psycological performance
DESCRIPTION
Ergonomi tentang psicological performanceTRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Fisiologi Kerja
Fisiologi Kerja adalah Ilmu yang mempelajari fungsi/faal tubuh
manusiapada saat bekerja. Merupakan dasar berkembangnya
ergonomi.Bisadikatakan juga fisiologi kerja adalah fokus dengan respon
tubuh terhadapkebutuhan metabolisme pada saat kerja dengan mengukur
aktivitas daricardiovaskular respiratory dan sistem otot pada saat kerja kita
bisamendapatkan informasi untuk mencegah kelelahan.
Dengan diketahuinya fisiologi kerja diharapkan mampu
meringankanbeban kerja seorang pekerja dan meningkatkan produktivitas
kerja.Pengetahuan dasar mengenai fisiologi kerja memungkinkan untuk
dapatdievaluasi suatu sistem kerja secara efektif. Diupayakan evaluasi
kerjasemaksimal mungkin bersifat objektif dan kuantitatif. Penilaian
secarakualitatif misalnya adanya kelelahan kerja, hal ini memerlukan
analisis lebihlanjut mengingat kemampuan individual yang berbeda.
2.2. Kerja Fisik dan Konsumsi Energi
Menurut Ismaryati (2009), kerja fisik merupakan sekumpulan atau
sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau
pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu. Pengukuran beban kerja
diartikan sebagai suatu teknik untuk mendapatkan informasi tentang
efisiensi dan efektivitas kerja suatu unit organisasi, atau pemegang jabatan
yang dilakukan secara sistematis dengan menggunakan teknik analisis
jabatan, teknik analisis beban kerja atau teknik manajemen lainnya. Lebih
lanjut dikemukakan pula, bahwa pengukuran beban kerja merupakan salah
satu teknik manajemen untuk mendapatkan informasi jabatan, melalui
proses penelitian dan pengkajian yang dilakukan secara analisis. Informasi
jabatan tersebut dimaksudkan agar dapat digunakan sebagai alat untuk
menyempurnakan aparatur baik di bidang kelembagaan, ketatalaksanaan,
dan sumber daya manusia. Pada dasarnya kerja fisik juga memberikan
tekanaan (stress) pada tubuh secara teratur, sistematik, dan
berkesinambungan. Agar memberi pengaruh yang berarti, latihan harus
dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama, progresif dan individual.
Kerja fisik mengakibatkan pengeluaran energi yang berhubungan erat
dengan konsumsi energi. Konsumsi energi pada waktu kerja biasanya
dilakukan secara tidak langsung.
Menurut Umiyarni (2012), kecukupan konsumsi energi dan protein
dalam makanan para pekerja sangat menunjang produktivitas dalam
pekerjaannya. Pada penelitian ini sebanyak 50% pekerja mengalami defisit
energi. Defisit energi terjadi karena pekerja mengkonsumsi makanan di
bawah AKG, yaitu 1800 kkal – 2200 kkal. Hubungan antara konsumsi
energi dengan kelelahan. Hubungan yang terjadi merupakan hubungan
negatif, artinya defisit energi akan menigkatkan peluang untuk terjadinya
kelelahan, demikian juga sebaliknya. Hubungan antara konsumsi energi
dengan produktivitas kerja. Konsumsi energi yang defisit akan berdampak
pada berkurangnya pasokan glikogen dan oksigen kepada jaringan otot,
akibatnya otot akan sulit melakukan kontraksi yang diperlukan untuk
melakukan. Semakin banyak aktivitas fisik yang melibatkan fungsi otot,
maka semakin banyak energi yang diperlukan. Pencegahan terhadap
kelelahan terutama ditujukan kepada upaya menekan faktor – faktor yang
berpengaruh secara positif. Berdasarkan penelitian, faktor negatif yang
perlu ditekan adalah upaya untuk mengurangi terjadinya defisit konsumsi
energi pada pekerja melalui usaha perbaikan gizi pekerja. Sebaiknya ada
penyediaan makanan khusus yang diselenggarakan oleh perusahaan
dengan kontrol oleh seorang ahli gizi profesional, sehingga para pekerja
dapat memenuhi konsumsi energi sesuai dengan angka kebutuhan gizinya.
Selain itu juga ada upaya untuk mengurangi terjadinya sakit / keluhan
setelah bekerja melalui penyediaan meja dan kursi kerja yang lebih
memenuhi persyaratan ergonomis, serta pemeriksaan kesehatan secara
rutin. Faktor positif yang perlu dipertahankan / ditingkatkan adalah
penyediaan air minum yang mencukupi bagi pekerja dan pemutaran alunan
musik yang dapat meningkatkan semangat dan motivasi dalam bekerja.
