ptep safety program manual
DESCRIPTION
Program Manual untuk SafetyTRANSCRIPT
HSE PROGRAM MANUAL
No : HSM-EP-002
Tgl terbit : 01/02/2011
Revisi : R0
Halaman : 1 dari 31
Kolom Pengesahan
Dibuat Oleh, Diperiksa Oleh, Ditetapkan Oleh,
SSU MSJ MSJ Distribusi Ke : -
HSE PROGRAM MANUAL
No : HSM-EP-002
Tgl terbit : 01/02/2011
Revisi : R0
Halaman : 2 dari 31
ISI
1. Kebijakan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L)/ HSE Policy.
2. Management Meeting
3. Komite K3L
4. Orentasi, Pelatihan dan Pengawasan Karyawan
5. Penilaian Bahaya & Resiko dan Inspeksi-inspeksi Tempat Kerja
6. Investigasi Incident/Accident
7. Peraturan-peraturan dan Prosedur-prosedur Bekerja yang Aman
8. P3K/First Aid dan Kondisi Darurat
9. Keamanan dan Keselamatan Karyawan dan Masyarakat
10. Sub-Contractor Safety
11. Pencatatan dan Statistik
12. Lingkungan
HSE PROGRAM MANUAL
No : HSM-EP-002
Tgl terbit : 01/02/2011
Revisi : R0
Halaman : 3 dari 31
BAGIAN 1
1. KEBIJAKAN KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN (K3L)/ HSE POLICY
1.1. UMUM Kebijakan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L) PT Envitech Perkasa menyatakan bahwa Top
Management berkomitmen untuk memenuhi dan melaksanakan ketentuan yang ada dalam rangka
memastikan terlaksananya program-program K3L di lingkungan kerja PT. Envitech Perkasa.
1.2. KEBIJAKAN DAN PERSYARATAN 1.2.1. Perusahaan melalui Manajemennya bertanggung jawab untuk:
a. Menyediakan lingkungan kerja yang aman dan sehat;
b. Memastikan telah dilakukan inspeksi-inspeksi yang berkala dan melakukan tindakan yang
diperlukan untuk memperbaiki kondisi-kondisi yang tidak aman;
c. Memastikan bahwa keselamatan, kesehatan dan keamanan karyawan dipertimbangkan sebagai
bagian yang integral dari perencanaan, konstruksi, pembelian dan perawatan dari semua
peralatan dan proses suatu proyek/ pekerjaan;
d. Menyediakan fasilitas P3K yang diperlukan;
e. Mendukung para pengawas dan komite K3L dalam pengimplementasian sebuah program K3L
yang efektif;
f. Memastikan kepatuhan dan kesesuaian terhadap peraturan-peraturan K3L yang berlaku baik dari
client maupun pemerintah baik regional maupun nasional;
g. Membentuk komite K3L;
h. Melakukan komunikasi dengan komunitas perusahaan atau pihak-pihak yang terkait terhadap
suatu kejadian atau situasi dimana terjadi kemungkinan adanya potensi bahaya muncul;
i. Memastikan bahwa sumber daya memadai untuk implementasi prosedur-prosedur yang ada.
1.2.2. Para pengawas mempunyai tanggung jawab untuk:
a. Menyusun peraturan-peraturan safety dan prosedur-prosedur kerja yang spesifik berkaitan dengan
area kerja yang menjadi lingkup pengawasannya;
b. Memastikan semua karyawan yang dibawah pengawasannya concern terhadap praktek-praktek
kerja yang aman dan mengikuti prosedur-prosedur safety yang ada;
c. Memberikan pelatihan tentang pengoperasian alat/unit/machine yang aman;
d. Melakukan inspeksi secara berkala terhadap area kerja yang menjadi tanggung jawabnya;
e. Melakukan perbaikan jika menemukan cara kerja yang tidak aman dan kondisi-kondisi yang
berbahaya;
f. Responsive terhadap hal-hal yang membahayakan atau bisa mengganggu kelancaran proses
kerja serta melakukan investigasi terhadap setiap incident/accident yang terjadi dalam area kerja
yang menjadi tanggung jawabnya;
HSE PROGRAM MANUAL
No : HSM-EP-002
Tgl terbit : 01/02/2011
Revisi : R0
Halaman : 4 dari 31
g. Melaporkan setiap ada incident/accident yang bisa membahayakan dan atau mungkin
menempatkan perusahaan pada posisi yang beresiko kepada atasan atau depertemen yang
berwenang;
h. Ikut berpartisipasi jika diminta ikut dalam Komite K3L.
1.2.3. Semua karyawan PT Envitech Perkasa bertanggung jawab untuk:
a. Mencari dan mengetahui peraturan-peraturan dan prosedur-prosedur safety yang dikeluarkan oleh
Pengawas, Kepala Departemen dan Perusahaan (Manajemen);
b. Mempunyai kepedulian terhadap safety dalam setiap aktifitas kerjanya;
c. Melaporkan dengan sesegera mungkin jika melihat incident/accident, tindakan tidak aman dan
kondisi tidak aman yang bisa membahayakan atau mengganggu proses kerja/ usaha perusahaan
kepada pengawas atau kepala departemen terkait;
d. Ikut berpartisipasi jika dipilih dan diangkat menjadi anggota Komite K3L.
HSE PROGRAM MANUAL
No : HSM-EP-002
Tgl terbit : 01/02/2011
Revisi : R0
Halaman : 5 dari 31
HSE PROGRAM MANUAL
No : HSM-EP-002
Tgl terbit : 01/02/2011
Revisi : R0
Halaman : 6 dari 31
BAGIAN 2
2. PERTEMUAN MANAJEMEN/ MANAGEMENT MEETING
2.1. UMUM 2.1.1. Fungsi manajemen dalam proses pengembangan dan pelaksanaan dari Program-program K3L
adalah suatu hal yang sangat fundamental.
2.1.2. Manajer-manajer tidak hanya memberikan petunjuk tetapi juga harus memberikan contoh dari
budaya kerja yang aman dan kepatuhan/kesesuaian terhadap aturan-aturan yang ada.
2.1.3. Partisipasi manajemen dalam pelaksanaan program K3L akan mempengaruhi sikap seluruh
karyawan dalam proses pelaksanaan program-program K3L yang ada.
2.2. KEBIJAKAN DAN PERSYARATAN 2.2.1. Perusahaan berkomitmen terhadap lingkungan kerja yang aman dan sehat, oleh sebab itu
perusahaan mensyaratkan setiap manajemen departemen melakukan upaya yang optimal untuk
membangun dan menjaga suatu lingkungan kerja yang aman dan sehat. Untuk memenuhi kondisi
tersebut maka manajemen departemen harus waspada terhadap setiap isu atau aktifitas-aktifitas
yang bisa berdampak kepada komitmen perusahaan tersebut.
2.2.2. Salah satu tahap untuk mencapai tujuan tersebut adalah membuat jadwal pertemuan manajemen
yang bertujuan untuk memastikan:
a. Komunikasi dua (2) arah antara manajemen dan karyawan terbentuk dan berjalan dengan baik;
b. Manajemen bisa menerima dan mempertimbangkan rekomendasi-rekomendasi dari Komite
K3L;
c. Aspek-aspek penting dari Program K3L seperti: inspeksi, investigasi incident/accident, dan
aktifitas Komite K3L bisa dimonitor dan dievaluasi.
2.2.3. Semua Senior Management dan Pengawas diminta untuk berpartisipasi dalam pertemuan
manajemen, dengan kriteria umum seperti:
a. Ikut pertemuan paling tidak sekali dalam sebulan;
b. Mempunyai agenda yang disiapkan;
c. Berdiskusi dan membuat keputusan-keputusan berkaitan dengan rekomendasi-rekomendasi
dari Komite K3L;
d. Membuat pembagian tugas dan tanggung jawab terhadap tindakan-tindakan perbaikan yang
diperlukan dan mengkomunikasikan keputusan manajemen yang telah dibuat;
e. Mendokumentasikan setiap hasil meeting;
f. Mendistirbusikan Minutes of Meeting sesuai keperluan.
2.2.4. Efektifitas dari management meeting ini tergantung dari yang hadir dan partisipasinya dalam
meeting. Merupakan tanggung jawab dari key person dan orang yang hadir dalam dua (2) level
meeting untuk memastikan bahwa mereka telah mengkomunikasikan informasi-informasi penting
dan keputusan-keputusan yang telah dibuat dalam meeting ini. Hal ini merupakan penghubung yang
membuat tersambungnya sebuah rantai komunikasi manajemen (chain management).
HSE PROGRAM MANUAL
No : HSM-EP-002
Tgl terbit : 01/02/2011
Revisi : R0
Halaman : 7 dari 31
BAGIAN 3
3. KOMITE KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN (K3L)
3.1. UMUM 3.1.1. Komite Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L) adalah merupakan komite yang
dibentuk dari perwakilan karyawan dan manajemen yang secara bersama akan mengidentifikasi dan
menyelesaikan problem-problem K3L yang muncul di lingkungan kerja perusahaan. Komite ini
merupakan unit organisasi perusahaan yang berfungsi untuk mengkoordinasi kegiatan-kegiatan K3L
dan memonitor status dari program-program K3L yang ada.
3.1.2. Semua karyawan pada semua level harus diikutsertakan dalam struktur dan operasional program
K3L dan dalam setiap pengambilan keputusan-keputusan yang berkaitan dengan keselamatan dan
kesehatan karyawan.
3.1.3. Komite Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan berfungsi untuk:
a. Memberikan pengarahan dalam membuat temnpat kerja yang aman dan sehat;
b. Memberikan tindakan-tindakan rekomendasi yang akan meningkatkan efektifitas dari program
K3L;
c. Memberi contoh/panduan kepatuhan/kesesuaian terhadap regulasi-regulasi K3L.
3.2. KEBIJAKAN DAN PERSYARATAN 3.2.1. Manajemen mendorong semua karyawan untuk berperan aktif dalam pelaksanaan Program-program
K3L dengan mendukung sepenuhnya kegiatan-kegiatan dari Komite K3L.
