randy paper balistik forensik
TRANSCRIPT
PAPER
KIMIA FORENSIK
UJI BALISTIK
OLEH :
RANDY WICAKSANA
41204720109054
UNIVERSITAS NUSA BANGSA BOGOR
FAKULTAS MIPA JURUSAN KIMIA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Di dalam menghadapi kasus kriminal, pemakaian senjata api sebagai alat yang
dimaksudkan untuk melukai atau mematikan seseorang, maka dokter sebagai orang yang
melakukan pemeriksaan, khususnya atas diri korban, perlu secara hati-hati, cermat dan teliti
dalam menafsirkan hasil yang didapatnya.1
Di dalam dunia kriminal, senjata api yang biasa dipergunakan adalah senjata genggam
beralur, sedangkan senjata api dengan laras panjang dan senjata yang biasa dipakai untuk
olahraga berburu yang larasnya tidak beralur jarang dipakai untuk maksud kriminal.2 Senjata
genggam yang banyak dipergunakan untuk maksud kriminal dapat dibagi dalam dua
kelompok, dimana dasar pembagian berikut adalah arah perputaran alur yang terdapat dalam
laras senjata yaitu senjata api dengan alur ke kiri yang dikenal dengan senjata api tipe COLT
dan senjata api dengan alur ke kanan yang dikenal dengan senjata api tipe Smith & Wesson
(tipe SW).1,3 Jenis senjata api yang digunakan dapat diketahui dari anak peluru yang terdapat
pada tubuh korban, yaitu adanya goresan dan alur yang memutar kearah kanan atau kiri bila
dilihat dari bagian basis anak peluru.1
Untuk dapat menjalankan tugas dan fungsi sebagai pemeriksa, maka dokter harus
menjelaskan berbagai hal, diantaranya apakah luka tersebut memang luka tembak, yang mana
luka tembak masuk dan yang mana yang keluar, jenis senjata yang dipakai, jarak tembak,
arah tembakan, perkiraan posisi korban sewaktu ditembak, berapa kali korban ditembak, dan
luka tembak mana yang menyebabkan kematian.1
Dalam memberikan pendapat atau kesimpulan dalam visum et repertum, tidak
dibenarkan menggunakan istilah pistol atau revolver karena perkataan pistol mengandung
pengertian bahwa senjatanya termasuk otomatis atau semi otomatis, sedangkan revolver
berarti anak peluru berada dalam silinder yang akan memutar jika tembakan dilepaskan. Oleh
karena dokter tidak melihat peristiwa penembakannya, maka yang akan disampaikan adalah;
senjata api kaliber 0,38 dengan alur ke kiri dan sebagainya.1
BAB II
PEMBAHASAN
II.1. Arti Klinis Luka Tembak
Dalam praktek banyak terdapat hal tentang luka tembak masuk pada tubuh manusia.
Seperti kita ketahui kulit terdiri dari lapisan epidermis, dermis dan subkutis. Jika dilihat dari
elastisitasnya, epidermis kurang elastis bila dibandingkan dengan dermis. Bila sebutir peluru
menembus tubuh, maka cacat pada epidermis lebih luas dari pada dermis. Diameter luka pada
epidermis kurang lebih sama dengan diameter anak peluru, sedangkan diameter luka pada
dermis lebih kecil. Keadaan tersebut dikenal sebagai kelim memar (contusio ring).2,4
II.2. Klasifikasi Senjata Api
Senjata api adalah suatu senjata yang menggunakan tenaga hasil peledakan mesiu,
dapat melontarkan proyektil (anak peluru) yang berkecepatan tinggi melalui larasnya.1
Proyektil yang dilepaskan dari suatu tembakan dapat tunggal, dapat pula tunggal berurutan
secara otomatis maupun dalam jumlah tertentu bersama – sama.1Senjataapi dapat
dikelompokan menjadi:
A. Berdasarkan Panjang Laras:
1. Laras pendek.3
Revolver, Mempunyai metal drum (tempat penyimpanan 6 peluru) yang berputar
(revolve) setiap kali trigger ditarik dan menempatkan peluru baru pada posisi siap
untuk di tembakkan.
Pistol, peluru disimpan dalam sebuah silinder yang diputar dengan menarik picunya.
2. Laras panjang3
Senjata ini berkekuatan tinggi dengandaya tembak sampai 3000 m, mempergunakan
peluru yang lebih panjang. Dibagi menjadi dua yaitu:
Senapan tabur : Senapan tabur dirancang untuk dapat memuntahkan butir-butir tabur
ganda lewat larasnya, sedangkan senapan dirancang untuk memuntahkan peluru
tunggal lewat larasnya, moncong senapan halus dan tidak terdapat rifling.