2.3. Pengukuruan Denyut Jantung
Menurut Nurmianto (2005), Denyut jantung merupakan jumlah
dari denyutan jantung per satuan waktu. Sejumlah konsumsi energi
tertentu akan lebih berat jika hanya ditunjang oleh sejumlah kecil otot
relatif terhadap sejumlah besar otot. Begitu juga untuk konsumsi energi
dapat juga menganalisa denyut jantung yang berbeda-beda. Pengukuran
denyut jantung dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Denyut jantung pada saat istirahat (resting pulse)
Merupakan rata-rata denyut jantung sebelum suatu pekerjaan dimulai.
2. Denyut jantung selama bekerja (working pulse)
Merupakan denyut jantung selama ketika seorang bekerja.
3. Denyut jantung untuk bekerja (work pulse)
Merupakan selisih antara denyut jantung selama bekerja dan selama
istirahat.
4. Denyut jantung selama istirahat total (total recovery cost or recovery
cost)
Merupakan jumlah aljabar denyut jantung dari berhentinya denyut
pada saat suatu pekerjaan selesai dikerjakan sampai dengan denyut
berada pada kondisi istirahatnya.
5. Denyut jantung kerja total (total work pulse or cardiac cost)
Merupakan jumlah denyut jantung dari mulainya suatu pekerjaan
sampai dengan denyut berada pada kondisi istirahatnya (resting level).
.
2.4. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kelelahan
Menurut Umiyarni (2012), definsi umum dari kelelahan kerja
adalah suatu kondisi dimana terjadi pada syaraf dan otot manusia,
sehingga tidak dapat berfungsi lagi sebagaimana mestinya. Kelelahan
dipandang dari sudut industri adalah pengaruh dari kerja dan pikiran tubuh
manusia yang cenderung untuk mengurangi kecepatan kerja mereka atau
menurunkan kualitas produksi dari perfomasi optimis seorang operator.
Kelelahan mempunyai empat cakupan yaitu penurunan dalam perfomasi
kerja. Maksudnya adalah pengurangan dalam kecepatan dan kualitas
output yang terjadi bila melewati suatu periode terntentu (fetigue
imdustri). Cakupan kelelahan yang kedua adalah pengurangan dalam
kapasitas kerja, maksudnya adalah perusakan otot atau ketidakseimbangan
susunan syaraf untuk memberikan stimulus (fatigue fisiologi). Cakupan
kelelahan yang ketiga adalah laporan – laporan subyektif dari pekerja,
berhubungan dengan perasaan gelisah dan bosan (faigue fisologi).
Cakupan yang terakhir adalah perubahan - perubahan dalam aktivitas dan
kapasitas kerja, maksudnya adalah perubahan fungsi fisiologi atau
perubahan dalam kemampuan dalam melakukan aktivitas fisiologi (fatigue
fungsional). Adapun faktor – faktor yang dapat mempengaruhi suatu
tingkatt kelelahan pada pekerja disaat menjalankan operasi atau
melakukan pekerjaannya, adlah sebagai berikut :
1. Penentuan dan lamanya waktu kerja.
2. Penentuan dan lamanya waktu istirahat.
3. Sikap mental pekerja.
4. Besarnya beban tetap.
5. Kemonotonan pekerjaan dalam lingkungan kerja yang tetap.
6. Kondisi tubuh operator pada waktu melaksanakan pekerjaan.
7. Lingkungan fisik kerja.
2.5. Faktor yang Mempengaruhi Heart Rate
Frekuensi denyut nadi manusia bervariasi, tergantung dari
banyak faktor yang mempengaruhinya, yaitu :
a. Usia
Frekuensi nadi secara bertahap akan menetap memenuhi
kebutuhan oksigenselama pertumbuhan. Pada orang dewasa efek
fisiologi usia dapat berpengaruh pada sistem kardiovaskuler. Pada usia
yang lebih tua lagi dari usia dewasa penentuan nadi kurang dapat
dipercaya
Frekuensi denyut nadi pada berbagai usia, dengan usia antara
bayi sampaidengan usia dewasa. Denyut nadi paling tinggi ada pada
bayi kemudian frekuensi denyut nadi menurun seiring dengan
pertambahan usia.
