rancangan biola.docx

17
Pengertian Laut Dalam Laut dalam merupakan semua zona yang terletak di bawah zona eufotik (zona bercahaya) mencakup zona batipelagis, abilsal dan hadal (Nontji,2002). Bagian dari lingkungan bahari yang terletak di bawah kedalaman yang dapat diterangi sinar matahari di laut terbuka dan lebih dalam dari paparan benua (>200m) . Kegelapan di dalam lautan dan samudera ditemukan sekitar kedalaman 200 meter ke bawah. Pada kedalaman ini, hampir-hampir tidak ada cahaya lagi. Di bawah kedalaman 1000 meter, tidak ada cahaya sama sekali. Laut dalam adalah lapisan terbawah dari lautan, berada dibawah lapisan thermocline pada kedalaman lebih dari 1828 m. Sangat sedikit atau bahkan tidak ada cahaya yang dapat masuk ke area ini, dan sebagian besar organisme bergantung pada material organik yang jatuh dari zona fotik. Karena alasan inilah para saintis mengira bahwa kehidupan di tempat ini akan sangat sedikit, namun dengan adanya peralatan yang dapat menyelam ke kedalaman, ditemukan bahwa ditemukan cukup banyak kehidupan di arena ini. Di tahun 1960, Bathyscaphe Trieste menuju ke dasar dari Palung Mariana dekat Guam, pada kedalaman 35.798 kaki (10.911 m), titik terdalam di bumi. Jika Gunung Everest ditenggelamkan, maka puncaknya akan berada lebih dari satu mil dari permukaan. Pada kedalaman ini, ikan kecil mirip flounder terlihat. Kapal selam penelitian Jepang, Kaiko, adalah satu- satunya yang dapat menjangkau kedalaman ini, dan lalu hilang di tahun 2003.

Upload: ashley-jones

Post on 17-Jan-2016

10 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Rancangan Biola.docx

Pengertian Laut Dalam

Laut dalam merupakan semua zona yang terletak di bawah zona eufotik (zona

bercahaya) mencakup zona batipelagis, abilsal dan hadal (Nontji,2002). Bagian dari

lingkungan bahari yang terletak di bawah kedalaman yang dapat diterangi sinar matahari di

laut terbuka dan lebih dalam dari paparan benua (>200m) . Kegelapan di dalam lautan dan

samudera ditemukan sekitar kedalaman 200 meter ke bawah. Pada kedalaman ini, hampir-

hampir tidak ada cahaya lagi. Di bawah kedalaman 1000 meter, tidak ada cahaya sama sekali.

Laut dalam adalah lapisan terbawah dari lautan, berada dibawah lapisan thermocline

pada kedalaman lebih dari 1828 m. Sangat sedikit atau bahkan tidak ada cahaya yang dapat

masuk ke area ini, dan sebagian besar organisme bergantung pada material organik yang

jatuh dari zona fotik. Karena alasan inilah para saintis mengira bahwa kehidupan di tempat

ini akan sangat sedikit, namun dengan adanya peralatan yang dapat menyelam ke kedalaman,

ditemukan bahwa ditemukan cukup banyak kehidupan di arena ini.

Di tahun 1960, Bathyscaphe Trieste menuju ke dasar dari Palung Mariana dekat

Guam, pada kedalaman 35.798 kaki (10.911 m), titik terdalam di bumi. Jika Gunung Everest

ditenggelamkan, maka puncaknya akan berada lebih dari satu mil dari permukaan. Pada

kedalaman ini, ikan kecil mirip flounder terlihat. Kapal selam penelitian Jepang, Kaiko,

adalah satu-satunya yang dapat menjangkau kedalaman ini, dan lalu hilang di tahun 2003.

