rangkuman pajak-1-setelah-revisi

15
RANGKUMAN Perpajakan 1 Rangkuman dapat didownload di www.spa-feui.com Facebook: SPA FEUI Twitter: @spafeui Dilarang Memperbanyak Rangkuman ini Tanpa Seizin SPA FEUI Official Learning Partners: Official Media Partners:

Upload: farah-fauziah-hilman

Post on 28-Nov-2014

40 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Rangkuman pajak-1-setelah-revisi

RANGKUMAN Perpajakan 1

Rangkuman dapat didownload di www.spa-feui.com

Facebook: SPA FEUI Twitter: @spafeui

Dilarang Memperbanyak Rangkuman ini

Tanpa Seizin

SPA FEUI

Official Learning Partners:

Official Media Partners:

Page 2: Rangkuman pajak-1-setelah-revisi

Presented by: SPA – Tax Study Division Rangkuman Perpajakan 1 Presented by: SPA – Tax Study Division Rangkuman Perpajakan 1

1 Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI 2

Chapter I. Teori-Teori Perpajakan Keterkaitan antara Pajak dengan Akuntansi dan Laporan Keuangan:

Pajak merupakan sebuah transaksi dalam entitas

Pajak merupakan kewajiban entitas

Pajak disajikan dan diungkapkan dalam laporan keuangan

Karir di bidang pajak: Konsultan pajak, Staf di Direktorat Jenderal Pajak, Bagian

pajak dalam perusahaan, pengajar.

Ciri-ciri Pajak:

- Dipungut berdasarkan UU dan dapat dipaksakan,

- Tidak dapat ditunjukkan kontraprestasi individual,

- Dipungut negara, baik pusat maupun daerah,

- Diperlukan untuk pengeluaran pemerintah dan membiayai public investment,

dan

- Mempunyai tujuan regulasi.

Fungsi Pajak:

Budgeter: pembiayaan pengeluaran Pemerintah.

Reguler: mengatur bidang sosial dan ekonomi. Contoh: pajak yg lebih tinggi

untuk miras dan barang mewah.

Redistribusi Kekayaan

Demokrasi

Pajak ≠ Retribusi ≠ Sumbangan

Retribusi: pungutan yg dpt dipaksakan oleh negara menurut UU dan punya

hubungan langsung dgn kontraprestasi. Contoh: uang kuliah, tiket KRL, dsb.

Sumbangan: penerimaan sukarela untuk memberikan suatu kontraprestasi

tertentu kepada org yang membutuhkan.

Penafsiran Hukum Pajak:

- Tata bahasa: arti kata yang berhubungan satu sama lain.

- Sahih (resmi): penafsiran yg jelas tersirat.

- Historis: didasarkan pada sejarah hukum dan sejarah UU.

- Sistematis: memperhatikan bunyi pasal lainnya.

- Sosiologis: didasarkan pada tujuan UU.

- Ekstensif: memperluas arti kata-kata.

- Restriktif: mempersempit arti kata-kata.

- Analogis: dengan perumpamaan.

- A contrario: didasarkan pada lawan dari ketentuan tsb.

Jenis Hukum Pajak:

Materiil: norma ttg keadaan, perbuatan dan peristiwa huk yg kena pajak.

Formil: bentuk/tata cara mewujudkan Huk. Pajak Materiil. Mengatur tata cara

penetapan utang pajak, hak-hak fiskus dan kewajiban WP.

Pembagian Pajak:

1. Menurut golongan.

a. Langsung: Tidak dapat dilimpahkan ke pihak lain.

b. Tidak Langsung: dapat dilimpahkan ke pihak lain.

2. Menurut sifat.

a. Subjektif: dikenakan kepada subjeknya, co: PPh.

b. Objektif: dikenakan kepada objeknya, co: PPN.

3. Menurut pemungut dan pengelola: pusat dan daerah.

Asas Pemungutan Pajak (Adam Smith)

1. Equality: adil dan merata

a. Benefit Principle: sesuai dengan manfaat yang dinikmati.

b. Ability Principle: sesuai dengan kemampuan membayar.

c. Adil Horizontal: Penghasilan sama, pajak sama.

d. Adil Vertikal: Kondisi ekonomis sama, pajak sama. Contoh: tarif progresif.

2. Certainty: WP hrs tahu besarnya pajak terutang, kapan hrs dibayar dan batas

waktu pembayaran.

3. Convenience: Sesuai dengan saat-saat yg tidak menyulitkan WP. Better pay

as you earn.

4. Economy: biaya pemenuhan kewajiban pajak diharapkan seminimum

mungkin. (efisien)

Asas Pemungutan Pajak Lain:

1. Asas Menurut Falsafah Hukum

- Teori Asuransi: pajak ialah premi asuransi perlindungan kepentingan setiap

orang. Note: kenyataan tidaklah demikian.

- Teori Kepentingan: pajak dipungut untuk menutup beban usaha negara dalam

memenuhi kepentingan masyarakat.

- Teori Gaya Pikul: pajak adalah imbal jasa atas usaha negara dalam memenuhi

kepentingan masyarakat.

Page 3: Rangkuman pajak-1-setelah-revisi

Presented by: SPA – Tax Study Division Rangkuman Perpajakan 1 Presented by: SPA – Tax Study Division Rangkuman Perpajakan 1

3 Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI 4

- Teori Bakti: pajak ialah kewajiban tanda bakti warga negara.

- Teori Asas Daya Beli: pajak untuk memelihara kepentingan masy dan untuk

mengatur.

2. Asas Yuridis: huk pajak memberikan kepastian hukum.

3. Asas Ekonomis: pajak tidak menghambat perekonomian

4. Asas Pemungutan Lain

a. Asas Tempat Tinggal

b. Asas Kebangsaan

c. Asas Sumber

Cara Pemungutan Pajak

1. Stelsel Pajak:

a. Nyata (riil): based on penghasilan nyata. Kelebihannya adalah lebih realistis

tetapi kelemahannya adalah baru dapat diketahui pada akhir periode.

b. Anggapa (fictive): penghasilan setahun dianggap sama. Kelebihannya adalah

pajak dapat dibayar selama tahun berjalan tetapi kelemahannya adalah tidak

berdasarkan keadaan sebenarnya.

c. Campuran: kombinasi keduanya. Awal tahun fictive, akhir tahun di sesuaikan

dengan keadaan nyatanya.