Senapan untuk menyerang: Senapan ini mengisi pelurunya sendiri, mampu
melakukan tembakan otomatis sepenuhnya, mempunyai kapasitas magasin yang besar
dan dilengkapi ruang ledak untuk peluru senapan dengan kekuatan sedang (peluru
dengan kekuatan sedang antara peluru senapan standard dan peluru pistol).4
B. Berdasarkan Alur Laras
1. Laras beralur (Rifled bore)
Agar anak peluru dapat berjalan stabil dalam lintasannya, permukaan dalam laras
dibuat beralur spiral dengan diameter yang sedikit lebih kecil dari diameter anak peluru,
sehingga anak peluru yang didorong oleh ledakan mesiu, saat melalui laras, dipaksa
bergerak maju sambil berputar sesuai porosnya, dan ini akan memperoleh gaya sentripetal
sehingga anak peluru tetap dalam posisi ujung depannya di depan dalam lintasannya
setelah lepas laras menuju sasaran. Alur laras ini dibagi menjadi dua yaitu, arah putaran ke
kiri (COLT) dan arah putaran ke kanan (Smith and Wesson).3,4
2. Laras tak beralur atau laras licin (Smooth bore)
Senjata api jenis ini dapat melontarkan anak peluru dalam jumlah banyak pada satu kali
tembakan. Contohnya adalah shot gun.4,5
II.3. Mekanisme Luka Tembak
Pada luka tembak terjadi efek perlambatan yang disebabkan pada trauma mekanik
seperti pukulan, tusukan, atau tendangan, hal ini terjadi akibat adanya transfer energi dari luar
menuju jaringan. Kerusakan yang terjadi pada jaringan tergantung pada absorpsi energi
kinetiknya, yang juga akan menghamburkan panas, suara serta gangguan mekanik yang
lainya.2,4 Energi kinetik ini akan mengakibatkan daya dorong peluru ke suatu jaringan
sehingga terjadi laserasi, kerusakan sekunder terjadi bila terdapat ruptur pembuluh darah atau
struktur lainnya dan terjadi luka yang sedikit lebih besar dari diameter peluru.
Jika kecepatan melebihi kecepatan udara, lintasan dari peluru yang menembus jaringan
akan terjadi gelombang tekanan yang mengkompresi jika terjadi pada jaringan seperti otak,
hati ataupun otot akan mengakibatkan kerusakan dengan adanya zona-zona disekitar luka.4
Dengan adanya lesatan peluru dengan kecepatan tinggi akan membentuk rongga disebabkan
gerakan sentrifugal pada peluru sampai keluar dari jaringan dan diameter rongga ini lebih
besar dari diameter peluru, dan rongga ini akan mengecil sesaat setelah peluru berhenti,
dengan ukuran luka tetap sama. Organ dengan konsistensi yang padat tingkat kerusakan lebih
tinggi daripada organ berongga. Efek luka juga berhubungan dengan gaya gravitasi. Pada
pemeriksaan harus dipikirkan adanya kerusakan sekunder seperti infark atau infeksi.4,6
II.4. Klasifikasi Luka Tembak
Pada klasifikasi luka tembak yang diperlukan adalah jarak tembak atau jarak antara
moncong senjata dengan targetnya yaitu tubuh korban. Berdasarkan ciri-ciri yang khas pada
setiap tembakan yang dilepaskan dari berbagai jarak, maka perkiraan jarak tembak dapat
diketahui, dengan demikian dapat dibuat klasifikasinya. Klasifikasi yang dimaksud antara
lain :1,3
A. Luka Tembak Masuk
1. Luka tembak masuk tempel (contact wounds)
a. Terjadi bila moncong senjata ditekan pada tubuh korban dan ditembakkan. Bila tekanan
pada tubuh erat disebut “hard contact”, sedangkan yang tidak erat disebut “soft
contact”.
b. Umumnya luka berbentuk bundar yang dikelilingi kelim lecet yang sama lebarnya pada
setiap bagian.
c. Di sekeliling luka tampak daerah yang bewarna merah atau merah coklat, yang
menggambarkan bentuk dari moncong senjata, ini disebut jejas laras.
d. Rambut dan kulit di sekitar luka dapat hangus terbakar.
e. Saluran luka akan bewarna hitam yang disebabkan oleh butir-butir mesiu, jelaga dan
minyak pelumas.
f. Tepi luka dapat bewarna merah, oleh karena terbentuknya COHb.
g. Bentuk luka tembak tempel sangat dipengaruhi oleh keadaan / densitas jaringan yang
berada di bawahnya, dengan demikian dapat dibedakan :
Luka tembak tempel di daerah dahi
Luka tembak tempel di daerah pelipis
Luka tembak tempel di daerah perut
h. Luka tembak tempel di daerah dahi mempunyai ciri :
Luka berbentuk bintang: Bentuk bintang tersebut disebabkan oleh tenaga tembakan
yang diteruskan ke segala arah, fragmen-fragmen tulang yang terbentuk turut
terdorong keluar dan menimbulkan robekan-robekan baru yang dimulai dari pinggir
luka dan menyebar secara radier.
