaharian masyarakat adat, hutan sebagai ruang ritual masyarakat adat, dan nilai – nilai sosial budaya yang secara turun temurun dilakukan. Sehingga hutan merupakan ‘rumah’ bagi mereka untuk keberlangsungan hidup mereka, dimana dari hutan mereka menemukan berbagai jenis tumbuhan untuk obat tradisional, bahkan beberapa tumbuhan dijadikan sebagai pewarna alami untuk bahan tenun mereka.

II. Tujuan Tujuan dari kegiatan ini adalah :

1. Membahas dan mengeksplorasi bagaimana melanjutkan dan mengembangkan praktek usaha yang baik dalam pengelolaan hasil hutan baik kayu maupun non kayu lebih lestari dan berdaya ekonomi tinggi.

2. Mendiskusikan tantangan dari kesempatan diantara para pelaku untuk mendapatkan pembelajaran dan rekomendasi yang bisa di implementasikan.

3. Memperkuat pengusahaan hutan kehutanan untuk menjangkau pasar yang lebih luas. 4. Mendapatkan rekomendasi kebijakan untuk di teruskan kepada pemerintah. 5. Mendapatkan data base dari semua peserta tentang usaha ekonomi yang dikembangkan.

III. Bentuk Kegiatan

1. Pembukaan : Pemutaran film 2. Key note Speech: Disampaikan oleh Satgas REDD+. 3. Diskusi Panel: Menghadirkan 3 pembicara yang berasal dari pengusaha hutan, koperasi,

perwakilan dari pasar (konsumen) serta lembaga riset tentang ekonomi hijau. 1. Niken Yuniken – Borneo Chic 2. Zinuri Hasyim – Jikalahari 3. Agung Prasetyo – PT. KWaS 4. Gusti Armada – Ketua Asosiasi Pengusaha Industri Kecil Bali

4. Diskusi Kelompok 5. Presentasi kepada pleno dan kesimpulan.

Page 6: PROCEEDING - REDD  · PDF filepembangunan berbasis lahan di Indonesia terwujud sesuai dengan ... tersebut sudah memberikan dampak yang positif ... pendidikan, 3) health dan

Proceeding Workshop Tata Kelola Hasil Hutan Kayu dan Non-Kayu untuk Penguatan Ekonomi Hijau | 5 Jakarta, 2 April 2013

V. NOTULA KEGIATAN

Waktu Sesi

08.30 – 09.00 Registrasi

09.15 – 09.30 Pembukaan oleh MC Keynote Speech: Heru Prasetyo, Deputi 1 Unit Kerja Presiden 4 Belum lama ini saya ada di Bali upacara pemberian award untuk MDGs. Kantor Utusan Khusus Presiden RI untuk MDGs menggelar program untuk mendapatkan siapa yang sudah melakukan kegiatan yangs angat baik di lapangan, kegiatan ada di 27 provinsi ada 600 masukan untuk dinilai apakah kegiatan tersebut sudah memberikan dampak yang positif mengenai MDGs. Apakah kita semua sudah sangat paham mengenai MDGs? MDGs ada 8 goals yang disepakati dunia yaitu 1) mengentaskan kemiskinan, 2) pendidikan, 3) health dan seterusnya sampai nomor 8, dicanangkan pada tahun 2000 dan diharapkan akan selesai babak pertamanya sampai tahun 2015. Pada tahun 1992, ada sebuah Earth Summit di Rio de Janeiro yang mengatakan bahwa kita punya tantangan besar dalam bentuk perubahan iklim. Framework of Convention yang membahas perubahan iklim dan bagaimana mengatasinya. Dari tahun ke tahun pertemuan itu terjadi sampai dengan tahun lalu dilakukan pertemuan ke-18 di Doha. Artinya selama 18 tahun, action di lapangan tidak sehebat sewaktu kita berbicara MDGs tadi. Dari dua inisiatif global tadi, saya mengambil kesimpulan bahwa: jangan menunggu PBB, jangan menunggu suatu yang diformalkan sebelum itu menjadi suatu kegiatan yang efektif. 18 tahun orang bergunjing tetapi tidak melakukan suatu aktivitas yang nyata. Beberapa bulan yang lalu, ktia melaksanakan program We Care, We Share. Kita mengundang pengusaha yang berhubungan dengan sawit, hutan lestari, tambang. Kita bicara bahwa apabila kita menunggu sesuatu yang dibakukan, maka kapan kita bisa menikmati nikmatnya surga dunia. Nanti yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin. 6-8 September 2012 kita melakukan kegiatan yang lebih luas lagi dengan masyarakat adat. Tanggal 7 november 2012, pemerintah dan masyarakat bertekad untuk melestarikan apa yang kita lakukan sekarang baik dari sisi ekonomi, social dan juga lingkungan. Kita bisa menggunakan kesempatan yang luar biasa hari ini untuk melakukan hal yang sama lagi. Kita harus maju selangkah. Kita tidak bisa hanya sharing dengan pengertian apa yang kita ketahui ini harus belajar bersama, tidak bisa hanya sampai belajar saja. Usia REDD+ hanya sampai Juli tahun ini. Maka kontrak psikologisnya akan berakhir antara kita, mungkin akan bersambung dengan sesuatu yang lain. Kalau itu lebih baik, syukur. Tapi kalau tidak, apakah kita akan mengubur usaha kita sejak We Care, We Share? Kami komit dari Satgas REDD+ bahwa apa yang baik dari masyarakat sebaiknya diangkat tanpa harus menunggu aturan yang pasti dari pemerintah. Ketika saya ada di MDGs tadi, kekuatan sebenarnya bukan dari pemerintah, tetapi dari masyarakat. Saya menghimbau anda bisa menggunakan kesempatan hari ini untuk menyusun strategi. Mari kita tinggalkan dari UNFCCC sampai ke Doha yang sifatnya hanya

Page 7: PROCEEDING - REDD  · PDF filepembangunan berbasis lahan di Indonesia terwujud sesuai dengan ... tersebut sudah memberikan dampak yang positif ... pendidikan, 3) health dan

Proceeding Workshop Tata Kelola Hasil Hutan Kayu dan Non-Kayu untuk Penguatan Ekonomi Hijau | 6 Jakarta, 2 April 2013

menginisiasikan. Kita ingin action. Kita ingin bahwa apa yang kita rasakan sebagai kendala bisa kita address. Kalau kita punya kekuatan, mari kita susun hari ini bagaimana kita bisa mencapai sustainable growth with equity. Apa yang harus dilakukan kalau kita punya kekuatan yang kita punya saat ini? Mungkin masih sendiri-sendiri, maka bagiamana kita berjejaring. Mungkin belum ada dananya. Apa-apa yang harus kita lakukan supaya visi kita terlaksana. Lalu apa yang menjadi kendala kita dan apa yang harus dilakukan untuk mengatasi kendala itu? Lalu siapa-siapa saja yang harus terlibat untuk mengatasi kendala dan melaksanakan strategi tersebut? Pemerintah perannya apa, pengusaha perannya apa, dll. Jangan dikatakan kita main tanpa aturan. Kita tetap bekerja sambil mendorong aturan. Fasilitasi bisa diberikan REDD+ sampai dengan akhir Juni 2013. kita ingin ada suatu kebangkitan baru dari tata cara kita melihat kehidupan kita dan alam kita. Serahkan kepada kami program 100 hari anda maka kami akan pertanggungjawabkan kepada presiden, dan akan kami pertanggungjawabkan kembali kepada anda. Bapak/Ibu sekalian, selamat datang di acara ini.

09.46 – 10.15 Pemutaran Film Satgas REDD+ : Produk Hutan Bukan Kayu : Potensi Ekonomi Indonesia.

10.15 – 10.50 Coffee break

10.15 – 12.15 Diskusi Panel Menghadirkan tiga orang pembicara yaitu:

1. Niken Yuniken, Manager Pemasaran Borneo Chic 2. Agung Prasetyo, Direktur PT. KwaS 3. Gusti Armada, Ketua Asosiasi Pengusaha Industri Kecil Bali

Moderator Diskusi Panel: Ibu Chandra Kirana Moderator: Selamat siang dan Assalamualaikum. Senang sekali dengan kehadiran bapak ibu. Kita sudah menonton film yang menunjukan potensi yang tersimpan dalam hutan Indonesia. Potensi yang tidak dilihat arus utama. Ekonomi arus utama melihat hutan hanya gelondongan yang bisa dibabat habis. Ekonomi kita sangat ekstraktif sifatnya, menghancurkan, mengambil semua yang ada. Dan membutuhkan banyak dana untuk memulihkannya. Di film ada kantung ekonmi yang berbeda. Ada kemajemukan Sumber daya yang ada. Tetapi untuk mengembankan itu menjadi ekonomi yang tiinggi. Masyarakat dituntut untuk punya kesaktian. Kesaktian imajinasi, kreativitas, melihat yang tidak terlihat oleh mainstream. Anda sebenarnya adalah orang yang memiliki kesaktian itu. Meskipun mainstream ekonomi itu deras luar biasa. Kita harus menggali pengetahuan-pengetahuan. Kita mengundang praktisi 3 orang. Niken Yuniken, Manager Pemasaran Borneo Chic. Borneo chic ini, dari hasil kayu ini (rotan) mampu naik ke level dunia mode yang modern, ke level masyarakat yang modern untuk tergiur membelinya. Mereka berhasil menarik yang kuno menjadi sesuatu yang sangat modorn, bagaimana perjalanannya sangat menarik untuk didengarkan. Bapak Agung Prasetyo, Direktur PT. KwaS. Yang tahu Jan Purwo adalah salah satu pengejawantahan imajinasi dan kreasi PT kwas. Gusti Armana adalah Ketua Asosiasi Pengusaha Industri Kecil Bali. Ciri dari semuanya adalah kreativiitas dan semuanya menjadi motto.

Page 8: PROCEEDING - REDD  · PDF filepembangunan berbasis lahan di Indonesia terwujud sesuai dengan ... tersebut sudah memberikan dampak yang positif ... pendidikan, 3) health dan

Proceeding Workshop Tata Kelola Hasil Hutan Kayu dan Non-Kayu untuk Penguatan Ekonomi Hijau | 7 Jakarta, 2 April 2013