2. Sistem Pemungutan:

a. Official Assessment: ditentukan dan dipungut oleh pemerintah (fiskus).

b. Self Assessment: ditentukan dan dibayarkan oleh diri sendiri.

c. Witholding System: ditentukan dan dipotong/pungut pihak ketiga.

Tarif Pajak

1. Persentase Tarif

Tarif Marginal: persentase dikenakan atas kenaikan DPP.

Tarif Efektif: persentase dikenakam atas DPP tertentu.

2. Struktur Tarif

Proporsional: persentase tetap atas DPP berapa pun.

Progresif: persentase meningkat seiring meningkatnya DPP.

o Progresif progresif: peningkatan persentase meningkat.

o Progresif degresif: peningkatan persentase menurun.

Degresif: persentase menurun seiring meningkatnya DPP.

Tetap: besarnya tetap untuk DPP berapa pun.

Perlawanan Pajak

-> Pasif: Karena struktur ekonomi, sistem pemungutan atau moral penduduk.

-> Aktif: Tax avoidance dan evasion

Chapter II. Subjek dan Objek Pajak

Pajak Penghasilan (Pasal 1): Pajak yang dikenakan kepada Subjek

Pajak (kewajiban subjektif) atas penghasilan yang diterima

atau diperolehnya (kewajiban objektif) dalam tahun pajak.

-> Tahun pajak: tahun kalender, dimulai 31 Maret. Namun demikian, dapat juga

digunakan tahun buku lain asalkan meliputi jangka waktu 12 bulan.

-> Subjek Pajak yang memiliki penghasilan dikenal sebagai Wajib Pajak.

-> Diatur dalam UU No. 36 Tahun 2008 tentang perubahan keempat UU No. 7

Tahun 1983 tentang pajak penghasilan. Selanjutnya, diatur juga secara khusus

dalam PP; Keppres; Peraturan dan Keputusan Menteri Keuangan (PMK & KMK);

dan Peraturan, Keputusan dan Surat Edaran DJP (PER, KER dan SE DJP).

Subjek Pajak (Pasal 2 dan 2A): Orang Pribadi, Badan, Warisan

yang belum terbagi dan Bentuk Usaha Tetap (BUT).

-> dibagi menjadi SP DN (Pasal 2 Ayat 3) dan SP LN (Pasal 2 Ayat 4 + Ayat 5).

SP DN terdiri dari orang pribadi (OP), Badan dan warisan oleh SP DN atau OP LN

dengan BUT; sementara SP LN terdiri dari orang pribadi (OP), Badan dan BUT.

Syarat untuk OP: >183 hari/12 bulan di Indonesia = SP DN.

-> 3 perbedaan penting antara SP DN dan SP LN

Hal SP DN SP LN

Objek Pajak Seluruh Penghasilan

(world wide income)

Penghasilan dr Indonesia

(source principle)

Dasar Pengenaan

Pajak

Penghasilan Netto, Tarif

Umum (PPh 17)

Peghasilan Bruto, Tarif

Sepadan (PPh 26) / Tax treaty

Kewajiban SPT Wajib Tidak Wajib

*BUT: Bentuk usaha SP LN yang memiliki tempat usaha atau fasilitas tetap di

dalam negeri. Dengan demikian, BUT diperlakukan layaknya badan dalam negeri.

Page 4: Rangkuman pajak-1-setelah-revisi

Presented by: SPA – Tax Study Division Rangkuman Perpajakan 1 Presented by: SPA – Tax Study Division Rangkuman Perpajakan 1

5 Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI 6

-> Jangka waktu Subjek Pajak:

- SP DN: OP saat lahir-meninggal/pergi dari Indo selamanya, Badan saat

didirikan-bubar/keluar dari Indo, Warisan saat muncul sampai selesai

dibagi.

- SPLN: Dengan BUT/usaha saat melakukan-berhenti, tanpa BUT/Usaha

saat menerima penghasilan dari Indo-tidak menerima.

- Apabila kewajiban subjektif muncul atau hilang di tengah tahun pajak,

maka bagian tahun pajak dapat menggantikan tahun pajak.

Bukan Subjek Pajak (Pasal 3): Kantor perwakilan negara asing dan

organisasi internasional beserta pejabat-pejabatnya.

-> Tidak Berlaku apabila memperoleh penghasilan di luar jabatan

Objek Pajak (Pasal 4): Penghasilan dalam arti tambahan

kemampuan ekonomis untuk konsumsi atau menambah

kekayaan

-> Dibagi menjadi:

- Objek Pajak Non Final (Ayat 1): Imbalan jasa dalam bentuk Uang, hadiah

dari pekerjaan, laba usaha, keuntungan atas penjualan harta, penerimaan

kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya (kecuali

PPh), pembagian SHU Koperasi, royalti, sewa (kecuali bangunan/tanah),

pembayaran berkala, keuntungan selisih kurs, keuntungan penilaian

kembali aktiva, premi asuransi, penghasilan dari usaha berbasis syariah,

dan surplus Bank Indonesia.

- Objek Pajak Final (Ayat 2): Seluruh Bunga, hadiah undian, penghasilan

dari transaksi saham, sekuritas lainnya dan transaksi derivatif di bursa,

transaksi pengalihan harta yang menyangkut bangunan dan tanah

(termasuk sewa), dsb.

- Bukan Objek Pajak (Ayat 3):

Sumbangan keagamaan dan zakat kepada lembaga sah,

harta hibahan keluarga lurus 1 derajat atau lembaga sosial lain

selama tidak ada hubungan khusus, warisan,

pengganti penyertaan modal,

imbalan jasa dalam bentuk natura tertentu oleh wajib pajak.

