pusat data dan informasi rencana aksi kegiatan
TRANSCRIPT
Rencana
Aksi
Kegiatan
2020-2024
PUSAT DATA DAN
INFORMASI
Kementerian Kesehatan RI
2020
H a l a m a n | 2
KATA PENGANTAR
Rencana Aksi Kegiatan (RAK) Pusat Data dan Informasi merupakan dokumen yang
berisi upaya-upaya pembangunan kesehatan yang dijabarkan dalam bentuk kegiatan,
indikator, target, sampai dengan kerangka regulasi dan kerangka pendanaannya.
Rencana Aksi Kegiatan Pusat Data dan Informasi Tahun 2020-2024 ini digunakan
sebagai acuan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan kesehatan di
bidang pengelolaan data dan informasi dalam kurun waktu lima tahun, serta
dilaksanakan oleh seluruh stakeholders jajaran kesehatan baik di Pusat maupun
Daerah termasuk dukungan lintas sektor dan dunia usaha.
Rencana Aksi Kegiatan Pusat Data dan Informasi ini mencakup kebijakan, strategi
serta kegiatan yang dilakukan dalam rangka mendukung keberhasilan pelaksanaan
SIK terintegrasi di Indonesia dan terwujudnya Satu Data Kesehatan. Demikian
rencana aksi kegiatan Pusat Data dan Informasi ini disusun. Semoga dokumen ini
dapat bermanfaat untuk memberikan gambaran mengenai rencana aksi kegiatan
yang dilakukan oleh Pusat Data dan Informasi selama tahun 2020-2024.
Jakarta, Januari 2021
Kepala Pusat Data dan Informasi
dr. Anas Ma’ruf, MKM
H a l a m a n | 3
Rencana Aksi Kegiatan 2020-2024
• Kondisi Umum
• Potensi dan Permasalahan
PENDAHULUAN
H a l a m a n | 4
BAB I
PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan merupakan rangkaian upaya pembangnan yang
berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan
negara, untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional sebagaimana
dirumuskan dalam Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Tujuan pembangunan nasional diterjemahkan dalam visi, misi, dan arah
pembangunan serta dituangkan dalam rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
Tujuan pembangunan dalam RPJMN 2020-2024 yaitu mewujudkan masyarakat
Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di
berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang
kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh
sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing. Berikutnya
Kementerian/Lembaga mengacu tujuan pembangunan ini dalam Rencana Strategis
(Renstra), diikuti dengan Rencana Aksi Program di tingkat eselon 1 dan Rencana Aksi
Kegiatan di tingkat eselon 2.
Memperhatikan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 64
Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Pusat Data
dan Informasi merupakan unsur pendukung yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Menteri melalui Sekretaris Jenderal, mempunyai tugas melaksanakan
pengelolaan data dan informasi, serta menyelenggarakan fungsi: 1) penyusunan
rencana, program, kegiatan, dan anggaran Pusat; 2) penyusunan kebijakan teknis di
bidang perencanaan dan pengembangan sistem dan teknologi informasi, pengelolaan
dan operasional layanan teknologi informasi dan keberlangsungan sistem,
pengelolaan layanan data dan informasi, dan pengawasan sistem elektronik; 3)
pelaksanaan di bidang perencanaan dan pengembangan sistem dan teknologi
informasi, pengelolaan dan operasional layanan teknologi informasi dan komunikasi,
pengelolaan keamanan informasi dan keberlangsungan sistem, pengelolaan layanan
H a l a m a n | 5
data dan informasi, dan pengawasan sistem elektronik; 4) pemantauan, evaluasi, dan
pelaporan di bidang perencanaan dan pengembangan sistem dan teknologi
informasi, pengelolaan dan operasional layanan teknologi informasi dan komunikasi,
pengelolaan keamanan informasi dan keberlangsungan sistem, pengelolaan layanan
data dan informasi, dan pengawasan sistem elektronik; dan 5) pelaksanaan urusan
administrasi Pusat.
