rangkuman manajemen operasi - heizer chapter 12
DESCRIPTION
Rangkuman manajemen operasi jay Heizer chapter 12TRANSCRIPT
BAB 12
Inventory Management
Importance of Inventory
Tujuan dari pengelolaan persediaan adalah untuk menentukan
keseimbangan antara investasi persediaan dan pelayanan ke pelanggan.
Di satu sisi persediaan perlu dikendalikan agar tidak mengalami over
stock yang berakibat pada peningkatan biaya bunga karena adanya
inventory yang over dan juga adanya pemakaian space gudang yang
tinggi sehingga menjadikan biaya pergudangan juga menjadi meningkat.
Di sisi lain persediaan juga harus dijaga agar tidak menjadikan under
stock yang menyebabkan kerugian opportunity sales, bahkan terjadi
kekecewaan di pelanggan karena apa yang diminta tidak bisa
direalisasikan.
Pengelolaan persediaan berpengaruh terhadap semua fungsi
bisnis ( operation, marketing, dan finance). Berkaitan dengan persediaan
ini terdapat konflik kepentingan diantara fungsi bisnis tersebut. Finance
menghendaki tingkat persediaan yang rendah, sedangkan Marketing dan
operasi menginginkan tingkat persediaan yang tinggi agar kebutuhan
konsumen dan kebutuhan produksi dapat dipenuhi.
Berkaitan dengan kondisi di atas, maka perlu ada pengaturan
terhadap jumlah persediaan, baik bahan-bahan maupun produk jadi,
sehingga kebutuhan proses produksi maupun kebutuhan pelanggan
dapat dipenuhi. Tujuan utama dari pengendalian persediaan adalah agar
perusahaan selalu mempunyai persediaan dalam jumlah yang tepat, pada
waktu yang tepat, dan dalam spesifikasi atau mutu yang telah ditentukan
sehingga kontinuitas usaha dapat terjamin (tidak terganggu).
Usaha untuk mencapai tujuan tersebut tidak terlepas dari prinsip-
prinsip ekonomi, yaitu jangan sampai biaya-biaya yang dikeluarkan terlalu
tinggi. Baik persediaan yang terlalu banyak, maupun terlalu sedikit akan
minimbulkan membengkaknya biaya persediaan. Jika persediaan terlalu
banyak, maka akan timbul biaya-biaya yang disebut carrying cost, yaitu
biaya-biaya yang terjadi karena perusahaan memiliki persediaan yang
1
banyak, seperti : biaya yang tertanam dalam persediaan, biaya modal
(termasuk biaya kesempatan pendapatan atas dana yang tertanam dalam
persediaan), sewa gudang, biaya administrasi pergudangan, gaji
pegawai pergudangan, biaya asuransi, biaya pemeliharaan persediaan,
biaya kerusakan/kehilangan.
Begitu juga apabila persediaan terlalu sedikit akan menimbulkan biaya
akibat kekurangan persediaan yang biasa disebut stock out cost seperti :
mahalnya harga karena membeli dalam partai kecil, terganggunya proses
produksi, tidak tersedianya produk jadi untuk pelanggan.Jika tidak
memiliki persediaan produk jadi terdapat 3 kemungkinan, yaitu :
1). Konsumen menangguhkan pembelian (jika kebutuhannya tidak
mendesak). Hal ini akan mengakibatkan tertundanya kesempatan
memperoleh keuntungan.
2). Konsumen membeli dari pesaing, dan kembali ke perusahaan (jika
kebutuhan mendesak dan masih setia). Hal ini akan menimbulkan
kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan selama persediaan
tidak ada.
3). Yang terparah jika pelanggan membeli dari pesaing dan terus pindah
menjadi pelanggan pesaing, artinya kita kehilangan konsumen.
Selain biaya di atas dikenal juga biaya pemesanan (ordering cost)
yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan
pemesanan sejak penempatan pesanan sampai tersedianya
bahan/barang di gudang. Biaya-biaya tersebut antara lain : biaya telepon,
biaya surat menyurat, biaya adminisrasi dan penempatan pesanan, biaya
pemilihan pemasok, biaya pengangkutan dan bongkar muat, biaya
penerimaan dan pemeriksaan bahan/barang.
Functions of Inventory
Beberapa fungsi dari persediaan adalah sebagai berikut :
1. Fungsi Decoupling adalah persediaan yang memungkinkan perusahaan
dapat memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung pada
supplier.