3.2.2. Perwakilan yang ada di Komite K3L baik dari karyawan, manajemen dan perwakilan antar
departemen harus selalu menjalin kerjasama yang kooperartif untuk meningkatkan performa dari K3L
perusahaan.
3.2.3. Tugas mereka adalah memberikan rekomendasi-rekomendasi perubahan/tindakan kepada senior
management. Senior management kemudian membuat pertimbangan dan keputusan beradasarkan
rekomendasi-rekomendasi yang ada.
3.2.4. Pihak manajemen akan memberikan semua kebutuhan sumber daya yang diperlukan oleh Komite
K3L agar berfungsi secara efektif, antara lain:
a. Pelatihan untuk anggota-anggota Komite K3L
b. Dukungan administratif
c. Memberikan kecukupan waktu untuk anggota Komite dalam menjalankan tugas dan
kewajibannya.
d. Membuka komunikasi dua (2) arah.
3.2.5. Semua diskusi-diskusi dan keputusan yang berlangsung dan dibuat dalam meeting harus dicatat dan
Minutes of Meeting didistribusikan ke senior management dan HSE Department.
3.3. KEANGGOTAAN KOMITE K3L 3.3.1. Keanggotaan Komite K3L merupakan representatif dari karyawan dan manajemen yang
mempresentasikan dari berbagai departemen yang ada dalam organisasi perusahaan.
HSE PROGRAM MANUAL
No : HSM-EP-002
Tgl terbit : 01/02/2011
Revisi : R0
Halaman : 8 dari 31
3.3.2. Setiap Department Head harus menunjuk salah seorang staff untuk mewakili departemen masing-
masing.
3.3.3. Harus dipastikan bahwa semua kelompok atau area kerja yang besar harus mempunyai perwakilan
dengan jumlah yang memadai dalam keanggotaan Komite K3L.
3.4. PERAN DAN FUNGSI DARI KOMITE Dalam rangka memonitor pelaksanaan dari program-program K3L, Komite K3L harus:
3.4.1. Berpartisipasi secara regular dalam aktifitas inspeksi-inspeksi tempat kerja dan membuat laporan
ketika kondisi-kondisi bahaya ditemukan;
3.4.2. Mereview dokumen-dokumen instruksi safety dan membuat rekomendasi-rekomendasi untuk
perbaikannya, khususnya ketika peralatan atau sistem baru diperkenalkan;
3.4.3. Mereview dan membuat rekomendasi-rekomendasi berkaitan dengan semua laporan incident/
accident yang terjadi dalam lingkup kerja mereka;
3.4.4. Memastikan bahwa semua incident/accident dilaporkan ke HSE Department Head Office;
3.4.5. Mendampingi petugas/pejabat/inspektor pemerintah dan/atau client yang sedang melakukan inspeksi
berkaitan dengan pemenuhan regulasi yang ada;
3.4.6. Mereview dan membuat rekomendasi-rekomendasi berkaitan dengan hasil laporan inspeksi dari
petugas/pejabat/insepector dari pemerintah dan/ atau client;
3.4.7. Melakukan audit Program-program K3L yang berada dalam area kerja tanggung jawabnya.
3.5. TUGAS DARI PEJABAT DAN ANGGOTA KOMITE K3L 3.5.1. Melaporkan kondisi-kondisi dan praktek-praktek kerja yang tidak aman
3.5.2. Hadir dalam setiap Pertemuan K3L
3.5.3. Melaporkan setiap incident/accident
3.5.4. Melakukan inspeksi-inspeksi
3.5.5. Investigasi semua serious accident
3.5.6. Memberikan kontribusi berupa ide-ide dan usulan-usulan untuk meningkatkan performa K3L
perusahaan
3.5.7. Bekerja secara aman, dan mempengaruhi pihak lainnya untuk berkerja secara aman
3.5.8. Memberikan pengarahan/ pemahaman pada setiap orang yang mungkin bisa terkena dampak dari
kondisi atau tindakan tidak aman
3.6. TUGAS DARI PIMPINAN KOMITE K3L 3.6.1. Merencanakan waktu dan tempat untuk pertemuan
3.6.2. Menyiapkan dan mendistribusikan agenda sebelum pertemuan dilaksanakan
3.6.3. Mereview MOM sebelumnya dan bahan-bahan untuk meeting
3.6.4. Melaporkan status dari aktualisasi usulan-usulan dan rekomendasi-rekomendasi
3.6.5. Memimpin diskusi pertemuan mengarah kepada kesimpulan-kesimpulan yang jelas
HSE PROGRAM MANUAL
No : HSM-EP-002
Tgl terbit : 01/02/2011
Revisi : R0
Halaman : 9 dari 31
3.7. TUGAS DARI SEKRETARIS KOMITE K3L 3.7.1. Menyiapkan Minutes of Meeting
3.7.2. Mendistribusikan Minutes of Meeting
3.7.3. Menulis laporan-laporan dan korespondensi
3.7.4. Melaporkan status dari aktualisasi usulan-usulan dan rekomendasi-rekomendasi
3.7.5. Mengarahkan diskusi pertemuan kepada kesimpulan-kesimpulan yang jelas
3.8. COMMITTEE MEETING Pertemuan/ meeting dilakukan paling sedikit satu (1) bulan sekali, lebih baik dilakukan dalam hari yang sama
dalam setiap bulan dan setidaknya mempunyai agenda sebagai berikut:
3.8.1. Membacakan dan penerimaan dan Minutes of Meeting pertemuan sebelumnya;
3.8.2. Melaporkan dari tindakan-tindakan yang diperlukan dari hal-hal/ problem yang ada dalam MOM;
3.8.3. Melaporkan anggota Komite K3L yang telah melakukan inspeksi;
3.8.4. Laporan dari hasil Inpeksi petugas/inspector dari pemerintah dan/ atau client (jika ada);
3.8.5. Melaporkan investigasi incident/accident, penyebab dan tindakan yang perlu dilakukan untuk
pencegahan terjadi lagi;
3.8.6. Rekomendasi-rekomendasi untuk peningkatan performa K3L perusahaan, antara lain: kebutuhan
pelatihan, program awareness, hazard communication atau tindakan yang perlu dilakukan terhadap
resiko/bahaya yang spesifik;
3.8.7. Isu-isu baru yang berkaitan dengan K3L; dan
3.8.8. Waktu dan tempat meeting berikutnya.
3.9. REKOMENDASI PERTEMUAN 3.9.1. Rekomendasi-rekomendasi dari Komite K3L berkaitan dengan pengendalian bahaya-bahaya atau
peningkatan program-program pencegahan harus diberikan kepada Department Head/ personel
yang bertanggung jawab pada kegiatan operasional departemen/ grup kerjanya.
3.9.2. Respon dan rencana kegiatan dari masing-masing Department Head yang berkaitan dengan
rekomendasi dari Komite K3L harus disampaikan kepada Pimpinan Komite tepat waktu untuk
dibahas pada meeting berikutnya.
3.9.3. Isu-isu atau problem-problem yang tak terselesaikan dalam komite bisa diangkat dan dibahas dalam
pertemuan P2K3L.
3.10. MOM PERTEMUAN KOMITE K3L 3.10.1. Sekretaris Komite K3L menyusun MOM dari Pertemuan Komite, memperbanyak dan
mendistribusikan ke:
a. Semua anggota Komite K3L
b. Semua Department Head
c. HSE Department HO
Copy dari MOM ditempelkan pada papan pengumuman atau buletin dari masing-masing department.
HSE PROGRAM MANUAL
No : HSM-EP-002
Tgl terbit : 01/02/2011
Revisi : R0
Halaman : 10 dari 31
BAGIAN 4
4. ORENTASI, PELATIHAN DAN PENGAWASAN KARYAWAN
4.1. UMUM 4.1.1. Orentasi dan pelatihan karyawan adalah elemen-elemen yang merupakan kunci dari program
pencegahan incident/accident.
4.1.2. Situasi-situasi yang membahayakan dapat dihilangkan atau dibuat rendah tingkat resikonya, jika para
karyawan mendapatkan pelatihan dan instruksi-instruksi yang memadai.
4.1.3. Adalah hal yang sangat krusial bagi pegawai baru dan semua karyawan yang ditugaskan pada
pekerjaan yang mengandung potensi bahaya yang signifikan, untuk mendapatkan pelatihan yang
memadai berkaitan dengan pelaksanaan tugasnya.
4.1.4. Para pengawas merupakan personel kunci dalam hal pencapaian produksi dan performa K3L.
Mereka bertanggung jawab untuk tindakan-tindakan yang diambil dalam area tanggung jawabnya
dan akan dinilai oleh perusahaan terhadap hasil-hasil yang telah dicapainya.
4.1.5. Para pengawas bertanggung jawab untuk memastikan bahwa prosedur-prosedur kerja diikuit dan
sesuai dengan kaidah-kaidah Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan.
4.2. KEBIJAKAN DAN PERSYARATAN 4.2.1. Manajemen mengharuskan setiap Department Head untuk memberikan arahan dan instruksi yang
tepat kepada para karyawan dalam melaksanakan aktifitas dengan aman dalam setiap tugas-tugas
kerja yang diberikan.
4.2.2. Melalui pelatihan dan pengawasan para pekerja dibentuk menjadi seorang pekerja yang waspada
terhadap bahaya-bahaya kerja yang ada dan mengikuti prosedur-prosedur kerja yang aman dalam
rangka untuk melindungi diri mereka masing-masing.
4.2.3. Untuk memenuhi kriteria yang diberikan oleh manajemen tersebut, maka tiap departmen diharuskan
membekali para pekerjanya dengan:
a. Orentasi dan OJT (On the Job Training) yang lengkap
b. Pengawasan kerja yang konsisten dan fair
4.2.4. Data-data dan catatan mengenai orentasi dan pelatihan harus dikelola dengan baik untuk
meverifikasi bahwa para karyawan telah mendapatkan instruksi kerja yang mencukupi untuk bekerja
yang aman.
