profi_kesehatan _2007

84
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2007 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kebijakan Desentralisasi Bidang Kesehatan yang telah disusun pada bulan Januari 2001, dikembangkan menjadi langkah strategis untuk menyelesaikan berbagai hambatan dan tantangan yang dihadapi Pusat dan Daerah oleh karena adanya peraturan untuk mendukung pelaksanaan desentralisasi dan berbagai pedoman teknis. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang mengatur pembagian kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah mengandung konsekuensi bahwa masing-masing daerah harus memiliki Sistem Kesehatan tersendiri, termasuk dukungan dalam menyusun Sistem Informasinya. Kualitas Sistem Informasi Kesehatan Nasional sangat ditentukan oleh kualitas dari Sistem-sistem Informasi Kesehatan (SIK) Propinsi dan untuk memperoleh Sistem Kesehatan propinsi yang akurat maka diperlukan pemantapan Sistem Informasi Kesehatan Kabupaten/Kota hal ini disebabkan karena penataan dan pengembangan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) merupakan sesuatu yang sangat penting. SIK Kabupaten/Kota diharapkan antara lain dapat menyediakan data dan informasi dalam penyusunan rencana Pembangunan Daerah tersebut serta sebagai landasan pengembangan sumber daya kesehatan. Salah satu produk dari SIK Kabupaten/Kota adalah ”Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango”. 1

Upload: dek-brandhall

Post on 20-Jun-2015

376 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Profi_Kesehatan _2007

Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007

BAB I

PENDAHULUAN

1.1            LATAR BELAKANG

Kebijakan Desentralisasi Bidang Kesehatan yang telah disusun pada bulan Januari

2001, dikembangkan menjadi langkah strategis untuk menyelesaikan berbagai hambatan

dan tantangan yang dihadapi Pusat dan Daerah oleh karena adanya peraturan untuk

mendukung pelaksanaan desentralisasi dan berbagai pedoman teknis.

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang

mengatur pembagian kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah mengandung

konsekuensi bahwa masing-masing daerah harus memiliki Sistem Kesehatan tersendiri,

termasuk dukungan dalam menyusun Sistem Informasinya. Kualitas Sistem Informasi

Kesehatan Nasional sangat ditentukan oleh kualitas dari Sistem-sistem Informasi

Kesehatan (SIK) Propinsi dan untuk memperoleh Sistem Kesehatan propinsi yang akurat

maka diperlukan pemantapan Sistem Informasi Kesehatan Kabupaten/Kota hal ini

disebabkan karena penataan dan pengembangan Sistem Informasi Kesehatan (SIK)

merupakan sesuatu yang sangat penting. SIK Kabupaten/Kota diharapkan antara lain

dapat menyediakan data dan informasi dalam penyusunan rencana Pembangunan Daerah

tersebut serta sebagai landasan pengembangan sumber daya kesehatan. Salah satu produk

dari SIK Kabupaten/Kota adalah ”Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango”.

Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango adalah gambaran situasi kesehatan di

Kabupaten Bone Bolango yang diterbitkan setahun sekali. Dalam setiap terbitannya Profil

Kesehatan Kabupaten Bone Bolango memuat berbagai data tentang kesehatan dan data

pendukung lain yang berhubungan dengan kesehatan seperti data kependudukan, fasilitas

kesehatan, pencapaian program-program kesehatan dan keluarga berencana. Data

dianalisis dengan analisis sederhana dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik.

Dengan demikian jelas bahwa tujuan diterbitkannya Profil Kesehatan Kabupaten

Bone Bolango Tahun 2006 ini adalah dalam rangka menyediakan sarana untuk

perencanaan, pemantauan dan mengevaluasi pencapaian pembangunan kesehatan di

Kabupaten Bone Bolango tahun 2006 dan tahun 2007 yang mengacu kepada Visi

Kabupaten Bone Bolango Sehat 2010 serta pembinaan dan pengawasan terhadap

Puskesmas – Puskesmas binaan dalam pencapaian Visi Kabupaten Bone Bolango Sehat.

1

Page 2: Profi_Kesehatan _2007

Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007

1.2 SISTEMATIKA PENYAJIAN 

Sistematika penyajian Profil Kesehatan sebagai berikut : 

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini secara ringkas menjelaskan maksud dan tujuan disusunnya Profil Kesehatan

Kabupaten Bone Bolango, Juga diuraikan secara ringkas isi dari Profil Kesehatan

Kabupaten Bone Bolango dan sistematika penyajiannya berupa uraian bab demi bab

secara berurutan.

BAB II. GAMBARAN UMUM

Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Kabupaten Bone Bolango. Selain uraian

tentang letak geografis, administratif, dan informasi lainnya, bab ini juga mengulas

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan dan faktor-faktor lainnya misalnya

kependudukan, ekonomi, pendidikan. 

BAB III PEMBANGUNAN KESEHATAN DAERAH

Bab ini berisi uraian tentang program pokok yang direncanakan oleh Kabupaten Bone

Bolango menuju Kabupaten Bone Bolango Sehat. Untuk masing-masing program

dijelaskan tujuan, sasaran, dan target yang hendak dicapai di tahun yang bersangkutan.

Pada bab ini dibahas pula uraian upaya/kegiatan yang dilakukan di tahun tersebut untuk

mencapai target.  

BAB IV PENCAPAIAN DAN KINERJA PEMBANGUNAN KESEHATAN

Bab ini menguraikan tentang apa saja yang telah dicapai selama satu tahun, kemudian

dibandingkan dengan target indikator yang telah ditetapkan baik dalam indikator

Kabupaten Bone Bolango Sehat maupun indikator kinerja SPM bidang kesehatan, antara

lain meliputi gambaran tentang derajad kesehatan, keadaan lingkungan, keadaan perilaku

masyarakat, upaya kesehatan, dan manajemen kesehatan.  

BAB V KESIMPULAN

Bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal penting yang perlu disimak. Selain

keberhasilan-keberhasilan yang perlu dicatat, bab ini juga mengemukakan hal-hal yang

dianggap masih kurang dalam upaya menuju Kabupaten Bone Bolango Sehat.

2

Page 3: Profi_Kesehatan _2007

Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007

BAB IIGAMBARAN UMUM

2.1. KEADAAN GEOGRAFI & CUACA 

Letak Kabupaten Bone Bolango secara geografis berbatasan langsung dengan

Kabupaten Bolaang Mongondow (Sulawesi Utara) dan Kecamatan Atinggola di sebelah

utara. Sementara di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bolaang Mongondow, di

sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Telaga dan Kabupaten Gorontalo.

Jarak antara Ibukota Kecematan ke Ibukota Kabupaten yang terletak di Suwawa

yang terjauh adalah Mooduliyo (Kecamatan Bone) dan Bilungala (Ibukota Kecamatan

Bone Pantai) dengan jarak 46 kilometer. Jarak terdekat ke Ibukota Kabupaten adalah

Oluhuta (Ibukota Kecamatan Kabila) dengan jarak sekitar 5 kilometer, sementara untuk

Talulobutu (Ibukota Kecamatan Tapa) berjarak 11 kilometer dengan Ibukota Kabupaten.

Tabel 1. Luas Wilayah Menurut KecamatanKabupaten Bone Bolango Tahun 2007

No KecamatanLuas

Wilayah (m2)

Persentasi (%)

1 2 3 4

1 Bonepantai 50 0,06 2 Bulango 501 0,59

3 Dumbayabulan 645 0,75

4 Botupingge 10.037 11,73

5 Bone 7.678 8,98

6 Kabila 3.158 3,69

7 Tapa 124 0,14

8 Kabila Bone 16.359 19,12

9 Tombulilato 16.709 19,53

10 Suwawa 438 0,51

11 Toto Utara 29.843 34,89

JUMLAH 85.542 100,00

Sumber : Kantor Camat di masing-masing wilayah Puskesmas

3

Page 4: Profi_Kesehatan _2007

Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007

Dari tabel di atas terlihat bahwa Kecamatan Toto Utara memeliki daerah yang

paling luas yakni sebesar 34,89 % dari luas wilayah Kabupaten Bone Bolango (85.542

m2), sedangkan daerah yang paling kecil adalah Kecamatan Bone Pantai yang hanya

memiliki 0,06 % dari luas wilayah Bone Bolango.

Tabel 2. Persentasi Luas Daerah Berdasarkan Ketinggiannya dari Permukaan LautDi kabupaten Bone Bolango Tahun 2007

Ketinggian Luas

1 2

25 – 100 M

100 – 500 M

500 – 1000 M

1000 M

14,41

48,65

27,85

9,09

Sumber : BPS Kab. Bone Bolango

2.2. KEADAAN PENDUDUK 

2.2.1. Pertumbuhan & Kepadatan Penduduk 

Tabel 3. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Rata-rata JiwaPer Rumah Tangga dan Kepadatan Penduduk

di Kabupaten Bone Bolango Tahun 2007

NO KECAMATAN

LUAS JUMLAH JUMLAH KEPADATAN

WILAYAH PENDUDUK RUMAH PENDUDUK

(km2)Laki-Laki

Perempuan Total TANGGA /km2

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Bonepantai 50 4.719 4.757 9.476 1.811 189,52

2 Bulango 501 5.112 5.165 10.277 3.069 20,51

3 Dumbayabulan 645 4.425 3.916 8.341 2.210 12,93

4 Botupingge 10.037 2.521 2.585 5.106 1.224 0,51

5 Bone 7.678 3.888 3.775 7.663 1.789 1,0

6 Kabila 3.158 9.531 9.668 19.199 5.224 6,08

7 Tapa 124 9.873 9.978 19.851 5.342 160,09

8 Kabila Bone 16.359 11.255 5.314 16.569 2.287 1,01

9 Tombulilato 16.709 4.707 4.856 9.563 1.789 0,57

10 Suwawa 438 7.890 7.909 15.799 3.766 36,07

11 Toto Utara 29.843 7.518 7.616 15.134 4.156 0,51

JUMLAH 85.542 71.439 65.539 136.978 32.667 1,60

Sumber : Laporan SIK. Puskesmas

Penduduk Kabupaten Bone Bolango yang tersebar di 11 kecamatan adalah

136.978 jiwa dengan jumlah rumah tangga mencapai 32.667 rumah tangga. Dari tabel di

4

Page 5: Profi_Kesehatan _2007

Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007

atas terlihat bahwa kepadatan penduduk di Kabupaten Bone Bolango adalah sebesar 1,60.

Kecamatan yang paling padat penduduknya adalah kecamatan Bonepantai dengan

kepadatan penduduk sebesar 189,52 sedangkan yang paling jarang penduduknya adalah

kecamatan Toto Utara yang hanya memiliki kepadatan penduduk sebesar 0,51.

Perkembangan Jumlah Pendudduk di Kabupaten Bone Bolangodari Tahun 2004 s.d. 2007

136978

129395

122832

120562

110000

115000

120000

125000

130000

135000

140000

2004 2005 2006 2007

Jumlah Penduduk

Sumber : Laporan SIK Puskesmas

Dari grafik tersebut terlihat bahwa laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten

Bone Bolango mengalami peningkatan sejak tahun 2004. Pada Tahun 2005 mengalami

peningkatan sebesar 1,8 % dan pada tahun 2006 mengalami peningkatan sebesar 7,3 %,

sedangkan pada tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar 13,6 % dari jumlah

penduduk pada tahun 2004. Peningkatan penduduk ini antara lain disebabkan karena

angka kelahiran yg cukup tinggi dibanding dengan angka kematian serta banyaknya

penduduk dari luar yang masuk ke Kabupaten Bone Bolango.

2.2.2. Sex Ratio Penduduk

5

Page 6: Profi_Kesehatan _2007

Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007

Perkembangan penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat dari perkembangan

ratio jenis kelamin, yaitu perbandingan penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan.

Berdasarkan data Kabupaten Bone Bolango dalam Angka Tahun 2006 yang dikeluarkan

oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Bone Bolango, rasio jenis kelamin penduduk

Kabupaten Bone Bolango tahun 2007 sebesar 1,14 hal ini menggambarkan walaupun

jumlah penduduk laki-laki lebih besar dibandingkan jumlah penduduk perempuan namun

jumlah antara penduduk laki-laki dan perempuan hampir seimbang di tiap kecamatan.

2.2.3. Struktur Penduduk Menurut Golongan Umur

Struktur penduduk Kabupaten Bone Bolango menurut jenis kelamin dan golongan

umur dapat dilihat pada grafik berikut :

4.000 3.000 2.000 1.000 0 1.000 2.000 3.000 4.000

< 1

1 - 4

5 - 9

10 - 14

15 - 19

20 - 24

25 - 29

30 - 34

35 - 39

40 - 44

45 - 49

50 - 54

55 - 59

60 - 64

65 - 69

70 - 74

75+

PIRAMIDA PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMURDI KABUPATEN BONE BOLANGO

TAHUN 2007

LAKI-LAKI

PEREMPUAN

Sumber : Laporan SIK Puskesmas

Dari piramida di atas terlihat bahwa jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di

tiap golongan umur hampir sama. Penduduk Kabupaten Bone Bolango baik laki-laki

maupun perempuan paling banyak berada pada golongan umur 1 – 4 tahun sedangkan

jumlah penduduk paling sedikit berada pada golongan umur 75+ tahun.

2.2.4. Angka Kelahiran Kasar (CBR)

6

Page 7: Profi_Kesehatan _2007

Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007

Hingga saat ini masih belum didapat angka resmi mengenai tingkat kelahiran

kasar per tahun di Kabupaten Bone Bolango. Berdasarkan perkiraan/estimasi Angka

Kelahiran Kasar (CBR) Kabupaten Bone Bolango pada tahun 2007 adalah 11,43 per 1000

penduduk. Angka tersebut menurun bila dibandingkan dengan tahun 2006 (sebesar 19,01

per 1000 penduduk).  

2.3. KEADAAN SOSIAL EKONOMI 

2.3.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi yang

diperlukan untuk evaluasi dan perencanaan ekonomi makro, biasanya dilihat dari

pertumbuhan angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) baik atas dasar harga

berlaku maupun berdasarkan atas dasar harga konstan. Menurut Kabupaten Dalam Angka

Tahun 2006, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bone Bolango Tahun 2006 yang

ditunjukkan oleh laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bone Bolango Tahun 2006 adalah sebesar

Rp. 459.585.000. Sedangkan atas dasar harga konstan 2006 yakni sebesar

Rp. 208.386.000. Hal ini cukup membaik dari tahun sebelumnya karena perjalanan

perekonomian relatif membaik selama tahun 2005 sampai dengan tahun 2006.  