2
2. Fungsi Economic Lot Sizing, persediaan ini perlu mempertimbangkan
penghematan atau potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit
menjadi lebih murah dan sebagainya.
3. Fungsi Antisipasi, apabila perusahaan menghadapi fluktuasi
permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasarkan
pengalaman atau data-data masa lalu yaitu permintaaan musiman.
4. Fungsi Menahan terjadinya kenaikkan harga yang disebabkan adanya
inflasi, sehingga bisa menjadi keuntungan kompetitif bagi perusahaan.
Types of Inventory
Berikut ini merupakan tipe-tipe persediaan :
1. Persediaan Bahan Mentah (Raw Material), yaitu persediaan barang-
barang berwujud, seperti besi, kayu serta komponen-komponen
lainnya yang digunakan dalam proses produksi. Persediaan ini dapat
diperoleh dari sumber-sumber alam atau dibeli dari para Supplier atau
dibuat sendiri oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses
produksi selanjutnya
2. Persediaan Barang Dalam Proses (Work In Process), yaitu persediaan
barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam
proses produksi.
3. Persediaan MRO (Maintenance-Repair-Operating). Persediaan yang
membantu atau menolong peralatan (Supplies), agar mesin dan
peralatan yang ada, bisa berjalan secara optimal dan produktif.
4. Persediaan Barang Jadi (Finished Goods), yaitu persediaan barang-
barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap
untuk dijual atau dikirim kepada pelanggan.
Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa setiap jenis persediaan
memiliki karakteristik tersendiri dan cara pengelolaan yang berbeda.
3
Figure 12.1 The Material Flow Cycle
Gambar di atas menunjukkan siklus aliran material. Dimana
sebagian terbesar waktu bekerja dalam tahapa proses kerja, adalah
waktu yang tidak produktif yang mencapai hingga +/- 95%.
Managing Inventory
Manajer Operasional perlu memahami sistem dalam mengelola
persediaan, yang dibedakan menjadi 2 hal, yakni :
1. Bagaimana item persediaan bisa diklasifikasikan ? Contoh adalah
ABC Analysis.
2. Bagaimana memastikan catatan persediaan berikut fisiknya bisa
sesuai dan dipertanggungjawabkan.
ABC Analysis
System ABC adalah teknik manajemen persediaan dengan
membagai persediaan kedalam tiga golongan sesuai dengan tingkat
penurunan kepentingan yang didasarkan pada nilai rupiah pada investasi
masing – masing golongang persediaan.
4
Figure 12.1
Input Wait for Wait to Move Wait in queue Setup Run Outputinspection be moved time for operator time time
Figure 12.2 Graphic Representation of ABC Analysis
Kriteria lain yang dapat dijadikan sebagai pedoman klasifikasi item
adalah :
Tingginya kekurangan persediaan
Antisipasi perubahan mesin peralatan
Masalah pengiriman
Masalah kualitas
Berikut ini merupakan kebijakan-kebijakan yang didasarkan pada
Analisis ABC :
Lebih menekankan pada pengembangan supplier untuk produk
kategori item “A”
Pengendalian fisik persediaan khususnya di kategori “A”
Lebih memberikan estimasi pada kategori “A”
5
A Items
B Items| | | | | | | | | |
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Per
cent
age
of a
nnua
l dol
lar
usag
e
80 –70 –60 –50 –40 –30 –20 –10 –
0 –
Percentage of inventory items
C Items
Record Of Accuracy
Catatan yang akurat merupakan unsur kritis dalam sistem
produksi dan persediaan.
Pencatatan persediaan bisa dilakukan dari 2 sistem yakni :
1. Sistem Periodik
Sistem ini mengharuskan pengecekkan persediaan secara
regular. Variasi dari sistem periodik adalah Two Bin System.
2. Sistem Perpetual
Sistem ini mengikuti proses penerimaan dan pengeluaran pada
basis yang berlanjut (Sistem ini bisa dilakukan secara semi
otomatis).
Berikut ini beberapa hal yang harus dilakukan untuk memastikan
proses pencatatan yang akurasi :
1. Pencatatan produk masukan dan keluaran harus dilakukan
secara akurat.
2. Ruangan persediaan seharusnya diamankan.
3. Hal yang penting adalah membuat keputusan untuk melakukan
pesanan, penjadualan kiriman dan kiriman.
Cycle Counting
Dalam proses perhitungan siklus, semua item-item persediaan
dihitung dan catatan yang ada diupdate pada sebuah basis periodik.