Dalam rangka menjamin ketersediaan, kualitas, dan akses terhadap Data dan
Informasi Kesehatan yang bernilai pengetahuan, dan mewujudkan penyelenggaraan
Sistem Informasi Kesehatan yang berdaya guna dan berhasil guna, serta dapat
menertibkan dan menyinkronkan penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan yang
selama ini belum terintegrasi, Pusat Data dan Informasi perlu menyusun suatu
rencana aksi kegiatan yang berisi tujuan, sasaran, indikator, target dan kegiatan yang
akan dilaksanakan pada tahun 2020-2024.
A. KONDISI UMUM
Dalam Renstra Kementerian Kesehatan 2020-2024, terdapat enam program
di lingkungan Kementerian Kesehatan, yaitu (i) program dukungan manajemen; (ii)
program pendidikan dan pelatihan vikasi; (iii) program riset dan inovasi ilmu
pengetahuan dan teknologi; (iv) program pencegahan dan pengendalian penyakit;
(v) program kesehatan masyarakat; dan (vi) program pelayanan kesehatan dan
jaminan kesehatan nasional (JKN). Sekretariat Jenderal memiliki dua program yaitu
Program Dukungan Manajemen dan Program Pelayanan Kesehatan dan Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN). Sekretariat Jenderal berperan dalam meningkatkan
kemampuan manajemen dan informasi kesehatan, sinkronisasi perencanaan
kebijakan program dan anggaran, koordinasi dan integrasi lintas sektor, peningkatan
kompetensi pegawai dan penguatan organisasi dan tata laksana dalam pembangunan
kesehatan.
Menurut Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem
Kesehatan Nasional), penyelenggaraan pembangunan kesehatan dilaksanakan
melalui pengelolaan pembangunan kesehatan yang disusun dalam Sistem Kesehatan
H a l a m a n | 6
Nasional (SKN). Komponen pengelolaan kesehatan tersebut dikelompokan dalam (i)
upaya kesehatan; (ii) penelitian dan pengembangan kesehatan; (iii) pembiayaan
kesehatan; (iv) sumber daya manusia kesehatan; (v) sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan makanan; (vi) manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan; dan (vii)
pemberdayaan masyarakat.
Untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien
diperlukan Informasi Kesehatan, yang digunakan sebagai masukan pengambilan
keputusan dalam setiap proses manajemen kesehatan baik manajemen pelayanan
kesehatan, manajemen institusi kesehatan, maupun manajemen program
pembangunan kesehatan atau manajemen wilayah. Di samping itu, dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, Pemerintah, dalam hal ini Kementerian
Kesehatan, memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk memperoleh akses
terhadap Informasi Kesehatan.
Penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan mencakup (i) pelaksanaan
Sistem Informasi Kesehatan, yang meliputi data kesehatan, informasi kesehatan,
indikator kesehatan, sumber data dan informasi, pengumpulan data dan informasi,
pengolahan data dan informasi, penyimpanan data dan informasi, keamanan dan
kerahasiaan informasi; (ii) pengelolaan Sistem Informasi Kesehatan; (iii) sumber
daya Sistem Informasi Kesehatan; (iv) pengembangan Sistem Informasi Kesehatan;
dan (v) penyebarluasan dan penggunaan Data dan Informasi Kesehatan.
Berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi merupakan kondisi
positif yang akan sangat mendukung berkembangnya Sistem Informasi Kesehatan.
Oleh karenanya, implementasi teknologi informasi dan komunikasi dalam
penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan menjadi solusi paling bijak yang harus
diambil. Meskipun disadari bahwa sistem informasi tidak identik dengan
komputerisasi, namun perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dewasa
ini sangat signifikan memberi kontribusi bagi implementasi sistem informasi secara
lebih profesional. Implementasi teknologi informasi dan komunikasi dalam
penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan dapat (1) meningkatkan kualitas dan
kecepatan proses kerja terutama di Fasilitas Pelayanan Kesehatan; dan (2)
H a l a m a n | 7
mengoptimalkan aliran data sehingga meningkatkan ketersediaan dan kualitas Data
dan Informasi Kesehatan dan yang terkait.