Tabel 2.1Frekuensi Denyut Nadi Berdasarkan Usia
No. Usia Frekuensi Nadi (denyut / menit)
1. <1 bulan 90 – 170
2. <1 tahun 80 – 160
3. 2 tahun 80 – 120
4. 6 tahun 75 – 115
5. 10 tahun 70 – 110
6. 14 tahun 65 – 100
7. >14 tahun 60 – 100
b. Jenis Kelamin
Denyut nadi yang tepat dicapai pada kerja maksimum pada
wanita lebih tinggi dari pada pria. Pada laki-laki muda dengan kerja
50% maksimal rata-rata nadi kerja mencapai 128 denyut per menit,
pada wanita 138 denyut per menit. Pada kerja maksimal pria rata-rata
nadi kerja mencapai 154 denyut per menit dan pada wanita 164 denyut
per menit.
c. Ukuran Tubuh
Ukuran tubuh yang penting adalah berat badan untuk ukuran
tubuh seseorang yaitu dengan menghitung IMT (Indeks Masa Tubuh)
dengan Rumus :
BB(Kg)IMT=TB(m) X TB(m)
Keterangan :
IMT = Indek Masa Tubuh
BB = Berat Badan
TB = Tinggi Badan.
D. Kehamilan
Frekuensi jantung meningkat secara progresif selama masa
kehamilan dan mencapai maksimal sampai masa aterm yang
frekuensinya berkisar 20% diatas keadaan sebesar hamil.
d. Keadaan Kesehatan
Pada orang yang tidak sehat dapat terjadi perubahan irama
atau frekuensi jantung secara tidak teratur. Kondisi seseorang yang baru
sembuh dari sakit makafrekuensi jantungnya cenderung meningkat.
e. Riwayat Kesehatan
Riwayat seseorang berpenyakit jantung, hipertensi, atau
hipotensi akan mempengaruhi kerja jantung. Demikian juga pada
penderita anemia (kurang darah)akan mengalami peningkatan
kebutuhan oksigen sehingga Cardiac output meningkat yang
mengakibatkan peningkatan denyut nadi.
f. Rokok dan Kafein
Rokok dan kafein juga dapat meningkatkan denyut nadi. Pada
suatu studi yang merokok sebelum bekerja denyut nadinya meningkat
10 sampai 20 denyut permenit dibanding dengan orang yang dalam
bekerja tidak didahului merokok. Pada kafein secara statistik tidak ada
perubahan yang signifikan pada variable metabolickardiovaskuler kerja
maksimal dan sub maksimal.
g. Intensitas dan Lama Kerja
Berat atau ringannya intensitas kerja berpengaruh terhadap
denyut nadi. Lama kerja, waktu istirahat, dan irama kerja yang sesuai
dengan kapasitas optimal manusia akan ikut mempengaruhi frekuensi
nadi sehingga tidak melampaui batas maksimal. Batas kesanggupan
kerja sudah tercapai bila bilangan nadi kerja (rata-rata24nadi selama
kerja) mencapai angka 30 denyut per menit dan di atas bilangan nadi
istirahat. Sedang nadi kerja tersebut tidak terus menerus menanjak dan
sehabis kerja pulih kembali pada nadi istirahat sesudah ± 15 menit.
h. Sikap Kerja
Posisi atau sikap kerja juga mempengaruhi tekanan darah.
Posisi berdiri mengakibatkan ketegangan sirkulasi lebih besar
dibandingkan dengan posisi kerja duduk.
i. Faktor Fisik
Kebisingan merupakan suatu tekanan yang merusak
pendengaran. Selama itu dapat meningkatkan denyut nadi, dan
mempengaruhi parameter fisiologis yang lain yang dapat menurunkan
kemampuan dalam kerja fisik. Penerangan yang buruk menimbulkan
ketegangan mata, hal ini mengakibatkan kelelahan mata yang berakibat
pada kelelahan mental dan dapat memperberat beban kerja.
j. Kondisi Psikis
Kondisi psikis dapat mempengaruhi frekuensi jantung.
Kemarahan dan kegembiraan dapat mempercepat frekuensi nadi
seseorang. Ketakutan, kecemasan, dankesedihan juga dapat
memperlambat frekuensi nadi seseorang.
2.6. Panjang Periode Kerja dan Istirahat
Menurut Bridger (2003), Panjang periode kerja dan istirahat
berdasarkan kelelahan yang dirasakan operator. Istirahat dilakukan dalam
rangka memulihkan kelelahan pada operator setelah beberapa lama bekerja.
