program studi sarjana keperawatan stikes … · tembakau yang kemudian dihisap asapnya baik...

22
1 PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2017 Gambaran Kecerdasan Emosional Pada Remaja Perokok di Desa Matesih 1) Betty Handayani, 2) Anita Istiningtyas, 3) Saelan 1) Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta 2),3) Dosen Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta ABSTRAK Pada tahun 2014 Global Youth Tobacco Survey menyatakan Indonesia sebagai negara dengan angka perokok remaja tertinggi di dunia. Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya perilaku merokok pada remaja adalah belum tercukupinya kecerdasan secara emosional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kecerdasan emosional pada remaja perokok di desa Matesih. Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan deskriptif, sampelsebanyak 59 responden. Variabel yang diamati : Kecerdasan emosional, perilaku merokok, remaja. Teknik sampling menggunakan proporsional simple random sampling. Analisa data dengan analisa univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja perokok terbanyak di Desa Matesih adalah usia 19 tahun (25%), remaja perokok terbanyak adalah laki-laki yaitu 54 responden (92%), dan berdasarkan pekerjaan 25 responden (43%), mengenali emosi diri yang butuh perhatiandengan jumlah 44 responden (74%), memiliki pengelolaan emosi yang butuh perhatian dengan jumlah 39 responden (69%), memiliki rasa empati yang butuh perhatian dengan jumlah 44 responden (75%), dan memiliki keterampilan sosial yang butuh perhatian dengan jumlah 46 responden (75%).Bagi remaja perokok agar dapat meningkatkan kualitas diri dengan menuntut ilmu dan berperilaku yang positif agar mendapatkan jati diri yang baik guna menunjang masa depan yang jauh lebih baik dari sekarang. Kata kunci : Kecerdasan emosional, Perilaku merokok, Remaja. ABSTRACT In 2014, the Global Youth Tobacco Survey said that Indonesia was the country with the highest number of adolescent smokers in the world. One of the factors leading smoking behavior in adolescents is insufficient emotional intelligence. The purpose of this research is to describe the overview of emotional intelligence of adolescent smokers in Matesih village. This research method was quantitative descriptive. The sample was 59 respondents. The measured variables were emotional intelligence, smoking behavior, and adolescent. The sampling technique was using proportional simple random sampling. Then, the data were analyzed by using univariate analysis. The result showed that the majority of adolescent smokers in the Matesih village were 19 years old (25%), the most adolescent smokers were men as many as 54 respondents (92%), and based on their job there were 25 respondents (43%), self awareness that needed attention were 44 respondents (74%), having a managing emotions that needed attention were 39 respondents (69%), having a sense of empathy that needed attention were 44 respondents (75%), and social skills that needed attention were 46 respondents (75%).For adolescent smokers, it is expected to improve their quality by studying and doing positive behavior in order to get good identity for their better future. Keywords : Emotional Intelligence, Smoking Behavior, Adolescen

Upload: doque

Post on 08-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES … · tembakau yang kemudian dihisap asapnya baik menggunakan rokok ataupun pipa (Aryani, 2013). ... wawancara awal yang mengacu pada tabel

1

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2017

Gambaran Kecerdasan Emosional Pada Remaja Perokok di Desa Matesih

1)Betty Handayani,

2) Anita Istiningtyas,

3) Saelan

1) Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

2),3) Dosen Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

ABSTRAK

Pada tahun 2014 Global Youth Tobacco Survey menyatakan Indonesia sebagai negara dengan angka perokok remaja tertinggi di dunia. Salah satu faktor yang menyebabkan

terjadinya perilaku merokok pada remaja adalah belum tercukupinya kecerdasan secara

emosional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kecerdasan emosional pada remaja perokok di desa Matesih.

Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan deskriptif, sampelsebanyak 59 responden.

Variabel yang diamati : Kecerdasan emosional, perilaku merokok, remaja. Teknik

sampling menggunakan proporsional simple random sampling. Analisa data dengan

analisa univariat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja perokok terbanyak di Desa Matesih adalah

usia 19 tahun (25%), remaja perokok terbanyak adalah laki-laki yaitu 54 responden

(92%), dan berdasarkan pekerjaan 25 responden (43%), mengenali emosi diri yang butuh

perhatiandengan jumlah 44 responden (74%), memiliki pengelolaan emosi yang butuh perhatian dengan jumlah 39 responden (69%), memiliki rasa empati yang butuh perhatian

dengan jumlah 44 responden (75%), dan memiliki keterampilan sosial yang butuh

perhatian dengan jumlah 46 responden (75%).Bagi remaja perokok agar dapat meningkatkan kualitas diri dengan menuntut ilmu dan berperilaku yang positif agar

mendapatkan jati diri yang baik guna menunjang masa depan yang jauh lebih baik dari

sekarang. Kata kunci : Kecerdasan emosional, Perilaku merokok, Remaja.

ABSTRACT

In 2014, the Global Youth Tobacco Survey said that Indonesia was the country with the

highest number of adolescent smokers in the world. One of the factors leading smoking

behavior in adolescents is insufficient emotional intelligence. The purpose of this

research is to describe the overview of emotional intelligence of adolescent smokers in

Matesih village.

This research method was quantitative descriptive. The sample was 59 respondents. The measured variables were emotional intelligence, smoking behavior, and adolescent. The

sampling technique was using proportional simple random sampling. Then, the data were

analyzed by using univariate analysis. The result showed that the majority of adolescent smokers in the Matesih village were 19

years old (25%), the most adolescent smokers were men as many as 54 respondents

(92%), and based on their job there were 25 respondents (43%), self awareness that

needed attention were 44 respondents (74%), having a managing emotions that needed

attention were 39 respondents (69%), having a sense of empathy that needed attention

were 44 respondents (75%), and social skills that needed attention were 46 respondents

(75%).For adolescent smokers, it is expected to improve their quality by studying and doing positive behavior in order to get good identity for their better future.