Seiring dengan perkembangan teknologi, maka pengelolaan Sistem
Informasi Kesehatan harus memperhatikan tata kelola teknologi informasi. Pada
tahun 2016 dilakukan penilaian kapasitas Sistem Informasi Kesehatan menggunakan
kerangka Health Metric Network (HMN) dan Control Objective for Information and
Related Technology (COBIT). Salah satu rekomendasi yang beririsan antara kedua
metode ini adalah peningkatan kualitas data untuk indikator determinan penyakit
melalui, a) penataan standarisasi informasi kesehatan; b) pengembangan
akses/sharing data; dan c) penguatan keamanan informasi yang handal.
B. POTENSI PERMASALAHAN
1. Pendekatan Health Metric Network (HMN)
Penyelengaaraan Sistem Informasi Kesehatan sejak tahun 2007 hingga 2019
menggunakan kerangka Health Metric Network (HMN) yang diperkenalkan oleh
WHO. Penyusunan Peta Jalan SIK sejak 2009 hingga 2019 selalu mengacu pada 6
komponen dalam HMN, yaitu sumber daya, indikator sumber data, manajemen data,
kualitas informasi, dan diseminasi. Mengacu pada 6 komponen tersebut dirumuskan
strategi dalam pengembangan SIK.
Hasil penilaian kapasitas SIK yang dilakukan tahun 2016 dengan
menggunakan kerangka HMN diperoleh nilai kapasitas tiap komponen sebagai
berikut:
a. Sumber Daya SIK hanya sebesar 58% (memadai), dengan nilai terendah pada
aspek kelembagaan/institusi, SDM, dan pembiayaan (48%)
b. Indikator sebesar 76% (sangat memadai)
c. Sumber data sebesar 69% (memadai), dengan nilai terendah pada aspek data
asuransi kesehatan (47%)
d. Manajemen data sebesar 57% (memadai)
e. Kualitas informasi sebesar 71% (sangat memadai), namun terdapat nilai rendah
pada kualitas data prevalensi merokok usia >15 tahun
f. Diseminasi sebesar 84% (sangat memadai)
H a l a m a n | 8
Berikut merupakan hasil penilaian kapasitas SIK yang diselenggarakan sejak 2007-
2016.
No Komponen SIK 2007 (kemkes) 2012 (24 kab/kota) 2016 (nasional)
1 Sumber Daya 47% 54,1% 58%
2 Indikator 61% 67,2% 76%
3 Sumber Data 51% 59,9% 69%
4 Manajemen Data 35% 32,6% 56%
5 Produk Informasi 55% 69,8% 72%
6 Penggunaan 57% 74,2% 84%
Secara umum, terdapat peningkatan kapasitas SIK sejak tahun 2007 hingga
kini, namun demikian kemampuan penyelenggaraan SIK di daerah masih rendah jika
dibandingkan dengan SIK Nasional dan dengan disparitas yang bragam. Kesenjangan
yang terlihat signifikan yaitu pada komponen kualitas data, yang disebabkan oleh
tidak konsistennya pengumpulan data, dan tidak representatif terhadap jumlah
populasi yang rata-rata hanya 1 kategori yang agregat baik itu untuk indikator status
kesehatan, indikator sistem kesehatan, maupun indikator faktor risiko.
2. Pendekatan Tata Kelola Teknologi Infomasi Perkembangan Teknologi Informasi (TI) yang pesat di sektor kesehatan
memberikan dampak pada penyelenggaraan SIK. Sehingga penilaian kapasitas SIK
dari sudut pandang tata kelola TI terintegrasi perlu dilakukan. Penilaian dengan
menggunakan kerangka COBIT pada 18 proses TI terpilih menghasilkan kapasitas
SIK di daerah berada pada tingkat 0.28 atau level 1. Hal ini menunjukkan bahwa
tingkat kematangan tata kelola TI masih pada level yang dijalankan secara ad-hoc,
belum dikelola menjadi suatu proses baku yang dijalankan secara rutin. Sedangkan
untuk kapasitas tata kelola TI di SIK Nasional berada pada tingkat 0.67 atau level 1.
Adapun tata kelola TI yang sama sekali tidak tersedia (0%) dalam SIK di
daerah yaitu, penilaian dan pengelolaan risiko TI, pengelolaan perubahan,
penjaminan kesinambungan layanan, dan penjaminan keamanan sistem. Adapun tata
kelola TI di tingkat pusat, yang memiliki kapasitas rendah yaitu, monev kinerja TI
(23%), perjanjian layanan (30%), pengelolaan permintaan layanan dan insiden
H a l a m a n | 9
(30%), ketersediaan dan kapasitas sistem TI (40%), serta monitoring dan evaluasi
sistem pengendalian internal (40%).