Hingga tahun 1970, hanya sedikit yang diketahui tentang kemungkinan adanya

kehidupan pada laut dalam. Namun penemuan koloni udang dan organisme lainnya di sekitar

hydrothermal vents mengubah pandangan itu. Organisme-organisme tersebut hidup dalam

keadaan anaerobik dan tanpa cahaya pada keadaan kadar garam yang tinggi dan temperatur

149 oC. Mereka menggantungkan hidup mereka pada hidrogen sulfida, yang sangat beracun

pada kehidupan di daratan. Penemuan revolusioner tentang kehidupan tanpa cahaya dan

oksigen ini meningkatkan kemungkinan akan adanya kehidupan di tempat lain di alam

semesta ini.

Ekosistem air laut luasnya lebih dari 2/3 permukaan bumi ( ±70 % ), karena luasnya

dan potensinya sangat besar, ekosistem laut menjadi perhatian orang banyak, khususnya yang

berkaitan dengan Revolusi Biru. Ekosistem laut dalam merupakan ekosistem laut yang tidak

terjangkau oleh sinar matahari. Oleh sebab itu, pada ekosistem ini tidak mungkin hidup

produsen yang fotoautotraf. Komunitas yang ada pada ekosistem laut dalam kemungkinan

adalah hewan-hewan saprovora, karnivora, dan detritivora. Karena terbatasnya sumber materi

dan energi, maka keanekaragaman jenis makhluk hidup pada ekosistem laut dalam paling

rendah dibandingkan ekosistem laut lainnya.

Page 2: Rancangan Biola.docx

Zonasi Laut Dalam

Bagian laut dalam ini merupakan zona dibawah kedalaman yang dapat ditembus sinar

matahari di laut terbuka dan lebih dalam dari paparan benua (>200m). Laut dalam diliputi

suasana gelap gulita sepanjang tahun karena wilayah tersebut tak pernah tersentuh sinar

matahari. Apabila perairan dibagi menjadi zona fotikdan afotik, maka wilayah ini masuk

dalam zona afotik. Diperairan tropis zona afotik dimulai dari kedalaman ~ 600 m, sedangkan

diperairan beriklim sedang zona ini dimulai dari kedlaman ~100 m. (Nyibakken,1988)

Zonasi dasar laut dikelompokkan menjadi dua yaitu:

1.      Zona Pelagik

Zona ini merupakan bagian yang organismenya berasosiasi dengan perairan terbuka.

Organisme di zona ini lebih dikenal karena lebih mudah untuk didapatkan daripada

organisme di zona bawahnya.Zona Pelagik terdiri dari:

-          Zona Mesopelagik

Zona ini merupakan zona pelagik yang berada di bawah zona fotik. Banyak penghuni zona

ini yang melakukan migrasi ke zona fotok (eufotik)pada malam hari.  Penghuninya

kebenyakan memiliki mata yang telah berkembang dengan baik dan berbagai organ penghasil

cahaya. kebanyakan spesies ikan penghuni zona ini berwarna hitam, sementara udang-

udangan yang hidup berwarna merah. Pengetahuan tentang zona ini lebih banyak yang

diketahui karena zona ini lebih mudah dicapai daripada zona-zona dibawahnya. Zona ini

membentang 700 m hingga 1000 m dari batas zona eutrofik ke arah dasar perairan. batas

bawahnya tergantung pada lokasi perairan, kecerahan, dan dari faktor – faktor lainnya.

Oleh Hedgpeth (1957), wilayah dibawah zona mesopelagik dibagi lagi menjadi:

-          Zona Batipelagik dan Zona Abisal Pelagik

Batas antara kedua Zona ini tidak terlalu jelas dan organisme yang berada di kedua zona ini

tidak sebanyak yang berada di zona mesopelagik. Penghuni di kedua zona ini cenderung

berwarna putih  atau tidak berwarna serta memiliki mata serta organ penghasil cahaya yang

rendah tingkat perkembangannya. Kolom air di daerah palung dinamakan zona Hadal

Pelagik.