Terdapat jejak laras
i. Luka tembak tempel di daerah pelipis mempunyai ciri :
Luka berbentuk bundar
Terdapat jejas laras
j. Luka tembak tempel di daerah perut mempunyai ciri :
Luka berbentuk bundar
Kemungkinan besar tidak terdapat jejas laras
2. Luka tembak masuk jarak dekat (close range wounds)
Pengertian jarak dekat bila jarak antara moncong senjata dengan tubuh korban sekitar 50
cm (24 inci) sampai 15 cm. Ciri dari luka tembak ini adalah:3,4
a. Luka berbentuk bundar atau oval tergantung sudut masuknya peluru, dengan di
sekitarnya terdapat bintik-bintik hitam (kelim tato) dan atau jelaga (kelim jelaga).
b. Di sekitar luka dapat ditemukan daerah yang bewarna merah atau hangus terbakar.
c. Bila terdapat kelim tato, berarti jarak antara moncong senjata dengan korban sekitar 60
cm (50-60 cm), yaitu untuk senjata genggam.
d. Bila terdapat pula kelim jelaga, jaraknya sekitar 30 cm (25-30 cm).
e. Bila terdapat juga kelim api, maka jarak antara moncong senjata dengan korban sekitar
15 cm.
3. Luka tembak masuk jarak jauh (long range wound)1, 2,3
Luka tembak jarak jauh adalah luka tembak dimana jarak antara moncong senjata dengan
korban diatas 50 cm, atau diluar jarak tempuh atau jangkauan butir-butir mesiu.
a. Terjadi bila jarak antara moncong senjata dengan tubuh korban di luar jangkauan atau
jarak tempuh butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau terbakar sebagian.
b. Luka berbentuk bundar atau oval dengan disertai adanya kelim lecet.
c. Bila senjata sering dirawat (diberi minyak) maka pada kelim lecet dapat dilihat
pengotoran bewarna hitam berminyak, jadi ada kelim kesat atau kelim lemak.
B. Luka Tembak Keluar
Jika peluru yang ditembakan dari senjata api mengenai tubuh korban dan kekuatannya
masih cukup untuk menembus dan keluar pada bagian tubuh lainnya, maka luka tembak
dimana peluru meninggalkan tubuh itu disebut luka tembak keluar. Bilamana peluru yang
masuk ke dalam tubuh korban tidak terbentur pada tulang, maka saluran luka yang terbentuk
yang menghubungkan luka tembak masuk dan luka tembak keluar dapat menunjukkan arah
datangnya peluru yang dapat disesuaikan dengan arah tembakan.1
Luka tembak keluar mempunyai ciri khusus yang sekaligus sebagai perbedaan pokok
dengan luka tembak masuk. Ciri tersebut adalah tidak adanya kelim lecet pada luka tembak
keluar, dengan tidak adanya kelim lecet, kelim-kelim lainnya juga tentu tidak ditemukan.1,3
Ciri lain dari luka tembak keluar yang dapat dikatakan agak khas, oleh karena hampir
semua luka tembak keluar memiliki ciri ini, adalah luka tembak keluar pada umumnya lebih
besar dari luka tembak masuk.1,3
Adapun faktor –faktor yang menyebabkan luka tembak keluar lebih besar dari luka tembak
masuk adalah :1
Perubahan luas peluru, oleh karena terjadi deformitas sewaktu peluru berada dalam tubuh
dan membentur tulang.
Peluru sewaktu berada dalam tubuh mengalami perubahan gerak, misalnya karena
terbentur bagian tubuh yang keras, peluru bergerak berputar dari ujung ke ujung (end to
end), keadaan ini disebut “tumbling”.
Pergerakan peluru yang lurus menjadi tidak beraturan, disebut “yawing”.
Peluru pecah menjadi beberapa fragmen. Fragmen-fragmen ini menyebabkan luka tembak
keluar menjadi lebih besar.
Bila peluru mengenai tulang dan fragmen tulang tersebut turut terbawa keluar, maka
fragmen tulang tersebut akan membuat robekan tambahan sehingga akan memperbesar
luka tembak keluarnya.