4.2.5. Setiap program pelatihan selesasi dilaksanakan, pengawas menandatangani setiap data dan catatan
pelatihan karyawan yang dibawah tanggung jawabnya dan secara reguler akan diikuti dengan
program pelatihan lainnya untuk memastikan konsistensi dan kompetensinya.
Orentasi 4.2.6. HRD Department bertanggung jawab untuk melaksanakan sesi orentasi umum untuk karyawan baru
atau karyawan pindahan. Berikut adalah topik-topik umum yang disampaikan selama orentasi umum:
a. Tujuan dan Sasaran PT Envitech Perkasa
b. Job Description (termasuk didalamnya batasan-batasan dan wewenangnya)
HSE PROGRAM MANUAL
No : HSM-EP-002
Tgl terbit : 01/02/2011
Revisi : R0
Halaman : 11 dari 31
c. Kinerja yang diharapkan
d. Gaji, jam kerja, tunjangan-tunjangan, sistem penggajian dll.
4.2.7. Tiap Departemen juga melakukan sesi Departemental Orientation untuk setiap karyawan baru dan
karyawan pindahan.
4.2.8. Para pengawas melakukan sesi departemental orientation terhadap karyawan yang dibawah
tanggung jawabnya berdasarkan Departemental Orientation & Training Guidelines.
4.2.9. Seorang pekerja harus mendapat pelatihan orentasi selama minimal 7 (tujuh) hari kerja sejak dia
diterima kerja di perusahaan.
On the Job Training (OJT) 4.2.10. OJT diberikan kepada karyawan baru atau ketika sebuah prosedur dan/ atau sistem baru
diperkenalkan. OJT dilaksanakan oleh para supervisor dan akan berisi antara lain:
a. Penggunaan dokumen prosedur kerja dan instruksi kerja aman dalam sebuah praktek tugas/
kerja
b. Penjelasan tentang aspek-aspek safety dalam melaksanakan tugas kerja khusus
c. Penjelasan siapa yang harus dihubungi ketika minta bantuan
d. Secara bertahap membiarkan karyawan melaksanakan tugas kerjanya, masih dalam
pengawasannya, sampai karyawan dapat menunjukkan pengetahuan dan ketrampilan yang
dibutuhkan untuk pelaksanaan tugas kerja tersebut.
e. Memverifikasi bahwa karyawan tersebut telah belajar dan memahami prosedur kerja yang benar
Pelatihan Untuk Pengawas 4.2.11. Para pengawas merupakan personel kunci dalam pelaksanaan dan kesuksesan secara keseluruhan
dari program-program K3L.
4.2.12. Pengawas mempunyai tanggung jawab yang besar dan dinilai terhadap day-to-day activities dari
program-program K3L area kerja yang menjadi tanggung jawabnya.
4.2.13. Para pengawas diminta untuk membangun dan menjaga kondisi-kondisi kerja yang aman dan sehat.
4.2.14. Dalam rangka agar para pengawa bisa mengemban tanggung jawab tersebut, mereka harus
mendapatkan pelatihan-pelatihan sebagai berikut:
a. Teknik-teknik yang efektif dalam pengawasan dan instruksi, termasuk didalamnya teknik motivasi
dan komunikasi;
b. Bagaimana melakukan investigasi dan membuat rencana tidakan perbaikan dan pencegahannya
(corrective & preventive action); dan
c. Bagaimana melakukan inspeksi-inspeksi dalam area kerja yang menjadi tanggung jawabnya.
Supervision/ Pengawasan 4.2.15. Department Head dan/ atau HSE Dept. Head memastikan bahwa pekerjaan dilaksanakan sesuai
yang diharapkan dengan menjaga pengawasan kerja yang positif dalam setiap aktifitas kerja dalam
lingkungan departemen masing-masing.
4.2.16. Para karyawan harus mendapat informasi yang up to date mengenai keputusan-keputusan
manajemen dan rencana-rencana kerja yang ada melalui pertemuan staff secara periodik, memo
departemen dan internal e-mail.
HSE PROGRAM MANUAL
No : HSM-EP-002
Tgl terbit : 01/02/2011
Revisi : R0
Halaman : 12 dari 31
4.2.17. Semua karyawan diharapkan untuk bekerja sesuai dengan prosedur-prosedur kerja aman yang telah
disusun.
4.2.18. Department Head dan/ atau HSE Dept. Head akan sesegera mungkin melakukan perbaikan
terhadapa tindakan-tindakan tidak aman berdasarkan prosedur-prosedur perbaikan yang benar.
4.3. ORENTIATION TRAINING GUIDELINE 4.3.1. Para karyawan baru secara signifikan mempunyai tingkat resiko kerja yang lebih tinggi. Ketika
tekanan kerja makan meningkat (banyak), accident rates akan meningkat juga.
4.3.2. Grup yang penuh resiko ini (karyawan baru) harus mendapatkan tingkat pengawasan pelatihan yang
mencukupi untuk meminimalkan resiko-resiko dari incident/accident.
4.3.3. Pekerja ketika pertama kali tiba di lokasi kerja, akan bersifat lebih menerima tugas apapun dan
mungkin akan mengatakan mengerti dan paham atas setiap instruksi dalam rangka membuat kesan
yang baik (create a good impression).
4.3.4. Sebuah proses orentasi yang terencana merupakan hal yang esensial untuk memastikan bahwa
karyawan menjadi lebih berpengetahuan dan kompeten secepat mungkin.
4.3.5. Sebuah program orentasi harus tanggap terhadap kebutuhan karyawan untuk mengetahui informasi
kerja yang akan dilaksanakan. Berikut ini adalah topik-topik umum yang harus disampaikan:
a. Tujuan dan sasaran perusahaan
b. Job Description (termasuk didalamnya batasan-batasan dan wewenang)
c. Kinerja yang diharapkan
d. Gaji, jam kerja, tunjangan-tunjangan dan sistem penggajian dll.
e. Rencana pelatihan
f. Safety/ K3L
4.3.6. Program orentasi harus mempertimbangkan bahwa para karyawan baru dalam beban informasi yang
cukup banyak. Dokumen pedoman, peragaan-peragaan dan hands-on practice harus diberikan untuk
mendukung komunikasi dan instruksi secara verbal.
4.3.7. Elemen-elemen safety dari sebuah orentasi program yang harus dimasukan adalah sebagai berikut:
a. Kebijakan Keselamatan, Kesehatan Kerja & Lingkungan (K3L) PT Envitech Perkasa. Semua
karyawan baru harus membaca dan memahami berkaitan dengan tanggung jawab pribadinya
berdasarkan kebijkan K3L ini.
b. Kebijakan dari tiap departemen. Supervisor/ staff harus mampu menjelaskan secara umum, apa
itu kebijakan departemen safety.
c. Manual Program dari Komite K3L. Semua karyawan baru harus membaca program-program
safety Komite K3L.
d. Prosedur-prosedur Kerja yang Aman. Memastikan bahwa semua karyawan mengetahui dimana
lokasi prosedur-prosedur kerja aman untuk tugas kerjanya masing-masing.
e. Fire Safety & Evacuation. Memperlihatkan kepada semua karyawan lokasi fire alarm, pemadam
kebakaran, emergency exits, rencana evakuasi kebakaran dan tempat berkumpul darurat.
HSE PROGRAM MANUAL
No : HSM-EP-002
Tgl terbit : 01/02/2011
Revisi : R0
Halaman : 13 dari 31
f. Daftar Kontak untuk Keadaan Darurat (Emergency) dan First Aid. Menginformasikan kepada
seluruh karyawan baru daftar kontak/ No. Telp untuk kondisi darurat (misal kebakaran),
penanganan P3K, isu-isu keamanan dan kondisi darurat lainnya (mis: tumpahan bahan
berbahaya).
g. Incident/Accident Reporting Procedures. Memberitahu karyawan baru bagaimana melaporkan
kondisi-kondisi dan aktifitas-aktifitas tidak aman yang bisa menyebabkan luka, tersebarnya
bahan yang berbahaya dan kerusakan property.
h. Workplace Violence Prevention. Pengawas memastikan bahwa karyawan yang mungkin
terpapar oleh resiko bahaya diberi informasi tentang sifat dan spesifikasi dari resiko bahaya
tersebut. Karyawan harus diberi pelatihan yang cukup untuk bisa mengenali resiko, melakukan
tindakan pencegahan dan melaporkan jika terjadi incident/accident.
i. Hazardous Waste Handling/ Disposing & Spill Response/Reporting. Karyawan baru yang bekerja
berhubungan dengan bahan-bahan berbahaya harus diberikan pelatihan tentang prosedur
spesifik untuk penanganan/ pengelolaan bahan-bahan berbahaya serta dipastikan membaca
dan memahami spill response & reporting procedure.
j. Equipment Usage. Karyawan baru harus diberi pelatihan dalam penggunaan peralatan/ unit
yang akan digunakan, khususnya peralatan/ unit yang mempunyai potensi bahaya atau
digunakan untuk mengendalikan bahaya-bahaya.
.
HSE PROGRAM MANUAL
No : HSM-EP-002
Tgl terbit : 01/02/2011
Revisi : R0
Halaman : 14 dari 31
BAGIAN 5
5. HAZARDS ASSESSMENT & WORKPLACE INSPECTION 5.1. UMUM 5.1.1. Penilaian bahaya dan inspeksi-inspeksi tempat kerja merupukan aktifitas-aktifitas kunci dalam upaya
pencegahan incident/accident.
5.1.2. Kegiatan penilaian bahaya/resiko dan inspeksi-inspeksi tempat kerja mempunyai tujuan:
a. Mengidentifikasi bahaya-bahaya yang ada dan kemungkinan potensi bahaya
b. Meningkatkan kewaspadaan yang akan menuju kearah usaha pencegahan incident/accident dan
penyakit akibat kerja.
c. Memastikan kepatuhan/kesesuaian dengan standar-standar dan regulasi-regulasi yang terkait
5.2. KEBIJAKAN DAN PERSYARATAN 5.2.1. Manajemen mewajibkan semua Departemen memastikan bahwa bahaya-bahaya yang bisa
mengancam keselamatan dan kesehatan para karyawan diidentifikasi dan membuatnya menjadi
atensi dari manajemen perusahaan.
