lapkas rm randy
TRANSCRIPT
PENDAHULUAN
DEFINISI
Sindrom “Low Back Pain” (LBP) adalah suatu sindroma klinik yang ditandai dengan
gejala utama rasa nyeri atau perasaan lain yang tidak enak di daerah tulang punggung
bagian bawah dan sekitarnya.
LBP tidak mengenal perbedaan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial, tingkat
pendidikan, semuanya bisa terkena LBP. Lebih dari 80 % umat manusia dalam
hidupnya pernah mengalami LBP.1
INSIDEN
LBP sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, terutama di negara-negara industri.
Diperkirakan 70-85% dari seluruh populasi pernah mengalami episode ini selama
hidupnya. Prevalensi tahunannya bervariasi dari 15-45%, dengan point prevalensi rata-
rata 30%. Di Amerika Serikat nyeri ini merupakan penyebab yang urutan paling sering
dari pembatasan aktivitas pada penduduk dengan usia <45 tahun, urutan ke 2 untuk
alasan paling sering berkunjung ke dokter, urutan ke 5 alasan perawatan di rumah sakit,
dan alasan penyebab yang paling sering untuk tindakan operasi.
Data epidemiologi mengenai LBP di Indonesia belum ada, namun diperkirakan 40%
penduduk pulau Jawa Tengah berusia diatas 65 tahun pernah menderita nyeri pinggang,
prevalensi pada laki-laki 18,2% dan pada wanita 13,6%. Insiden berdasarkan kunjungan
pasien ke beberapa rumah sakit di Indonesia berkisar antara 3-17%. 1
ETIOLOGI
Dalam klinik LBP dibagi dalam 4 kelompok:
1. LBP oleh faktor mekanik.
LBP oleh mekanik akut
Biasanya timbul bila tubuh melakukan gerakan secara mendadak melampaui
batas kemampuan sendi dan otot atau melakukan sesuatu untuk jangka waktu
terlampau lama.
LBP oleh mekanik kronik (menahun)
1
Paling sering disebabkan oleh sikap tubuh yang jelek, yaitu sikap tubuh yang
membungkuk ke depan, kepala menunduk, perut membuncit dan dada kempes
mendatar. Sikap tubuh yang demikian mendorong Titik Berat Badan (TBB)
tergeser ke arah depan sebagai kompensasi agar keseimbangan tubuh tetap
terjaga. Disamping akibat sikap tubuh yang jelek, pergeseran TBB ke arah depan
terlihat juga pada wanita-wanita yang gemar memakai sepatu dengan tumit
tinggi
2. LBP oleh faktor organik
LBP osteogenik
Radang
Trauma
Keganasan
Kongenital
LBP diskogenik
Dalam hal ini proses primer terletak pada diskus invertebra. Bentuk dan
gangguan yang sering dijumpai ialah :
Spondilosis
Adalah suatu proses degenerasi progresif diskus invertebra. Keadaan ini
menimbulkan nyeri yang berasal dari 2 macam sumber:
- Osteoartritis
- Radikulus jebakan, radiks terjebak dalam perjalanannya melewati
foramen invertebra yang menyempit, sebenarnya nyeri tidak
bersumber pada tekanan radiks secara langsung, melainkan dari
tekanan sarung duramater yang mengakibatkan iskemik dan
inflamasi.
Hernia Nukleus Pulposus (HNP)
- Hernia posterosentral, mengakibatkan LBP oleh penekanan ligamen
longitudinal posterior. Tidak ada kompresi radiks karena tidak ada
iskias.
- Hernia posterolateral, sangat mungkin melibatkan radiks karena ke
arah posterolateral ini tidak ada perlindungan ligamen longitudinal
posterior. Timbul LBP disertai iskias.
2
Spondilitis ankilosa
Biasanya dimulai dari sendi sakroiliaka, lalu menjalar ke atas daerah
leher. Gejala permulaan bersifat ringan, sering hanya berupa kaku.
Keluhan terutama dirasakan pada waktu pagi bangun tidur, membaik
setelah melakukan pergerakan. Khas ditemukan gambaran ruas-ruas
bambu (bamboo spine) pada pemeriksaan radiologik.