Keywords : Emotional Intelligence, Smoking Behavior, Adolescen

Page 2: PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES … · tembakau yang kemudian dihisap asapnya baik menggunakan rokok ataupun pipa (Aryani, 2013). ... wawancara awal yang mengacu pada tabel

2

PENDAHULUAN

Indonesia mengalami

peningkatan terbesar perilaku

merokok yang cenderung dimulai

pada usia yang semakin muda.Saat

ini, perilaku merokok semakin

merata, bukan hanya perilaku orang

dewasa, tetapi juga telah menjadi

gaya hidup para remaja.

Kecenderungan perilaku merokok

dikalangan remaja semakin

meningkat. Perilaku merokok dilihat

dari berbagai sudut pandang sangat

merugikan, baik untuk diri sendiri

maupun orang lain di sekelilingnya.

Dilihat dari sisi individu yang

bersangkutan, dan beberapa hasil

riset.

Pada tahun 2014 Global Youth

Tobacco Survey menyatakan

Indonesia sebagai negara dengan

angka perokok remaja tertinggi di

dunia. Terdapat 10 negara dengan

jumlah perokok terbesar di dunia

salah satunya adalah Indonesia

dengan urutan ketiga setelah China

dan India (WHO, 2008).

Penelitian di Liverpool,

menunjukkan bahwa remaja dari

keluarga yang mengizinkan untuk

merokok adalah 44% lebih mungkin

untuk merokok dan melewatkan

waktu untuk merokok di tempat-

tempat selain di rumah menyebabkan

mereka lebih berisiko 13% untuk

merokok. Usia 14-16 tahun

nilaiIndex of

MultipleDeprivation(IMD) sekolah

adalah prediksi signifikan untuk

mencoba merokok, risiko meningkat

ketika remaja mencoba untuk

merokok sekitar 95% (Smith dkk,

2011).

Data pada tahun 2000 yang

dikeluarkan oleh Global Youth

Tobacco Survey (GYTS) dari 2074

responden pelajar Indonesia usia 15-

20 tahun, 43,9% (63% pria) mengaku

pernah merokok (Global Youth

Tobacco Survey, 2004). Proporsi usia

merokok 15-19 tahun di Provinsi

Jawa Tengah adalah 47% (Riskesdas,

2013).

Perilaku merokok pada remaja

umumnya semakin lama akan

semakin meningkatsesuai

tahapperkembangannya yang

ditandaidengan meningkatnya

frekuensi dan intensitas merokok

(Hasnida Dan Kemala, dalam

Runtukahu dkk, 2015).

Page 3: PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES … · tembakau yang kemudian dihisap asapnya baik menggunakan rokok ataupun pipa (Aryani, 2013). ... wawancara awal yang mengacu pada tabel

3

Menurut Sitepoe, perilaku merokok

adalah suatu perilaku yang

Page 4: PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES … · tembakau yang kemudian dihisap asapnya baik menggunakan rokok ataupun pipa (Aryani, 2013). ... wawancara awal yang mengacu pada tabel

4

melibatkan proses membakar

tembakau yang kemudian dihisap

asapnya baik menggunakan rokok

ataupun pipa (Aryani, 2013).

Dilihat dari sisi kesehatan, pengaruh

bahan-bahan kimia yang dikandung

rokok seperti nikotin, Karbon

Monoksida (CO) dan tar akan

memacu kerja dari susunan saraf

simpatis sehinggamengakibatkan

tekanan darah meningkat dan detak

jantung bertambah cepat (menurut

Kendal& Hammen, dalam Chotidjah,

2012), menstimulasi kanker dan

berbagai penyakit yang lain seperti

penyempitan pembuluh darah,

tekanan darah tinggi, jantung, paru-

paru, dan bronchitis kronis (menurut

Kaplan dkk, dalam Runtukahu dkk,

2015).

Ada banyak alasan yang

melatarbelakangi perilaku merokok

pada remaja. Secara umum menurut

Kurt Lewin, bahwa perilaku

merokok merupakan fungsi dari

lingkungan dan individu. Perilaku

merokok selain disebabkan faktor-

faktor dari dalam diri, juga

disebabkan faktor

lingkunganChotidjah,2007).Kebiasaa

n merokok dimulai dari lingkungan

terkecil yaitu lingkup keluarga,

ditambah dengan gencarnya iklan-

iklan yang menayangkan produk

rokok. Terdapat sejumlah faktor

yang mempengaruhi remaja untuk

merokok, dikategorikan menjadi

beberapa faktor, yaitu

faktorpengaruh orang tua, pengaruh

teman, pengaruh iklan, faktor

genetik, faktor kepribadian, faktor

kejiwaan, faktor sensorimotorik,

faktor farmakologis, dan faktor

emosional.

Salah satu faktor yang

menyebabkan terjadinya perilaku

merokok pada remaja adalah belum

tercukupinya kecerdasan secara

emosional. Masa remaja ini sering

digambarkan sebagai masa storm

and drunk atau masa badai dan

topan.Selama tahun-tahun awal

remaja, individu mengalami masalah

utama biologis, kognitif, perubahan

sosial, dan emosional yang

mempengaruhi pilihan perilaku,

termasuk bereksperimen dengan

perilaku yang tidak sehat misal

merokok. Risiko kesehatan awal,

inisiasi merokok yang parah dan pola

perilaku tidak sehat pada remaja

Page 5: PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES … · tembakau yang kemudian dihisap asapnya baik menggunakan rokok ataupun pipa (Aryani, 2013). ... wawancara awal yang mengacu pada tabel

5

sering meluas terbawa sampai

dewasa (Nasution, 2007).

