profi_kesehatan _2007
TRANSCRIPT
Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kebijakan Desentralisasi Bidang Kesehatan yang telah disusun pada bulan Januari
2001, dikembangkan menjadi langkah strategis untuk menyelesaikan berbagai hambatan
dan tantangan yang dihadapi Pusat dan Daerah oleh karena adanya peraturan untuk
mendukung pelaksanaan desentralisasi dan berbagai pedoman teknis.
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang
mengatur pembagian kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah mengandung
konsekuensi bahwa masing-masing daerah harus memiliki Sistem Kesehatan tersendiri,
termasuk dukungan dalam menyusun Sistem Informasinya. Kualitas Sistem Informasi
Kesehatan Nasional sangat ditentukan oleh kualitas dari Sistem-sistem Informasi
Kesehatan (SIK) Propinsi dan untuk memperoleh Sistem Kesehatan propinsi yang akurat
maka diperlukan pemantapan Sistem Informasi Kesehatan Kabupaten/Kota hal ini
disebabkan karena penataan dan pengembangan Sistem Informasi Kesehatan (SIK)
merupakan sesuatu yang sangat penting. SIK Kabupaten/Kota diharapkan antara lain
dapat menyediakan data dan informasi dalam penyusunan rencana Pembangunan Daerah
tersebut serta sebagai landasan pengembangan sumber daya kesehatan. Salah satu produk
dari SIK Kabupaten/Kota adalah ”Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango”.
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango adalah gambaran situasi kesehatan di
Kabupaten Bone Bolango yang diterbitkan setahun sekali. Dalam setiap terbitannya Profil
Kesehatan Kabupaten Bone Bolango memuat berbagai data tentang kesehatan dan data
pendukung lain yang berhubungan dengan kesehatan seperti data kependudukan, fasilitas
kesehatan, pencapaian program-program kesehatan dan keluarga berencana. Data
dianalisis dengan analisis sederhana dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik.
Dengan demikian jelas bahwa tujuan diterbitkannya Profil Kesehatan Kabupaten
Bone Bolango Tahun 2006 ini adalah dalam rangka menyediakan sarana untuk
perencanaan, pemantauan dan mengevaluasi pencapaian pembangunan kesehatan di
Kabupaten Bone Bolango tahun 2006 dan tahun 2007 yang mengacu kepada Visi
Kabupaten Bone Bolango Sehat 2010 serta pembinaan dan pengawasan terhadap
Puskesmas – Puskesmas binaan dalam pencapaian Visi Kabupaten Bone Bolango Sehat.
1
Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007
1.2 SISTEMATIKA PENYAJIAN
Sistematika penyajian Profil Kesehatan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini secara ringkas menjelaskan maksud dan tujuan disusunnya Profil Kesehatan
Kabupaten Bone Bolango, Juga diuraikan secara ringkas isi dari Profil Kesehatan
Kabupaten Bone Bolango dan sistematika penyajiannya berupa uraian bab demi bab
secara berurutan.
BAB II. GAMBARAN UMUM
Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Kabupaten Bone Bolango. Selain uraian
tentang letak geografis, administratif, dan informasi lainnya, bab ini juga mengulas
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan dan faktor-faktor lainnya misalnya
kependudukan, ekonomi, pendidikan.
BAB III PEMBANGUNAN KESEHATAN DAERAH
Bab ini berisi uraian tentang program pokok yang direncanakan oleh Kabupaten Bone
Bolango menuju Kabupaten Bone Bolango Sehat. Untuk masing-masing program
dijelaskan tujuan, sasaran, dan target yang hendak dicapai di tahun yang bersangkutan.
Pada bab ini dibahas pula uraian upaya/kegiatan yang dilakukan di tahun tersebut untuk
mencapai target.
BAB IV PENCAPAIAN DAN KINERJA PEMBANGUNAN KESEHATAN
Bab ini menguraikan tentang apa saja yang telah dicapai selama satu tahun, kemudian
dibandingkan dengan target indikator yang telah ditetapkan baik dalam indikator
Kabupaten Bone Bolango Sehat maupun indikator kinerja SPM bidang kesehatan, antara
lain meliputi gambaran tentang derajad kesehatan, keadaan lingkungan, keadaan perilaku
masyarakat, upaya kesehatan, dan manajemen kesehatan.
BAB V KESIMPULAN
Bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal penting yang perlu disimak. Selain
keberhasilan-keberhasilan yang perlu dicatat, bab ini juga mengemukakan hal-hal yang
dianggap masih kurang dalam upaya menuju Kabupaten Bone Bolango Sehat.
2
Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007
BAB IIGAMBARAN UMUM
2.1. KEADAAN GEOGRAFI & CUACA
Letak Kabupaten Bone Bolango secara geografis berbatasan langsung dengan
Kabupaten Bolaang Mongondow (Sulawesi Utara) dan Kecamatan Atinggola di sebelah
utara. Sementara di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bolaang Mongondow, di
sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Telaga dan Kabupaten Gorontalo.
Jarak antara Ibukota Kecematan ke Ibukota Kabupaten yang terletak di Suwawa
yang terjauh adalah Mooduliyo (Kecamatan Bone) dan Bilungala (Ibukota Kecamatan
Bone Pantai) dengan jarak 46 kilometer. Jarak terdekat ke Ibukota Kabupaten adalah
Oluhuta (Ibukota Kecamatan Kabila) dengan jarak sekitar 5 kilometer, sementara untuk
Talulobutu (Ibukota Kecamatan Tapa) berjarak 11 kilometer dengan Ibukota Kabupaten.
Tabel 1. Luas Wilayah Menurut KecamatanKabupaten Bone Bolango Tahun 2007
No KecamatanLuas
Wilayah (m2)
Persentasi (%)
1 2 3 4
1 Bonepantai 50 0,06 2 Bulango 501 0,59
3 Dumbayabulan 645 0,75
4 Botupingge 10.037 11,73
5 Bone 7.678 8,98
6 Kabila 3.158 3,69
7 Tapa 124 0,14
8 Kabila Bone 16.359 19,12
9 Tombulilato 16.709 19,53
10 Suwawa 438 0,51
11 Toto Utara 29.843 34,89
JUMLAH 85.542 100,00
Sumber : Kantor Camat di masing-masing wilayah Puskesmas
3
Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007
Dari tabel di atas terlihat bahwa Kecamatan Toto Utara memeliki daerah yang
paling luas yakni sebesar 34,89 % dari luas wilayah Kabupaten Bone Bolango (85.542
m2), sedangkan daerah yang paling kecil adalah Kecamatan Bone Pantai yang hanya
memiliki 0,06 % dari luas wilayah Bone Bolango.
Tabel 2. Persentasi Luas Daerah Berdasarkan Ketinggiannya dari Permukaan LautDi kabupaten Bone Bolango Tahun 2007
Ketinggian Luas
1 2
25 – 100 M
100 – 500 M
500 – 1000 M
1000 M
14,41
48,65
27,85
9,09
Sumber : BPS Kab. Bone Bolango
2.2. KEADAAN PENDUDUK
2.2.1. Pertumbuhan & Kepadatan Penduduk
Tabel 3. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Rata-rata JiwaPer Rumah Tangga dan Kepadatan Penduduk
di Kabupaten Bone Bolango Tahun 2007
NO KECAMATAN
LUAS JUMLAH JUMLAH KEPADATAN
WILAYAH PENDUDUK RUMAH PENDUDUK
(km2)Laki-Laki
Perempuan Total TANGGA /km2
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Bonepantai 50 4.719 4.757 9.476 1.811 189,52
2 Bulango 501 5.112 5.165 10.277 3.069 20,51
3 Dumbayabulan 645 4.425 3.916 8.341 2.210 12,93
4 Botupingge 10.037 2.521 2.585 5.106 1.224 0,51
5 Bone 7.678 3.888 3.775 7.663 1.789 1,0
6 Kabila 3.158 9.531 9.668 19.199 5.224 6,08
7 Tapa 124 9.873 9.978 19.851 5.342 160,09
8 Kabila Bone 16.359 11.255 5.314 16.569 2.287 1,01
9 Tombulilato 16.709 4.707 4.856 9.563 1.789 0,57
10 Suwawa 438 7.890 7.909 15.799 3.766 36,07
11 Toto Utara 29.843 7.518 7.616 15.134 4.156 0,51
JUMLAH 85.542 71.439 65.539 136.978 32.667 1,60
Sumber : Laporan SIK. Puskesmas
Penduduk Kabupaten Bone Bolango yang tersebar di 11 kecamatan adalah
136.978 jiwa dengan jumlah rumah tangga mencapai 32.667 rumah tangga. Dari tabel di
4
Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007
atas terlihat bahwa kepadatan penduduk di Kabupaten Bone Bolango adalah sebesar 1,60.
Kecamatan yang paling padat penduduknya adalah kecamatan Bonepantai dengan
kepadatan penduduk sebesar 189,52 sedangkan yang paling jarang penduduknya adalah
kecamatan Toto Utara yang hanya memiliki kepadatan penduduk sebesar 0,51.
Perkembangan Jumlah Pendudduk di Kabupaten Bone Bolangodari Tahun 2004 s.d. 2007
136978
129395
122832
120562
110000
115000
120000
125000
130000
135000
140000
2004 2005 2006 2007
Jumlah Penduduk
Sumber : Laporan SIK Puskesmas
Dari grafik tersebut terlihat bahwa laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten
Bone Bolango mengalami peningkatan sejak tahun 2004. Pada Tahun 2005 mengalami
peningkatan sebesar 1,8 % dan pada tahun 2006 mengalami peningkatan sebesar 7,3 %,
sedangkan pada tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar 13,6 % dari jumlah
penduduk pada tahun 2004. Peningkatan penduduk ini antara lain disebabkan karena
angka kelahiran yg cukup tinggi dibanding dengan angka kematian serta banyaknya
penduduk dari luar yang masuk ke Kabupaten Bone Bolango.
2.2.2. Sex Ratio Penduduk
5
Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007
Perkembangan penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat dari perkembangan
ratio jenis kelamin, yaitu perbandingan penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan.
Berdasarkan data Kabupaten Bone Bolango dalam Angka Tahun 2006 yang dikeluarkan
oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Bone Bolango, rasio jenis kelamin penduduk
Kabupaten Bone Bolango tahun 2007 sebesar 1,14 hal ini menggambarkan walaupun
jumlah penduduk laki-laki lebih besar dibandingkan jumlah penduduk perempuan namun
jumlah antara penduduk laki-laki dan perempuan hampir seimbang di tiap kecamatan.
2.2.3. Struktur Penduduk Menurut Golongan Umur
Struktur penduduk Kabupaten Bone Bolango menurut jenis kelamin dan golongan
umur dapat dilihat pada grafik berikut :
4.000 3.000 2.000 1.000 0 1.000 2.000 3.000 4.000
< 1
1 - 4
5 - 9
10 - 14
15 - 19
20 - 24
25 - 29
30 - 34
35 - 39
40 - 44
45 - 49
50 - 54
55 - 59
60 - 64
65 - 69
70 - 74
75+
PIRAMIDA PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMURDI KABUPATEN BONE BOLANGO
TAHUN 2007
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
Sumber : Laporan SIK Puskesmas
Dari piramida di atas terlihat bahwa jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di
tiap golongan umur hampir sama. Penduduk Kabupaten Bone Bolango baik laki-laki
maupun perempuan paling banyak berada pada golongan umur 1 – 4 tahun sedangkan
jumlah penduduk paling sedikit berada pada golongan umur 75+ tahun.
2.2.4. Angka Kelahiran Kasar (CBR)
6
Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007
Hingga saat ini masih belum didapat angka resmi mengenai tingkat kelahiran
kasar per tahun di Kabupaten Bone Bolango. Berdasarkan perkiraan/estimasi Angka
Kelahiran Kasar (CBR) Kabupaten Bone Bolango pada tahun 2007 adalah 11,43 per 1000
penduduk. Angka tersebut menurun bila dibandingkan dengan tahun 2006 (sebesar 19,01
per 1000 penduduk).
2.3. KEADAAN SOSIAL EKONOMI
2.3.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi yang
diperlukan untuk evaluasi dan perencanaan ekonomi makro, biasanya dilihat dari
pertumbuhan angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) baik atas dasar harga
berlaku maupun berdasarkan atas dasar harga konstan. Menurut Kabupaten Dalam Angka
Tahun 2006, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bone Bolango Tahun 2006 yang
ditunjukkan oleh laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bone Bolango Tahun 2006 adalah sebesar
Rp. 459.585.000. Sedangkan atas dasar harga konstan 2006 yakni sebesar
Rp. 208.386.000. Hal ini cukup membaik dari tahun sebelumnya karena perjalanan
perekonomian relatif membaik selama tahun 2005 sampai dengan tahun 2006.
Perkembangan pendapatan regional perkapita atas dasar harga konstan 2007
secara umum lebih rendah dibandingkan dengan perkembangan Produk Regional Bruto
per kapita. Pada tahun 2007 pendapatan regional perkapita atas dasar harga berlaku rata-
rata mencapai Rp. 3.725.563. Untuk PDRB per kapita selama tahun 2007 baik atas dasar
harga konstan 2007 maupun atas dasar harga berlaku juga cenderung mengalami
peningkatan. PDRB harga berlaku menunjukkan pendapatan yang memungkinkan dapat
dinikmati oleh penduduk suatu wilayah, sedangkan PDRB harga konstan dapat digunakan
untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan/setiap sektor dari
tahun ke tahun.
Dilihat dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto di atas diharapkan peningkatan
pertumbuhan ekonomi tersebut dapat pula meningkatkan taraf hidup atau kesejahteraan
masyarakat.
2.3.2. Angka Beban Tanggungan
7
Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007
Berdasarkan jumlah penduduk menurut kelompok umur maka angka beban
tanggungan (dependency ratio) penduduk Kabupaten Bone Bolango tahun 2006 sebesar
84. Artinya setiap 100 penduduk usia produktif menanggung sekitar 84 orang penduduk
usia tidak produktif.