3. Pendekatan Struktur Organisasi/Kelembagaan Menurut struktur organisasi di Kementerian Kesehatan, tugas dan fungsi
serta kondisi yang ada pada Pusdatin masih mengacu pada model pengelolaan
sisteminformasi yang lama, yan memisahkan bisnis proses pengembangan dan
pemeliharaan. Karena saat ini teknologi informasi sudah mengakomodir DevOps
dalam kerangka yang sama. Keterbatasan kelembagaan ini juga berdampak pada
keterbatasan sumber daya, baik SDM, peraturan maupun infrastruktur teknologi
informasi.
Selaku unit kerja yang diberi tanggung jawab pengelolaan TI di Kementerian
Kesehatan, Pusdatin harus menjalankan peran yang lebih banyak, diantaranya
helpdesk, pelatihan, pendampingan pengembangan sistem, dan pemeriksaan
sistem/aplikasi yang boleh digunakan. Tuntutan tersebut tidak sebanding dengan
sumber daya, terutama SDM, yang tersedia. Selain itu Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik mengamanatkan perlunya Instansi Pengatur dan
Pengawas Sektor (IPPS) yang mengatur dan pengawasi penyelenggaraan sistem
elektronik.
Potensi fungsi-fungsi tambahan yang perlu dipertimbangkan yaitu 1)
pengawasan informasi kesehatan sesuai dengan standard atau kriteria-kriteria, baik
yang ada di internal Kementerian Kesehatan maupun di publik, termasuk konten
yang ada pada aplikasi kesehatan; 2) pengawasan pemberi pelayanan kesehatan
digital, agar menjamin kejelasan pengelola dan pengelolaannya; 3) sebagai insident
report sektor kesehatan, bila ada insiden keamanan informasi; 4) pendamping teknis
(saat pengembangan, evaluasi dan operasi) dari sistem elektronik kesehatan; 5)
sebagai helpdesk dan pemberi pelatihan saat ada aplikasi; 6) merawat aplikasi agar
tetap berjalan
Lemahnya struktur organsasi/kelembagaan tidak hanya terjadi di tingkat
pusat, namun juga di daerah. Tugas dan fungsi pengelolaan sistem informasi yang
H a l a m a n | 10
dahulunya merupakan struktur tersendiri, di banyak daerah kini digabungkan
dengan fungsi perencanaan atau program. Hal ini tercermin dari hasil penilaian
dengan kerangka HMN yang menunjukkan aspek kelembagaan/institusi, SDM, dan
pembiayaan hanya sebesar 48%.
H a l a m a n | 11
• Visi,
• Misi
• Tujuan
• Sasaran
Rencana Aksi Kegiatan 2020-2024
VISI, MISI,
TUJUAN, SASARAN
H a l a m a n | 12
BAB II
VISI, MISI DAN TUJUAN
A. VISI
Kementerian Kesehatan menjabarkan Visi Presiden 2020-2024
“Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian,
Berlandaskan Gotong Royong” di bidang kesehatan yaitu “Menciptakan Manusia
Sehat, Produktif, Mandiri dan Berkeadilan”. Visi Sekretariat Jenderal selaras dengan
visi Presiden dan visi Kementerian Kesehatan guna mewujudkan tata kelola program
kesehatan yang professional, akuntabel, transparan, efektif dan efisien.
B. MISI Untuk mewujudkan visi tersebut, Pusat Data dan Informasi juga mendukung
misi Sekretariat Jenderal, sebagai berikut:
1) memperbaiki pengelolaan Jaminan Kesehatan Nasional 2) menguatkan pengelolaan Sistem Informasi Kesehatan
3) menguatkan regulasi pembangunan kesehatan
4) memantapkan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan inovatif
Misi Sekretariat Jenderal ini sejalan dan mendukung pelaksanaan misi Presiden dan
Kementerian Kesehatan.