5.2.2. Merupakan tanggung jawab dari manajemen untuk memastikan bahaya yang teridentifikasi
dihilangkan atau paling tidak dikelola pada tingkat resiko yang bisa diterima dan para karyawan
terlindungi dari resiko bahaya yang ada.
5.2.3. Untuk memenuhi persyaratan tersebut, departemen-departemen melakukan:
a. Penilaian bahaya dan resiko sebelum memulai proyek baru, tugas/ proses kerja, atau memper-
kenalkan peralatan baru atau material yang berbahaya.
b. Inspeksi-inspeksi tempat kerja secara reguler
5.2.4. Departemen akan menyediakan semua kebutuhan sumber daya untuk memastikan kegiatan
penilaian bahaya & resiko dan inspeksi-inspeksi tempat kerja bisa berjalan efektif, seperti:
a. Pelatihan hazard recognition & safety inspection untuk inspector
b. Waktu yang memadai untuk inspektur melaksanakan tugasnya
c. Membangun jalur komunikasi antara inspektor, komite K3L dan senior management
d. Tindakan yang cepat berkaitan dengan rekomendasi-rekomendasi perbaikan
5.2.5. Semua hasil dari kegiatan penilaian dan inspeksi-inspeksi didokumentasikan
Hazard Assessment/ Job Safety Analysis 5.2.6. Sebuah penilaian bahaya/ resiko atau job safety analysis direkomendasikan dilakukan sebelum
memulai proyek baru, tugas atau pekerjaan. Kegiatan ini bertujuan untuk mengantisipasi -sejauh
realistis dilaksanakan- adanya bahaya atau kondisi yang membahayakan yang memang secara
alami ada atau dapat muncul dari sebuah proyek baru, tugas atau pekerjaan.
5.2.7. Ketika bahaya dapat diidentifikasi, pengendalian untuk menghilangkan (eliminasi) atau mengurangi
resiko bahaya ini kemudian dapat ditentukan dan diimplementasikan.
5.2.8. Penilaian bahaya juga harus dilakukan ketika perubahan/ modifikasi yang cukup signifikan dibuat
terhadap sebuah proyek, tugas atau pekerjaan.
Workplace Inspections
HSE PROGRAM MANUAL
No : HSM-EP-002
Tgl terbit : 01/02/2011
Revisi : R0
Halaman : 15 dari 31
5.2.9. Informal Workplace Inspections. Semua karyawan diharapkan selalu menjaga kewaspadaan
terhadap bahaya/ resiko di area kerja mereka masing-masing. Hal ini akan lebih terjaga dengan
adanya inspeksi informal oleh supervisor dengan mengelilingi area kerja yang menjadi tanggung
jawabnya dan para pekerja melakukan pengecekan area kerja masing-masing sebelum memulai
aktifitas kerja. Laporan inspection formal tidak diwajibkan, akan tetapi jika ditemukan adanya bahaya
harus segera diperbaiki jika tugas tersebut masih dalam kapabilitas pekerja tersebut. Jika tidak bisa/
tidak berwenang memperbaiki, bahaya terebut harus segera dilaporkan ke atasannya atau
manajemen untuk dilakukan tindakan perbaikan.
5.2.10. Formal Workplace Inspections. Area-area kerja akan diinspeksi setiap bulan (lebih baik pada hari
yang sama pada setiap bulan) oleh supervisor area atau orang yang ditugaskan. Setiap supervisor
bersama-sama dengan HSE Department akan menyusun inspection checklist yang spesifik untuk
area tersebut. Inspection checklist akan diisi dengan komplit setiap melakukan inspeksi dan setiap
supervisor harus secara regular mereviewnya dan meng-update checklist jika diperlukan. Laporan
inspeksi yang komplit harus diteruskan ke HSE Department per tiga (3) bulan untuk direview. HSE
Department akan memberikan ringkasannya untuk direview oleh Komite K3L dan P2K3LM.
Supervisor area harus memastikan tindakan perbaikan sudah dilakukan sehingga bahaya-bahaya
yang ada telah dihilangkan atau dikendalikan.
5.2.11. Safety Committee Inspections. Inspeksi ini merupakan inspeksi area kerja yang dilakukan oleh
anggota Komite K3L paling sedikit satu (1) tahun sekali. Copy dari laporan inspeksi yang telah
selesai didistribusikan kepada supervisor area yang diinspeksi, HSE Department dan Komite K3L
untuk direview. Supervisor area harus memastikan tindakan perbaikan sudah dilakukan sehingga
bahaya-bahaya yang ada telah dihilangkan atau dikendalikan.
5.2.12. Special Inspections. Inspeksi ini dilakukan ketika ada kejadian malfunction, incident/accident atau
adanya prosedur kerja atau peralatan baru yang diperkenalkan. Supervisor area dan seorang
perwakilan karyawan (sebaiknya seorang anggota komite K3L) yang melakukan tipe inspeksi ini.
Laporan inspeksi yang telah selesai didistribusikan ke HSE Department dan Komite K3L untuk
direview. Sebagai tambahan, perlu dilakukan Investigasi Incident/Accident jika memang benar-benar
terjadi sebuah accident (kecelakaan). Supervisor area harus memastikan bahwa kondisi-kondisi
bahaya yang ada secara efektif telah dikendalikan sebelum memulai kegiatan inspeksi atau
investigasi.
5.3. INSPECTION PROCEDURE Frekuensi Inspeksi 5.3.1. Area yang mempunyai aktifitas-aktifitas yang bersinggungan dengan Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3) dan semua peralatan permesinan dan/ atau perlistrikan dianggap sebagai daerah yang
mempunyai potensi bahaya yang tinggi. 5.3.2. Area-area tersebut diatas diinspeksi setiap bulan dalam rangka untuk mengidentifikasi kemungkinan
adanya bahaya atau penyimpangan-penyimpangan.
HSE PROGRAM MANUAL
No : HSM-EP-002
Tgl terbit : 01/02/2011
Revisi : R0
Halaman : 16 dari 31
Pre-Inspection 5.3.3. Mereview Inspection Checklist sebelumnya untuk menentukan item-item yang perlu mendapat
perhatian khusus.
5.3.4. Mengambil sebuah copy formulir Inspection Checklist kosong dari are kerja/ departemen yang akan
diinspeksi.
Inspection 5.3.5. Menggunakan Inspection Checklist sebelumnya untuk memastikan bahwa penyimpangan-
penyimpangan yang ada sudah diperbaiki atau dikendalikan untuk meminimalkan resiko-resiko
bahaya terhadap para pekerja. Jika ada bagian/ item yang “BELUM diperbaiki atau dikendalikan”,
tandai bagian/ item ini pada Inspection Checklist yang sekarang.
5.3.6. Dengan menggunakan Inspection Checklist sebagai pedoman, inspeksi seluruh area yang
diinspeksi, “JANGAN HANYA” melihat item-item yang ada form checklist. Pertimbangkan juga
kondisi-kondisi dan kerja tidak aman sebagai penyimpangan terhadap sistem management safety.
5.3.7. Setiap item sudah diinspeksi, beri indikasi pada Inspection Checklist:
a. Ya, jika item tersebut aman/sesuai.
b. Tidak, jika item tersebut memerlukan perbaikan.
c. N/A, jika item tersebut tidak aplikatif di area yang diinspeksi.
5.3.8. Untuk item-item yang berindikasi “TIDAK”, catat lokasinya, konsern dan tindakan perbaikan yang
diperlukan pada bagian komentar. Gunakan lembar kosong dibaliknya jika memerlukan ruang lebih.
Post-Inspection 5.3.9. Review Inspection Checklist dan pastikan bahwa informasi yang dicatat telah komplit.
5.3.10. Jika memungkinkan perbaiki setiap ada kondisi atau tindakan tidak aman. Beri tanda dan tanggal
pada item-item yang sudah dilakukan perbaikan. Pastikan pengukuran/ penanganan sementera telah
dilakukan ketika perbaikan permanen/ komplit masih memerlukan waktu tambahan. Untuk item-item
yang memerlukan biaya perbaikan yang cukup besar, tulis penjelasan mengenai bahaya dan potensi
dampak jika sebuah accident/ kecelakaan terjadi.
5.3.11. Kembalikan Inspection Checklist sebelumnya ketempat semula.
5.3.12. Kirimkan copy dari Inspection Checklist yang sekarang ke HSE Department untuk direview dan
didistribusikan. Jika inspeksi merupakan sebuah Supervisory Inspection, copy dari Inspection
Checklist juga harus dikirimkan ke Komite K3L. Untuk Safety Committee Inspection, copy dari
Inspection Checklist dikirimkan ke pengawas-pengawas dari area kerja yang diinspeksi untuk
direview.
5.3.13. Pasang/ tempelkan sebuah copy dari Inspection Checklist pada area yang diinspeksi.
5.3.14. Pastikan tindakan perbaikan dan pengendalian dilakukan untuk item-item yang ada penyimpangan
5.3.15. Secara kontinyu dan reguler lakukan follow-up terhadap item-item yang memerlukan tindakan
perbaikan, lakukan diskusi/konsultasi dengan HSE Departemen jika diperlukan.
5.3.16. Secara periodik review tindakan-tindakan perbaikan dan metode-metode pengendalian
5.3.17. Pastikan semua Inspection Checklist yang telah komplit dipasang, didistirbusikan dan disimpan.
HSE PROGRAM MANUAL
No : HSM-EP-002
Tgl terbit : 01/02/2011
Revisi : R0
Halaman : 17 dari 31
BAGIAN 6
6. INVESTIGASI INCIDENT/ACCIDENT 6.1. UMUM 6.1.1. Accident memberikan penekanan dan bukti yang terbantahkan dari adanya severity dari bahaya-
bahaya. Seringkali hal tersebut membawa tragedi dan tingginya “biaya tersembunyi” dari karekteristik
accident yang membuat perusahaan secepat mungkin mengalokasikan sumber daya yang ada untuk
mengurangi atau menghilangkan unsafe condition.