2.4. TINGKAT PENDIDIKAN
Tabel 4. Persentasi Tingkat Pendidikan PendudukKabupaten Bone Bolango Tahun 2007
No Tingkat Pendidikan Persentasi
1 2 3
123456
Tidak / Belum Tamat SDSD SederajatSLTPSLTAD1 – D3D4 / S1
32.0833.1216.8214.731.811.44
Total 100 Sumber : BPS Kabupaten Bone Bolango
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa penduduk Kabupaten Bone Bolango
paling banyak hanya berpendidikan SD sederajat yakni sebesar 33.12 % sedangkan yang
berpendidikan D4 atau S1 hanya sebesar 1.44 %. Dari tabel tersebut terlihat pula bahwa
penduduk yang tidak / belum tamat SD menempati urutan kedua terbesar yakni sebesar
32.08 %. Hal ini membuktikan bahwa penduduk Kabupaten Bone Bolango masih banyak
yang tidak melanjutkan pendidikan di atas SD.
Tabel 5. Jumlah Anak Usia Sekolah (7 – 12 Thn) Menurut StatusnyaDi Kabupaten Bone Bolango Tahun 2007
NoTingkat Pendidikan
Anak Usia Sekolah (7-12 Th)Jumlah
1 2 3
1
2
3
Belum pernah sekolah
Masih sekolah
Putus sekolah
186
16825
73
Total 17084
Sumber : BPS Kabupaten Bone Bolango
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa jumlah anak usia sekolah (7 – 12
tahun) penduduk Kabupaten Bone Bolango yang masih sekolah sebanyak 16.825 atau
98.48 %. Walaupun yang sekolah lebih banyak namun jumlah anak usia sekolah yang
8
Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007
belum pernah sekolah (buta huruf) dan yang putus sekolah masih perlu untuk
diperhatikan. Hal ini disebabkan walau pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bone Bolango
meningkat namun masih ada penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan serta
masih adanya masyarakat yang kurang memahami arti pentingnya bersekolah.
Tabel 6. Jumlah Penduduk Usia SekolahBerdasarkan Tingkat Pendidikan menurut Umur
Di Kabupaten Bone Bolango Tahun 2007
NoTingkat Pendidikan
Menurut Umur
Jumlah
Laki-laki Perempuan Jumlah
1
2
3
4
TK (5 – 6 Thn)
SD (7 – 12 Thn)
SLTP (13 – 15 Thn)
SLTA (16 – 18 Thn)
3996
8776
4131
3208
3973
8670
3768
3121
7969
17446
7899
6329
Total 20111 19532 39643
Sumber : Dinas Pendidikan dan kebudayaan Kab. Bone Bolango
Dari tabel di atas terlihat bahwa jumlah penduduk usia sekolah paling banyak
berada di tingkat pendidikan Sekolah Dasar dan yang paling sedikit berada di tingkat
pendidikan SLTA. Tabel di atas juga memperlihatkan bahwa penduduk laki-laki lebih
banyak mengikuti pendidikan bila dibandingkan dengan penduduk perempuan. Jumlah
total penduduk yang mengikuti pendidikan jika dipersentasikan berdasarkan jumlah
penduduk Kabupaten Bone Bolango secara keseluruhan hanya sebesar 30,64 %.
BAB IIIPEMBANGUNAN KESEHATAN DAERAH
9
Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007
3.1. DASAR
Dasar pembangunan kesehatan adalah nilai kebenaran dan aturan pokok yang
menjadi landasan untuk berfikir dan bertindak dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan. Dasar-dasar berikut ini merupakan landasan dalam
penyusunan visi, misi dan strategi serta sebagai petunjuk pokok pelaksanaan
pembangunan kesehatan:
3.1.1. Perikemanusiaan
Setiap kegiatan, proyek, program kesehatan harus berlandaskan
perikemanusiaan yang dijiwai, digerakkan, dan dikendalikan oleh
keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
3.1.2. Pemberdayaan dan Kemandirian
Individu, keluarga, masyarakat beserta lingkungannya bukan saja obyek
namun sekaligus pula subyek kegiatan, proyek, program kesehatan.
Segenap komponen bangsa bertanggungjawab untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan individu, keluarga, masyarakat beserta
lingkungannya. Setiap kegiatan, proyek, program kesehatan harus mampu
membangkitkan peranserta individu, keluarga dan masyarakat sedemikian
rupa sehingga setiap individu, keluarga dan masyarakat dapat menolong
dirinya sendiri.
Dengan dasar ini, setiap individu, keluarga dan masyarakat melalui
kegiatan, proyek, program kesehatan difasilitasi agar mampu mengambil
keputusan yang tepat ketika membutuhkan pelayanan kesehatan. Warga
masyarakat harus mau bahu membahu menolong siapa saja yang
membutuhkan pertolongan agar dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang
sesuai kebutuhan dalam waktu sesingkat mungkin. Di lain pihak, fasilitas
pelayanan kesehatan yang ada perlu terus diberdayakan agar mampu
memberikan pertolongan kesehatan yang berkualitas, terjangkau, sesuai
dengan norma sosial budaya setempat serta tepat waktu.
3.1.3. Adil dan Merata
10
Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007
Setiap individu, keluarga dan masyarakat mempunyai kesempatan yang
sama untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang dibutuhkan sehingga
dapat mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Kesempatan
untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas, terjangkau dan
tepat waktu tidak boleh memandang perbedaan ras, golongan, agama dan
status sosial ekonomi seorang individu, keluarga atau sekelompok
masyarakat.
Pembangunan kesehatan yang cenderung urban-based harus terus
diimbangi dengan upaya-upaya pelayanan kesehatan yang bersifat
rujukan, bersifat luar gedung maupun yang bersifat satelit pelayanan.
Dengan demikian, pembangunan kesehatan dapat menjangkau kantong-
kantong penduduk risiko tinggi yang merupakan penyumbang terbesar
kejadian sakit dan kematian. Kelompok-kelompok penduduk inilah yang
sesungguhnya lebih membutuhkan pertolongan karena selain lebih rentan
terhadap penyakit, kemampuan membayar mereka jauh lebih sedikit.
3.1.4. Pengutamaan dan Manfaat
Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran dan / atau
kesehatan dalam kegiatan, proyek dan program kesehatan harus
mengutamakan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Kegiatan, proyek dan program kesehatan diselenggarakan agar
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan derajat
kesehatan masyarakat. Kegiatan, proyek dan program kesehatan
diselenggarakan dengan penuh tanggung jawab, sesuai dengan standar
profesi dan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta
mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh kebutuhan dan kondisi
spesifik daerah.
3.2. VISI
Visi yang ingin dicapai oleh Pembangunan Kesehatan di Kabupaten Bone
Bolango Pada Tahun 2007 adalah :
Menjadi Pelayan Setia dan Mitra Unggul Menuju Bone Bolango Sehat 2010Menjadi Pelayan Setia dan Mitra Unggul Menuju Bone Bolango Sehat 2010.
Adapun yang dimaksud dengan Adapun yang dimaksud dengan Pelayan Setia dan Mitra UnggulPelayan Setia dan Mitra Unggul yaitu: yaitu:
11
Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007
1. Value Keluar
Berpihak pada rakyat, dalam hal ini mengutamakan kepentingan
rakyat terutama dalam memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya
demi meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Bertindak cepat dan tepat, terutama dalam mengatasi segala masalah
kesehatan yang timbul di lingkungan masyarakat.
2. Value Internal
Satu kata dan berbuatan ( Integrity ), dalam hal ini apa yang telah
kita janjikan kepada masyarakat haruslah kita penuhi terutama dalam
pemenuhan kebutuhan akan pelayanan kesehatan.
Komitmen dan Kebersamaan, dalam mewujudkan segala sesuatu
perlu kita berkomitmen antara satu dengan yang lain, dan dalam
melaksanakannya dibutuhkan kebersamaan untuk membina hubungan
kerjasama yang baik dikalangan petugas kesehatan.
3. Value Proses
Normatif, yakni harus sesuai dengan pedoman yang ada.
Obyektif, yakni harus tepat pada sasaran dalam hal ini masyarakat.
Logis, yaitu harus dapat diterima oleh akal sehat, tidak mengada-ada.
Dapat dipertanggungjawabkan, dimana segala sesuatu yang akan
kita laksanakan dapat kita pertanggungjawabkan, baik itu terhadap
masyarakat, pemerintah, maupun diri kita sendiri.
Adapun yang dimaksud dengan Adapun yang dimaksud dengan Bone Bolango Sehat 2010Bone Bolango Sehat 2010 yakni suatu gambaran yakni suatu gambaran
kondisi masyarakat yang ada di Bone Bolango yang :kondisi masyarakat yang ada di Bone Bolango yang :
1.1. Hidup dalam lingkungan yang sehatHidup dalam lingkungan yang sehat
2.2. Berperilaku hidup bersih dan sehat ( PHBS )Berperilaku hidup bersih dan sehat ( PHBS )
3.3. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang berkualitasMampu menjangkau pelayanan kesehatan yang berkualitas
3.3. MISI
Misi mencerminkan peran, fungsi dan kewenangan seluruh jajaran organisasi
kesehatan di seluruh wilayah Kabupaten Bone bolango, yang bertanggung jawab
secara teknis terhadap pencapaian sasaran pembangunan kesehatan Kabupaten
Bone bolango. Untuk mewujudkan visi tersebut ada empat misi yang diemban
oleh seluruh jajaran petugas kesehatan di masing-masing jenjang administrasi
pemerintahan, yaitu:
3.3.1. Menggerakkan Pembangunan Berwawasan Kesehatan
12
Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007
Pembangunan berwawasan kesehatan mengandung makna bahwa setiap
upaya pembangunan harus berkontribusi terhadap peningkatan derajat
kesehatan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Upaya tersebut harus dapat menekan sekecil mungkin dampak negatif
yang merugikan kesehatan masyarakat beserta lingkungannya. Dengan
demikian, keberhasilan pembangunan kesehatan sesungguhnya ditentukan
oleh peranserta segenap komponen bangsa.
3.3.2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat dengan
bertumpu pada potensi daerah
Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu, keluarga,
masyarakat, pemerintah dan swasta. Apapun yang akan dilakukan
pemerintah dalam pembangunan kesehatan, tidak akan ada artinya bila
tidak disertai kesadaran setiap individu, keluarga dan masyarakat untuk
meningkatkan dan menjaga kesehatannya masing-masing secara mandiri.
Upaya pemerintah untuk terus memperluas cakupan pembangunan
kesehatan dan meningkatkan kualitasnya harus disertai upaya mendorong
kemandirian individu, keluarga dan masyarakat luas untuk hidup sehat.
3.3.3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu,
merata dan terjangkau bagi seluruh masyarakat Kabupaten Bone
Bolango
Salah satu tanggung jawab seluruh jajaran kesehatan adalah menjamin
tersedianya pelayanan kesehatan yang berkualitas, merata, terjangkau oleh
setiap individu, keluarga dan masyarakat luas. Pelayanan kesehatan yang
berkualitas, merata dan terjangkau dimaksud diselenggarakan bersama
oleh pemerintah dan masyarakat, termasuk swasta.
3.3.4. Mendorong pemeliharaan dan peningkatan kesehatan individu,
keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya
Penyelenggaraan upaya kesehatan mengutamakan upaya-upaya
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit yang didukung oleh
upaya-upaya pengobatan segera dan pemulihan kesehatan. Agar dapat
memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat diperlukan lingkungan yang kondusif. Masalah lingkungan
fisik dan biologis yang buruk adalah faktor penentu penularan penyakit
saluran pernafasan dan pencernaan. Masalah asap rokok kini muncul
13
Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007
sebagai isyu Hak Asasi Manusia, karena udara segar bebas asap rokok hak
bagi semua orang. Lebih jauh lagi, bagi bukan perokok pun, asap rokok
meningkatkan risiko kanker paru secara bermakna.
3.4. STRATEGI
Dalam mewujudkan Visi dan Misi, Dinas Kesehatan mengacu pada 4 (empat)
Grand Strategy Departemen Kesehatan RI yaitu :
1. Menggerakkan dan Memberdayakan Masyarakat untuk Hidup Sehat
2. Meningkatkan Akses Masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang
berkualitas
3. Meningkatkan Sistem Survailans, Monitoring dan Informasi Kesehatan
4. Meningkatkan Pembiayaan Kesehatan
3.5. ARAH KEBIJAKAN
1. Meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan
2. Meningkatkan kuantitas dan kualitas tenaga kesehatan
3. Meningkatkan sosialisasi kesehatan melalui PHBS dan sadar gizi
4. Meningkatkan Sistem Informasi Kesehatan (SIK)
5. Pengembangan jaminan kesehatan bagi penduduk miskin melalui peningkatan
pengawasan dan evaluasi program pemberian kartu miskin
6. Pengembangan sistem survailens dengan kemampuan dan kebutuhan program,
sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa penyakit dan bencana
7. Peningkatan mutu data dan informasi epidemiologi
3.6. SASARAN
a. Meningkatnya cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan dari
71,86 % menjadi 90 %.
b. Meningkatkan desa Universal Children Immunisation (UCI) dari 58,73 %
menjadi 100 %.
c. Meningkatkan penanganan KLB dari 72,22 % menjadi 100 %.
d. Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin dari 79 %
menjadi 100 %.
e. Meningkatkan persentase rumah tangga sehat dari 55,1 % menjadi 65 %.
f. Meningkatkan persentase Posyandu Purnama Mandiri dari 15,3 % menjadi 40
%.
14
Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007
g. Meningkatkan rasio tenaga kesehatan terutama untuk dokter umum dari 14,65
menjadi 40, dokter gigi 3,25 menjadi 11 serta bidan 41,52 menjadi 100 per
100.000 penduduk.
h. Menurunnya Angka kematian Ibu (AKI) dari 198 menjadi 150 per 100.000
kelahiran hidup.
i. Menurunnya Angka Kesakitan DBD dari 30,12 menjadi 2 per 100.000
penduduk.