Pada beberapa keadaan luka tembak keluar lebih kecil dari luka tembak masuk, hal ini
disebabkan :1
Kecepatan atau velocity peluru sewaktu akan menembus keluar berkurang, sehingga
kerusakannya (lubang luka tembak keluar) akan lebih kecil, perlu diketahui bahwa
kemampuan peluru untuk dapat menimbulkan kerusakan berhubungan langsung dengan
ukuran peluru dan velocity.
Adanya benda menahan atau menekan kulit pada daerah dimana peluru akan keluar yang
berarti menghambat kecepatan peluru, luka tembak keluar akan lebih kecil bila
dibandingkan dengan luka tembak masuk.
Beberapa variasi luka tembak keluar 1
Luka tembak keluar sebagian (partial exit wound), hal ini dimungkinkan oleh karena
tenaga peluru tersebut hampir habis atau ada penghalang yang menekan pada tempat
dimana peluru akan keluar, dengan demikian luka dapat hanya berbentuk celah dan tidak
jarang peluru tampak menonjol sedikit pada celah tersebut.
Jumlah luka tembak keluar lebih banyak dari jumlah peluru yang ditembakkan, ini
dimungkinkan karena :
o Peluru pecah dan masing-masing pecahan membuat sendiri luka tembak keluar.
o Peluru menyebabkan ada tulang yang patah dan tulang tersebut terdorong keluar pada
tempat yang berbeda dengan tempat keluarnya peluru.
o Dua peluru masuk ke dalam tubuh melalui satu luka tembak masuk (“tandem bullet
injury”), dan di dalam tubuh ke dua peluru tersebut berpisah dan keluar melalui tempat
yang berbeda.
II.5. Efek Luka Tembak
Pada saat seseorang melepaskan tembakan dan kebetulan mengenai sasaran yaitu tubuh
korban, maka pada tubuh korban tersebut akan didapatkan perubahan yang diakibatkan oleh
berbagai unsur atau komponen yang keluar dari laras senjata api tersebut.1,3 Adapun
komponen atau unsur-unsur yang keluar pada setiap penembakan adalah:1,4
anak peluru
butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar
asap atau jelaga
api
partikel logam
Bila senjata yang dipergunakan sering diberi minyak pelumas, maka minyak yang
melekat pada anak peluru dapat terbawa dan melekat pada luka. Bila penembakan dilakukan
dengan posisi moncong senjata menempel dengan erat pada tubuh korban, maka akan
terdapat jejas laras. Selain itu bila senjata yang dipakai termasuk senjata yang tidak beralur
(smooth bore), maka komponen yang keluar adalah anak peluru dalam satu kesatuan atau
tersebar dalam bentuk pellet, tutup dari peluru itu sendiri juga dapat menimbulkan kelainan
dalam bentuk luka.1,4 Komponen atau unsur-unsur yang keluar pada setiap peristiwa
penembakan akan menimbulkan kelainan pada tubuh korban sebagai berikut:1,3,4
1) Akibat anak peluru (bullet effect): luka terbuka.
Luka terbuka yang terjadi dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu:
Kecepatan
Posisi peluru pada saat masuk ke dalam tubuh
Bentuk dan ukuran peluru
Densitas jaringan tubuh di mana peluru masuk
Peluru yang mempunyai kecepatan tinggi (high velocity), akan menimbulkan luka
yang relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan peluru yang kecepatannya lebih rendah
(low velocity). Kerusakan jaringan tubuh akan lebih berat bila peluru mengenai bagian
tubuh yang densitasnya lebih besar.
Pada organ tubuh yang berongga seperti jantung dan kandung kencing, bila terkena
tembakan dan kedua organ tersebut sedang terisi penuh (jantung dalam fase diastole),
maka kerusakan yang terjadi akan lebih hebat bila dibandingkan dengan jantung dalam
fase sistole dan kandung kencing yang kosong; hal tersebut disebabkan karena adanya
penyebaran tekanan hidrostatik ke seluruh bagian.