Perkembangan pendapatan regional perkapita atas dasar harga konstan 2007

secara umum lebih rendah dibandingkan dengan perkembangan Produk Regional Bruto

per kapita. Pada tahun 2007 pendapatan regional perkapita atas dasar harga berlaku rata-

rata mencapai Rp. 3.725.563. Untuk PDRB per kapita selama tahun 2007 baik atas dasar

harga konstan 2007 maupun atas dasar harga berlaku juga cenderung mengalami

peningkatan. PDRB harga berlaku menunjukkan pendapatan yang memungkinkan dapat

dinikmati oleh penduduk suatu wilayah, sedangkan PDRB harga konstan dapat digunakan

untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan/setiap sektor dari

tahun ke tahun.  

Dilihat dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto di atas diharapkan peningkatan

pertumbuhan ekonomi tersebut dapat pula meningkatkan taraf hidup atau kesejahteraan

masyarakat.  

2.3.2. Angka Beban Tanggungan 

7

Page 8: Profi_Kesehatan _2007

Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007

Berdasarkan jumlah penduduk menurut kelompok umur maka angka beban

tanggungan (dependency ratio) penduduk Kabupaten Bone Bolango tahun 2006 sebesar

84. Artinya setiap 100 penduduk usia produktif menanggung sekitar 84 orang penduduk

usia tidak produktif.  

2.4. TINGKAT PENDIDIKAN

Tabel 4. Persentasi Tingkat Pendidikan PendudukKabupaten Bone Bolango Tahun 2007

No Tingkat Pendidikan Persentasi

1 2 3

123456

Tidak / Belum Tamat SDSD SederajatSLTPSLTAD1 – D3D4 / S1

32.0833.1216.8214.731.811.44

Total 100  Sumber : BPS Kabupaten Bone Bolango

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa penduduk Kabupaten Bone Bolango

paling banyak hanya berpendidikan SD sederajat yakni sebesar 33.12 % sedangkan yang

berpendidikan D4 atau S1 hanya sebesar 1.44 %. Dari tabel tersebut terlihat pula bahwa

penduduk yang tidak / belum tamat SD menempati urutan kedua terbesar yakni sebesar

32.08 %. Hal ini membuktikan bahwa penduduk Kabupaten Bone Bolango masih banyak

yang tidak melanjutkan pendidikan di atas SD.

Tabel 5. Jumlah Anak Usia Sekolah (7 – 12 Thn) Menurut StatusnyaDi Kabupaten Bone Bolango Tahun 2007

NoTingkat Pendidikan

Anak Usia Sekolah (7-12 Th)Jumlah

1 2 3

1

2

3

Belum pernah sekolah

Masih sekolah

Putus sekolah

186

16825

73

Total 17084

Sumber : BPS Kabupaten Bone Bolango

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa jumlah anak usia sekolah (7 – 12

tahun) penduduk Kabupaten Bone Bolango yang masih sekolah sebanyak 16.825 atau

98.48 %. Walaupun yang sekolah lebih banyak namun jumlah anak usia sekolah yang

8

Page 9: Profi_Kesehatan _2007

Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007

belum pernah sekolah (buta huruf) dan yang putus sekolah masih perlu untuk

diperhatikan. Hal ini disebabkan walau pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bone Bolango

meningkat namun masih ada penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan serta

masih adanya masyarakat yang kurang memahami arti pentingnya bersekolah.

Tabel 6. Jumlah Penduduk Usia SekolahBerdasarkan Tingkat Pendidikan menurut Umur

Di Kabupaten Bone Bolango Tahun 2007

NoTingkat Pendidikan

Menurut Umur

Jumlah

Laki-laki Perempuan Jumlah

1

2

3

4

TK (5 – 6 Thn)

SD (7 – 12 Thn)

SLTP (13 – 15 Thn)

SLTA (16 – 18 Thn)

3996

8776

4131

3208

3973

8670

3768

3121

7969

17446

7899

6329

Total 20111 19532 39643

Sumber : Dinas Pendidikan dan kebudayaan Kab. Bone Bolango

Dari tabel di atas terlihat bahwa jumlah penduduk usia sekolah paling banyak

berada di tingkat pendidikan Sekolah Dasar dan yang paling sedikit berada di tingkat

pendidikan SLTA. Tabel di atas juga memperlihatkan bahwa penduduk laki-laki lebih

banyak mengikuti pendidikan bila dibandingkan dengan penduduk perempuan. Jumlah

total penduduk yang mengikuti pendidikan jika dipersentasikan berdasarkan jumlah

penduduk Kabupaten Bone Bolango secara keseluruhan hanya sebesar 30,64 %.

BAB IIIPEMBANGUNAN KESEHATAN DAERAH

9

Page 10: Profi_Kesehatan _2007

Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007

3.1.      DASAR

Dasar pembangunan kesehatan adalah nilai kebenaran dan aturan pokok yang

menjadi landasan untuk berfikir dan bertindak dalam penyelenggaraan

pembangunan kesehatan. Dasar-dasar berikut ini merupakan landasan dalam

penyusunan visi, misi dan strategi serta sebagai petunjuk pokok pelaksanaan

pembangunan kesehatan:

3.1.1.     Perikemanusiaan

Setiap kegiatan, proyek, program kesehatan harus berlandaskan

perikemanusiaan yang dijiwai, digerakkan, dan dikendalikan oleh

keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

3.1.2.     Pemberdayaan dan Kemandirian

Individu, keluarga, masyarakat beserta lingkungannya bukan saja obyek

namun sekaligus pula subyek kegiatan, proyek, program kesehatan.

Segenap komponen bangsa bertanggungjawab untuk memelihara dan

meningkatkan derajat kesehatan individu, keluarga, masyarakat beserta

lingkungannya. Setiap kegiatan, proyek, program kesehatan harus mampu

membangkitkan peranserta individu, keluarga dan masyarakat sedemikian

rupa sehingga setiap individu, keluarga dan masyarakat dapat menolong

dirinya sendiri.

Dengan dasar ini, setiap individu, keluarga dan masyarakat melalui

kegiatan, proyek, program kesehatan difasilitasi agar mampu mengambil

keputusan yang tepat ketika membutuhkan pelayanan kesehatan. Warga

masyarakat harus mau bahu membahu menolong siapa saja yang

membutuhkan pertolongan agar dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang

sesuai kebutuhan dalam waktu sesingkat mungkin. Di lain pihak, fasilitas

pelayanan kesehatan yang ada perlu terus diberdayakan agar mampu

memberikan pertolongan kesehatan yang berkualitas, terjangkau, sesuai

dengan norma sosial budaya setempat serta tepat waktu.

3.1.3.     Adil dan Merata

10

Page 11: Profi_Kesehatan _2007

Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007

Setiap individu, keluarga dan masyarakat mempunyai kesempatan yang

sama untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang dibutuhkan sehingga

dapat mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Kesempatan

untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas, terjangkau dan

tepat waktu tidak boleh memandang perbedaan ras, golongan, agama dan

status sosial ekonomi seorang individu, keluarga atau sekelompok

masyarakat.

Pembangunan kesehatan yang cenderung urban-based harus terus

diimbangi dengan upaya-upaya pelayanan kesehatan yang bersifat

rujukan, bersifat luar gedung maupun yang bersifat satelit pelayanan.

Dengan demikian, pembangunan kesehatan dapat menjangkau kantong-

kantong penduduk risiko tinggi yang merupakan penyumbang terbesar

kejadian sakit dan kematian. Kelompok-kelompok penduduk inilah yang

sesungguhnya lebih membutuhkan pertolongan karena selain lebih rentan

terhadap penyakit, kemampuan membayar mereka jauh lebih sedikit.

3.1.4.     Pengutamaan dan Manfaat

Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran dan / atau

kesehatan dalam kegiatan, proyek dan program kesehatan harus

mengutamakan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.

Kegiatan, proyek dan program kesehatan diselenggarakan agar

memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan derajat

kesehatan masyarakat. Kegiatan, proyek dan program kesehatan

diselenggarakan dengan penuh tanggung jawab, sesuai dengan standar

profesi dan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta

mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh kebutuhan dan kondisi

spesifik daerah.

3.2.      VISI

Visi yang ingin dicapai oleh Pembangunan Kesehatan di Kabupaten Bone

Bolango Pada Tahun 2007 adalah :

Menjadi Pelayan Setia dan Mitra Unggul Menuju Bone Bolango Sehat 2010Menjadi Pelayan Setia dan Mitra Unggul Menuju Bone Bolango Sehat 2010.

Adapun yang dimaksud dengan Adapun yang dimaksud dengan Pelayan Setia dan Mitra UnggulPelayan Setia dan Mitra Unggul yaitu: yaitu:

11

Page 12: Profi_Kesehatan _2007

Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007

1. Value Keluar

Berpihak pada rakyat, dalam hal ini mengutamakan kepentingan

rakyat terutama dalam memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya

demi meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Bertindak cepat dan tepat, terutama dalam mengatasi segala masalah

kesehatan yang timbul di lingkungan masyarakat.

2. Value Internal

Satu kata dan berbuatan ( Integrity ), dalam hal ini apa yang telah

kita janjikan kepada masyarakat haruslah kita penuhi terutama dalam

pemenuhan kebutuhan akan pelayanan kesehatan.

Komitmen dan Kebersamaan, dalam mewujudkan segala sesuatu

perlu kita berkomitmen antara satu dengan yang lain, dan dalam

melaksanakannya dibutuhkan kebersamaan untuk membina hubungan

kerjasama yang baik dikalangan petugas kesehatan.

3. Value Proses

Normatif, yakni harus sesuai dengan pedoman yang ada.

Obyektif, yakni harus tepat pada sasaran dalam hal ini masyarakat.

Logis, yaitu harus dapat diterima oleh akal sehat, tidak mengada-ada.

Dapat dipertanggungjawabkan, dimana segala sesuatu yang akan

kita laksanakan dapat kita pertanggungjawabkan, baik itu terhadap

masyarakat, pemerintah, maupun diri kita sendiri.

Adapun yang dimaksud dengan Adapun yang dimaksud dengan Bone Bolango Sehat 2010Bone Bolango Sehat 2010 yakni suatu gambaran yakni suatu gambaran

kondisi masyarakat yang ada di Bone Bolango yang :kondisi masyarakat yang ada di Bone Bolango yang :

1.1. Hidup dalam lingkungan yang sehatHidup dalam lingkungan yang sehat

2.2. Berperilaku hidup bersih dan sehat ( PHBS )Berperilaku hidup bersih dan sehat ( PHBS )

3.3. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang berkualitasMampu menjangkau pelayanan kesehatan yang berkualitas

3.3.      MISI

Misi mencerminkan peran, fungsi dan kewenangan seluruh jajaran organisasi

kesehatan di seluruh wilayah Kabupaten Bone bolango, yang bertanggung jawab

secara teknis terhadap pencapaian sasaran pembangunan kesehatan Kabupaten

Bone bolango. Untuk mewujudkan visi tersebut ada empat misi yang diemban

oleh seluruh jajaran petugas kesehatan di masing-masing jenjang administrasi

pemerintahan, yaitu:

3.3.1.   Menggerakkan Pembangunan Berwawasan Kesehatan

12

Page 13: Profi_Kesehatan _2007

Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007

Pembangunan berwawasan kesehatan mengandung makna bahwa setiap

upaya pembangunan harus berkontribusi terhadap peningkatan derajat

kesehatan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Upaya tersebut harus dapat menekan sekecil mungkin dampak negatif

yang merugikan kesehatan masyarakat beserta lingkungannya. Dengan

demikian, keberhasilan pembangunan kesehatan sesungguhnya ditentukan

oleh peranserta segenap komponen bangsa.

3.3.2.   Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat dengan

bertumpu pada potensi daerah

Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu, keluarga,

masyarakat, pemerintah dan swasta. Apapun yang akan dilakukan

pemerintah dalam pembangunan kesehatan, tidak akan ada artinya bila

tidak disertai kesadaran setiap individu, keluarga dan masyarakat untuk

meningkatkan dan menjaga kesehatannya masing-masing secara mandiri.

Upaya pemerintah untuk terus memperluas cakupan pembangunan

kesehatan dan meningkatkan kualitasnya harus disertai upaya mendorong

kemandirian individu, keluarga dan masyarakat luas untuk hidup sehat.

3.3.3.   Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu,

merata dan terjangkau bagi seluruh masyarakat Kabupaten Bone

Bolango

Salah satu tanggung jawab seluruh jajaran kesehatan adalah menjamin

tersedianya pelayanan kesehatan yang berkualitas, merata, terjangkau oleh

setiap individu, keluarga dan masyarakat luas. Pelayanan kesehatan yang

berkualitas, merata dan terjangkau dimaksud diselenggarakan bersama

oleh pemerintah dan masyarakat, termasuk swasta.

3.3.4.   Mendorong pemeliharaan dan peningkatan kesehatan individu,

keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya

Penyelenggaraan upaya kesehatan mengutamakan upaya-upaya

peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit yang didukung oleh

upaya-upaya pengobatan segera dan pemulihan kesehatan. Agar dapat

memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan

masyarakat diperlukan lingkungan yang kondusif. Masalah lingkungan

fisik dan biologis yang buruk adalah faktor penentu penularan penyakit

saluran pernafasan dan pencernaan. Masalah asap rokok kini muncul

13

Page 14: Profi_Kesehatan _2007

Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007

sebagai isyu Hak Asasi Manusia, karena udara segar bebas asap rokok hak

bagi semua orang. Lebih jauh lagi, bagi bukan perokok pun, asap rokok

meningkatkan risiko kanker paru secara bermakna.

3.4. STRATEGI

Dalam mewujudkan Visi dan Misi, Dinas Kesehatan mengacu pada 4 (empat)

Grand Strategy Departemen Kesehatan RI yaitu :

1. Menggerakkan dan Memberdayakan Masyarakat untuk Hidup Sehat

2. Meningkatkan Akses Masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang

berkualitas

3. Meningkatkan Sistem Survailans, Monitoring dan Informasi Kesehatan

4. Meningkatkan Pembiayaan Kesehatan

3.5. ARAH KEBIJAKAN

1. Meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan

2. Meningkatkan kuantitas dan kualitas tenaga kesehatan

3. Meningkatkan sosialisasi kesehatan melalui PHBS dan sadar gizi

4. Meningkatkan Sistem Informasi Kesehatan (SIK)

5. Pengembangan jaminan kesehatan bagi penduduk miskin melalui peningkatan

pengawasan dan evaluasi program pemberian kartu miskin

6. Pengembangan sistem survailens dengan kemampuan dan kebutuhan program,

sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa penyakit dan bencana

7. Peningkatan mutu data dan informasi epidemiologi

3.6. SASARAN

a. Meningkatnya cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan dari

71,86 % menjadi 90 %.

b. Meningkatkan desa Universal Children Immunisation (UCI) dari 58,73 %

menjadi 100 %.

c. Meningkatkan penanganan KLB dari 72,22 % menjadi 100 %.

d. Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin dari 79 %

menjadi 100 %.

e. Meningkatkan persentase rumah tangga sehat dari 55,1 % menjadi 65 %.

f. Meningkatkan persentase Posyandu Purnama Mandiri dari 15,3 % menjadi 40

%.