2.      Zona Bentik

Zona bentik merupakan wilayah yang organismenya  berasosiasi dengan dasar lautan.

Penghuni zona bentik dibagi menjadi dua yaitu:

a.       Penghuni zona Abisal

Penghuni zona ini menempati dasar laut dalam yang merupakan kawasan terluas di dasar laut.

Page 3: Rancangan Biola.docx

b.      Penghuni Zona Hadal (ultra abisal).

Penghuni zona ini menempati daerah dasar palung-palung yang sangat dalam.

Gambar zonasi perairan laut:

Zonasi pelagik laut dalam dimulaidari batipelagik, abisal pelagik, dan hadal pelagik sedangkan untuk zonasi

bentik laut dalam adalah zona abisal dan zona hadal.

Kondisi Fisik Lingkungan Laut dalam

Ekosistem laut dalam memiliki perbedaan yang sangat besar dibandingkan ekosistem

laut dangkal. Keadaan tersebut juga mempengaruhi individu-individu biota laut dalam

tersebut. Cahaya matahari hampirdikatakan tidak menembus laut dalam sehingga kondisi

laut dalam tersebut gelap gulita dan dipastikan hampir tidak ada proses fotosintesis.

Organisme yang hidup di perairan  ini  merupakan  organism yang  sangat hebat, karena 

dapat bertahan hidup dengan kadar  oksigen yang sangat minim.

a. Tekanan Hidrostatis

Tekanan hidrostatik adalah berat kolom air yang biasa diukur dalam atmosfir (atm).

Tekanan hidrostatik dapat digambarkan sebagai berikut:

P = r . g . z

dimana:

P = tekanan hidrostatik (tekanan/unit area)

r = densitas air (g/cm3)

g = percepatan gravitasi (9,80 cm/sec2)

z = kedalaman dibawah permukaan air (cm)

Page 4: Rancangan Biola.docx

Tekanan hidrostatis di lingkungan laut dalam (>300m) sangat tinggi karena tekanan

hidrostatik bertambah secara konstan seiring dengan bertambahnya kedalaman air. Setiap

kedalaman 10 m tekanan hidrostatik bertambah sebesar 1 atm yang setara dengan 1,03 kg/cm2

atau 14,7 lbs/in2. Dengan demikian pada kedalaman 100 m ikan akan mengalami tekanan

sebesar 10 atm atau setara dengan 10,03 kg pada setiap luasan 1 cm2 dari tubuhnya yang

berlaku secara proporsional, artinya tekanan hidrostatik yang dialami ikan tersebut sama pada

seluruh bagian tubuhnya.

Besar tekanan hidrostatik pada permukaan air laut cenderung berubah-ubah

setiapwaktu yang  disebabkan oleh adanya ombak, sedangkan pada bagian yang lebih

dalam tekanan secara konstan bertambah sesuai dengan bertambahnya kedalaman.

Tekanan hidrostatik berhubungan erat dengan mekanisme pengaturan daya apung pada

ikan. Ikan-ikan yang melakukan migrasi vertikal atau hidup dekat permukaan harus

mampu mengatur daya apungnya untuk mengimbangi perubahan tekanan hidrostatik yang

drastis.

b. Kadar Oksigen

Sumber oksigen utama di perairan laut dalam berasal dari air permukaan laut di

Antartika dan Arktik yang kaya Oksigen. Kadar oksigen dalam air laut akan bertambah

dengan semakin rendahnya suhu dan berkurang dengan semakin tingginya suhu. Pada lapisan

permukaan, kadar oksigen akan lebih tinggi, karena adanya proses difusi antara air dengan

udara bebas serta adanya proses fotosintesis. Dengan bertambahnya kedalaman akan terjadi

penurunan kadar oksigen terlarut, karena proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar

oksigen yang ada banyak digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan-bahan organik dan

anorganik Keperluan organisme terhadap oksigen relatif bervariasi tergantung pada jenis,

stadium dan aktifitasnya. Kebutuhan oksigen untuk ikan dalam keadaan diam relatif lebih

sedikit apabila dibandingkan dengan ikan pada saat bergerak atau memijah. Jenis-jenis ikan

tertentu yang dapat menggunakan oksigen dari udara bebas, memiliki daya tahan yang lebih

terhadap perairan yang kekurangan oksigen terlarut (Wardoyo, 1978).