Mekanisme terbentuknya luka dan kelim lecet akibat anak peluru:
a. Pada saat peluru mengenai kulit, kulit akan teregang
b. Bila kekuatan anak peluru lebih besar dari kulit maka akan terjadi robekan
c. Oleh karena terjadi gerakan rotasi dari peluru (pada senjata yang beralur atau rifle
bore), terjadi gesekan antara badan peluru dengan tepi robekan sehingga terjadi kelim
lecet (abrasion ring)
d. Oleh karena tenaga penetrasi peluru dan gerakan rotasi akan diteruskan ke segala arah,
maka sewaktu anak peluru berada dan melintas dalam tubuh akan terbentuk lubang
yang lebih besar dari diameter peluru
e. Bila peluru telah meninggalkan tubuh atau keluar, lubang atau robekan yang terjadi
akan mengecil kembali, hal ini dimungkinkan oleh adanya elastisitas dari jaringan
f. Bila peluru masuk ke dalam tubuh secara tegak lurus maka kelim lecet yang terbentuk
akan sama lebarnya pada setiap arah
g. Peluru yang masuk secara membentuk sudut atau serong akan dapat diketahui dari
bentuk kelim lecet
h. Kelim lecet paling lebar merupakan petunjuk bahwa peluru masuk dari arah tersebut
i. Pada senjata yang dirawat baik, maka pada klim lecet akan dijumpai pewarnaan
kehitaman akibat minyak pelumas, hal ini disebut kelim kesat atau kelim lemak (grease
ring/ grease mark)
j. Bila peluru masuk pada daerah di mana densitasnya rendah, maka bentuk luka yang
terjadi adalah bentuk bundar, bila jaringan di bawahnya mempunyai densitas besar
seperti tulang, maka sebagian tenaga dari peluru disertai pula dengan gas yang
terbentuk akan memantul dan mengangkat kulit di atasnya, sehingga robekan yang
tejadi menjadi tidak beraturan atau berbentuk bintang
k. Perkiraan diameter anak peluru merupakan penjumlahan antara diameter lubang luka
ditambah dengan lebar kelim lecet yang tegak lurus dengan arah masuknya peluru
l. Peluru yang hanya menyerempet tubuh korban akan menimbulkan robekan dangkal,
disebut bullet slap atau bullet graze
m. Bila peluru menyebabkan luka terbuka dimana luka tembak masuk bersatu dengan luka
tembak keluar, luka yang terbentuk disebut gutter wound
2) Akibat butir-butir mesiu (gunpowder effect): tattoo, stipling
a. Butir – butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar akan masuk ke dalam
kulit
b. Daerah di mana butir-butir mesiu tersebut masuk akan tampak berbintik-bintik hitam
dan bercampur dengan perdarahan
c. Oleh karena penetrasi butir mesiu tadi cukup dalam, maka bintik-bintik hitam tersebut
tidak dapat dihapus dengan kain dari luar
d. Jangkauan butir-butir mesiu untuk senjata genggam berkisar sekitar 60 cm
e. Black powder adalah butir mesiu yang komposisinya terdiri dari nitrit, tiosianat,
tiosulfat, kalium karbonat, kalium sulfat, kalium sulfida, sedangkan smoke less powder
terdiri dari nitrit dan selulosa nitrat yang dicampur dengan karbon dan gravid
3) Akibat asap (smoke effect): jelaga
a. Oleh karena setiap proses pembakaran itu tidak sempurna, maka terbentuk asap atau
jelaga
b. Jelaga yang berasal dari black powder komposisinya CO2 (50%) nitrogen 35%, CO
10%, hydrogen sulfide 3%, hydrogen 2 % serta sedikit oksigen dan methane
c. Smoke less powder akan menghasilkan asap yang jauh lebih sedikit
d. Jangkauan jelaga untuk senjata genggam berkisar sekitar 30 cm
e. Oleh karena jelaga itu ringan, jelaga hanya menempel pada permukaan kulit, sehingga
bila dihapus akan menghilang.
4) Akibat api (flame effect): luka bakar
a. Terbakarnya butir-butir mesiu akan menghasilkan api serta gas panas yang akan
mengakibatkan kulit akan tampak hangus terbakar (scorching, charring)
b. Jika tembakan terjadi pada daerah yang berambut, maka rambut akan terbakar
c. Jarak tempuh api serta gas panas untuk senjata genggam sekitar 15 cm, sedangkan
untuk senjata yang kalibernya lebih kecil, jaraknya sekitar 7,5 cm
5) Akibat partikel logam (metal effect): fouling
a. Oleh karena diameter peluru lebih besar dari diameter laras, maka sewaktu peluru
bergulir pada laras yang beralur akan terjadi pelepasan partikel logam sebagai akibat
pergesekan tersebut
b. Partikel atau fragmen logam tersebut akan menimbulkan luka lecet atau luka terbuka
dangkal yang kecil-kecil pada tubuh korban
c. Partikel tersebut dapat masuk ke dalam kulit atau tertahan pada pakaian korban.