14

Page 15: Profi_Kesehatan _2007

Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007

g. Meningkatkan rasio tenaga kesehatan terutama untuk dokter umum dari 14,65

menjadi 40, dokter gigi 3,25 menjadi 11 serta bidan 41,52 menjadi 100 per

100.000 penduduk.

h. Menurunnya Angka kematian Ibu (AKI) dari 198 menjadi 150 per 100.000

kelahiran hidup.

i. Menurunnya Angka Kesakitan DBD dari 30,12 menjadi 2 per 100.000

penduduk.

3.7. PROGRAM KEGIATAN.

3.7.1. Program Promosi Kesehatan

Meningkatkan jumlah dan persentasi posyandu di masing-masing kecamatan

Meningkatkan jumlah dan persentasi posyandu menururt masing-masing strata

Meningkatkan persentasi rumah tangga yang ber-PHBS

Meningkatkan persentasi rumah sehat menurut kecamatan

3.7.2. Program Kesehatan Ibu dan Anak

Mengetahui jumlah kelahiran dan kematian bayi dan balita menurut

kecamatan

Mengetahui jumlah kematian maternal menurrut kecamatan

Meningkatkan cakupan kunjungan ibu hamil, K4, Bumil risti, dan persalinan

yang ditolong oleh tenaga kesehatan

Meningkatkan cakupan jumlah ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe, Fe3

serta imunisasi TT1 dan TT2 menurut kecamatan dan puskesmas

Mengetahui jumlah PUS serta meningkatkan cakupan peserta KB, peserta KB

baru dan peserta KB aktif

Mengetahui jumlah peserta KB aktif menurut jenis kontrasepsi

Meningkatkan cakupan pelayana KB baru menurut kecamatan

Meningkatakn cakupan kunjungan Neonatus, bayi dan bayi BBLR yang

ditangani oleh tenaga kesehatan

Mengetahui jumlah dan persentasi ibu hamil dan neonatal resiko tinggi /

komplikasi yang ditangani menurut kecamatan dan puskesmas

Meningkatkan cakupan pelayana kesehatan pra usila dan usila

Meningkatkan caupan jumlah bayi yang dibesi ASI ekslusif

3.7.3. Program Perbaikan Gizi Masyarakat

Meningkatkan status gizi bayi dan balita

15

Page 16: Profi_Kesehatan _2007

Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007

Meningkatkan cakupan deteksi tumbuh kembang anak balita, pemeriksaan

siswa SD, dan pelayanan kesehatan remaja

Meningkatkan cakupan rawan gizi yakni bayi, balita dan bumil dengan

mendapatkan pelayanan kesehatan

Meningkatkan pelayanan kesehatan keluarga miskin dan JPKM Gakin

Mendeteksi jumlah kecamatan yang rawan gizi

Meningkatkan Persentasi desa atau kelurahan dengan garam beryodium yang

baik

Meningkatkan cakupan wanita usia subur yang mendapatkan kapsul yodium

3.7.4. Program Farmamin

Meningkatkan penyuluhan, pencegahan dan penanggulangan NAPZA

Mengetahui persentasi penulisan resep obat generik

3.7.5. Program Instalasi Farmasi

Mengetahui jumlah ketersediaan obat generik berlogo menurut jenis obat

Mengetahui jumlah kebutuhan, pengadaan dan ketersediaan obat essensial dan

obat generik

3.7.6. Program Pemberantasan Penyakit Menular

Meningkatkan cakupan penanganan kasus filariasis dan elephantiasis

Meningkatkan persentasi penderita kusta yang selesai berobat

Meningkatkan cakupan penanganan kasus HIV-AIDS, infeksi menular seksual

dan kasus DBD

Meningkatkan cakupan persentasi TB Paru yang sembuh

Meningkatkan cakupan penanganan penyakit Diare

Meningkatkan cakupan penanganan penyakit Malaria

Meningkatkan cakupan penanganan penyakit ISPA

Mengetahui jumlah persentasi desa atau kelurahan yang terkena KLB yang

ditangani kurang dari 24 jam

Mengetahui jumlah penderita dan kematian, CFR, KLB menurut jenis KLB,

jumlah kecamatan serta jumlah desa yang terserang

Mengetahui jumlah kasus PD3I

Mengatahui persentasi donor darah yang discreening terhadap HIV-AIDS

3.7.7. Program Penyehatan Lingkungan

Meningkatkan persentasi institusi yang dibina kesehatan lingkungannya

Meningkatkan persentasi keluarga yang memiliki akses air bersih

16

Page 17: Profi_Kesehatan _2007

Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007

Mengetahui persentasi rumah / bangunan yang diperiksa jentik nyamuk Aides

serta meningkatkan persentasi rumah / bangunan yang bebas jentik nyamuk

Aides

Meningkatkan jumlah keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar

Meningkatkan persentasi tempat umum dan pengelolaan makanan (TUPM)

sehat

3.7.8. Program Imunisasi

Meingkatkan persentasi cakupan desa / kelurahan UCI

Meningkatkan persentasi cakupan imunisasi bayi

3.7.9. Program Pelayanan Kesehatan

Mengetahui jumlah penduduk peserta pemeliharaan kesehatan

Mengetahui persentasi penduduk laki-laki dan perempuan berusia sepuluh

tahun ke atas dirinci menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan

Meningkatkan cakupan keluarga miskin yang mendapatkan pelayanan

kesahatan

Mengetahui luas wilayah, jumlah desa, jumlah penduduk, jumlah RT dan

kepadatan penduduk

Meningkatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di tiap Puskesmas

Mengetahui persentasi penduduk berumur 10 tahun ke atas yang melek huruf

Mengetahui jumlah penduduk menurut jenis kelamin, kelompok umur, ratio

beban tanggungan, ratio jenis kelamin

Meningkatkan jumlah sarana pelayanan kesehatan masyarakat

17

Page 18: Profi_Kesehatan _2007

Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007

BAB IVPENCAPAIAN PROGRAM KESEHATAN MENUJU

KAB. BONE BOLANGO SEHAT

Gambaran masyarakat Kabupaten Bone Bolango masa depan yang ingin dicapai

oleh segenap komponen masyarakat melalui pembangunan kesehatan Kabupaten Bone

Bolango adalah : Menjadi Pelayan Setia dan Mitra Unggul Menuju Bone BolangoMenjadi Pelayan Setia dan Mitra Unggul Menuju Bone Bolango

Sehat 2010Sehat 2010. Terdapat beberapa keterkaitan dari beberapa aspek yang dapat mendukung

meningkatnya kinerja yang dihubungkan dengan pencapaian pembangunan kesehatan,

diantaranya adalah: (1) Indikator derajat kesehatan sebagai hasil akhir, yang terdiri atas

indikator-indikator untuk mortalitas, morbiditas, dan status gizi. (2) Indikator hasil antara,

yang terdiri atas indikator-indikator untuk keadaan lingkungan, perilaku hidup

masyarakat, akses dan mutu pelayanan kesehatan, serta (3) Indikator proses dan masukan,

yang terdiri atas indikator-indikator untuk pelayanan kesehatan, sumber daya kesehatan,

manajemen kesehatan, dan kontribusi sektor terkait.  

4.1. DERAJAT KESEHATAN

Pengertian tentang keadaan sehat dan sakit sangat penting mengingat kita harus dapat

menentukan ada/tidaknya permasalahan/penyakit diantara masyarakat dan seberapa

banyaknya. Secara sederhana keadaan sakit itu dinyatakan sebagai :

Penyimpangan dari keadaan normal, baik struktur maupun fungsinya atau

Keadaan dimana tubuh atau organisme atau bagian dari organisme/populasi yang

diteliti tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dilihat dari keadaan patologisnya.

Menurut UU RI No. 23 tahun 1992, yang dimaksud dengan keadaan sehat adalah

keadaan meliputi kesehatan badan, rohani ( mental ) dan social dan bukan hanya keadaan

yang bebas penyakit, cacat, dan kelemahan sehingga dapat hidup produktif secara sosial

ekonomi. Beberapa aspek yang dapat dihubungkan dengan derajat kesehatan adalah :

lingkungan, pelayanan kesehatan dan perilaku.  

Program pembangunan kesehatan yang selama ini dilaksanakan dapat dikatakan

cukup berhasil sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara cukup

bermakna, walaupun masih dijumpai bebarapa masalah dan hambatan yang

mempengaruhi pelaksanaan pembangunan kesehatan. Derajat kesehatan yang optimal

18

Page 19: Profi_Kesehatan _2007

Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007

dapat dilihat dari unsur kualitas hidup serta unsur mortalitas dan yang mempengaruhinya

yaitu morbiditas dan status gizi masyarakat.

Di Indonesia, indikator derajat kesehatan dapat dilihat dari ; Umur Harapan

Hidup, Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Balita, Angka Kematian Ibu melahirkan,

dan Angka Kesakitan / Kematian karena penyakit tertentu serta status Gizi Masyarakat.

Adapun indikator hasil antara, yang terdiri atas indikator-indikator untuk keadaan

lingkungan, perilaku hidup masyarakat, akses dan mutu pelayanan kesehatan, serta

Indikator proses dan masukan, yang terdiri atas indikator-indikator untuk pelayanan

kesehatan, sumber daya kesehatan, manajemen kesehatan, dan kontribusi sektor terkait.

 

4.2. INDIKATOR DERAJAT KESEHATAN

Beberapa indikator penting untuk mengukur derajat kesehatan masyarakat pada suatu

daerah adalah Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), Umur Harapan

Hidup (UHH) dan Status Gizi. Indikator tersebut ditentukan dengan 4 faktor utama yaitu

Perilaku Masyarakat, Lingkungan, Pelayanan Kesehatan dan Faktor Genetika.

Keempat faktor utama ini diintervensi melalui beberapa kegiatan pokok yang

mempunyai dampak ungkit besar terhadap upaya-upaya percepatan penurunan AKI,

AKB, AKABA dan Peningkatan Status Gizi Masyarakat serta status  Angka Kesakitan

dan Kondisi Penyakit Menular.

Keberhasilan upaya-upaya kesehatan yang dilakukan dapat dinilai sebagai

indikator output yang cukup signifikan mempengaruhi indikator outcome sebagaimana

yang dijelaskan berikut ini. 

4.2.1 Umur Harapan Hidup ( UHH )

Untuk perkembangan Umur Harapan Hidup di Kabupaten Bone Bolango dari

tahun ketahun masih mempedomani Umur Harapan Hidup Nasional, dapat dilihat pada

tabel berikut:

Umur Harapan Hidup (UHH) Kabupaten Bone Bolango dan Nasional

Pada tahun 2006 dan 2007

NoUmur

Harapan Hidup

Tahun 2006 Tahun 2007

Bonbol Nasional Bonbol Nasional

1 Laki-Laki 67 68 68 682 Perempuan 69 70 69 70

 

19

Page 20: Profi_Kesehatan _2007

Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007

dalam RPJM 2006-2012, upaya untuk meningkatkan UHH menjadi 70 Tahun merupakan

hal pentig yang perlu dicermati melalui upaya-upaya peningkatan kegiatan program yang

berdampak pada tingkat kesejahteraan masyarakat seperti penurunan resiko kesakitan,

pada keluarga rentan, trend penyakit degeneratif dan tidak menular, serta peningkatan

kesehatan par usila yang dapat hidup produktif dan mandiri.

Umur Harapan Hidup ( UHH ) dipengaruhi oleh masih tingginya Angka Kematian

Ibu ( AKI ) serta Angka Kematian Bayi ( AKB ). Semakin tinggi jumlah kematian

bayi maka makin rendah Umur Harapan Hidup. Umur Harapan Hidup (UHH)

penduduk Kabupaten Bone Bolango adalah 65 tahun.

4.2.2 Angka Kematian ( Mortalitas )

a. Angka Kematian Bayi ( AKB )

Angka Kematian Bayi merupakan salah satu indikator yang paling sensitif

untuk menentukan derajat kesehatan suatu daerah. Dari laporan jumlah

kematian bayi yang disampaikan dari masing-masing Puskesmas, dapat

diperkirakan bersumber dari fasilitas pelayanan kesehatan (facility based)

dan dari laporan masyarakat atau kader (community based).

Pada tahun 2007, AKB sebesar 8,5 per 1000 KLH atau terdapat 13 kematian

dari 1.537 KLH. Angka ini mengalami penurunan dari tahun 2006 sebesar

10,8 per 1000 KLH atau 27 kematian dari 2499 KLH.

Jumlah kematian bayi terbanyak yakni di wilayah Puskesmas Bone dimana

terdapat 3 kasus kematian dan wilayah puskesmas yang tidak terdapat

kematian bayi yakni Puskesmas Suwawa, Dumbayabulan dan Kabila Bone.

Sedangkan AKB tingkat nasional menurut Survei Demografi dan Kesehatan

Indonesia (SDKI) pada tahun 2002 sebesar 74 per 1.000 KLH. Sedangkan

menurut hasil pencatatan petugas kesehatan yang dihimpun dari Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota tahun 2007 sebanyak 1.336 kematian dari

94.444 KLH atau 14 per 1.000 KLH.

Audit Maternal yang belum optimal dalam hal ini sistem pelaporan yang

belum akurat, keterbatasan jumlah bidan desa sehingga banyak bidan yang

memiliki tugas rangkap, serta keterbatasan sarana dan prasarana seperti

Bidan KIT yang ada di Polindes.

20

Page 21: Profi_Kesehatan _2007

Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007

b. Angka Kematian Balita ( AKABA )

Angka Kematian Balita merupakan salah satu indikator kesehatan yang ikut

mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.

AKABA di Kabupaten Bone Bolango tahun 2007 sebesar 2,0 per 1.000

KLH atau 3 kasus kematian dari 1.537 KLH. Angka ini lebih rendah dari

tahun 2006 yakni sebesar 11 kematian dari 2499 kelahiran hidup atau

sebesar 4,4 per 1.000 KLH dari jumlah kelahiran hidup.