Kalau oleh bukan WP/WP Final/WP Khusus, maka dianggap

sebagai objek pajak.

klaim asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna dan

beasiswa,

dividen untuk badan dalam negeri apabila kepemilikan minimal

25%,

iuran dana pensiun dan penghasilan dari modal yang ditanamkan

oleh dana pensiun, yang diatur dalam KMK,

bagian laba yang diterima oleh anggota perseroan komanditer,

bagian laba yang diterima oleh perusahaan modal ventura yang

mana pasangannya adalah UMKM yang sahamnya tidak

diperdagangkan di bursa,

beasiswa tertentu yang diatur dalam PMK,

sisa lebih yang diterima organisasi nirlaba dalam bidang

pendidikan, penelitian dan pengembangan yang terdaftar pada

instansi yang membidanginya yang ditanami kembali dalam

bentuk sarana dan prasarana pendidikan, penelitian dan

pengembangan yang diatur dalam PMK,

santunan oleh badan jaminan sosial berdasarkan PMK.

Penting! : Baca juga Penjelasan dalam UU dengan benar.

-> Berdasarkan sumbernya, objek pajak dibagi menjadi:

1. Atas pekerjaan bebas: gaji, honorarium, dsb.

2. Atas usaha atau kegiatan

3. Atas penyertaan modal: dividen, royalti, sewa, dsb.

4. Lain-lain: pembebasan utang, hadiah, dsb.

-> Apabila terjadi kerugian, maka kerugian dapat dikompensasikan dengan

penghasilan lainnya. Dalam penilaian objek pajak digunakan harga pasar.

-> Objek pajak final dan penghasilan bukan objek pajak tidak dimasukkan dalam

perhitungan PKP.

-> Penyebab adanya pajak final:

- Perlu dorongan investasi dan tabungan masyarakat

- Kesederhanaan pemungutan pajak

- Berkurangnya beban admin bagi WP dan DJP

- Pemerataan pengenaan pajak

- Berdasarkan pertimbangan atas perkembangan ekonomi dan moneter

Page 5: Rangkuman pajak-1-setelah-revisi

Presented by: SPA – Tax Study Division Rangkuman Perpajakan 1 Presented by: SPA – Tax Study Division Rangkuman Perpajakan 1

7 Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI 8

Objek Pajak untuk BUT (Pasal 5)

-> Terdiri atas: penghasilan usaha, penghasilan kantor pusat atas penjualan sejenis,

penghasilan lain yang diterima kantor pusat sesuai pasal 26 selama ada hubungan

efektif antara harta yang menghasilkan dengan BUT.

-> dapat dikurangkan dengan biaya-biaya kantor pusat yang berhubungan langsung

dengan aktivitas BUT. – ditentukan oleh DJP.

-> pembayaran yang tidak boleh dikurangkan: royalti, imbalan jasa manajemen,

bunga (kecuali yang berkenan dengan usaha perbankan). Namun demikian, tidak

dijadikan sebagai objek pajak bagi kantor pusat.

Chapter III. Hal Menghitung Pajak

Biaya yang dapat dikurangkan (Pasal 6)

-> Terdiri dari:

Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan

usaha;

Penyusutan dan Amortisasi;

Iuran dana pensiun;

Kerugian penjualan dan pengalihan harta;

Kerugian selisih kurs mata uang asing;

Biaya penelitian dan pengembangan di Indonesia, beasiswa (non

pengurus), magang dan pelatihan

Piutang yang jelas tidak dapat tertagih, dengan syarat: telah dibebankan

sebagai biaya, List telah diserahkan ke DJP, telah diserahkan kepada

Pengadilan Negeri. Pelaksanaan ditur dalam PMK.

Sumbangan penanggulangan bencana nasional, penelitian dan

pengembangan Indonesia diatur PP.

Sumbangan fasilitas pendidikan, infrastruktur sosial dan pembinaan

olahraga yang diatur dalam PP.

-> Apabila terjadi kerugian, maka kerugian tersebut dapat dikompensasikan dengan

penghasilan pajak tahun-tahun berikutnya sampai dengan 5 tahun. Untuk orang

pribadi (pengusaha dan non pengusaha), selain biaya tersebut, ada juga PTKP.

Biaya yang tidak dapat dikurangkan (Pasal 9)

-> Terdiri atas:

Pembagian laba dalam bentuk apapun;

Biaya untuk kepentingan pribadi, pemegang saham, dsb;

Kalo biayanya dipakai setengah-setengah sama pemilik, maka biaya yang

diakui hanya 50%-nya saja.

Pembentukan cadangan dana kecuali kepada mereka yang berhak, contoh

cadangan piutang tak tertagih untuk usaha kredit, reklamasi untuk usaha

pertambangan, dsb;

Premi asuransi;

Page 6: Rangkuman pajak-1-setelah-revisi

Presented by: SPA – Tax Study Division Rangkuman Perpajakan 1 Presented by: SPA – Tax Study Division Rangkuman Perpajakan 1

9 Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI 10

Imbalan jasa dalam bentuk natura yang diberikan kecuali makanan dan

minuman untuk seluruh karyawan dan natura lain yang dibutuhkan untuk

menunjang jalannya pekerjaan;

Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pihak dengan

hubungan istimewa;

Harta hibahan tertentu;

PPh, biaya untuk kepentingan pribadi WP, Gaji kepada anggota

persekutuan, dan sanksi administrasi yang berkenaan dengan pelaksanaan

UU pajak.

-> Natura untuk menunjang pekerjaan:

Tempat tinggal pegawai di daerah terpencil;

Pelayanan kesehatan, pendidikan, peribadatan, dan pengangkutan;

Fasilitas olahraga, selain golf, power beating, pacuan kuda, dan terbang

layang;

Seragam bagi petugas keamanan, pakaian keselamatan kerja, dsb.

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP, Pasal 7)

-> Ketentuan:

a) Single = 24.300.000/tahun

b) Menikah = +2.050.000/tahun, Istri bekerja = +24.300.000/tahun

c) Tanggungan lain maks 3 org, @+2.050.000/tahun.