Oksigen yang terlarut dalam masa air laut dalam masuk ketika masuk ketika masa

air ini masih merupakan masa air permukaan. Hampir seluruh masa air laut dalam dulunya

merupakan masa air permukaan samudra artik dan antartika. Disini masa air yang dingin dan

kaya oksigen tenggelam dan kemudian mengalir kearah utara dan selatan untuk menjadi

bagian dari masa air laur dalam. (Nyibakken,1988)

Page 5: Rancangan Biola.docx

Respirasi organisme laut dalam dan tidak adanya penambahan oksigen di laut dalam

menyebabkan kadar oksigen sangat menurun. Kadar oksigen ini menurun setelah 20 m diatas

dasar laut dalam dan di dekat wilayah yang kepadatan organismenya paling tinggi.  Namun di

laut dalam ada wilayah yang disebut zona oksigen minimun  yang terletak di kedalaman 500

– 1000 m, yang keadaan zona dibawahnya lebih kaya oksigen. Hal ini dikarenakan respirasi

di zona oksigen minimum ini sangat cepat karena kepadatan organismenya yang tinggi dan

disamping itu peristiwa ini sejalan dengan tidak adanya penukaran masa air yang kaya

oksigen.  Di zona bawahnya kepadatan organisme sangat rendah sehingga oksigen tidak

secara nyata berkurang. Sedangkan di atas kedalaman 500m, oksigen masih dapat dihasilkan

dari perairan atas.(Nyibakken,1988)

c. Suhu

Keadaan suhu air laut dipengaruhi oleh penetrasi cahaya yang mampu menembus

kedalaman laut. Semakin dalam laut maka suhu semakin rendah karena ketidak mampuan

penetrasi cahaya matahari hingga ke laut dalam. Di laut yang sangat dalam, suhu umumnya

seragam dengan kisaran 1–30C (kecuali wilayah hydrothermal vents (>80oC) dan cold

hydrocarbon seeps (<1oC)).

Daerah termoklin atau daerah dimana terjadi perubahan suhu drastis berkisar antara

100 meter hingga hampir satu kilometer. Setelah daerah termoklin, suhu air akan sangat

dingin dan jauh lebih homogen dibandingkan pada daerah termoklin.  Semakin dalam suhu

akan semakin turun tetapi laju perubahannya jauh lebih lambat dari pada suhu pada daerah

termoklin. Dikedalaman 3000-4000m masa air dapat dikatakan isotermal, suhu tidak berubah

dalam jangka waktu yang lama dan tidak dipengaruhi oleh musim maupun tahun. Mungkin

tidak ada habitat lain dibumi yang suhunya sekonstan habitat laut dalam ini.

(Nyibakken,1988)

d. Salinitas

Secara sederhana, salinitas diartikan sebagai  jumlah dari seluruh garam-garaman

dalam gram pada setiap kilogram air laut. Secara praktik, sangat sukar untuk mengukur

salinitas di laut, oleh karena itu penentuan harga salinitas dilakukan dengan meninjau

komponen yang terpenting saja yaitu klorida (Cl). Di laut dalam, salinitas umumnya seragam

(35 ppm)  pada daerah cold hydrocarbonseeps (hipersain = 40 permil).