Kematian balita di Kabupaten Bone Bolango hanya terdapat di satu

Puskesmas yaitu Puskesmas Tombulilato. Angka tersebut lebih baik bila

dibandingkan dengan angka kematian balita yang ditargetkan oleh

Departemen Kesehatan RI pada Tahun 2010 dimana angka kematian anak

balita ditargetkan sebesar 58 per 1.000 kelahiran hidup.  

c. Angka Kematian Ibu ( AKI )

Angka Kematian Ibu atau AKI mencerminkan resiko yang dihadapi ibu-ibu

selama kehamilan dan melahirkan yang dipengaruhi oleh keadaan, sosial

ekonomi, keadaan kesehatan kurang baik menjelang kehamilan. Kejadian

berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahiran. Serta tersedianya dan

penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai.

Angka Kematian Ibu (AKI) berguna untuk menggambarkan tingkat

kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi

kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu

hamil, pelayanan kesehatan waktu ibu melahirkan dan masa nifas.

Untuk mengetahui besaran masalah kesehatan ibu, indikator yang digunakan

adalah Angka Kematian Ibu (AKI). Perhitungan AKI disetiap Puskesmas

sulit dilakukan karena jumlah kelahiran hidup tidak mencapai 100.000

kelahiran hidup.

Untuk mengurangi bias perhitungan AKI yang direkomendasikan oleh

WHO dalam 100.000 kelahiran hidup maka digunakan Ratio Kematian Ibu.

Untuk menghitung rasio kematian ibu di Kabupaten Bone Bolango tidak

dapat dilakukan karena angka kelahiran di Kabupaten Bone Bolango kurang

dari 100.000 kelahiran hidup sehingga, namun demikian bila diasumsikan

maka angka AKI Kabupaten Bone Bolango tahun 2007 adalah  195 per

100.000 kelahiran hidup atau 3 kasus kematian dari 1.537 KLH. Angka ini

21

Page 22: Profi_Kesehatan _2007

Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007

masih sangat tinggi apabila dibandingkan dengan AKI yang ditargetkan

untuk 2010 yaitu 150 per 100.000 KLH. Kematian ibu terdapat di 2 wilayah

kerja Puskesmas yakni Puskesmas Tapa sebanyak 1 orang dan Puskesmas

Bulango sebanyak 2 orang.

Tingginya AKI di Kabupaten Bone Bolango antara lain disebabkan oleh

Suspect Ruptura Uteri, Perdarahan, Partus lama, Resiko Tinggi akibat umur,

eklamasi, serta Post Sectio. Hal ini dipengaruhi oleh masih kurangnya

kuantitas maupun kualitas tenaga bidan terutama di wilayah terpencil serta

kelengkapan sarana dan prasarana dalam pelayanan Obstetrik dan Neonatal

baik itu di Pondok Bersalin Desa (POLINDES) maupun di Puskesmas,

kondisi sosial ekonomi masih rendah yang juga mempengaruhi tingkat

pendidikan masyarakat sehingga menyebabkan pertolongan persalinan oleh

dukun masih tinggi, kunjungan rumah ( sweeping ) post persalinan belum

optimal, serta letak geografis yang masih sulit dijangkau.

Untuk mengantisipasi masalah ini maka diperlukan terobosan-terobosan

dengan mengurangi peran dukun dan meningkatkan peran Bidan. Harapan

kita agar Bidan di Desa benar-benar sebagai ujung tombak dalam upaya

penurunan AKB (IMR) dan AKI (MMR). Selain itu melalui pengembangan

Desa Siaga dengan pembangunan POSKESDES yang merupakan salah satu

bentuk partisipasi masyarakat dalam menurunkan AKI.

4.2.3 Angka Kesakitan ( Morbiditas )

Angka kesakitan penduduk diperoleh dari data yang berasal dari masyarakat

(community based data) yang diperoleh melalui studi morbiditas, dan hasil

pengumpulan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bone Bolango serta dari

sarana pelayanan kesehatan (facility based data) yang diperoleh melalui sistem

pencatatan dan pelaporan.

A. Penyakit Bersumber Binatang

a. Pemberantasan Penyakit Malaria ( P2 Malaria )

Malaria merupakan salah satu penyakit yang dapat muncul kembali

setelah dilakukan upaya eradikasi maupun eliminasi (Re-emerging

desease) dan masih tetap merupakan masalah kesehatan masyarakat

Asia Tenggara, begitu juga di Indonesia penyakit ini menjadi ancaman

dan mempengaruhi tingginya angka kesakitan dan kematian.

22

Page 23: Profi_Kesehatan _2007

Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007

Penyakit Malaria menyebar cukup merata di seluruh kawasan

Indonesia, namun paling banyak dijumpai di luar wilayah Jawa-Bali,

bahkan di beberapa tempat dapat dikatakan sebagai daerah endemis

malaria. Menurut hasil pemantauan program diperkirakan sebesar 35%

penduduk Indonesia tinggal di daerah endemis Malaria.

Jumlah penderita klinis malaria di Kabupaten Bone Bolango tahun

2007 tercatat 432 penderita. Slide positive rate mencapai 3%, dan

semua penderita yang ditemukan telah diberikan pengobatan klinis.

Penderita positif ditemukan di wilayah Puskesmas Bone dan Kabila.

Adapun bentuk peran serta masyarakat yang diharapkan dalam upaya

penanggulangan malaria antara lain melalui : (1) kepatuhan minum

obat anti malaria agar setiap penderita dapat minum obat secara tuntas,

(2) pencegahan gigitan nyamuk melalui pemakaian kelambu,

pemasangan kasat kasa di rumah, pemakaian obat gosok penolak

nyamuk  (repellent), pemakaian baju tebal dan (3) pencegahan

terjadinya sarang nyamuk malaria melalui pembersihan lumut di

tempat-tempat/bagian rumah yang lembab, pencegahan terbentuknya

genangan air, memelihara ikan pemakan jentik di genangan air serta

pencegahan terbentuknya sarang nyamuk.

b. Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue ( P2 DBD )

Tingginya mobilitas penduduk, kurang efektifnya Fogging Fokus

dengan Fogging sebelum penularan, belum memasyarakatnya

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) serta masih rendahnya angka

bebas jentik (ABJ) merupakan kondisi yang menyebabkan DBD masih

merupakan masalah di Kabupaten Bone Bolango.

Pada tahun 2007 Angka kesakitan penyakit Demam Berdarah Dengue

(DBD) sebesar 7 per 100.000 penduduk. Angka ini mengalami

penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2006 yang mencapai 31

per 100.000 penduduk. Dengan Attace Rate 0,018.

Bila dibandingkan dengan tahun 2006 kasus DBD pada tahun 2007

mengalami penurunan, begitu juga angka kematian. Dari 11

23

Page 24: Profi_Kesehatan _2007

Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007

Kecamatan, sebanyak 3 kecamatan yang mengalami kasus (Bulango,

Kabila, Tapa) dengan jumlah desa sebanyak 17 desa.

c. Pemberantasan Penyakit Filariasis ( P2 Filariasis )

Program eliminasi filariasis dilaksanakan atas dasar kesepakatan

global WHO tahun 2000 yaitu ”The Global Goal of Elimination of

Lymphatic Filariasis as a Public Health Problem The Year 2020”.

Dampak dari serangan penyakit ini adalah menurunkan derajat

kesehatan masyarakat karena menurunnya daya kerja dan produktivitas

serta timbulnya cacat anggota tubuh yang menetap. Penyakit yang

ditularkan melalui gigitan nyamuk, beberapa jenis nyamuk diketahui

berperan sebagai vektor Filariasis antara lain Mansonia, Anopheles dan

Culex.

Di Indonesia, sampai dengan tahun 2003 kasus kronis Filariasis telah

menyebar ke 30 provinsi pada lebih dari 231 kabupaten dengan jumlah

kasus kronis 6.635 orang. Sampai saat ini di Indonesia telah ditemukan

3 species cacing filaria, yaitu Wucherecia bancrofti, Brugia Malayi

dan Brugia Timori.

Di kabupaten Bone Bolango meskipun pada tahun 2007 penyakit

Filariasis kasusunya menurun dibandingkan pada tahun sebelumnya

namun penyakit ini masih ditemukan di daerah Tombulilato, tapa dan

Kabila sebanyak 6 kasus. Program P2 Filariasis masih harus

diperhatikan karena mengingat daerah Bone Bolango masih dikenal

dengan daerah endemi filarisis serta tidak menutup kemungkinan

penyebarannya akan meluas ke wilayah lainnya jika tidak dilakukan

upaya pencegahan dan pengobatan.

B. Penyakit Menular Langsung

a. Pemberantasan Penyakit Tuberkulosis Paru (P2 TB Paru)

WHO memperkirakan pada saat ini, Indonesia merupakan negara

penyumbang kasus TB terbesar ke-3 di dunia, yang setiap tahunnya

diperkirakan terdapat penderita baru TB menular sebanyak 262.000

orang (44,9% dari 583.000 penderita baru TB) dan 140.000 orang

diperkirakan meninggal karena penyakit TBC. Angka tersebut diyakini

24

Page 25: Profi_Kesehatan _2007

Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007

sangat memungkinkan, apalagi bila dikaitkan dengan kondisi

lingkungan perumahan, sosial ekonomi masyarakat, serta

kecenderungan peningkatan penderita HIV/AIDS di Indonesia saat ini.

Di Kabupaten Bone Bolango sendiri, menurut laporan Puskesmas,

jumlah suspek sebanyak 1.850 orang. Menurut laporan tersebut

penderita yang dinyatakan positif menderita TB Paru tercatat sebanyak

117 orang dan penderita yang diobati sebanyak 105 orang. Dengan

jumlah penderita yang sembuh sebanyak 44 orang ( 41,9 % ) dan

wilayah kerja Puskesmas yang terbanyak penderitanya adalah

Puskesmas Kabila Bone. Angka ini bila dibandingkan dengan Angka

Kesembuhan Penderita TB Paru BTA positif sesuai Indikator Sehat

2010 (85%) dapat dikatakan telah mencapai target. Keadaan tersebut

disebabkan karena adanya kegiatan sosialisasi, peran serta lintas

program dan lintas sektor dalam pemberantasan penyakit ini.

b. Pemberantasan Penyakit Kusta (P2 Kusta)

Jika ditinjau dari situasi global, Indonesia merupakan negara

penyumbang jumlah penderita kusta ketiga terbanyak setelah India

dan Brazil. Masalah ini diperberat dengan masih tingginya stigma di

kalangan masyarakat dan sebagian petugas. Akibat dari kondisi ini,

sebagian besar penderita dan mantan penderita kusta dikucilkan

sehingga tidak mendapatkan akses pelayanan kesehatan serta

pekerjaan yang berakibat pada meningkatnya angka kemiskinan.

Tahun 2007, jumlah penderita Kusta yang terdaftar sebanyak 14 orang

yang terdiri dari penderita yang selesai berobat (RFT Rate) sebanyak 6

orang (48,86 %). Penderita Kusta yang paling banyak berada di

wilayah Puskesmas Suwawa dengan jumlah penderita sebanyak 5

orang, namun jumlah ini lebih sedikit bila dibandingkan dengan

jumlah penderita yang ada pada tahun-tahun sebelumnya, dan dapat

dikatakan rendah jika dibadingkan dengan target Standar Pelayanan

Minimal sebesar >90 %. Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan

seperti grafik di bawah ini.

25

Page 26: Profi_Kesehatan _2007

Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007

27

0

55

10

74

43

146

0

10

20

30

40

50

60

70

80

2004 2005 2006 2007

Jumlah Penderita Kusta dan RFT Penderita Kustadi Kabupaten Bone Bolango Sejak Tahun 2004 s.d. 2007

Penderita RFT

Sumber : Laporan SIK Puskesmas

c. Pemberantasan Penyakit Diare (P2 Diare)

Perkembangan Jumlah Penderita Diaredi kabupaten Bone Bolango sejak tahun 2004 s.d. 2007

5761

5086

2164

1909

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

2003 2004 2005 2006 2007 2008

Jumlah Penderita

Sumber : Laporan SIK Puskesmas

Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa perkembangan penderita

penyakit Diare di kabupaten Bone Bolango mengalami siklus turun

naik dari tahun 2004 s.d. tahun 2007. pada tahun 2007 jumlah kasus

diare di Kabupaten Bone Bolango berdasarkan laporan puskesmas

sebanyak 1.909, turun dratis bila dibandingkan pada tahun 2007. Hal

ini dimungkinkan disebabkan adanya peningkatan kualitas kebiasaan

hidup bersih dan sehat masyarakat pada umumnya dan khususnya

26

Page 27: Profi_Kesehatan _2007

Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007

hygiene perorangan, dan penggunaan sarana SAMIJAGA yang

memenuhi syarat kesehatan di masyarakat Kabupaten Bone Bolango

atau karena pendataan terhadap penderita Diare di wilayah kerja

puskesmas yang belum lengkap.

C. Kejadian Luar Biasa ( KLB )

Kejadian Luar Biasa (KLB) di Kabupaten Bone Bolango selama tahun

2007 terjadi di 10 desa keadaan ini menunjukkan bahwa desa/kelurahan

yang terkena KLB menurun jumlahnya bila dibanding dengan tahun

sebelumnya sebanyak 20 desa/kelurahan terjadi KLB, dari sejumlah desa

yang terkena KLB selama tahun 2007 dan telah dilakukan kegiatan

penanganan/penanggulangan dengan cepat dalam waktu kurang dari 24

jam sejumlah 10 desa (100 %).

D. Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I)

Difteri, Pertusis, Tetanus, campak, polio dan hepatitis B merupakan

penyakit menular yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I). Penyakit-

panyakit ini timbul karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang

pentingnya imunisasi. Di kabupaten Bone Bolango pada tahun 2007 data

yang diterima dari laporan SIK puskesmas tentang penyakit menular yang

dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) hanya data penyakit campak, hal

ini dimungkinkan karena kurangnya tenaga yang bisa turun lapangan

melakukan pendataan.

Campak merupakan penyakit menular yang sering menyebabkan kejadian

luar biasa (KLB). Sepanjang tahun 2006 di Bone Bolango, jumlah kasus

campak sebanyak 47 kasus, kasus yang paling banyak terjadi di wilayah

kerja Puskesmas Kabila Bone dengan jumlah kasus sebanyak 38 kasus.

Jumlah ini meningkat bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang

hanya 12 kasus.

4.2.4. Status Gizi

Status gizi seseorang sangat erat kaitannya dengan permasalahan kesehatan secara

umum, karena disamping merupakan faktor predisposisi yang dapat memperparah

27

Page 28: Profi_Kesehatan _2007

Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007

penyakit infeksi secara langsung juga dapat menyebabkan terjadinya gangguan

kesehatan individual. Bahkan status gizi janin yang masih berada dalam

kandungan dan bayi yang sedang menyusui sangat dipengaruhi oleh status gizi ibu

hamil atau ibu menyusui.