3.7. PROGRAM KEGIATAN.
3.7.1. Program Promosi Kesehatan
Meningkatkan jumlah dan persentasi posyandu di masing-masing kecamatan
Meningkatkan jumlah dan persentasi posyandu menururt masing-masing strata
Meningkatkan persentasi rumah tangga yang ber-PHBS
Meningkatkan persentasi rumah sehat menurut kecamatan
3.7.2. Program Kesehatan Ibu dan Anak
Mengetahui jumlah kelahiran dan kematian bayi dan balita menurut
kecamatan
Mengetahui jumlah kematian maternal menurrut kecamatan
Meningkatkan cakupan kunjungan ibu hamil, K4, Bumil risti, dan persalinan
yang ditolong oleh tenaga kesehatan
Meningkatkan cakupan jumlah ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe, Fe3
serta imunisasi TT1 dan TT2 menurut kecamatan dan puskesmas
Mengetahui jumlah PUS serta meningkatkan cakupan peserta KB, peserta KB
baru dan peserta KB aktif
Mengetahui jumlah peserta KB aktif menurut jenis kontrasepsi
Meningkatkan cakupan pelayana KB baru menurut kecamatan
Meningkatakn cakupan kunjungan Neonatus, bayi dan bayi BBLR yang
ditangani oleh tenaga kesehatan
Mengetahui jumlah dan persentasi ibu hamil dan neonatal resiko tinggi /
komplikasi yang ditangani menurut kecamatan dan puskesmas
Meningkatkan cakupan pelayana kesehatan pra usila dan usila
Meningkatkan caupan jumlah bayi yang dibesi ASI ekslusif
3.7.3. Program Perbaikan Gizi Masyarakat
Meningkatkan status gizi bayi dan balita
15
Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007
Meningkatkan cakupan deteksi tumbuh kembang anak balita, pemeriksaan
siswa SD, dan pelayanan kesehatan remaja
Meningkatkan cakupan rawan gizi yakni bayi, balita dan bumil dengan
mendapatkan pelayanan kesehatan
Meningkatkan pelayanan kesehatan keluarga miskin dan JPKM Gakin
Mendeteksi jumlah kecamatan yang rawan gizi
Meningkatkan Persentasi desa atau kelurahan dengan garam beryodium yang
baik
Meningkatkan cakupan wanita usia subur yang mendapatkan kapsul yodium
3.7.4. Program Farmamin
Meningkatkan penyuluhan, pencegahan dan penanggulangan NAPZA
Mengetahui persentasi penulisan resep obat generik
3.7.5. Program Instalasi Farmasi
Mengetahui jumlah ketersediaan obat generik berlogo menurut jenis obat
Mengetahui jumlah kebutuhan, pengadaan dan ketersediaan obat essensial dan
obat generik
3.7.6. Program Pemberantasan Penyakit Menular
Meningkatkan cakupan penanganan kasus filariasis dan elephantiasis
Meningkatkan persentasi penderita kusta yang selesai berobat
Meningkatkan cakupan penanganan kasus HIV-AIDS, infeksi menular seksual
dan kasus DBD
Meningkatkan cakupan persentasi TB Paru yang sembuh
Meningkatkan cakupan penanganan penyakit Diare
Meningkatkan cakupan penanganan penyakit Malaria
Meningkatkan cakupan penanganan penyakit ISPA
Mengetahui jumlah persentasi desa atau kelurahan yang terkena KLB yang
ditangani kurang dari 24 jam
Mengetahui jumlah penderita dan kematian, CFR, KLB menurut jenis KLB,
jumlah kecamatan serta jumlah desa yang terserang
Mengetahui jumlah kasus PD3I
Mengatahui persentasi donor darah yang discreening terhadap HIV-AIDS
3.7.7. Program Penyehatan Lingkungan
Meningkatkan persentasi institusi yang dibina kesehatan lingkungannya
Meningkatkan persentasi keluarga yang memiliki akses air bersih
16
Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007
Mengetahui persentasi rumah / bangunan yang diperiksa jentik nyamuk Aides
serta meningkatkan persentasi rumah / bangunan yang bebas jentik nyamuk
Aides
Meningkatkan jumlah keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar
Meningkatkan persentasi tempat umum dan pengelolaan makanan (TUPM)
sehat
3.7.8. Program Imunisasi
Meingkatkan persentasi cakupan desa / kelurahan UCI
Meningkatkan persentasi cakupan imunisasi bayi
3.7.9. Program Pelayanan Kesehatan
Mengetahui jumlah penduduk peserta pemeliharaan kesehatan
Mengetahui persentasi penduduk laki-laki dan perempuan berusia sepuluh
tahun ke atas dirinci menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan
Meningkatkan cakupan keluarga miskin yang mendapatkan pelayanan
kesahatan
Mengetahui luas wilayah, jumlah desa, jumlah penduduk, jumlah RT dan
kepadatan penduduk
Meningkatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di tiap Puskesmas
Mengetahui persentasi penduduk berumur 10 tahun ke atas yang melek huruf
Mengetahui jumlah penduduk menurut jenis kelamin, kelompok umur, ratio
beban tanggungan, ratio jenis kelamin
Meningkatkan jumlah sarana pelayanan kesehatan masyarakat
17
Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007
BAB IVPENCAPAIAN PROGRAM KESEHATAN MENUJU
KAB. BONE BOLANGO SEHAT
Gambaran masyarakat Kabupaten Bone Bolango masa depan yang ingin dicapai
oleh segenap komponen masyarakat melalui pembangunan kesehatan Kabupaten Bone
Bolango adalah : Menjadi Pelayan Setia dan Mitra Unggul Menuju Bone BolangoMenjadi Pelayan Setia dan Mitra Unggul Menuju Bone Bolango
Sehat 2010Sehat 2010. Terdapat beberapa keterkaitan dari beberapa aspek yang dapat mendukung
meningkatnya kinerja yang dihubungkan dengan pencapaian pembangunan kesehatan,
diantaranya adalah: (1) Indikator derajat kesehatan sebagai hasil akhir, yang terdiri atas
indikator-indikator untuk mortalitas, morbiditas, dan status gizi. (2) Indikator hasil antara,
yang terdiri atas indikator-indikator untuk keadaan lingkungan, perilaku hidup
masyarakat, akses dan mutu pelayanan kesehatan, serta (3) Indikator proses dan masukan,
yang terdiri atas indikator-indikator untuk pelayanan kesehatan, sumber daya kesehatan,
manajemen kesehatan, dan kontribusi sektor terkait.
4.1. DERAJAT KESEHATAN
Pengertian tentang keadaan sehat dan sakit sangat penting mengingat kita harus dapat
menentukan ada/tidaknya permasalahan/penyakit diantara masyarakat dan seberapa
banyaknya. Secara sederhana keadaan sakit itu dinyatakan sebagai :
Penyimpangan dari keadaan normal, baik struktur maupun fungsinya atau
Keadaan dimana tubuh atau organisme atau bagian dari organisme/populasi yang
diteliti tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dilihat dari keadaan patologisnya.
Menurut UU RI No. 23 tahun 1992, yang dimaksud dengan keadaan sehat adalah
keadaan meliputi kesehatan badan, rohani ( mental ) dan social dan bukan hanya keadaan
yang bebas penyakit, cacat, dan kelemahan sehingga dapat hidup produktif secara sosial
ekonomi. Beberapa aspek yang dapat dihubungkan dengan derajat kesehatan adalah :
lingkungan, pelayanan kesehatan dan perilaku.
Program pembangunan kesehatan yang selama ini dilaksanakan dapat dikatakan
cukup berhasil sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara cukup
bermakna, walaupun masih dijumpai bebarapa masalah dan hambatan yang
mempengaruhi pelaksanaan pembangunan kesehatan. Derajat kesehatan yang optimal
18
Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007
dapat dilihat dari unsur kualitas hidup serta unsur mortalitas dan yang mempengaruhinya
yaitu morbiditas dan status gizi masyarakat.
Di Indonesia, indikator derajat kesehatan dapat dilihat dari ; Umur Harapan
Hidup, Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Balita, Angka Kematian Ibu melahirkan,
dan Angka Kesakitan / Kematian karena penyakit tertentu serta status Gizi Masyarakat.
Adapun indikator hasil antara, yang terdiri atas indikator-indikator untuk keadaan
lingkungan, perilaku hidup masyarakat, akses dan mutu pelayanan kesehatan, serta
Indikator proses dan masukan, yang terdiri atas indikator-indikator untuk pelayanan
kesehatan, sumber daya kesehatan, manajemen kesehatan, dan kontribusi sektor terkait.
4.2. INDIKATOR DERAJAT KESEHATAN
Beberapa indikator penting untuk mengukur derajat kesehatan masyarakat pada suatu
daerah adalah Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), Umur Harapan
Hidup (UHH) dan Status Gizi. Indikator tersebut ditentukan dengan 4 faktor utama yaitu
Perilaku Masyarakat, Lingkungan, Pelayanan Kesehatan dan Faktor Genetika.
Keempat faktor utama ini diintervensi melalui beberapa kegiatan pokok yang
mempunyai dampak ungkit besar terhadap upaya-upaya percepatan penurunan AKI,
AKB, AKABA dan Peningkatan Status Gizi Masyarakat serta status Angka Kesakitan
dan Kondisi Penyakit Menular.
Keberhasilan upaya-upaya kesehatan yang dilakukan dapat dinilai sebagai
indikator output yang cukup signifikan mempengaruhi indikator outcome sebagaimana
yang dijelaskan berikut ini.
4.2.1 Umur Harapan Hidup ( UHH )
Untuk perkembangan Umur Harapan Hidup di Kabupaten Bone Bolango dari
tahun ketahun masih mempedomani Umur Harapan Hidup Nasional, dapat dilihat pada
tabel berikut:
Umur Harapan Hidup (UHH) Kabupaten Bone Bolango dan Nasional
Pada tahun 2006 dan 2007
NoUmur
Harapan Hidup
Tahun 2006 Tahun 2007
Bonbol Nasional Bonbol Nasional
1 Laki-Laki 67 68 68 682 Perempuan 69 70 69 70
19
Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007
dalam RPJM 2006-2012, upaya untuk meningkatkan UHH menjadi 70 Tahun merupakan
hal pentig yang perlu dicermati melalui upaya-upaya peningkatan kegiatan program yang
berdampak pada tingkat kesejahteraan masyarakat seperti penurunan resiko kesakitan,
pada keluarga rentan, trend penyakit degeneratif dan tidak menular, serta peningkatan
kesehatan par usila yang dapat hidup produktif dan mandiri.
Umur Harapan Hidup ( UHH ) dipengaruhi oleh masih tingginya Angka Kematian
Ibu ( AKI ) serta Angka Kematian Bayi ( AKB ). Semakin tinggi jumlah kematian
bayi maka makin rendah Umur Harapan Hidup. Umur Harapan Hidup (UHH)
penduduk Kabupaten Bone Bolango adalah 65 tahun.
4.2.2 Angka Kematian ( Mortalitas )
a. Angka Kematian Bayi ( AKB )
Angka Kematian Bayi merupakan salah satu indikator yang paling sensitif
untuk menentukan derajat kesehatan suatu daerah. Dari laporan jumlah
kematian bayi yang disampaikan dari masing-masing Puskesmas, dapat
diperkirakan bersumber dari fasilitas pelayanan kesehatan (facility based)
dan dari laporan masyarakat atau kader (community based).
Pada tahun 2007, AKB sebesar 8,5 per 1000 KLH atau terdapat 13 kematian
dari 1.537 KLH. Angka ini mengalami penurunan dari tahun 2006 sebesar
10,8 per 1000 KLH atau 27 kematian dari 2499 KLH.
Jumlah kematian bayi terbanyak yakni di wilayah Puskesmas Bone dimana
terdapat 3 kasus kematian dan wilayah puskesmas yang tidak terdapat
kematian bayi yakni Puskesmas Suwawa, Dumbayabulan dan Kabila Bone.
Sedangkan AKB tingkat nasional menurut Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) pada tahun 2002 sebesar 74 per 1.000 KLH. Sedangkan
menurut hasil pencatatan petugas kesehatan yang dihimpun dari Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota tahun 2007 sebanyak 1.336 kematian dari
94.444 KLH atau 14 per 1.000 KLH.
Audit Maternal yang belum optimal dalam hal ini sistem pelaporan yang
belum akurat, keterbatasan jumlah bidan desa sehingga banyak bidan yang
memiliki tugas rangkap, serta keterbatasan sarana dan prasarana seperti
Bidan KIT yang ada di Polindes.
20
Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007
b. Angka Kematian Balita ( AKABA )
Angka Kematian Balita merupakan salah satu indikator kesehatan yang ikut
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.
AKABA di Kabupaten Bone Bolango tahun 2007 sebesar 2,0 per 1.000
KLH atau 3 kasus kematian dari 1.537 KLH. Angka ini lebih rendah dari
tahun 2006 yakni sebesar 11 kematian dari 2499 kelahiran hidup atau
sebesar 4,4 per 1.000 KLH dari jumlah kelahiran hidup.
Kematian balita di Kabupaten Bone Bolango hanya terdapat di satu
Puskesmas yaitu Puskesmas Tombulilato. Angka tersebut lebih baik bila
dibandingkan dengan angka kematian balita yang ditargetkan oleh
Departemen Kesehatan RI pada Tahun 2010 dimana angka kematian anak
balita ditargetkan sebesar 58 per 1.000 kelahiran hidup.
c. Angka Kematian Ibu ( AKI )
Angka Kematian Ibu atau AKI mencerminkan resiko yang dihadapi ibu-ibu
selama kehamilan dan melahirkan yang dipengaruhi oleh keadaan, sosial
ekonomi, keadaan kesehatan kurang baik menjelang kehamilan. Kejadian
berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahiran. Serta tersedianya dan
penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai.
Angka Kematian Ibu (AKI) berguna untuk menggambarkan tingkat
kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi
kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu
hamil, pelayanan kesehatan waktu ibu melahirkan dan masa nifas.
Untuk mengetahui besaran masalah kesehatan ibu, indikator yang digunakan
adalah Angka Kematian Ibu (AKI). Perhitungan AKI disetiap Puskesmas
sulit dilakukan karena jumlah kelahiran hidup tidak mencapai 100.000
kelahiran hidup.