Dimana proses rekonsiliasi data dan fisik ini dilakukan secara terus
menerus.
Pada proses ini, sering digunakan bersamaan dengan Analisis ABC.
Berikut ini merupakan beberapa keuntungan dari adanya perhitungan
siklus :
1. Mensolusikan gangguan dan pemberhentian dari produksi
khususnya untuk persediaan fisik tahunan.
2. Mengantisipasi penyesuaian persediaan secara tahunan.
3. Melatih personal audit untuk persediaan yang akurat
6
4. Bisa mengidentifikasikan dan membenarkan kesalahan-
kesalahan dalam proses
5. Menjaga catatan persediaan secara akurat.
Example 2 Cycle Counting At A Truck Manufacturer
Berdasarkan contoh di atas bisa diketahui dari 3 kategori A, B dan C
memiliki jadual perhitungan yang berbeda, dan jumlah item yang
dihitung juga bisa diketahui.
Kategori A dilakukan perhitungan 25 item per hari
Kategori B dilakukan perhitungan 29 item per hari
Kategori B dilakukan perhitungan 23 item per hari
Total keseluruhan 3 kategori produk dapat dilakukan 77 item per
harinya.
Control Service Inventory
7
5,000 items in inventory, 500 A items, 1,750 B items, 2,750 C items
Policy is to count A items every month (20 working days), B items every quarter (60 days), and C items every six months (120 days)
Proses ini menjadi sebuah komponen keuntungan yang penting.
Kerugian bisa terjadi dari shrinkage dan pilferage. Shrinkage adalah
persediaan dalam retail yang tidak bisa dihitung (produk hilang atau rusak)
saat proses penerimaan hingga proses penjualan.
Pilferage adalah nilai persediaan yang dicuri oleh pencuri.
Teknik-teknik yang bisa diaplikasikan atas proses pengawasan ini meliputi
beberapa langkah sebagai berikut :
1. Proses seleksi penerimaan, pelatihan dan pendisiplinan dari
karyawan/personnel.
2. Pengawasan yang ketat dari proses penerimaan dan pengeluaran
kiriman.
3. Pengawasan yang efektif untuk seluruh produk yang keluar.
Inventory Models
Model Persediaan dibedakan menjadi 2, yakni :
1. Model Persediaan untuk Permintaan yang independen
Permintaan untuk item bebas dan tidak tergantung pada permintaan
dari beberapa item lain.
2. Model Persediaan untuk Permintaan yang dependent
Permintaan untuk item tergantung pada permintaan dari beberapa
item lain.
Terdapat beberapa istilah biaya dalam model persediaan yang perlu
dipahami, yakni sebagai berikut :
1. Holding Costs
Biaya yang ditimbulkan oleh penyimpanan persediaan dalam gudang
pada periode waktu tertentu, termasuk pula di dalamnya biaya
asuransi, penyusutan, bunga dan lain-lainnya.
2. Ordering Costs
Biaya yang ditimbulkan oleh adanya kegiatan pemesanan persediaan
dalam sekali pesan, misal: formulir, supplies, proses pemesanan dan
administrasi; selama bahan/barang belum tersedia untuk diproses
lebih lanjut.
3. Setup Costs
8
Biaya untuk mempersiapkan mesin atau proses produksi untuk
membuat suatu pesanan atau biaya-biaya yang dibutuhkan untuk
melakukan penyesuaian pada saat bahan/barang diproses. Secara
prinsip, setup cost adalah order cost pada saat bahan telah/sedang
diproses. Pada banyak kasus, setup cost sangat berkorelasi dengan
setup time (setup time dapat dieliminasi dengan inovasi mesin dan
perbaikan standard bahan baku).
Istilah ini juga dihubungkan dengan waktu persiapan mesin agar bisa
beroperasional.
Berikut ini merupakan gambaran contoh dari jenis-jenis biaya yang perlu
dievaluasi dalam menentukan Holding Costs :
TABLE
12.1 Determining Inventory Holding Costs
CATEGORY
COST (AND RANGE)
AS A PERCENT OF
INVENTORY VALUE
Housing costs (building rent or
depreciation, operating costs, taxes,
insurance)
6% (3 - 10%)
Material handling costs
(equipment lease or depreciation,
power, operating cost)
3% (1 - 3.5%)
Labor cost (receiving, warehousing,
security)
3% (3 - 5%)
9
Investment costs (borrowing costs,
taxes, and insurance on inventory)
11% (6 - 24%)
Pilferage, space, and
obsolescence (much higher in
industries undergoing rapid change
like PCs and cell phones)
3% (2 - 5%)
Overall carrying cost 26%
Variasi dari biaya Holding Cost bergantung pada jenis bisnis, lokasi
bisnis, dan tingkat suku bunga yang diperhitungkan sebagai biaya akibat
overtime dan over stock.