-> PENTING! : Kondisi di tentukan sejak awal tahun dan tidak berubah

sepanjang tahun pajak bersangkutan.

-> Selain mendapat tambahan PTKP atas status menikah, apabila istri bekerja, maka

atas pekerjaan istri, ditambahkanlah PTKP sebesar 24.300.000 lagi.

Contoh: Hitung PTKP atas suami istri dengan 2 orang anak jika istri bekerja!

Jawab: 52.650.000 (24.300.000+2.025.000+2.025.000x2+24.300.000)

Penghasilan dalam Keluarga (Pasal 8)

-> Seluruh penghasilan dan kerugian suami istri harus digabungkan dalam

perhitungannya, kecuali penghasilan tersebut diberikan oleh 1 pemberi kerja yang

sama dan diterima setelah dipotong PPh 21. Syarat: penghasilan tidak ada

hubungannya dengan pekerjaan suami atau anggota keluarga lainnya.

-> Penghasilan anak belum dewasa (18 tahun) digabung dengan penghasilan netto

orang tuanya.

-> Apabila penghasilan istri tidak memenuhi syarat diatas dan istri memilih untuk

melakukan kewajiban pajaknya sendiri maka pajak terutang yang harus dibayarkan

dibagi berdasarkan perbandingan penghasilan netto mereka.

Perhitungan Penyusutan dan Amortisasi: Lihat Penjelasan Pasal

10, 11, dan 11A

Norma Perhitungan Penghasilan Neto (NPPN, Pasal 14)

-> Digunakan hanya untuk WP OP dengan penghasilan di bawah Rp.

4.800.000.000/tahun dengan terlebih dahulu membuat pencatatan dan melaporkan

kepada DJP paling lambat 3 bulan pertama dari tahun pajak bersangkutan.

-> WP OP yang gagal memenuhi persyaratan di atas atau dengan penghasilan diatas

Rp. 4.800.000.000/tahun, wajib menghitung dengan pembukuan.

-> WP OP yang gagal memenuhi baik pencatatan dan pembukuan, penghasilan

netonya akan dihitung berdasarkan NPPN namun dengan peredaran bruto yang

dihitung dengan cara lain, sesuai PMK.

Page 7: Rangkuman pajak-1-setelah-revisi

Presented by: SPA – Tax Study Division Rangkuman Perpajakan 1 Presented by: SPA – Tax Study Division Rangkuman Perpajakan 1

11 Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI 12

Chapter IV. Pajak Witholding PPh 21 dan 26

A. PPh 21 PPh 21 mengatur pajak penghasilan bagi wajib pajak dalam negeri

orang pribadi yang dipotong oleh pihak ketiga. Lebih khususnya

diatur dalam PER-31/PJ/2012.

Pihak ketiga yang wajib melakukan pemotongan PPh 21:

- Pemberi kerja atas imbalan yang diberikan kepada pegawai dan non-pegawai,

kecuali kantor perwakilan negara asing dan org internasional.

- Bendahara pemerintah atas pembayaran sehubungan pekerjaan, jasa atau

kegiatan.

- Dana pensiun/badan lain yang melakukan pembayaran uang pensiun.

- Badan atas pembayaran imbalan sehubungan dengan jasa.

- Penyelenggara kegiatan atas pembayaran pelaksanaan.

Kewajiban Pemotong: menghitung, memotong dan melaporkan.

Wajib Pajak Yang Dipotong PPh Pasal 21:

Pegawai;

Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari

tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya;

Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan

dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan, antara lain meliputi:

tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas yang terdiri dari pengacara,

akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai dan aktuaris;

pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang

sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model,

peragawan/peragawati,pemain drama, penari, pemahat, pelukis dan

seniman lainnya;

olahragawan;

penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator,

pengarang, peneliti, dan penerjemah;

pemberi jasa dalam segala bidang, termasuk teknik, computer dan system

aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi dan sosial,

serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan;

agen iklan;

pengawas atau pengelola proyek;

pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi

perantara;

petugas penjaja barang dagangan;

petugas dinas luar asuransi;

distributor multilevel marketing atau direct selling;dan kegiatan

sejenisnya.

Peserta kegiatan atau anggota kepanitiaan yang menerima penghasilan

sehubungan dengan keikutsertaanya

Lapisan Tarif

Lapisan Tarif Tarif

≤ 50.000.000 5%

50.000.000 < x ≤ 250.000.000 15%

250.000.000 < x ≤ 500.000.000 25%

> 500.000.000 30%

Ketentuan Umum:

- Tidak ada NPWP = denda 20%

- Objek Pajak Final tidak termasuk

Cara Hitung: (PER 31 Tahun 2012)

I. Karyawan Tetap. Ketentuan Umum:

- Kewajiban subjektif awal tahun, bekerja tengah tahun, PKP untuk tahun

tersebut = penghasilan bulanan x banyaknya bulan kerja. PPh 21 = pajak tahun

itu dibagi banyaknya bulan kerja.

- Penghasilan bulanan = 4 x penghasilan mingguan, 26 x penghasilan harian

- Tanpa NPWP dikenakan denda 20% bayar pajak 120% dari semestinya.

- Penghasilan dalam mata uang asing harus diubah menjadi rupiah dengan

menggunakan kurs kementerian keuangan (KMK)

Normal Pria

1. Hitung penghasilan bruto: gaji pokok, tunjangan, uang lembur, dan pembayaran

teratur lainnya, premi asuransi JKK, JK, JPK, kesehatan, beasiswa, jiwa, dwiguna

yang dibayar perusahaan.

2. Dikurangi biaya: biaya jabatan (5% bruto), iuran THT, JHT, Dapen yang

dibayar sendiri.