Salinitas di daerah subpolar (yaitu daerah di atas daerah subtropis hingga mendekati

kutub)  rendah di permukaan dan bertambah secara konstan terhadap kedalaman. Di daerah

subtropis (atau semi tropis, yaitu daerah antara 23,50 – 400 LU atau 23,5 - 40oLS), salinitas di

permukaan lebih besar daripada di kedalaman akibat tingginya aktifitas evaporasi

Page 6: Rancangan Biola.docx

(penguapan). Di  kedalaman sekitar 500 sampai 1000 meter harga salinitasnya rendah dan

kembali bertambah  secara tetap terhadap kedalaman. Sementara itu, di daerah tropis salinitas

di permukaan  lebih rendah daripada di kedalaman akibat tingginya presipitasi (curah hujan).

e. Sirkulasi Air

Sirkulasi air di laut dalam Sangat lamban (< 5 cm/detik), tergantung pada bentuk dan

topografi dasar laut. Sikulasi air dan ventilasi dalam palung sangat menentukan kadar oksigen

di laut dalam.

f. Suplai Pakan

Laut dalam tidak memiliki lokasi dimana produksi primer dapat berlangsung kecuali

diaderah dimana terdapat bakteri kemosintetik.Karena itu semua organisme penghuni laut

dalam menggantungkan makanannya pada produksi dari tempat lain yang dapat melakukan

forosintetis. Pakan ini kemudian diangkut atau terangkut ke laut dalam.(Nyibakken,1988)

Pakan yang tenggelam biasanya berupa pakan pelet tinja organisme di laut

permukaan atau kulit crustacea yang lepas pada saat molting. Karena kebanyakan organisme

tidak dapat mencerna kitin dari kulit crustacea, biasanya kulit tersebut akan diserang oleh

bakteri dan dicerna kemudian di keluarkan dalam bentuk pakan protoplasma bakteri.

Akibatnya di dasar laut dalam banyak terdapat bakteri yang merupakan makanan dari

organisme yang lebih besar. Bahkan kelimpahan organisme pemakan bakteri akan lebih

banyak daripada organisme pelagik di kedalaman yang sama.

Pakan yang dapat langsung dimanfaatkan oleh organisme laut dalam adalah

organisme yang pada saat larvanya berada di zona fotik dan dewasanya bermigrasi ke laut

dalam dimana ia akan menjadi mangsa para predator. Jenis pakan lain yang dapat langsung

dimanfaatkan adalah organisme mati yang berasal dari permukaan laut yang pada saat sampai

ke dasar laut dalam belum seluruhnya habis dimakan oleh organisme lain di zona atasnya.

Adaptasi Organisme Organisme Laut Dalam

Salah satu pembatas kehidupan organisme laut adalah kedalaman. Kedalaman

berkaitan dengan faktor-faktor lingkungan yang lain seperti makanan, cahaya, tekanan, suhu

dan lain-lain, semuanya berpengaruh terhadap kondisi ekologi laut dalam terutama terhadap

kehidupan organisme (ikan).

Adaptasi adalah cara bagaimana organisme mengatasi tekanan lingkungan sekitarnya

untuk bertahan hidup. Dengan keadaan tanpa adanya cahaya matahari, tekanan tinggi,

Page 7: Rancangan Biola.docx

salinitas tinggi dan faktor – faktor yang terdapat di dalam ekosistem laut dalam ini membuat

biota laut dalam tersebut melakukan adaptasi, yakni :

1)   Adapasi morfologi

Adapasi morfologi

Adaptasi morfologi adalah penyesuaian pada organ tubuh yang disesuaikan dengan

kebutuhan organisme hidup. Secara morfologis, senjata pembunuh seperti rahang, tengkorak

dan dimensi mulut mengalami perubahan pada organisme laut dalam. Ciri umum mereka

adalah mulut yang melebar, rahang yang kuat dan gigi-gigi tajam. Mereka harus seoptimal

mungkin mencari mangsa yang jarang di laut dalam. Kanibalisme juga sering terjadi di

beberapa spesies.

Gambar ikan Linophryne bermulut besar dengan gigi yang tajam.