Umumnya biaya holding cost berkisar di 15%-an, dan khusus untuk jenis
bisnis teknologi dan fashion, maka holding cost-nya bisa mencapai lebih
dari 40%.
Inventory Models for Independent Demand
Model persediaan ini dibutuhkan untuk menentukan kapan dan
seberapa banyak dibutuhkan besaran order untuk dijadikan persediaan.
Model-modelnya meliputi :
Model Kuantitas Pesanan Ekonomis - Economic Order Quantity (EOQ
Model)
Model EOQ merupakan model persediaan yang sederhana yang
bertujuan untuk menentukan ukuran pemesanan yang ekonomis dan
dapat meminimumkan biaya total persediaan.
Model ini dapat diterapkan apabila terdapat asumsi-asumsi berikut :
a. kebutuhan permintaan adalah tetap dan diketahui
b. lead time (waktu tunggu) adalah tetap
c. harga beli per unit tetap
d. biaya simpan dan biaya setiap kali pesan tetap
e. diskon kuantitas tidak diperkenankan
f. tidak terjadi kekurangan persediaan atau back order
10
Figure 12.3 Inventory Usage Over Time
Gambar : Grafik Siklus Persediaan Sederhana
Dalam kaitannya dengan model persediaan tersebut, biaya-biaya
yang relevan dengan model ini adalah biaya pemesanan dan biaya
penyimpanan. Jika D adalah jumlah permintaan, dalam kasus ini per
minggu, Q adalah kuantitas pesanan, dan S adalah biaya setiap kali
pesan, maka biaya pemesanan per minggu dirumuskan:
Biaya pemesanan per minggu =S D
Q
Biaya simpan mingguan dihitung dengan mencari rata-rata biaya
penyimpanan tiap bulan yang dikonversi menjadi mingguan. Rata-
rata persediaan dihitung sebanyak setengah kali kuantitas pesanan
dikali biaya simpan per unit dan nilai ini akan berkurang terus-
menerus hingga mencapai nol, sehingga biaya simpan dapat
dirumuskan:
Biaya penyimpanan =H Q
2
11
Order quantity = Q
(maximum inventory
level)
Usage rateAverage inventory on han
dQ2
Minimum
inventor
y
Inve
ntor
y le
vel
Time0
Total order received
Berdasarkan persamaan biaya pemesanan dan biaya
penyimpanan, maka biaya yang muncul dalam persediaan adalah
hasil penjumlahan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan per
periode waktu, dalam kasus ini adalah per minggu, dan dapat
dirumuskan sebagai:
Biaya persediaan per minggu (TC) =S D
Q+H Q
2
Hubungan dari ketiga persamaan tersebut dapat dilihat dalam
Gambar sebagai berikut :
Figure 12.4 Costs as a Function of Order Quality
Dari Gambar di atas, dapat diilustrasikan bahwa total biaya
persediaan akan mencapai nilai minimum pada saat biaya simpan
dan biaya pesan mencapai titik yang sama, sehingga titik minimal
kurva biaya total dapat dicari dengan turunan TC terhadap Q sama
dengan 0, yaitu:
δTCδQ
= 0
δSDδQ2
+ δHQδQ .Q
= 0
H2
−SDQ2 = 0
12
Ann
ual
cos
t
Order quantity
Total cost of holding and
setup (order)
Holding cost
Setup (order) cost
Minimum total cost
Optimal order
quantity (Q*)
H2
=SDQ2
sehingga diperoleh qty order yang optimal sebagai berikut :
Q2 = 2SDH
Q = √ 2 SDH
keterangan:
D = jumlah permintaan per periode (unit)
H = IP, biaya simpan per periode (Rp/unit/periode)
S = biaya pemesanan per periode (Rp/pesan)
Q = kuantitas pesanan yang optimal (unit)
P = harga satuan unit (Rp/unit)
I = biaya simpan dalam persentase persediaan (%)
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan beberapa
upaya untuk meminimalkan biaya persediaan bisa dilakukan dengan
beberapa hal sebagai berikut :
1) Meminimalkan penjumlahan dari biaya setup (order) dan holding cost,
sehingga total cost akan diminimalkan secara otomatis.