6.1.2. Diihat dari definisi, accident menghasilkan kerusakan dan/atau injuri. Jika kita memfokuskan
investigasi hanya pada akibat dari accident, tidak pada bahaya atu resiko-resiko yang menyebab-
kannya, investigasinya bersifat reaktif. Investigasi yang reaktif kurang efesien dari perspektif safety
dalam kaitan bahwa latent unsafe conditions yang megandung resiko safety yang signifikan menjadi
tidak diperhatikan.
6.1.3. Term dari “serious incident” digunakan untuk incident-incident dimana sebuah keberuntungan yang
baik yang mencegah menjadi sebuah accident, misalnya dua dumptruck hampir bertabrakan. Tipe
investigasi dari segala level dari incident mempunyai kelebihan dalam hal bisa memberikan informasi
bahaya dalam standard yang sama seperti pada sebuah investigasi accident
6.1.4. Fokus dari sebuah investigasi accident harusnya diarahkan langsung pada usaha pengontrolan
resiko yang efektif.
6.1.5. Dengan adanya laporan Investigasi Incident/Accident ini diharapkan tidak terjadi lagi (mencegah)
munculnya kondisi dan tindakan bahaya yang bisa menyebabkan Incident/Accident.
6.2. KEBIJAKAN DAN PERSYARATAN 6.2.1. PT Envitech Perkasa mewajibkan setiap departemen bersama-sama dengan HSE melakukan
investigasi accident yang:
a. Menyebabkan luka yang memerlukan perawatan seorang paramedis
b. Menyebabkan kematian atau kondisi kritis yang mempunyai resiko kematian
c. Menyebabkan kerusakan harta benda yang cukup besar
d. Dimana terjadi release-nya bahan yang beracun dan berbahaya dalam kadar/ jumlah yang besar
6.2.2. Setiap departemen juga harus melaporkan ke HSE Department HO setiap:
a. Luka karena melakukan tugas kerja. Laporan harus dibuat dalam interval waktu 24 jam sejak
kejadian.
b. Penyakit akibat kerja. Laporan harus dibuat dalam interval waktu 24 jam sejak diterima laporan
adanya pekerja yang sakit akibat kerja.
c. Kematian akibat kerja. Laporan harus dibuat sesegera mungkin.
6.2.3. HSE Department mempunyai tanggung jawab untuk melaporkan informasi-informasi di atas kepada
manajemen PT Envitech Perkasa.
6.2.4. Untuk memenuhi persyaratan tersebut, setiap departemen mengembangkan dan mengimplementasi-
kan program untuk pelaporan dan investigasi accident.
6.2.5. Program ini fokus kepada mencari solusi-solusi dan bukan untuk mencari yang harus disalahkan.
Keberhasilan program ini tergantung kepada:
HSE PROGRAM MANUAL
No : HSM-EP-002
Tgl terbit : 01/02/2011
Revisi : R0
Halaman : 18 dari 31
a. Kecelakaan-kecelakaan yang dilaporkan oleh para karyawan.
b. Investigasi-investigasi yang dilakukan dengan sebuah keselarasan terhadap prosedur-prosedur
investigasi yang sudah ditetapkan dan tindakan perbaikan untuk mencegah terjadi lagi.
6.2.6. Tim investigasi beranggotakan supervisor area dan representatif karyawan yang akan melakukan
investigasi.
6.2.7. Setiap investigator harus diberi pelatihan tentang prosedur-prosedur investigasi dan mempunyai
pengetahuan tentang jenis tugas/ pekerjaan yang sedang dilakukan pada saat terjadinya accident.
6.2.8. Manajemen akan menyediakan semua peralatan dan sumber daya yang diperlukan untuk efektifitas
pelaksanaan program ini, antara lain:
a. Pelatihan investigasi kecelakaan untuk investigator
b. Kebutuhan waktu untuk melaksanakan tugasnya secara komplet
c. Tindakan/ tanggapan yang cepat terhadap rekomendasi perubahan terhadap prosedur-prosedur
kerja atau kondisi fisik pekerjaan untuk mencegah terjadinya incident/accident yang sejenis.
6.3. PROSEDUR INVESTIGASI Preparation 6.3.1. Sebagai ukuran kesiapan/ kesiagaan, peralatan yang siap digunakan untuk Investigasi harus
tersedia. Berikut ini adalah bahan/ peralatan investigasi:
a. Clipboard
b. Notepad
c. Pens/pencils
d. Alat ukur (meteran)
e. Kamera
f. Formulir incident/accident investigation
g. Flashlight (lampu senter)
h. Pita pembatas area (Safety Tape-Line)
Mengumpulkan Informasi 6.3.2. Informasi merupakan bahan yang sangat penting dalam suatu proses investigasi yang bertujuan
untuk mendapat analisa yang efektif dan tepat sehingga bisa menghasilkan rekomendasi-
rekomendasi yang tepat sasaran. Berikut ini hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses
pengumpulan informasi:
a. Memasuki dan mengecek area accident secara hati-hati dan cermat
b. Pastikan personel yang terlukan sudah tertangani dengan baik sebelum melakukan investigasi
c. Pastikan area accident sudah aman untuk menghilangkan atau mengurangi resiko cidera
berikutnya
d. Jika memungkinkan buat lokasi accident sebagai area yang tidak boleh diganggu.
e. Jika memungkinkan ambil gambar lokasi accident atau buat diagram untuk memperoleh
gambaran accident yang lebih baik
f. Kumpulkan dan catat semua bukti-bukti yang bisa didapat
HSE PROGRAM MANUAL
No : HSM-EP-002
Tgl terbit : 01/02/2011
Revisi : R0
Halaman : 19 dari 31
g. Lakukan terhadap semua personel yang terkait dengan accident (orang yang terluka, saksi, fiirst
aider, pengawas, dsb)
h. Lakukan interview dengan menggunakan teknik/ prosedur interview yang ada.
Evaluasi 6.3.3. Dalam melakukan evaluasi harus obyektif, jangan memulai dengan sebuah opini yang sudah pasti
6.3.4. Dari informasi dan bukti-bukti yang didapatkan dapat disusun kejadian-kejadian yang melatar-
belakangi accident secara kronologis.
6.3.5. Lakukan pertimbangan-pertimbangan terhadap bukti-bukti yang ada, apakah itu yang bersifat bukti
langsung, data yang valid atau masih sekedar perkiraan/ info dari orang lain.
6.3.6. Lakukan analisa informasi yang didapat untuk menentukan penyebab-penyebab dasar (root cause)
dan penyebab lain yang berkontribusi (contributory cause).
a. Root Cause – jika hal ini tidak terjadi, maka accident tertentu tidak akan terjadi.
b. Contributory Cause – hal ini bisa menyebabkan accident, akan tetapi dengan menghilangkannya
tidak akan menghilangkan kemungkinan terjadinya accident.
6.3.7. Jangan mengambil kesimpulan berdasarkan penyebab dasar yang pertama kali ditemukan/
diketahui.
6.3.8. Buat rekomendasi-rekomendasi berdasarkan faktor-faktor yang mempunyai kontribusi. Solusi-solusi
harus ditentukan berdasarkan penyebab-penyebab dasar accident, bukan symptom-nya.
Post-Investigation 6.3.9. Lengkapi laporan Investigation Accident
6.3.10. Kirimkan copy dari laporan Investigation Accident yang telah lengkap ke HSE Department untuk
review dan didistribusikan.
6.3.11. Perbaiki setiap kondisi-kondisi tidak aman atau lakukan tindakan jika memungkinkan. Pastikan
pengendalian sementara telah dilakukan apabila perbaikan yang permanen/ komplit memerlukan
waktu tambahan. Untuk item-item yang memerlukan biaya perbaikan yang cukup besar, berikan
penjelasan dari bahaya dan deskripsikan dampaknya jika terjadi accident.
6.3.12. Tempelkan copy dari formulir laporan Accident Investigation di tempat-tempat yang bisa diakses oleh
karyawan/staff dari setiap departemen.
Investigation Follow-Up 6.3.13. Pastikan sudah dilakukan tindakan perbaikan atau pengendalian terhadap bahaya-bahaya atau
penyimpangan yang ditemukan.
6.3.14. Secara kontinyu dan reguler lakukan follow-up terhadap item-item yang memerlukan tindakan
perbaikan. Jika perlu lakukan komunikasi dan konsultasi dengan HSE Department.
6.3.15. Secara periodik lakukan review terhadap tindakan-tindakan perbaikan yang dilakukan atau metode-
metode pengendalian yang digunakan.
6.3.16. Pastikan semua laporan ditempelkan, didistribusikan dan disimpan secara benar.
Interview Techniques 6.3.17. Lakukan interview terhadap orang-orang yang terkait secara sendiri-sendiri dan sesegera mungkin
setelah kejadian accident.
HSE PROGRAM MANUAL
No : HSM-EP-002
Tgl terbit : 01/02/2011
Revisi : R0
Halaman : 20 dari 31
6.3.18. Buat orang yang diinterview senyaman mungkin dengan memastikan kepadanya bahwa tujuan
utama dari investigasi yang dilakukan adalah untuk mencari penyebab dari accident sehingga bisa
dilakukan pencegahan supaya tidak terjadi lagi. Sebuah investigasi bukan untuk untuk mencari
kesalahan atau menyalahkan dan dia tidak akan mendapatkan hukuman/kesulitan untuk apapun
yang dia katakan selama proses interview tersebut.
6.3.19. Tanyakan pada orang yang diinterview hubungan/ posisinya terhadap accident yang terjadi.
Dengarkan secara pasti dan hati-hati, dan jangan melakukan interupsi/ memotong perkataan pada
saat itu.
6.3.20. Tanyakan lagi pada orang yang diinterview hubungan/ posisinya terhadap accident yang terjadi dan
kali ini lakukan pencatatan. Jelaskan padanya bahwa anda akan menulis apa yang diucapkan untuk
memastikan laporan yang dibuat adalah benar adanya dan tunjukan catatan yang anda tulis tersebut
kepadanya.