Pada organisme mosopelagik umumnya memiliki mata yang besar. Mata ini

digunakan untuk memeksimalkan penglihatan pada intensitas cahaya yang begitu minim.

Mata ini akan menangkap bayangan dari cahaya yang dihasilkan oleh organ penghasil

cahaya. Ikan-ikan ini berenang dibagian atas zona mesopelagik yang masih sedikit terdapat

cahaya dan bermigrasi ke zona epipelagik seaat malam hari, dan menggunakan matanya

untuk mendeteksi adanya cahaya berintensitas rendah baik dari cahaya matahari maupun

cahaya dari organ penghasil cahaya. Ikan-ikan ini memiliki penglihatan senja karena

memiliki pigmen rodopsin dan kepadatan batang retina yang tinggi.

Page 8: Rancangan Biola.docx

Gambar ikan Green Eyes bermata besar penghuni mesopelagik

Ikan penghuni zona abisal dan hadal biasanya tidak bermata, karena fungsi mata itu

sendiri yang kurang berguna di zona tersebut. Mata ikan di zona ini tidak berkembang

sehingga ikan bermata sangat kecil atau bahkan tidak memiliki mata.

Belut laut Gulper yang matanya tidak berkembang.

Adapun organisme yang memiliki mata tubuler yang berbentuk silinder pendek

dengan lensa setengah lingkaran di ujung silinder. Mata tersebut memiliki dua retina. Retina

yang yang satu untuk melihat jauh dan retina yang lain untuk melihat dekat.

Mata tubuler pada Genus Argyropelecus

Page 9: Rancangan Biola.docx

Karena zona ini memiliki tekanan yang sangat besar yaitu mencapai 600 atm,maka makhluk

hidup di lapisan ini memiliki kulit yang berongga dan tulang yang lunak dan fleksibel.

Sehingga mereka mampu beradaptasi dengan tekanan

2)   Adaptasi fisiologi

Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang

menyebabkan adanya penyesuaian pada alat-alat tubuh untuk mempertahankan hidup dengan

baik. Di ekosistem laut dalam dapat dikatakan tidak terdapat produsen karena tidak adanya

sinar matahari yang menyebabkan tidak adanya proses fotosintesis pada ekosistem tersebut,

sehingga biota laut dalam melakukan adaptasi fisiologi. Bentuk adaptasi fisiologi biota laut

dalam adalah adalah organisme laut dalam mempunyai kapasitas untuk mengolah energi yang

jauh lebih efektif dari makhluk hidup di darat dan zona laut atas. Mereka bisa mendaur

energinya sendiri dan menentukan seberapa banyak energi yang akan terpakai dengan stok

makanan yang didapat.

Adaptasi tingkah laku

Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian mahkluk hidup pada tingkah laku  terhadap

lingkungannya. Beberapa organisme yang mengalami siklus reproduksi, akan mempunyai

perilaku yang unik untuk menarik pasangannya di tengah kegelapan. Mereka akan

memendarkan cahaya yang tampak kontras dengan kondisi sekitar yang serba gelap. Dalam

ekosistem dasar laut sebisa mungkin mereka dapat memperoleh sumber energi atau makanan

agar dapat bertahan hidup, oleh karena itu beberapa ikan yang hidup di ekosistem ini

dilengkapi keahlian khusus agar dapat memperbesar kemungkinan mendapatkan mangsa,

seperti Ikan Fang Tooth yang memiliki tingkat agresifitas yang tinggi sehingga ketika ada

mangsa yang lewat didepannya ia langsung dapat dengan cepat memakannya, karena

memang tidak banyak hewan laut yang mampu hidup dalam ekosistem ini. Kemudian contoh

lainnya adalah Ikan Hairyangler yang tubuhnya dipenuhi dengan atena sensitif, antena

tersebut sangat sensitif sekali terhadap setiap gerakan, fungsinya untuk mendeteksi mangsa

yang ada didekatnya. Di laut dalam sering terlihat cahaya yang berkedip-kedip, cahaya

tersebut adalah Bioluminescence.

