quotes romo mangunwijaya

5
“Indonesia ini memang negeri yang unik, penuh dengan hal-hal yang seram serius, tetapi penuh dagelan dan badutan juga. Mengerikan tapi lucu, dilarang justru dicari dan amat laku, dianjurkan, disuruh tetapi malah diboikot, kalah tetapi justru menjadi amat populer dan menjadi pahlawan khalayak ramai, berjaya tetapi keok celaka, fanatik anti PKI tetapi berbuat persis PKI, terpeleset tetapi dicemburui, aman tertib tetapi kacau balau, ngawur tetapi justru disenangi, sungguh misterius tetapi gamblang bagi semua orang. Membuat orang yang sudah banyak makan garam seperti saya ini geleng-geleng kepala tetapi sekaligus kalbu hati cekikikan. Entahlah, saya tidak tahu. Gelap memprihatinkan tetapi mengandung harapan fajar menyingsing......(menyanyi) itulah Indonesia. Menulis kolooom selesai. ["Fenomena PRD dll," dalam Politik Hati Nurani, hlm. 28].” Y.B. Mangunwijaya “Namun itu berarti bahwa telah tumbuhlah benih-benih pengakuan, bahwa yang benar-benar penting dalam sejarah justru adalah hidup sehari- hari, yang normal yang biasa, dan bukan pertama-tama kehidupan serba luar biasa dari kaum ekstravagan serba mewah tapi kosong konsumtif. Dengan kata lain, kita mulai belajar, bahwa tokoh sejarah dan pahlawan sejati harus kita temukan kembali di antara kaum rakyat biasa yang sehari-hari, yang barangkali kecil dalam harta maupun kuasa, namun besar dalam kesetiaannya demi kehidupan. [Impian dari Yogyakarta, hlm. 38]” Y.B. Mangunwijaya “Setiap strategi yang sehat dan benar harus selalu berusaha mereduksi pihak lawan seminimum mungkin dan merangkul kawan sebanyak mungkin, sambil membujuk sebanyak mungkin lawan menjadi kawan, terserah apa latar belakangnya. Gerakan yang berkebiasaan membuat musuh di mana-mana amatlah bodoh.” Y.B. Mangunwijaya , Mengenang Romo Mangun : Surat Bagimu Negeri Berjuang untuk yang Terpinggirkan, Menyapa Hingga yang di Singgasana, Y.B. Mangunwijaya, 1929-1999 “Uang tidak kucari dan emas membuatku menggeleng kepala. Hidup damai yang tahu bahasa bintang adalah pamrihku” Y.B. Mangunwijaya , Ikan-ikan Hiu, Ido, Homa “Jangan mematok diri sendiri baku beku, mengklaim monopoli heroisme. Gelora hati harus disetir oleh otak yang pandai berkalkulasi, namun otak harus dijiwai hati.” Y.B. Mangunwijaya , Mengenang Romo Mangun : Surat Bagimu Negeri Berjuang untuk yang Terpinggirkan, Menyapa Hingga yang di Singgasana, Y.B. Mangunwijaya, 1929-1999 “Negeri ini sungguh-sungguh membutuhkan pemberani-pemberani yang gila, asal cerdas. Bukan yang tahu adat, yang berkepribadian pribumi, yang suka harmoni, yang saleh alim, yang nurut model kuli dan babu.” Y.B. Mangunwijaya , Burung-Burung Rantau

Upload: farid-jati-anggoro

Post on 30-Jan-2016

65 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ya

TRANSCRIPT

Page 1: Quotes Romo Mangunwijaya

“Indonesia ini memang negeri yang unik, penuh dengan hal-hal yang seram serius, tetapi penuh dagelan dan badutan juga. Mengerikan tapi lucu, dilarang justru dicari dan amat laku, dianjurkan, disuruh tetapi malah diboikot, kalah tetapi justru menjadi amat populer dan menjadi pahlawan khalayak ramai, berjaya tetapi keok celaka, fanatik anti PKI tetapi berbuat persis PKI, terpeleset tetapi dicemburui, aman tertib tetapi kacau balau, ngawur tetapi justru disenangi, sungguh misterius tetapi gamblang bagi semua orang. Membuat orang yang sudah banyak makan garam seperti saya ini geleng-geleng kepala tetapi sekaligus kalbu hati cekikikan. Entahlah, saya tidak tahu. Gelap memprihatinkan tetapi mengandung harapan fajar menyingsing......(menyanyi) itulah Indonesia. Menulis kolooom selesai.["Fenomena PRD dll," dalam Politik Hati Nurani, hlm. 28].” ― Y.B. Mangunwijaya