Ekonomi di masa depan bisa dihasilkan dengan volume yang kecil saja dipadu dengan yang kreatif dan imajinatif. Masing-masing 15 menit untuk kemudian dilanjutkan diskusi. Ibu Niken: Film pendek (3 menit) mengenai Borneo Chic. Borneo Chic didirikan tahun 2011. Jaringan kerja craft di Kalimantan, KalBar, KalTim, KalTeng. Jaringan craft berdiri tahun 2008, salah satu tujuannya melestarikan budaya menenun dan menganyam, tetapi apakah cukup sampai distu. Awalnya melestarikan, setelah kita memperindah buatannya. Apa lagi, kita buat jaringan craft. Di KalBar: Yayasan Dia Tama, Ruika Bumi, Jarm, kaltim, Petak Danun, masing-masing memiliki hasil anyaman yang berbeda. Dari semua kekayaan ini kita kembangkan ke arah bisnis yang lebih besar. Kita mengangkat mereka untuk terus dapat menenun dan melestarikan kegiatan mereka. Kalimantan, ada anca>>rotan, bemban, tenun ikat, korit, rambat. Dari kelima tempat ini punya kekhasan masing-masing dan akan kita terus lestarikan. Kami bawakan beberapa produk kami. Sepertinya cocok untuk ibu-ibu dan akan kami kembangkan produk untuk bapak-bapak juga. Apa saja yang kita kerjakan untuk mengembangkan unit bisnis ini. Pendekatan keluar dan kedalam. Kita lakukan marketing. Misalnya pameran, event.kita juga sudah mempunyai buletin (voices from the forest). Kita juga melakukan perluasan jaringan, ada di 6 negara. Kita sangat memerlukan jaringan untuk memperluas tentang produk kita ini. Kita ada meeting antar pengrajin. Kita berupaya agar mereka tahu produk mereka di kelas mana, bagaimana tentang permintaan diluar sana /produk yang bagus. Setelah mengetahui Borneo Chic, Bapak Musa (designer) tertarik untuk menuangkan idenya. Banyak orang di luar sana yang peduli terhadap produk forest ini. Kita membuat sebuah brosur yang sangat informatif. Penggemar produk kami adalah orang Jepang, sehingga brosur ini kami buat juga dalam bahasa Jepang. Kita sangat meniti, kita lakukan brand positioning. Untuk masuk mall besar, produk kami tidak dianggap baik dengan Louis Vitton, kita harus mensejajarkan dengan produk tersebut. Moderator: Dari musiknya kita lihat ini dari hutan, tetapi kekiniannya terlihat sekali. Dikembangkan dari hutan tetapi dibawa ke tempo kekinian meskipun masih didiskriminasikan. Pak Agung Prasetyo: Ini adalah ketiga kalinya dengan REDD+. Tahun kemarin bicara hal yang hampir sama. Disini hadir dari Jepara dan Jogja sepertinya sudah kenal. Ini adalah bisnis yang berkelanjutan dan dari persfektif saya. Orang fikir ini adalah bisnis yang mudah. Kayunya bisa beli di tukang kayu, kemudian cari tukang. Tetapi bagaimana berkelanjutan belum bisa sampai kesana. Banyak teman di Jogja yang tutup, tetapi banyak juga yang buka. Industri ini mudah ditiru. Sudah ada SVLK yang mandatory. Bisnis ini produksinya lama dan berbasis cash. Bahan baku kadang menjadi masalah. Bisns kreatif (kayu, rotan, bambu, batu, anyaman). Distributor plywood dan veneer belum tersertifikasi. Distributor diset sebagai pedagang. Ini adalah konsep manajemen ala Jepang dan ala Amerika. Dan itu ngapain mereka punya SVLK, SVLI, costnya tinggi. Ini adalah salah satu jejaring menuju proses yang sustainable. Di lokal pun masih sangat terbatas. Plywood, plywood vinil itu untuk eskpor. Beberapa hari yang lalu saya

Page 9: PROCEEDING - REDD  · PDF filepembangunan berbasis lahan di Indonesia terwujud sesuai dengan ... tersebut sudah memberikan dampak yang positif ... pendidikan, 3) health dan

Proceeding Workshop Tata Kelola Hasil Hutan Kayu dan Non-Kayu untuk Penguatan Ekonomi Hijau | 8 Jakarta, 2 April 2013

butuh plywood di vinil jati tidak ada. Satuan plywood 20 feet kontainer. Jadi pusing karena ordernya hanya ratusan. Kalau kita bicara pasar, lokal sama ekspor. Kalau ekspornya dibatasi dengan SVLK dan FSC. Masih ada psar lokal yang potensinya luar biasa besarnya. Jenis pasar yang besar bisa digabungkan dengan proyek apartemen, proyek hotel. Hampir sama dengan ekspor, bedanya kita harus bicara ngatur barangnya sesuaikan dengan situasi hotel tersebut, kalau ada komplain harus segera diselesaikan. Enaknya masuk ke market ini, tinggal minta orang memperbaiki tempat. Kalau di market ekspor, ada denda keterlambatan, demorage (posisi kontainer terlalu lama nongkrong dipelabuhan) FSC tidak kita pakai ke ekspor, kita pakai di lokal. Hotel Jambu Lungkuk menggunakan FSC, bahannya dari kalimantan, vinilnya dari kalimantan. FSC ada permintaan disana. Kami pribadi ada keinginan produk FSC dipakai di lokal. Karena kita sudah mulai duluan, akhirnya orang akan bertanya mengapa ada labelnya, diberitahu managernya dan diberi kartu nama dan balik lagi ke saya. Di pasar lokal belum teredukasi. Saya jualan tidak pernah bilang saya jualan kursi/mebel. Kalau bapak mau kursi dan mebel teman saya bisa buatkan. Kita bicara produk yang sustain dan green. Baru-baru ini saya dapat lagi, hotel bintang lima, harus renovasi. Ada 200 kamar. Yang buat pusing lemari ini tinggi 150 cm dibuat jadi 100 cm, kemudian ditambahi. Mereka tidak mau beli baru. Dipotong dan ditambah bahannya seperti yang kamu omongkan. Customer akan tetap bicara harga dan kualitas serta delivery. Kami sudah menunggu untuk produksi, kami bicara lemari 1 saja dan merembet kemejanya dan cerminnya. Managernya bilang nanti semua harus diganti ya, iya nanti tidak matching. Mereka bilang ini adalah kayu mahoni, ternyata miranti. Kalo miranti FSC carinya di Kalimantan. Bisa gak dicampur mahoni, miranti itu tekstursnya kasar dan besar-besar. Dan kita selesaikan di finishing. Akhirnya saya mengeducate customer bahwa nanti ini akan terlihat seperti mahoni. Maka dia tidak akan tanya ke ahli yang lain. Saya hampir 3-4 kali ditelpon. Proses menjelaskan ke customer adalah proses yang panjang. Beda dengan pasar ekspor meskipun buyer baru, tetapi ilmunya sudah lebih dari kita. Misal waterbased. Dia sudah biasa dengan water based di Jepara, kita minta memakainya. Gagalnya mereka pernah mengalami dan dioper ke kita. Ini adalah strategi mikro saya. Saya tidak bicara hari ini saya bicara, hari ini mereka beli. Paling cepet 3 bulan. Kadang saya meminjam teman, kadang saya ketemukan. Pas waktu audit, saya mengundang tamu yang harus belajar FSC dan SVLK. Ini loh akhlinya dan kita dapat sesuatu. Yang ketiga networking. Saya pernah dateng ke seminar dan punya waktu 2 menit, saya kasih profil perusahaan saya. Dua minggu kemudian saya diundang untuk bicara konsep green. Itu adalah pengalaman saya. Awalnya kita tidak bicara bisnisnya, tetapi visinya yang kita hadapi. Strategi makronya adalah : - Pengaturan industri secara bertahap dengan undang2 efektif - Perlu keberpihakan pemerintah, biasanya yang ikut tender. Bukan kita-kita yang

masuk. Pemerintah belum ada aturan furniture harus disupply dengan perusahaan furniture.

- Promosi pengelolaan htan secara baik dari hulu dan hilir - Edukasi pasar lokal dan kampanye nilai-nilai green

Upgrade kapasitas dan kualitas. Ini adalah hal wajar kita harus melakukan itu. Moderator: Pemerintah, LSM, akademisi masih bicara, praktisi bisnis sudah mempraktekannya. SVLK keluar tetapi realita bisnis banyak mengalami hambatan. Terlihat plywoodnya

Page 10: PROCEEDING - REDD  · PDF filepembangunan berbasis lahan di Indonesia terwujud sesuai dengan ... tersebut sudah memberikan dampak yang positif ... pendidikan, 3) health dan

Proceeding Workshop Tata Kelola Hasil Hutan Kayu dan Non-Kayu untuk Penguatan Ekonomi Hijau | 9 Jakarta, 2 April 2013

yang belum tersertifikasi, pasar ekspor menjadi hilang, hanya karena value changenya belum sesuai dengan kebijakan yang keluar. Untuk menghasilkan produk yang diekspor membutuhkan bahan yang sertified, ini adalah bahan yang menarik untuk FGD agar ada masukan yang lebih real bagi pemerintah. Gusti Armada, Ketua Asosiasi Pengusaha Industri Kecil Bali Kami akan coba memberikan sharing yang berbeda, kami adalah komunitas kecil UKM. Kami tambahan anggota berupa petani yang bergabung dengan asosiasi industri kecil kabupaten Buleleng. ¼ wilayah bali ada di Buleleng. Kami yang ada di utara sedangkan orang main ke bali Nusa Dua, Kuta, ada di selatan semua. Sejarah kami berdiri tahun 2006. Mengapa kami ada, dilatarbelakangi oleh rasa senasib para komunitas/pengrajin kecil susah banget aksesnya. Kalau di Bali utara, sangat sulit aksesnya. Kami sangat merasakan satu-satu jalan saat kami berkomunitas, kami harus bergabung dalam satu wadah meskipun kecil, barang kali suara kami lebih didengar. Itu dasar kami mendirikan Apik Buleleng tadi. Sejak tahun 2006 dan kami lakukan komunikasi terus menerus dan kami menjalani fase-fase. Kami ada 100 anggota, pengrajin kayu, perak, anyaman, dari barat sampai timur di Bali utara. Animo masyarakat menanam sepertinya tinggi, menamam kayu. Menjadi petani kayu. Ketika disaat yang sama 2011 kami mengenal SVLK, kami diajak untuk melakukan itu. Kami merekrut kawan-kawan yang menanam kayu. Kami punya struktur organisasi. Kami punya KSU, unit industri, trading. Kami mencoba berkonsep. Temen diindustri kami masukan di koperasinya. Kami berharap dengan konsep ini ruang gerak yang bisa dibangun dapat berjalan. Kamu sudah lulus audit SVLK. Kami satu-satunya komunitas sertifikat komunitas kayu dan pengrajinnya. Pertanyaannya bisa gak kami jual. Sebetulnya dari sebuah proses ini, tetapi ini menjadi mandatoris siapapun, mampukah kita mentransisikan yang dimikili komunitas itu sendiri. Banyak disekitar kita komunitas yang sangat rusak. Animo sangat bagus, tetapi salah juga banyak yang tutup. Ketika kami rekrut 200, tetapi yang lulus; kami pilih 70 orang anggota. Ekspansi kedepan sampai 500 ha bisa di sertifikatkan LSVKnya. Ini adalah industri kecil menengah. (lihat presentasi). Bayangan kami ekspor tadi ribet banget. Tetapi eksor dalam negeri juga kenapa tidak. Kenapa tidak ada kepres yang mengatur barang dan jasa di LVSK. Kami berharap pemerintah benar-benar memahaimi situasi positioning yang dibawah. Jika memang mandatory, Semua komponen harus dilakukan. Ada ketakutan kami, jika masyarakat panen raya suatu saat siapa yang memange para petani yang menjual apa yang mereka tanam. Jangan-jangan seperti dulu menjadi kayu bakar, ketika sudah dibuat kayu bakar baru pabrik triplek perlu, diharapkan para petaninya potensi yang dimilikinya bisa kami maksimalkan. Dari pemahaman kami pengelolaan hutan di Indonesia kami boleh kelompokan yang proporsional>>corporate. Mereka melakukan 34 juta ha. Di sisi lain ada komunitas kami yang namanya kelompok masyarakat. Dari dulu mereka berkarya dan berdaya. Kami lakukan pemetaan tentang keanggotaan kami. Betapa besar potensi mereka. Cuma problemnya adalah bagaimana di akses, bagaimana tersentuh pasar. Kondisi seperti itu jujur ada. Komunitas adat punya 2000 ha ada kendala osus yang tidak... Di depan mereka kayu keluar tetapi bukan dari masyarakat adat. SDM yang ada di masyarakat jauh berbeda dengan yang ada diperusahaan, mungkin satgas bisa masuk ke mereka. Asosiasi yang ada. Kami berharap melakukan jawaban atas mereka yang tidak mempunyai akses pasar.

