radiologi kedokteran gigi.docx

8
RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI 21.07 Pengertian Radiasi No comments RADIOGRAPHY GIGI Secara garis besar foto Rontgen gigi, berdasarkan teknik pemotretan dan penempatan film, dibagi menjadi dua: foto Rontgen Intra oral dan foto Rontgen extra oral. Teknik Rontgen Intra oral Teknik radiografi intra oral adalah pemeriksaan gigi dan jaringan sekitar secara radiografi dan filmnya ditempatkan di dalam mulut pasien. Untuk mendapatkan gambaran lengkap rongga mulut yang terdiri dari 32 gigi diperlukan kurang lebih 14 sampai 19 foto. Ada tiga pemeriksaan radiografi intra oral yaitu: pemeriksaan periapikal, interproksimal, dan oklusal. Teknik Rontgen Periapikal Teknik ini digunakan untuk melihat keseluruhan mahkota serta akar gigi dan tulang pendukungnya. Ada dua teknik pemotretan yang digunakan untuk memperoleh foto periapikal yaitu teknik parallel dan bisektris, yang sering digunakan di RSGM adalah teknik bisektris. Teknik Bite Wing Teknik ini digunakan untuk melihat mahkota gigi rahang atas dan rahang bawah daerah anterior dan posterior sehingga dapat digunakan untuk melihat permukan gigi yang berdekatan dan puncak tulang alveolar. Teknik pemotretannya yaitu pasien dapat menggigit sayap dari film untuk stabilisasi film di dalam mulut. Teknik Rontgen Oklusal Teknik ini digunakan untuk melihat area yang luas baik pada rahang atas maupun rahang bawah dalam satu film. Film yang digunakan adalah film oklusal. Teknik pemotretannya yaitu pasien diinstruksikan untuk mengoklusikan atau menggigit bagian dari film tersebut. Teknik Rontgen Ekstra Oral Foto Rontgen ekstra oral digunakan untuk melihat area yang luas pada rahang dan tengkorak, film yang digunakan diletakkan di luar mulut. Foto Rontgen ekstra oral yang paling umum dan paling sering digunakan adalah foto Rontgen panoramik, sedangkan contoh foto Rontgen ekstra oral lainnya adalah foto lateral, foto antero posterior, foto postero anterior, foto cephalometri, proyeksi-Waters, proyeksi reverse-Towne, proyeksi Submentovertex Teknik Rontgen Panoramik Foto panoramik merupakan foto Rontgen ekstra oral yang menghasilkan gambaran yang memperlihatkan struktur facial termasuk mandibula dan maksila beserta struktur pendukungnya. Foto Rontgen ini dapat digunakan untuk mengevaluasi gigi impaksi , pola erupsi, pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi, mendeteksi penyakit dan mengevaluasi trauma. Teknik Lateral