Page 8: Rangkuman pajak-1-setelah-revisi

Presented by: SPA – Tax Study Division Rangkuman Perpajakan 1 Presented by: SPA – Tax Study Division Rangkuman Perpajakan 1

15 Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI 16

3. Hitung penghasilan neto per bulan, kalikan dengan 12 untuk dapatkan

penghasilan neto per tahun. Kurangi PTKP untuk dapatkan PKP. Kalikan dengan

tarif berlapis pada pasal 17 untuk mendapatkan pajak terutang.

Normal Perempuan

*Note: Hanya berlaku pada perempuan yang belum menikah atau menikah

dengan suami tanpa penghasilan atau menikah dengan suami yang bekerja pada 1

pemberi kerja. Cara hitung sama dengan Normal Pria, hanya berbeda pada PTKP.

PTKP terdiri dari:

- tunjangan pribadi 24.300.000

- tunjangan menikah 2.050.000 hanya apabila menikah dengan suami tanpa

penghasilan

- tunjangan tanggungan 2.050.000 hanya apabila belum menikah atau menikah

dengan suami tanpa penghasilan. Maks 3 org.

Dengan biaya rapel, bonus, THR dan lain-lain

1. Hitung penghasilan bruto per tahun/disetahunkan yang sudah termasuk

bonus, hitung pajak terutang atas penghasilan dengan bonus.

2. Pajak atas bonus = pajak penghasilan dengan bonus – pajak penghasilan

normal.

Tunjangan pajak vs PPh ditanggung perusahaan

- Tunjangan pajak diperhitungkan sebagai penghasilan karyawan. Sementara PPh

ditanggung perusahaan dianggap sebagai natura sehingga tidak diperhitungkan

sebagai tambahan penghasilan. Tunjangan pajak merupakan deductible expense

bagi perusahaan sementara PPh ditanggung perusahaan merupakan non-

deductible expense bagi perusahaan.

Metode Perhitungan Langsung Pajak atas Bonus, dsb.

1. Hitung pajak terutang awal

2. Hitung peningkatan PKP (PPKP).

Kalau Penghasilan semula+Bonus < 120.000.000, maka PPKP = 95% x Bonus

Kalau Penghasilan semula < 120.000.000, Penghasilan+bonus > 120.000.000,

maka PPKP = 95% x (120.000.000-Penghasilan)+(penghasilan+bonus-

120.000.000)

Kalau Penghasilan semula+bonus > 120.000.000, maka PPKP = bonus

3. Menghitung kembali pajak terutang berdasarkan PKP yang baru (PKP

lama+PPKP)

Natura

Kecuali natura yang didapatkan dari non WP, WP final atau WP dengan

perhitungan khusus (deemed profit), seluruh natura yang diterima karyawan tidak

dianggap sebagai penghasilan. Namun demikian, apabila natura tersebut diterima

dari salah satu pemberi kerja diatas, maka natura yang didapat dianggap sebagai

penghasilan dengan nilai setara dengan nilai pasar natura yang diterima.

Masa kewajiban dan masa penerimaan penghasilan

- Masa kewajiban subjektif awal tahun*, penerimaan tengah tahun. Penghasilan

neto = penghasilan yang diterima selama periode sisa.

- Masa kewajiban subjektif tengah tahun*, penerimaan tengah tahun. Penghasilan

neto = penghasilan yang disetahunkan.

- Berhenti tengah tahun, kewajiban masih berlaku

a. Perhitungan di awal tahun: Perhitungan normal

b. Perhitungan di akhir tahun: Perhitungan pajak atas penghasilan yang

diterima saja. Selisih antara b dan a dicatat sebagai lebih (kurang) bayar.

Lebih bayar yang terjadi harus di bayarkan kembali oleh perusahaan.

*Yang dimaksud masa kewajiban subjektif adalah sejak kapan seseorang menjadi

subjek pajak di Indonesia. Dengan demikian, kewajiban subjektif tengah tahun

umumnya berlaku untuk WNA yang datang dan bekerja tengah tahun, dengan

catatan ia berniat untuk tinggal di Indonesia >183 hari sehingga dianggap sebagai

WP DN.

Karyawan Pindah Lokasi dan terjadi perubahan gaji

- hitung pajak terutang per bulan yang dipotong pada saat menerima penghasilan

awal

- hitung pajak terutang per bulan dan setahun yang dipotong pada saat menerima

penghasilan akhir

- hitung pajak lebih (kurang) bayar: pajak terutang setahun yang dihitung dengan

penghasilan akhir dikurang dengan PPh 21 yang telah dipotong di bulan-bulan

sebelumnya.

Kepemilikan NPWP di pertengahan tahun

Apabila NPWP diterima perusahaan setelah pembayaran gaji dan pemotongan

PPh 21, maka kelebihan bayar PPh 21 yang telah terjadi sebelum diterimanya

NPWP tersebut dapat dikompensasikan kepada pemotongan PPh 21 selanjutnya.

(Kelebihan yang dimaksud adalah denda 20% yang sebelumnya dikenakan)

Page 9: Rangkuman pajak-1-setelah-revisi

Presented by: SPA – Tax Study Division Rangkuman Perpajakan 1 Presented by: SPA – Tax Study Division Rangkuman Perpajakan 1

15 Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI 16

Komprehensif:

1. Mendapat bonus, mulai tengah tahun, kewajiban tengah tahun.

- hitung utang pajak atas penghasilan yg disetahunkan normal

- hitung utang pajak atas penghasilan dengan bonus yg disetahunkan

- hitung pajak lebih (kurang) bayar atau pajak atas bonus.

2. Terdapat kenaikan gaji di pertengahan tahun, tanpa uang rapel, di hitung di

akhir periode.

Sama dengan saat pindah lokasi dan mendapat kenaikan penghasilan.

II. Penghasilan di Akhir Masa Kerja Tarif Pajak Penerima Pesangon Sekaligus* (PP No. 68 Tahun 2009)

Lapisan Tarif Tarif

≤ 50.000.000 0%

50.000.000 – 100.000.000 5%

100.000.000 – 500.000.000 15%

> 500.000.000 25%

Tarif Pajak Penerima Uang Pensiun Sekaligus* (PP No. 68 Tahun 2009)

Lapisan Tarif Tarif

≤ 50.000.000 0%

> 50.000.000 5%

->Tarif pajak pesangon dan uang pensiun diatas berlaku atas jumlah kumulatif

pesangon/uang pensiun yang dibayarkan dalam jangka waktu 2 tahun kalender.