Page 11: PROCEEDING - REDD  · PDF filepembangunan berbasis lahan di Indonesia terwujud sesuai dengan ... tersebut sudah memberikan dampak yang positif ... pendidikan, 3) health dan

Proceeding Workshop Tata Kelola Hasil Hutan Kayu dan Non-Kayu untuk Penguatan Ekonomi Hijau | 10 Jakarta, 2 April 2013

Hal-hal yang menjadi saran kami : 1. Sinergitas semua pihak 2. Asosiasi yang ada 3. Program diarahkan langsung ke masyarakat

Moderator: Terimakasih Pak Gusti. Memang banyak sekali yang harus dikerjakan. Kalau bisa bisa dipindahkan lebih rinci dan kami sampaikan cikal bakal lembaga REDD dan kementerian terkait. Tetapi bahwa perlu jaringan dan sinergi antar semua pelaku, pasar dan kebijakan adalah pasti. Anda lah yang mengetahui titik yang mesti diperkuat dan titik mana yang lemah. Siapa yang ingin bertanya dan berdialog. Masing-masing orang 1 pertanyaan saja. Tanya Jawab: Pertanyaan 1: Margo-Jepara - Asosiasi pegrajin kayu Jepara. Ada beberapa hal yang penting yang disampaikan narasumber kami turut prihatin. Banyak jaringan yang menghasil produk dari rotan. Di tingkat komunitas apakah ada kelayakan pembinaan. Apakah ada yang diikutkan dalam koperasi dan nilai tambah bagi masyarakatnya. Kedepannya adalah bagian dari kehidupan bisnis yang mesti dilibatkan dalam mitra binaan yang sehati. Pertanyaan 2: Ambar - Yogjakarta Hasil produk sekitar hutan, kami mendampingi hutannya. Di Jawa ada beberapa hutan-hutan kecil. Kami membawa 1 produk emping garut, umbi garut yang bisa ditanam di bawa tegakan dan itu ada nilai bagi pemberdayaan perempuan. Mungkin nanti bisa dibagi kelompok-kelompok. 80 % kesehatan di pengaruhi oleh makanan dan makanan lokal harus selalu dikembangkan. Pertanyaan 3: Heru Suprato – Petani Kami sebagai petani pelaku, awalnya bergerak di pangan. Tahun 1989 program pemerintah ada lingkungan pangan yang sehat. Terkait denan program itu tahun 1999 program itu tidak sehat juga. Dari hulu dan hilir ada industrialisasi. Tahun 2009 ada go organic. Perjuangan teman teman yang sudah sadar dan didasarkan oleh temen-teman teman LSM. Teman menyuruh tetapi tidak melakukan. Ada 3 komunitas orang yang bergerak, ada pribadi dan asosiasi, khusus pembicara 1. Hasil yang sudah teman lakukan menjadi kegiatan bisnis masyarakat apakah sudah mensejahterakan, apa jadi sebuah proyek. Jika ini proyek sudahkan, mensejahterakan, atau mensejahterakan LSM. Sumber modal apakah dari bank ato dari proyek/funding atau swadaya. Pertanyaan 4: Sutarya- Jepara Pertanyaan saya untuk ketiga pembicara, saya bicara masyarakat PDB, produk bapak dan ibu bagaimana posisinya, diferensiasi dan brandingnya. Mba Niken yang didekati komunitas apakah Asia/Jepang saja? Jawaban: Ibu Niken: Ini kerja dari jaringan kerja craft Kalimantan, setelah kita berusaha meningkatkan apa yang mereka lakukan yaitu menganyam, menamam kembali, itu kemudian kita berfikir

Page 12: PROCEEDING - REDD  · PDF filepembangunan berbasis lahan di Indonesia terwujud sesuai dengan ... tersebut sudah memberikan dampak yang positif ... pendidikan, 3) health dan

Proceeding Workshop Tata Kelola Hasil Hutan Kayu dan Non-Kayu untuk Penguatan Ekonomi Hijau | 11 Jakarta, 2 April 2013

lebih lanjut lagi, kita tentu saja tidak bisa bergantung pada funding. Kita memiliki strategi ke depan dan kita mempunyai jaringan, brand positioning dan apakah itu sudah mensejahterakan masyarakat, kami berharap sudah mensejahterakan masyarakat. Hitungannya yang kasat mata adalah uang dalam kerja jaringan kami, kami telah melakukan mempromosikan budaya mereka, capacity buidling, kita memperhatikan bagaimana bisa punya keinginan itu menjadi terus menerus (kebutuhan mereka) dan mereka akan mempertahankan kegiatan itu. Kita akan menguatkan ekonomi yang hijau (ke arah sana). Bagaimana mereka memanfaatkan hutan tersebut. Jaringan, kita mempromosikan budaya mereka, kita tidak hanya kita yang membeli, karena kita sudah meningkatkan kualitas. Kita mempersilahkan mereka untuk tawar menawar dengan orang yang datang kesana. Untuk kami, kita memberikan harga yang lebih tinggi 30 %-50% lebih tinggi. Mereka mendapatkan nilai lebih (better price). Pada saat Ina Craft, kita mengundang mereka. Kita coba perkenalkan mereka keluar. Kita kasih tahu bahwa produk mereka berkembang bahwa budaya mereka dihargai. Dan mereka akan meneruskan kegiatan mereka sampai generasi selanjutnya. Positioning, kita tidak hanya target Asia, kita juga punya target lokal. Tentu lokal juga yang kita perhatikan dan apakah ada, ya ada. Kita berusaha sudah memasukkan di Grand Indonesia. Dan yang beli tidak hanya ekspatriat tetapi lokal juga. Memang mungkin dianggap produknya high. Kita brand position menjadi suatu hal yang sangat kuat bagi produk kita. Dan perbedaan dengan produk yang lain, pada saat saya perkenalkan produk saya, this is story behind the product. Masyarakat tahu nilai history yang di belakang produk ini. Agung Prasetyo, Direktur PT. KwaS: Di Jawa secara jika bekerja akan ditanya, kamu bekerja dimana, kamu ikut Pak Agung. Yang saya branding adalah perusahaannya. Akan selalu bicara green dan sustainability. Saya selalu berkegiatan yang tidak kaitannya dengan furniture. Saya juga ada kegiatan terkait beras organik. Yang saya lakukan jangka panjang. Positioningnya yang saya maksud saya mencari orang yang punya pikiran mengenai green, sustainble, community development. Saya tidak campaign besar-besaran, yang saya lakukan sangat sederhana sekali. Dalam manusia ada value, saya bermain disitu. Baru kemudian saya bicara furniture. Kalau ekspor sama juga, jika ada link saya masuk ke dalam linknya. Gusti Armada, Ketua Asosiasi Pengusaha Industri Kecil Bali: Positioning dan branding. Pengalaman saya, Apik diajak di bantul, pameran di 2013, kami dikumpulkan dengan pak Agung dalam 1 space. Apa yang terjadi, kami dari Bali mempunyai harga yang sangat tinggi. Pak agung dari komunitas Jawa sangat terlihat perbedaan harganya. Harga kami terlalu tinggi. Kalkulasi kami tinggi wajar, bahan baku kami tinggi dan upah baru tinggi. Apakah dengan berkomunal menyebabkan harga tinggi. Bukan karena komunalnya tetapi dari proses recalculation. Yang lihat barang kami lihat harganya langsung tersentak. Kami juga harus banyak belajar harus berkompetisi, apa lagi seperti Papua. Kalau teman-temannya di Jawa sangat banyak akal, kapasitas teman di Jawa sangat saya akui. Tetapi anyaman di Bali lebih murah, sehingga semestinya ada proses kolaborasi. Jangan bertarung bebas. Ada brand image yang diharapkan. Dulu didaerah Bali, ada anyaman untuk foto, kemudian buyer masuk. Masuk di pintu awal harga 100 ribu, lalu di tengah dikasih harga 80 ribu, kemudian 70

Page 13: PROCEEDING - REDD  · PDF filepembangunan berbasis lahan di Indonesia terwujud sesuai dengan ... tersebut sudah memberikan dampak yang positif ... pendidikan, 3) health dan

Proceeding Workshop Tata Kelola Hasil Hutan Kayu dan Non-Kayu untuk Penguatan Ekonomi Hijau | 12 Jakarta, 2 April 2013

ribu. Harga diadu, akhirnya desa itu habis tidak berproduksi lagi. Kita harusnya bersatu dipasar. Tetapi bicara pilihan segmen dimana kita dibawa. Kalau mass produk, kalo art/seni menghargai handmadenya dimana bisa ditentukan segmennya. Moderator: Terimakasih untuk jawaban yang insipring. Saya mempunyai teman-teman NGO di pengelolaan hutan yang sustainable di Kendari. Mereka menghasilkan kayu jati yang sertified. Mereka jual dalam kubikan. Sisanya mereka pakai untuk pagar, dibakar. Di Amerika banyak toko online yang menjual mote yang diukir, harga 0,5 - 1dolar, kalau kayu jati di Konawe (Kendari) jatuh ketangan orang Bali, akan ada berapa mote. Pertanyaan: Pertanyaan 5: Sekara-kapoltahut Jateng Ini yang didepan sektor hilir, tetapi masalah disektor hulu juga banyak. Tadi yang disampaikan oleh yang lain ternyata dari teman yang didepan, bagaimana kelangkaan bahan baku, kasus rotan tadi bahan baku mahal. Itu juga kami terasa pada kami. Kami juga sudah bersertifikat, kami belum pernah memiliki, ada nilai tambah dan sertifikasi ini. Saya juga mikir FSCpun juga belum ada nilai tambahnya, saya belum tahu apakah mas Agung juga memperlakukan pada bahan yang bersertifikat itu. Harganya juga tidak lebih baik. Kami berharap ada kepedulian terhadap teman-teman didepan. Kami pun juga sama. Kami tidak punya daya tawar sama sekali. Pertanyaan 6: Kacong Saya banyak bekerja dengan asoasiasi kerajinan. Kayu dan rotan sudah masuk ekonomi minstrame, ekonomi hijau disini ada kelompok yang mencoba menjual nilai ekonomi sosial ramah lingkungan. Di tata niaga kelompok yang berusaha mengangkat nilai-nilai via sertifikasi dan kalah bersaing yang tidak butuh bersertifikasi. Bagaimana menghadapi pemain-pemain yang tahu pasar, tahu produk, tahu bagaimana mengkali tata niaga. Dari 3 ini, bagaimana menghadapi politik dagang dari pesaing utama hasil hutan kayu dan non kayu. Pertanyaan 7: Muria - Jepara Women Enterpeneur Saya punya pertanyaan , apakah ada planing kedepan untuk mensosialisasikan program dari Borneo chic, kita lebih memperhatikan sustainable, di Jawa juga banyak tas yang sama, produk ibu banyak membawa tas ibu, membawa emosi untuk membeli, tetapi rasanya berbeda, touchnya berbeda. Di Semarang ada tas bagus luar biasa, bisa bertanding dengan luis vittong. Dengan pendidikan saya fikir program ini bisa sampai ke anak cucu. Pertanyaan 8: Endang – Kadin Jepara Apa yang sudah dilakukan memang bisa memberikan nilai tambah. Strategi bertahannya seperti apa. Ada korporasi, misal suplier untuk hotel ada korporasi. Untuk rotan, ada spesiesnya 300-600. Yang dieksplorasi 30-an. Di Papua, ada rotan tetapi tidak ditebang, sampai mati. Dari Borneo Chic bahannya rotan, furniture Cirebon kesulitan bahan baku. Bagaimana mengekplorasi itu. Sudah menjadi rahasia umum, ada yang bermain ditengah. Rotan di hulu rendah sekali, rotan dijepara di Cirebon mahal sekarang. Kita bicara tata kelola hasil hutan. Ada peran dari pemerintah. Ada yang melakukan penelitian. Bagaimana peran pemerintah. Kami melihat ada

Page 14: PROCEEDING - REDD  · PDF filepembangunan berbasis lahan di Indonesia terwujud sesuai dengan ... tersebut sudah memberikan dampak yang positif ... pendidikan, 3) health dan