Periode kerja dan istirahat juga dapat sebagai tolak ukur ketahanan seorang
operator. Waktu saat kita bekerja harus seimbang dengan waktu saat kita
istirahat. Semua orang mempunyai tingkat ketahanannya sendiri. Waktu
istirahat sewaktu kita bekerja dapat kita hitung melalui denyut nadi yang
digunakan juga untuk menghitung energi yang kita konsumsi. Waktu
istirahat berfungsi untuk mengembalikan kondisi tubuh kita untuk kembali
pada keadaan semula.
Jika seseorang bekerja pada tingkat energi diatas 5,2 kcal per
menit, maka pada saat itu akan timbul rasa lelah. Menurut Murrel (1965)
kita masih mempunyai cadangan sebesar 25 kcal sebelum munculnya
Asam Laktat sebagai tanda saat dimulainya waktu istirahat. Cadangan
energi akan hilang jika kita bekerja lebih dari 5,0 kcal per menit. Selama
periode istirahat, cadangan energi tersebut dibentuk kembali.
Lamanya waktu istirahat
Untuk menghitung waktu kerja maka menggunakan rumus seperti
dibawah ini jika diketahui bahwa:
E = Konsumsi energi selama pekerjaan berlagsung (kcal/menit)
(E-5,0) = Habisnya cadangan ebergi (kcal/menit)
Tw = Waktu kerja( working time)( menit )
Yang dirumuskan sebagai berikut:
Tw=25E−5
menit
Lamanya waktu istirahat
1. Lamanya waktu istirahat diharapkan cukup untuk menghasilkan
cadangan energi tersebut.
2. Diasumsikan bahwa selama istirahat jumlah energi adalah 1,5
kcal/menit.
3. Tingkat energi dimana cadangan energi akan dibangun kembali
adanya adalah (5,0 – 1,5) kcal/menit.
4. Periode istirahat yang dibutuhkan adalah :
T R=255−1,5
=7,1 menit
Waktu istirahat ini adalah konstan atau tetap dan
diasumsikan berdasar pada 25 kcal.
Beberapa contoh dari penerapan konsumsi oksigen untuk
perancangan produk dan kerja ,alternatif metode kerja dan lain-lain
1. Perancangan kerja untuk pemindahan beban variebel yang ditinjau
adalah :
a. Pemindahan material pada satu macam beban
b. Pemindahan material pada beberapa macam beban yang bervariasi
c. Analisis resiko untuk beban yang terlalu berat
2. Perancangan produk parameter yang diasumsikan adalah:
a. Energi yang dikonsumsi sebagai fungsi dari diameter roda yang
diputar pada perancangan produk
b. Meningkatnya energi dengan bertambah besarnya diameter dan
tekanan udara didalam suatu produk
c. Menurunnya beban otot statis
d. Pengukuran frekuensi optimum untuk berbagai macam power
output pada produk.
2.7. Perhitungan Waktu Istirahat
Setelah melakukan aktivitas lari selama 5 menit dengan treadmill,
maka dihitung pengeluaran energi yang digunakan pada waktu aktivitas
tersebut dengan menggunakan persamaan Astuti (1985) sebagai berikut :
Y = 1,804 – 0,0229 X + 4,717.10-4 X2
Dimana : Y = energi (kilokalori per menit)
X = kecepatan denyut jantung / heart rate (denyut per menit)
Perhitungan dilakukan dua kali, yaitu dengan :
X1 = HR Normal, akan diperoleh Y1 = energi pada saat istirahat
X2 = HR saat Aktivitas tertinggi (pada detik ke-10 setelah
aktivitas), akan diperoleh Y2 = energi pada saat aktivitas
Selanjutnya untuk menghitung konsumsi energi saat berlari pada
treadmill,dapat ditulis dengan persamaan berikut :
KE = Et – Ei
Dengan : KE = konsumsi energi (kilokalori per menit)
Et = Y2 = pengeluran energi pada saat waktu kerja tertentu
(kilokalori per menit)
Ei = Y1 = pengeluaran energi pada saat istirahat (kilokalori per
menit)
Konsumsi energi pada waktu berlari di treadmill merupakan selisih
antara pengeluaran energi pada waktu kerja tersebut dengan pengeluaran
energi saat istirahat.
Selanjutnya dilakukan perhitungan mengenai waktu istirahat agar
sejalan dengan beban kerja. Berikut ini persamaan matematis (Murrel) yang
digunakan :
R = T (W −S)W −1 ,5
Dengan : R = waktu istirahat yang dibutuhkan (menit)
T = total waktu kerja ( = 5 menit )
W = KE = konsumsi energi rata-rata untuk bekerja (kilokalori per
menit)
S = pengeluaran energi rata2 yang direkomendasikan (gunakan 4
kcal/min untuk wanita atau 5 kcal/min untuk pria)