LBP neurogenik
Neoplasma
Arakhnoiditis
Stenosis kanal
3. Nyeri Rujukan
4. Nyeri Psikogenik
FAKTOR RESIKO
Faktor risiko terjadinya LBP adalah usia, kondisi kesehatan yang buruk, masalah
psikologik dan psikososial, artritis degeneratif, merokok, skoliosis mayor (kurvatura
>80o), obesitas, tinggi badan yang berlebihan, hal yang berhubungan pekerjaan seperti
duduk dan mengemudi dalam waktu lama, duduk atau berdiri berjam-jam (posisi tubuh
kerja yang statik), mengangkat dan membawa beban yang berat, menarik beban,
membungkuk, serta kehamilan.
GAMBARAN KLINIK
Pada umumnya para penderita berusia dekade kedua. Keluhan nyeri dapat menjalar dan
tidak menjalar. Pada tahap yang lebih ringan, nyeri biasanya hanya di sekitar daerah
pinggang dan tidak menjalar, bisa juga dibedakan dengan nyeri akibat kekakuan atau
hanya pegal pada otot pinggang. Pada tahap yang lain, nyeri dirasakan dari daerah
pinggang dapat menjalar ke arah leher ataupun ke arah bokong, paha, belakang tumit
dan telapak kaki. Jika nyeri menjalar ke arah daerah leher dapat dipikirkan adanya
spondilitis ankilosa, terlebih jika nyeri terutama dirasakan pada waktu bangun pagi dan
menghilang saat melakukan pergerakan. Jika nyeri menjalar ke arah bokong, paha,
belakang tumit hingga telapak kaki, maka dapat dipikirkan adanya gejala iskias yang
khas pada penderita HNP.3
3
DIAGNOSIS
Pendekatan diagnostik dimulai dengan anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan khusus,
serta pemeriksaan penunjang.
Anamnesis
Dalam melakukan anamnesis pada pasien dengan kasus LBP, yang utama dijabarkan
ialah mengenai anamnesis nyeri, seperti kapan nyeri terjadi, sifat nyeri, lokasi nyeri,
faktor resiko dan pekerjaan, riwayat trauma serta gejala lainnya yang dapat menyertai.
Nyeri pinggang bawah dapat dibagi dalam 6 jenis nyeri, yaitu:
1. Nyeri pinggang lokal
Jenis ini paling sering ditemukan. Biasanya terdapat di garis tengah dengan radiasi ke
kanan dan ke kiri. Nyeri ini dapat berasal dari bagian-bagian di bawahnya seperti fasia,
otot-otot paraspinal, korpus vertebra, sendi dan ligamen.
2. Iritasi pada radiks
Rasa nyeri dapat berganti-ganti dengan parestesi dan dirasakan pada dermatom yang
bersangkutan pada salah satu sisi badan. Kadang-kadang dapat disertai hilangnya
perasaan atau gangguan fungsi motoris. Iritasi dapat disebabkan oleh proses desak ruang
pada foramen vertebra atau di dalam kanalis vertebralis.
3. Nyeri rujukan somatis
Iritasi serabut-serabut sensoris di permukaan dapat dirasakan lebih dalam pada
dermatom yang bersangkutan. Sebaliknya iritasi di bagian-bagian dalam dapat dirasakan
di bagian lebih superfisial.
4. Nyeri rujukan viserosomatis
Adanya gangguan pada alat-alat retroperitonium, intraabdomen atau dalam ruangan
panggul dapat dirasakan di daerah pinggang.
5. Nyeri karena iskemia
Rasa nyeri ini dirasakan seperti rasa nyeri pada klaudikasio intermitens yang dapat
dirasakan di pinggang bawah, di gluteus atau menjalar ke paha. Dapat disebabkan oleh
penyumbatan pada percabangan aorta atau pada arteri iliaka komunis.
4
6. Nyeri psikogen
Rasa nyeri yang tidak wajar dan tidak sesuai dengan distribusi saraf dan dermatom
dengan reaksi wajah yang sering berlebihan.