6) Akibat moncong senjata (muzzle effect): jejas laras
a. Jejas laras dapat terjadi pada luka tembak tempel, baik luka tembak tempel yang erat
(hard contact) maupun yang hanya sebagian menempel (soft contact)
b. Jejas laras dapat terjadi bila moncong senjata ditempelkan pada bagian tubuh, dimana
di bawahnya ada bagian yang keras (tulang)
c. Jejas laras terjadi oleh karena adanya tenaga yang terpantul oleh tulang dan
mengangkat kulit sehingga terjadi benturan yang cukup kuat antara kulit dan moncong
senjata
d. Jejas laras dapat pula terjadi jika si penembak memukulkan moncong senjatanya
dengan cukup keras pada tubuh korban, akan tetapi hal ini jarang terjadi
e. Pada hard contact, jejas laras tampak jelas mengelilingi lubang luka, sedangkan pada
soft contact, jejas laras sebetulnya luka lecet tekan tersebut akan tampak sebagian
sebagai garis lengkung
f. Bila pada hard contact tidak akan dijumpai kelim jelaga atau kelim tato, oleh karena
tertutup rapat oleh laras senjata, maka pada soft contact jelaga dan butir mesiu ada yang
keluar melalui celah antara moncong senjata dan kulit, sehingga terdapat adanya kelim
jelaga dan kelim tato.
7) Pengaruh pakaian pada luka tembak masuk 1,5
Jika tembakan mengenai tubuh korban yang ditutup pakaian, dan pakaiannya cukup tebal,
maka dapat terjadi:
Asap, butir-butir mesiu dan api dapat tertahan pakaian
Fragmen atau partikel logam dapat tertahan oleh pakaian
Serat-serat pakaian dapat terbawa oleh peluru dan masuk ke dalam lubang luka tembak
II.6. Deskripsi Luka Tembak
Kepentingan medikolegal deskripsi yang adekuat dari luka senjata api bergantung pada
besarnya potensi seorang korban meninggal. Jika korban masih hidup, deskripsi singkat dan
tidak terlalu detail. Dokter mempunyai tanggung jawab yang utama untuk memberikan
penatalaksanaan gawat darurat. Membersihkan luka, membuka dan mengeksplorasi,
debridement dan menutupnya, kemudian membalut adalah bagian penting dari merawat
pasien bagi dokter. Penggambaran luka secara detail akan dilakukan nanti, setelah semua
kondisi gawat darurat dapat disingkirkan. Oleh karena singkatnya waktu yang dimiliki untuk
mempelajari medikolegal, seringkali dokter merasa tidak mempunyai kewajiban untuk
mendeskripskan luka secara detail. Deskripsi luka yang minimal untuk pasien hidup terdiri
dari : Lokasi luka, ukuran dan bentuk defek, lingkaran abrasi, lipatan kulit yang utuh dan
robek, bubuk hitam sisa tembakan (jika ada), tato (jika ada), dan bagian yang
ditembus/dilewati.1,2,4 Penatalaksanaan luka, termasuk debridement, penjahitan,
pengguntingan rambut, pembalutan, drainase, dan operasi perluasan luka.
Pada korban mati, tidak ada tuntutan dalam mengatasi gawat darurat. Meskipun
demikian, tubuhnya dapat saja sudah mengalami perubahan akibat penanganan gawat darurat
dari pihak lain. Sebagai tambahan, tubuh bisa berubah akibat perlakuan orang-orang yang
mempersiapkan tubuhnya untuk dikirimkan kepada pihak yang bertanggung jawab untuk
menerimanya. Di lain pihak, tubuh mungkin sudah dibersihkan, bahkan sudah disiapkan
untuk penguburan, luka sudah ditutup dengan lilin atau material lain. Penting untuk
mengetahui siapa dan apa yang telah dikerjakannya terhadap tubuh korban, untuk mengetahui
gambaran luka.
a. Jarak Tembakan
Efek gas, bubuk mesiu, dan anak peluru terhadap target dapat digunakan dalam keilmuan
forensik untuk memperkirakan jarak target dari tembakan dilepaskan. Perkiraan tersebut
memiliki kepentingan sebagai berikut : untuk membuktikan atau menyangkal tuntutan;
untuk menyatakan atau menyingkirkan kemungkinan bunuh diri; membantu menilai ciri
alami luka akibat kecelakaan. Meski kisaran jarak tembak tidak dapat dinilai dengan
ketajaman absolut, luka tembak dapat diklasifikasikan sebagai luka tembak jarak dekat,
sedang, dan jauh. 1,2,4
b. Arah Tembakan
Luka tembak yang tepat akan membentuk lubang yang sirkuler serta perubahan warna
pada kulit, jika sudut penembakan olique akan mengakibatkan luka tembak berbentuk
ellips, panjang luka dihubungkan dengan pengurangan sudut tembak. Senapan akan
memproduksi lebih sedikit kotoran, kecuali jika jarak dekat. Petunjuk ini berguna untuk
pembanding dengan shotgun. Luka tembak yang disebabkan shotgun dengan sudut olique
akan membentuk luka seperti anak tangga. Jaringan juga berperan serta dalam perubahan
gambaran luka karena adanya kontraksi otot.