Bioluminescence adalah cahaya yang dapat dihasilkan oleh beberapa hewan laut,

cahaya tersebut berasal dari bakteri yang hidup secara permanen didalam sebuah perangkap.

Asosiasi dari organisme dan bakteri yang menghasilkan bioluminescence ini digunakan oleh

hewan laut dalam sebagai alat perangkap atau alat untuk menarik mangsa, kurang lebih

bioluminescence berfungsi sebagai umpan. Pada umumnya bioluminescence dimiliki oleh

Page 10: Rancangan Biola.docx

setiap hewan laut dalam, baik betina maupun jantan. Namun beberapa diantaranya ada yang

hanya dimiliki oleh hewan laut betina. Cahaya bioluminescence yang dihasilkan biasa

berwarna biru atau kehijauan, putih, dan merah. Walau sebagian besar bioluminescence

digunakan untuk mekanisme bertahan hidup, namun beberapa diantara hewan laut dalam

tersebut menggunakan bioluminescence untuk menarik lawan jenisnya. Asosiasi seperti ini

merupakan adaptasi tingkah laku dari penghuni perairan laut bawah.

Bioluminescense pada Comb jellyfish

Benang penghasil cahaya padaIkan Idiacanthus sp.

Asosiasi juga ditampakkan pada ikan pemancing laut dalam yang ukuran tubuh jantan

dan betina berbeda. Ikan jantan mempunyai ukuran tubuh lebih kecil di banding yang betina,

seperti terlihat pada gambar di atas. Ukuran ikan angler jantan hanya sebesar ibu jari. Ikan

jantan mempunyai pengait untuk menempel pada ikan betina, begitu mengait dengan ikan

betina kait ikan jantan akan terhubung dengan pembuluh darah ikan betina dan seumur

hidupnya akan terus menempel pada ikan betina seperti parasit dan menghisap sari makanan

dari tubuh sang betina. Jika ikan jantan gagal mengait pada ikan betina, maka ia akan mati

kelaparan. Sementara si jantan akan selalu menyediakan spermanya untuk si betina.

Page 11: Rancangan Biola.docx

Ikan jantan Ceratias jauh lebih kecil dari betinanya dan hidup sebagai parasit pada tubuh ikan betina.

Anonim. 2010. Laut Dalam yang Misterrius. http://www.unikaja.com/2010/03/laut-dalam-yang-

misterius.html diaksas pada Kamis, 26 Febuari 2015 pukul 11.54 WIB

Anonim.__.Misteri Kehidupan Laut yang Paling Dalam. http://muslimatrix.co.tv/index.php/artikel-

ringan/islami/156-laut-dalam diaksas pada Kamis, 2 Juni 2011 pukul 12.03 WIB

Nyibakken, W James. 1988. Biologi Laut Sebagai Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta: Gramedia

The Colossal Squid Exhibition New Zeland. Bioluminescence In The Deep Oceon.

http://squid.tepapa.govt.nz/the-deep/article/bioluminescence-in-the-deep-ocean. diaksas pada

Kamis, 26 Febuari 2015 pukul 11.20 WIB

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved=0CDAQFjAC&url=http%3A%2F%2Fwww.sith.itb.ac.id%2Fprofile%2Fnoor%2FPertama-kali-di-Indonesia-ditunjukkan-Habitat-Komunitas-Fauna-Laut-Dalam-Hydrothermal-Vent-HV-dan-Non-HV-di-Perairan-Sangihe-Talaud-Provinsi-Sulawesi Utara.pdf&ei=uST1VOTaH4nn8AXsroEQ&usg=AFQjCNEjbcyGRsF1liTS-9tgKWMq59PHsw&sig2=sh05t4lo4ML4i0bcYNFQyg&bvm=bv.87269000,d.dGc

betina

Jantan