2) Optimalkan besaran order qty yang akan meminimalkan total cost
3) Mengurangi setiap biaya yang mempengaruhi total cost
4) Optimalkan kuantitas order sampai dalam kondisi holding cost dan
setup cost menjadi sama.
Robust Model
Keuntungan dari penerapan model EOQ disebut dengan Robust
Model. Model Robust diperlukan bila semua paramater dan asumsi-
asumsi tidak terpenuhi.
13
Dalam Kurva ditunjukkan Total biaya akan secara relatif datar di area
EOQ.
Reorder Point (ROP)
Reorder Point atau titik pemesanan kembali adalah saat persediaan
mencapai titik dimana perlu dilakukan pemesanan kembali yang
dinyatakan dalam persamaan berikut :
Titik persamaan kembali = tenggang waktu x pemakaian
ROP berguna untuk mengetahui kapan suatu perusahaan
mengadakan pemesanan. Terjadi apabila jumlah persediaan yang
terdapat dalam stock berkurang terus sehingga harus ditentukan berapa
banyak batas minimal tingkat persediaan yang harus dipertimbangkan
sehingga tidak terjadi kekurangan persediaan.
Jumlah yang diharapkan tersebut dihitung selama masa tenggang,
ditambah dengan persediaan pengaman (safety stock) yang biasanya
mengacu kepada probabilitas atau kemungkinan terjadinya kekurangan
stok selama masa tenggang (lead time).
Untuk tingkat pelayanan dari siklus pemesanan, semakin besar
tingkat permintaan atau masa tenggang menyebabkan jumlah safety
stock harus lebih banyak sehingga dapat memenuhi tingkat pelayanan
yang diinginkan.
Dengan penentuan/penetapan reorder point diperhatikan faktor-faktor,
sebagai berikut :
1. Procurement lead time, yaitu penggunaan material selama tenggang
waktu mendapatkan barang.
2. Besarnya safety stock, dimaksudkan dengan pengertian
"procurement lead time" adalah waktu dimana meliputi saat
dimulainya usaha-usaha yang diperlukan untuk memesan barang
sampai barang/material diterima dan ditempatkan dalam gudang
penugasan.
Berikut ini merupakan formula dalam menetukan ROP :
14
Berdasarkan perhitungan formula di atas maka dapat diperoleh
gambaran titik pemesanan kembali diperoleh dari total permintaan selama
satu tahun dibagi dengan jumlah hari kerja dalam satu tahun.
Figure 12.5 The Reorder Point (ROP)
Berdasarkan kurva di atas dapat diketahui Jumlah unit yang tepat untuk
dilakukan ROP dengan mempertimbangkan lead time.
Production Order Quantity Model
15
ROP = Lead time for a new order
in days
Demand per
day
= d x L
d = DNumber of working days in a year
Q*
ROP (units)In
vent
ory
leve
l (un
its)
Time (days)Lead time = L
Slope = units/day = d
Resupply takes place as order arrives
Model ini merupakan model Economic Order Quantity yang
diperuntukkan untuk pesanan produksi.
Model ini digunakan untuk beberapa kondisi sebagai berikut :
1) Ketika persediaan secara terus-menerus dibuat atau dlakukan
selama periode tertentu setelah pesanan diterima.
2) Ketika unit produk yang diproduksi dan dijual secara
bersamaan.
Berikut ini merupakan gambaran dari model kuantitas order produksi :
Figure 12.6 Change in Inventory Levels Over Time For the
Production Model
Dari gambaran di atas dapat disampaikan terdapat variabel untuk
tingkat persediaan dan variabel waktu, dimana tingkat maksimum
persediaan dapat ditetapkan saat proses awal saat masih belum ada
demand.
Berikut ini adalah beberapa formula dari mkodel kuantitas order
produksi :
16
Inve
nto
ry le
vel
Time
Demand part of cycle with no production (only usage)
Part of inventory cycle during which production (and usage) is taking place
t
Maximum
inventory
Q = Number of pieces per order p = Daily production rate
H = Holding cost per unit per year d =Daily demand/usage rate
t = Length of the production run in days
Setup cost = (D /Q )SHolding cost = 1
2HQ [1−(d / p ) ]
17
= (Average inventory level) xAnnual inventor
y holding
cost
Holding cost
per unit per year
= (Maximum inventory level)/2Annual inventory
level
= –Maximum
inventory
level
Total produced during the production
run
Total used
during the
production run
= pt – dt
However, Q = total produced = pt ; thus t = Q/p
Maximum inventory level = p – d = Q 1 –
Qp
Qp
dp
Holding cost = (H) = 1 – H dp
Q
2Maximum inventory level
2
DQS=1
2HQ [1−(d / p ) ]
Q2=2DSH [1−(d / p ) ]
Qp¿ =√2DS
H [1−(d / p ) ]
Model kuantitas order produksi sebenarnya menekankan pada
kondisi Setup Cost dikonsidikan sama dengan Holding Cost.