Berikut ini akan disajikan gambaran mengenai indikator-indikator status gizi

masyarakat antara lain bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), status

gizi balita, ASI Ekslusif, Kecamatan Bebas Rawan Gizi dan Garam Beryodium

sebagaimana diuraikan berikut ini:

A. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram) merupakan salah satu

faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal.

BBLR dibedakan dalam 2 kategori yaitu BBLR karena prematur (usia

kandungan kurang dari 37 minggu) atau BBLR karena Intra Uterine

Growth Retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi

berat badannya kurang. Di negara berkembang, banyak BBLR dengan

IUGR karena ibu berstatus gizi buruk, anemia, malaria dan menderita

penyakit menular seksual (PMS) sebelum konsepsi atau pada saat hamil.

Perkembangan Kasus BBLR di Kabupaten Bone Bolangosejak Tahun 2004 s.d. Tahun 2007

14

11

4 4

0

2

4

6

8

10

12

14

16

2003 2004 2005 2006 2007 2008

Kasus BBLR

Sumber : Laporan SIK Puskesmas

Di Kabupaten Bone Bolango, tercatat bahwa jumlah bayi dengan berat

badan lahir rendah sebanyak 4 orang (0,26% dari total bayi lahir) dan

semuanya 100% tertangani sesuai standar. Jumlah ini sama dengan

jumlah kasus pada tahun sebelumnya. Meskipun angka capaian ini dapat

dikatakan cukup memuaskan, namun tindakan preventif harus tetap

28

Page 29: Profi_Kesehatan _2007

Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007

dilakukan oleh tenaga kesehatan yang didukung oleh peran serta aktif dari

masyarakat itu sendiri.

Dari grafik di atas dapat dilihat trend dari tahun 2004, dimana terjadi

penurunan jumlah bayi dengan BBLR di Kabupaten Bone Bolango.

B. Status Gizi Balita

Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan

tingkat kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara penilaian status gizi

pada Balita adalah dengan anthropometri yang diukur melalui indeks Berat

Badan menurut umur (BB/U) atau berat badan terhadap tinggi badan

(BB/TB). Kategori yang digunakan adalah : gizi lebih (zscore>+2 SD);

gizi baik (z-score-2 SD sampai +2 SD); gizi kurang (z-score<-2 SD

sampai -3 SD) dan gizi buruk (z-score<-3 SD).

Di Kabupaten Bone Bolango, untuk menanggulangi masalah gizi atau

untuk memperoleh gambaran perubahan tingkat konsumsi gizi di tingkat

rumah tangga dan status gizi masyarakat dilaksanakan beberapa kegiatan

seperti Pemantauan Konsumsi Gizi (PKG) dan Pemantauan Status Gizi

(PSG) di seluruh kecamatan. Hasil Pemantauan Status Gizi yang

dilaksanakan pada tahun 2007 dari 12.388 anak yang terdata

didapatkan 80,81 % anak yang BB naik, 4 % anak BGM dan 1,84 % anak

Gizi Buruk.

Perkembangan Kasus Gizi Burukdi Kabupaten Bone Bolango sejak Tahun 2006 s.d. Tahun 2007

110

165

103

157

90

100

110

120

130

140

150

160

170

180

2003 2004 2005 2006 2007 2008

Gizi Buruk

Sumber : Laporan SIK Puskesmas

29

Page 30: Profi_Kesehatan _2007

Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007

Jika kita melihat perkembangan status gizi balita dari tahun 2004,

khususnya untuk kasus gizi buruk mengalami siklus turun naik.Pada tahun

2007 mengalami peningkatan kembali mencapai 157 kasus. Tren ini harus

mendapat perhatian lebih agar kasus gizi buruk di kabupaten Bone

Bolango dapat diturunkan secara konsisten.

C. ASI Ekslusif

ASI ( Air Susu Ibu ) merupakan makanan terbaik bagi bayi karena

mengandung zat gizi paling sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan

bayi, karena itu untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan bayi

yang optimal ASI perlu diberikan secara eksklusif sampai umur 6 ( enam )

bulan dan dapat dilanjutkan sampai anak berumur 2 ( dua ) tahun. Namun

demikian selama ini alat pemantauan atau monitor pemberian ASI

Eksklusif dirasa belum ada sehingga cakupan pemberiannya masih sangat

rendah, untuk tahun 2006 cakupan ASI Eksklusif baru mencapai 39,03 %,

masih sangat rendah bila dibandingkan dengan target yang diharapkan

yaitu 80% bayi yang ada mendapat ASI Eksklusif. Tindakan nyata yang

sudah dilakukan oleh tenaga kesehatan berupa penyampaian informasi

kepada semua ibu yang baru melahirkan untuk memberikan ASI Eksklusif

termasuk didalamnya memberikan informasi tentang sepuluh Langkah

Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM). 

Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui tersebut adalah :

1. Sarana Pelayanan Kesehatan mempunyai kebijakan Peningkatan

Pemberian Air Susu Ibu (PP-ASI) tertulis yang secara rutin

dikomunikasikan kepada semua petugas.

2.   Melakukan pelatihan bagi petugas dalam hal pengetahuan dan

ketrampilan untuk menerapkan kebijakan tersebut

3.   Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan

penatalaksanaannya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir

sampai umur 2 tahun termasuk cara mengatasi kesulitan menyusui.

4.   Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 30 menit setelah

melahirkan, yang dilakukan di ruang bersalin. Apabila ibu mendapat

operasi Caesar, bayi disusui setelah 30 menit ibu sadar.

30

Page 31: Profi_Kesehatan _2007

Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007

5.   Membantu ibu bagaimana cara menyusui yang benar dan cara

mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi

medis

6.   Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada

bayi baru lahir.

7.   Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi

24 jam sehari.

8.   Membantu ibu menyusui semau bayi semau ibu, tanpa pembatasan

terhadap lama dan frekuensi menyusui

9.   Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI.

10. Mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI)

dan rujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari Rumah

sakit/Rumah bersalin/sarana pelayanan Kesehatan.

D. Garam Beryodium

Untuk melihat kualitas yodium dalam garam, maka dilakukan pemantauan

dengan menggunakan Yodina test, hal ini sangat mudah dilakukan tanpa

harus memiliki ketrampilan khusus, untuk Kabupaten Bone Bolango

kegiatan pemantauan kandungan yodium dalam garam dilakukan secara

rutin oleh petugas kesehatan yang ada di Puskesmas. Untuk cerminan

desa/kelurahan dengan garam beryodium pada tahun 2006 menunjukkan

dari 109 desa/kelurahan sebanyak 21 desa/kelurahan termasuk pada

kategori desa/kelurahan dengan garam beryodium yang baik Hal ini

menunjukan bahwa semua garam konsumsi yang beredar belum

memenuhi syarat kandungan yodium.

4.3. KEADAAN LINGKUNGAN

Upaya penyehatan lingkungan dilaksanakan dengan lebih diarahkan pada

peningkatan kualitas lingkungan, yaitu melalui kegiatan yang bersifat promotif,

preventif dan protektif. Adapun pelaksanaannya bersama – sama dengan

masyarakat, diharapkan secara epidemiologi akan mampu memberikan kontribusi

yang bermakna terhadap kesehatan masyarakat.

Namun demikian pada umumnya yang menjadikan permasalahan utama adalah

masih rendahnya jangkauan program. Hal ini lebih banyak diakibatkan oleh

31

Page 32: Profi_Kesehatan _2007

Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007

berbagai faktor antara lain dana dan adanya otonomi, dan lain-lain. Sedangkan

permasalahan utama yang dihadapi masyarakat adalah akses terhadap kualitas

lingkungan yang masih sangat rendah. Lingkungan sehat merupakan salah satu pilar

utama dalam pencapaian Indonesia Sehat 2010.

Beberapa indikator penting kesehatan lingkungan dapat dikemukakan, sebagai

berikut:

4.3.1 Rumah / Bangunan

Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi

sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Rumah

haruslah sehat dan nyaman agar penghuninya dapat berkarya untuk

meningkatkan produktivitas.Kondisi rumah dan lingkungan yang tidak

memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor risiko sumber penularan

berbagai jenis penyakit khususnya penyakit yang berbasis lingkungan.

Tahun 2007 jumlah rumah yang diperiksa 9.769 buah yang memenuhi syarat

kesehatan hanya 6.086 buah ( 62,3 %). Persentsi ini meningkat bila

dibandingkan dengan tahun 2006 yang hanya 51,2 % namun melihat target

rata – rata cakupan rumah sehat Indonesia Sehat 2010 adalah 75 %, maka

cakupan tersebut masih dapat dikatakan rendah.

Tren Persentasi Rumah Sehat di Kabupaten Bone Bolangosejak Tahun 2004 s.d. Tahun 2007

62,3

51,2

55,154,2

40

45

50

55

60

65

70

2003 2004 2005 2006 2007 2008

Persentasi Rumah Sehat

Sumber : Laporan SIK Puskesmas

32

Page 33: Profi_Kesehatan _2007

Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007

Secara umum rumah dikatakan sehat apabila memenuhi beberapa kriteria,

diantaranya adalah bebas jentik nyamuk. Bebas jentik nyamuk disini terutama

bebas jentik nyamuk Aedes aegypti yang merupakan vektor penyakit demam

berdarah dengue.

Pada tahun 2007 jumlah rumah/bangunan yang dijadikan sample untuk

diperiksa jentik nyamuknya hanya 9.508 buah,. Rumah/bangunan yang bebas

jentik nyamuk Aedes aegypti sebesar 85,35 %. Angka ini bila dibandingkan

dengan tahun 2006 lebih rendah (pada tahun 2006 rumah/bangunan bebas

jentik nyamuk mencapai 90,09%) serta masih dibawah target yang

ditetapkan, yaitu rumah/bangunan bebas jentik nyamuk > 95%.

Untuk mencegah dan mengendalikan populasi nyamuk penularnya (Aedes

aegypti) perlu digalakkan upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk ( PSN )

melalui kegiatan 3 M ( Menguras – Menutup – Mengubur ) secara terus

menerus yang melibatkan peran serta masyarakat. Keberadaan nyamuk

penular ini sangat erat hubungannya dengan pengetahuan, sikap dan perilaku

masyarakat. Guna membina peran serta masyarakat secara efektif. Kegiatan

pembinaannya perlu dikoordinasikan oleh Kelompok Kerja Operasional

Pemberantasan Penyakit demam berdarah ( POKJANAL DBD ) yang

merupakan forum kerja lintas sektoral dengan makna yang terkandung dalam

Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang menekankan pentingnya prinsip

pemerataan, yang didalam pelaksanaannya menuntut upaya promotif,

preventif, kuratif serta rehabilitatif, peran serta masyarakat, kerja sama lintas

sektoral sebagai strategi untuk mencapai kesehatan bagi semua.

4.3.2 Pengawasan Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan

Tempat-tempat umum adalah kegiatan bagi umum yang dilakukan oleh

badan-badan pemerintah, swasta atau perorangan yang langsung digunakan

oleh masyarakat yang mempunyai tempat dan kegiatan tetap serta memiliki

fasilitas.

Tempat-tempat umum di Kabupaten Bone Bolango Tahun 2007, jumlah yang

ada 293 buah, jumlah yang diperiksa 290 buah, Jumlah sehat 146 buah

33

Page 34: Profi_Kesehatan _2007

Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007

(50,34%), Angka ini meningkat bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya

yang hanya 34%. Namun pencapaian ini belum memenuhi target indonesia

sehat 2010 yang menetapkan target untuk tempat-tempat umum yang

memenuhi syarat adalah 80 %. Walaupun pada tahun 2007 mengalami

peningkatan namun angka capaian yang diperoleh menunjukkan bahwa masih

rendahnya jumlah tempat-tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan.

Sedangkan seperti yang kita ketahui bersama bahwa pengawasan

sanitasi tempat umum

bertujuan untuk mewujudkan kondisi tempat umum yang memenuhi syarat

kesehatan agar masyarakat pengunjung terhindar dari kemungkinan bahaya

penularan penyakit serta tidak menyebabkan gangguan terhadap kesehatan

masyarakat di sekitarnya.

Pengelolaan makanan adalah suatu bangunan yang menetap dengan segala

karyawan dan peralatan yang dipergunakan untuk membuat dan menjual

makanan bagi konsumen, yang meliputi restoran, rumah makan, kantin,

warung kopi, maupun pabrik makanan minuman sederhana.

Risiko dari pengelolaan makanan mempunyai peluang yang sangat besar

dalam penularan penyakit karena jumlah konsumen relatif banyak dalam

waktu bersamaan. Oleh karena itu perlu teknologi dan metode yang lebih tepat

untuk pembinaan dan pengawasannya.

Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum, meliputi : sarana wisata, sarana

ibadah, sarana transportasi, sarana ekonomi dan sosial. Sarana wisata,

meliputi : hotel, salon/pangkas rambut, usaha rekreasi, hiburan umum dan

gedung pertemuan/gedung pertunjukan. Sarana ibadah, meliputi :

masjid/mushola, gereja. Sarana transportasi, meliputi : terminal, stasiun.

Sarana Ekonomi dan Sosial, meliputi : pasar, pusat pembelanjaan, apotik,

sarana/panti sosial, sarana pendidikan dan sarana kesehatan.

Jumlah hotel : 0 buah (0%),

Jumlah restoran/rumah makan : 142 buah, jumlah diperiksa : 139 buah,

jumlah sehat : 16 buah (11,51 %)

Jumlah pasar : 14 buah, jumlah diperiksa : 14 buah, jumlah sehat : 11

buah (78,57 %).

34

Page 35: Profi_Kesehatan _2007

Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007

Jumlah TUPM lainnya : 137 buah, jumlah diperiksa : 137 buah, jumlah

sehat : 119 buah (86,86 % ).

4.3.3 Sarana Kesehatan Lingkungan ( persediaan air bersih, jamban,

tempat sampah, pengelolaan air limbah ).

Pembuangan kotoran baik sampah, air limbah dan tinja yang tidak memenuhi

syarat kesehatan dapat menyebabkan rendahnya kualitas air, serta dapat

menimbulkan penyakit menular di masyarakat. Jamban, tempat sampah,

pengelolaan limbah dan persediaan air bersih merupakan sarana lingkungan

pemukiman (PLP). Kondisi sarana penyehatan lingkungan pemukiman di

Kabupaten Bine Bolango Tahun 2007 dari 11.979 KK yang diperiksa, sebagai

berikut :

Jumlah KK yang telah memiliki sarana air bersih : 9.551 ( 79,73 % ).

Jumlah KK yang telah memiliki jamban untuk tempat Buang Air Besar

(BAB) : 8.412 ( 83,31 % ).

Jumlah KK yang telah memiliki tempat sampah : 4.983 ( 85,55 % ).

Jumlah KK yang telah memiliki pengolahan air limbah : 8.523

( 86,75 % ). 