Harus dibedakan antara LBP dengan nyeri tungkai, mana yang lebih dominan dan
intensitas dari masing-masing nyerinya, yang biasanya merupakan nyeri radikuler.
Nyeri pada tungkai yang lebih banyak dari pada LBP menunjukkan adanya radikulopati
dan mungkin memerlukan suatu tindakan operasi. Bila nyeri LBP lebih banyak daripada
nyeri tungkai, biasanya tidak menunjukkan adanya suatu kompresi radiks dan juga
biasanya tidak memerlukan tindakan operatif.2
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan dimulai pada saat pasien masuk ke dalam ruang periksa. Gaya berjalan
(gait), cara pasien hendak duduk, sikap duduk yang disukainya harus diketahui. Pada
pemeriksaan fisik harus dipehatikan hal-hal pokok seperti status generalis, status lokalis,
status neuromuskular yang meliputi pemeriksaan motorik, pemeriksaan sensorik,
refleks-refleks serta tes provokasi.
Pemeriksaan Penunjang
Beberapa macam metode diagnostik yang dapat dipakai untuk memastikan penyebab
LBP:
1. Foto polos tulang belakang khususnya daerah lumboskral yang bermanfaat
untuk diagnostik faktor mekanik, osteogenik, dan sebagian diskogenik.
2. Pemeriksaan EMG, merupakan diagnosa pasti untuk membuktikan adanya
keterlibatan radiks pada kasus-kasus tertentu.
3. Pemeriksaan mieolografi (untuk indikasi tertentu)
PENATALAKSANAAN
Pada prinsipnya penanganan LBP terdiri dari:
1. Obat-obatan
Berupa golongan analgetika, dimana golongan ini terdiri dari analgetika antipiretik
dan analgetika narkotik. Yang umum digunakan adalah analgetik antipiretik yang
5
bekerja menghambat sintesa dan pelepasan “endogenous pain substance” sehingga
mencegah sensitisasi reseptor nyeri. Disamping itu dikenal pula obat yang mempunyai
potensi anti-inflamasi disamping analgetik yaitu NSAID.
2. Penanganan Rehabilitasi Medik
Program Rehabilitasi Medik
1. LBP oleh faktor mekanik akut.
Tirah baring total disertai pemanasan setempat seperti infra merah, kompres air
hangat, bantal panas. Biasanya kesembuhan 4-5 hari.
2. LBP oleh faktor mekanik kronik.
Pada keadaan ini hiperlordosis mendasari patofisiologi nyeri. Karena itu
tatalaksana ditujukan pada latihan-latihan untuk menghilangkan hiperlordosis
tersebut. Pada prinsipnya untuk :
- Latihan penguatan dinding perut, otot gluteus maksimus
- Latihan peregangan untuk otot yang memendek, terutama otot punggung dan
hamstring.
3. LBP oleh karena fraktur kompresi
Dikenal 2 macam penanganan :
- Konsevatif : tirah baring 4-6 minggu disusul mobilisasi dengan korset untuk 4-
6 minggu lagi, bila jenis fraktur stabil. Bila tidak stabil, diperlukan tirah baring
yang lebih lama (6-8 minggu)
- Operatif : Tindakan operatif merupakan indikasi bila kedudukan fragmen
fraktur jelek, sedangkan reposisi sulit dilakukan secara konservatif.
4. Osteoporosis
Selain mengakibatkan fraktur spontan, tak jarang mengakibatkan pula
spondilolistesis pada penderita usia lanjut. Penanganannya latihan-latihan,
pemasangan korset, pemanasan dangkal.
5. Keganasan
Terhadap fraktur patologik yang mungkin terjadi atau instabilitas tulang
belakang dapat diberikan korset.
6. Hernia Nukleus Pulposus
Penanganannya : konservatif
6
-Tirah baring selama 3-5 hari dengan alas keras selama fase akut, dengan posisi
semi Fowler
- Terapi fisik, biasanya diberikan diatermi dalam (SWD), asal tidak ada
kontraindikasi berupa : tumor, gangguan sensibilitas, implantasi metal.
- Traksi pelvis, tujuannya untuk relaksasi otot, memperbaiki lordosis, dan
meregangkan diskus yang meyempit. Kontra indikasi traksi : infeksi tulang,
keganasan, fraktur, osteoporosis.