Page 6: PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES … · tembakau yang kemudian dihisap asapnya baik menggunakan rokok ataupun pipa (Aryani, 2013). ... wawancara awal yang mengacu pada tabel

6

Kecerdasan emosional

merupakan faktor penyumbang

terbesar yakni 80% bila

dibandingkan dengan kecerdasan

intelektual yang menyumbang 20%

dari faktor keberhasilan seseorang

(Golemen, 2009). Remaja yang

belum mempunyai kecerdasan

emosi, akan mudah marah, mudah

terpengaruh, mudah putus asa dan

sulit mengambil keputusan.

Sedangkan, individu yang

mempunyai kecerdasan emosi

mampu memahami dan memotivasi

diri sendiri, serta menuntun tingkah

laku agar dapat terhindar dari

perilaku yangkurang baik seperti

merokok ( Fikriyah dan febrijanto,

2011).

Studi pendahuluan pendataan

remaja perokok yang telah dilakukan

peneliti bersama kadus-kadus dari

dusun yang bersangkutan di Desa

Matesih pada bulan September 2016,

dengan rincian sebagai berikut :

Pada Dusun Kalongan terdapat

12 remaja putra perokok dan hanya

satu remaja putri perokok. Pada

Dusun Banaran 11 remaja putra

perokok dan hanya satu remaja putri

perokok.Pada Dusun Mranggen

terdapat sembilan remaja putra

perokok. Pada Dusun Sidodadi

terdapat 11 remaja putra perokok dan

dua remaja putri perokok. Pada

Dusun Panderejo terdapat sembilan

remaja putra perokok. Pada Dusun

Bayanan terdapat 12 remaja putra.

Pada Dusun Moyoretno terdapat

sembilan remaja putra perokok. Pada

Dusun Cangkring terdapat delapan

remaja putra perokok dan hanya satu

remaja putri perokok. Pada Dusun

Lor Pasar terdapat 11 remaja putra

perokok. Pada Dusun Krapyak

terdapat delapan remaja putra.Pada

Dusun Kuncung terdapat 11 remaja

putra perokok. Pada Dusun

Cangkring terdapat delapan remaja

putra perokok dan hanya satu remaja

putri perokok. Pada Dusun Sabrang

Wetan terdapat sembilan remaja

putra perokok. Pada Dusun Sabrang

Kulon terdapat tujuh remaja putra

perokok. Pada Dusun Pandeyan

terdapat 10 remaja putra perokok.

Berdasarkan pendataan

penelitian yang dilakukan di Desa

Matesih jauh lebih banyak

ditemukan remaja putra yang

perokok dibandingkan remaja putri.

Rata-rata di setiap dusun jumlah

Page 7: PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES … · tembakau yang kemudian dihisap asapnya baik menggunakan rokok ataupun pipa (Aryani, 2013). ... wawancara awal yang mengacu pada tabel

7

perokok remaja putra antara 8-12

orang sedangkan remaja putri hanya

1-2 orang saja.Dari studi

pendahuluan di atas, peneliti

mendapatkan data remaja perokok di

desa Matesih pada tahun 2016

sebanyak 142 remaja perokok, dari

508 remaja yang berusia 15-19 tahun

sesuai data monografi desa Matesih

tahun 2010 - 2015.

Peneliti juga mengambil tiga

sampel remaja perokok di desa

matesih pada tanggal 25 November

2016 untuk melakukan studi

wawancara awal yang mengacu pada

tabel “ Kondisi konsumsi rokok yang

terbanyak” menurut Komalasari dan

Helmi (2000). Hasil studi wawancara

awal dari ketiga sampel tersebut

diperoleh informasi bahwa tiga

sampel remaja ini merokok

disebabkan oleh tiga hal karena

adanya masalah pribadi, pada saat

berkumpul bersama teman dan pada

saat kondisi stress. Ketiga alasan

tersebut sangat erat kaitannya dengan

kondisi emosi. Konsumsi rokok

ketika stres merupakan upaya-upaya

pengatasan masalah yang bersifat

emosional atau sebagai kompen-

satoris kecemasan yang dialihkan

terhadap perilaku merokok

(Komalasari dan Helmi, 2000).

Berdasarkan latar belakang di

atas maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang

gambaran kecerdasan emosional

pada remaja perokok di desa

Matesih.

Tujuan penelitan ini adalah untuk

mengidentifikasi gambaran

kecerdasan emosional remaja

perokok di desa Matesih.

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian ini adalah

deskriptif, yaitumembuat gambaran

kecerdasan emosional pada remaja

perokok secara objektif tanpa

menganalisis lebih

lanjut.Deskriptifdidefinisikan suatu

penelitian yang dilakukan untuk

mendeskripsikan atau

menggambarkan suatu fenomena

yang terjadi di dalam masyarakat

Notoatmodjo, 2010). Populasi

sebanyak 142 remaja perokok,

sampel penelitian ini adalah 59

orangberdasarkan rumus Slovin,

dengan kriteria penentuan sampel

yaitu remaja usia 15-19 tahun,

Page 8: PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES … · tembakau yang kemudian dihisap asapnya baik menggunakan rokok ataupun pipa (Aryani, 2013). ... wawancara awal yang mengacu pada tabel

8

remaja merupakan perokok aktif dan

remaja yang masih pendidikan

Page 9: PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES … · tembakau yang kemudian dihisap asapnya baik menggunakan rokok ataupun pipa (Aryani, 2013). ... wawancara awal yang mengacu pada tabel

9

(sekolah) dan yang sudah bekerja.