Sanitasi merupakan faktor penting dalam menciptakan lingkungan yang sehat.

Banyaknya penyakit ditularkan karena tidak dilakukan cara-cara penanganan

sanitasi yang benar. Upaya peningkatan kualitas air bersih akan berdampak

positif apabila diikuti upaya perbaikan sanitasi. Upaya sanitasi meliputi

pembangunan, perbaikan dan penggunaan sarana sanitasi, yaitu: pembuangan

kotoran manusia (jamban), pembuangan air limbah (SPAL) dan pembuangan

sampah di lingkungan rumah kita.

Sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk di wilayah Bone Bolango

maka kebutuhan air bersih semakin bertambah. Pembangunan air bersih di

masing-masing wilayah kerja Puskesmas meliputi daerah Pemukiman.

Adapun sumber air di Kabupaten Bone Bolango pada umumnya berasal dari

mata air, sumur dalam, sumur gali dan air permukaan. Sistem yang digunakan

untuk mensuplai air bersih melalui perpipaan dan non perpipaan. Untuk

pengelolaannya pada daerah pemukiman di perkotaan pada umumnya dikelola

PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) Kabupaten.

35

Page 36: Profi_Kesehatan _2007

Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007

Permasalahan terbanyak yang dihadapi Kabupaten Bone Bolango yang

berkaitan dengan air adalah terbatasnya dana untuk pembuatan sarana air

bersih sehingga cakupan pelayanan air bersih di Kabupaten Bone Bolango

sebesar 79,73 %, walaupun angka ini meningkat bila dibandingkan dengan

tahun sebelumnya manum masih tetap perlu ditingkatkan.

4.4.   PERILAKU MASYARAKAT

4.4.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS )

Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat,

menurut HL Blum adalah faktor perilaku. Dengan mewujudkan perilaku yang

sehat, diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan suatu penyakit dan

angka kematian ibu dan anak akibat terlambat /kurangnya kesadaran dalam

mengunjungi sarana pelayanan kesehatan.

Dalam kegiatan PHBS terdapat beberapa tatanan, tiga tatanan yang menjadi

utama sasaran PHBS adalah tatanan rumah tangga, tatanan institusi dan

tatanan TTU (Tempat-tempat Umum). Untuk data profil ini, ditampilkan

hanya PHBS tatanan rumah tangga karena mempunyai daya ungkit yang

paling besar terhadap perubahan perilaku masyarakat secara umum.

Berdasarkan laporan dari Puskesmas untuk persentase rumah tangga

berperilaku hidup bersih dan sehat, dari 11 Puskesmas yang ada ternyata ada

6 puskesmas yang tidak melaporkan, hal ini dimungkinkan karena masih

berstatus Puskesmas baru serta tidak adanya tenaga yang melakukan

pendataan.. Adapun pada tahun 2007 angka capaian untuk data tersebut

adalah 12,64 %. Data ini jika dibandingkan dengan data profil tahun

sebelumnya mengalami penurunan yang cukup drastis dari angka capaian

22,08%.

Dari 5 puskesmas yang memberikan data yang paling tinggi persentase

Rumah Tangga ber-PHBS yaitu Puskesmas Tapa ( 100% ) sedangkan yang

paling rendah capaiannya yakni Puskesmas Dumbayabulan ( 13,89 % ).

Rendahnya cakupan Rumah tangga yang ber-PHBS antara lain disebabkan

oleh capaian kepemilikan dan penggunaan jamban keluarga di setiap rumah

36

Page 37: Profi_Kesehatan _2007

Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007

tangga masih rendah, capaian pemberian ASI Eksklusif dan capaian

persalinan oleh tenaga kesehatan masih sangat rendah, kurangnya penyuluhan

atau sosialisasi kepada masyarakat akan pentingnya ber-PHBS serta masih

kurangnya kerjasama lintas program maupun lintas sektor yang terkait.

Untuk itu perlu adanya upaya pemecahan masalah antara lain dengan

meningkatkan frekuensi penyuluhan tentang PHBS bagi masyarakat serta

meningkatkan kerjasama lintas program dan sektor.

4.4.2 Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat ( JPKM )

JPKM merupakan suatu upaya pemeliharaan kesehatan secara paripurna,

terstruktur yang dijamin kesinambungan dan mutunya, dimana

pembiayaannya dilaksanakan secara Pra – upaya.

Berdasarkan laporan Puskemas, jumlah penduduk yang tercover oleh

berbagai JPKM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat) sebesar

23.860 Jiwa (56,43 %) dari total jumlah penduduk, dengan perincian sebagai

berikut:

Peserta Askes = 5.686 Jiwa ( 4,34 % )

Peserta Jamsostek = 10 Jiwa ( 0,01 % )

Peserta Kartu Miskin = 48.153 Jiwa ( 36,72 % )

Asuransi Komersial lainnya = 1.154 Jiwa ( 0,88 % )

Terlihat bahwa prosentase terbesar merupakan kontribusi dari kartu miskin

(36,72 %), dimana pembiayaan kesehatan keluarga miskin ditanggung oleh

pemerintah dan sisanya merupakan peserta non Gakin yang pembiayaan

kesehatannya ditanggung secara mandiri oleh peserta sendiri.

Pencapaian tersebut jika dibandingkan dengan target SPM Cakupan

penduduk yang menjadi peserta JPK Pra- bayar, dimana pada tahun 2010

minimal 80 % penduduk tercover oleh berbagai JPK, target SPM pada tahun

2007 sebesar 53,4 %, maka pencapaian pada tahun 2007 ini belum mencapai

target.

37

Page 38: Profi_Kesehatan _2007

Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007

Jika dilihat per wilayah kerja Puskesmas, cakupan penduduk yang menjadi

peserta JPK Kartu Miskin tertinggi adalah Puskesmas Suwawa ( 16,45 % )

dan cakupan yang terendah di Puskesmas Tombulilato ( 0,88 % ). Begitu

pun cakupan penduduk miskin yang mendapat pelayanan kesehatan masih

sangat rendah ( 43,33 % ) dari jumlah penduduk miskin yang memperoleh

kartu miskin.

Beberapa kendala yang dihadapi dalam pengembangan JPKM antara lain :

Kebijakan yang selalu berubah-ubah, sehingga daerah sulit

menyikapinya

Masyarakat belum merasa membutuhkan ikut asuransi kesehatan

Kebijakan beberapa Kab/Kota yang membebaskan biaya pelayanan di

Puskesmas, meskipun saat ini sudah mulai dikaji ulang

Belum optimalnya fungsi masing-masing pelaku JPKM ( Bapim, Bapel,

PPK dan peserta )

Belum mantapnya komitmen para pengambil kebijakan dalam

pengembangan JPKM

Sosialisasi dan advokasi belum optimal

Dukungan lintas program/lintas sektoral belum optimal

4.4.3 Posyandu

Pada hakekatnya posyandu merupakan kegiatan yang tumbuh dari, oleh dan

untuk masyarakat, sehingga pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana

posyandu menjadi tanggung jawab kita bersama terutama masyarakat

disekitarnya.

Dalam perkembangannya ternyata posyandu mendapat tanggapan positif dari

masyarakat. Namun demikian tanggapan positif masyarakat ternyata belum

dibarengi dengan meningkatnya mutu pelayanan, karena masih banyak faktor

yang menyebabkan mutu palayanan posyandu masih rendah antara lain ,

sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki masih sangat rendah, banyak

kader posyandu yang droup out, sarana dan prasarana belum memadai,

termasuk krisis ekonomi yang berkepanjangan yang tak kunjung usai.

38

Page 39: Profi_Kesehatan _2007

Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007

Untuk mengetahui kualitas suatu posyandu dapat menggunakan telah

kemandirian posyandu yaitu suatu cara pengelompokan posyandu menjadi 4

tingkat perkembangan (Stratifikasi posyandu). Jumlah Posyandu yang ada di

Kab. Bone Bolango tahun 2007 berdasarkan keempat strata tersebut adalah

sebagai berikut:

1.      Posyandu Pratama : 223 buah ( 61,94 % )

2.      Posyandu Madya : 94 Buah ( 26,11 % )

3.      Posyandu Purnama : 42 Buah ( 11,67 % )

4.      Posyandu Mandiri : 1 Buah ( 0,28 % )

Pencapaian Posyandu Purnama jika dibandingkan dengan target cakupan

SPM tahun 2007 sebesar 25,2 % , angka capaian ini masih belum mencapai

target. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemanfaatan Posyandu, masih

kurangnya kader di Posyandu, cakupan D/S masih dibawah 50 %, belum

adanya kegiatan atau program tambahan seperti program Usila dan pemberian

PMT-ASI serta cakupan Dana Sehat masih dibawah 50 %. Dengan melihat

permasalahan tersebut, salah satu upaya pemecahan masalah yang dilakukan

antara lain mengajak masyarakat untuk lebih meningkatkan pemanfaatan

Posyandu serta meningkatkan kerjasama lintas sektor.

39

Page 40: Profi_Kesehatan _2007

Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007

Perkembangan Jumlah Posyandudi Kabupaten Bone Bolango Tahun 2004 s.d. Tahun 2007

168

360

137149

0

50

100

150

200

250

300

350

400

2004 2005 2006 2007

Jumlah Posyandu

Sumber : Data SIK Puskesmas

Grafik di atas memperlihatkan bahwa jumlah Posyandu yang ada di

Kabupaten Bone Bolango mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dan

pada tahun 2007 meningkat pesat. Hal ini disebabkan adanya banyaknya

pemekaran serta semakin digiatkannya program desa siaga.

4.5. UPAYA KESEHATAN

4.5.1 Pemanfaatan Sarana Pelayanan Kesehatan Dasar

Jumlah Puskesmas di Kabupaten Bone Bolango tahun 2007 yaitu Puskesmas

sebanyak 11 buah dan 3 diantaranya merupakan Puskesmas Rawat Inap, yaitu

Puskesmas Suwawa, Tapa dan Bonepantai, dengan jumlah Pustu 36 buah,

Pusling 9 buah, dan Posyandu 181 buah. Sarana Pelayanan Kesehatan Dasar

yang ada di desa yaitu Polindes sebanyak 28 buah.

4.5.2 Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

40

Page 41: Profi_Kesehatan _2007

Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007

Dalam rangka pelayanan kesehatan ibu dan anak dilakukan (1) pelayanan

ANC/pemeriksaan ibu hamil, (2) imunisasi, (3) pertolongan persalinan, (4)

penanggulangan penyakit-penyakit penyebab kematian, (5) deteksi dini dan

stimulasi tumbuh kembang anak, dan (6) usaha kesehatan sekolah.

a). Pelayanan ANC / Pemeriksaan Ibu Hamil

Cakupan pelayanan Antenatal Care ( ANC ) dapat dipantau melalui

pelayanan kunjungan baru ibu hamil (K1) untuk melihat akses dan

pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar paling sedikit empat kali

(K4) dengan distribusi sekali pada triwulan pertama, sekali pada triwulan

dua, dan dua kali pada triwulan ketiga.

Pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan pada ibu hamil yang

berkunjungan ke tempat pelayanan kesehatan atau antenatal care (ANC)

adalah sebagai berikut Penimbangan Berat Badan, Pemeriksaan

kehamilannya, Pemberian Tablet Besi, Pemberian Imunisasi TT,

pemeriksaan tensi dan Konsultasi.

Cakupan pelayanan kunjungan baru ibu hamil ( K1 ) di Kabupaten Bone

Bolango berdasarkan data dari Puskesmas, sebesar 53,96 %. Angka

capaian ini belum merupakan K1 murni melainkan jumlah kunjungan

pertama ibu hamil ( kontak pertama ). Untuk meningkatkan cakupan K1,

perlu adanya sosialisasi terutama bagi ibu hamil untuk memeriksakan diri

ke Puskesmas.

Cakupan K4 Kabupaten Bone Bolango pada tahun 2006 adalah 49,84 %.

Bila dibandingkan dengan target SPM tahun 2007 cakupan K4 Kabupaten

Bone Bolango sebesar 82,8 %, maka hanya ada 1 Puskesmas dari 11

Puskesmas yang berada di atas target tersebut yaitu puskesmas Bone

sebesar 89,29 %.

Permasalahan yang mengakibatkan tidak tercapainya K4 di beberapa

Puskesmas antara lain tidak tercapainya K1 murni maka mempengaruhi

kunjungan K4 dimana dikatakan kunjungan K4 bila ibu hamil telah

memeriksakan kehamilannya mulai dari Trimester I ( 1 kali ), Trimester II

41

Page 42: Profi_Kesehatan _2007

Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007

( 1 kali ) dan Trimester III ( 2 kali ). Tidak berjalannya Sweeping Ibu

Hamil, kurangnya dana yang mendukung terlaksananya kunjungan ke

rumah, serta adanya bidan yang rangkap tugas juga merupakan faktor yang

mempengaruhi rendahnya cakupan K4. Perlunya mengefektifkan

sweeping ibu hamil merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan

cakupan kunjungan K4.

Deteksi risiko tinggi ibu hamil Kabupaten Bone Bolango pada tahun 2007

adalah 21 %, dengan jumlah yang dirujuk dan ditangani sebesar 4,12 %.

Cakupan ini masih sangat rendah bila dibandingkan dengan target SPM

tahun 2007 sebesar 82,4 %.

Perkiraan jumlah ibu hamil yang risiko tinggi di suatu wilayah adalah

sebesar 20%, semakin besar cakupan berarti semua ibu hamil yang

berisiko dapat diketahui sehingga dapat diambil langkah-langkah

antisipasi kemungkinan terjadinya kematian. Tetapi apabila cakupan

kurang dari 20% berarti ada ibu hamil yang berisiko tinggi dalam

kehamilannya tidak terdeteksi dan kemungkinan menjadi penyebab

kematian ibu maternal. 

Dalam pelayanan ibu hamil (antenatal) baik pada K1 maupun K4 ibu

hamil akan dibekali dengan Tablet Besi (Fe), hal ini merupakan upaya

penanggulangan anemi pada ibu hamil. Anemi adalah salah satu penyebab

utama kematian ibu maternal yang disebabkan oleh perdarahan pada

waktu persalinan. Oleh karena itu pemberian tablet besi merupakan suatu

keharusan pada setiap ibu hamil.

Pemberian Tablet Besi pada ibu hamil di Kabupaten Bone Bolango pada

tahun 2007 sebesar 62,30 % untuk Fe1 dan 47,67 % untuk Fe3. Bila

membandingkan antara cakupan Fe3 sebesar 62,30 % dengan K4 sebesar

47,67 % terdapat selisih sebesar 14,63 %. Seharusnya cakupan Fe3 sama

dengan cakupan K4, adanya selisih antara kedua cakupan tersebut perlu

diteliti sebab-sebab yang mungkin terjadi, misalnya kelalaian petugas

kesehatan, kesalahan pelaporan atau masalah teknis lainnya. 