- Latihan-latihan yang pada prinsipnya untuk memperkuat otot-otot tulang
belakang
Tindakan operatif :
- Kegagalan konservatif (kekambuhan sering terjadi)
- Adanya gangguan neurologis yang progresif (kelemahan otot)
Nukleolisis, merupakan metoda alternatif setelah operatif gagal.
Modalitas Fisik
a. Terapi Panas
- Infra Red, mempunyai daya tembus yang superfisial, dapat memberikan rasa
nyaman karena dapat menguruhi hantaran perasaan sakit oleh serabut aferen.
- MWD, prinsip pemanasan melalui elektromagnetik potensial. Daya tembus
dapat mencapai subkutis, lemak, dan otot.
- SWD, prinsip pemanasan melalui elektrikal magnetikal.
- USD, prinsip pemanasan dengan high frequency vibration, memiliki daya
tembus yang paling besar.
b. Terapi Dingin
Cold packs dan masase dengan balok es dapat digunakan sebagai terapi dingin.
c. Stimulasi Listrik (TENS)
Dapat digunakan pada LBP akut atau kronik untuk menurunkan rasa nyeri
d. Latihan
Relaksasi, berbaring di alas yang kaku dengan punggung lurus dan lutut
ditekuk. Atur nafas dalam hitungan dua-dua. Kepalnya tangan lalu biarkan
relaksasi, rasakan menyebar dari lengan ke punggung.
7
Pelvic tilt, tekan punggung ke bawah sehingga datar seluruhnya dan
menempel dasar selama 5-10 hitungan sebelum relaksasi kembali.
Lutut ke dada, tarik lutut kiri bergantian dengan kanan ke dada dengan
kedua tangan.
McKenzie Exercise:
Latihan ini dinamai sesuai dengan ahli terapi fisik dari New Zealand yang
menemukan bahwa ekstensi tulang belakang dapat mengurangi nyeri yang
ditimbulkan dari daerah discus intervertebralis. Secara teori, ekstensi juga
dapat mengurangi discus yang terherniasi dan mengurangi penekanan pada
cabang saraf. Pada pasien-pasien yang menderita nyeri tungkai akibat
herniasi discus (suatu radikulopati), ekstensi tulang belakang dapat
mengurangi nyeri tungkai dengan memusatkan nyeri (memindahkan nyeri
dari tungkai ke arah pinggang). Bagi sebagian besar pasien, nyeri
punggung bawah masih lebih dapat ditolerir dibandingkan dengan nyeri
tungkai, dan apabila pasien dapat memusatkan nyeri maka mereka dapat
meneruskan dengan terapi konservatif serta tidak memerlukan
pembedahan. Apabila nyeri bersifat akut, latihan perlu dilakukan lebih
sering (setiap satu sampai dua jam). Pasien juga sebaiknya menghindari
fleksi tulang belakang (membungkuk ke depan). Latihan McKenzie juga
dapat membantu pasien yang mengalami nyeri punggung bawah akibat
penyakit diskus degeneratif. Saat berada dalam posisi duduk atau
membungkuk ke depan, nyeri punggung bawah dapat menjadi lebih berat
pada pasien dengan penyakit diskus degeneratif, sedangkan ekstensi tulang
belakang dapat mengurangi penekanan pada diskus.
8
William Flexion Exercise :
William Flexion Exercise adalah salah satu bentuk latihan yang bertujuan mengurangi nyeri punggung bawah. Caranya adalah dengan menguatkan ( strengthening ) otot-otot abdomen dan gluteus maksimus, serta mengulur ( stretching ) otot-otot ekstensor
9
punggung. Bentuk latihannya berupa fleksi lumbosakral. Untuk dapat diaplikasikan dengan tepat, maka syaratnya adalah : (1) latihan setiap hari dan (2) tidak melebihi batas nyeri.
Bentuk gerakan intinya adalah :
Pasien tidur terlentang di tempat tidur atau di lantai dengan matras, sebaiknya alas yang dipakai agak keras. Terapis meltakkan tangannya di bawah lumbal. Pasien diminta untuk menekan tangan terapis tersebut dengan mengkontraksikan otot abdomen.