Upload: sweetapple921587

Post on 26-Sep-2015

32 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

nmnnnmn

TRANSCRIPT

RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI

21.07Pengertian RadiasiNo comments

RADIOGRAPHY GIGISecara garis besar foto Rontgen gigi, berdasarkan teknik pemotretan dan penempatan film, dibagi menjadi dua: foto Rontgen Intra oral dan foto Rontgen extra oral.Teknik Rontgen Intra oralTeknik radiografi intra oral adalah pemeriksaan gigi dan jaringan sekitar secara radiografi dan filmnya ditempatkan di dalam mulut pasien. Untuk mendapatkan gambaran lengkap rongga mulut yang terdiri dari 32 gigi diperlukan kurang lebih 14 sampai 19 foto. Ada tiga pemeriksaan radiografi intra oral yaitu: pemeriksaan periapikal, interproksimal, dan oklusal.Teknik Rontgen PeriapikalTeknik ini digunakan untuk melihat keseluruhan mahkota serta akar gigi dan tulang pendukungnya. Ada dua teknik pemotretan yang digunakan untuk memperoleh foto periapikal yaitu teknik parallel dan bisektris, yang sering digunakan di RSGM adalah teknik bisektris.Teknik Bite WingTeknik ini digunakan untuk melihat mahkota gigi rahang atas dan rahang bawah daerah anterior dan posterior sehingga dapat digunakan untuk melihat permukan gigi yang berdekatan dan puncak tulang alveolar. Teknik pemotretannya yaitu pasien dapat menggigit sayap dari film untuk stabilisasi film di dalam mulut.Teknik Rontgen OklusalTeknik ini digunakan untuk melihat area yang luas baik pada rahang atas maupun rahang bawah dalam satu film. Film yang digunakan adalah film oklusal. Teknik pemotretannya yaitu pasien diinstruksikan untuk mengoklusikan atau menggigit bagian dari film tersebut.Teknik Rontgen Ekstra OralFoto Rontgen ekstra oral digunakan untuk melihat area yang luas pada rahang dan tengkorak, film yang digunakan diletakkan di luar mulut. Foto Rontgen ekstra oral yang paling umum dan paling sering digunakan adalah foto Rontgen panoramik, sedangkan contoh foto Rontgen ekstra oral lainnya adalah foto lateral, foto antero posterior, foto postero anterior, foto cephalometri, proyeksi-Waters, proyeksi reverse-Towne, proyeksi SubmentovertexTeknik Rontgen PanoramikFoto panoramik merupakan foto Rontgen ekstra oral yang menghasilkan gambaran yang memperlihatkan struktur facial termasuk mandibula dan maksila beserta struktur pendukungnya. Foto Rontgen ini dapat digunakan untuk mengevaluasi gigiimpaksi, pola erupsi, pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi, mendeteksi penyakit dan mengevaluasi trauma.Teknik LateralFoto Rontgen ini digunakan untuk melihat keadaan sekitar lateral tulang muka, diagnosa fraktur dan keadaan patologis tulang tengkorak dan muka.Teknik Postero AnteriorFoto Rontgen ini digunakan untuk melihat keadaan penyakit, trauma, ataukelainan pertumbuhan dan perkembangan tengkorak. Foto Rontgen ini juga dapatmemberikan gambaran struktur wajah, antara lain sinus frontalis dan ethmoidalis,fossanasalis, dan orbita.Teknik Antero PosteriorFoto Rontgen ini digunakan untuk melihat kelainan pada bagian depan maksila dan mandibula, gambaran sinus frontalis, sinus ethmoidalis, serta tulang hidung.Teknik CephalometriFoto Rontgen ini digunakan untuk melihat tengkorak tulang wajah akibat trauma penyakit dan kelainan pertumbuhan perkembangan. Foto ini juga dapat digunakan untuk melihat jaringan lunak nasofaringeal, sinus paranasal dan palatum keras.Proyeksi WatersFoto Rontgen ini digunakan untuk melihat sinus maksilaris, sinus ethmoidalis, sinus frontalis, sinus orbita, sutura zigomatiko frontalis, dan rongga nasal.Proyeksi Reverse-TowneFoto Rontgen ini digunakan untuk pasien yang kondilusnya mengalami perpindahan tempat dan juga dapat digunakan untuk melihat dinding postero lateral pada maksila.Proyeksi SubmentovertexFoto ini bisa digunakan untuk melihat dasar tengkorak, posisi kondilus, sinus sphenoidalis, lengkung mandibula, dinding lateral sinus maksila, dan arcus zigomatikus.ALAT YANG DIGUNAKAN DALAM PROSESING FILM

1. DARK ROOM

Tempat memproses film sampai terjadi gambar yang siap untuk dibacaPERSYARATAN:

Ukuran memadai ~kapasitas, beban kerja

Terlindung (radiasi, sinar matahari,bahan kimia lain selain

bahan prosesing film)

ada sirkulasi udara

Air bersih

Safe light (cukup lampu merah atau hijau 5 watt)

DARK ROOM TERDIRI DARI:

Wet side

- bak berisi air mengalir- Tangki pembangkit/pengembang (developer tank)- Tangki penetap (fixer tank)

dry side

@ Almari untuk penyimpan- Film- Kaset-dll@ Film hanger

2. FILM PROSESING TANK

3. FILM PROCESSING SOLUTION

Developing solution

- Natrium Karbonat akselerator developer, menjaga developer tetap basa-Kalium Bromide reduksi kristal yg tidak tertembus x-ray, mencegah kabut film-Natrium sulfit (preservative) mencegah oksidasi zat pereduks- Air pelarut-Metol (elon) ; pereduksi timbulkan detail gambar-Hiroquinone(pereduksi) kontras yg baik