6.3.21. Tanyakan hal-hal yang diperlukan saja dan tanyakan pertanyaan secara spesifik dengan cara yang
friendly. Buatlah setiap pertanyaan sehingga pertanyaan tersebut tidak bisa dijawab hanya dengan
“tidak” dan “ya”.
6.3.22. Review catatan-catatan yang sudah dibuat dengan orang yang diinterview untuk memastikan bahwa
dia setuju dengan interpretasi dari pernyataan-pernyataan yang telah dikatakannya.
6.3.23. Tanyankan kepada orang yang diinterview kemungkinan usulannya bagaimana seharusnya untuk
mencegah accident tersebut terjadi.
6.3.24. Dorong agar dia tidak segan-segan untuk mengontak anda jika dia mempunyai informasi baru atau
ada yang perlu diperbaiki dari pernyataannya sebelumnya.
6.3.25. Selalu ucapkan apresiasi dan terimakasih kepada orang yang diinterview untuk kerjasamanya dan
pastikan padanya bahwa kontribusi dan bantuan yang dia berikan adalah bagian yang sangat
penting dalam proses investigasi.
HSE PROGRAM MANUAL
No : HSM-EP-002
Tgl terbit : 01/02/2011
Revisi : R0
Halaman : 21 dari 31
BAGIAN 7
7. SAFE WORK RULES AND PROCEDURES 7.1. UMUM
7.1.1. Peraturan-peraturan dan prosedur-prosedur kerja aman dibuat untuk memberikan petunjuk dan
arahan kepada para pekerja dalam melaksanakan pekerjaan mereka secara aman.
7.1.2. Penghilangan atau pengendalian bahaya/ resiko yang secara alami terkandung dalan suatu
pekerjaan adalah dengan cara analisa dan pendetailan deskripsi dari bagaimana seharusnya tugas-
tugas kerja dilaksanakan.
7.2. KEBIJAKAN DAN PERSYARATAN 7.2.1. Setiap departemen diwajibkan untuk menyediakan instruksi-instruksi kerja tertulis yang memadai
untuk semua tugas-tugas kerja yang akan dilaksanakan oleh para pekerja.
7.2.2. Peraturan-peraturan dan prosedur-prosedur kerja safety yang tertulis harus dikembangkan untuk
menghilangkan atau mengendalikan bahaya/ resiko secara efektif di seluruh area kerja.
7.2.3. Untuk memenuhi requirement diatas, senior management dan para pengawas harus memformulasi-
kan peraturan dan prosedur kerja aman yang spesifik sesuai dengan karaktif proses kerja dan
bahaya/ resiko yang terkandung di dalamnya.
7.2.4. HSE Dept. Head, para pengawas dan Komite K3L mereview statistik dari accident secara reguler
untuk memastikan bahwa peraturan-peraturan dan prosedur-prosedur yang telah dibuat dapat
dilaksanakan secara efektif.
7.2.5. Para pengawas memastikan bahwa peraturan-peraturan dan prosedur-prosedur kerja aman:
a. Telah dikomunikasikan kepada para pekerja pada saat karyawan menjalani program orantasi
dan On the Job Training (OJT).
b. Mereview secara regular dalam meeting-meeting yang dilakukan dibawah koordinasinya.
7.2.6. Para pengawas juga harus memastikan bahwa para pekerja waspada terhadap bahaya-bahaya yang
terkait dengan pekerjaannya dan mereka mengerti bagaimana prosedur-prosedur kerja safety akan
mencegah atau meminimalkan cidera yang terjadi.
7.2.7. Semua karyawan diharapkan untuk mengikuti peraturan-peraturan dan prosedur-prosedur yang telah
dibuat.
7.2.8. Para pengawas menekankan pentingnya peraturan dan prosedur ditunjukkan dengan melakukan
tindakan perbaikan sesegera mungkin setiap diketemukan tindakan atau kondisi tidak aman.
7.2.9. Manajemen secara kontinyu akan menyediakan kebutuhan sumber daya untuk memastikan
peraturan dan prosedur safety diimplementasikan secara efektif, antara lain:
a. Program-program orentasi dan OJT
b. Waktu yang disediakan untuk para pekerja dalam mengembangkan dan mereview peraturan dan
prosedur safety yang ada.
HSE PROGRAM MANUAL
No : HSM-EP-002
Tgl terbit : 01/02/2011
Revisi : R0
Halaman : 22 dari 31
BAGIAN 8
8. PENANGANAN FIRST AID DAN KEADAAN DARURAT 8.1. UMUM 8.1.1. Penanganan first aid dan keadaan darurat merupakan bagian yang penting dalam program K3L
8.1.2. Tujuan dan program ini adalah:
a. Memastikan suatu tanggap darurat yang siap, responsif dan efektif;
b. Untuk kegiatan recovery yang cepat dan meminimalkan dampak-dampak dari cidera dan
paparan bahaya;
c. Memberikan bantun kepada para pekerja pada saat dibutuhkan
8.2. KEBIJAKAN DAN PERSYARATAN 8.2.1. Setiap departemen harus menyediakan kepada para karyawan sebuah tanggap darurat yang cepat,
responsif dan efektif ketika terjadi kejadian cidera atau keadaan darurat lainya.
8.2.2. Sebagai bentuk komitmen terhadap persyaratan diatas tiap dapartemen harus mempunyai sistem
penanganan first aid dan keadaan darurat yang tentunya akan terintegrasi dalam keseluruhan sistem
tanggap darurat PT Envitech Perkasa.
8.2.3. Keberhasilan implementasi dari program penanganan First Aid dan Keadaan Darurat tergantung dari
pengetahuan para karyawan apa yang harus dilakukan dalam situasi minor emergency dan major
emergency.
8.2.4. Pengawas harus mengkomunikasikan nomor-nomor dan prosedur keadaan darurat kepada para
karyawan selama orentasi pelatihan dan secara reguler menyampaikan dalam pertemuan antar staff.
Sebagai tambahan, resiko-resiko yang terkait dengan proses kerja di masing-masing departemen
dan pengendaliannya juga harus dikomunikasikan dan dimengerti oleh karyawan.
8.2.5. Setahun sekali diadakan latihan uji coba evakuasi dan penanganan kondisi darurat untuk
memastikan kewaspadaan dan efektifitas dari emergency routes dan prosedur-prosedurnya. Semua
pelatihan, pertemuan dan uji coba harus didokumentasikan untuk kebutuhan due diligence.
8.2.6. Manajemen akan menyediakan semua alat dan sumber daya yang diperlukan agar pelaksanaan
program ini efektif, antara lain:
a. Rencana tanggap darurat dan peralatannya
b. Pelatihan terhadapa tim tanggap darurat
c. Waktu yang cukup agar personel-personel kunci bisa menyelesaikan tugasnya
d. Membangun rantai komnado/ perintah dalam situasi-situasi yang darurat
First Aid (P3K) 8.2.7. Sebagi salah satu bentuk pemenuhan komitmen terhadap K3L, manajemen akan menunjuk seorang
first aider. Seorang first aider akan:
a. Memberikan bantuan penanganan/ perawatan;
b. Mengirim/ mengantar karyawan yang sakit/ cidera ke rumah sakit/ puskesmas/ klinik jika
diperlukan penanganan lebih lanjut; dan
c. Mencatat setiap kejadian cidera dalam daftar/formulir yang telah disediakan.
HSE PROGRAM MANUAL
No : HSM-EP-002
Tgl terbit : 01/02/2011
Revisi : R0
Halaman : 23 dari 31
8.2.8. Untuk pemenuhan komitmen, manajemen juga akan menyediakan ruang khusus yang dilengkapi
dengan basic first aid kit dan buku catatan perawatan untuk kegiatan penanganan first aid (P3K).
8.2.9. Semua penanganan/ perawatan first aid, sekecil apa pun luka, harus dibuat administrasinya oleh first
aider dan dicatat dalam buku perawatan/ penanganan.
8.2.10. First aider membuat laporan ringkasan bulanan dari kegiatan perawatan/ penanganan first aid dan
dikirimkan kepada HSE Department dan Komite K3L untuk direview.
8.2.11. Para pengawas harus memastikan petunjuk/rambu-rambu yang secara jelas mengindikasikan lokasi
dan bagaimana mendapatkan bantuan First Aid (P3K).
Emergency Plan & Procedures 8.2.12. Setiap departemen harus menyusun emergency plan & procedure dan mengimplementasikannya
untuk situasi-situasi dimana diidentifikasikan bahya bahaya/ keadaan darurat bisa timbul.
8.2.13. Emergency plan & procedure ini berkaitan dengan accident/cidera di tempat kerja, pencegahan
kebakaran, evakuasi keadaan darurat dan keamanan/ keselamatan seseorang.
8.2.14. Semua pengawas harus memastikan emergency plan & procedure sudah dikomunikasikan dan
dipahami oleh para karyawan.
8.2.15. Dengan dikoordinasi oleh HSE Department, para pengawas dan Komite K3L secara reguler
melakukan review emergency plan & procedure ini untuk memastikan implementasinya bisa berjalan
efektif.
8.3. ACTIONS 8.3.1. Manajemen (Director, Senior Management dan Project Manager):
a. Menunjuk penanggunjawab untuk pengembangan program-program first aid & emergency
services.
b. Mereview laporan kecelakaan dan cidera
c. Mengkomunikasikan action plan dan keputusan-keputusan manajemen
d. Memonitor first aid dan emergency plan terhadap kesesuaiannya dengan persyaratan-
persyaratan yang ada baik itu dari pemerintah, client maupun internal PT Envitech Perkasa.
e. Menyediakan kebutuhan tim tanggap darurat dengan peralatan dan sumber daya yang memadai
agar tim berfungsi secara efektif.