Proceeding Workshop Tata Kelola Hasil Hutan Kayu dan Non-Kayu untuk Penguatan Ekonomi Hijau | 13 Jakarta, 2 April 2013

pembiaran indutsri rotan dan industri kayu yang lainnya. SVLK nilai tambahnya apa. Jawaban: Ibu Niken Yuniken: Berdasarkan kesimpulan dari Ibu Chandra, memang kita tidak bicara semata-mata masalah uang saja, tetapi juga tidak dapat dikesampingkan hasil kerja Kalimantan itu. Selain materi dan non-materi yang mereka dapatkan. Materinya bisa meningkatkan kesejahteraan mereka, secara tidak langsung kita membeli dari mereka harga di luar pasaran. Pada saat buyer datang ke sana, apabila mereka tidak berkelompok, harga semakin ditekan. Maka kita ada capacity building bagaimana mereka bisa berkelompok dan menentukan harga jual mereka. Maka harus ada pendampingnya, si A produknya tidak sehalus ini, si B tidak. Untuk menghadapi politik dagang, memang kita harganya lebih tinggi. Kalau saya brand positioningkan harga ada banyak operational cost yang dimasukkan dalam penjualan tersebut. Itu ada hitung-hitungannya sendiri. Saat ini Borneo Chic melakkan kegiatan ini, di titik tertentu kita harus Break Even Point. Keuntungan yang didapat untuk menyambung ke ibu, memberikan bibit..yang akan dikelola oleh kelompok mereka langsung. Untuk masalah pendidikan dan kesehatan, kita memang tidak bergerak secara khusus ke sana, namun untuk kerja jaringan kami, kita selalu menyebut secara sosial apa yang harus kita sampaikan keluar. Saat kita memaparkan tentang Borneo Chic, kita tidak lepas dari komunitas di dalamnya. Kalau bermain sendiri-sendiri akan susah, memang itu salah satu yang sedang kami bidik. Saat ini kita ke outlet, hanya kebutuhan konsumsi personal saja. Pada saat penyerapan banyak dari sana, akan lebih banyak memakai produk dari mereka. Kami tidak pernah memaksakan masyarakat untuk besar-besaran melakukan pengerjaan, karena mereka mempunyai ritual, misalnya pada saat ada kematian, mereka tidak bekerja. Memang kita tidak akan jawab pasar. Kami tidak lakukan hal-hal business Minded. Untuk yang SVLK, marketnya sekarang sudah ada. Media online bisa, atau menyediakan website yang bisa diakses oleh konsumennya dan itu siapa saja yang sudah punya sertifikasi SVLK. Harga itu kan sebenarnya market yang membentuk. Tidak bisa dipaksakan harganya memang harus bagus di sisi Bapak, saya pikir tidak bisa begitu Pak. Akhirnya memang tidak bisa lari dari mainstream awal. Ke depannya Indonesia adalah satu-satunya negara yang punya mandatory. Negara ini sudah bermain di tataran politik dagang. Kalau ini bisa direalisasikan, industry/value change nya mengalir, pasti produk Indonesia akan dicari. Pak Hamdan. Saya yakin kalau mau sendiri atau bareng itu bisa. Yang jelas good will nya bagaimana. Kalau fungsinya, saya kan di furniture, saya akan minta tolong kalau perusahaan yang besar-besar kan mereka settingnya capitol. Kalau kita kan value green. Tinggal sekarang mendorong pemerintah supaya membuatkan peraturan yang pro ke kita. Moderator: Ada dua gugatan yang belum mendapat tanggapan, yang pertama pemerintah melakukan gugatan, yang dari ibu Amalia koq ga ada dari industri pangan. Nilai

Page 15: PROCEEDING - REDD  · PDF filepembangunan berbasis lahan di Indonesia terwujud sesuai dengan ... tersebut sudah memberikan dampak yang positif ... pendidikan, 3) health dan

Proceeding Workshop Tata Kelola Hasil Hutan Kayu dan Non-Kayu untuk Penguatan Ekonomi Hijau | 14 Jakarta, 2 April 2013

ekonomi dari pangan bisa akan sangat tinggi. Mungkin CIFOR akan punya banyak penelitian-penelitian itu. Saya waktu itu sangat gemas karena keanekaragaman hayati itu hanya memperhatikan hutan, padahal keanekaragaman pangan itu hasilnya sangat tinggi. Untuk Pak Hamdan, saya bukan pemerintah tapi saya bisa memahami kegalauan Bapak. Sebetulnya justru karena saya melihat bahwa yang selalu menjadi pioneer perubahan adalah sektor riil. Inovasi munculnya di sektor riil. Mengapa anda diundang kesitu, itu karena pemerintah ingin tahu bagaimana mengaktualisasikan nilai rotan yang ada di Papua. Itu satu hal yang policy maker pasti tidak tahu. Saya hanya bisa menjanjikan menggaungkan yang Bapak risaukan.

13.15 – 13.50 Istirahat, makan siang dan sholat

13.50 – 16.00 Focus Group Discussion Peserta dibagi ke dalam dua kelompok FGD di ruangannya masing-masing dan hasil diskusikan akan dipresentasikan dalam forum pleno setelah selesai FGD Kelompok 1: di Jaya Room Lt.4 Fasilitator : Toto Rahardjo Fasilitator: Saya dari jogjakarta yang sehari-hari jauh dengan hutan. Kita setengah empat harus presentasi di forumsana. Kita sepakati diskusi kita sampai jam berapa. Dan siapa yang mewakili presentasi kita. Saya minta mas Dani dan mba Maria yang akan mewakili kita semua untuk mempresentasikan hasil diskusi sore ini. Agar lebih terarah kita akan membuat rekomendasi atau kemungkinan apa yang bisa kita lakukan. Kita berangkat dari ekonomi hijau. Kita buat kerangka. INPUT>> sehingga teman-teman yang bekerja diisu pangan juga termasuk bagian dari ini semua. Input adalah pelaku bisnis. Tean-teman yang punya asosialsi , dari fungsi apa saja yang masuk dalam input. Input akan berbeda yang sudah berjaringan dengan yang belum, yang berorganisasi dengan yang belum OUPUT>>Bisnis hijau yang adil dan berkelanjutan. Kita melihat dalam diskusi ada hal yang dihasilkan oleh environmental input Environmental input adalah hal-hal yang diluar kendali kita >>kebijakan,nilai-nilai, budaya. >>mempengaruhi. Advokasi letaknya ada disini. Instituional input>>strategi, sop, aturan main dsb Brainstorming Kita menghindari pembicaraan yang spesifik misal rotan maka yang bukan rotan akan asing, kita bukan bicara jenis tetapi kebutuhan. - Jika bicara tidak spesifik, tetapi kebijakan spesifik - Tidak papa, bisa dibicarakan. Environmental isue pasti spesifik tetapi instrumental

isue semua membutuhkan. - Pelakua bisnis sangat luas, bagaimana kita meragkul dari berbgai kemajemukan

untuk menuju bisnis hijau. - Anda bicara saja, nanti saya yang menjembatani itu semua. Instrumental isu

adalah urusan kita. Saya menangkap tadi, betapa pentingnya berjariangan. Kalau saya boleh mengusulkan, disini konsenstrasinya untuk urusan networking, bahwa ternyata tidak bisa sendiri menhdapai berbagai macam hal. Kita mulai dari yang

Page 16: PROCEEDING - REDD  · PDF filepembangunan berbasis lahan di Indonesia terwujud sesuai dengan ... tersebut sudah memberikan dampak yang positif ... pendidikan, 3) health dan

Proceeding Workshop Tata Kelola Hasil Hutan Kayu dan Non-Kayu untuk Penguatan Ekonomi Hijau | 15 Jakarta, 2 April 2013

atas dulu; environmental isu - Pangandaran. Menyimak ada gambaran film disana, kami tertarik bahwa ada

pemanfaatn hutan yang bisa digalakkan. Bukan hanya kepedulian tetapi bisnis. Kami diUtara, kami hanya peduli agar ada pengembangan ikan dan udang. Tanpa ada dorongan dan dukungan , dikelompok kami tidak akan berjalan. Kendala pada kelompok kami, pemerintah tidak punya kepedulian yang berkelanjutan . Disana masyarakat disana peduli. Di Brebes juga sama , kami terbentur dengan modal. Kami adalah sukarelawan.

- Review fas. Dimulai pengelolaan hutan mangroove (yang sudah dilakukan penanaman); Budi daya kepiting, Budidaya ikan, Budi daya udang. Rekomendasi : Pengelolaan mangroove juga disertai budidaya paska panen.

- Dani, CIFOR . Penelitian kami di industri kayu. Presentasi pak Heru, masih banyak jawaban yang belum selesai, karena setiap masalah punya komplikasi sendiri. Tetapi masalahnya kurangnya keberpihakan pemerintah di hulu. Rotan : pembatasan ekspor rotan pemerintah. Mungkin niatnya bagus. Implikasi : harga rotan di hulu rendah. Celakanya rotan bukan pendapatan utama di hulu. Yang terjadi opsi yang lain banyak (ada karet, tambang, coklat), ancaman yang ada konversi lahan rotan. Demand ada, tetapi harga hulu selalu rendah. Di Cirebon Rotan basah harganya 1400. Mungkin borneo chic bagus tetapi tidak bisa mengcover semua supplyer rotan yang ada di Kalimantan. Pemerintah melakukan pembiaran.

Saya rasa itu terjadi juga petani di Jawa, ketika dunia pertanian sudah tidak bisa menopang maka dia akan menjadi tukang. Dan itu eksesnya tidak hanya saat ini tetapi juga akan datang. Maka kini berubah dulu orang kaya pemilik tanah. Sekarang yang bahagia adalah buruh penggarap tanah. Ini masuk kerekomendasi : Pemerintah pusat (kementrian perdagangan & perindustrian ) mengatur tata niaga rotan ditingkat hulu yang berpihak pada rakyat.

- Advokasi adalah kalah menang. Bukan benar salah. Prinsip ekonomi hijau kita bukan hanya penjual tetapi pemakai, strategi adalah bagaimana cara menjualnya. Suatu saat kami membuat release tanda petik tidak muat, nah urusan kalimat aja persoalan. Sudah pengalaman teman di jakarta.

Nugroho: Saya ingin berbagi pengalaman. Kami mencoba bergerak sendiri tanpa funding, kami coba mendistribusikan produk kreatifi, kami percaya ketersediaan SDA sangat berlimpah.kami coba kopi dan cangkir dari pada kami menjual kopi saja. Posisi kami LSM ato distributor atau makelar. Tapi ternyata itu bisa diterima. Ketersediaan alam berlimpah, memberikan nilai tambah bahwa produk itu bisa dikenal. Bagaimana menginisiasi industri kreatif di tingkat masyarakat (bukan di tingkat korporasi) bisa diterima diakui melalui produk kreatifnya. Yang penting adalah bagaimana produk itu menarik bagi konsumen.Lalu informasi, yang saya tahu, hal-hal yang menari bagi konsumen itu kurang. Konsumen mengerti tidak kalau kayu itu berasal dari mana. Fasilitator: LSM yang sudah memasuki bisnis. Kita pelaku disebelah mana ketika bicara produk. Ini terkait dengan strategi nantinya. Jelas positioningnya. Dahulu kita mempengaruhi

Page 17: PROCEEDING - REDD  · PDF filepembangunan berbasis lahan di Indonesia terwujud sesuai dengan ... tersebut sudah memberikan dampak yang positif ... pendidikan, 3) health dan

Proceeding Workshop Tata Kelola Hasil Hutan Kayu dan Non-Kayu untuk Penguatan Ekonomi Hijau | 16 Jakarta, 2 April 2013

petani untuk kembali organik. Padahal organik bukan tidak ada resikonya. Saya di kali gesing, saya sebagai pemilik. Orang tahu saya menengok kambingnya, itu komunikasinya juga beda. Saya mau tahu Borneo Craft, apakah benar-benar sudah melakukan transformasi. Dani: Bagaimana menginsisiasi industri creatif, bagaimana membuat sesuatu yang tidak menarik menjadi menarik Fasilitator: Kerajinan gerabah yang umum, karena sabto hudoyo masuk eksana. Sapto hanya menggarap knowledgenya, tetapi ketika orang sudah bisa, dia pergi. Tetapi Borneo Craft tidak. Satu contoh di Bali, LSM Wisnu mengembangkan sampah. Sekarang lebih kaya tukang sampahnya dibanding LSM-nya. Yang kita rumuskan; prinsip ekonomi hijau, prasyaratnya, Tata kelola, Tata Kuasa Peserta: Ekonomi hijau ini apa maksudnya, apakah hanya istilah, sistemnya bagaimana Fasilitator: Dulu orang menggunakan hanya analisis lingkungan tidak politik sosial dan ekonomi. Sekarang petani tidak bisa jadi ikatan. Dulu organisasi yang sifatnya nasional karena mau reformasi.