“Namun itu berarti bahwa telah tumbuhlah benih-benih pengakuan, bahwa yang benar-benar penting dalam sejarah justru adalah hidup sehari-hari, yang normal yang biasa, dan bukan pertama-tama kehidupan serba luar biasa dari kaum ekstravagan serba mewah tapi kosong konsumtif. Dengan kata lain, kita mulai belajar, bahwa tokoh sejarah dan pahlawan sejati harus kita temukan kembali di antara kaum rakyat biasa yang sehari-hari, yang barangkali kecil dalam harta maupun kuasa, namun besar dalam kesetiaannya demi kehidupan.[Impian dari Yogyakarta, hlm. 38]” ― Y.B. Mangunwijaya

“Setiap strategi yang sehat dan benar harus selalu berusaha mereduksi pihak lawan seminimum mungkin dan merangkul kawan sebanyak mungkin, sambil membujuk sebanyak mungkin lawan menjadi kawan, terserah apa latar belakangnya. Gerakan yang berkebiasaan membuat musuh di mana-mana amatlah bodoh.” ― Y.B. Mangunwijaya, Mengenang Romo Mangun : Surat Bagimu Negeri Berjuang untuk yang Terpinggirkan, Menyapa Hingga yang di Singgasana, Y.B. Mangunwijaya, 1929-1999

“Uang tidak kucari dan emas membuatku menggeleng kepala. Hidup damai yang tahu bahasa bintang adalah pamrihku” ― Y.B. Mangunwijaya, Ikan-ikan Hiu, Ido, Homa

“Jangan mematok diri sendiri baku beku, mengklaim monopoli heroisme. Gelora hati harus disetir oleh otak yang pandai berkalkulasi, namun otak harus dijiwai hati.” ― Y.B. Mangunwijaya, Mengenang Romo Mangun : Surat Bagimu Negeri Berjuang untuk yang Terpinggirkan, Menyapa Hingga yang di Singgasana, Y.B. Mangunwijaya, 1929-1999

“Negeri ini sungguh-sungguh membutuhkan pemberani-pemberani yang gila, asal cerdas. Bukan yang tahu adat, yang berkepribadian pribumi, yang suka harmoni, yang saleh alim, yang nurut model kuli dan babu.” ― Y.B. Mangunwijaya, Burung-Burung Rantau

“Tanah air ada disana, dimana ada cinta dan kedekatan hati, dimana tidak ada manusia menginjak manusia lain.” ― Y.B. Mangunwijaya, Burung-Burung Manyar

“Mengatakan bahwa sebuah teks bermakna 'tunggal' - oleh ibu guru - merupakan suatu perkosaan terhadap prinsip pluralitas makna yang dimungkinkan prinsip pluralitas makna yang dimungkinkan di dalam semiotika. Mengatakan bahwa makna sebuah teks atau gambar harus mengikuti pemaknaan golongan tertentu

Page 2: Quotes Romo Mangunwijaya

merupakan satu bentuk represi tekstual.” ― Y.B. Mangunwijaya

“Perang tidak bisa dimenangkan dengan emosi. Tetapi perhitungan yang dingin.” ― Y.B. Mangunwijaya, Burung-Burung Manyar

“Jangan didramatisasi. Setiap angkatan punya medan juang dan pahlawan mereka sendiri.” ― Y.B. Mangunwijaya, Burung-Burung Rantau “Perempuan adalah bumi, yang menumbuhkan padi dan singkong, tetapi juga yang akhirnya memeluk jenazah-jenazah manusia yang pernah dikandungnya dan disusuinya.” ― Y.B. Mangunwijaya, Burung-Burung Rantau