II.7. Cara Pengukuran Jarak Tembak Dalam Visum Et Repertum
Bila pada korban terdapat luka tembak masuk dan tampak jelas adanya jejas laras,
kelim api, kelim jelaga atau kelim tato, maka perkiraan penentuan jarak tembak tidak sulit.
Kesulitan timbul bila tidak ada kelim-kelim tersebut selain kelim lecet .1 Bila terdapat kelim
jelaga, berarti korban ditembak dari jarak dekat, maksimal 30 cm, kelim tato berarti korban
ditembak dari jarak dekat, maksimal 60 cm dan seterusnya. Sedangkan kelim api menunjukan
bahwa korban ditembak dari jarak yang sangat dekat sekali, yaitu maksimal 15 cm.
II.8. Pemeriksaan Khusus Pada Luka Tembak Masuk
Pada beberapa keadaan, pemeriksaan terhadap luka tembak masuk, sering dipersulit
oleh adanya pengotoran oleh darah, sehingga pemeriksaan tidak dapat dilakukan dengan
baik.1 Untuk menghadapi penyulit pada pemeriksaan tersebut dapat dilakukan prosedur
sebagai berikut:1
Luka tembak dibersihkan dengan hydrogen-peroxide 3%
Setelah 2-3 menit luka tersebut dicuci dengan air, untuk membersihkan busa yang terjadi
dan membersihkan darah.
Dengan pemberian hydrogen-peroxide tadi, luka tembak akan bersih dan tampak jelas,
sehingga deskripsi luka dapat dilakukan dengan akurat.
Selain secara makroskopik, dapat juga dengan pemeriksaan khusus: pemeriksaan
mikroskopik, pemeriksaan kimiawi, dan pemeriksaan radiologik.1
a) Pemeriksaan Mikroskopik 1,6
Perubahan yang tampak diakibatkan oleh dua faktor, yaitu: trauma mekanik dan termis,
pada luka tembak tempel dan luka tembak jarak dekat perubahan mikroskopis yang terjadi
adalah:
Kompresi epitel, disekitar luka tampak epitel yang normal dan yang mengalami
kompresi, elongasi, dan menjadi pipihnya sel-sel epidermal serta elongasi dari inti sel
Distorsi dari sel epidermis di tepi luka yang dapat bercampur dengan butir-butir mesiu
Epitel mengalami nekrosis koagulatif, epitel sembab, vakuolisasi sel-sel basal
Akibat panas, jaringan kolagen menyatu dengan pewarnaan HE, akan lebih banyak
mengambil warna biru (basophilic staining)
Tampak perdarahan yang masih baru dalam epidermis (kelainan ini paling dominan,
dan adanya butir-butir mesiu)
Sel-sel pada dermis intinya mengerut, vakuolisasi dan piknotik
Butir-butir mesiu tampak sebagai benda tidak beraturan, berwarna hitam atau hitam
kecoklatan
Pada luka tembak tempel “hard contact”, permukaan kulit sekitar luka tidak terdapat
butir-butir mesiu atau hanya sedikit sekali; butir-butir mesiu akan tampak banyak pada
lapisan bawahnya, khususnys di sepanjang tepi saluran luka
Pada luka tembak tempel “soft contact”, butir-butir mesiu terdapat pada kulit dan
jaringan di bawah kulit
Pada luka tembak jarak dekat, butir-butir mesiu terutama terdapat pada permukaan
kulit, hanya sedikit yang ada pada lapisan-lapisan kulit.
b) Pemeriksaan Kimiawi 1
Pada “black gun powder” dapat ditemukan kalium, karbon, nitrit, nitrat, sulfas, sulfat,
karbonat, tiosianat dan tiosulfat
Pada “smokeless gun powder” dapat ditemukan nitrit, dan selulosa-nitrat
Pada senjata api yang modern, ditemukan timah, barium, antimony, dan merkuri
Unsur-unsur kimia yang berasal dari laras senjata dan dari peluru sendiri dapat
ditemukan timah, antimon, nikel, tembaga, bismuth, perak, dan thalium
Pemeriksaan atas unsur-unsur tersebut dapat dilakukan terhadap pakaian, di dalam atau
di sekitar luka
Pada pelaku penembakan, unsur-unsur tersebut dapat dideteksi pada tangan yang
menggenggam senjata
c) Pemeriksaan dengan Sinar-X 1
Pemeriksaan radiologik ini umumnya untuk memudahkan dalam mengetahui letak peluru
dalam tubuh korban.