Penelitian ini sudah dilakukan di

desa Matesih dengan mengambil

waktu penelitian pada bulan

Desember 2016 – Januari 2017.

Alat Penelitianyang digunakan

dalam penelitian ini adalah kuesioner

kecerdasan emosional dari Goleman

yang sudah valid, berupa angket

yang terdiri dari 50 pertanyaan,

denganpembagian masing-masing

ada 10 pertanyaan dari 5 aspek-aspek

kecerdasan emosional yaitu

mengenali emosi diri, mengelola

emosi, memotivasi diri sendiri,

empati, keterampilan sosial.Di setiap

pertanyaan ada penilaian 1, 2, 3, 4

dan 5, responden hanya memilih

salah satu dari lima hal tersebut

mana yang sesuai dengan diri

mereka. Cara peneliti menilai dari

masing-masing aspek dijumlahkan

lalu di lihat hasilnya masuk disalah

satu indikator penilaian, kuat (35-50)

atau butuh perhatian (18-34) atau

butuh pengembangan (18-17).

Kuesioner bersifat tertutup dan sudah

disediakan jawabannya, sehingga

responden tinggal memilih jawaban

yang sesuai dengan ketentuan.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

1. Karakteristik Responden

Tabel 1.1 Karakteristik Remaja

Perokok di Desa Matesih tahun

2016 (n=59)

Kriteria Kategori Jumlah

Responden %

Usia

15 8 13%

16 10 17%

17 12 21%

18 14 24%

19 15 25%

Jenis

kela-

min

Laki-laki 54 92%

Perempu

an 5 8%

Pekerja

an

Pelajar 15 25%

Petani 20 43%

Buruh 10 17%

Wira-

swasta 9 15%

Berdasarkan karakteristik

umur responden dapat diketahui

bahwa terbanyak adalah umur 19

tahun sebanyak 15 responden

(25%), umur 18 tahun sebanyak

14 responden (24%), umur 17

tahun sebanyak 12 responden

(21%), umur 16 tahun sebanyak

10 responden (17%) dan umur 15

tahun sebanyak 8 responden

(13%). Dari hasil tersebut dapat

diketahui bahwa umur responden

mayoritas berumur 19 tahun, yaitu

sebanyak 15 responden dengan

tingkat prosentase sebesar 25%.

Kejadian merokok pada usia

Page 10: PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES … · tembakau yang kemudian dihisap asapnya baik menggunakan rokok ataupun pipa (Aryani, 2013). ... wawancara awal yang mengacu pada tabel

10

remaja di Desa Matesih

meningkat, dari remaja awal yang

berumur 15 tahun (13%)

meningkat pada usia 19 tahun

(25%) atau setara peningkatan

sebesar 12%. Hal ini berkaitan

dengan kecenderungan perilaku

merokok pada usia merokok, pada

usia remaja awal mendekati

remaja akhir kecenderungan

remaja untuk merokok lebih

tinggi dan meningkat karena pada

usia itu merupakan usia yang

rawan terhadap peralihan dari

remaja akhir menuju

pendewasaan secara emosional.

Penelitian ini menunjukkan

bahwa sebagian besar remaja

perokok di desa matesih tahun

2016 berumur 19 tahun dengan

tingkat presentase sebesar

25%.Hal ini juga membuktikan

bahwa pada usia 15 tahun remaja

di Desa Matesih sudah merokok

dan terus meningkat

jumlahnyapada usia lanjut hingga

memasuki usia 19 tahun yang

merupakan masa remaja akhir.

Hal ini juga mendukung

penelitian sebelumnya, menurut

Erik H. Erikson (Fuadah, 2011),

faktor penyebab remaja merokok

antara lain pengaruh orang tua,

pengaruh dari teman sebaya,

pengaruh iklan, pengaruh dari

faktor genetik, faktor kepribadian,

faktor kejiwaan dan faktor

emosional yang akan memberikan

dampak pada pencarian jati diri

dari seorang remaja sehingga hal

ini mendorong remaja di desa

Matesih untuk melakukan

perilaku merokok.

Berdasarkan karakteristik jenis

kelamin responden dapat

diketahui bahwa remaja perokok

jenis kelamin laki-laki sebanyak

54 responden (92%), dan jenis

kelamin perempuan sebanyak 5

responden (8%). Dari hasil

tersebut dapat diketahui bahwa

jenis kelamin responden

mayoritas adalah berjenis kelamin

laki-laki, yaitu sebanyak 54

responden dengan tingkat

prosentase sebesar 92%. Perilaku

merokok di desa Matesih yang

dilakukan oleh remaja perokok

memang mayoritas adalah jenis

kelamin laki-laki, perokok laki-

laki dinilai lebih aktif untuk

melakukan kegiatan merokok

Page 11: PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES … · tembakau yang kemudian dihisap asapnya baik menggunakan rokok ataupun pipa (Aryani, 2013). ... wawancara awal yang mengacu pada tabel

11

yang secara tidak langsung akan

berdampak pada penurunan

kesehatan mereka tanpa disadari.

Penelitian ini menunjukkan

bahwa sebagian besar remaja

perokok di Desa Matesih tahun

2016 adalah laki-laki sebanyak

54 orang dengan

tingkatpresentase sebesar 92%.

Menurut Hasnida dan Indri

Kemala (2005) perilaku

merokok pada remaja umumnya

semakin lama akan semakin

meningkat sesuai tahap

perkembangannya yang ditandai

dengan meningkatnya frekuensi

dan intensitas merokok, dari

survei dan pengamatan yang

mereka amati kebanyakan

pelaku merokok di usia remaja

adalah berjenis kelamin laki-

laki. Laki-laki dinilai cenderung

menjadi perokok aktif di usia

muda dibanding perempuan.