“Wah, orang itu kalau sudah fanatik agama kejamnya bukan main. Kejam atas nama Tuhan, kan kontradiksi yang aneh sekali, tetapi begitulah manusia.” ― Y.B. Mangunwijaya, Burung-Burung Rantau

“Definisi negara federal yang paling tepat adalah Bhinneka Tunggal Ika. Justru demi ke-Tunggal-an RI itulah ke-Bhinneka-an federal dalam abad ke-21 harus dibentuk.” ― Y.B. Mangunwijaya, Menuju Republik Indonesia Serikat

“Orang yang lari dari dunia yang satu harus meneukan dunia yang baru untuk bisa bertahan diri.” ― Y.B. Mangunwijaya

“Bhinneka Reka Wasana Shama Aja (Reka: Ikhtiar; Wassana: Akhir).” ― Y.B. Mangunwijaya

“Orang sering tidak sadar bahwa ia mengekang orang dengan memberi suatu suasana dan iklim tertentu.” ― Y.B. Mangunwijaya, Burung-Burung Rantau

“Lama aku memandang ke semburan-semburan lidah api yang meleleh ke bawah itu. Elok, ya, indah. Banyak yang kejam keji tampak indah dari kejauhan.” ― Y.B. Mangunwijaya, Burung-Burung Manyar

“Manusia tertawa jika dia terjepit dalam situasi antara logika dan kenyataan yang berbenturan tanpa dia dapat menguasainya.” ― Y.B. Mangunwijaya, Burung-Burung Rantau

“Mengapa ada orang-orang tertentu yang harus menderita dalam dunia dan semesta yang indah ini? Mengapa orang tidak bisa hidup bersama dalam damai dan kerukunan, dalam penikmatan segala yang indah dan benar dan baik dalam alam serta kehidupannya?” ― Y.B. Mangunwijaya, Burung-Burung Rantau

“Dunia lambang tidak harus mengikuti logika dan etika tersendiri, bahkan boleh disebut juga suatu supralogika yang melayang bagaikan awan-awan di atas gunung dan lembah, namun yang mengandung uap air mati-hidup bagi segala yang di bawahnya.” ― Y.B. Mangunwijaya, Burung-Burung Rantau

“Apakah aku sudah keterlaluan menjauhkan diri dari bangsaku? Apakah alasanku benar alasan jujur ataukah dalih menjauhkan diri dari bangsa yang masih hidup di dalam alam masa agrarian kuno ini? Yang masih primitif mendekati flora dan fauna rimba belantara? Itulah penderitaan jiwaku.” ― Y.B. Mangunwijaya, Burung-Burung Manyar

Page 3: Quotes Romo Mangunwijaya

“Tanah air adalah tempat penindasan diperangi, tempat perang diubah menjadi kedamaian, kira-kira begitu. Tempat kawan manusia diangkat menjadi manusiawi, oleh siapa pun yang ikhlas berkorban. Dan patriotisme masa kini adalah solidaritas dengan yang lemah, yang hina, yang miskin, yang tertindas. (Neti)” ― Y.B. Mangunwijaya, Burung-Burung Rantau

“Pesta Yunani, pesta kaum demokrat yang membuktikan betapa filsafat dan kegembiraan murni benar-benar adalah saudara sekandung, karena kedua-duanya lahir dari rahim keindahan, yang tiada lain ialah cahaya cerlang keteraturan dan kebenaran, yang telah dibuahi oleh benih segala yang baik, baik melulu, baik murni, baik manusiawi.” ― Y.B. Mangunwijaya, Burung-Burung Rantau

“Aku ibunya, ya dari sekian anak. Jadi kan tahu, yang satu butuh apa, yang lain memerlukan apa lain lagi. Adil kan tidak berarti sama rata sama rasa. (Yuniati, p.115)” ― Y.B. Mangunwijaya, Burung-Burung Rantau