Untuk mengurangi bias perhitungan AKI yang direkomendasikan oleh
WHO dalam 100.000 kelahiran hidup maka digunakan Ratio Kematian Ibu.
Untuk menghitung rasio kematian ibu di Kabupaten Bone Bolango tidak
dapat dilakukan karena angka kelahiran di Kabupaten Bone Bolango kurang
dari 100.000 kelahiran hidup sehingga, namun demikian bila diasumsikan
maka angka AKI Kabupaten Bone Bolango tahun 2007 adalah 195 per
100.000 kelahiran hidup atau 3 kasus kematian dari 1.537 KLH. Angka ini
21
Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007
masih sangat tinggi apabila dibandingkan dengan AKI yang ditargetkan
untuk 2010 yaitu 150 per 100.000 KLH. Kematian ibu terdapat di 2 wilayah
kerja Puskesmas yakni Puskesmas Tapa sebanyak 1 orang dan Puskesmas
Bulango sebanyak 2 orang.
Tingginya AKI di Kabupaten Bone Bolango antara lain disebabkan oleh
Suspect Ruptura Uteri, Perdarahan, Partus lama, Resiko Tinggi akibat umur,
eklamasi, serta Post Sectio. Hal ini dipengaruhi oleh masih kurangnya
kuantitas maupun kualitas tenaga bidan terutama di wilayah terpencil serta
kelengkapan sarana dan prasarana dalam pelayanan Obstetrik dan Neonatal
baik itu di Pondok Bersalin Desa (POLINDES) maupun di Puskesmas,
kondisi sosial ekonomi masih rendah yang juga mempengaruhi tingkat
pendidikan masyarakat sehingga menyebabkan pertolongan persalinan oleh
dukun masih tinggi, kunjungan rumah ( sweeping ) post persalinan belum
optimal, serta letak geografis yang masih sulit dijangkau.
Untuk mengantisipasi masalah ini maka diperlukan terobosan-terobosan
dengan mengurangi peran dukun dan meningkatkan peran Bidan. Harapan
kita agar Bidan di Desa benar-benar sebagai ujung tombak dalam upaya
penurunan AKB (IMR) dan AKI (MMR). Selain itu melalui pengembangan
Desa Siaga dengan pembangunan POSKESDES yang merupakan salah satu
bentuk partisipasi masyarakat dalam menurunkan AKI.
4.2.3 Angka Kesakitan ( Morbiditas )
Angka kesakitan penduduk diperoleh dari data yang berasal dari masyarakat
(community based data) yang diperoleh melalui studi morbiditas, dan hasil
pengumpulan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bone Bolango serta dari
sarana pelayanan kesehatan (facility based data) yang diperoleh melalui sistem
pencatatan dan pelaporan.
A. Penyakit Bersumber Binatang
a. Pemberantasan Penyakit Malaria ( P2 Malaria )
Malaria merupakan salah satu penyakit yang dapat muncul kembali
setelah dilakukan upaya eradikasi maupun eliminasi (Re-emerging
desease) dan masih tetap merupakan masalah kesehatan masyarakat
Asia Tenggara, begitu juga di Indonesia penyakit ini menjadi ancaman
dan mempengaruhi tingginya angka kesakitan dan kematian.
22
Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007
Penyakit Malaria menyebar cukup merata di seluruh kawasan
Indonesia, namun paling banyak dijumpai di luar wilayah Jawa-Bali,
bahkan di beberapa tempat dapat dikatakan sebagai daerah endemis
malaria. Menurut hasil pemantauan program diperkirakan sebesar 35%
penduduk Indonesia tinggal di daerah endemis Malaria.
Jumlah penderita klinis malaria di Kabupaten Bone Bolango tahun
2007 tercatat 432 penderita. Slide positive rate mencapai 3%, dan
semua penderita yang ditemukan telah diberikan pengobatan klinis.
Penderita positif ditemukan di wilayah Puskesmas Bone dan Kabila.
Adapun bentuk peran serta masyarakat yang diharapkan dalam upaya
penanggulangan malaria antara lain melalui : (1) kepatuhan minum
obat anti malaria agar setiap penderita dapat minum obat secara tuntas,
(2) pencegahan gigitan nyamuk melalui pemakaian kelambu,
pemasangan kasat kasa di rumah, pemakaian obat gosok penolak
nyamuk (repellent), pemakaian baju tebal dan (3) pencegahan
terjadinya sarang nyamuk malaria melalui pembersihan lumut di
tempat-tempat/bagian rumah yang lembab, pencegahan terbentuknya
genangan air, memelihara ikan pemakan jentik di genangan air serta
pencegahan terbentuknya sarang nyamuk.
b. Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue ( P2 DBD )
Tingginya mobilitas penduduk, kurang efektifnya Fogging Fokus
dengan Fogging sebelum penularan, belum memasyarakatnya
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) serta masih rendahnya angka
bebas jentik (ABJ) merupakan kondisi yang menyebabkan DBD masih
merupakan masalah di Kabupaten Bone Bolango.
Pada tahun 2007 Angka kesakitan penyakit Demam Berdarah Dengue
(DBD) sebesar 7 per 100.000 penduduk. Angka ini mengalami
penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2006 yang mencapai 31
per 100.000 penduduk. Dengan Attace Rate 0,018.
Bila dibandingkan dengan tahun 2006 kasus DBD pada tahun 2007
mengalami penurunan, begitu juga angka kematian. Dari 11
23
Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007
Kecamatan, sebanyak 3 kecamatan yang mengalami kasus (Bulango,
Kabila, Tapa) dengan jumlah desa sebanyak 17 desa.
c. Pemberantasan Penyakit Filariasis ( P2 Filariasis )
Program eliminasi filariasis dilaksanakan atas dasar kesepakatan
global WHO tahun 2000 yaitu ”The Global Goal of Elimination of
Lymphatic Filariasis as a Public Health Problem The Year 2020”.
Dampak dari serangan penyakit ini adalah menurunkan derajat
kesehatan masyarakat karena menurunnya daya kerja dan produktivitas
serta timbulnya cacat anggota tubuh yang menetap. Penyakit yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk, beberapa jenis nyamuk diketahui
berperan sebagai vektor Filariasis antara lain Mansonia, Anopheles dan
Culex.
Di Indonesia, sampai dengan tahun 2003 kasus kronis Filariasis telah
menyebar ke 30 provinsi pada lebih dari 231 kabupaten dengan jumlah
kasus kronis 6.635 orang. Sampai saat ini di Indonesia telah ditemukan
3 species cacing filaria, yaitu Wucherecia bancrofti, Brugia Malayi
dan Brugia Timori.
Di kabupaten Bone Bolango meskipun pada tahun 2007 penyakit
Filariasis kasusunya menurun dibandingkan pada tahun sebelumnya
namun penyakit ini masih ditemukan di daerah Tombulilato, tapa dan
Kabila sebanyak 6 kasus. Program P2 Filariasis masih harus
diperhatikan karena mengingat daerah Bone Bolango masih dikenal
dengan daerah endemi filarisis serta tidak menutup kemungkinan
penyebarannya akan meluas ke wilayah lainnya jika tidak dilakukan
upaya pencegahan dan pengobatan.
B. Penyakit Menular Langsung
a. Pemberantasan Penyakit Tuberkulosis Paru (P2 TB Paru)
WHO memperkirakan pada saat ini, Indonesia merupakan negara
penyumbang kasus TB terbesar ke-3 di dunia, yang setiap tahunnya
diperkirakan terdapat penderita baru TB menular sebanyak 262.000
orang (44,9% dari 583.000 penderita baru TB) dan 140.000 orang
diperkirakan meninggal karena penyakit TBC. Angka tersebut diyakini
24
Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007
sangat memungkinkan, apalagi bila dikaitkan dengan kondisi
lingkungan perumahan, sosial ekonomi masyarakat, serta
kecenderungan peningkatan penderita HIV/AIDS di Indonesia saat ini.
Di Kabupaten Bone Bolango sendiri, menurut laporan Puskesmas,
jumlah suspek sebanyak 1.850 orang. Menurut laporan tersebut
penderita yang dinyatakan positif menderita TB Paru tercatat sebanyak
117 orang dan penderita yang diobati sebanyak 105 orang. Dengan
jumlah penderita yang sembuh sebanyak 44 orang ( 41,9 % ) dan
wilayah kerja Puskesmas yang terbanyak penderitanya adalah
Puskesmas Kabila Bone. Angka ini bila dibandingkan dengan Angka
Kesembuhan Penderita TB Paru BTA positif sesuai Indikator Sehat
2010 (85%) dapat dikatakan telah mencapai target. Keadaan tersebut
disebabkan karena adanya kegiatan sosialisasi, peran serta lintas
program dan lintas sektor dalam pemberantasan penyakit ini.
b. Pemberantasan Penyakit Kusta (P2 Kusta)
Jika ditinjau dari situasi global, Indonesia merupakan negara
penyumbang jumlah penderita kusta ketiga terbanyak setelah India
dan Brazil. Masalah ini diperberat dengan masih tingginya stigma di
kalangan masyarakat dan sebagian petugas. Akibat dari kondisi ini,
sebagian besar penderita dan mantan penderita kusta dikucilkan
sehingga tidak mendapatkan akses pelayanan kesehatan serta
pekerjaan yang berakibat pada meningkatnya angka kemiskinan.
Tahun 2007, jumlah penderita Kusta yang terdaftar sebanyak 14 orang
yang terdiri dari penderita yang selesai berobat (RFT Rate) sebanyak 6
orang (48,86 %). Penderita Kusta yang paling banyak berada di
wilayah Puskesmas Suwawa dengan jumlah penderita sebanyak 5
orang, namun jumlah ini lebih sedikit bila dibandingkan dengan
jumlah penderita yang ada pada tahun-tahun sebelumnya, dan dapat
dikatakan rendah jika dibadingkan dengan target Standar Pelayanan
Minimal sebesar >90 %. Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan
seperti grafik di bawah ini.
25
Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007
27
0
55
10
74
43
146
0
10
20
30
40
50
60
70
80
2004 2005 2006 2007
Jumlah Penderita Kusta dan RFT Penderita Kustadi Kabupaten Bone Bolango Sejak Tahun 2004 s.d. 2007
Penderita RFT
Sumber : Laporan SIK Puskesmas
c. Pemberantasan Penyakit Diare (P2 Diare)
Perkembangan Jumlah Penderita Diaredi kabupaten Bone Bolango sejak tahun 2004 s.d. 2007
5761
5086
2164
1909
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
2003 2004 2005 2006 2007 2008
Jumlah Penderita
Sumber : Laporan SIK Puskesmas
Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa perkembangan penderita
penyakit Diare di kabupaten Bone Bolango mengalami siklus turun
naik dari tahun 2004 s.d. tahun 2007. pada tahun 2007 jumlah kasus
diare di Kabupaten Bone Bolango berdasarkan laporan puskesmas
sebanyak 1.909, turun dratis bila dibandingkan pada tahun 2007. Hal
ini dimungkinkan disebabkan adanya peningkatan kualitas kebiasaan
hidup bersih dan sehat masyarakat pada umumnya dan khususnya
26
Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007
hygiene perorangan, dan penggunaan sarana SAMIJAGA yang
memenuhi syarat kesehatan di masyarakat Kabupaten Bone Bolango
atau karena pendataan terhadap penderita Diare di wilayah kerja
puskesmas yang belum lengkap.
C. Kejadian Luar Biasa ( KLB )
Kejadian Luar Biasa (KLB) di Kabupaten Bone Bolango selama tahun
2007 terjadi di 10 desa keadaan ini menunjukkan bahwa desa/kelurahan
yang terkena KLB menurun jumlahnya bila dibanding dengan tahun
sebelumnya sebanyak 20 desa/kelurahan terjadi KLB, dari sejumlah desa
yang terkena KLB selama tahun 2007 dan telah dilakukan kegiatan
penanganan/penanggulangan dengan cepat dalam waktu kurang dari 24
jam sejumlah 10 desa (100 %).
D. Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I)
Difteri, Pertusis, Tetanus, campak, polio dan hepatitis B merupakan
penyakit menular yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I). Penyakit-
panyakit ini timbul karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
pentingnya imunisasi. Di kabupaten Bone Bolango pada tahun 2007 data
yang diterima dari laporan SIK puskesmas tentang penyakit menular yang
dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) hanya data penyakit campak, hal
ini dimungkinkan karena kurangnya tenaga yang bisa turun lapangan
melakukan pendataan.
Campak merupakan penyakit menular yang sering menyebabkan kejadian
luar biasa (KLB). Sepanjang tahun 2006 di Bone Bolango, jumlah kasus
campak sebanyak 47 kasus, kasus yang paling banyak terjadi di wilayah
kerja Puskesmas Kabila Bone dengan jumlah kasus sebanyak 38 kasus.
Jumlah ini meningkat bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang
hanya 12 kasus.
4.2.4. Status Gizi
Status gizi seseorang sangat erat kaitannya dengan permasalahan kesehatan secara
umum, karena disamping merupakan faktor predisposisi yang dapat memperparah
27
Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007
penyakit infeksi secara langsung juga dapat menyebabkan terjadinya gangguan
kesehatan individual. Bahkan status gizi janin yang masih berada dalam
kandungan dan bayi yang sedang menyusui sangat dipengaruhi oleh status gizi ibu
hamil atau ibu menyusui.
Berikut ini akan disajikan gambaran mengenai indikator-indikator status gizi
masyarakat antara lain bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), status
gizi balita, ASI Ekslusif, Kecamatan Bebas Rawan Gizi dan Garam Beryodium
sebagaimana diuraikan berikut ini:
A. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram) merupakan salah satu
faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal.
BBLR dibedakan dalam 2 kategori yaitu BBLR karena prematur (usia
kandungan kurang dari 37 minggu) atau BBLR karena Intra Uterine
Growth Retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi
berat badannya kurang. Di negara berkembang, banyak BBLR dengan
IUGR karena ibu berstatus gizi buruk, anemia, malaria dan menderita
penyakit menular seksual (PMS) sebelum konsepsi atau pada saat hamil.