Marguno – Jepara: Prinsip ekonomi hijau ada kesimnambungan semua pihak ada yang tumbuh dari alam dan dinikmati oleh semua pihak yang ada di dalam. Persyaratan duduk dulu, persyaratan apa saya yang terlibat dalam tata kelola dan siapa saja yang ikut menentukan. Kalau bicara kayu, paling tidak di hulu, sebarapa jauh kelompok di hulu punya pernanan. Fasilitator: Tata kuasa adalah politik, urusannya kekuasaan. Tata kelola: pengelolaan/manajemn. Yang disebut budaya adalah disini. Pemerintah derah saja yang memihak rakyat juga tidak berdaya karena ditentukan pusat. Di Borneo Chic, pengrajin berkelompok, ada ketua kelompok. Keluarannya produk. Peserta: Antara petani dan pengrajin rotan jadi 1, mungkin yang di kayu sangat panjang sekali. Di Eheng-kaltim, ada kebun rotan dan kerajinan, dari dulu sudah ada. Mereka beli ke petani disekitar Eheng, hanya konsumsinya sedikit. F; Ekonomi hijau tidak hanya bisa bicara rotan. Persoalan lain juga tidak bisa apa saja dipegang, harus ada core. Maka kita bicara soal pangan. Yang dilakukan Borneo Chic; adalah kelembagaan, bagaimana mereka menjaga alam dengan warna yang dipakai. Sama-sama menjual barang organik belum tentu ekonomi hijau. Bagi yang baru memulai harus tau orientasi organisasi seperti apa, karena akan menerjemahkan pada tata kelola yang adil.

Page 18: PROCEEDING - REDD  · PDF filepembangunan berbasis lahan di Indonesia terwujud sesuai dengan ... tersebut sudah memberikan dampak yang positif ... pendidikan, 3) health dan

Proceeding Workshop Tata Kelola Hasil Hutan Kayu dan Non-Kayu untuk Penguatan Ekonomi Hijau | 17 Jakarta, 2 April 2013

Saya kasih contoh minuman cap tikus, meskipun dilarang tidak akan bisa, karena selain dijual tetapi diminum sendiri. Perlunya media yang digunakan untuk berkomunikasi; tata kelompok melalui organisasi. Pentingnya membangun kelembagaan dengan mempertimbangkan keunikannya masing-masing. Apakah kita tidak latah membicarakan kelembagaan. Kelembagaan adalah akibat dari proses yang dilakukan. Yang dibangun adalah langkah-langkah menuju itu. Pengalaman di Jepara, kami punya anggota yang berasal dari kelompok, itu juga bisa dinamakan lembaga. Saya melihat poster bahaya merokok di Bethesda, saya percaya poster tersebut. Pertanyaannya apakah dengan serta merta mampu menghentikan saya tidak merokok. Kesdaran tidak serta merta merubah prilaku. Setelah ronsen ada lubang 30, saya sepakat untuk tidak merokok. Maka dibutuhkan mekanisme, kontrol dsb. Sering terjadi organisai tidak melewati ini. Di masing-masing kelompok akan membangun brand Yang jadi soal kadang buat psoternya buruk, saya tidak sadar. Dll Ada proses-proses yang menuju kelembagaan, ini adalah bisnis. Bukan proyek. Tadi muncul bagaimana menjual produk. Ini juga harus pintar karena selera selama ini ditentukan oleh trend market. Dalam memproduksi selalu ada inovasi baru. Apakah kita bisa menciptakan trend Kita perlu melihat kuatnya jaringan-jaringan itu. KAYU

Lahan kami terlalu sempit. Untuk penanman kayu dr penebangan smp ke industri diatur oleh pemerintah. Mengapa kami perlu diatur, ditanam di lahan sendiri. Dalam aturan tidak ada biaya, tetapi ternyata ada biayanya. Apakah ini sudah ada kebijakan yang membuat persoalan, atau persoalan itu lahir karena tidak ada kebijakannya Kayu ini ditingkat lahan dan kayunya. Keran yang dibuka adalah pasar bukan industri. Kalau kami sebenernya (CIFOR) kami melihat rantai nilai. Kendalanya , ketika kayu ditanam dan di perlakuakn sperti kayu di kalimantan . bersama rekan pengrajin, kita akhirnya buat road map untuk indsutri Jepara. Bagaimana road map (naskah akademik) itu bisa digodog jadi perda. Kemudian bisa di adaptasi ditingkat nasional, proses yang kami lakukan diperan emnarik karena yang membuat rekan pengrajin. Usulannya: Bagaimana naskah akademik perda (untuk mengatur industri mebel Jepara) dapat diproses di tingkat nasional? Mengikutsertakan pihak-pihak yang mempunyai akses. Perda ini mengatur apa? Perda ini adalah kewajiban pemerintah derah mencukupi kebutuhan dari luar jepara. Maka usaha kerajinan akan diatur. Ketika bicara Perda maka berlaku untuk seluruh kabupaten Apakah CIFOR dengan produk di hHilir. Pendekatan risetnya adalah rantai nilai. Supplynya dari mana misalnya pemda membuat perijinan yang mudah, adanya terminal kayu. Dengan perhutani misalnya, perhutani punya komitmen berapa persen supplynya. Kayu sudah ditetapkan mandatory (legalitas kayu). Otmatis kalau sudah termasuk

Page 19: PROCEEDING - REDD  · PDF filepembangunan berbasis lahan di Indonesia terwujud sesuai dengan ... tersebut sudah memberikan dampak yang positif ... pendidikan, 3) health dan

Proceeding Workshop Tata Kelola Hasil Hutan Kayu dan Non-Kayu untuk Penguatan Ekonomi Hijau | 18 Jakarta, 2 April 2013

perda. Otmastis kayu yang masuk sudah punya legalitas. Bahasanya, ada filter. Kayu yang dibutuhkan Jepara mempunyai legalitas yang jelas. Dan kedua-duanya (legalitas kayu dan legalitas produksi) mempunyai nilai lebih yang di butuhkan pasar. Otomatis ada keuntungan yang layak dan muncul nilai sosial (menanam kembali) Lahirnya preseden-preseden Perlunya pembukaan keran pasar (di Deperindag) Kita lupa membatasi menyepahami konsep ekonomi hijau dan batasan-batasan di definisi bisnis hijau itu. Hijau : hulu sampai hilir dapat dinikmati dengan berimbang Jaminan kepastian pasar dari pemerintah ketika perusahaan sudah mempunyai SVLK Bagaimana nasib masyarakat diluar jawa HKM (hutan kemasyarakatan) dan HD (hutan desa), tidak ada ijin untuk menebang pohonnya. Mereka mendapat kendala; phonnya siap ditebang tetapi belum medapat ijin. Posisi ekonomi hijau: produsennya bisa berkelanjutan menanam, memproduski secara berkelanjutanan. Dari sisi regulasi; kelompok masyarakat mendapatkan proses perijinan yang susah dan urutan proses yang cukup panjang...keberpihakan pemerintah dalam memberikan ijin di wilayah yang ada pengelolaan hutannya. Pentingnya pemerintah melihat kepentingan masyarakat. Tidak ada tindak lanjut dari pemerintah

Kelompok 2: di Private Room 2 Lt.3 Fasilitator: Andri Santosa, dari FKKM Output: Sustainable Growth in Equity – Ekonomi Hijau Kita semua diharapkan menjadi inputnya Ada yang bisa kita lakukan di internal lingkungan kita, ataupun di luar jangkauan kita misalnya kebijakan rotan Tolong tuliskan di meta plan: Nama, Asal Institusi dan Produk masing-masing, dan apa yang bisa kita lakukan untuk menuju Visi tadi Visi yang bisa dilakukan (lebih lengkapnya dapat dibaca dalam Lampiran):

1. Bagaimana caranya petani punya perijinan untuk masuk ke hutan? Supaya pemerintah bisa melindungi produk petani/UKM

2. Bahan baku yang dipakai adalah yang bersertifikat (Jepara) 3. Pemerintah harus sebagai pelindung dalam memberikan regulasi dan juga

kemudahan dalam promosi, contohnya negara tetangga, dan China 4. Semua pihak yang mendapati kekayaan hasil hutan itu harus

berkesinambungan sesuai dengan keadaan/kondisi setempat, sehingga tidak ada keserakahan manusia untuk mengambil kekayaan hutan

5. Harus ada celebrity brand sebagai mercusuar kegiatan, contoh Borneo Chic langsung menembak pasar alun-alun untuk ke Grand Indonesia

6. Kita harus bisa menyerap trend-trend “eat local, think global” 7. Seimbangkan bahan baku (kayu dan non-kayu) 8. Belum dipikirkan petani kayu dan orang-orang di sekitar hutan dapat

manfaatnya apa? Kalau hutan dikelola perusahaan, maka yang dapat keuntungan/hasil kan perusahaan. Harusnya masyarakat sekitar, petani,

Page 20: PROCEEDING - REDD  · PDF filepembangunan berbasis lahan di Indonesia terwujud sesuai dengan ... tersebut sudah memberikan dampak yang positif ... pendidikan, 3) health dan

Proceeding Workshop Tata Kelola Hasil Hutan Kayu dan Non-Kayu untuk Penguatan Ekonomi Hijau | 19 Jakarta, 2 April 2013

masyarakat adat dapat juga skema pendapatan hasil hutannya. 9. Fokus perhatikan petani (termasuk untuk issue REDD) 10. Perlu dibangun kerjasama antara pemerintah pusat dengan beberapa mitra

antara lain LSM 11. Bagaimana pengusaha-pengusaha kecil bisa mendapatkan SVLK, kalau bisa

berbiaya rendah? 12. Green industry 13. Road map yang arahnya ke green, bagaimana Kalimantan, Jawa, Papua dan

seterusnya, kaitannya supaya hutan itu lestari 14. Menghilangkan kartel-kartel yang ada 15. Selesaikan konflik tanah 16. Bagaimana mewujudkan kemandirian pangan di tingkat keluarga 17. Perlu ditanggulangi upaya menebang yang belum layak ditebang 18. Penanaman sengon, jati dan mahoni

Fasilitator: Mohon dituliskan hambatan dari apa yang diharapkan tadi, dan kita hanya akan memilih 5 orang saja untuk membacakan Usul peserta: Ini kan tidak lepas dari modal dasarnya dulu yaitu SDM, SDA, sosial, fisik dan finansial. Karena ini kaitannya dengan kebijakan, dari 5 ini ada hambatan atau tidak. Hambatan (hasil dapat dilihat dalam Lampiran 1): TO Suprapto:

1. Tanah masih dalam sengketa dengan pihak-pihak yang berkepentingan, cth. Dg Perhutani, dengan pemerintah sendiri, ada 32 yang terbesar di Indonesia, termasuk Mesuji Solusi: duduk bersama mencapai kesepakatan legal untuk kedua belah pihak

2. Kurang tahu manfaat pengelolaan hutan Solusi: pelatihan untuk masyarakat agar hutan menjadi kebutuhan hidup yang berkelanjutan. Tidak harus monokultur tetapi multikultur. Teknis sangat penting, contoh: yang buat pupuk ya petani, yang panen ya petaninya sendiri sehingga tidak usah bayar preman.

3. Masih banyak masyarakat yang melihat siapa yang berbicara, bukan apa yang dibicarakan Solusi: perlu ada tokoh yang mempunyai kredibilitas tinggi, tidak hanya menjaga citra

Armada: Banyak pertaturan pemerintah yang tidak sesuai dengan kondisi daerah, cth. Peraturan pemerintah bahwa rotan tidak boleh expor supaya menghidupkan industri dalam negri. Di sisi lain, Cirebon bilang susah cari pengrajin rotan, tapi Kalimantan bilang susah jual rotan. Mereka maunya expor jangan dilarang, cth. Expor kayu dilarang untuk ukuran-ukuran tertentu. Pernah ada pengalaman perusahaan-perusahaan Eropa malah jual kayu impor ke kita, tidakkah sebaiknya kita yang ekspor ke mereka? Orang di Papua bisa transaksi barang yang diambil di Papua, tetapi orang Papuanya sendiri tidak bisa.