“Dunia dagang adalah dunia keras dan kejam, lebih keji daripada medan pertempuran tentara, ya kecuali kalau dunia angkatan perang sudah menjadi dunia bisnis, nah, itu terkecuali. Kata yang berlaku dalam dunia kami bukan kesetiaan, tetapi efektif dan efisien, paling tidak, produktif, nilai tambah, penggaetan kesempatan, pembelian fasilitas, dan itu sering berarti spionase usaha dan hasil pihak lawan, kalau mungkin ya menyerobot penemuan paten, hak cipta, dan kelihaian pengacara penasihat hukum untuk menerobos lubang-lubang di antara pasal-pasal hukum perdata maupun pidana. Lalu apa fungsi kesetiaan dalam dunia kami? (Anggraini)” ― Y.B. Mangunwijaya, Burung-Burung Rantau

“Patriotisme bukan seperti yang diindoktrinasikan orang-orang kolot zaman agraris itu. Aku tetap cinta Tanah Air, tetapi tidak dalam arti birokrat. Cinta saya kepada Tanah Air dan bangsa kuungkapkan secara masa kini, zaman generasi pascanasionalisme. Jika aku menjadi orang, pribadi, sosok jelas, yang menyumbang sesuatu yang berharga dan indah kepada bangsa manusia, disitulah letak kecintaanku kepada bangsa dan nasion. (Bowo)” ― Y.B. Mangunwijaya, Burung-Burung Rantau

“Dengan relativisme begitu kita tidak dapat maju selangkah pun. Setiap orang punya selera subjektif masing-masing. Lalu, apa jadinya? Anarki, dan ini liberalisme ekstrem yang tidak kita setujui.” ― Y.B. Mangunwijaya, Burung-Burung Rantau

“Aku, lelaki KNIL yang sekasar ddan sehebat itu di muka kompiku, aku tidak tahan merasakan penderitaan ditinggal oleh seorang ibu dan seorang adik perempuan. Keduanya kaum yang rapuh, tetapi entah begitu kuasa justru mereka itu karena kerapuhan mereka. Aku teringat Mayoor Verbruggen, yang pernah berantakan mengalami penderitaan kekasih diambil orang lain. Sampai ia jadi bajingan, menurut katanya sendiri. Apakah aku akan menerima balasan karma dan menjadi bajingan juga?” ― Y.B. Mangunwijaya, Burung-Burung Manyar

“Papi senang kau tidak suka pada sundal. Tetapi orang-orang yang membongkok-bongkok di hadapan serdadu tengik Jepang dan menjual bangsanya kepada mereka demi sebungkus rokok lebih hina dari sundal.” ― Y.B. Mangunwijaya

“Kalau Indonesia kelak merdeka, negara kita tidak akan kejam""Mudah-mudahan, Tik."

Page 4: Quotes Romo Mangunwijaya

"Tidak boleh mudah-mudahan, Pap. Harus.” ― Y.B. Mangunwijaya

Y.B. Mangunwijaya

“Ayahku dan aku dan Mami jauh lebih merdeka jiwanya daripada kaum Soekarno yang menghipnotis massa rakyat menjadi histeris dan mati konyol karena mengandalkan bambu runcing belaka melawan Msutang-mustang dan meriam-meriam Howitzer yang pernah mengalahkan tentara Kaisar Jepang. Maaf, Anda keliru alamat menamakan aku budak Belanda. Bagiku NICA hanya sarana seperti Republik bagi mereka sarana juga. Segala omong kosong tentang kemerdekaan itu slogan belaka yang menipu. Apa dikira orang desa dan orang-orang kampung akan lebih merdeka di bawah Merah Putih Republik Indonesia daripada di bawah mahkota Belanda? Merdeka mana, merdeka di bawah singgasana raja-raja Jawa mereka sendiri atau di bawah Hindia-Belanda?” ― Y.B. Mangunwijaya

“Ya, Neti tahu sudah mengapa manusia tidak seperti bambu atau pisang. Agar sang 'aku' dapat menemukan seorang 'engkau', sehingga dapat dewasa berpadu dalam penghayatan 'kami' apalagi 'kita'.” ― Y.B. Mangunwijaya, Burung-Burung Rantau