Dikenakan atas penghasilan bruto tanpa pengurangan PTKP dan bersifat final.

-> Apabila lewat dari 2 tahun, maka perhitungan menggunakan tarif berlapis Pasal

17 ayat 1a atas penghasilan bruto, tidak kumulatif dan bersifat tidak final. Apabila

tanpa NPWP, dikenakan denda 20%.

*pengertian sekaligus disini tidak berarti semua dilunasi dalam 1 termin,

melainkan boleh dilunasi dalam beberapa termin dalam jangka waktu paling lama

2 tahun.

Pajak Penghasilan atas Uang Pensiun secara Berkala.

Yang dimaksud dengan berkala adalah penerimaan Uang Pensiun secara teratur

(per bulan) hingga lunas. Perhitungan untuk pajak ini sama dengan pendapatan

normal

Pajak Penghasilan atas Anuitas Selamanya.

Penghasilan atas anuitas selamanya dihitung menurut tarif di bawah ini atas

penghasilan bruto yang didapat dan bersifat final.

Lapisan Tarif Tarif

≤ 25.000.000 0%

25.000.000 – 50.000.000 5%

50.000.000 – 100.000.000 10%

100.000.000 – 200.000.000 15%

> 200.000.000 25%

III. Pegawai Tidak Tetap dan Tenaga Kerja Lepas Untuk Pegawai Tidak Tetap, Tenaga Kerja Lepas, Pemagang, dan Calon Pegawai,

upah yang diterima harus terlebih dahulu dikonversi ke dalam upah harian.

- Upah mingguan dibagi dengan banyaknya hari bekerja

- Upah satuan dikalikan dengan rata-rata satuan yang diproduksi dalam sehari

- Upah borongan dibagi dengan banyaknya hari yang dibutuhkan

Cara Perhitungan:

1. Apabila kumulatif per bulan ≤ 2.025.000/bulan, upah ≤ 200.000/hari, maka

pekerja tersebut tidak dikenakan pajak.

2. Upah > 200.000/hari, kumulatif per bulan < 7.000.000/bulan

a. Saat kumulatif per bulan ≤ 2.025.000/bulan, DPP = penghasilan – 200.000,

dikenakan pajak lapis pertama (5%).

b. Saat hari pertama penghasilan > 2.025.000, DPP = total penghasilan yang telah

diterima – PTKP seharusnya, dikenakan pajak lapis pertama (5%) dan

dikreditkan dengan pajak yang telah dibayar di hari-hari sebelumnya.

c. Saat kumulatif per bulan > 2.025.000/bulan, DPP = penghasilan harian – PTKP

harian, dikenakan pajak lapis pertama (5%).

3. Apabila kumulatif per bulan > 7.000.000/bulan, maka DPP = penghasilan

disetahunkan – PTKP, dikenakan tarif progresif pasal 17.

IV. Bukan Pegawai A. Imbalan Berkesinambungan:

- Memiliki NPWP dan hanya mendapat penghasilan dari 1 pemberi kerja.

Tarif progresif pasal 17 ayat 1a berlaku secara kumulatif atas PKP sebesar

(50% x Penghasilan Bruto) – PTKP per bulan.

Page 10: Rangkuman pajak-1-setelah-revisi

Presented by: SPA – Tax Study Division Rangkuman Perpajakan 1 Presented by: SPA – Tax Study Division Rangkuman Perpajakan 1

17 Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI 18

- Tidak memiliki NPWP atau mendapat penghasilan lebih dari 1 pemberi kerja.

Tarif progresif pasal 17 ayat 1a berlaku atas jumlah PKP setahun, yakni sebesar

50% x Penghasilan Bruto dalam tahun bersangkutan.

B. Imbalan Tidak Berkesinambungan:

PPh Pasal 21 dihitung dengan menerapkan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh

atas 50% dari jumlah penghasilan bruto.

-> Apabila bukan pegawai diatas mempekerjakan orang lain atau melakukan

penyerahan material atau barang, maka biaya untuk mempekerjakan atau

menyerahkan barang tersebut harus dikurangi terlebih dahulu untuk mendapat

penghasilan bruto, kecuali dalam kontrak biaya tersebut tidak dapat dipisahkan.

-> Khusus dokter, penghasilan bruto dihitung sebelum pengurangan biaya dan

dilakukan bagi hasil

V. Penghasilan Peserta atau Anggota Kepanitiaan Penghasilan yang didapatkan perorangan dari suatu kegiatan, dikenakan tarif

progresif pasal 17 ayat 1a atas jumlah penghasilan bruto yang utuh dan tidak

terpecah yang diterima.

VI. Penghasilan Lain: Tantiem, Hadiah, Gratifikasi, dsb. Penghasilan dikenakan tarif progresif pasal 17 ayat 1a atas jumlah kumulatif

penghasilan bruto yang diterima selama 1 tahun yang bersangkutan.

VI. Penghasilan Dari APBN/APBD Penghasilan tetap = penghasilan normal lainnya.

Penghasilan tidak tetap dikenakan tarif atas penghasilan bruto sebesar:

- 0% untuk PNS Gol I dan II, Tamtama, TNI/Polri, berikut pensiunannya.

- 5% untuk PNS Gol III Perwira Pertama TNI/ Polri, berikut pensiunannya.

- 15% untuk PNS Gol. IV, Perwira Menengah & Tinggi TNI/ Polri, berikut

pensiunannya.

B. PPh 26 PPh 26 mengatur pajak penghasilan bagi wajib pajak luar negeri

orang pribadi yang dipotong oleh pihak ketiga.