Perkembangan Kasus BBLR di Kabupaten Bone Bolangosejak Tahun 2004 s.d. Tahun 2007
14
11
4 4
0
2
4
6
8
10
12
14
16
2003 2004 2005 2006 2007 2008
Kasus BBLR
Sumber : Laporan SIK Puskesmas
Di Kabupaten Bone Bolango, tercatat bahwa jumlah bayi dengan berat
badan lahir rendah sebanyak 4 orang (0,26% dari total bayi lahir) dan
semuanya 100% tertangani sesuai standar. Jumlah ini sama dengan
jumlah kasus pada tahun sebelumnya. Meskipun angka capaian ini dapat
dikatakan cukup memuaskan, namun tindakan preventif harus tetap
28
Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang didukung oleh peran serta aktif dari
masyarakat itu sendiri.
Dari grafik di atas dapat dilihat trend dari tahun 2004, dimana terjadi
penurunan jumlah bayi dengan BBLR di Kabupaten Bone Bolango.
B. Status Gizi Balita
Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan
tingkat kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara penilaian status gizi
pada Balita adalah dengan anthropometri yang diukur melalui indeks Berat
Badan menurut umur (BB/U) atau berat badan terhadap tinggi badan
(BB/TB). Kategori yang digunakan adalah : gizi lebih (zscore>+2 SD);
gizi baik (z-score-2 SD sampai +2 SD); gizi kurang (z-score<-2 SD
sampai -3 SD) dan gizi buruk (z-score<-3 SD).
Di Kabupaten Bone Bolango, untuk menanggulangi masalah gizi atau
untuk memperoleh gambaran perubahan tingkat konsumsi gizi di tingkat
rumah tangga dan status gizi masyarakat dilaksanakan beberapa kegiatan
seperti Pemantauan Konsumsi Gizi (PKG) dan Pemantauan Status Gizi
(PSG) di seluruh kecamatan. Hasil Pemantauan Status Gizi yang
dilaksanakan pada tahun 2007 dari 12.388 anak yang terdata
didapatkan 80,81 % anak yang BB naik, 4 % anak BGM dan 1,84 % anak
Gizi Buruk.
Perkembangan Kasus Gizi Burukdi Kabupaten Bone Bolango sejak Tahun 2006 s.d. Tahun 2007
110
165
103
157
90
100
110
120
130
140
150
160
170
180
2003 2004 2005 2006 2007 2008
Gizi Buruk
Sumber : Laporan SIK Puskesmas
29
Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007
Jika kita melihat perkembangan status gizi balita dari tahun 2004,
khususnya untuk kasus gizi buruk mengalami siklus turun naik.Pada tahun
2007 mengalami peningkatan kembali mencapai 157 kasus. Tren ini harus
mendapat perhatian lebih agar kasus gizi buruk di kabupaten Bone
Bolango dapat diturunkan secara konsisten.
C. ASI Ekslusif
ASI ( Air Susu Ibu ) merupakan makanan terbaik bagi bayi karena
mengandung zat gizi paling sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan
bayi, karena itu untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan bayi
yang optimal ASI perlu diberikan secara eksklusif sampai umur 6 ( enam )
bulan dan dapat dilanjutkan sampai anak berumur 2 ( dua ) tahun. Namun
demikian selama ini alat pemantauan atau monitor pemberian ASI
Eksklusif dirasa belum ada sehingga cakupan pemberiannya masih sangat
rendah, untuk tahun 2006 cakupan ASI Eksklusif baru mencapai 39,03 %,
masih sangat rendah bila dibandingkan dengan target yang diharapkan
yaitu 80% bayi yang ada mendapat ASI Eksklusif. Tindakan nyata yang
sudah dilakukan oleh tenaga kesehatan berupa penyampaian informasi
kepada semua ibu yang baru melahirkan untuk memberikan ASI Eksklusif
termasuk didalamnya memberikan informasi tentang sepuluh Langkah
Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM).
Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui tersebut adalah :
1. Sarana Pelayanan Kesehatan mempunyai kebijakan Peningkatan
Pemberian Air Susu Ibu (PP-ASI) tertulis yang secara rutin
dikomunikasikan kepada semua petugas.
2. Melakukan pelatihan bagi petugas dalam hal pengetahuan dan
ketrampilan untuk menerapkan kebijakan tersebut
3. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan
penatalaksanaannya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir
sampai umur 2 tahun termasuk cara mengatasi kesulitan menyusui.
4. Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 30 menit setelah
melahirkan, yang dilakukan di ruang bersalin. Apabila ibu mendapat
operasi Caesar, bayi disusui setelah 30 menit ibu sadar.
30
Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007
5. Membantu ibu bagaimana cara menyusui yang benar dan cara
mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi
medis
6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada
bayi baru lahir.
7. Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi
24 jam sehari.
8. Membantu ibu menyusui semau bayi semau ibu, tanpa pembatasan
terhadap lama dan frekuensi menyusui
9. Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI.
10. Mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI)
dan rujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari Rumah
sakit/Rumah bersalin/sarana pelayanan Kesehatan.
D. Garam Beryodium
Untuk melihat kualitas yodium dalam garam, maka dilakukan pemantauan
dengan menggunakan Yodina test, hal ini sangat mudah dilakukan tanpa
harus memiliki ketrampilan khusus, untuk Kabupaten Bone Bolango
kegiatan pemantauan kandungan yodium dalam garam dilakukan secara
rutin oleh petugas kesehatan yang ada di Puskesmas. Untuk cerminan
desa/kelurahan dengan garam beryodium pada tahun 2006 menunjukkan
dari 109 desa/kelurahan sebanyak 21 desa/kelurahan termasuk pada
kategori desa/kelurahan dengan garam beryodium yang baik Hal ini
menunjukan bahwa semua garam konsumsi yang beredar belum
memenuhi syarat kandungan yodium.
4.3. KEADAAN LINGKUNGAN
Upaya penyehatan lingkungan dilaksanakan dengan lebih diarahkan pada
peningkatan kualitas lingkungan, yaitu melalui kegiatan yang bersifat promotif,
preventif dan protektif. Adapun pelaksanaannya bersama – sama dengan
masyarakat, diharapkan secara epidemiologi akan mampu memberikan kontribusi
yang bermakna terhadap kesehatan masyarakat.
Namun demikian pada umumnya yang menjadikan permasalahan utama adalah
masih rendahnya jangkauan program. Hal ini lebih banyak diakibatkan oleh
31
Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007
berbagai faktor antara lain dana dan adanya otonomi, dan lain-lain. Sedangkan
permasalahan utama yang dihadapi masyarakat adalah akses terhadap kualitas
lingkungan yang masih sangat rendah. Lingkungan sehat merupakan salah satu pilar
utama dalam pencapaian Indonesia Sehat 2010.
Beberapa indikator penting kesehatan lingkungan dapat dikemukakan, sebagai
berikut:
4.3.1 Rumah / Bangunan
Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi
sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Rumah
haruslah sehat dan nyaman agar penghuninya dapat berkarya untuk
meningkatkan produktivitas.Kondisi rumah dan lingkungan yang tidak
memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor risiko sumber penularan
berbagai jenis penyakit khususnya penyakit yang berbasis lingkungan.
Tahun 2007 jumlah rumah yang diperiksa 9.769 buah yang memenuhi syarat
kesehatan hanya 6.086 buah ( 62,3 %). Persentsi ini meningkat bila
dibandingkan dengan tahun 2006 yang hanya 51,2 % namun melihat target
rata – rata cakupan rumah sehat Indonesia Sehat 2010 adalah 75 %, maka
cakupan tersebut masih dapat dikatakan rendah.
Tren Persentasi Rumah Sehat di Kabupaten Bone Bolangosejak Tahun 2004 s.d. Tahun 2007
62,3
51,2
55,154,2
40
45
50
55
60
65
70
2003 2004 2005 2006 2007 2008
Persentasi Rumah Sehat
Sumber : Laporan SIK Puskesmas
32
Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007
Secara umum rumah dikatakan sehat apabila memenuhi beberapa kriteria,
diantaranya adalah bebas jentik nyamuk. Bebas jentik nyamuk disini terutama
bebas jentik nyamuk Aedes aegypti yang merupakan vektor penyakit demam
berdarah dengue.
Pada tahun 2007 jumlah rumah/bangunan yang dijadikan sample untuk
diperiksa jentik nyamuknya hanya 9.508 buah,. Rumah/bangunan yang bebas
jentik nyamuk Aedes aegypti sebesar 85,35 %. Angka ini bila dibandingkan
dengan tahun 2006 lebih rendah (pada tahun 2006 rumah/bangunan bebas
jentik nyamuk mencapai 90,09%) serta masih dibawah target yang
ditetapkan, yaitu rumah/bangunan bebas jentik nyamuk > 95%.
Untuk mencegah dan mengendalikan populasi nyamuk penularnya (Aedes
aegypti) perlu digalakkan upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk ( PSN )
melalui kegiatan 3 M ( Menguras – Menutup – Mengubur ) secara terus
menerus yang melibatkan peran serta masyarakat. Keberadaan nyamuk
penular ini sangat erat hubungannya dengan pengetahuan, sikap dan perilaku
masyarakat. Guna membina peran serta masyarakat secara efektif. Kegiatan
pembinaannya perlu dikoordinasikan oleh Kelompok Kerja Operasional
Pemberantasan Penyakit demam berdarah ( POKJANAL DBD ) yang
merupakan forum kerja lintas sektoral dengan makna yang terkandung dalam
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang menekankan pentingnya prinsip
pemerataan, yang didalam pelaksanaannya menuntut upaya promotif,
preventif, kuratif serta rehabilitatif, peran serta masyarakat, kerja sama lintas
sektoral sebagai strategi untuk mencapai kesehatan bagi semua.
4.3.2 Pengawasan Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan
Tempat-tempat umum adalah kegiatan bagi umum yang dilakukan oleh
badan-badan pemerintah, swasta atau perorangan yang langsung digunakan
oleh masyarakat yang mempunyai tempat dan kegiatan tetap serta memiliki
fasilitas.
Tempat-tempat umum di Kabupaten Bone Bolango Tahun 2007, jumlah yang
ada 293 buah, jumlah yang diperiksa 290 buah, Jumlah sehat 146 buah
33
Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007
(50,34%), Angka ini meningkat bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya
yang hanya 34%. Namun pencapaian ini belum memenuhi target indonesia
sehat 2010 yang menetapkan target untuk tempat-tempat umum yang
memenuhi syarat adalah 80 %. Walaupun pada tahun 2007 mengalami
peningkatan namun angka capaian yang diperoleh menunjukkan bahwa masih
rendahnya jumlah tempat-tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan.
Sedangkan seperti yang kita ketahui bersama bahwa pengawasan
sanitasi tempat umum
bertujuan untuk mewujudkan kondisi tempat umum yang memenuhi syarat
kesehatan agar masyarakat pengunjung terhindar dari kemungkinan bahaya
penularan penyakit serta tidak menyebabkan gangguan terhadap kesehatan
masyarakat di sekitarnya.
Pengelolaan makanan adalah suatu bangunan yang menetap dengan segala
karyawan dan peralatan yang dipergunakan untuk membuat dan menjual
makanan bagi konsumen, yang meliputi restoran, rumah makan, kantin,
warung kopi, maupun pabrik makanan minuman sederhana.
Risiko dari pengelolaan makanan mempunyai peluang yang sangat besar
dalam penularan penyakit karena jumlah konsumen relatif banyak dalam
waktu bersamaan. Oleh karena itu perlu teknologi dan metode yang lebih tepat
untuk pembinaan dan pengawasannya.
Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum, meliputi : sarana wisata, sarana
ibadah, sarana transportasi, sarana ekonomi dan sosial. Sarana wisata,
meliputi : hotel, salon/pangkas rambut, usaha rekreasi, hiburan umum dan
gedung pertemuan/gedung pertunjukan. Sarana ibadah, meliputi :
masjid/mushola, gereja. Sarana transportasi, meliputi : terminal, stasiun.
Sarana Ekonomi dan Sosial, meliputi : pasar, pusat pembelanjaan, apotik,
sarana/panti sosial, sarana pendidikan dan sarana kesehatan.
Jumlah hotel : 0 buah (0%),
Jumlah restoran/rumah makan : 142 buah, jumlah diperiksa : 139 buah,
jumlah sehat : 16 buah (11,51 %)
Jumlah pasar : 14 buah, jumlah diperiksa : 14 buah, jumlah sehat : 11
buah (78,57 %).
34
Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007
Jumlah TUPM lainnya : 137 buah, jumlah diperiksa : 137 buah, jumlah
sehat : 119 buah (86,86 % ).
4.3.3 Sarana Kesehatan Lingkungan ( persediaan air bersih, jamban,
tempat sampah, pengelolaan air limbah ).
Pembuangan kotoran baik sampah, air limbah dan tinja yang tidak memenuhi
syarat kesehatan dapat menyebabkan rendahnya kualitas air, serta dapat
menimbulkan penyakit menular di masyarakat. Jamban, tempat sampah,
pengelolaan limbah dan persediaan air bersih merupakan sarana lingkungan
pemukiman (PLP). Kondisi sarana penyehatan lingkungan pemukiman di
Kabupaten Bine Bolango Tahun 2007 dari 11.979 KK yang diperiksa, sebagai
berikut :
Jumlah KK yang telah memiliki sarana air bersih : 9.551 ( 79,73 % ).
Jumlah KK yang telah memiliki jamban untuk tempat Buang Air Besar
(BAB) : 8.412 ( 83,31 % ).
Jumlah KK yang telah memiliki tempat sampah : 4.983 ( 85,55 % ).
Jumlah KK yang telah memiliki pengolahan air limbah : 8.523
( 86,75 % ).
Sanitasi merupakan faktor penting dalam menciptakan lingkungan yang sehat.
Banyaknya penyakit ditularkan karena tidak dilakukan cara-cara penanganan
sanitasi yang benar. Upaya peningkatan kualitas air bersih akan berdampak
positif apabila diikuti upaya perbaikan sanitasi. Upaya sanitasi meliputi
pembangunan, perbaikan dan penggunaan sarana sanitasi, yaitu: pembuangan
kotoran manusia (jamban), pembuangan air limbah (SPAL) dan pembuangan
sampah di lingkungan rumah kita.
Sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk di wilayah Bone Bolango
maka kebutuhan air bersih semakin bertambah. Pembangunan air bersih di
masing-masing wilayah kerja Puskesmas meliputi daerah Pemukiman.
Adapun sumber air di Kabupaten Bone Bolango pada umumnya berasal dari
mata air, sumur dalam, sumur gali dan air permukaan. Sistem yang digunakan
untuk mensuplai air bersih melalui perpipaan dan non perpipaan. Untuk
pengelolaannya pada daerah pemukiman di perkotaan pada umumnya dikelola
PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) Kabupaten.
35
Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007
Permasalahan terbanyak yang dihadapi Kabupaten Bone Bolango yang
berkaitan dengan air adalah terbatasnya dana untuk pembuatan sarana air
bersih sehingga cakupan pelayanan air bersih di Kabupaten Bone Bolango
sebesar 79,73 %, walaupun angka ini meningkat bila dibandingkan dengan
tahun sebelumnya manum masih tetap perlu ditingkatkan.
4.4. PERILAKU MASYARAKAT
4.4.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS )
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat,
menurut HL Blum adalah faktor perilaku. Dengan mewujudkan perilaku yang
sehat, diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan suatu penyakit dan
angka kematian ibu dan anak akibat terlambat /kurangnya kesadaran dalam
mengunjungi sarana pelayanan kesehatan.
Dalam kegiatan PHBS terdapat beberapa tatanan, tiga tatanan yang menjadi
utama sasaran PHBS adalah tatanan rumah tangga, tatanan institusi dan
tatanan TTU (Tempat-tempat Umum). Untuk data profil ini, ditampilkan
hanya PHBS tatanan rumah tangga karena mempunyai daya ungkit yang
paling besar terhadap perubahan perilaku masyarakat secara umum.
Berdasarkan laporan dari Puskesmas untuk persentase rumah tangga
berperilaku hidup bersih dan sehat, dari 11 Puskesmas yang ada ternyata ada
6 puskesmas yang tidak melaporkan, hal ini dimungkinkan karena masih
berstatus Puskesmas baru serta tidak adanya tenaga yang melakukan
pendataan.. Adapun pada tahun 2007 angka capaian untuk data tersebut
adalah 12,64 %. Data ini jika dibandingkan dengan data profil tahun
sebelumnya mengalami penurunan yang cukup drastis dari angka capaian
22,08%.
Dari 5 puskesmas yang memberikan data yang paling tinggi persentase
Rumah Tangga ber-PHBS yaitu Puskesmas Tapa ( 100% ) sedangkan yang
paling rendah capaiannya yakni Puskesmas Dumbayabulan ( 13,89 % ).
Rendahnya cakupan Rumah tangga yang ber-PHBS antara lain disebabkan
oleh capaian kepemilikan dan penggunaan jamban keluarga di setiap rumah
36
Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007
tangga masih rendah, capaian pemberian ASI Eksklusif dan capaian
persalinan oleh tenaga kesehatan masih sangat rendah, kurangnya penyuluhan
atau sosialisasi kepada masyarakat akan pentingnya ber-PHBS serta masih
kurangnya kerjasama lintas program maupun lintas sektor yang terkait.
Untuk itu perlu adanya upaya pemecahan masalah antara lain dengan
meningkatkan frekuensi penyuluhan tentang PHBS bagi masyarakat serta
meningkatkan kerjasama lintas program dan sektor.
4.4.2 Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat ( JPKM )
JPKM merupakan suatu upaya pemeliharaan kesehatan secara paripurna,
terstruktur yang dijamin kesinambungan dan mutunya, dimana
pembiayaannya dilaksanakan secara Pra – upaya.
Berdasarkan laporan Puskemas, jumlah penduduk yang tercover oleh
berbagai JPKM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat) sebesar
23.860 Jiwa (56,43 %) dari total jumlah penduduk, dengan perincian sebagai
berikut:
Peserta Askes = 5.686 Jiwa ( 4,34 % )
Peserta Jamsostek = 10 Jiwa ( 0,01 % )
Peserta Kartu Miskin = 48.153 Jiwa ( 36,72 % )
Asuransi Komersial lainnya = 1.154 Jiwa ( 0,88 % )
Terlihat bahwa prosentase terbesar merupakan kontribusi dari kartu miskin
(36,72 %), dimana pembiayaan kesehatan keluarga miskin ditanggung oleh
pemerintah dan sisanya merupakan peserta non Gakin yang pembiayaan
kesehatannya ditanggung secara mandiri oleh peserta sendiri.
Pencapaian tersebut jika dibandingkan dengan target SPM Cakupan
penduduk yang menjadi peserta JPK Pra- bayar, dimana pada tahun 2010
minimal 80 % penduduk tercover oleh berbagai JPK, target SPM pada tahun
2007 sebesar 53,4 %, maka pencapaian pada tahun 2007 ini belum mencapai
target.
37
Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007
Jika dilihat per wilayah kerja Puskesmas, cakupan penduduk yang menjadi
peserta JPK Kartu Miskin tertinggi adalah Puskesmas Suwawa ( 16,45 % )
dan cakupan yang terendah di Puskesmas Tombulilato ( 0,88 % ). Begitu
pun cakupan penduduk miskin yang mendapat pelayanan kesehatan masih
sangat rendah ( 43,33 % ) dari jumlah penduduk miskin yang memperoleh
kartu miskin.
Beberapa kendala yang dihadapi dalam pengembangan JPKM antara lain :
Kebijakan yang selalu berubah-ubah, sehingga daerah sulit
menyikapinya
Masyarakat belum merasa membutuhkan ikut asuransi kesehatan
Kebijakan beberapa Kab/Kota yang membebaskan biaya pelayanan di
Puskesmas, meskipun saat ini sudah mulai dikaji ulang
Belum optimalnya fungsi masing-masing pelaku JPKM ( Bapim, Bapel,
PPK dan peserta )
Belum mantapnya komitmen para pengambil kebijakan dalam
pengembangan JPKM
Sosialisasi dan advokasi belum optimal
Dukungan lintas program/lintas sektoral belum optimal
4.4.3 Posyandu
Pada hakekatnya posyandu merupakan kegiatan yang tumbuh dari, oleh dan
untuk masyarakat, sehingga pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana
posyandu menjadi tanggung jawab kita bersama terutama masyarakat
disekitarnya.
Dalam perkembangannya ternyata posyandu mendapat tanggapan positif dari
masyarakat. Namun demikian tanggapan positif masyarakat ternyata belum
dibarengi dengan meningkatnya mutu pelayanan, karena masih banyak faktor
yang menyebabkan mutu palayanan posyandu masih rendah antara lain ,
sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki masih sangat rendah, banyak
kader posyandu yang droup out, sarana dan prasarana belum memadai,
termasuk krisis ekonomi yang berkepanjangan yang tak kunjung usai.
38
Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007
Untuk mengetahui kualitas suatu posyandu dapat menggunakan telah
kemandirian posyandu yaitu suatu cara pengelompokan posyandu menjadi 4
tingkat perkembangan (Stratifikasi posyandu). Jumlah Posyandu yang ada di
Kab. Bone Bolango tahun 2007 berdasarkan keempat strata tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Posyandu Pratama : 223 buah ( 61,94 % )
2. Posyandu Madya : 94 Buah ( 26,11 % )
3. Posyandu Purnama : 42 Buah ( 11,67 % )
4. Posyandu Mandiri : 1 Buah ( 0,28 % )
Pencapaian Posyandu Purnama jika dibandingkan dengan target cakupan
SPM tahun 2007 sebesar 25,2 % , angka capaian ini masih belum mencapai
target. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemanfaatan Posyandu, masih
kurangnya kader di Posyandu, cakupan D/S masih dibawah 50 %, belum
adanya kegiatan atau program tambahan seperti program Usila dan pemberian
PMT-ASI serta cakupan Dana Sehat masih dibawah 50 %. Dengan melihat
permasalahan tersebut, salah satu upaya pemecahan masalah yang dilakukan
antara lain mengajak masyarakat untuk lebih meningkatkan pemanfaatan
Posyandu serta meningkatkan kerjasama lintas sektor.
39
Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007
Perkembangan Jumlah Posyandudi Kabupaten Bone Bolango Tahun 2004 s.d. Tahun 2007
168
360
137149
0
50
100
150
200
250
300
350
400
2004 2005 2006 2007
Jumlah Posyandu
Sumber : Data SIK Puskesmas
Grafik di atas memperlihatkan bahwa jumlah Posyandu yang ada di
Kabupaten Bone Bolango mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dan
pada tahun 2007 meningkat pesat. Hal ini disebabkan adanya banyaknya
pemekaran serta semakin digiatkannya program desa siaga.
4.5. UPAYA KESEHATAN
4.5.1 Pemanfaatan Sarana Pelayanan Kesehatan Dasar
Jumlah Puskesmas di Kabupaten Bone Bolango tahun 2007 yaitu Puskesmas
sebanyak 11 buah dan 3 diantaranya merupakan Puskesmas Rawat Inap, yaitu
Puskesmas Suwawa, Tapa dan Bonepantai, dengan jumlah Pustu 36 buah,
Pusling 9 buah, dan Posyandu 181 buah. Sarana Pelayanan Kesehatan Dasar
yang ada di desa yaitu Polindes sebanyak 28 buah.
4.5.2 Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
40
Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007
Dalam rangka pelayanan kesehatan ibu dan anak dilakukan (1) pelayanan
ANC/pemeriksaan ibu hamil, (2) imunisasi, (3) pertolongan persalinan, (4)
penanggulangan penyakit-penyakit penyebab kematian, (5) deteksi dini dan
stimulasi tumbuh kembang anak, dan (6) usaha kesehatan sekolah.
a). Pelayanan ANC / Pemeriksaan Ibu Hamil
Cakupan pelayanan Antenatal Care ( ANC ) dapat dipantau melalui
pelayanan kunjungan baru ibu hamil (K1) untuk melihat akses dan
pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar paling sedikit empat kali
(K4) dengan distribusi sekali pada triwulan pertama, sekali pada triwulan
dua, dan dua kali pada triwulan ketiga.
Pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan pada ibu hamil yang
berkunjungan ke tempat pelayanan kesehatan atau antenatal care (ANC)
adalah sebagai berikut Penimbangan Berat Badan, Pemeriksaan
kehamilannya, Pemberian Tablet Besi, Pemberian Imunisasi TT,
pemeriksaan tensi dan Konsultasi.
Cakupan pelayanan kunjungan baru ibu hamil ( K1 ) di Kabupaten Bone
Bolango berdasarkan data dari Puskesmas, sebesar 53,96 %. Angka
capaian ini belum merupakan K1 murni melainkan jumlah kunjungan
pertama ibu hamil ( kontak pertama ). Untuk meningkatkan cakupan K1,
perlu adanya sosialisasi terutama bagi ibu hamil untuk memeriksakan diri
ke Puskesmas.
Cakupan K4 Kabupaten Bone Bolango pada tahun 2006 adalah 49,84 %.
Bila dibandingkan dengan target SPM tahun 2007 cakupan K4 Kabupaten
Bone Bolango sebesar 82,8 %, maka hanya ada 1 Puskesmas dari 11
Puskesmas yang berada di atas target tersebut yaitu puskesmas Bone
sebesar 89,29 %.
Permasalahan yang mengakibatkan tidak tercapainya K4 di beberapa
Puskesmas antara lain tidak tercapainya K1 murni maka mempengaruhi
kunjungan K4 dimana dikatakan kunjungan K4 bila ibu hamil telah
memeriksakan kehamilannya mulai dari Trimester I ( 1 kali ), Trimester II
41
Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007
( 1 kali ) dan Trimester III ( 2 kali ). Tidak berjalannya Sweeping Ibu
Hamil, kurangnya dana yang mendukung terlaksananya kunjungan ke
rumah, serta adanya bidan yang rangkap tugas juga merupakan faktor yang
mempengaruhi rendahnya cakupan K4. Perlunya mengefektifkan
sweeping ibu hamil merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan
cakupan kunjungan K4.
Deteksi risiko tinggi ibu hamil Kabupaten Bone Bolango pada tahun 2007
adalah 21 %, dengan jumlah yang dirujuk dan ditangani sebesar 4,12 %.
Cakupan ini masih sangat rendah bila dibandingkan dengan target SPM
tahun 2007 sebesar 82,4 %.
Perkiraan jumlah ibu hamil yang risiko tinggi di suatu wilayah adalah
sebesar 20%, semakin besar cakupan berarti semua ibu hamil yang
berisiko dapat diketahui sehingga dapat diambil langkah-langkah
antisipasi kemungkinan terjadinya kematian. Tetapi apabila cakupan
kurang dari 20% berarti ada ibu hamil yang berisiko tinggi dalam
kehamilannya tidak terdeteksi dan kemungkinan menjadi penyebab
kematian ibu maternal.
Dalam pelayanan ibu hamil (antenatal) baik pada K1 maupun K4 ibu
hamil akan dibekali dengan Tablet Besi (Fe), hal ini merupakan upaya
penanggulangan anemi pada ibu hamil. Anemi adalah salah satu penyebab
utama kematian ibu maternal yang disebabkan oleh perdarahan pada
waktu persalinan. Oleh karena itu pemberian tablet besi merupakan suatu
keharusan pada setiap ibu hamil.
Pemberian Tablet Besi pada ibu hamil di Kabupaten Bone Bolango pada
tahun 2007 sebesar 62,30 % untuk Fe1 dan 47,67 % untuk Fe3. Bila
membandingkan antara cakupan Fe3 sebesar 62,30 % dengan K4 sebesar
47,67 % terdapat selisih sebesar 14,63 %. Seharusnya cakupan Fe3 sama
dengan cakupan K4, adanya selisih antara kedua cakupan tersebut perlu
diteliti sebab-sebab yang mungkin terjadi, misalnya kelalaian petugas
kesehatan, kesalahan pelaporan atau masalah teknis lainnya.