Page 21: PROCEEDING - REDD  · PDF filepembangunan berbasis lahan di Indonesia terwujud sesuai dengan ... tersebut sudah memberikan dampak yang positif ... pendidikan, 3) health dan

Proceeding Workshop Tata Kelola Hasil Hutan Kayu dan Non-Kayu untuk Penguatan Ekonomi Hijau | 20 Jakarta, 2 April 2013

Jangan sampai peraturan yang dibuat itu berangkat dari kepentingan-kepentingan individu Solusi: Kaji ulang peraturan pemerintah kalau memang dibutuhkan. Peserta 3:

1. Beban kelestarian hutan 2. SVLK pelaku utamanya exportir, 2013 itu mandatory 3. Para supplier/pengusaha lokal industri kecil dan menengah, pada akhirnya

SVLK harus dimiliki 4. Perlu ada perlakuan spesifik untuk hutan 5. Masih ada praktik kartel untuk supply bahan baku, terutama rotan. Solusi: 1. Perlu ada regulasi untuk membatasi produksi mebel yang polosan 2. Perlu ada peran aktif dari pemerintah (Dinhut, dll) 3. Supplier dijembatani untuk kepengurusan SVLK secara grouping. Contoh kasus

di Jepara sudah berjalan hal ini. 4. Action plan: Perlu ada road map tentang hutan 5. Permainan harga rotan masih sulit didapat. Perlu ada campur tangan

pemerintah. Peserta 4:

1. Perencanaan pemerintah yang kurang total dan integrated 2. Kebijakan dan regulasi yang overlapping, khusus di daerah yang ada masalah

perijinan 3. Sistem logistik nasional dan daerah dan banyaknya pungli sehingga high cost. 4. SVLK untuk UKM perlu satu solusi yang tepat 5. Muncul persaingan antar UKM 6. Ada area abu-abu dalam kepabeanan: banyak mebel-mebel yang belakangan

ini jadi bermasalah. Kalau mau jalan harus bayar pabean. Satu kontainer bisa kena 3-5 juta.

Solusi: 1. Koordinasi antar kementerian. Identifikasi masalah & road map lebih detail. 2. Permudah dan termurah. Pemerintah harus berani pasang badan 3. Kolaborasi antar UKM untuk produk sejenis/produk yang complementary. 4. Kesulitan dapatkan trailer karena solar subsidi tidak ada, kecuali memang

sosialisasi jelas diumumkan. Amaliah:

1. Berpegang pada kearifan lokal masyarakat setempat 2. Pendampingan berkesinambungan secara keberpihakan terhadap masyarakat Hambatan: 1. Sosial 2. Koordinasi

Peserta 6:

1. Proaktif mencari pendampingan sendiri secara informal 2. Melibatkan pemerintah dan pakar-pakar, bisa dari LSM, workshop yang terus-

menerus

Page 22: PROCEEDING - REDD  · PDF filepembangunan berbasis lahan di Indonesia terwujud sesuai dengan ... tersebut sudah memberikan dampak yang positif ... pendidikan, 3) health dan

Proceeding Workshop Tata Kelola Hasil Hutan Kayu dan Non-Kayu untuk Penguatan Ekonomi Hijau | 21 Jakarta, 2 April 2013

3. Bentuk seperti konsorsium ada dari akademisi, PDS, pelaku usaha, mitra dan dari pemerintah

Usul peserta: REDD+ saja yang memetakan masalah atau hasil diskusi kita apakah masuk kebijakan atau pendidikan, dsb. Yang paling utama adalah regulasi: tidak ada penegakan, sosialisasi peraturan baru, dll. Sehingga perlu duduk bersama dengan tetap memegang kearifan lokal dan mengembangkan sosial budaya dengan mengembangkan bentang alam. Duduk bersama ini perlu difasilitasi oleh mediator yang disepakati oleh para pihak. Apakah Satgas REDD+ bisa menjadi mediator ini? Fasilitator: Kalau bisa kita tarik kesimpulan, hambatan yang kita temui ada empat besar hambatan utama (strategi/peran) yaitu:

1. Tanah/teritorial Strategi: duduk bersama untuk mencari solusi dengan pertimbangan local wisdom, dan dibutuhkan mediator dengan authority yang cukup

2. Regulasi/kebijakan Yang berperan: Wakil rakyat (DPR), akademisi, pelaku/praktisi Strategi: kaji ulang peraturan

3. Pengetahuan/SDM: Strategi: sosialisasi, pendampingan dan pendidikan oleh semua pihak/siapapun, Peran: pemerintah sebagai fasilitator

4. Konsolidasi jaringan Strategi: penguatan jaringan internal dan eksternal

16.00 – 16.17 Coffee break

16.17 – 16.15 Presentasi Kelompok Presentasi kelompok 1 dari Jaya Room Menurut definisi kami ekonomi hijau adalah yang meningkatkan kesejahteraan manusia dan sosial, sekaligus mengurangi emisi karbon dioksida. Pelaksanaan dalam ekonomi hijau dibutuhkan tata kelola karena ekonomi hijau tidak bisa berjalan sendiri-sendiri tanpa ada tata kelola yang jelas dan tepat. Bersangkutan dengan budaya masyarakat setempat dan kolaborasi dengan instansi pemerintahan yang tadinya akan dirumuskan dalam peraturan-peraturan supaya tetap menjaga keseimbangan ekosistem bagi kelangsungan hidup manusia. Untuk pelaksanaannya akan lebih maksimal dan terfokus setelah diajukan rekomendasi kepada tata kuasa di tingkat pusat maupun daerah. Rahmadani Ariawan (Dani) dari CIFOR: menjawab pertanyaan Pak Heru tadi pagi: mendefinisikan dulu pelaku bisnis, tetapi juga pelaku petani, atau industri bahan baku. Menjabarkan environmental input = kebijakan, nilai-nilai, budaya instrumental input = strategi Pangandaran pengelolaan hutan mangrove, harus dipikirkan kelanjutannya seperti budidaya kepiting

Page 23: PROCEEDING - REDD  · PDF filepembangunan berbasis lahan di Indonesia terwujud sesuai dengan ... tersebut sudah memberikan dampak yang positif ... pendidikan, 3) health dan

Proceeding Workshop Tata Kelola Hasil Hutan Kayu dan Non-Kayu untuk Penguatan Ekonomi Hijau | 22 Jakarta, 2 April 2013

atau udang. Ada kasus rotan, Indonesia supplier rotan terbesar di dunia, tapi industri rotan kita kurang kompetitif dibanding negara-negara lain. Ada kelemahan di kebijakan pemerintah yang melarang ekspor rotan kurang berpihak ke hulu. Sehingga pemerintah harus memberikan kebijakan yang berpihak ke hulu, paling banyak di Sulawesi dan Kalimantan, terutama Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Studi kasus LSM yang kemudian muncul ke bisnis. Rekomendasi atas studi kasus rotan di Kalimantan Timur: mengintegrasikan nilai dari bahan baku hingga distribusi. Pelaku bisnis memiliki akses langsung ke bahan baku, dan membeli dengan harga yang kompetitif. Studi kasus dari Jepara: duduk bersama dengan pemerintah lokal membentuk naskah akademik atas industri rotan, dan sudah masuk dalam tataran Raperda mengenai tata niaga dan industri mebel kayu di Jepara. Ada usaha-usaha untuk scaling up di tingkat lokal. Ada juga rekomendasi pemerintah membuka keran pasar khususnya dalam hal rotan. Menjadikan industri rotan menjadi icon, seperti Cina membanggakan industri bambu. Khususnya untuk Kementerian Perdagangan. Ada juga rekomendasi SVLK: pemerintah dapat memberikan kepastian pasar bagi yang sudah tersertifikasi SVLK. Posisi HKMHD: sudah 400 ribu hektar HKMHD yang mendapatkan ijin, tetapi realitanya malah dipersulit perijinannya. Di tingkat praktik tidak seperti yang ada di atas kertas. Penting sekali bagi pemerintah untuk melihat ini sebagai hal yang harus diprioritaskan. Presentasi kelompok 2 oleh Ibu Novi dari Taman Nasional Semeru di Jawa Timur (dapat dilihat dalam sesi FGD kelompok 2)

16.42 – 16.48 Kesimpulan oleh Ibu Chandra Kirana Ada satu hal yang sangat menggembirakan dari proses ini bahwa sebetulnya harapan untuk menuju arah yang lebih itu ada, meskipun dalam skala kecil, tetapi kemungkinan untuk scaling up itu ada. Memang perubahan itu hanya bisa tercipta oleh perbuatan. Bapak/Ibu setiap saat membeturkan realitas yang dihadapi di lapangan ke kebijakan yang digulirkan oleh pemerintah, membahasnya dan mencari cara untuk penyempurnya Pentingnya memperhatikan tata kelola sepanjang rantai nilai dari produksi kayunya sampai ke distribusinya. Ternyata yang paling cepat sadar adalah pengrajinnya, karena mungkin pengrajinnya yang paling dekat dengan pintu ekspor. Kolaborasi antara penelitian, LSM, yang kemudian itu bisa menjadi katalisator untuk perubahan kebijakan, contohnya Perda di Jepara yang sedang digulirkan, mudah-mudahan cepat gol. Sebetulnya pemerintah membutuhkan Bapak/Ibu untuk memberitahu pemerintah terus-menerus. Ketika sebuah kebijakan tidak sinkron, maka akan berbenturan, sehingga membutuhkan koordinasi terus menerus, antar pemerintah, LSM, praktisi, dan juga dengan pasar. Ada sebetulnya harapan yang sangat besar supaya pemerintah mempunyai ruang multi pihak untuk mengeksplor dan menggulirkan perubahan-perubahan ini. Satgas REDD+ karena memang sampai Juni, kita akan share ke ruang multi pihak yang akan tercipta.

Page 24: PROCEEDING - REDD  · PDF filepembangunan berbasis lahan di Indonesia terwujud sesuai dengan ... tersebut sudah memberikan dampak yang positif ... pendidikan, 3) health dan

Proceeding Workshop Tata Kelola Hasil Hutan Kayu dan Non-Kayu untuk Penguatan Ekonomi Hijau | 23 Jakarta, 2 April 2013

Saya akan menutup acara ini karena Pak Heru tidak bisa. Pak Heru menyampaikan permohonan maaf karena tidak dapat mengikuti acara ini sampai akhir karena beliau dipanggil oleh Wakil Presiden. Kami atas nama panitia berterima kasih dan sekiranya ada satu orang dari peserta yang dapat menyampaikan kesan pesannya setelah mengikuti acara ini.

16.49 – 16.51 Kesan Pesan Peserta Bapak Margono: Mudah-mudahan apa yang kita perjuangkan dengan berbagai usaha dan doa, namun belum bisa dicapai secara sempurna, mudah-mudahan dengan pemerintah, betul-betul memperoleh keseimbangan yang setara sehingga menumbuhkan keseimbangan social. Mari kita jaga ekosistem kita walaupun kita tetap melakukan industry yang berkelanjutan. Kami dari tim Jepara mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan panitia dari Satgas REDD+.