Tarif dan Objek PPh Pasal 26

1. 20% (final) dari jumlah penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh Wajib

Pajak Luar Negeri berupa :

a. Dividen, bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan

dengan jaminan pengembalian utang, royalti, sewa, dan penghasilan lain

sehubungan dengan penggunaan harta;

b. imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan, hadiah dan

penghargaan

c. pensiun dan pembayaran berkala lainnya.

d. Premi swap dan transaksi lindung lainnya; dan/atau

e. Keuntungan karena pembebasan utang.

2. 20% (final) dari perkiraan penghasilan neto berupa :

a. penghasilan dari penjualan harta di Indonesia;

b. premi asuransi, premi reasuransi yang dibayarkan langsung maupun melalui

pialang kepada perusahaan asuransi di luar negeri.

3. 20% (final) dari perkiraan penghasilan neto atas penjualan atau pengalihan

saham perusahaan antara conduit company atau spesial purpose company yang

didirikan atau bertempat kedudukan di negara yang memberikan perlindungan

pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan badan yang didirikan atau

bertempat kedudukan di Indonesia atau BUT di Indonesia;

4. 20% (final) dari Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi pajak dari suatu

BUT di Indonesia, kecuali penghasilan tersebut ditanamkan kembali di

Indonesia.

5. Tarif berdasarkan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) antara

Indonesia dengan negara pihak pada persetujuan.

Premi asuransi dan premi reasuransi kepada perusahaan asuransi luar

negeri

- Atas premi yang dibayar tertanggung kepada perusahaan asuransi luar negeri

Perkiraan Penghasilan Netto = 50% x Premi

- Atas premi yang dibayar perusahaan asuransi dalam negeri kepada perusahaan

asuransi luar negeri

Perkiraan Penghasilan Netto = 10% x Premi

Page 11: Rangkuman pajak-1-setelah-revisi

Presented by: SPA – Tax Study Division Rangkuman Perpajakan 1 Presented by: SPA – Tax Study Division Rangkuman Perpajakan 1

19 Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI 20

- Atas premi yang dibayar perusahaan reasuransi dalam negeri kepada perusahaan

asuransi luar negeri

Perkiraan Penghasilan Netto = 5% x Premi

Atas penghasilan penjualan saham perusahaan antara di tax haven country

yang berhubungan istimewa dengan badan atau BUT di Indonesia

Perkiraan Penghasilan Netto = 25% x Harga Jual Pengecualian

1. BUT dikecualikan dari pemotongan PPh Pasal 26 apabila Penghasilan Kena

Pajak sesudah dikurangi Pajak Penghasilan dari BUT ditanamkan kembali di

Indonesia dengan syarat:

Penanaman kembali dilakukan atas seluruh penghasilan kena pajak setelah

dikurangi PPh dalam bentuk penyertaan modal pada perusahaan yang

didirikan dan berkedudukan di Indonesia sebagai pendiri atau peserta pendiri,

dan;

dilakukan dalam tahun berjalan atau selambat-lambatnya tahun pajak

berikutnya dari tahun pajak diterima atau diperoleh penghasilan tersebut;

tidak melakukan pengalihan atas penanaman kembali tersebut

sekurangkurangnya dalam waktu 2 (dua) tahun sesudah perusahaan tempat

penanaman dilakukan, mulai berproduksi komersil.

2. Badan-badan Internasional yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Chapter V. Pajak Witholding PPh 22 dan 23

A. PPh 22 Mengatur pungutan pajak atas impor dan atas transaksi dengan

pemerintah.

Pemungut PPh 22

1. Bank Devisa dan Dirjen Bea dan Cukai

2. Dirjen Anggara dan bendaharawan pemerintah (pusat dan daerah)

3. BUMN dan BUMD dengan pendanaan full APBN dan APBD

4. BUMN dan BUMD dengan pendanaan baik APBN maupun non-APBN

5. Badan Usaha Industri tertentu

6. Pengekspor Tertentu

7. WP B yang melakukkan penjualan barang sangat mewah

Ketentuan: Tanpa NPWP = denda 100% dari pajak terutang

Pajak Atas Impor.

Pajak atas Impor terutang dan dipungut sejak pembayaran bea masuk. Apabila

dibebaskan dari bea masuk, maka pajak terutang saat penyelesaian dokumen

pemberitahuan impor barang (PIB). Pajak atas impor dikenakan tarif:

a. 2,5% dari nilai impor untuk importir dengan Angka Pengenal Impor (API)

b. 7,5% dari nilai impor untuk importir tanpa API

c. 7,5% dari harga jual lelang untuk barang impor yang tidak dikuasai

Nilai Impor = Total CIF yang yang disepakati sebagai pembayaran ditambah

dengan bea masuk dan pungutan lainnya.

Pajak atas impor ini tidak berlaku untuk barang impor sementara dan barang impor

bebas bea masuk dan PPN yang dilakukan oleh DJBC serta barang impor bebas PPh

(dengan Surat Keterangan Bebas).

Pajak Atas Pembelian Barang oleh Pemerintah (No 2-4 Pemungut PPh 22)

Penghasilan atas pembelian barang oleh pemerintah dikenakan tarif 1,5% dari harga

pembelian (tidak termasuk PPN), bersifat tidak final dan terutang serta dipungut

saat dilakukannya pembayaran.

Pajak ini tidak dikenakan atas pembelian barang 2juta ke bawah.

Page 12: Rangkuman pajak-1-setelah-revisi

Presented by: SPA – Tax Study Division Rangkuman Perpajakan 1 Presented by: SPA – Tax Study Division Rangkuman Perpajakan 1

21 Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI 22

Pajak Atas Penjualan Hasil Produksi

Atas penjualan hasil produksi industri dikenakan tarif:

a. Kertas: 0,1% x DPP PPN

b. Semen: 0,25% x DPP PPN

c. Baja: 0,3% x DPP PPN

d. Otomotif: 0,45% x DPP PPN

Pajak tersebut bersifat tidak final dan terutang dan dipungut saat terjadinya

pembayaran.