Dalam pelayanan ANC ibu hamil akan diberikan imunisasi TT sebagai
upaya perlindungan ibu dan bayinya dari kemungkinan terjadinya Tetanus
42
Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007
pada waktu persalinan. Oleh karena itu pemberian imunisasi TT
merupakan suatu keharusan pada setiap ibu hamil.
Pemberian Imunisasi TT pada ibu hamil Kabupaten Bone Bolango pada
tahun 2007 sebesar 29,86 % untuk TT1 dan 19,78 % untuk TT2.
Seharusnya cakupan TT1 sama dengan cakupan TT2, adanya selisih antara
kedua cakupan tersebut mungkin terjadi akibat kelalaian petugas
kesehatan, kesalahan pelaporan atau masalah teknis lainnya.
Tabel Perkembangan Persentasi Bumil yang Mendapatkan Fe1, Fe3, Imunisasi TT1 dan TT2 di Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2004 s.d. Tahun 2007
62,3
47,67
29,8631,25
19,78
86,70
84,0683,15
65,58
54,76
65,11
86,70
80,01
83,15
69,7074,97
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
90,00
100,00
2004 2005 2006 2007
Fe1 Fe3 TT1 TT2
Dari grafik di atas terlihat bahwa pemberian tablet Fe1, Fe3 serta
imunisasi TT1 dan TT2 mengalami penurunan pada tahun 2007. Hal ini
disebabkan karena tidak lengkapnya hasil data SIK yang terkumpul dari
masing-masing puskesmas
b) Pertolongan Persalinan
Tenaga yang dapat memberikan pertolongan persalinan dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu tenaga profesional (dokter spesialis kebidanan, dokter
umum, dan bidan) dan dukun bayi (dukun bayi terlatih dan tidak terlatih).
Cakupan Kunjungan Neonatal (KN) Kabupaten Bone Bolango pada tahun
2007 adalah 88,19 %, jika dibanding dengan target SPM 2007 sebesar
79,9 % maka cakupan ini telah mencapai target. Namun ada 3 Puskesmas
43
Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007
yang tidak memasukan data KN yaitu Puskesmas Bulango, Kabila Bone
dan Tombulilato.
Cakupan Kunjungan Bayi di Kabupaten Bone Bolango pada tahun 2007
adalah 86,7%, jika dibandingkan dengan target SPM tahun 2007 sebesar
74,3 % maka angka cakupan ini sudah mencapai target, tapi jika
dibandingkan dengan target Nasional 2010 sebesar 90%, angka ini masih
rendah. Adapun Puskesmas yang belum mencapai target SPM adalah
Puskesmas Toto Utara.
Bayi yang lahir dengan berat badan rendah (< 2500 gr) perlu penanganan
yang serius, karena pada kondisi tersebut, bayi akan menghadapi risiko
biasanya akan menyebabkan kematian. Terjadinya BBLR biasanya
disebabkan karena lahir premature atau kurang supply gizi waktu dalam
kandungan.
Bayi BBLR di Kabupaten Bone Bolango tahun 2007 sebesar 0,27 % dari
total kelahiran. Angka tersebut termasuk kecil, karena di bawah angka
perkiraan nasional BBLR sebesar 9 %. Cakupan penanganan terhadap bayi
BBLR sebesar 100%.
Tidak semua Puskesmas terdapat kasus BBLR, hanya beberapa Puskesmas
yakni Puskesmas Bulango dan Kabila Bone, masing-masing 2 kasus.
Dalam mengatasi permasalahan yang dapat mengakibatkan tingginya
Angka Kematian Ibu di Kabupaten Bone Bolango, maka dikembangkanlah
salah satu Puskesmas menjadi Puskesmas Mampu PONED ( Pelayanan
Obstetrik Neonatal Emergency Dasar ) yaitu Puskesmas Suwawa. Dimana
Puskesmas tersebut telah dilengkapi sarana dan prasarana yang
mendukung pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak ( KIA ).
c) Program Imunisasi
Untuk menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan bayi serta
anak balita perlu dilaksanakan program imunisasi untuk penyakit-penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) seperti penyakit TBC,
Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B, Polio dan campak. Idealnya bayi
harus mendapat imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari BCG 1 kali,
44
Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007
DPT 3 kali, Polio 4 kali, HB 3 kali dan campak 1 kali. Untuk menilai
kelengkapan imunisasi dasar bagi bayi, biasanya dilihat dari cakupan
imunisasi campak, karena imunisasi campak merupakan imunisasi terakhir
yang diberikan pada bayi. Sedangkan untuk menilai angka drop out
cakupan imunisasi dasar dilihat dari selisih cakupan imunisasi DPT1
dikurangi cakupan imunisasi campak.
Cakupan imunisasi DPT1 untuk tahun 2007 di Kabupaten Bone Bolango
sebesar 67,25% dengan cakupan tertinggi di Puskesmas Bonepantai
sebesar 116,50 % dan terendah di Puskesmas Tombulilato sebesar 16,74
%. Sedang cakupan imunisasi campak pada tahun yang sama sebesar
48,38 %. Dengan cakupan tertinggi di Puskesmas Kabila Bone sebesar
104,13 % dan terendah di Puskesmas Tombulilato sebesar 8,37 %.
Tren DO Imunisasi Bayi di Kabupaten Bone Bolango Tahun 2004 s.d. Tahun 2007
11
0
8
5
0
2
4
6
8
10
12
2003 2004 2005 2006 2007 2008
DO
Dari grafik di atas terlihat bahwa angka Drop Out (DO) imunisasi lengkap
pada bayi di Kabupaten Bone Bolango dari tahun 2004 sampai dengan
tahun 2005 sudah memenuhi target nasional untuk DO adalah < 10%,
namun pada tahun 2006 angka DO naik melebihi target nasional yakni
sebesar 11% dan pada tahun 2007 menurun dratis sampai menjadi 0%. Ini
menunjukan bahwa bayi yang diimunisasi tidak ada yang terhenti
pemberian imunisasinya.
Drop out yang masih tinggi disebabkan oleh berbagai faktor yaitu :
45
Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007
1. Adanya perbedaan jumlah sasaran pada perencanaan dibandingkan
dengan sasaran riil yang mencolok.
2. Pelaksanaan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) dan
pemanfaatannya yang kurang optimal.
3. Kurangnya pemberdayaan posyandu dimana tidak semua posyandu
melayani imunisasi, sehingga ibu bayi kesulitan dalam
mendapatkan pelayanan imunisasi bagi bayinya.
4. Belum optimalnya pelaksanaan sweeping imunisasi pada daerah
yang cakupan imunisasinya rendah.
Bila ditinjau dari pencapaian UCI desa tahun 2007 sebesar 42,19 %,
dengan target capaian SPM sebesar 74,4%, maka angka capaian ini masih
cukup rendah. Jika dilihat melalui hasil capaian per Puskesmas hanya 3
Puskesmas yang mencapai target tersebut yakni Puskesmas Kabila,
Dumbayabulan, dan Kabila Bone.
d). Program Keluarga Berencana
1. Jumlah Pasangan Usia Subur ( PUS )
Pada Tahun 2007, jumlah PUS yang terdata sebanyak 20.425. Yang
menjadi peserta KB sebesar 27,43 %. Sedang jumlah peserta KB aktif
yang telah dibina mencapai 67,16 %.
Perkembangan Cakupan Peserta KB Baru dan Peserta KB Aktif di Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2004 s.d. Tahun 2007
27,43
67,16
16,176,189,15
78,60
82,9686,06
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
2004 2005 2006 2007
Peserta KB Baru Peserta KB Aktif
46
Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007
Sumber : Data SIK Puskesmas
Grafik di atas menunjukan bahwa perkembangan cakupan peserta KB
baru dari tahun 2004 berkisar 16,17 % mengalami penurunan sampai
dengan tahun 2006 mencapai 6,18 & kemudian pada tahun 2007
melonjak naik menjadi 27,43 %. Sedangkan untuk cakupan peserta KB
aktif dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2007 terlihat semakin
menurun dari tahun ke tahun. Cakupan ini belum memenuhi target
SPM yang telah ditentukan yakni untuk tahun 2007 sebesar 89,40 %.
2. Peserta KB Baru ( PB )
Dari sejumlah 5.603 peserta KB baru ( 27,43 % ), secara rinci per mix
kontrasepsi yang digunakan adalah sebagai berikut :
Suntik : 32,85 %
Pil : 22,17 %
Implant : 29,04 %
IUD : 15,58 %
MOP/MOW : 0,19 %
Kondom : 0,17 %
OV : 0,0 %
3. Peserta KB Aktif ( PA )
Hasil pembinaan peserta KB aktif selama Tahun 2007 sebesar 13.717
(67,16 %), dengan mix kontrasepsi sebagai berikut :
Suntik : 30,56 %
Pil : 18,11 %
Implant : 17,12 %
IUD : 32,62 %
MOP/MOW : 1,12 %
Kondom : 0,37 %
OV : 0,0 %
Dari keseluruhan peserta KB baru selama tahun 2007, penggunaan
kontrasepsi yang tertinggi adalah suntik. Kontrasepsi ini memang
cukup menjadi primadona masyarakat karena selain praktis juga cepat
dalam mendapatkan pelayanan. Bila dibandingkan dengan pencapaian
peserta KB baru Tahun 2006, kontrasepsi suntik tetap menduduki porsi
47
Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007
teratas, sedangkan kontrasepsi untuk pria yaitu MOP dan Kondom
adalah kontrasepsi yang paling sedikit digunakan. Hal ini disebabkan
kebanyakan pria (bapak) masih beranggapan bahwa urusan KB adalah
urusan ibu-ibu. Untuk jenis kontrasepsi obat vaginal pencapaiannya
memang tidak signifikan, karena kontrasepsi ini tidak masuk dalam
kontrasepsi program Keluarga Berencana.
4.5.3 Pelayanan Kesehatan Pra Usia Lanjut dan Usia Lanjut
Secara nasional, cakupan pelayanan kesehatan pra usila dan usila pada untuk
Indikator Sehat 2010 sebesar 70%. Adapun cakupan pelayanan kesehatan pra
usila dan usila pada tahun 2007 di Kabupaten Bone Bolango tercatat sebesar
44,26 % dengan jumlah pra usila dan usila yang ada sebanyak 12.030 orang
dan yang dilayani sebanyak 5.324 orang.
4.5.4. Upaya Kesehatan Rujukan dan Kesehatan Khusus
a. Pemanfaatan Obat Generik
Hasil pengumpulan data/indikator kinerja SPM bidang kesehatan
melalui Profil Kesehatan Kab./Kota menunjukkan bahwa pada tahun
2007, persentase penulisan resep obat generik dilaporkan sebesar
95,19%. Angka ini telah mencapai target SPM nasional yakni sebesar
90%. Namun angka ini diperoleh hanya dari beberapa Puskesmas saja,
sebab ada 5 Puskesmas yang tidak memasukkan data penulisan resep
obat generik.
b. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas
Pelayanan kesehatan gigi di puskesmas Kabupaten Bone Bolango tahun
2007 meliputi : tumpatan gigi tetap sebanyak 32 ; pencabutan gigi tetap
sebanyak 282 . Adapun ratio tambal / cabut sebesar 0,11.
Adapun pelayanan UKGS untuk murid SD pada tahun 2007, dari 26.702
murid yang ada, 1.450 murid atau 5,43% yang diperiksa. Jumlah murid
yang mendapatkan perawatan gigi yakni sebanyak 86 orang.
4.5.5. Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan
48
Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007
Upaya pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara paripurna. Upaya
tersebut dimaksudkan untuk (1) menjamin ketersediaan, keterjangkauan,
pemerataan obat generik dan obat esensial yang bermutu bagi masyarakat, (2)
mempromosikan penggunaan obat yang rasional dan obat yang generik, (3)
meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian difarmasi komunitas dan
farmasi klinik serta pelayanan kesehatan dasar, serta (4) melindungi
masyarakat dari penggunaan alat kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan,
mutu dan keamanan.
A. Ketersediaan Jenis Obat dan Jenis Obat Generik
Salah satu jenis pelayanan kefarmasian di Puskesmas yaitu penyediaan obat
terutama jenis obat generik. Beberapa waktu belakangan ini, dibeberapa
tempat jumlah stok obat generik sudah semakin terbatasnya. Hal ini dapat
terjadi karena tingginya biaya produksi obat-obatan generik, membuat pihak
pabrikan mulai enggan memproduksinya apabila pemerintah tidak mensubsidi
harga produksi obat. Keadaan ini membuat ketersediaan obat-obatan jenis
generik di puskesmas menjadi sangat terbatas.
Namun untuk Kabupaten Bone Bolango sendiri, khususnya Puskesmas yang
ada masih merasa kebutuhan akan obat generik masih dapat terpenuhi. Hal ini
bisa dilihat dari jumlah ketersediaan jenis obat generik di Puskesmas dengan
persentase 100%.
B. Penerapan Penggunaan Obat Esensial Generik
Adanya penerapan dalam penggunaan obat essensial dan generik,
dimaksudkan agar terjaminnya ketersediaan, keterjangkauan, dan pemerataan
obat dalam pelayanan kesehatan, yang pelaksanaannya mencakup pengadaan
buffer stock obat generik esensial, revitalisasi pemasyarakatan konsepsi obat
esensial dan penerapan penggunaan obat esensial generik pada fasilitas
pelayanan pemerintah maupun swasta. Pada tahun 2007 ketersediaan obat
esensial di Kabupaten Bone Bolango telah mencapai 100% atau sesuai dengan
kebutuhan yaitu rata-rata per puskesmas 117 jenis obat, angka ini dapat
dikatakan mencapai target SPM nasional 90% sedangkan untuk ketersediaan
obat generik sebesar 100% atau sesuai dengan kebutuhan rata-rata tiap
puskesmas yaitu 127 jenis obat.