16.51 – 16.52 Penutup Terima kasih untuk peserta yang sudah hadir dan teman-teman media. Setelah ini kita akan foto bersama

16.52 – 16.53 Foto Bersama

Page 25: PROCEEDING - REDD  · PDF filepembangunan berbasis lahan di Indonesia terwujud sesuai dengan ... tersebut sudah memberikan dampak yang positif ... pendidikan, 3) health dan

Proceeding Workshop Tata Kelola Hasil Hutan Kayu dan Non-Kayu untuk Penguatan Ekonomi Hijau | 24 Jakarta, 2 April 2013

LAMPIRAN 1

HASIL DISKUSI KELOMPOK 2 Peserta Diskusi : 27 peserta Fasilitator : Andri Santoso Ruang : Private Room 2

NO NAMA ASAL INSTITUSI PRODUK YANG

DIHASILKAN VISI YANG INGIN DIBUAT

1 Eko Suroso Rantai Kelud - Yogyakarta

Kerajinan serat nanas (tas, dsb)

Promosi Penguatan jaringan

2 Dodik Suseno

Magelang

Pupuk dan padi organik

Memperluas jaringan kerja

3 Saridi Ciamis Tidak mengisi Perlu bantuan penyediaan bibit kayu untuk petani Perlu bantuan tenaga terampil untuk pengolahan kayu

4 Gusti Putu Armada

Apik Singaraja / Buleleng, Bali

Tidak mengisi Pengembangan ekonomi hijau hendaknya memperhatikan kondisi yang ada di masing-masing daerah

5 Abdul Latif Jepara Furniture Mendukung dan ... SVLK dan petani Digalakkan penanaman kayu keras, jati, mahoni, suar Karna lahan ditanam se jangan di cedong di bawah

6 Erwina Wahyuni

Jepara Women Entrepreneurs (JWE)

Furniture Mengkombinasikan lebih banyak bahan baku non kayu untuk membantu menyeimbangkan prinsip ekonomi yang lebih eco friendly Dibutuhkan pendampingan yang sistematis dari government maupun LSM terkait untuk studi & aplikasi penggunaan bahan baku alternatif yang bisa mengurangi deforestasi

7 Agung KWAS Yogyakarta

Furniture Green activity, promosi, networking, sertifikasi

8 Amalia PKMT UGM Yogyakarta

Pangan – pemanfaatan garut & ganyong sebagai peningkatan produktivitas masyarakat sekitar hutan

Pemerintah sebagai pelindung dalam memberikan regulasi, kemudahan dan promosi Harus ada kesinambungan dalam memanfaatkan berbagai sumber kekayaan alam hutan sesuai dengan kearifan lokal setempat Celebrity brand sebagai mercusuar kegiatan

9 Novita Kusuma

Balai Besar Taman Nasional

Wisata alam / jasa lingkungan

Pengembangan obyek daya tarik wisata alam & jasa lingkungan TN BTS sebagai

Page 26: PROCEEDING - REDD  · PDF filepembangunan berbasis lahan di Indonesia terwujud sesuai dengan ... tersebut sudah memberikan dampak yang positif ... pendidikan, 3) health dan

Proceeding Workshop Tata Kelola Hasil Hutan Kayu dan Non-Kayu untuk Penguatan Ekonomi Hijau | 25 Jakarta, 2 April 2013

NO NAMA ASAL INSTITUSI PRODUK YANG

DIHASILKAN VISI YANG INGIN DIBUAT

Wardadi Bromo Tengger Semeru

hasil hutan non kayu yang dapat bermanfaat bagi masyarakat Pemberdayaan masyarakat, khususnya pelaku usaha jasa wisata alam di sekitar kawasan

10 Rosalia Mahanani / Hani

Sanggar Anak Bumi Tani - Yogyakarta

Pangan Lokal (tepung umbi-umbian, olahan pangan lokal)

Pemberdayaan: edukasi, peningkatan skill Pengembangan potensi yang ada Kerjasama dengan pihak-pihak terkait yang mendukung

11 Soewaji Tidak mengisi Tidak mengisi Penanggulangan tunda tebang

12 Astutik KUB Sari Kelapa - Yogyakarta

Gula kelapa, emping garut, pati garut

Pengembangan potensi wilayah, peningkatan produksi, pengembangan jaringan pemasaran

13 Damar Dwi Nugroho

Joglo Tani –Yogyakarta

Organik Pengelolaan landscape khususnya hutan yang partisipatif Pembentukan, penegakan regulasi untuk mendukung ekonomi hijau

14 Mashadi Mangrove sari - Brebes

Olahan buah mangrove, olahan hasil perikanan, rencana ke depan pewarna batik mangrove, probiotek, penyerap CO2

Rehabilitasi mangrove untuk masyarakat pesisir yang lebih sejatera berprinsip pada kelestarian dan ekonomi hijau serta ekonomi biru Kendala: Naiknya muka air laut, abrasi, interusi, penebangan hutan bakau untuk kayu bakar, belum paham perdagangan karbon Input: Pemerintah ada perhatian khusus & hutan pesisir Adanya peta riil yang update per tahun untuk hitung hutan mangrove milik kelompok masyarakat Perdagangan karbon yang lebih adil

15 Reza Yunifar

Jepara Kaligrafi kayu + handicraft

Environment internal, environment external (tidak dijelaskan lebih lanjut)

16 Yuli Sugianto

ASMINDO - Yogyakarta

Mebel & kerajinan Komitmen pemerintah, masyarakat dan dunia usaha produk kehutanan harus jelas dan sustainable Problem solving teknis & non-teknis dari hulu sampai hilir Support pemerintah dalam regulasi, kemudahan akses modal, pemasaran

Page 27: PROCEEDING - REDD  · PDF filepembangunan berbasis lahan di Indonesia terwujud sesuai dengan ... tersebut sudah memberikan dampak yang positif ... pendidikan, 3) health dan

Proceeding Workshop Tata Kelola Hasil Hutan Kayu dan Non-Kayu untuk Penguatan Ekonomi Hijau | 26 Jakarta, 2 April 2013

NO NAMA ASAL INSTITUSI PRODUK YANG

DIHASILKAN VISI YANG INGIN DIBUAT

17 Sutrisno ASMINDO KOMDA – Jepara

Mebel ukir Bahan baku yang bersertifikat

18 Afwana Ijazani

ASMINDO – Jepara

Furniture Pengelolaan bahan baku yang lebih efisien & efektif (hutan lestari)

19 Edy Purwanto

ASEPHI – Jepara Furniture / handycraft Environment internal: lembaga independen, LSM, komunitas pelaku, departemen terkait Environment eksternal: lembaga independen, LSM

20 Muh. Aswadi

IPPHTI – Magelang

Pangan Tidak mengisi

21 Moh. Djauhari

KPSHK Rotan alam / NTFP Perijinan di tangan petani

22 Jumanto Lesehan – Madium

Pemberdayaan masyarakat kehutanan, penelitian terkait kehutanan

Pemetaan potensi HHNK di setiap daerah Membangun kerjasama antara pemerintah pusat dengan mitra (NGO/kelompok) Pembagian tugas dan kebijakan antara Satgas, mitra, pemda, kelompok sasaran

23 T.O. Suprapto

IPPHTI, MPTHI – Yogyakarta

Pangan, horti, ternak, ikan, perkebunan

Pemberdayaan masyarakat

24 Sutarya ASEPHI – Jepara Handycraft, kayu (mirror, frame) Perusahaan: Antique Furni Cepat

Green product Heritage forest hutan lestari Hindari mass product

25 Dody Ardyansyah

KADIN, ASEPHI, HIPMI – Jepara

Kayu Perusahaan: Alimza Furniture

Pemerintah harus dapat menghilangkan kartel Road map

26 Siti Aina SIPPO (Swiss Import Promotion Program)

Membantu masyarakat untuk mencapai akses market

Sustainable Yang memenuhi seluruh kondisi:

- Petani - Raw material (yang

digunakan) - Lingkungan - konsumen

27 Puji Setiono Rantai Kelud (Joglo Tani) – Kediri

Tidak mengisi Pertanian berkelanjutan, pertanian terpadu, ketahanan pangan, advokasi petani, pengurangan resiko bencana, pemberdayaan perempuan Kendala:

Page 28: PROCEEDING - REDD  · PDF filepembangunan berbasis lahan di Indonesia terwujud sesuai dengan ... tersebut sudah memberikan dampak yang positif ... pendidikan, 3) health dan

Proceeding Workshop Tata Kelola Hasil Hutan Kayu dan Non-Kayu untuk Penguatan Ekonomi Hijau | 27 Jakarta, 2 April 2013

NO NAMA ASAL INSTITUSI PRODUK YANG

DIHASILKAN VISI YANG INGIN DIBUAT

Kelembagaan petani, kebijakan pemerintah yang masih setengah hati Saran: dari hulu ke hilir

KENDALA & STRATEGI NO NAMA ASAL INSTITUSI KENDALA STRATEGI

1 1. Penguasaan informasi (pasar, harga, dll) di petani rotan alam rendah

2. Tarik-menarik sektor perotanan (retribusi, pajak, dll) pertanian & kehutanan

3. Tata niaga rotan alam dikuasai exportir & pedagang besar

4. Rotan alam berada di hutan lindung & konservasi

5. Peran pemda tiada (kebijakan pengusahaan rotan alam)

6. Petani pemungut rotan berada di wilayah miskin

2 1. Keterbatasan kapasitas SDM untuk melakukan studi secara mendalam mengenai aplikasi penggunaan bahan baku non-kayu sebagai imbangan konsumsi bahan baku kayu yang berefek ke deforestasi

2. Jangan menggaungkan saja tetapi juga memfasilitasi

1. Diharapkan ada pendampingan dari REDD+ / government untuk meningkatkan capability SDM/pelaku dunia usaha sektor ekonomi,misal: workshop dengan mengundang panelis yang expert di bidang terkait untuk bisa share ilmu yang berhubungan dengan pembelajaran workshop untuk menjadi GILA (Gerakan Insan Lestarikan Alam)

2. Tata kelola ketersediaan bahan

Page 29: PROCEEDING - REDD  · PDF filepembangunan berbasis lahan di Indonesia terwujud sesuai dengan ... tersebut sudah memberikan dampak yang positif ... pendidikan, 3) health dan

Proceeding Workshop Tata Kelola Hasil Hutan Kayu dan Non-Kayu untuk Penguatan Ekonomi Hijau | 28 Jakarta, 2 April 2013

NO NAMA ASAL INSTITUSI KENDALA STRATEGI

baku non kayu yang sistematis dan kondusif sehingga bisa menjamin kebutuhan/permintaan

3 Program pemerintah tidak mendukung/bertentangan dengan konsep kemandirian petani, contoh: petani berusaha untuk mandiri dari segi pengadaan bibit/pupuk Program pemerintah justru memberikan bantuan langsung berupa pupuk dan bibit pabrikan, sehingga petani lebih cenderung untuk menerima bantuan benih dan pupuk dari pemerintah

Program/bantuan pemerintah diarahkan untuk kemandirian petani seperti program menciptakan bibit & pupuk sendiri

4 Sulitnya merubah paradigma masyarakat konsumtif instan menuju yang mandiri dan mampu menjadi produsen bagi dirinya sendiri

1. Peningkatan SDM masyarakat

2. Penguatan jaringan agar masyarakat mampu mandiri

5 1. Pandangn/kecenderungan anggapan HHK/NK hanya berupa “barang” padahal sebetulnya ada “jasa lingkungan” yang juga merupakan hasil hutan yang mempunyai nilai tinggi secara ekonomi atau ekologi

2. Anggapan manfaat hutan hanya “sebatas” manfaat ekonomi sehingga hasil hutan yang dieksploitasi adalah hasil hutan yang mempunyai nilai ekonomi

1. Valuasi “nilai ekologi” jasa lingkungan sehingga bisa dihitung nilai ekonomisnya/harga pasarnya

2. Peningkatan kesadaran akan potensi jasa lingkungan hutan & manfaatnya bagi masyarakat

6 Peraturan dari pemerintah yang tidak dibuat dengan dasar yang sesuai dengan kondisi di daerah, contoh: aturan ijin untuk pupuk, aturan untuk rotan, aturan ekspor kayu

Memperbaiki aturan-aturan

Page 30: PROCEEDING - REDD  · PDF filepembangunan berbasis lahan di Indonesia terwujud sesuai dengan ... tersebut sudah memberikan dampak yang positif ... pendidikan, 3) health dan

Proceeding Workshop Tata Kelola Hasil Hutan Kayu dan Non-Kayu untuk Penguatan Ekonomi Hijau | 29 Jakarta, 2 April 2013

NO NAMA ASAL INSTITUSI KENDALA STRATEGI

7 1. Jepara dalam menghadapi isyu global tentang pelestarian hutan

2. Masalah SVLK para pelaku eksportir untuk 2013 sifatnya mandatory

3. Tahapan berikutnya setelah para eksportir, para suplier mebel pun harus punya SVLK

4. Masalah hutan di Indonesia, perlu adanya perlakukan yang spesifik

5. Adanya kartel

1. Kalau hutan itu, jati mahoni dapat awet/lestari, maka dalam menggunakan kayu, perlu dibatasi. Itu berarti ada regulasi dari pemerintah. Jepara cocok memproduksi mebel yang ada konten/ukirannya