C. TUJUAN DAN SASARAN Dalam rangka mewujudkan visi dan misi tersebut, tujuan dan sasaran strategis
Sekretariat Jenderal yaitu:
NO TUJUAN SASARAN STRATEGIS
1 Meningkatan sumber
daya kesehatan
1. Terjaminnya pembiayaan kesehatan 2. Meningkatkan kompetensi ASN Kementerian
Kesehatan 2 Meningkatkan tata 1. Meningkatnya sinergisme pusat dan daerah serta
H a l a m a n | 13
kelola pemerintahan
yang baik, bersih dan
inovatif
meningkatnya tata kelola pemerintahan yang baik
dan bersih
2. Meningkatkan sistem informasi kesehatan untuk
pengambilan keputusan
3. Meningkatnya koordinasi pelaksanaan tugas,
pembinaan dan pemberian dukungan manajemen
Kementerian Kesehatan
4. Penguatan pelaksanaan JKN
Pusat Data dan Informasi akan lebih fokus mendukung tujuan 2 “meningkatkan tata
kelola pemerintahan yang baik, bersih dan inovatif” dengan sasaran strategis 2
“meningkatkan sistem informasi kesehatan untuk pengambilan keputusan”. Selain
itu Pusat Data dan Informasi juga menambahkan sasaran yaitu “mewujudkan Satu
Data Kesehatan untuk pengambilan keputusan”.
H a l a m a n | 14
Rencana Aksi Kegiatan 2020-2024
• Kebijakan
• Strategi
• Kerangka Regulasi
KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN KERANGKA REGULASI
H a l a m a n | 15
BAB III
KEBIJAKAN, STRATEGI DAN KERANGKA REGULASI
A. KEBIJAKAN Arah kebijakan Pusat Data dan Informasi sesuai arah kebijakan Kementerian
Kesehatan yaitu:
1. Penguatan di semua tingkatan pemerintahan dan responsif dan tanggah
2. Peningkatan sinergisme lintas sektor, pusat dan daerah, untuk menuju
konvergensi dalam intervensi sasaran prioritas dan program prioritas, termasuk
integrasi lintas program
3. Inovasi dan pemanfaatan teknologi untuk mendukung pelayanan kesehatan
menuju cakupan kesehatan semesta
B. STRATEGI
Untuk mencapai sasaran diperlukan strategi. Strategi yang diambil Pusat Data dan
Informasi pencapaian sasaran “meningkatkan sistem informasi kesehatan dan
mewujudkan Satu Data Kesehatan untuk pengambilan keputusan”, yaitu:
1. Merencanakan dan mengembangkan sistem dan teknologi informasi
2. Mengelola dan mengoperasikan layanan teknologi informasi dan komunikasi
3. Mengelola keamanan informasi dan keberlangsungan sistem
4. Mengelola layanan data dan informasi
5. Mengawasi sistem elektronik
6. Mengembangkan dashboard sistem informasi dan pemanfaatan data rutin
7. Meningkatkan integrase, sinkronisasi dan simplifikasi sistem informasi
kesehatan pusat dan daerah untuk penerapan sistem single entry
8. Inovasi dan pemanfaatan teknologi digital untuk pengumpulan data termasuk
big data, media promosi, komunikasi dan edukasi kesehatan
H a l a m a n | 16
C. KERANGKA REGULASI
Agar pelaksanaan kegiatan di Pusat Data dan Informasi dapat berjalan dengan
optimal, perlu didukung dengan regulasi sesuai dengan tantangan global, regional
dan nasional. Rancangan Peraturan/Keputusan Menkeri Kesehatan yang diperlukan
antara lain:
No Kerangka regulasi Urgensi Unit Terkait Target Penyelesaian
1 Penyelenggaraan Inovasi Pelayanan Kesehatan Berbasis Elektronik
Merupakam pendukung pelaksanaan pengawasan inovasi kesehatan berbasis elektronik (digital) yang tersebar di masyarakat
Kemenenkominfo 2020-2022
2 Penyelenggaraan Satu Data Kesehatan
Merupakan NSPK dalam mendukung pelaksanaan koordinasi, integrase, dan sinkronisasi sistem informasi kesehatan untuk mendukung penguatan data kesehatan
Bappenas, Kemendagri
2020-2021
3 Peta Jalan Sistem Informasi Kesehatan Tahun 2020-2024
Merupakan rencana aksi pelaksanaan renstra Kementerian Kesehatan khususnya di bidang SIK
KemenPANRB, Kemenkominfo
2023