Fixing solution

Bersifat asam Menghilangkan developerMengandung:- Natrium tiosulfat melarutkan AgBr yg tidak larut dlm developing-Asam asetat netralisir sisa developer pd film-Natrium sulfit mencegah zat fixing terurai dlm asam asetat(mencegah pengendapan)-Kalium alum (boraks) mengeraskan gelatin pada emulsi film gambaran tahan lama-Air pelarut3.3Mengetahuievaluasi dari hasil prosesing filmKegagalan dalam processing film bisa terjadi oleh beberapa alasan di antranya:

Time and temperature errors

Pengaturan waktu dalam processing film harus diperhatikan, seperti contoh dalam FIXING, yang menurut ketentuan harus dilakukan selama 4-15 menit. Jika kurang dari penetapan waktu tersebut maka hasil film akan mudah kabur dalam jangka waktu pendek. Sedangkan pabila melebihi batasan waktu, maka gambar pada film akan hilang. Sedangkan pengaturan temperature di gunakan dalam processing film dengan metodeTime and Temperature.

Chemical contamination errors

Bahan-bahan kimia yang mencampuri dalam processing film dapat mengakibatkan hasil film yang buruk. Seperti bila ada senyawa AgBr, yang masih tertinggal pada film maka hasil film pada nantinya akan terlihat buram

Film handling errors

Pemegangang pada film diperbolehkan saat memastikan bahawa film tersebut sudah benar benar kering. Karena kalau tidak akan tercetak jari jari kita pada film, bisa juga timbul bercak bercak yang akan mengganggu dari hasil FILM itu sendiri.

Lighting errors

Tidak diperbolehkan untuk menggunakan warna lampu yang berwarna putih, dan jarak antara penerangan denganworking areatidak boleh terlalu dekat, minimum 4 kaki. Bila hal ini tidak diperhatikan maka hasil pada film akan terlihat seperti berkabut (fogged)ARTEFACT RADIOGRAFI:Struktur atau gambaran yang tidak normal ada/tampak dlm radiograf ; pada obyek yg difoto tidak adaSEBAB:

Defect pada film atau film packet

Improper handling of the film packet

Accidental incidental to processing of the film

Radiographic technical error

1. RADIOGRAF DENGAN GORESAN RADIOLUSEN

SEBAB :rFilm tergores kuku atau benda lainnyar film tertekuk / kerutan filmr goresan penjepit film yg terkontaminasi developer yg pekatr pecikan larutan developer

2. RADIOGRAF DENGAN CAP JARI

SEBAB : Memegang film dengan jari yang basah atau berkeringan

3. RADIOGRAF DENGAN GAMBAR JARING/POLA ALUR BAN

SEBAB : penempatan film terbalik

4. NODA PUTIH PADA RADIOGRAF

SEBAB : artifak larutan fiksasi emulsi tergores Benda/obyek radiopak tertanam dalam jaringan Benda/obyek radiopak pada cone

5. RETIKULASI PADA RADIOGRAF

SEBAB ; Perbedaan suhu yang tajam antara larutan developing dan airpencuci

6. RADIOGRAF TIDAK LENGKAP

SEBAB : r Film kontak dengan hanger, sisi bak pencuci atau kontak denganfilm lain selama proses pengembanganr penempatan film kurang tepat (kurang ke apikal; terlalu ke apikal)r Sebagian film tidak masuk dalam larutan pengembangr Kegagalan penempatan film sejajar dataran oklusalr Angulasi vertikal terlalu kecil c pemanjangan