Dengan demikian akan diperoleh kuantitas produksi yang paling tepat.
Ketika data tahunan digunakan maka persamaan formulanya menjadi
sebagai berikut :
Qp¿ =√ 2DS
H (1−Annual demand rateAnnual production rate )
Quantity Discount Models
Untuk analisa discount, semua unit discount menggambarkan
bahwa semua unit order mempunyai harga dengan beberapa tingkat
diskon, dimana peningkatan diskon menggambarkan bahwa unit order
mempunyai peningkatan harga dengan perbedaan tingkat diskon yang
didasarkan pada pemenuhan jumlah (break quantities). Anda juga dapat
menspesifikasikan penyimpanan, kekurangan persediaan, biaya
kehilangan penujalan konstan, atau diskon. Data yang diminta meliputi
permintaan per periode, biaya order atau setup per order, biaya
penyimpanan per unit per periode, biaya shortage per unit per periode,
biaya hilangnya penjualan per unit, tingkat produksi per periode, lead time
untuk order baru dalam satu periode, biaya unit, tingkat diskon, dan
persentase diskon. Nilai yang lain biarkan sama dengan nilai untuk data
EOQ.
18
Model ini menunjukkan adanya pengurangan harga saat terjadi
pembelian kuantitas tertentu.
Berikut ini merupakan contoh tabel yang menunjukkan adanya kuantitas
diskon :
TABLE 12.2 A Quantity Discount Schedule
DISCOUNT
NUMBER
DISCOUNT
QUANTITY
DISCOUNT
(%)
DISCOUNT
PRICE (P)
1 0 to 999 No discount $5.00
2 1,000 to 1,999 4 $4.80
3 2,000 and over 5 $4.75
Berikut ini merupakan formula dari model kuantitas diskon :
TC=DQS+Q
2H+PD
Q¿=√ 2DSIP
19
Because unit price varies, holding cost (H) is expressed as a percent (I) of unit price (P)
where Q = Quantity ordered P = Price per unitD = Annual demand in units H = Holding cost per unit per yearS = Ordering or setup cost per order
Total annual cost = Setup cost + Holding cost + Product cost
Q¿=√ 2DSIP
Langkah-langkah dalam menganalisa kuantitas discount, sebagai
berikut :
1) Setiap potongan harga, dihitung Q*
2) Bila Q* untuk sebuah potongan harga tidak menarik, maka pilih
kuantitasnya yang paling rendah namun tetap memungkinkan
mendapatkan potongan harga.
3) Hitung total biaya dari masing-masing Q* atau penyesuian nilai
dari step 2
4) Pilih Q* yang memberikan biaya total yang paling rendah.
Berikut ini merupakan gambaran grafik dari model kuantitas
discount :
Figure 12.7 Total Cost Curve for The Quantity Discount Model
20
Gambaran Model ini dapat diketahui dari formula serbagai :
Berikut ini merupakan contoh dari penentuan kuantitas diskon :
21
1,000 2,000
To
tal c
ost
$
0
Order quantity
Q* for discount 2 is below the allowable range at point a and must be adjusted upward to 1,000 units at point b
ab
1st price break
2nd price break
Total cost
curve for
discount 1
Total cost curve for discount 2
Berdasarkan contoh di atas maka dapat diputuskan bahwa harga dan
kuantitas yang menunjukkan total cost paling rendah adalah nomor 2,
yakni hanya $ 24,725 .
Probabilistic Models and Safety Stock
Model inventori probabilistik adalah model pada sistem inventori
yang diterapkan pada suatu perusahaan dengan permintaan barang yang
tidak diketahui dengan pasti tetapi bisa dilakukan suatu pendekatan yaitu
dengan distribusi peluang.