4 Stansardisasi Integrasi Sistem Informasi
Merupakan NSPK dalam mendukung fokus pembangunan
Kemenkominfo 2022
5 E-office (emonev, eperjadin, epdin, esign, esf)
Merupakan NSPK untuk mendukung pelaksanaan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi sistem informasi administrasi perkantoran dengan single entry
KemenPANRB 2022
H a l a m a n | 17
Rencana Aksi Kegiatan 2020-2024
• Target Kinerja
• Kerangka Pendanaan
TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
H a l a m a n | 18
BAB IV
TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
A. TARGET KINERJA Indikator Kinerja Kegiatan Pusat Data dan Informasi tahun 2020-2024
tercantum pula pada RPJMN bidang kesehatan tahun 2020-2024 dan Renstra
Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024, yaitu:
1. Jumlah sistem informasi kesehatan yang terintegrasi dalam Aplikasi Satu
Data Kesehatan (ASDK)
Cara perhitungan : jumlah sistem informasi kesehatan yang
terintegrasi dalam Aplikasi Satu Data Kesehatan
(ASDK)
Definisi operasional : • Suatu sistem informasi dinyatakan telah
terintegrasi dalam ASDK bila data yang
bersumber dari aplikasi sistem informasi
tersebut telah disepakati dan terdapat pada
ASDK
• Periode pelaporan indikator tahunan
• Target merupakan angka kumulatif dari tahun
sebelumnya
Target : Tahun 2020 : 10 aplikasi
Tahun 2021 : 25 aplikasi
Tahun 2022 : 45 aplikasi
Tahun 2023 : 70 aplikasi
Tahun 2024 : 100 aplikasi
ASDK maplikasi datawarehouse untuk mengumpulkan, memvalidasi,
menganalisis dan menampilkan data agregat maupun data transaksi dalam
bentuk tabel, diagram, maupun peta (GIS). Aplikasi ini juga memungkinkan
H a l a m a n | 19
untuk berbagi pakai data kesehatan pada sistem informasi pelayanan kesehatan
(transasksi data individu) dan sistem informasi pelaporan (transaksi data
agregat). Sistem yang terintegrasi dengan ASDK terdiri atas berbagai macam
jenis sistem, antara lain sistem berbasis manual/semi, sistem berbasis web,
maupun sistem berbasis mobile. ASDK dikembangkan oleh Pusat Data dan
Informasi sebagai satu wadah dan pintu masuk dan keluarnya data dan
informasi kesehatan dalam mewujudkan Satu Data Kesehatan.
Tahapan dalam mengintegrasikan sistem informasi yaitu menetapkan
data, variabel serta indikator yang dilengkapi atribut data; membuat Application
Programming Interface (API), memastikan data yang masuk dalam sistem
informasi unit sama dengan data di database ASDK serta memastikan data
terkumpul dan tersaji/tersedia sesuai periode data.
2. Persentase indikator pembangunan kesehatan yang diukur dengan data
rutin
Cara perhitungan : Jumlah indikator pembangunan kesehatan yang
diukur dengan data rutin dan berkualitas baik
(numerator) dibagi jumlah seluruh indikator
pembangunan kesehatan yang diusulkan diukur
dengan data rutin (denominator) dikali dengan
100%
Definisi operasional : • Indikator pembangunan kesehatan yang berasal
dari data rutin dengan kualitas data baik, yang
merupakan sumber data bagi program dalam
memantau capaian kinerja
• Periode pelaporan indikator tahunan
• Target merupakan angka kumulatif dari tahun
sebelumnya
Target : Tahun 2020 : 4%
Tahun 2021 : 5%
Tahun 2022 : 10%
H a l a m a n | 20
Tahun 2023 : 20%
Tahun 2024 : 30%
Indikator pembangunan kesehatan sebagai denominator dipilih dengan
kriteria : 1) merupakan indikator RPJMN tahun 2020-2024; 2) indikator yang saat
ini belum bisa diukur dengan data rutin (baik yang belum ada atau data rutin
belum reliable) yang digunakan dalam perencanaan, pelaporan, dan evaluasi oleh
unit program; maka ditetapkan sejumlah 24 indikator pembangunan kesehatan
(terlampir).