Hal ini juga mendukung

penelitian sebelumnya, menurut

Kumala (2014) yang melakukan

wawancara terhadap 10

responden, diketahui bahwa

remaja berjenis kelamin laki-laki

mendominasi perilaku

merokok.Remaja laki-laki di

anggap sebagai perokok aktif

dibanding remaja wanita.

Remaja wanita cenderung

menjadi perokok pasif, remaja

laki-laki mendominasi perilaku

merokok dikarenakan remaja

laki-laki memiliki tingkat

emosional yang relatif tinggi

dibanding wanita, tingkat

emosional ini juga berkaitan

dengan pencarian jati diri yang

melibatkan seluruh komponen

lingkungan sekitar sehingga

remaja laki-laki akan meniru

lingkungan sekitar mereka yang

cenderung menjadi seorang

perokok.

Berdasarkan karakteristik

pekerjaan responden dapat

diketahui pekerjaan sebagai

petani sebanyak 25 responden

(43%), pelajar sebanyak 15

responden (25%), pekerjaan

sebagai buruh sebanyak 10

responden (17%), pekerjaan

lainnya yang tidak disebutkan

sebanyak 9 responden (15%).

Dari hasil tersebut dapat

diketahui bahwa pekerjaan

Page 12: PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES … · tembakau yang kemudian dihisap asapnya baik menggunakan rokok ataupun pipa (Aryani, 2013). ... wawancara awal yang mengacu pada tabel

12

sebagai petani merupakan

mayoritas remaja perokok di

Page 13: PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES … · tembakau yang kemudian dihisap asapnya baik menggunakan rokok ataupun pipa (Aryani, 2013). ... wawancara awal yang mengacu pada tabel

13

Desa Matesih, yaitu sebanyak 25

responden dengan tingkat

prosentase sebesar 43%.

Hal ini juga menunjukkan

bahwa sebagian besar

remajaperokok di Desa Matesih

tahun 2016 adalah petani

sebanyak 25 responden dengan

tingkat presentase sebesar 43%.

Menurut Erikson (2000) selain

usia dan jenis kelamin, ada

karakteristik responden yang

dapat dilihat dan diteliti yaitu

berdasarkan pekerjaannya.

Pekerjaan seseorang

menyangkut dengan strata sosial

di dalam masyarakat. Jika

pekerjaan semakin mapan maka

tingkat intelektual seseorang

akan meningkat hal ini juga

memberikan pengaruh kepada

perilaku merokok.

Hal ini juga mendukung

penelitian sebelumnya yaitu

menurut Kumala (2014) yang

mewawancarai 10 responden,

pekerjaan seorang remaja

perokok juga mempengaruhi

pemahaman akan perilaku

merokok. Pekerjaan seseorang

sangat mempengaruhi

budayadan perilaku merokok

khususnya pada diri remaja.

Remaja masih di dalam masa

peralihan dari anak-anak menuju

dewasa dengan ditambahi beban

pekerjaan yang mereka dapat

akan memicu tingkatstres.

Sehingga pada tingkat stres

inilah akan memberikan dampak

negatif remaja untuk melakukan

suatu tindakan yang dapat

membahayakan dirinya yaitu

merokok. Remaja yang telah

kecanduan dengan tembakau

akan terus merasa

ketergantungan sehingga

memicu keinginan untuk

menghisap tembakau yang

adapada rokok.

2. Mengenali Emosi Diri

Tabel 2 Mengenali Emosi Diri

Remaja Perokok di Desa Matesih

Tahun 2016 (n=59)

Berdasarkan tabel 2

menunjukkan bahwa aspek

mengenali emosi diri pada

No Kriteria Jumlah

Responden

Prosen

tase

1 Kuat 12 20%

2 Butuh

perhatian 44 74%

3 pengembang

an 3 6%

Jumlah 59 100 %

Page 14: PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES … · tembakau yang kemudian dihisap asapnya baik menggunakan rokok ataupun pipa (Aryani, 2013). ... wawancara awal yang mengacu pada tabel

14

remaja perokok di desa Matesih

berada dalam tingkat butuh

perhatian yaitu dengan

prosentase sebesar 74%. Disusul

dengan kriteria kuat hanya

mencapai 20% sedangkan

tingkat prosentase

pengembangan sangat rendah

yaitu hanya mencapai 6%. Hal

ini membuktikan bahwa

mengenali emosi diri pada

remaja perokok didesa Matesih

pada Tahun 2016 masih sangat

dibutuhkan perhatiaan agar

meningkatkan kekuatan pada

aspek pengenalan terhadap

emosi diri khususnya pada

remaja perokok di Desa Matesih

tahun 2016.

Menurut Goleman (2009)

Mengenali emosi diri merupakan

suatu kemampuan untuk

mengenali perasaan sewaktu

perasaan itu terjadi. Aspek

mengenali emosi diri terjadi

dari: kesadaran diri, penilaian

diri, dan percaya diri. Jika

remaja perokok di desa Matesih

memiliki tingkat pengenalan

emosi yang butuh perhatian

maka pengenalan emosi

padaremaja perokok di desa

Matesih perlu mendapat

perhatian baik dari Pemerintah

maupun dari pihak keluarga

sebagai lingkungan terdekat.

Kecende-rungan untuk

mengikuti rekam jejak orang tua

yang merokok, terbawa arus

teman sebaya yang

perokokmelihat iklan rokok

yang tersebar luas dan remaja

ingin mencobanya, tingkat

emosi yang masih labil dan

belum terkontrol. Hal itu adalah

faktor penyebab remaja di desa

Matesih membutuhkan perhatian

agar tidak merokok dan bisa

mengenali emosi diri.