Dalam pelayanan ANC ibu hamil akan diberikan imunisasi TT sebagai

upaya perlindungan ibu dan bayinya dari kemungkinan terjadinya Tetanus

42

Page 43: Profi_Kesehatan _2007

Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007

pada waktu persalinan. Oleh karena itu pemberian imunisasi TT

merupakan suatu keharusan pada setiap ibu hamil.

Pemberian Imunisasi TT pada ibu hamil Kabupaten Bone Bolango pada

tahun 2007 sebesar 29,86 % untuk TT1 dan 19,78 % untuk TT2.

Seharusnya cakupan TT1 sama dengan cakupan TT2, adanya selisih antara

kedua cakupan tersebut mungkin terjadi akibat kelalaian petugas

kesehatan, kesalahan pelaporan atau masalah teknis lainnya.

Tabel Perkembangan Persentasi Bumil yang Mendapatkan Fe1, Fe3, Imunisasi TT1 dan TT2 di Kabupaten Bone Bolango

Tahun 2004 s.d. Tahun 2007

62,3

47,67

29,8631,25

19,78

86,70

84,0683,15

65,58

54,76

65,11

86,70

80,01

83,15

69,7074,97

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

90,00

100,00

2004 2005 2006 2007

Fe1 Fe3 TT1 TT2

Dari grafik di atas terlihat bahwa pemberian tablet Fe1, Fe3 serta

imunisasi TT1 dan TT2 mengalami penurunan pada tahun 2007. Hal ini

disebabkan karena tidak lengkapnya hasil data SIK yang terkumpul dari

masing-masing puskesmas

b) Pertolongan Persalinan

Tenaga yang dapat memberikan pertolongan persalinan dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu tenaga profesional (dokter spesialis kebidanan, dokter

umum, dan bidan) dan dukun bayi (dukun bayi terlatih dan tidak terlatih).

Cakupan Kunjungan Neonatal (KN) Kabupaten Bone Bolango pada tahun

2007 adalah 88,19 %, jika dibanding dengan target SPM 2007 sebesar

79,9 % maka cakupan ini telah mencapai target. Namun ada 3 Puskesmas

43

Page 44: Profi_Kesehatan _2007

Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007

yang tidak memasukan data KN yaitu Puskesmas Bulango, Kabila Bone

dan Tombulilato.

Cakupan Kunjungan Bayi di Kabupaten Bone Bolango pada tahun 2007

adalah 86,7%, jika dibandingkan dengan target SPM tahun 2007 sebesar

74,3 % maka angka cakupan ini sudah mencapai target, tapi jika

dibandingkan dengan target Nasional 2010 sebesar 90%, angka ini masih

rendah. Adapun Puskesmas yang belum mencapai target SPM adalah

Puskesmas Toto Utara.

Bayi yang lahir dengan berat badan rendah (< 2500 gr) perlu penanganan

yang serius, karena pada kondisi tersebut, bayi akan menghadapi risiko

biasanya akan menyebabkan kematian. Terjadinya BBLR biasanya

disebabkan karena lahir premature atau kurang supply gizi waktu dalam

kandungan.

Bayi BBLR di Kabupaten Bone Bolango tahun 2007 sebesar 0,27 % dari

total kelahiran. Angka tersebut termasuk kecil, karena di bawah angka

perkiraan nasional BBLR sebesar 9 %. Cakupan penanganan terhadap bayi

BBLR sebesar 100%.

Tidak semua Puskesmas terdapat kasus BBLR, hanya beberapa Puskesmas

yakni Puskesmas Bulango dan Kabila Bone, masing-masing 2 kasus.

Dalam mengatasi permasalahan yang dapat mengakibatkan tingginya

Angka Kematian Ibu di Kabupaten Bone Bolango, maka dikembangkanlah

salah satu Puskesmas menjadi Puskesmas Mampu PONED ( Pelayanan

Obstetrik Neonatal Emergency Dasar ) yaitu Puskesmas Suwawa. Dimana

Puskesmas tersebut telah dilengkapi sarana dan prasarana yang

mendukung pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak ( KIA ).

c) Program Imunisasi

Untuk menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan bayi serta

anak balita perlu dilaksanakan program imunisasi untuk penyakit-penyakit

yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) seperti penyakit TBC,

Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B, Polio dan campak. Idealnya bayi

harus mendapat imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari BCG 1 kali,

44

Page 45: Profi_Kesehatan _2007

Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007

DPT 3 kali, Polio 4 kali, HB 3 kali dan campak 1 kali. Untuk menilai

kelengkapan imunisasi dasar bagi bayi, biasanya dilihat dari cakupan

imunisasi campak, karena imunisasi campak merupakan imunisasi terakhir

yang diberikan pada bayi. Sedangkan untuk menilai angka drop out

cakupan imunisasi dasar dilihat dari selisih cakupan imunisasi DPT1

dikurangi cakupan imunisasi campak.

Cakupan imunisasi DPT1 untuk tahun 2007 di Kabupaten Bone Bolango

sebesar 67,25% dengan cakupan tertinggi di Puskesmas Bonepantai

sebesar 116,50 % dan terendah di Puskesmas Tombulilato sebesar 16,74

%. Sedang cakupan imunisasi campak pada tahun yang sama sebesar

48,38 %. Dengan cakupan tertinggi di Puskesmas Kabila Bone sebesar

104,13 % dan terendah di Puskesmas Tombulilato sebesar 8,37 %.

Tren DO Imunisasi Bayi di Kabupaten Bone Bolango Tahun 2004 s.d. Tahun 2007

11

0

8

5

0

2

4

6

8

10

12

2003 2004 2005 2006 2007 2008

DO

Dari grafik di atas terlihat bahwa angka Drop Out (DO) imunisasi lengkap

pada bayi di Kabupaten Bone Bolango dari tahun 2004 sampai dengan

tahun 2005 sudah memenuhi target nasional untuk DO adalah < 10%,

namun pada tahun 2006 angka DO naik melebihi target nasional yakni

sebesar 11% dan pada tahun 2007 menurun dratis sampai menjadi 0%. Ini

menunjukan bahwa bayi yang diimunisasi tidak ada yang terhenti

pemberian imunisasinya.

Drop out yang masih tinggi disebabkan oleh berbagai faktor yaitu :

45

Page 46: Profi_Kesehatan _2007

Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007

1.    Adanya perbedaan jumlah sasaran pada perencanaan dibandingkan

dengan sasaran riil yang mencolok.

2.   Pelaksanaan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) dan

pemanfaatannya yang kurang optimal.

3.   Kurangnya pemberdayaan posyandu dimana tidak semua posyandu

melayani imunisasi, sehingga ibu bayi kesulitan dalam

mendapatkan pelayanan imunisasi bagi bayinya.

4.   Belum optimalnya pelaksanaan sweeping imunisasi pada daerah

yang cakupan imunisasinya rendah.

Bila ditinjau dari pencapaian UCI desa tahun 2007 sebesar 42,19 %,

dengan target capaian SPM sebesar 74,4%, maka angka capaian ini masih

cukup rendah. Jika dilihat melalui hasil capaian per Puskesmas hanya 3

Puskesmas yang mencapai target tersebut yakni Puskesmas Kabila,

Dumbayabulan, dan Kabila Bone.

d). Program Keluarga Berencana

1. Jumlah Pasangan Usia Subur ( PUS )

Pada Tahun 2007, jumlah PUS yang terdata sebanyak 20.425. Yang

menjadi peserta KB sebesar 27,43 %. Sedang jumlah peserta KB aktif

yang telah dibina mencapai 67,16 %.

Perkembangan Cakupan Peserta KB Baru dan Peserta KB Aktif di Kabupaten Bone Bolango

Tahun 2004 s.d. Tahun 2007

27,43

67,16

16,176,189,15

78,60

82,9686,06

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

2004 2005 2006 2007

Peserta KB Baru Peserta KB Aktif

46

Page 47: Profi_Kesehatan _2007

Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007

Sumber : Data SIK Puskesmas

Grafik di atas menunjukan bahwa perkembangan cakupan peserta KB

baru dari tahun 2004 berkisar 16,17 % mengalami penurunan sampai

dengan tahun 2006 mencapai 6,18 & kemudian pada tahun 2007

melonjak naik menjadi 27,43 %. Sedangkan untuk cakupan peserta KB

aktif dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2007 terlihat semakin

menurun dari tahun ke tahun. Cakupan ini belum memenuhi target

SPM yang telah ditentukan yakni untuk tahun 2007 sebesar 89,40 %.

2. Peserta KB Baru ( PB )

Dari sejumlah 5.603 peserta KB baru ( 27,43 % ), secara rinci per mix

kontrasepsi yang digunakan adalah sebagai berikut :

Suntik : 32,85 %

Pil : 22,17 %

Implant : 29,04 %

IUD : 15,58 %

MOP/MOW : 0,19 %

Kondom : 0,17 %

OV : 0,0 %

3. Peserta KB Aktif ( PA )

Hasil pembinaan peserta KB aktif selama Tahun 2007 sebesar 13.717

(67,16 %), dengan mix kontrasepsi sebagai berikut :

Suntik : 30,56 %

Pil : 18,11 %

Implant : 17,12 %

IUD : 32,62 %

MOP/MOW : 1,12 %

Kondom : 0,37 %

OV : 0,0 %

Dari keseluruhan peserta KB baru selama tahun 2007, penggunaan

kontrasepsi yang tertinggi adalah suntik. Kontrasepsi ini memang

cukup menjadi primadona masyarakat karena selain praktis juga cepat

dalam mendapatkan pelayanan. Bila dibandingkan dengan pencapaian

peserta KB baru Tahun 2006, kontrasepsi suntik tetap menduduki porsi

47

Page 48: Profi_Kesehatan _2007

Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007

teratas, sedangkan kontrasepsi untuk pria yaitu MOP dan Kondom

adalah kontrasepsi yang paling sedikit digunakan. Hal ini disebabkan

kebanyakan pria (bapak) masih beranggapan bahwa urusan KB adalah

urusan ibu-ibu. Untuk jenis kontrasepsi obat vaginal pencapaiannya

memang tidak signifikan, karena kontrasepsi ini tidak masuk dalam

kontrasepsi program Keluarga Berencana.

4.5.3 Pelayanan Kesehatan Pra Usia Lanjut dan Usia Lanjut

Secara nasional, cakupan pelayanan kesehatan pra usila dan usila pada untuk

Indikator Sehat 2010 sebesar 70%. Adapun cakupan pelayanan kesehatan pra

usila dan usila pada tahun 2007 di Kabupaten Bone Bolango tercatat sebesar

44,26 % dengan jumlah pra usila dan usila yang ada sebanyak 12.030 orang

dan yang dilayani sebanyak 5.324 orang.

4.5.4. Upaya Kesehatan Rujukan dan Kesehatan Khusus

a. Pemanfaatan Obat Generik

Hasil pengumpulan data/indikator kinerja SPM bidang kesehatan

melalui Profil Kesehatan Kab./Kota menunjukkan bahwa pada tahun

2007, persentase penulisan resep obat generik dilaporkan sebesar

95,19%. Angka ini telah mencapai target SPM nasional yakni sebesar

90%. Namun angka ini diperoleh hanya dari beberapa Puskesmas saja,

sebab ada 5 Puskesmas yang tidak memasukkan data penulisan resep

obat generik.

b. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas

Pelayanan kesehatan gigi di puskesmas Kabupaten Bone Bolango tahun

2007 meliputi : tumpatan gigi tetap sebanyak 32 ; pencabutan gigi tetap

sebanyak 282 . Adapun ratio tambal / cabut sebesar 0,11.

Adapun pelayanan UKGS untuk murid SD pada tahun 2007, dari 26.702

murid yang ada, 1.450 murid atau 5,43% yang diperiksa. Jumlah murid

yang mendapatkan perawatan gigi yakni sebanyak 86 orang.

4.5.5. Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan

48

Page 49: Profi_Kesehatan _2007

Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007

Upaya pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan merupakan bagian yang

tidak terpisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara paripurna. Upaya

tersebut dimaksudkan untuk (1) menjamin ketersediaan, keterjangkauan,

pemerataan obat generik dan obat esensial yang bermutu bagi masyarakat, (2)

mempromosikan penggunaan obat yang rasional dan obat yang generik, (3)

meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian difarmasi komunitas dan

farmasi klinik serta pelayanan kesehatan dasar, serta (4) melindungi

masyarakat dari penggunaan alat kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan,

mutu dan keamanan.

A. Ketersediaan Jenis Obat dan Jenis Obat Generik

Salah satu jenis pelayanan kefarmasian di Puskesmas yaitu penyediaan obat

terutama jenis obat generik. Beberapa waktu belakangan ini, dibeberapa

tempat jumlah stok obat generik sudah semakin terbatasnya. Hal ini dapat

terjadi karena tingginya biaya produksi obat-obatan generik, membuat pihak

pabrikan mulai enggan memproduksinya apabila pemerintah tidak mensubsidi

harga produksi obat. Keadaan ini membuat ketersediaan obat-obatan jenis

generik di puskesmas menjadi sangat terbatas.

Namun untuk Kabupaten Bone Bolango sendiri, khususnya Puskesmas yang

ada masih merasa kebutuhan akan obat generik masih dapat terpenuhi. Hal ini

bisa dilihat dari jumlah ketersediaan jenis obat generik di Puskesmas dengan

persentase 100%.

B. Penerapan Penggunaan Obat Esensial Generik

Adanya penerapan dalam penggunaan obat essensial dan generik,

dimaksudkan agar terjaminnya ketersediaan, keterjangkauan, dan pemerataan

obat dalam pelayanan kesehatan, yang pelaksanaannya mencakup pengadaan

buffer stock obat generik esensial, revitalisasi pemasyarakatan konsepsi obat

esensial dan penerapan penggunaan obat esensial generik pada fasilitas

pelayanan pemerintah maupun swasta. Pada tahun 2007 ketersediaan obat

esensial di Kabupaten Bone Bolango telah mencapai 100% atau sesuai dengan

kebutuhan yaitu rata-rata per puskesmas 117 jenis obat, angka ini dapat

dikatakan mencapai target SPM nasional 90% sedangkan untuk ketersediaan

obat generik sebesar 100% atau sesuai dengan kebutuhan rata-rata tiap

puskesmas yaitu 127 jenis obat.