8.3.2. HSE Department Head:
a. Memastikan semua program-program first aid and emergency services berfungsi sebagaimana
mestinya.
b. Memonitor first aid dan emergency plans terhadap kesesuaiannya dengan requirements yang
ada baik itu pemerintah, client maupun internal PT Envitech Perkasa
c. Mereview laporan kecelakaan dan cidera
d. Mengkoordinasi implementasi dan regular review dari emergency plans & procedures.
e. Mengkomunikasikan action plans dan keputusan-keputusan manajemen
8.3.3. Supervisor dan Department/ Section Head:
a. Menyusun, mengimplementasikan dan menjaga emergency plans & procedures.
b. Memberikan pelatihan tentang emergency plans & procedures.
HSE PROGRAM MANUAL
No : HSM-EP-002
Tgl terbit : 01/02/2011
Revisi : R0
Halaman : 24 dari 31
c. Mereview laporan kecelakaan dan cidera
d. Melakukan uji coba pelatihan emergency & evacuation tahunan berkaitan dengan departemen
masing-masing
e. Mendokumentasikan semua pelatihan, pertemuan-pertemuan dan uji coba.
f. Mengkomunikasikan action plan dan keputusan-keputusan manajemen
8.3.4. Anggota Komite K3L:
a. Mereview laporan kecelakaan dan cidera
b. Membantu dalam proses implementasi dan regular review dari emergency plan & procedure
c. Mengkomunikasikan usulan-usulan untuk peningkatan/ perbaikan kepada HSE Department
d. Follow-up dari usulan-usulan dan konsern yang telah dibuat
8.3.5. Firts Aider:
a. Memberikan penanganan first aid/P3K yang sesegara mungkin dan memadai
b. Menjaga akurasi laporan first aid
c. Memberikan laporan ringkasan first aid dan rekomendasi-rekomendasi kepada HSE Department
dan Komite K3L untuk review
d. Follow-up terhadap rekomendasi-rekomendasi yang telah dibuat
8.3.6. Karyawan:
a. Mengetahui lokasi emergency exit, prosedur dan peralatannya
b. Berpartisipasi dalam latihan uji coba emergency & evacuation.
8.4. FIRST AID SUPPLY JUMLAH ITEM
12 14 cm x 19 cm wound cleansing towelettes
30 hand cleansing towelettes, individually packaged
50 sterile adhesive dressings, assorted sizes, individually packaged
6 10 cmx10 cm sterile gauze dressings, individually packaged
2 10 cm x16.5 cm sterile pressure dressings with crepe ties
2 20 cm x 25 cm sterile abdominal dressings, individually packaged
4 cotton triangular bandages, minimum length of base 1.25 m
2 safety pins
1 14 cm stainless steel bandage scissors
1 11.5 cm stainless steel sliver forceps
6 cotton tip applicators
1 2.5 cm x 4.5 cm adhesive tape
1 7.5 cm x 4.5 cm crepe roller bandage
1 pocket mask with a one-way valve (a pocket mask is only required if person is trained in its use)
6 pairs, latex or waterproof gloves
1 instruction card advising workers to report any injury to the employer for entry in the first aid
records, and how a worker is to call for assistance
HSE PROGRAM MANUAL
No : HSM-EP-002
Tgl terbit : 01/02/2011
Revisi : R0
Halaman : 25 dari 31
BAGIAN 9
9. KEAMANAN KARYAWAN DAN MASYARAKAT 9.1. UMUM 9.1.1. Proses bisnis usaha PT Envitech Perkasa pasti dipengaruhi oleh kondisi lingkungan interaksi antara
perusahaan (sistem, peralatan dan manusia/karyawan) dengan lingkungan sekitar (masyarakat).
9.1.2. Program Keamanan Karyawan dan Masyarakat ini bertujuan untuk memberikan kepada semua
karyawan suatu lingkungan kerja yang aman dari gangguan atau ancaman gangguan.
9.2. KEBIJAKAN DAN PERSYARATAN 9.2.1. Manajemen PT Envitech Perkasa berkomitmen untuk melakukan tindakan-tindakan yang dibutuhkan
untuk menghilangkan atau mengurangi resiko atau ancaman terhadap karyawan dan tamu PT
Envitech Perkasa.
9.2.2. Untuk memenuhi komitmen tersebut perlu disusun program untuk pencegahan gangguan di tempat
kerja.
Risk Assessments 9.2.3. HSE Departemen dengan berkoordinasi dengan departemen lainnya melakukan risk assessment
pada setiap area kerja dimana ada kemungkinan bahaya gangguan yang bisa menyebabkan cidera
pada karyawan.
9.2.4. Ketika melakukan risk assessment tersebut hal-hal berikut ini harus dipertimbangkan:
a. Karakteristik interaksi antara karyawan dan masyarakat sekitar
b. Karekteristik lingkungan kerja
c. Atribut/ karakter dari karyawan dan/ atau client
d. Kemungkinan catatan history kejadian gangguan di tempat tersebut atau pada operasi proyek
yang sejenis
Instruksi Karyawan 9.2.5. Pengawas menginformasikan kepada para karyawan yang berada di area kerja tanggung jawabnya
mengenai karakteristik gangguan kerja yang mungkin bisa terjadi di area kerja tersebut.
9.2.6. Informasi ini dikomunikasikan selama program orentasi dan on-the-job training.
9.2.7. Pangawas memberikan pelatihan yang memadai kepada para karyawan untuk bisa mengenali
resiko, mengambil langkah pencegahan dan melaporkan kejadian-kejadian.
Reaksi terhadap Kejadian Gangguan 9.2.8. Para karyawan diinstruksi untuk melaporkan semua kejadian-kejadian gangguan kepada area
supervisor masing-masing.
9.2.9. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh supervisor setelah menerima laporan:
a. Pastikan karyawan yang cidera bisa mendapatkan perawatan yang memadai dan jika perlu
dilakukan counseling;
b. Menginformasikan kepada petugas keamanan perusahaan dan HSE Department
c. Investigasi kondisi dan situasinya
HSE PROGRAM MANUAL
No : HSM-EP-002
Tgl terbit : 01/02/2011
Revisi : R0
Halaman : 26 dari 31
d. Jika memungkinkan lakukan langkah-langkah untuk mencegah atau mengurangi kejadian
tersebut berulang; jika tidak bisa, laporkan situasinya kepada senior management untuk langkah
perbaikannya.
9.3. ACTIONS 9.3.1. Director, Senior Management dan Project Manager:
a. Membuat dan mengembangkan kebijakan Program Keamanan Pribadi/ Karyawan dan
Masyarakat
b. Memastikan bahwa semua supervisor dan manajer sudah dilatih dan mempunyai pengetahuan
mengenai tanggung jawabnya dalam pencegahan atau mengurangi resiko-resiko safety dan
security.
9.3.2. HSE Department Head:
a. Membuat prosedur-prosedur untuk pelaporan dan cara bertindak terhadap kejadian yang
berkaitan dengan keamanan seseorang
b. Memonitor program pencegahan gangguan keamanan pribadi untuk memastikan kesesuaiannya
dengan requirement perusahaan.
c. Mengkomunikasikan concern-concern yang ada kepada senior manajemen
9.3.3. Pengawas:
a. Membuat prosedur-prosedur untuk pelaporan dan cara bertindak terhadap kejadian yang
berkaitan dengan keamanan seseorang
b. Memastikan para karyawan mendapat instruksi dan pelatihan dalam mengidentifikasi dan
berhadapan dengan situasi-situasi dimana resiko gangguan keamanan pribadi bisa muncul.
c. Bertanggung jawab penuh seperti apa yang telah dijabarkan dalam kebijakan program ini
d. Menidentifikasi potensi resiko yang berkaitan dengan gangguan keamanan pribadi di area kerja
yang menjadi tanggung jawabnya
9.3.4. Anggota Komite K3L:
a. Mendorong dan memberi teladan menciptakan lingkungan kerja yang bebas dari gangguan
keamanan pribadi
b. Mereview dan memonitor program pencegahan gangguan keamanan pribadi di tempat kerja
c. Memberikan tindakan rekomendasi untuk peningkatan efektifitas pelaksanaan program
9.3.5. Semua Karyawan:
a. Mencari tahu kebijakan dan prosedur pencegahan gangguan di tempat kerja yang sudah dibuat
b. Bertanggung jawab pada diri masing-masing dengan mempersiapkan diri masing-masing jika
meghadapi kondisi dan situasi dimana potensi gangguan atau tingkah laku yang mengancam
bisa muncul.
c. Melaporkan setiap ada gangguan keamanan pribadi atau potensi resiko gangguan kepada
pengawas.
HSE PROGRAM MANUAL
No : HSM-EP-002
Tgl terbit : 01/02/2011
Revisi : R0
Halaman : 27 dari 31
BAGIAN 10
10. SUB-CONTRACTOR SAFETY 10.1. UMUM 10.1.1. Dalam suatu kondisi dan situasi tertentu PT Envitech Perkasa mungkin akan memerlukan pihak lain
untuk melakukan suatu pekerjaan atau proyek.
10.1.2. Merupakan tanggung jawab PT Envitech Perkasa untuk memastikan bahwa semua sub-kontraktor
yang berkerja dibawah tanggung jawab PT Envitech Perkasa melaksanakan semua aktifitas kerjanya
secara aman dan berkesesuaian dengan requirement dari perusahaan.
10.2. KEBIJAKAN DAN PERSYARATAN 10.2.1. Semua pekerjaan yang dilaksanakan di wilayah kerja PT Envitech Perkasa harus berkesesuaian
dengan regulasi-regulasi dan persyaratan-persyaratan yang berlaku di PT Envitech Perkasa.
10.2.2. Untuk memastikan semua sub-kontraktor melaksanakan pekerjaan/ proyeknya secara aman dan
sesuai dengan persyaratan yang ada, PT Envitech Perkasa mengembangkan dan
mengimplementasikan Sub-Contractor Safety Program.
Contractor Requirements 10.2.3. Sub-Kontraktor harus mempunyai pengalaman yang memadai dalam semua tahap pekerjaan yang
harus diselesaikan.
10.2.4. Sub-Kontraktor harus memastikan bahwa semua pekerja yang bertugas di proyek sudah
mendapatkan pelatihan dalam penggunaan prosedur-prosedur kerja secara memadai.