Hasil penelitian ini

didukung oleh hasil penelitian

yang dilakukan Komalasari dan

Helmi (2000) yang menyatakan

bahwa sikap permisi orangtua

terhadap peilaku merokok

remaja dan lingkungan sebaya

merupakan prediktor yang cukup

baik terhadap perilaku merokok

pada remaja yaitu 38,4%. Dalam

hal ini berarti bahwa faktor

lingkungan keluarga dan teman

Page 15: PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES … · tembakau yang kemudian dihisap asapnya baik menggunakan rokok ataupun pipa (Aryani, 2013). ... wawancara awal yang mengacu pada tabel

15

sebaya memberikan sumbangan

yang berarti dalam perilaku

Page 16: PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES … · tembakau yang kemudian dihisap asapnya baik menggunakan rokok ataupun pipa (Aryani, 2013). ... wawancara awal yang mengacu pada tabel

16

merokok pada remaja.

3. Mengelola Emosi

Tabel 3 Mengelola Emosi

Remaja Perokok di Desa Matesih

Tahun 2016 (n=59)

Berdasarkan tabel 3

menunjukkan bahwa tingkat

prosentase pada kriteria butuh

perhatian sebesar 69%, disusul

dengan kekuatan 11% dan

pengembangan sebesar 20%.

Hal ini membuktikan bahwa

remaja perokok di Desa Matesih

memang memerlukan perhatian

khusus dalam mengelola emosi,

karena pada dasarnya mengelola

emosi merupakan kemampuan

individu dalam menangani

perasaan agar dapat terungkap

dengan tepat atau selaras,

sehingga tercapai keseimbangan

dalam diri individu. Jika remaja

perokok di Desa Matesih tidak

bisa mengelola emosi maka

akanberdampak buruk terhadap

diri remaja dan lingkungannya.

Penelitian ini didukung oleh

penelitian Komalasari dan Helmi

(2000) yang menyatakan bahwa

perilaku merokok pada

remajamerupakan upaya-upaya

pengatasan masalah yang

bersifat emosional atau lebih

sebagai pengendalian emosi atau

menge-lola emosi. Mengelola

emosi pada diri remaja perokok

di Desa Matesih dikategorikan

sebagai kategori perlu perhatian.

Semakin rendah tingkat

pengendalian emosi pada diri

remaja maka semakin diperlukan

juga perhatian agar

menanggulangi efek yang

ditimbulkan dari kurangnya

mengelola emosi tersebut.

4. Memotivasi diri sendiri

Tabel 4 Memotivasi Diri

Sendiri pada Remaja Perokok di

Desa Matesih Tahun 2016

(n=59)

N

o. Kriteria

Jumlah

Responden

Prosen

tase

1 Kuat 13 22%

2 Butuh

Perhatian 45 76 %

3 Pengembangan 1 2 %

Jumlah 59 100 %

Pada tabel 4 terlihat bahwa

tingkat prosentase pada kriteria

butuh perhatian sebesar 76%,

disusul dengan kekuatan 22%

N

o. Kriteria

Jumlah

Responden

Prosen

Tase

1 Kuat 8 11%

2 Butuh perhatian 39 69%

3 Pengembangan 12 20%

Jumlah 59 100 %

Page 17: PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES … · tembakau yang kemudian dihisap asapnya baik menggunakan rokok ataupun pipa (Aryani, 2013). ... wawancara awal yang mengacu pada tabel

17

dan pengembangan sebesar 2%.

Hal ini membuktikan bahwa

tingkat memotivasi diri sendiri

pada remaja perokok di Desa

Matesih membutuhkan perhatian

agar mereka bisa memotivasi

diri untuk berperilaku baik dan

tidak merugikan diri sendiri

maupun orang lain. Karena pada

dasarnya, memotivasi diri juga

akan dapat memberikan efek

positif sehingga mampu menata

emosi guna mencapai tujuan

yang diinginkan. Kendali diri

secara emosi, menahan diri

terhadap kepuasan dan

megendalikan dorongan hati

adalah landasan keberhasilan di

segala bidang. Hal ini juga

berkaitan dengan penelitian Indri

Kemala Nasution (2007) yang

menyatakan bahwa faktor dan

motif merokok banyak

disebabkan oleh faktor

psikologis dan juga dalam

mengatasi stres, semakin besar

stres yang dialami maka mereka

semakin banyak mengkonsumsi

rokok.Sehingga salah

satupelariannya untuk

memotivasidiri remaja tersebut

dengan merokok. Tingkat

kecende-rungan memotivasi diri

sendiri pada usia remaja sangat

diperlukan. Jika pada kenyataan-

nya tingkat memotivasi diri pada

remaja perokok di Desa Matesih

masih kurang dan diperlukan

perhatian untuk perbaikan

kedepannya. Semakin rendah

tingkat memotivasi pada diri

sendiri maka semakin

diperlukannya perhatian dari

lingkungan sekitar. Tingkat

memotivasi diri sendiri pada

remaja perokok di Desa Matesih

di nilai perlu perhatian

disebabkan oleh faktor-faktor

yaitu sikap memotivasi diri

sendiri yang sangat kurang,

terlihat dari hasil kuisioner

kecerdasan emosional yang telah

diisi oleh remaja perokok di desa

Matesih dan hasil pengamatan

peneliti di lingkungan desa

Matesih.

5. Rasa Empati

Tabel 5 Rasa Empati pada

Remaja Perokok di Desa

Matesih Tahun 2016 (n=59).