7. RADIOGRAF TERLALU PUTIH

SEBAB: r Underexposurer waktu developing terlalu singkatr Temperatur developer rendahr Konsentrasi developer lemahr larutan developer terlalu dingin, kadaluarsa, kotor atautercampur satu sama lainr Kualitas film jelekr Voltage dan mA kurangEfek Radiasi pada Membran Mukosa MulutRadiasi pada daerah kepala dan leher khususnya nasofaring akan mengikutsertakan sebagian besar mukosa mulut. Akibatnya dalam keadaan akut akan terjadi efek samping pada mukosa mulut berupa mukositis yang dirasa pasien sebagai nyeri pada saat menelan, mulut kering dan hilangnya cita rasa (taste). Keadaan ini seringkali diperparah oleh timbulnya infeksi jamur pada mukosa lidah serta palatum.Efek Radiasi pada GigiGigi yang telah erupsi cenderung mengalami kerukan akibat radiasi daerah rongga mulut, meskipun kerusakannya baru tampak setelah beberapa tahun setelah radiasi. Manifestasi kerusakan berupa destruksi substansi gigi yang disebut karies radiasi dan dimulai pada servikal gigi. Lesi berupa demineralisasi yang lebih daripada karies pada umumnya, dengan pola melintas gigi dan menyebabkan kerusakan mahkota gigi pada daerah servikal.Kerusakan jaringan keras gigi (email, dentin, sementum) mengakibatkan karies gigi. Secara radiografi daerah karies bersifat radiolusen bila dibandingkan dengan email atau dentin. Hal ini penting bagi pendiagnosa untuk melihat radiografi dalam situasi pengamatan yang tepat dengan pandangan yang jelas agar dapat membedakan antara restorasi dan anatomi gigi yang normal. Pada gigi terjadi dua efek radiasi yaitu efek radiasi secara langsung dan tidak langsung.a. Efek Radiasi LangsungEfek radiasi ini terjadi paling dini dari benih gigi, berupa gangguan kalsifikasi benih gigi, gangguan perkembangan benih gigi dan gangguan erupsi gigi.b. Efek Radiasi tidak LangsungEfek radiasi tidak langsung terjadi setelah pembentukan gigi dan erupsi gigi normal berada dalam rongga mulut, kemudian terkena radiasi ionosasi, maka akan terlihat kelainan gigi tersebut misalnya adanya karies radiasi. Biasanya karies radiasi pada beberapa gigi bahkan seluruh region yang terkena pancaran sinar radiasi, keadaan ini disebut rampan karies radiasi. Radiasi karies merupakan bentuk rampan dari kerusakan gigi yang dapat terjadi pada tiap individu yang mendapatkan radioterapi termasuk penyinaran dari glandula saliva. Lesi karies dihasilkan dari perubahan glandula salivarius.Penurunan arus, peningkatan pH, penurunan kapasitas buffer karena adanya perubahan elektrolit dan peningkatan viskositas. Saliva normal dapat menurun dan akumulasi debris yang cepat karena tidak adanya tindakan pembersihan. Karies sekunder yang disebabkan radiasi memiliki bentuk jelas yang merata pada cement enamel junction (CEJ) dari permukaan bukolabial, merupakan lokasi yang biasanya tahan terhadap karies.Permukaan bukal dan lingual sering Nampak warna putih atau opak karena terjadi demineralisasi dari email. Daerah ini terjadi demineralisasi bila saliva menjadi asam dan kehilangan suplai mineral yang secara normal mengisi ion negative berubah, permukaan lembut, kehailangan translusensi dan sering fraktur, menyebabkan erosi, membuat dentin menjadi terbuka.Efek Radiasi pada TulangPerawatan kanker pada daerah mulut sering dialkukan penyinaran termasuk pada mandibula. Kerusakan primer pada tulang disebabkan oleh penyinaran yan mengakibatkan rusaknya pembuluh darah periosteum dan tulang kortikal, yang dalam keadaan normalnya sudah tipis. Radiasi juga dapat merusak osteoblas dan osteoklas. Jaringan sumsusm tulang menjadi hipovaskular, hipoxik, dan hiposelular.Sebagai tambahan, endosteum menjadi terjadi atrofi pada endosteum menunjukkan berkurangnya aktifitas osteoblas dan osteoklas, dan beberapa lacuna pada tulang yang kompak tampak kosong, hal tersebut merupakan indikasi terjadinya nekrosis. Derajat mineralisasi menjadi berkurang, memicu terjadinya kerapuhan, aytau