Dengan kata lain, Model pengendalian probabilistik digunakan
apabila salah satu dari permintaan, lead time atau keduanya tidak dapat
diketahui dengan pasti. Suatu hal yang harus diperhatikan dalam model
ini adalah adanya kemungkinan stock out yang timbul karena pemakaian
persediaan bahan baku yang tidak diharapkan atau karena waktu
penerimaan yang lebih lama dari lead time yang diharapkan.Untuk
menghindari stock out perlu diadakan suatu fungsi persediaan pengaman
yaitu suatu persediaan tambahan untuk melindungi atau menjaga
kemungkinan terjadinya stock out.
Dalam model probabilistik yang menjadi hal pokok adalah analisis
perilaku persediaan selama lead time.
Karena pada kondisi ini, lead time dan demand bersifat probabilistik,
maka akan ada tiga kemungkinan yang dapat terjadi:
a) Tingkat demand konstan, namun periode waktu datangnya
pesananan (lead time) berubah
b) Lead time tetap sementara demand berubah
c) Demand dan lead time berubah
Adapun formula yang digunakan pada model probabilistis ini sebagai
berikut :
22
Annual stockout costs =
Sum of the Units short x the probability x stock out cost /unit x the number
of orders per year.
Berikut ini merupakan contoh dari model probabilistik di admisi :
Figure 12.8 Probabilistic Demand for a Hospital Item
Model probabilistik menggunakan tingkat pelayanan (Service level)untuk
menentukan keamanan persediaan ketika biaya stock outs dapat
ditetapkan.
Atas kondisi itu, maka formula ROP = demand during lead time + Zq.
Z = Number of standard deviation
QdlT = Standar deviasi dari permintaan dari permintaan selama waktu
lead time
Berikut merupakan gambaran dari demand probabilistic.
23
ROP = d x L + ss
Other Probabilistic Models
Model Probabilistik lainnya, terjadi saat Saat data permintaan selama lead
time adalah tidak tersedia, maka ada beberapa model lain yang bisa
dilakukan :
1) Ketika permintaan bervariasi dan waktu menunggu konstan
2) Ketika lead time adalah variabel dan permintaan yang konstan
3) Ketika keduanya permintaan dan lead time adalah variabel
Dalam model ini, maka permintaan merupakan variabel dan lead time
adalah konstan/conatan
Berikut ini merupakan beberapa formula yang dibutuhkan melalui model
probabilistik lain :
24
ROP = (Average daily demand x Lead time in days) + ZsdLT
Sebaliknya dalam kondisi lead time merupakan variabel dan
demand konstan, maka berikut ini merupakan formula yang lebih tepat :
Sebaliknya dalam kondisi lead time dan demand adalah variabel maka
berikut ini merupakan formula :
25
ROP = (Average daily demand x Average lead time) + ZsdLT
where sLT = Standard deviation of lead time in days
ROP = (Daily demand x Average lead time in days) + Z x (Daily demand) x sLT
where sdLT = sd Lead time
sd = standard deviation of demand per day
Single-Period Model
Model persediaan periode tunggal digunakan untuk
mengidentifikasi jumlah persediaan untuk membeli dan hanya satu kali
pesan.
Model ini sering disebut sebagai model statis. Pemesanan dan
persediaan dinalisis berdasarkan trade off dengan menggunakan analisis
marginal. Marginal analisis di sini hanya akan cocok bila ada informasi
mengenai probabilitas kejadian. Dalam situasi ini, perlu dilihat mengenai
laba yang diharap (expected profit) dan kerugian yang diharap (expected
loss). Dengan demikian bila laba yang diharap lebih besar atau sama
dengan kerugian yang diharap, maka situasi yang demikian adalah
menguntungkan.
Berikut ini merupakan beberapa pemahaman terkait formula untuk model
single period :
Co atau Co = Cost of shortage = sales price/Unit – Cost / unit
Cu atau Cs = Cost of overage = Cost/unit – Salvage value
μ = rata-rata jumlah unit yang terjual selama horizon perencanaan
σ = standar deviasi dari unit yang terjual selama horizon perencanaan
Posisi Service Level sendiri diformulakan sebagai berikut :
26
where sd = Standard deviation of demand per day
sLT = Standard deviation of lead time in days
sdLT= (Average lead time x sd2) + (Average daily demand)2s2
LT
Fixed-Period (P) Systems
Pada sistem periode tetap, inventori dihitung hanya pada waktu-
waktu tertentu, misalnya setiap minggu atau setiap bulan. Dengan
demikian pada sistim ini, jumlah yang dipesan untuk setiap kali
pemesanan tergantung pada tingkat penggunaan selama periode
monitoring.