2. Perlu adanya peran aktif dari pemkab Dinas Kehutanan

3. Para suplier dijembatani untuk kepemilikan SVLK secara grouping, ini sudah jalan dimulai dari SIUP, TDP, dll.

4. Aksi plan: road map tentang hutan

5. Di lapangan, mebel/rotan bahan baku ternyata sulit dan cenderung dimainkan

8 Petani masih identik dengan orang miskin

Pengadaan bibit kayu

9 1. Pajak penjualan lokal 10% terasa berat. Sehingga banyak terjadi penyimpangan data

2. Suku bunga yang tinggi

1. Meminimalisasi biaya sertifikasi SVLK termasuk surveilansnya

2. Pemerintah daerah tidak sigap dalam mendukung semua infrastruktur SVLK, seperti memudahkan memperoleh FAKO

10 1. Desakan kebutuhan atas ekonomi rumah tangga

2. Kesadaran warga 3. Ketidaksinkronnya

regulasi antar pihak 4. Penegakan regulasi yang

lemah 5. Minimnya kapasitas

1. Mengkomunikasikan informasi secara terus-menerus untuk membangun kesadaran

2. Mendorong pengakan dan pembentukan regulasi dengan

Page 31: PROCEEDING - REDD  · PDF filepembangunan berbasis lahan di Indonesia terwujud sesuai dengan ... tersebut sudah memberikan dampak yang positif ... pendidikan, 3) health dan

Proceeding Workshop Tata Kelola Hasil Hutan Kayu dan Non-Kayu untuk Penguatan Ekonomi Hijau | 30 Jakarta, 2 April 2013

NO NAMA ASAL INSTITUSI KENDALA STRATEGI

lembaga membuka komunikasi dengan pengambil kebijakan

11 T.O. Suprapto IPPHTI, MPTHI – Yogyakarta

1. Tanah masih dalam sengketa dengan pihak yang punya kepentingan

2. Kurang tahu tentang manfaat dari sebuah pengelolaan hutan baik hutan bagian atas (pegunungan) ataupun hutan pantai (mangrove)

3. Orang/masyarakat masih melihat siapa yang bicara bukan apa yang dibicarakan

1. Harus duduk bersama untuk menemukan kesepakatan dan legal pemerintah jelas

2. Pelatihan-pelatihan untuk masyarakat agar hutan menjadi kebutuhan hidup yang berkelanjutan bagi mereka

3. Membentuk tokoh yang kredibilitasnya tinggi

12 Muh. Aswardi Joglo Tani / IPPHTI - Magelang

1. Akibat revolusi hijau yang go pupuk kimia mengakibatkan pemikiran petani vakum yang berakibat kerusakan tanah efek penggunaan pupuk kimia. Efek riilnya kesuburan tanah kurang go green belum maksimal

2. Kekurangan permodalan berdampak tingkat kepedulian pelestarian alam kurang

3. Kritis sosial: masyarakat tidak berpikir sebab akibat

4. Krisis keadilan bagi rakyat petani

13 Amaliah PKMT UGM Yogyakarta

1. Sosial Perlu waktu Sifat idealisme-egoisme yang masih unggul menyebabkan susahnya berkolaborasi antar berbagai pihak

2. Koordinasi Kurang tanggapnya pemerintah + pendampingan berkesinambungan

1. Pendidikan Masyarakat teredukasi, percaya diri

2. Kesehatan Masyarakat mandiri

Page 32: PROCEEDING - REDD  · PDF filepembangunan berbasis lahan di Indonesia terwujud sesuai dengan ... tersebut sudah memberikan dampak yang positif ... pendidikan, 3) health dan

Proceeding Workshop Tata Kelola Hasil Hutan Kayu dan Non-Kayu untuk Penguatan Ekonomi Hijau | 31 Jakarta, 2 April 2013

NO NAMA ASAL INSTITUSI KENDALA STRATEGI

3. Kearifan lokal

14 Rosalia Mahanani / Hani

Sanggar Anak Bumi Tani - Yogyakarta

Sosial Produk pangan lokal masih belum “populer” di kalangan masyarakat secara umum masih dianggap produk remeh SDM: Masih belum tersosialisasi pemanfaatan pangan lokal (wilayah yang berpotensi pangan lokal) secara pengetahuan dan keterampilan kurang perlu pendampingan Belum banyak pihak yang mendukung SDA: Belum terkelola secara baik potensi yang ada bahan baku belum terpenuhi kendala musim Fisik: Belum banyak sarana yang mendukung pengembangan pangan lokal

15 Mashadi Mangrove sari - Brebes

1. Hutan Pesisir Abrasi akibat gelombang pasang

2. Penebangan dan pencuatan kayu

3. Kesadaran masyarakat tentang hutan mangrove kurang

4. Regulasi dan perlindungan sempadan pantai untuk sabuk hijau tidak berjalan atau implementasi di lapangan mandeg

5. Pemahaman tentang CO2, karbon dan perdagangan karbon

6. Minimnya langgaran untuk dana bencana

1. Penanganan abrasi secara terpadu (kontruksi alat pemecah gelombang, vegetasi rehabilitasi mangrove, sosial ekonomi peningkatan keterlibatan masyarakat dan kesejahteraan masyarakat)

2. Penegakan undang-undang secara tegas

3. Pemetaan hutan mangrove secara kontinyu dan selalu up to date

Page 33: PROCEEDING - REDD  · PDF filepembangunan berbasis lahan di Indonesia terwujud sesuai dengan ... tersebut sudah memberikan dampak yang positif ... pendidikan, 3) health dan

Proceeding Workshop Tata Kelola Hasil Hutan Kayu dan Non-Kayu untuk Penguatan Ekonomi Hijau | 32 Jakarta, 2 April 2013

NO NAMA ASAL INSTITUSI KENDALA STRATEGI

akibat perubahan iklim 7. Kurangnya dukungan dari

pemerintah, LSM, masyarakat terhadap hutan pesisir yang lestari

8. Belum dimanfaatkannya hutan mangrove secara maksimal (pangan lokal, pewarna batik, sumber obat kompos dan probiotik Aquatik)

9. Belum adanya pemetaan pasti luas hutan mangrove di Indonesia, baik milik kelompok, pemerintah, asosiasi, pengusaha

4. Data peneyerapan karbon CO2 dan berapa kemampuan menyimpan karbon hutan mangrove

5. Terproteksinya hutan mangrove milik masyarakat agar kalau benar ada perdagangan karbon, ada perdagangan karbon yang adil untuk masyarakat sekitar hutan mangrove.

Ke siapa yang melakukan: - Kelompok masyarakat - Pemerintah desa

sampai dengan pusat - LSM, NGO - Perusahaan/swasta

16 Reza Yunifar HIPMI – Jepara 1. Keterbatasan segmen (musim) untuk ekspor (hanya untuk UEA)

2. SVLK 3. Permodalan

1. Perlunya fasilitas untuk pemasaran ke luar negeri, khususnya UEA

2. Kemudahan dalam sertifikasi SVLK

3. Perlunya regulasi-regulasi dari pemerintah yang berpihak pada pengusaha

17 Yuli Sugianto ASMINDO - Yogyakarta

1. Kurang adanya perencanaan yang total & integrated

2. Kebijakan/regulasi yang overlapping antara instansi, teknis

3. Sering terjadi fluktuasi harga bahan baku & bahan penolong

4. Sistim logistik nasional dan daerah belum sinkron, pungli

5. SVLK untuk UKM 6. Persaingan antar UKM

1. Lakukan identifikasi masalah & buat road map

2. Bentuk koordinasi yang baik antar kementerian

3. Permudah & permurah SVLK

4. Kolaborasi produk sejenis atau komplementari

5. Benahi sistim logistik nasional dan daerah

6. Verifikasi & klarifikasi

Page 34: PROCEEDING - REDD  · PDF filepembangunan berbasis lahan di Indonesia terwujud sesuai dengan ... tersebut sudah memberikan dampak yang positif ... pendidikan, 3) health dan

Proceeding Workshop Tata Kelola Hasil Hutan Kayu dan Non-Kayu untuk Penguatan Ekonomi Hijau | 33 Jakarta, 2 April 2013

NO NAMA ASAL INSTITUSI KENDALA STRATEGI

7. Masalah kepabeanan, contoh mebel kayu suar

soal kepabeanan

18 Edy Purwanto

ASEPHI – Jepara 1. Banyaknya pelaku/perajin yang tidak tahu harus bagaimana menyalurkan/memasarkan produk

2. Keterbatasan ilmu dalam memproduksi barang dan minimnya alat pembantu

3. Keterbatasan dana/modal

1. Perlunya pendampingan dari beberapa lembaga baik pemerintah maupun swasta untu mengarahkan, membimbing dan mengadakan pelatihan-pelatihan yang berguna untuk pelaku usaha

2. Adanya regulasi dari pengusaha/pemerintah yang berpihak pada pelaku usaha

3. Adanya pinjaman lunak untuk pelaku usaha khususnya untuk UKM/pelaku skala kecil

19 Dody Ardyansyah

KADIN, ASEPHI, HIPMI – Jepara

1. Petani rotan merasa harganya sangat rendah, sehingga petani enggan untuk memanen/mengambil rotan dari hutan

2. Industri merasa kesulitan bahan baku dan merasakan harga yang tinggi, jadi antara kondisi yang ada di petani sebagai penyedia bahan baku dengan kondisi yang dialami oleh industri tidak nyambung karena adanya kartel

Pemerintah harus tegas bersikap untuk mengatasi kartel

20 Puji Setiono Rantai Kelud (Joglo Tani) – Kediri

1. Kebijakan pemerintah masih setengah hati

2. Perlunya dukungan (peralatan, sarana & prasarana)

3. Kelembagaan petani 4. Banyak petani yang tidak

berkomitmen dalam bermitra

5. Banyak tanah masih dalam sengketa

1. Adanya kebijakan yang berpihak petani (revisi kebijakan), contoh subsidi pupuk organik seharusnya diberikan langsung kepada petani/kelompok tani yang bikin pupuk organik

2. Adanya bantuan berupa peralatan,

Page 35: PROCEEDING - REDD  · PDF filepembangunan berbasis lahan di Indonesia terwujud sesuai dengan ... tersebut sudah memberikan dampak yang positif ... pendidikan, 3) health dan

Proceeding Workshop Tata Kelola Hasil Hutan Kayu dan Non-Kayu untuk Penguatan Ekonomi Hijau | 34 Jakarta, 2 April 2013

NO NAMA ASAL INSTITUSI KENDALA STRATEGI

6. Banyak petani yang kurang paham soal manfaat hutan

pelatihan, modal, pasar

3. Untuk sengketa tanah, perlu mediasi dan dilakukan oleh orang yang tidak punya kepentingan yang tersembunyi

Page 36: PROCEEDING - REDD  · PDF filepembangunan berbasis lahan di Indonesia terwujud sesuai dengan ... tersebut sudah memberikan dampak yang positif ... pendidikan, 3) health dan

Proceeding Workshop Tata Kelola Hasil Hutan Kayu dan Non-Kayu untuk Penguatan Ekonomi Hijau | 35 Jakarta, 2 April 2013

LAMPIRAN 2 MATERI KEGIATAN

1. Tata Kelola Apik Buleleng: C:\Users\Surya Wismoro\Desktop\Tata kelola APIK Buleleng, untuk penguatan ekonomi hijau.pptx

2. Satgas REDD+ : C:\Users\Surya Wismoro\Desktop\Satgas REDD+ 2 April 2013.ppt 3. Pengelolaan Hasil Hutan: C:\Users\Surya Wismoro\Desktop\Pengelolaan Hasil Hutan.ppt

Page 37: PROCEEDING - REDD  · PDF filepembangunan berbasis lahan di Indonesia terwujud sesuai dengan ... tersebut sudah memberikan dampak yang positif ... pendidikan, 3) health dan

Proceeding Workshop Tata Kelola Hasil Hutan Kayu dan Non-Kayu untuk Penguatan Ekonomi Hijau | 36 Jakarta, 2 April 2013