Posisi dan gerakan masih sama seperti yang pertama, hanya saja pasien diminta untuk mengangkat kepalanya ( melihat kakinya
sendiri ).
Posisi masih tidur terlentang. Minta pasien untuk mengangkat kepala dan menekuk salah satu tungkainya ke arah dada dan dipegangi sendiri dengan kedua tangannya. Menekuknya tungkai pasien ke dada harus dengan kontraksi otot abdomen, bukan karena ditarik tangan pasien.
Masih sama dengan gerakan ke-3, hanya saja kali ini dengan kedua tungkai ditekuk ke arah dada bersamaan.
10
Posisi pasien seperti akan melakukan start lari. Di mana dada didekatkan ke paha dengan mengkontraksikan otot abdomen.
Pasien berdiri tegak dengan bersandar pada dinding, di mana salah satu tungkai lebih ke depan dan salah satu lagi di belakang. Minta pasien untuk berjalan, setiap kali melangkah berat badan dipusatkan pada kaki yang di depan.
e. Masase
Efek yang timbul dalam pemberian masase adalah bersifat reflektoris dan
mekanik.
Edukasi
Edukasi penderita (Proper Back Mechanism):
- Waktu berdiri:
11
1. Jangan memakai sepatu dengan tumit yang terlalu tinggi.
2. Bila berdiri dalam waktu lama, selingi dengan periode jongkok sebentar.
3. Bila mengambil sesuatu di tanah, jangan membungkuk tapi tekuklah
pada lutut.
- Waktu berjalan:
Berjalanlah dengan posisi tegak, rileks, dan jangan tergesa-gesa.
- Waktu duduk:
1. Busa kursi jangan terlalu lunak.
2. Punggung kursi mempunyai kontur bentuk S, seperti kontur tulang
punggung.
3. Kursi jangan terlalu tinggi sehingga bila duduk, lutut lebih rendah dari
paha.
4. Bila duduk seluruh punggung harus sebanyak mungkin kontak dengan
punggung kursi.
- Waktu tidur:
Waktu tidur punggung dalam keadaan mendatar, alas tidur sebaiknya yang
keras.
- Olahraga:
Pada penderita LBP dimana kondisi punggung belum stabil harus
menghindari olahraga yang bersifat beregu. Yang dianjurkan adalah olahraga
perorangan yaitu berenang dan jogging.1
LAPORAN KASUS
Identitas
Nama : Ny. D. M
Umur : 52 tahun
Alamat : Bahu Lingk. II
Agama : Katholik
12
Pekerjaan : Pensiunan (perawat)
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Minahasa
Tanggal Periksa : 23 April 2012
Anamnesis
Keluhan utama : Nyeri punggung bawah
Nyeri pada punggung bawah dialami penderita sejak 1 tahun terakhir yang bersifat
hilang timbul terutama sebelah kiri. Penderita merasa nyeri pada saat sedang
beraktivitas dan berkurang jika beristirahat. Nyeri seperti rasa pegal yang hebat, tidak
dipengaruhi waktu dan tidak menjalar. Nyeri tidak diikuti dengan kelemahan anggota
gerak bawah. Nyeri dirasakan menghilang sementara saat penderita minum obat (asam
mefenamat) dan menggosokkan obat gosok maupun dipijit. Riwayat trauma ( - ) .
BAB / BAK biasa.
Riwayat Penyakit Dahulu:
- Hipertensi : sejak 3 tahun lalu terkontrol
- Asam urat : sejak 1 tahun yang lalu terkontrol
- Kolesterol : disangkal
Riwayat Kebiasaan:
- Penderita seorang pensiunan, sehari – harinya melakukan pekerjaan Rumah
Tangga yaitu sering mengangkat ember berisi baju yang baru dicuci dari
lantai sampai ke tempat jemuran setiap kali habis mencuci.
- Setiap harinya penderita menyapu halaman menggunakan sapu lidi yang
sudah pendek.
- Penderita juga sering kali menggunakan sepatu hak tinggi saat sedang
bepergian.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Hanya penderita yang sakit seperti ini dalam keluarga.