4.6. SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

49

Page 50: Profi_Kesehatan _2007

Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007

4.6.1 Sarana Kesehatan

a. Puskesmas

Di Kabupaten Bone Bolango, distribusi Puskesmas dan Puskesmas

Pembantu sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan dasar telah lebih

merata. Pada tahun 2007 jumlah puskesmas yang ada sebanyak 11 unit,

tapi pada akhir tahun 2007 setelah adanya pemekaran kecamatan jumlah

puskesmas bertambah 3 unit yakni Puskesmas Tilongkabila, Puskesmas

Suwawa Tengah, dan Puskesmas Suwawa Selatan sehingga jumlah

seluruhnya menjadi 14 unit. Dengan demikian rata-rata rasio puskesmas

terhadap 100.000 penduduk adalah 9,8. Ini berarti bahwa setiap 100.000

penduduk rata-rata dilayani oleh 9 atau 10 puskesmas.

Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas, ada beberapa

Puskesmas sejumlah puskesmas telah ditingkatkan fungsinya menjadi

puskesmas dengan tempat perawatan. Puskesmas perawatan ini terutama

yang berlokasi jauh dari rumah sakit, dijalur-jalur jalan raya yang rawan

kecelakaan, serta diwilayah atau pulau-pulau yang terpencil. Hingga tahun

2007 jumlah puskesmas perawatan di Kabupaten Bone Bolango sebanyak

3 buah. Sehubungan dengan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan

Angka Kematian Balita (AKB), salah satu Puskesmas yang ada dijadikan

Puskesmas mampu PONED yaitu Puskesmas Suwawa.

b. Puskesmas Pembantu

Puskesmas Pembantu di Kabupaten Bone Bolango pada tahun 2007

berjumlah 38 buah. Ratio desa per puskesmas pembantu 2,4 dengan

demikian setiap puskesmas pembantu rata-rata melayani 2 desa.

Ratio puskesmas pembantu terhadap puskesmas 3,4 yang berarti satu

puskesmas rata-rata membawahi 3 puskesmas pembantu.

c. Rumah Sakit

Fasilitas lain yang memberikan layanan rujukan dan rawat inap di sebuah

daerah yakni Rumah Sakit. Adapun jumlah rumah sakit di Kabupaten

Bone Bolango pada tahun 2007 sebanyak dua buah yaitu 2 buah yakni RS

Toto dan RSU Tombulilato.

d. Fasilitas Kesehatan di Puskesmas

Pada tahun 2007 jumlah puskesmas keliling darat roda empat sebanyak 11

buah dan mobil operasional di Dinas Kesehatan sebanyak 10 buah. Jumlah

sepeda motor seluruhnya 90 buah. Jumlah rumah dinas dokter di

50

Page 51: Profi_Kesehatan _2007

Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007

Kabupaten Bone Bolango sebanyak 12 buah dan 19 buah rumah dinas

paramedis. Dengan adanya penambahan beberapa fasilitas seperti ini

diharapkan mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan dapat meningkat,

demikian juga dengan kinerja tenaga kesehatan yang diberikan fasilitas

kenderaan dinas.

e. Polindes

Jumlah Polindes di Kabupaten Bone Bolango tahun 2007 sebanyak 54

buah. Cakupan polindes aktif rata-rata kabupaten 100 % sedangkan ratio

Polindes per Puskesmas adalah 4,9 berarti rata-rata tiap puskesmas

membawahi 4 - 5 polindes.

4.6.2 Tenaga Kesehatan

Dalam pembangunan kesehatan diperlukan sumber daya manusia dalam

hal ini tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan melaksanakan upaya

kesehatan dengan paradigma sehat, yang mengutamakan upaya

peningkatan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit.

Pengadaan tenaga kesehatan dilaksanakan melalui pendidikan dan

pengembangan tenaga kesehatan melalui pelatihan tenaga oleh pemerintah

maupun masyarakat.

a. Tenaga Medis

Tahun 2007 tercatat jumlah tenaga medis di Kabupaten Bone Bolango

sebanyak 41 orang dengan perincian 1 orang dokter spesialis, 34 orang

dokter umum serta dokter gigi sejumlah 9 orang dengan rasio masing-

masing per 100.000 penduduk yakni 1,3 untuk dokter spesialis, 25,92

untuk dokter umum dan 6,86 untuk dokter gigi. Sedangkan untuk rasio

dokter keluarga belum dapat disajikan karena belum ada data yang masuk.

Bila dibandingkan dengan target pencapaian IS 2010, nampak bahwa rasio

untuk tenaga dokter spesialis, dokter umum dan dokter gigi belum

mencapai target (dokter spesialis 6 per 100.000 penduduk, dokter umum

40 per 100.000 penduduk, dokter gigi 11 per 100.000 penduduk).

Kurangnya tenaga medis di Kab. Bone Bolango maka kebutuhan akan

tenaga medis perlu diperhatikan. Adanya dokter PTT diharapkan dapat

51

Page 52: Profi_Kesehatan _2007

Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007

membantu pemenuhan kebutuhan masyarakat akan tenaga medis. Pada

tahun 2007 jumlah dokter PTT sebanyak 23 orang, terdiri dari dokter

umum 20 orang dan dokter gigi sebanyak 3 orang.

b. Tenaga Kefarmasian dan Gizi

Untuk tenaga kefarmasian, saat ini telah berjumlah 6 orang dengan

rincian: apoteker 1 orang, S1 Farmasi 2 orang, D-III Farmasi 1 orang dan

Asisten Apoteker 2 orang. Sedangkan rasio tenaga kefarmasian per

100.000 penduduk masih jauh dari yang diharapkan karena hingga tahun

2007 rasio tenaga kefarmasian baru mencapai 0,76 per 100.000 penduduk

(Target IS 2010 adalah 100 per 100.000 penduduk).

Sementara itu, untuk tenaga gizi hingga tahun 2007 berjumlah 14 orang

dengan klasifikasi pendidikan D III Gizi. Adapun rasio tenaga gizi

terhadap 100.000 penduduk sebesar 10,67 sedangkan untuk target IS 2010

harus mencapai 40 per 100.000 penduduk.

c. Tenaga Keperawatan

Tenaga kesehatan tergolong ke dalam tenaga keperawatan adalah Perawat

dan Bidan. Rasio tenaga perawat di Kab. Bone Bolango hingga tahun 2007

mencapai 51,85 per 100.000 penduduk dan untuk tenaga bidan sebesar

39,65 per 100.000 penduduk. Bila dibandingkan dengan target pencapaian

IS 2010 untuk tenaga perawat sebesar 100 per 100.000 penduduk dan

untuk tenaga bidan untuk tenaga bidan adalah 117,5 per 100.000

penduduk. Dengan melihat angka ini maka rasio ini belum mencapai targe

IS 2010.

Adapun tenaga keperawatan ini dapat dirinci menurut jenisnya yaitu

jumlah perawat sebanyak 68 orang dengan jumlah lulusan terbanyak

berasal dari SPK sejumlah 45 orang, D III keperawatan sebanyak 22 orang

dan Sarjana Keperawatan sejumlah 1 orang.

Adapun jumlah tenaga bidan sebanyak 52 orang dengan klasifikasi

pendidikan D III Kebidanan sejumlah 20 orang dan D I Kebidanan

sebanyak 32 orang. Seperti pada tenaga medis, untuk memenuhi

kekurangan tenaga bidan maka direkrut bidan PTT, yang pada tahun 2007

jumlah bidan PTT tinggal berjumlah 1 orang, sebab tenaga bidan PTT

yang lainnya telah diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil.

52

Page 53: Profi_Kesehatan _2007

Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007

d. Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Sanitasi

Jumlah tenaga kesehatan masyarakat di Kabupaten Bone Bolango tahun

2007 mencapai 24 orang dengan rasio sebesar 16,77 per 100.000

penduduk. Sementara itu, pada tahun yang sama jumlah tenaga sanitasi

telah mencapai jumlah 21 orang dengan klasifikasi pendidikan D III

sebanyak 4 orang dan D I Sanitasi sebanyak 17 orang, dengan rasio

sebesar 3,05 per 100.000 penduduk. Bila dibandingkan dengan target

pencapaian IS 2010 maka kedua jenis tenaga tersebut masih sangat

dibutuhkan mengingat target yang diharapkan adalah masing-masing 40

per 100.000 penduduk.

4.7. PEMBIAYAAN KESEHATAN

Alokasi anggaran pada Dinas Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun

Anggaran 2007 sebesar Rp. 11.998.668.025.- bersumber dari APBN, APBD,

dan Pinjaman/Hibah Luar Negeri. Adapun rincian sumber anggaran tahun

2007 adalah sebagai berikut :

Tabel 7. Sumber Pembiayaan kesehatanDi kabupaten Bone Bolango

Tahun 2007

NO SUMBER BIAYA

ALOKASI ANGGARAN KESEHATAN

 

Rupiah %1 2 3 4

  ANGGARAN KESEHATAN BERSUMBER:    1 APBD (Murni) 9,451,043,025 79

- Belanja tidak langsung 4,738,497,500- Belanja langsung 4,712,545,525

2 APBD Propinsi 1,182,625,000 103 APBN -4 Pinjaman /Hibah Luar Negeri (PHLN) 1,365,000,000 115 Sumber pemerintah lain -

TOTAL ANGGARAN KESEHATAN 11,998,668,025TOTAL APBD BONE BOLANGO 513,320,915,730

% APBD KESEHATAN THD APBD BONE BOLANGO

2.34

ANGGARAN KESEHATAN PERKAPITA 3,913.97

Sumber : Subag Keuangan Dinkes Kab. Bone Bolango

53

Page 54: Profi_Kesehatan _2007

Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007

BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Berbagai upaya telah dilaksanakan dalam pembangunan kesehatan, antara lain

upaya peningkatan dan perbaikkan terhadap derajat kesehatan masyarakat, upaya

pelayanan kesehatan, sarana kesehatan dan sumber daya kesehatan. Hasil-hasil

kegiatan pembangunan kesehatan yang menyeluruh di Kabupaten Bone Bolango

selama tahun 2007 tergambar dalam Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango

Tahun 2007.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa hingga tahun ini berbagai peningkatan

derajat kesehatan masyarakat telah dicapai sebagai hasil dari pembangunan

kesehatan, sejalan dengan perbaikan kondisi umum, perbaikan keadaan sosial dan

ekonomi masyarakat Bone Bolango. Gambaran yang demikian merupakan fakta

yang harus dikomunikasikan baik kepada para pimpinan dan penglola program

54

Page 55: Profi_Kesehatan _2007

Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007

kesehatan maupun kepada lintas sektor dan masyarakat di daerah yang

didiskripsikan melalui data dan informasi.

Oleh karena data dan informasi merupakan sumber daya yang strategis bagi

pimpinan dan organisasi dalam pelaksanaan manajemen, maka penyediaan

data/informasi yang berkualitas sangat diperlukan sebagai masukan dalam proses

pengambilan keputusan. Di bidang kesehatan, data dan informasi ini diperoleh

melalui penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan. Salah satu luaran utama dari

penyelenggaraan sistem informasi kesehatan adalah Profil Kesehatan. Dalam

perkembangannya, profil kesehatan ini menjadi paket sajian data dan informasi

yang sangat penting, karena sangat dibutuhkan baik oleh jajaran kesehatan, lintas

sektor maupun masyarakat.

Namun disadari, sistem informasi kesehatan yang ada saat ini masih belum dapat

memenuhi kebutuhan data dan informasi kesehatan secara optimal, apalagi dalam

era desentralisasi, pengumpulan data dan informasi dari Puskesmas menjadi relatif

lebih sulit. Hal ini berimplikasi pada kualitas data dan informasi yang disajikan di

dalam Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango yang terbit saat ini belum sesuai

dengan harapan.

Walaupun demikian, diharapkan Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango ini

tetap dapat memberikan gambaran secara garis besar dan menyeluruh tentang

seberapa jauh perubahan dan perbaikan keadaan kesehatan masyarakat yang telah

dicapai.

Betapapun, Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango ini belum mendapat

apresiasi yang memadai karena belum dapat menyajikan data dan informasi yang

sesuai dengan harapan, namun paket sajian ini merupakan satu-satunya publikasi

data dan informasi di jajaran kesehatan yang relatif paling lengkap sehingga

kehadirannya selalu ditunggu.

Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan kualitas Profil Kabupaten Bone

Bolango, Dinas Kesehatan Kabupaten Bone Bolango senantiasa mencari terobosan-

terobosan dalam hal mekanisme pengumpulan data dan informasi secara cepat

55

Page 56: Profi_Kesehatan _2007

Profil Kesehatan Kabupaten Bone BolangoTahun 2007

untuk mengisi ketidaktersediaan data dan informasi khususnya yang bersumber dari

puskesmas.

5.2. SARAN

1. Dari hasil-hasil tersebut di atas, dapat dilihat bahwa masih ada

pelaksnaan program yang belum mencapai hasil yang optimal. Hal tersebut

menunjukkan masih perlunya perhatian dan penanganan yang lebih serius

karena pembangunan kesehatan tetap merupakan kebutuhan masyarakat yang

perlu ditingkatkan secara terus menerus sesuai dengan perkembangan

pembangunan nasional.

2. Penyusunan buku Profil kesehatan Kabupaten Bone Bolango tahun 2007

telah diupayakan untuk lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya, baik dari segi

kualitas data maupum analisisnya. Namun disadari pula dalam penyusunan buku

Profil kesehatan ini masih ditemui banyak hambatan terutama dikarenakan pada

tahun 2006 Profil kesehatan disusun dengan format yang baru, berbeda dengan

tahun-tahun sebelumnya sehingga banyak tabel-tabel yang tidak dapat terisi.

Oleh karena itu untuk penyusunan Profil Kesehatan di tahun-tahun mendatang

diharapkan format tidak selalu berubah tetapi tetap mengakomodir kebutuhan

3. data dan informasi guna evaluasi dan perencanaan tahunan kegiatan

pembangunan kesehatan.

4. Ketidaklengkapan tabel-tabel dalam Profil Kesehatan tahun ini salah

satunya disebabkan karena ada beberapa item data yang tidak jelas definisi

operasionalnya. Oleh karena itu untuk tahu-tahun mendatang setiap data yang

dibutuhkan perlu disertai dengan definisi operasional yang jelas.

5. Perlu peningkatan kemampuan/ketrampilan pengelola data dan pemegang

program dalam mencermati data guna peningkatan validitas data dan tidak

selalu terulang adanya data-data yang tidak akurat atau “aneh”.

5 . Perlu dilaksanakan kegiata rapid survey untuk mendukung validitas serta

keakuratan data Profil kesehatan.

6 . Perlu dibuat suatu software data base untuk keperluan penyusunan profil

kesehatan. 

Semoga Buku Profil Kesehatan Tahun 2007 ini dapat bermanfaat. Kritik dan saran

sangat kami harapkan demi perbaikan Buku Profil Kesehatan pada tahun-tahun

mendatang.

56