Suatu indikator pembangunan kesehatan dianggap berhasil jika berkualitas
baik. Adapun pengukuran kualitas data mencakup empat komponen, yaitu:
1. Kelengkapan
Definisi : laporan dikirim oleh semua unit yang seharusnya melapor (provinsi
atau kabupaten/kota).
Perhitungan : jumlah unit (provinsi atau kabupaten/kota) yang melaporkan
pada periode tertentu dibagi jumlah unit yang seharusnya melapor pada
periode waktu yang sama (dalam satuan %).
Standar : “kualitas baik” jika ≥80% unit melapor (provinsi atau
kabupaten/kota)
2. Akurasi
Definisi : data yang dilaporkan dibandingkan dengan nilai rata-rata setelah
dikeluarkan nilai nol dan data yang hilang.
Standar : “kualitas baik” jika ≥80% data di antara ±2 standar deviasi (SD).
3. Konsistensi internal (antar tahun)
Definisi : angka cakupan indikator pembangunan kesehatan tidak mengalami
perubahan sangat tajam dari tahun ke tahun.
Perhitungan : angka cakupan tahun ini dibagi dengan rata-rata cakupan 3
tahun sebelumnya.
Standar : “kualitas baik” jika ≥80% unit pelapor memiliki rasio cakupan
berkisar 0,67 s.d 1,33.
4. Konsistensi eksternal
H a l a m a n | 21
Definisi : kesesuaian cakupan indikator pembangunan kesehatan dari laporan
rutin dengan cakupan hasil survei.
Standar : “kualitas baik” jika ≥80% unit pelapor memiliki rasio cakupan
berkisar 0,67 s.d 1,33.
Komponen penilaian ini tidak selalu dilakukan bila tidak ada pembanding
dengan hasil survei.
Kegiatan yang akan dilaksanakan Pusat Data dan Informasi tahun 2020-2024 adalah
kegiatan yang mendukung dua indikator kinerja kegiatan tersebut.
B. KERANGKA PENDANAAN
Sumber pendanaan Pusat Data dan Informasi tahun 2020-2024 bersumber
dari APBN baik yang bersumber dari Rupiah Murni, Pinjaman dan/atau Hibah Luar
Negeri (PHLN). Anggaran APBN dapat dilaksanakan langsung oleh Kantor Pusat
maupun dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi (dekonsentrasi) untuk mendukung
pencapaian target indikator kinerja kegiatan. Selain itu sumber pendanaan lainnya
dapat berupa Dana Alokasi Khusus yang dilaksanakan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota maupun Puskesmas. Perkiraan alokasi anggaran tahun 2020-2024,
sebagai berikut:
Tahun Alokasi (Rupiah)
2020 78.247.000.000
2021 84.283.000.000
2022 88.497.000.000
2023 92.922.000.000
2024 97.568.000.000
H a l a m a n | 22
Rencana Aksi Kegiatan 2020-2024
PENUTUP
H a l a m a n | 23
BAB V
PENUTUP
Rencana Aksi Kegiatan Pusat Data dan Informasi Tahun 2020-2024 ini diharapkan
dapat digunakan sebagai acuam dalam perencanaan, pelaksanaan dan monitoring serta
evaluasi pengelolaan data dan informasi kesehatan dalam kurun waktu 5 tahun ke depan.
Rencana Aksi Kegiatan akan dapat terlaksana dan mencapai tujuan apabila dilakukan dengan
dedikasi yang tinggi dan kerjasama dari seluruh aparatur/pegawai di lingkungan Pusat Data
dan Informasi.
Rencana Aksi Kegiatan ini secara berkala akan dipantau, dievaluasi dan dilakukan
penyesuaian substansi mengikuti perkembangan dan perubahan dinamis yang terjadi. Jika
dikemudian hari diperlukan adanya perubahan pada Rencana Aksi Kegiatan ini, maka akan
dilakukan penyempurnaan sebagaimana mestinya.
---