10.2.5. Sub-Kontraktor sudah menjalankan good site safety management
10.2.6. Sub-Kontraktor haru selalu menjaga sistem pengelolaan housekeeping dan material di sekitar area
kerja proyek.
Site Safety Management Plan 10.2.7. Setiap sub-kontraktor harus mempunyai suatu program rencana tertulis yang mendeskripsikan
bagimana safety akan diterapkan dalam sistem pegelolaan keseluruhan proyek
10.2.8. Setiap sub-kontraktor mempunyai rencana yang berisikan personel-personel yang akan berada di site
setiap waktu untuk mengkordinasi aktifitas kerja dan safety di lokasi proyek.
Hazard Identification and Assessment 10.2.9. Setiap sub-kontraktor diwajibkan untuk melakukan hazard identification & assessment dari
keseluruhan proyek serta persyaratan-persyaratan kerja sebelum memulai pelaksanaan proyek.
10.2.10. Hasil dari proses pada point 10.2.9 harus dikomunikasikan kepada semua pekerja proyek dan
didokumentasikan sebagai referensi.
Project Work 10.2.11. Sub-kontraktor harus memastikan bahwa semua kerja yang direncanakan dan dilaksanakan sudah
memenuhi kaidah-kaidah safety dimana bahaya/ resiko yang ada sudah dihilangkan atau dikendalikan
pada level yang bisa diterima.
10.2.12. Tidak ada pekerjaan yang boleh dilaksanakan sampai autorisasi dan ijin-ijin kerja sudah diperoleh.
HSE PROGRAM MANUAL
No : HSM-EP-002
Tgl terbit : 01/02/2011
Revisi : R0
Halaman : 28 dari 31
10.2.13. Manajemen atau pihak yang ditugaskan oleh perusahaan akan memonitor aktifitas-aktifitas kerja
secara periodik untuk menentukan dan memastikan kesesuaiannya dengan persyaratan-persyaratan
kerja yang ada di PT Envitech Perkasa.
10.2.14. Isu-isu dari ketidaksesuaian dengan persyaratan dan konsekuensinya akan secara langsung
dibebankan atau menjadi tanggung jawab sub-kontraktor atau principal-nya.
HSE PROGRAM MANUAL
No : HSM-EP-002
Tgl terbit : 01/02/2011
Revisi : R0
Halaman : 29 dari 31
BAGIAN 11
11. RECORD & STATISTIC 11.1. UMUM 11.1.1. Pencatatan-pencatatan dan data-data statistik merupakan sebuah histori dari aktifitas-aktifitas dan
improvemen-improvemen yang telah dilakukan dari Program-program K3L.
11.1.2. Pencatatan-pencatatan dan data-data statistik memberikan bukti bahwa lanhkah-langkah sudah
diambil untuk mengendalikan atau menghilangkan bahaya/ resiko yang spesifik.
11.1.3. Dokumentasi yang benar dan rapi merupakan salah satu langkah pembuktian due diligence terhadap
standar pemeliharaan.
11.2. KEBIJAKAN DAN PERSYARATAN 11.2.1. Untuk membantu verifikasi pelaksanaan program-program K3L, jenis-jenis pencatatan yang harus
menjadi concern adalah:
a. First Aid Records
b. Inspection Records
c. Incident/accident reports
d. Formal inspection dan hazard reports
e. MOM dari pertemuan K3L
f. Training & orientation records
11.2.2. Pencatatan-pencatatan tersebut kemudian digunakan untuk membuat data-data statistik untuk
mengidentifikasikan:
a. Tipe-tipe cidera/ accident
b. Total biaya setiap cidera/ accident
c. Total waktu hilang dari setiap cidera/ accident
11.2.3. Trend analysis dibuat berdasarkan data-data yang terakumulasi dalam Program K3L untuk
mengidentifikasi pola-pola yang akan mengarah kepada identifikasi problem-problem sistematik yang
belum ditemukan.
11.2.4. Pencatatan-pencatatan dan data-data statistik akan direview secara reguler oleh Senior Management
dan Pertemuan Komite K3L. Proses ini merupakan hal yang krusial untuk mengidentifikasikan:
a. Trend dan bahaya-bahaya yang sebelumnya tidak teridentifikasi
b. Ukuran pengendalian yang kadaluwarsa atau tidak efektif
11.3. MANAGEMENT REPORTS 11.3.1. Semua accident yang terjadi pada wilayah kerja yang menjadi tanggung jawab PT Envitech Perkasa
harus dilaporkan kepada HSE Departement dalam sebuah formulir laporan dan investigasi yang
standar dalam waktu 24 jam.
11.3.2. Deskripsi naratif singkat untuk setiap accident, ringkasan accident tiap tahun, komparasi data accident
tiap tahun, dan klasifikasinya juga harus dibuat.
HSE PROGRAM MANUAL
No : HSM-EP-002
Tgl terbit : 01/02/2011
Revisi : R0
Halaman : 30 dari 31
BAGIAN 12
12. LINDUNG LINGKUNGAN 12.1. UMUM 12.1.1. Prosedur-prosedur harus dibuat untuk memastikan kepedulian yang konsisten terhadap isu-isu
lingkungan dan dapat menunjukkan tanggung jawab dan kepatuhan terhadap peraturan.
12.1.2. Memastikan kesesuaian dan kepatuhan terhadap regulasi-regulasi yang berkaitan dengan lingkungan
pada seluruh wilayah kerja sebagai suatu standar minimum.
12.1.3. Memberikan komunikasi dan pelatihan/pembelajaran tentang isu-isu lingkungan.
12.2. KEBIJAKAN DAN PERSYARATAN 12.2.1. Perusahaan berkomitmen untuk membangun sebuah sistem manajemen lingkungan yang akan
menjamin kesesuaian dengan peraturan, kepatuhan dan membangun sebuah proses improvement
yang berkelanjutan terhadap kepedulian terhadap lingkungan.
12.2.2. Komponen-komponen berikut ini yang merupakan bagian dari tanggung jawab tiap departemen dalam
sistem manajemen lingkungan:
a. Kebijakan
Perusahaan berkomitmen, bertanggung jawab dan menunjukan melalui tindakan manajemen
dalam usaha perlindungan lingkungan. Semua personel PT Envitech Perkasa berbagi tanggung
jawab dalam usaha perlindungan lingkungan.
Semua department head bertanggung jawab untuk memastikan kesesuaian dengan peraturan-
peraturan dan prosedur-prosedur yang berkaitan dengan perlindungan lingkungan baik dari
internal ataupun eskternal PT Envitech Perkasa.
Semua karyawan harus peduli dan memahami kebijakan perusahaan berkaitan dengan
perlindungan lingkungan.
Semua karyawan perusahaan harus segera melaporkan setiap insiden lingkungan, dan isu-isu
serius yang mempunyai potensi terhadap bahaya lingkungan kepada supervisor masing-
masing. Supervisor diharuskan untuk memberikan masukan-masukan berkaitan isu-isu
lingkungan yang serius kepada department head.
b. Perencanaan
Setiap setahun sekali department head melakukan review peraturan dan prosedur yang
berkaitan dengan perlindungan lingkungan, untuk memastikan bahwa peraturan dan prosedur
tersebut masih up-to-date dan sesuai dengan operasional dan aktifitas dalam perusahaan.
Proyek-proyek baru atau aktifitas-aktifitas operasional yang mempunyai dampak terhadap
lingkungan harus dinilai, dan dilakukan usaha yang maksimal dalam usaha mengurangi resiko
dari dampak tersebut.
Setiap departmen harus membuat Environmental Management Plan sebagaimana disyaratkan
oleh perusahaan, untuk mengidentifikasi dampak-dampak lingkungan yang ada dan membuat
target-target dalam usaha pengendaliannya.
c. Pelaksanaan dan Operasional
HSE PROGRAM MANUAL
No : HSM-EP-002
Tgl terbit : 01/02/2011
Revisi : R0
Halaman : 31 dari 31
Pengelolaan sampah B3 akan dilakukan sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan oleh
PT Envitech Perkasa.
Semua personel yang ditugaskan dalam pekerjaan yang aktifitas-aktifitas bisa berdampak
terhadap lingkungan, harus dipastikan sudah mendapat pelatihan dan instruksi yang
mencukupi. Catatan-catatan pelatihan harus diarsip dan dijaga agar selalu up-to-date.
d. Pengawasan dan Tindakan Perbaikan
HSE Department membuat rencana program pengawasan dan tindakan perbaikan supaya
semua penyimpangan-peyimpangan yang teridentifikasi dapat diperbaiki. HSE Department
bertanggung jawab untuk memastikan isu-isu lingkungan yang teridentifikasi melalui inspeksi
dan audit sudah ditangani dengan benar.
e. Pelaporan dan Management Review
Isu-isu lingkungan akan direview dalam pertemuan K3L. Isu-isu yang serius sesegera mungkin
dilaporkan ke HSE Department Head/ Project Manager.
12.2.3. Department Head bertanggung jawab untuk:
a. Mamastikan kesesuaian dengan peraturan-peraturan lingkungan dalam departemen masing-
masing.
b. Mengkomunikasikan tujuan departemen terhadap kesesuaian peraturan lingkungan kepada
karyawan yang menjadi tanggung jawabnya.
c. Membuat rencana-rencana dalam merespon adanya penyimpangan yang teridentifikasi baik itu
dari inspeksi maupun audit.
d. Membuat sistem pengawasan dan prosedur-prosedur untuk menangani dan melaporkan insiden
yang bisa berdampak kepada lingkungan serta untuk mencegah dan mengurangi dampak
terhadap lingkungan.
e. Memastikan bahwa training dan instruksi yang memadai sudah diberikan kepada karyawan yang
tugas kerjanya berkaitan dengan isu-isu lingkungan dan prosedur-prosedur untuk mengenalinya,
bertindak dan melaporkan insiden-insiden yang bisa berdampak terhadap lingkungan.
f. Memberitahu personel-personel yang bisa terkena dampak ketika kondisi-kondisi yang
berpotensi membahayakan muncul atau diketahui.