13
Riwayat sosial dan ekonomi:
Penderita mempunyai seorang suami dengan 4 orang anak. Rumah 1 lantai, WC
jongkok. Biaya pengobatan dibiayai sendiri (umum).
Pemeriksaan Fisik
Status generalis
Keadaan umum : Cukup
Kesadaran : Kompos Mentis
GCS : E4M6V5
Tanda vital : Tekanan Darah = 120/80 mmHg
Nadi = 80 x/menit
Respirasi = 20 x/menit
Suhu = 36,3o C
Berat badan : 68 kg
Tinggi badan : 166 cm
Kepala : Konjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-)
Pupil bulat isokor ø 3 mm kiri = kanan, RC (+/+), RCTL (+/+)
Leher : Trakhea letak ditengah, pembesaran KGB (-)
Thoraks : Simetris kiri = kanan, retraksi (-)
Cor : SI-II normal, bising (-)
Pulmo : Sp. Vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : Datar, lemas, bising usus (+) normal, nyeri tekan (-)
Hepar/Lien : tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat, oedem (-)
Status lokalis (Regio Lumbosakralis)
- Inspeksi : Alignment tulang belakang lurus, tanda radang (-), oedema (-)
- Palpasi : Hangat (-), Nyeri tekan (+) vertebra L3-L4
Tes lipat kulit (+) L3-L4
- ROM Trunkus : Fleksi : 600 (nyeri)
Ekstensi : 100 (nyeri)
Laterofleksi (d / s) : 300 / 300 (tidak nyeri)
Rotasi (d / s) : 200/ 200 (tidak nyeri)
14
Status neuromuskular :
Pemeriksaan Inferior
Dekstra Sinistra
Gerakan Normal Normal
Kekuatan Otot L2:5
L3:5
L4:5
L5:5
S1:5
L2:5
L3:5
L4:5
L5:5
S1:5
Tonus Otot Normal Normal
Trofi Otot Eutrofi Eutrofi
Refleks Fisiologis ++ ++
Refleks Patologis (-) (-)
Sensibilitas L1 : 2
L2: 2
L3: 2
L4: 2
L5:2
S1: 2
L1 : 2
L2: 2
L3: 2
L4: 2
L5:2
S1: 2
Tes Provokasi
TEST DEKSTRA SINISTRA
Naffziger (-) (-)
Patrick (-) (-)
Kontra Patrick (-) (-)
Bragard (-) (-)
15
Sicard (-) (-)
Lasegue (-) (-)
Valsava (-) (-)
Pemeriksaan Penunjang :
X - Foto lumbosakral AP / lateral
Kesan : Spondilosis Vertebrae L3 – L4
Visual Analogue Scale (VAS):
Resume:
Dilaporkan pasien wanita, 52 tahun dengan keluhan utama nyeri punggung bawah. Dari
anamnesis didapatkan nyeri dialami penderita sejak 1 tahun terakhir yang bersifat
hilang timbul terutama sebelah kiri. Penderita merasa nyeri seperti rasa pegal yang
hebat pada saat sedang beraktivitas dan berkurang jika beristirahat. Nyeri dirasakan
menghilang sementara saat penderita minum obat (asam mefenamat) dan
menggosokkan obat gosok maupun dipijit. Riwayat trauma ( - ) . BAB / BAK biasa.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan status generalis dalam batas normal, pada status
lokalis didapatkan nyeri tekan setinggi L3 - L4, VAS : 4. Dari pemeriksaan ROM
Trunkus didapatkan keterbatasan dalam gerakan fleksi 60N dan ekstensi 10°. Status
motorik dan sensorik dalam batas normal, serta pada pemeriksaan tes provokasi tidak
ditemukan kelainan. Pada pemeriksaan penunjang dilakukan X – foto lumbosakral AP /
lateral dan didapatkan kesan spondilitis vertebrae L3 – L4.