Page 18: PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES … · tembakau yang kemudian dihisap asapnya baik menggunakan rokok ataupun pipa (Aryani, 2013). ... wawancara awal yang mengacu pada tabel

18

Pada tabel 5 terlihat bahwa

pada kriteria butuh perhatian

terbanyak dengan prosentase

75%, disusul dengan kekuatan

22% dan pengembangan sebesar

3%. Hal ini membuktikan bahwa

tingkat empati pada remaja

perokok di Desa Matesih

membutuhkan perhatian agar

tercipta hidup rukun, damai,

saling menghormati dan

menghargai antar masyarakat dan

kenakalan remaja khususnya di

Desa Matesih dapat diminimalisir.

Karena pengertian empati

menurut Goleman (2009)

merupakan kemampuan untuk

mengelola sensitivitas,

menerapkan diri pada sudut

pandang orang lain sekaligus

menghargainya.

Jika remaja perokok di Desa

Matesih dapat mengelola rasa

empati yang ada dalam dirimaka

akan tercipta lingkungan yang

rukun, damai dan menghargai

antar sesama. Sesuai dengan

penelitian Kumala (2014) rasa

empati memang diperlukan oleh

manusia tidak terkecuali remaja

sebagai makhluk sosial. Jika rasa

empati terhadap sesama kurang,

maka diperlukan suatu upaya

untuk dapat membangun rasa

empati antar sesama manusia.

Karena hal itu sangat diperlukan

untuk keberlangsungan hidup

manusia sebagai makhluk sosial.

6. Keterampilan Sosial

Tabel 6 Keterampilan Sosial

pada Remaja Perokok di Desa

Matesih Tahun 2016 (n=59)

No. Kriteria Jumlah

Responden

Prosentase

(%)

1 Kuat 10 17%

2 Butuh

perhatian 46 78%

3 Pemgembangan 3 5%

Jumlah 59 100 %

Pada tabel tersebut terlihat

bahwa tingkat prosentase pada

kriteria butuh perhatian

sebesar78%, disusul dengan

kekuatan 17% dan

pengembangan sebesar 5%.Hal

ini membuktikan bahwa tingkat

keterampilan sosial pada remaja

perokok di Desa Matesih

membutuhkan perhatian.Jika

N

o Kriteria

Jumlah

Responden

Prosen

tase

1 Kuat 13 22%

2 Butuh Perhatian 44 75%

3 Pengembangan 2 3%

Jumlah 59 100 %

Page 19: PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES … · tembakau yang kemudian dihisap asapnya baik menggunakan rokok ataupun pipa (Aryani, 2013). ... wawancara awal yang mengacu pada tabel

19

remaja perokok di desa Matesih

dapat mengelola keterampilan

sosial yang ada dalam diri maka

akan tercipta lingkungan

makmur dan sejahtera.

Keterampilan sosial juga

berkaitan dengan kemampuan

menangani emosi dalam

hubungan dan mampu

mempengaruhiataumenginspiras

ioranglain, keterampilan sosial

merupakan dasar penting untuk

kerja tim sukses dan

kepemimpinan, sehingga akan

tercipta masyarakat yang sehat.

Hal ini didukung oleh

pengertian dari Goleman (2009)

bahwa keterampilan sosial

merupakan kemampuan untuk

mengelola, pengaruh dan

menginspirasi emosi orang lain.

Semakin tinggi keterampilan

seseorang maka semakin tinggi

pula tingkat mengelola,

mempengaruhi dan

menginsipirasi orang lain

danbegitu sebaliknya. Jika pada

penelitian ini tingkat

keterampilan sosial pada remaja

perokok rendah maka diperlukan

suatu perhatian agar remaja-

remaja perokok di Desa Matesih

dapat meningkatkan ketrampilan

diri sehingga dapat mengelola,

mempengaruhi dan

menginsipirasi orang lain

dengan kegiatan positif.

Dalam penelitan ini, faktor-

faktor penyebab kurangnya

ketrampilan sosial pada remaja

perokok di Desa Matesih

dikarenakan masih kurangnya

keterampilan sosial dalam diri

remaja, kecenderungan bersikap

keras terhadap lingkungan sosial

terlihat dari remaja perokok

yang bersikap acuh tak acuh

terhadap lingkungannya,

kurangnya interaksi dengan hal-

hal positif pada diri masyarakat

bahwa kebanyakan remaja

perokok tidak ikut serta dalam

kegiatan gotong royong

sehingga menjadi

penyebabremaja perokok di

Desa Matesih membutuhkan

perhatian

SIMPULAN

1. Karakteristikresponden remaja

perokok di desa Matesih tahun

2016 berdasarkan usiayang

Page 20: PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES … · tembakau yang kemudian dihisap asapnya baik menggunakan rokok ataupun pipa (Aryani, 2013). ... wawancara awal yang mengacu pada tabel

20

tertinggi adalah umur 19 tahun

sejumlah 15 responden dengan

tingkat presentase 25%,

berdasarkan jenis kelamin, laki –

laki lebih banyak daripada wanita

yaitu 54 responden dengan tingkat

presentase 92%, dan berdasarkan

pekerjaan, paling banyak adalah

sebagai petani sejumlah 25

responden dengan tingkat

presentase 43%.

2. Mengenali emosi diri remaja

perokok di desa Matesih masuk

ke dalam kategori membutuhkan

perhatian, sebanyak 44 responden

dengan tingkat prosentase 74%.

3. Mengelola emosi remaja perokok

di desa Matesih masuk ke dalam

kategori membutuhkan perhatian,

hal ini terbukti dengan sebanyak

39 responden dan prosentase

masih dinilai tinggi yaitu 69%.

4. Tingkat memotivasi diri sendiri

dari remaja perokok di desa

Matesih juga membutuhkan

perhatian hal ini dibuktikan

dengan sebanyak 45 responden

dan nilai prosentase masih sangat

tinggi yaitu 76%.