Pada “tandem bullet injury” dapat ditemukan dua peluru walaupun luka tembak
masuknya hanya satu.
Bila pada tubuh korban tampak banyak pellet tersebar, maka dapat dipastikan bahwa
korban ditembak dengan senjata jenis “shotgun”, yang tidak beralur, dimana dalam satu
peluru terdiri dari berpuluh pellet.
Bila pada tubuh korban tampak satu peluru, maka korban ditembak oleh senjata api
jenis “rifled”.
Pada keadaan dimana tubuh korban telah membusuk lanjut atau telah rusak, sehingga
pemeriksaan sulit, maka dengan pemeriksaan radiologik ini akan dengan mudah
menentukan kasusnya, yaitu dengan ditemukannya anak peluru pada foto rontgen
d) Pemeriksaan baju pada korban luka tembak1,2
Pemeriksaan korban luka tembak tidak lengkap tanpa pemeriksaan defek baju yang dibuat
oleh peluru.
Pada tempat yang sesuai dengan luka tembak masuk1,5
Serat-serat pakaian akan terdorong ke dalam.
Bila ditembakan dari jarak dekat atau jarak sangat dekat, dapat terlihat pengotoran
bewarna hitam yang disebabkan oleh butir-butir mesiu yang tidak terbakar dan akibat
jelaga yang menempel pada pakaian.
Bila senjata dirawat dengan baik maka di tepi dan di bagian pakaian yang robek
terdapat pengotoran oleh minyak pelumas yang berwarna kehitaman.
Pada tempat yang sesuai dengan luka tembak keluar1,5
Serat-serat pakaian akan terdorong keluar.
Di pinggir atau di sekitar robekan mungkin didapatkan pengotoran oleh darah, atau
jaringan tubuh korban yang hancur dan terbawa keluar. Seperti otak atau serpihan
tulang.
Tepi lubang pada pakaian tampak terangkat, hal ini menunjukkan bahwa peluru keluar
melalui lubang tersebut.
BAB III
KESIMPULAN
Luka tembak merupakan suatu cedera pada tubuh yang diakibatkan oleh senjata api.
Senjata api adalah suatu senjata yang menggunakan tenaga hasil peledakan mesiu, dapat
melontarkan proyektil (anak peluru) yang berkecepatan tinggi melalui larasnya. Berdasarkan
panjang larasnya, senjata api ini dikelompokan menjadi senjata api laras pendak dan senjata
api laras panjang, sedangkan berdasarkan alur pada laras, senjata api dikelompokan menjadi
senjata api baralur dan senjata api tanpa alur.
Pada luka tembak terjadi robekan dan kerusakan jaringan yang diakibatkan daya dorong
peluru dalam menembus jaringan. Luka tembak dikelompokan menjadi luka tembak masuk
dan luka tembak keluar, namun pada klasifikasi ini yang tidak kalah penting adalah jarak
tembakan yaitu luka tembus masuk tempel,luka tembus masuk jarak dekat maupun luka
tembus masuk jarak jauh. Penentuan jarak ini juga dapat menentukan efek dari tembakan.
Efek dari tembakan ini diakibatkan oleh komponen peluru yang mengenai tubuh yaitu anak
peluru, mesiu, asap jelaga, api dan partikel logam
Pendeskripsian luka tembak dilakukan demi kepentingan medikolegal. Deskripsi luka
ini mencakup lokasi luka, ukuran dan bentuk luka, lingkaran abrasi, lipatan kulit yang utuh
dan robek, bubuk hitam sisa tembakan (jika ada), dan bagian tubuh yang ditembus. Selain
dekripsi luka, kita juga harus menentukan jarak tembakan dan arah tembakan. Penentuan
jarak tembakan ini dapat dilihat dari adanya jejas laras, kelim api, kelim jelaga, atau kelim
tato. Pemeriksaan khusus pada luka tembak masuk seperti pemeriksaa nmikroskopik,
kimiawi,sinar x mungkin diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Idries AM. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi I. Jakarta: Binarupa Aksara, 1997;
p.131-168.
2. Hueske E. Firearms and Tool Mark The Forensic Laboratory Handbooks, Practice and
Resource. 2006.
3. Abdussalam. Forensik. Jakarta: Restu Agung, 2006; p. 41-43.
4. Hueske E. Firearms and Tool Mark The Forensic Laboratory Handbooks, Practice and
Resource. 2006.
5. Indah PS, Lely, Irene, Elena, Luh S. Gunshot wound[online]. [diakses tanggal 19 oktober
2012]. http://www.freewebs.com/gunshot_wound/luka tembak pada tulang.htm.
6. Anonim. Forensic Pathology, Second Edition. USA: Oxford University Press, 1996;
p.243-273.