Perbedaan pokok sistim Fixed-Time Periode (P model) dengan
Fixed-Order Quantity (Q Model) adalah sebagai berikut :
Aspek Q Model/ FOQ P Model/ FTP
1 Jumlah yang
dipesan
Konstan, jumlah yang
dipesan setiap waktu
sama
Variabel, jumlah yang
dipesan untuk setiap
kali pesan senantiasi
bervariasi
2 Waktu
pemesanan
Pemesanan/
pemesanan kembali
Pemesanan/pemesanan
kembali dilakukan pada
27
Service level = Cs
Cs + Co
dilakukan pada saat
inventori berada pada
tingkat reorder (R)
saat dilakukan review
yang dilakukan secara
berkala dengan
tenggang waktu yang
tetap.
3 Pencatatan Pencatatan dilakukan
setiap kali ada
penambahan atau
pengurangan inventori
Dihitung hanya pada
saat periode review tiba.
4 Ukuran
Inventori
Lebih sedikit dibanding
P model
Lebih banyak dibanding
Q model
5 Waktu
pemeliharaan
Lebih tinggi karena
pencatatan dilakukan
secara perpetual
6 Jenis item Harganya lebih mahal,
kritikal, dan penting.
Pada model sistem fixed period ini pesanan-pesanan dilakukan pada
akhir dari periode yang sudah fix atau ada. Pesanan menyebabkan
persediaan meningkat, dan hanya biaya yang berhubungan dengan yang
diorder dan yang disimpan. Item-item tidak saling tergantung satu dengan
yang lain.
Berikut ini merupakan gambar dari sistem fixed periode :
Figure 12.9 Inventory Level in A Fixed Period (P) Systems
28
Sistem Fixed Period ini memiliki beberapa ciri sebagai berikut :
1) Persediaan hanya dihitung pada akhir periode
2) Mungkin dijadualkan pada waktu yang tepat
3) Tepat dijalankan pada situasi yang rutin
4) Bisa terjadi stock kosong di antara periode
5) Memerlukan peningkatan safety stock
Pada sistem periode tetap, persediaan dipesan di akhir periode
tertentu. Setelah itu, baru persediaan yang ada dihitung. Yang dipesan
hanya sebesar jumlah yang diperlukan untuk menaikkan persediaan
sampai ke tingkat target tertentu. Keuntungan sistem periode tetap adalah
bahwa tidak ada penghitungan fisik atas unit yang dimasukkan ke
persediaan setelah ada unit yang diambil—penghitungan hanya terjadi
bila tiba waktunya untuk pengulasan yang berikutnya).
Prosedur ini juga secara administratif lebih memudahkan,
terutama bila pengendalian persediaan hanya merupakan salah satu
tugas karyawan. Sistem periode-tetap sesuai untuk perusahaan yang
secara rutin mengunjungi konsumen (dalam arti kunjungan dilakukan
dengan interval waktu yang tetap) untuk menerima pesanan baru atau
untuk pembeli yang ingin menggabungkan pesanannya agar biaya
pemesanan dan pengangkutan bisa dikurangi (dengan demikian, mereka
akan mempunyai periode pengulasan yang sama untuk butir persediaan
yang serupa).
29
On
-ha
nd in
vent
ory
Time
Q1
Q2
Target quantity (T)
P
Q3
Q4
P
P
Kerugian diterapkannya sistem ini adalah bahwa karena tidak ada
segunung persediaan pada masa periode pengulasan, tidak mungkin bagi
perusahaan untuk mengalami kehabisan stok pada periode itu. Skenario
ini mungkin terjadi bila suatu pesanan dalam jumlah besar menarik tingkat
persediaan ke bawah sampai tingkat nol segera setelah dilakukan
pemesanan. Maka, harus dipertahankan tingkat persediaan pengaman
yang lebih besar (dibandingkan yang dianjurkan sistem jumlah tetap) agar
dapat melindungi perusahaan dari keadaan kehabisan stok selama waktu
lowong antara waktu pengulasan dengan lead time.
Demikian disampaikan atas pengelolaan persediaan yang menjadi
salah satu keputusan penting yang harus diambil oleh seorang manajer
operasional. Pengelolaan persediaan yang tepat selain bisa mendukung
operasional sales agar bisa optimal namun di sisi lain tetap dalam kondisi
terkontrol agar tidak menimbulkan biaya over stock yang berdampak pada
biaya bunga dan juga over utilisasi space gudang yang tentunya juga
berhubungan dengan biaya yang meningkat.
30