4.6. SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
49
Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007
4.6.1 Sarana Kesehatan
a. Puskesmas
Di Kabupaten Bone Bolango, distribusi Puskesmas dan Puskesmas
Pembantu sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan dasar telah lebih
merata. Pada tahun 2007 jumlah puskesmas yang ada sebanyak 11 unit,
tapi pada akhir tahun 2007 setelah adanya pemekaran kecamatan jumlah
puskesmas bertambah 3 unit yakni Puskesmas Tilongkabila, Puskesmas
Suwawa Tengah, dan Puskesmas Suwawa Selatan sehingga jumlah
seluruhnya menjadi 14 unit. Dengan demikian rata-rata rasio puskesmas
terhadap 100.000 penduduk adalah 9,8. Ini berarti bahwa setiap 100.000
penduduk rata-rata dilayani oleh 9 atau 10 puskesmas.
Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas, ada beberapa
Puskesmas sejumlah puskesmas telah ditingkatkan fungsinya menjadi
puskesmas dengan tempat perawatan. Puskesmas perawatan ini terutama
yang berlokasi jauh dari rumah sakit, dijalur-jalur jalan raya yang rawan
kecelakaan, serta diwilayah atau pulau-pulau yang terpencil. Hingga tahun
2007 jumlah puskesmas perawatan di Kabupaten Bone Bolango sebanyak
3 buah. Sehubungan dengan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Balita (AKB), salah satu Puskesmas yang ada dijadikan
Puskesmas mampu PONED yaitu Puskesmas Suwawa.
b. Puskesmas Pembantu
Puskesmas Pembantu di Kabupaten Bone Bolango pada tahun 2007
berjumlah 38 buah. Ratio desa per puskesmas pembantu 2,4 dengan
demikian setiap puskesmas pembantu rata-rata melayani 2 desa.
Ratio puskesmas pembantu terhadap puskesmas 3,4 yang berarti satu
puskesmas rata-rata membawahi 3 puskesmas pembantu.
c. Rumah Sakit
Fasilitas lain yang memberikan layanan rujukan dan rawat inap di sebuah
daerah yakni Rumah Sakit. Adapun jumlah rumah sakit di Kabupaten
Bone Bolango pada tahun 2007 sebanyak dua buah yaitu 2 buah yakni RS
Toto dan RSU Tombulilato.
d. Fasilitas Kesehatan di Puskesmas
Pada tahun 2007 jumlah puskesmas keliling darat roda empat sebanyak 11
buah dan mobil operasional di Dinas Kesehatan sebanyak 10 buah. Jumlah
sepeda motor seluruhnya 90 buah. Jumlah rumah dinas dokter di
50
Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007
Kabupaten Bone Bolango sebanyak 12 buah dan 19 buah rumah dinas
paramedis. Dengan adanya penambahan beberapa fasilitas seperti ini
diharapkan mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan dapat meningkat,
demikian juga dengan kinerja tenaga kesehatan yang diberikan fasilitas
kenderaan dinas.
e. Polindes
Jumlah Polindes di Kabupaten Bone Bolango tahun 2007 sebanyak 54
buah. Cakupan polindes aktif rata-rata kabupaten 100 % sedangkan ratio
Polindes per Puskesmas adalah 4,9 berarti rata-rata tiap puskesmas
membawahi 4 - 5 polindes.
4.6.2 Tenaga Kesehatan
Dalam pembangunan kesehatan diperlukan sumber daya manusia dalam
hal ini tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan melaksanakan upaya
kesehatan dengan paradigma sehat, yang mengutamakan upaya
peningkatan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Pengadaan tenaga kesehatan dilaksanakan melalui pendidikan dan
pengembangan tenaga kesehatan melalui pelatihan tenaga oleh pemerintah
maupun masyarakat.
a. Tenaga Medis
Tahun 2007 tercatat jumlah tenaga medis di Kabupaten Bone Bolango
sebanyak 41 orang dengan perincian 1 orang dokter spesialis, 34 orang
dokter umum serta dokter gigi sejumlah 9 orang dengan rasio masing-
masing per 100.000 penduduk yakni 1,3 untuk dokter spesialis, 25,92
untuk dokter umum dan 6,86 untuk dokter gigi. Sedangkan untuk rasio
dokter keluarga belum dapat disajikan karena belum ada data yang masuk.
Bila dibandingkan dengan target pencapaian IS 2010, nampak bahwa rasio
untuk tenaga dokter spesialis, dokter umum dan dokter gigi belum
mencapai target (dokter spesialis 6 per 100.000 penduduk, dokter umum
40 per 100.000 penduduk, dokter gigi 11 per 100.000 penduduk).
Kurangnya tenaga medis di Kab. Bone Bolango maka kebutuhan akan
tenaga medis perlu diperhatikan. Adanya dokter PTT diharapkan dapat
51
Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007
membantu pemenuhan kebutuhan masyarakat akan tenaga medis. Pada
tahun 2007 jumlah dokter PTT sebanyak 23 orang, terdiri dari dokter
umum 20 orang dan dokter gigi sebanyak 3 orang.
b. Tenaga Kefarmasian dan Gizi
Untuk tenaga kefarmasian, saat ini telah berjumlah 6 orang dengan
rincian: apoteker 1 orang, S1 Farmasi 2 orang, D-III Farmasi 1 orang dan
Asisten Apoteker 2 orang. Sedangkan rasio tenaga kefarmasian per
100.000 penduduk masih jauh dari yang diharapkan karena hingga tahun
2007 rasio tenaga kefarmasian baru mencapai 0,76 per 100.000 penduduk
(Target IS 2010 adalah 100 per 100.000 penduduk).
Sementara itu, untuk tenaga gizi hingga tahun 2007 berjumlah 14 orang
dengan klasifikasi pendidikan D III Gizi. Adapun rasio tenaga gizi
terhadap 100.000 penduduk sebesar 10,67 sedangkan untuk target IS 2010
harus mencapai 40 per 100.000 penduduk.
c. Tenaga Keperawatan
Tenaga kesehatan tergolong ke dalam tenaga keperawatan adalah Perawat
dan Bidan. Rasio tenaga perawat di Kab. Bone Bolango hingga tahun 2007
mencapai 51,85 per 100.000 penduduk dan untuk tenaga bidan sebesar
39,65 per 100.000 penduduk. Bila dibandingkan dengan target pencapaian
IS 2010 untuk tenaga perawat sebesar 100 per 100.000 penduduk dan
untuk tenaga bidan untuk tenaga bidan adalah 117,5 per 100.000
penduduk. Dengan melihat angka ini maka rasio ini belum mencapai targe
IS 2010.
Adapun tenaga keperawatan ini dapat dirinci menurut jenisnya yaitu
jumlah perawat sebanyak 68 orang dengan jumlah lulusan terbanyak
berasal dari SPK sejumlah 45 orang, D III keperawatan sebanyak 22 orang
dan Sarjana Keperawatan sejumlah 1 orang.
Adapun jumlah tenaga bidan sebanyak 52 orang dengan klasifikasi
pendidikan D III Kebidanan sejumlah 20 orang dan D I Kebidanan
sebanyak 32 orang. Seperti pada tenaga medis, untuk memenuhi
kekurangan tenaga bidan maka direkrut bidan PTT, yang pada tahun 2007
jumlah bidan PTT tinggal berjumlah 1 orang, sebab tenaga bidan PTT
yang lainnya telah diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil.
52
Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007
d. Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Sanitasi
Jumlah tenaga kesehatan masyarakat di Kabupaten Bone Bolango tahun
2007 mencapai 24 orang dengan rasio sebesar 16,77 per 100.000
penduduk. Sementara itu, pada tahun yang sama jumlah tenaga sanitasi
telah mencapai jumlah 21 orang dengan klasifikasi pendidikan D III
sebanyak 4 orang dan D I Sanitasi sebanyak 17 orang, dengan rasio
sebesar 3,05 per 100.000 penduduk. Bila dibandingkan dengan target
pencapaian IS 2010 maka kedua jenis tenaga tersebut masih sangat
dibutuhkan mengingat target yang diharapkan adalah masing-masing 40
per 100.000 penduduk.
4.7. PEMBIAYAAN KESEHATAN
Alokasi anggaran pada Dinas Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun
Anggaran 2007 sebesar Rp. 11.998.668.025.- bersumber dari APBN, APBD,
dan Pinjaman/Hibah Luar Negeri. Adapun rincian sumber anggaran tahun
2007 adalah sebagai berikut :
Tabel 7. Sumber Pembiayaan kesehatanDi kabupaten Bone Bolango
Tahun 2007
NO SUMBER BIAYA
ALOKASI ANGGARAN KESEHATAN
Rupiah %1 2 3 4
ANGGARAN KESEHATAN BERSUMBER: 1 APBD (Murni) 9,451,043,025 79
- Belanja tidak langsung 4,738,497,500- Belanja langsung 4,712,545,525
2 APBD Propinsi 1,182,625,000 103 APBN -4 Pinjaman /Hibah Luar Negeri (PHLN) 1,365,000,000 115 Sumber pemerintah lain -
TOTAL ANGGARAN KESEHATAN 11,998,668,025TOTAL APBD BONE BOLANGO 513,320,915,730
% APBD KESEHATAN THD APBD BONE BOLANGO
2.34
ANGGARAN KESEHATAN PERKAPITA 3,913.97
Sumber : Subag Keuangan Dinkes Kab. Bone Bolango
53
Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Berbagai upaya telah dilaksanakan dalam pembangunan kesehatan, antara lain
upaya peningkatan dan perbaikkan terhadap derajat kesehatan masyarakat, upaya
pelayanan kesehatan, sarana kesehatan dan sumber daya kesehatan. Hasil-hasil
kegiatan pembangunan kesehatan yang menyeluruh di Kabupaten Bone Bolango
selama tahun 2007 tergambar dalam Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2007.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa hingga tahun ini berbagai peningkatan
derajat kesehatan masyarakat telah dicapai sebagai hasil dari pembangunan
kesehatan, sejalan dengan perbaikan kondisi umum, perbaikan keadaan sosial dan
ekonomi masyarakat Bone Bolango. Gambaran yang demikian merupakan fakta
yang harus dikomunikasikan baik kepada para pimpinan dan penglola program
54
Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007
kesehatan maupun kepada lintas sektor dan masyarakat di daerah yang
didiskripsikan melalui data dan informasi.
Oleh karena data dan informasi merupakan sumber daya yang strategis bagi
pimpinan dan organisasi dalam pelaksanaan manajemen, maka penyediaan
data/informasi yang berkualitas sangat diperlukan sebagai masukan dalam proses
pengambilan keputusan. Di bidang kesehatan, data dan informasi ini diperoleh
melalui penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan. Salah satu luaran utama dari
penyelenggaraan sistem informasi kesehatan adalah Profil Kesehatan. Dalam
perkembangannya, profil kesehatan ini menjadi paket sajian data dan informasi
yang sangat penting, karena sangat dibutuhkan baik oleh jajaran kesehatan, lintas
sektor maupun masyarakat.
Namun disadari, sistem informasi kesehatan yang ada saat ini masih belum dapat
memenuhi kebutuhan data dan informasi kesehatan secara optimal, apalagi dalam
era desentralisasi, pengumpulan data dan informasi dari Puskesmas menjadi relatif
lebih sulit. Hal ini berimplikasi pada kualitas data dan informasi yang disajikan di
dalam Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango yang terbit saat ini belum sesuai
dengan harapan.
Walaupun demikian, diharapkan Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango ini
tetap dapat memberikan gambaran secara garis besar dan menyeluruh tentang
seberapa jauh perubahan dan perbaikan keadaan kesehatan masyarakat yang telah
dicapai.
Betapapun, Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango ini belum mendapat
apresiasi yang memadai karena belum dapat menyajikan data dan informasi yang
sesuai dengan harapan, namun paket sajian ini merupakan satu-satunya publikasi
data dan informasi di jajaran kesehatan yang relatif paling lengkap sehingga
kehadirannya selalu ditunggu.
Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan kualitas Profil Kabupaten Bone
Bolango, Dinas Kesehatan Kabupaten Bone Bolango senantiasa mencari terobosan-
terobosan dalam hal mekanisme pengumpulan data dan informasi secara cepat
55
Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007
untuk mengisi ketidaktersediaan data dan informasi khususnya yang bersumber dari
puskesmas.
5.2. SARAN
1. Dari hasil-hasil tersebut di atas, dapat dilihat bahwa masih ada
pelaksnaan program yang belum mencapai hasil yang optimal. Hal tersebut
menunjukkan masih perlunya perhatian dan penanganan yang lebih serius
karena pembangunan kesehatan tetap merupakan kebutuhan masyarakat yang
perlu ditingkatkan secara terus menerus sesuai dengan perkembangan
pembangunan nasional.
2. Penyusunan buku Profil kesehatan Kabupaten Bone Bolango tahun 2007
telah diupayakan untuk lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya, baik dari segi
kualitas data maupum analisisnya. Namun disadari pula dalam penyusunan buku
Profil kesehatan ini masih ditemui banyak hambatan terutama dikarenakan pada
tahun 2006 Profil kesehatan disusun dengan format yang baru, berbeda dengan
tahun-tahun sebelumnya sehingga banyak tabel-tabel yang tidak dapat terisi.
Oleh karena itu untuk penyusunan Profil Kesehatan di tahun-tahun mendatang
diharapkan format tidak selalu berubah tetapi tetap mengakomodir kebutuhan
3. data dan informasi guna evaluasi dan perencanaan tahunan kegiatan
pembangunan kesehatan.
4. Ketidaklengkapan tabel-tabel dalam Profil Kesehatan tahun ini salah
satunya disebabkan karena ada beberapa item data yang tidak jelas definisi
operasionalnya. Oleh karena itu untuk tahu-tahun mendatang setiap data yang
dibutuhkan perlu disertai dengan definisi operasional yang jelas.
5. Perlu peningkatan kemampuan/ketrampilan pengelola data dan pemegang
program dalam mencermati data guna peningkatan validitas data dan tidak
selalu terulang adanya data-data yang tidak akurat atau “aneh”.
5 . Perlu dilaksanakan kegiata rapid survey untuk mendukung validitas serta
keakuratan data Profil kesehatan.
6 . Perlu dibuat suatu software data base untuk keperluan penyusunan profil
kesehatan.
Semoga Buku Profil Kesehatan Tahun 2007 ini dapat bermanfaat. Kritik dan saran
sangat kami harapkan demi perbaikan Buku Profil Kesehatan pada tahun-tahun
mendatang.
56