5. Rasa empati yang terdapat di

dalam diri remaja perokok di desa

Matesih juga membutuhkan

perhatian hal ini dapat dilihat dari

jumlah responden sebanyak 44 ,

dan prosentase yang masih tinggi

yaitu 75%.

6. Dan keterampilan sosial pada

remaja perokok di Desa Matesih

juga masuk ke dalam kategori

membutuhkan perhatian dengan

46 responden dan tingkat

prosentase masih tinggi yaitu

78%.

Saran

Saran yang dapat disampaikan

oleh penulis sehubungan dengan

ganbaran kecerdasan emosional pada

remaja perokok di desa Matesih

adalah:

1. Bagi Remaja di Desa Matesih

Bagi remaja perokok agar dapat

meningkatkan kualitas diri dengan

menuntut ilmu dan berprilaku

yang positif agar mendapatkan jati

diri yang baik guna menunjang

masa depanyang jauh lebih baik

dari sekarang.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat memberikan

masukan bagi perkembangan ilmu

pengetahuan. Memberikan

pengetahuan dan pemahaman

Page 21: PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES … · tembakau yang kemudian dihisap asapnya baik menggunakan rokok ataupun pipa (Aryani, 2013). ... wawancara awal yang mengacu pada tabel

21

kepada remaja selaku perokok

aktif guna meminimalisir perilaku

merokok yang merugikan diri

sendiri. Institusi pendidikan dapat

bekerjasama dengan dinas

kesehatan terkait dengan

kesehatan remaja.

3. Bagi Peneliti Lain

Hasil dari penelitian ini dapat

digunakan sebagai dasar untuk

penelitian selanjutnya yang terkait

dengan gambaran kecerdasan

emosional yang meliputi banyak

aspek. Peneliti menyarankan

kepada peneliti selanjutnya untuk

meneliti lebih mendalam

mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi kecerdasan

emosional khususnya pada remaja

perokok yang butuh perhatian

salah satunya dengan metode

kualitatif.

4. Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan baru

mengenai gambaran

kecerdasanemosional pada remaja

perokok di desa Matesih.

DAFTAR PUSTAKA

Aryani, Maya. 2013. Hubungan

Antara Sikap Terhadap

Kesehatan Dengan Perilaku

Merokok Di SMAN 1 Pleret

Bantul.Fakultas Psikologi

Universitas Ahmad Dahlan

Yogyakarta

Chotidjah, Sitti. 2012.Pengetahuan

Tentang Rokok, Pusat Kendali

Kesehatan

Dewi, Bestari Kumala. 2016.

Dampak Buruk Merokok Pada

Otak.

http://health.kompas.com.Diakse

s tanggal 3 Januari 2017.

Erikson, H. Erik, 2000. Hubungan

Kecerdasan Emosionak

terhadap remaja perokok.

Yogyakarta

Fuadah, Maziyyatul. 2011. Gmbaran

faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Perilaku

Merokok Pada Mahasiswa Laki-

Laki Fakultas Teknik

Universitas Negeri Jakarta,

Jurnal FIK UI, 2011. Diakses

tanggal 12 september 2016

Goleman, Daniel. 2009. Emotional

Intelligence (terjemahan).

Jakata: PT Gramedia Pustaka

Utama.

Gretty C. Runtukahu, Jehosua

Sinolungan, Henry Opod. 2015.

Hubungan Kontrol Diri dengan

Perilaku Merokok Kalangan

Remaja di SMKN 1

Bitung.Jurnal e-Biomedik

(eBm), Volume 3, Nomor 1,

Januari-April 2015.

Infodatin . 2013. Perilaku Merokok

Masyarakat Indonesia

berdasarkan Riskesdas 2007 dan

Page 22: PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES … · tembakau yang kemudian dihisap asapnya baik menggunakan rokok ataupun pipa (Aryani, 2013). ... wawancara awal yang mengacu pada tabel

22

2013.

http://www.depkes.go.id/resourc

es/download/pusdatin/infodatin/i

nfodatin-hari-tanpa-tembakau-

sedunia.pdf.tanggal akses 9 Mei

2016.

Hasnida dan Indri Kemala.

2005.Hubungan Antara Stress

Dan Perilaku Merokok Pada

Remaja Laki-Laki. Psikologi

Fakultas kedokteran Universitas

Sumatera Utara. Jurnal

Psikologia.volume 1.No 2.

Desember 2005. Diakses

tanggal: 20 mei 2016.

Komalasari, D; Helmi, A.F.

2000.Faktor-Faktor Penyebab

Perilaku Merokok Pada

Remaja.Yogyakarta;Universitas

Gadjah Mada. Jurnal Psikologi.

Vol. 9 No. 2.

Kumala, Indri. 2014. Perilaku

Merokok pada Remaja. Medan:

Universitas Sumatera Utara.

Nasution, Indri Kemala. 2007.

Perilaku Merokok Pada

Remaja.Program studi Psikologi

Universitas Sumatera

Utara.USU.Repository@2008

Notoatmodjo, Soekidjo. 2012.

Metodologi Penelitian

Kesehatan. Jakarta : Rineka

Cipta.

Runtukahu, Gretty C,dkk. 2015.

Hubungan Kontrol Diri Dengan

Perilaku Merokok Kalangan

Remaja di SMKN 1

Bitung.Jurnal e-Biomedik (eBM)

Volume 3 Nomor 1, Januari-

April 2015.

Smith, Danielle MSc dkk

2011.Smoking Environment And

Adolescent Smoking : Evidence

From The Liverpool

Longitudinal Smoking Study.

Faculty of Health and Applied

Social Science

Liverpool.Volume 9. Issue 1

Stys, Yvonne & Shelley L.

Brown.2004.A Review of the

Emotional Intelligence

Literature and Implications for

Corrections.Research Branch

Correctional Service of Canada