Diagnosis
Diagnosis Klinis : Low Back Pain
16
Diagnosis Topis : Vertebra lumbalis (L3-L4)
Diagnosius Etiologi : Trauma mekanik kronik
Diagnosis Fungsional : Gangguan AKS pada gerakan fleksi hip
Terapi
Medikamentosa : Anti Inflamasi Non Steroid
Rehabilitasi Medik
Problem Rehabilitasi Medik : - Spasme otot-otot paravertebral L3-L4
- Gangguan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS)
- Keterbatasan LGS pada gerak fleksi hip
Program Rehabilitasi Medik
- Fisioterapi
Evaluasi : - Spasme otot-otot paravertebral L3-L4
- Keterbatasan LGS pada gerak fleksi hip
Program : - Infra Red regio lumbal L3-L4
- TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation)
- Massage gentle lumbal L3-L4
- Proper Back Mechanism
- Back Exercise (McKenzie Exercise dan William Flexor Exercise).
- Terapi Okupasi :
Evaluasi : - Gangguan AKS
- Spasme otot-otot paravertebral L3-L4
- Keterbatasan LGS pada gerak fleksi hip
Program :- Memberikan penjelasan untuk menghindari kegiatan
membungkuk saat mengangkat beban atau dalam melakukan
kegiatan harus memperhatikan proper back mechanism.
17
--Latihan penguatan otot punggung dengan aktivitas
keterampilan
- Ortotik prostetik
Evaluasi : Keterbatasan LGS pada gerak fleksi hip
Program : Untuk saat ini belum diperlukan
- Psikologi
Evaluasi : - Motivasi untuk menjalankan terapi atau latihan yang baik dan
teratur
- Pada saat ini penderita tidak ada masalah keluarga, pekerjaan
dan sosial
Program : Konseling dan support mental agar penderita menjalani terapi
secara teratur.
- Sosial medik
Evaluasi : - Saat ini penderita bekerja sebagai pensiunan pegawai negeri
dan untuk kebutuhan berobat dibiayai sendiri (umum)
Program : - Memberikan motivasi pada penderita agar terus melanjutkan
program rehabilitasi medic
- Home visit
Edukasi :
- Proper Back Mechanism
Waktu berdiri : - Bila berdiri dalam waktu lama, selingi dengan periode
jongkok sebentar.
- Bila mengambil sesuatu di tanah, jangan membungkuk tapi
tekuklah pada lutut.
Waktu berjalan : - Berjalan dengan posisi tegak, rileks, dan jangan tergesa-
gesa.
18
Waktu duduk : - Busa kursi jangan terlalu lunak
- Punggung kursi mempunyai kontur bentuk S, seperti kontur
tulang punggung.
- Kursi jangan terlalu tinggi sehingga bila duduk, lutut lebih
rendah dari paha.
- Bila duduk seluruh punggung harus sebanyak mungkin
kontak dengan punggung kursi.
Waktu tidur : - Waktu tidur punggung dalam keadaan mendatar, alas tidur
sebaiknya yang keras.
- Saat mengangkat barang, terlebih dahulu tekuk lutut dan berjongkok, jaga
punggung agar tetap lurus dan kepala juga lurus selama mengangkat. Pastikan
benda selalu menempel pada tubuh, selama mengangkat dan membawanya.
Jangan mendadak atau menyentak mengangkat dan jangan memutar atau
menyamping. Ketika membawa suatu benda, gunakan postur yang tepat yaitu
berdiri tegak. Jangan terlalu membungkuk ketika berjalan. Membawa dengan
beban di depan dan menempel ke tubuh.
Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
DAFTAR PUSTAKA
1. Dr. Sengkey, L, Angliadi, L.S, Dr. Gessal, J, Dr. Mogi, Th. I, Dr. Buku Diktat
Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Manado : Fak. Kedokteran UNSRAT.
2006.
2. Sjamsuhidrajat R, 1 W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2.Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran – EGC. 2004. 756-763.
19
3. Priguna Sidharta. 1996. Sakit Neuromuskuloskeletal dalam Praktek, Jakarta :
Dian Rakyat.
4. Chusid, IG. 1993. Neuroanatomi Korelatif dan Neurologi Fungsional,
Yogyakarta : Gajahmada University Press.
5. Harsono. 2007. Kapita Selekta Neurologi, Edisi Kedua.Yogyakarta: Gajahmada
University Press.
20