perubahandari tulang yang normal. Jika keadaan ini bertambah parah tulang akan mangalami kematian, kondisi seperti ini disebut osteoradionecrosis.Efek Radiasi pada PulpaApoptosis adalah mekanisme biologis yang merupakan jenis kematian sel yang terprogram, yang dapat terjadi pada kondisi fisiologis maupun patologis. Apoptosis digunakan oleh organism multi sel untuk membuang sel yang sudah tidak diperlukan oleh tubuh. Apoptosis umumnya berlangsung seumur hidup dan bersifat menguntungkan bagi tubuh.Apoptosis dapat terjadi selama selama perkembangan, sebagai mekanisme homeostatis untuk menjaga atau memelihara populasi sel dalam jaringan, sebagai mekanisme pertahanan jika sel rusak oleh suatu penyakit atau bahan racun pada proses penuaan.Apoptosis pada jaringan fibroral pulpa dapat terjadi akibat dosis radiasi yang diterima selama terapi radiasi adalah 200 rad sehingga apoptosis pada sel fibrolas pulpa meningkat pulpa sehingga selain sel sel fibrolas, sel-sel lain juga turut mati akibat efek radiasi. Dikarenakan sel fibrolas merupakan sel terbanyak yang ada di pulpa dengan fungsi sebagai menjaga integritas dan vitalitas pulpa berupa membentuk dan mempertahankan matriks jaringan pulpa dengan membentuk ground substance dan serat kolagen sehingga apoptosis pada sel fibrolas pulpa menjadi proses awal terjadinya karies radiasi.Selain itu, Interaksi radiasi pengion dengan meteri biologic diawali dengan interaksdi fisika yaitu, proses ionisasi. Elektron yang dihasilkan dari proses ionisasi akan berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung bila penyerapan energi langsung terjadi pada molekul organik dalam sel yang mempunyai arti penting, seperti DNA. Sedangkan interaksi secara tidak langsung bila terlebih dahulu terjadi interaksi radiasi dengan molekul air dalam sel yang efeknya kemudian akan mengenai molekul organik penting. Mengingat sekitar 80% dari tubuh manusia terdiri dari air, maka sebagian besar interaksi radiasi dalam tubuh terjadi secara tidak langsung.A. Radiasi dengan Molekul Air (Radiolisis Air)Penyerapan energi radiasi oleh molekul air dalam proses radiolisis air akan menghasilkan radikal bebas (H* dan OH*) yang tidak stabil serta sangat reaktif dan toksik terhadap molekul organik vital tubuh.B. Radiasi dengan DNA..Interaksi radiasi dengan DNA dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur molekul gula atau basa, putusnya ikatan hydrogen antar basa, hilangnya basa dan lainnya. Kerusakan yang lebih parah adalah putusnya salah satu untai DNA yang disebut single strand break, atau putusnya kedua untai DNA yang disebut double strand breaksC. Radiasi dengan Kromosom.Sebuah kromosom terdiri dari dua lengan yang dihubungkan satu sama lain dengan suatu penyempitan yang disebut sentromer. Radiasi dapat menyebabkan perubahan baik pada jumlah maupun struktur kromosom yang disebut aberasi kromosom. Perubahan jumlah kromosom, misalnya menjadi 47 buah pada sel somatic yang memungkinkan timbulnya kelainan genetic. Kerusakan struktur kromosom berupa patahnya lengan kromosom terjadi secara acak dengan peluang yang semakin besar dengan meningkatnya dosis radiasi.DOSIS DAN EFEK SOMATIK RADIASI1. Dosis lemah/rendah: 0 50 rada. 0-25 rad tidak ada efek,mungkin tidak ada delayed effectb. 25-50 rad efek tidak ada/sedikit perubahan susunan darah,mungkin ada delayed effect2. Dosis sedang : 50-200 rada. 50-100 rad badan lemas/mual, perpendekan umur, perubahansusunan darah delayed recoveryb. 100-200 rad mual dan muntah 24 jam setelah radiasi, nafsumakan kurang, lemas, suara serak, diare, epilepsi,kerontokan rambut3. Dosis semi letal : 200-400 rad- mual, mutah dalam 1-2 jam setelah radiasi- epilepsi- nafsu makan berkurang- panas dan lemas- pada minggu ke-3: radang mulut/tenggorok- Pada minggu ke-4 : pucat, perdarahan hidung, diar4. Dosis letal : 400-600 rad- 1-2 Jam : mual muntah- akhir minggu ke-1: radang mulut/tenggorokan