Pajak Atas Penjualan Bahan Bakar Minyak, Gas dan Pelumas

> Penghasilan atas penjualan produk ini dikenakan tarif 0,3% apabila dilakukan

oleh SPBU swastanisasi.

> Apabila dilakukan oleh SPBU Pertamina, maka dikenakan tarif 0,25% untuk

Premium, solar dan Pertamax. Sementara untuk produk bahan bakar dan pelumas

lainnya dikenakan tarif 0,3%.

> Pungutan PPh 22 ini terutang dan dipungut saat terjadinya pembayaran dan

bersifat final untuk agen namun tidak final untuk produsen.

Pajak Atas Pembelian Bahan Industri dan Ekspor dari Pedagang Pengumpul

Dikenakan Tarif 2,5% atas harga pembelian (tidak termasuk PPN) dan terutang

serta dipungut pada saat terjadinya penjualan.

Pajak Atas Impor Produk Agrikultur

Dikenakan Tarif 0,5% dari nilai impor dan terutang serta dipungut saat

diterbitkannya surat delivery order.

Pajak Atas Penjualan Barang Mewah

Atas Penjualan Pesawat (>20M), Pesiar (>10M), Rumah+Tanah (>10M atau

>500m2), Apartemen (>10M atau >400m2), dan Kendaraan Bermotor (>5M,

kapasitas 3000cc) dikenakan pajak 5% dari harga jual (tidak termasuk PPN dan

PPnBM). Pajak ini terutang dan dipungut saat terjadinya pembelian.

B. PPh 23 Mengatur Pemotongan Pajak Atas Penghasilan selain PPh 21 yang

diterima WP dalam Negeri dan BUT.

Pemotong PPh 23

1. Badan Pemerintah

2. Subjek Pajak Badan Dalam Negeri

3. Penyelenggara Kegiatan

4. BUT

5. Perwakilan Perusahaan LN lainnya

6. Orang Pribadi Tertentu

Ketentuan: Tanpa NPWP = denda 100% dari pajak terutang

Saat Terutang

PPh 23 ini terutang pada akhir bulan dilakukannya pembayaran, disediakan untuk

dibayar atau jatuh tempo pembayarannya, tergantung mana yang terlebih dahulu.

Tarif dan Objek Pajak

1. 15% dari jumlah bruto atas:

a. Dividen kecuali yang diterima WP OP yang bersifat final 10% (Pasal 4)

b. Bunga atas pinjaman terhadap badan non bank ataupun penyedia jasa kredit

lainnya. Pajak yang berlaku bersifat tidak final.

c. Royalti

d. Hadiah atau Penghargaan yang diterima selain yang telah dipotong PPh pasal

21. (Hadiah untuk Badan dan BUT). Terutang saat akhir bulan pembayaran

atau diserahkannya hadiah, tergantung mana yang lebih terdahulu.

2. 2% dari jumlah bruto atas sewa dan penghasilan lain terkait penggunaan harta

selain tanah dan bangunan. Tanah dan bangunan dikenakan pajak 10% untuk

penjualan dan 5% untuk sewa dan penggunaan.

3. 2% dari jumlah bruto imbalan jasa teknik, manajemen, konstruksi dan konsultan.

4. 2% dari jumlah bruto imbalan jasa lainnya.

Pengertian Jumlah Bruto

Jumlah Bruto ialah seluruh penghasilan yang diterima dari WP B DN dan BUT

dikurangi dengan:

-> pembayaran imbalan tenaga kerja pembantu

-> pembayaran atas pengadaan material

Page 13: Rangkuman pajak-1-setelah-revisi

Presented by: SPA – Tax Study Division Rangkuman Perpajakan 1 Presented by: SPA – Tax Study Division Rangkuman Perpajakan 1

23 Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI 24

-> pembayaran kepada pihak kedua untuk diteruskan kepada pihak ketiga

-> penggantian biaya lainnya yang dibayarkan

Note: Jumlah bruto ini dikecualikan untuk jasa catering.

Chapter VI. Pajak Witholding PPh 24 dan 25

A. PPh 24 Mengatur tentang pengkreditan pajak atas penghasilan di luar negeri.

Ketentuan Umum

1. Yang boleh diperhitungkan dalam penghasilan hanyalah laba fiskal di luar negeri.

Apabila terjadi kerugian fiskal di luar negeri, maka kerugian tersebut tidak boleh

dikreditkan kepada penghasilan total.

2. Kerugian fiskal dalam negeri boleh dikreditkan kepada penghasilan total.

3. Dalam hal kredit pajak atas pajak yang telah dibayarkan di luar negeri, besarnya

tidak boleh melebihi batas kredit maksimum yang ditentukan melalui metode

prorata.

Langkah Perhitungan

1. Cari penghasilan total dengan cara menjumlahkan seluruh laba fiskal di luar

negeri pada laba/rugi fiskal di dalam negeri

2. Gunakan tarif pada pasal 17 ayat 1 untuk menentukan besarnya pajak total yang

terutang. Badan = 25% dari penghasilan netto, OP = penghasilan netto – PTKP,

kemudian dikalikan dengan Lapisan Tarif Progresif.

3. Hitung batas kredit maksimum di tiap-tiap negara dengan metode prorata.

------- Penghasilan Negara bersangkutan/Total Penghasilan x Pajak Total

4. Kredit pajak (Pasal 24) yang boleh digunakan untuk mengurangi adalah pajak

luar negeri yang telah dibayar, batas maksimum kredit pajak atau total pajak

terutang, tergantung mana yang lebih kecil.

Page 14: Rangkuman pajak-1-setelah-revisi

Presented by: SPA – Tax Study Division Rangkuman Perpajakan 1 Presented by: SPA – Tax Study Division Rangkuman Perpajakan 1

25 Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI 26

B. PPh 25 Mengatur tentang angsuran pajak penghasilan yang harus dibayar

sendiri oleh wajib pajak setiap bulannya dalam tahun berjalan

berikutnya.

Cara Menghitung

> Angsuran Pajak Penghasilan Untuk WP OP Selain Pengusaha dan WP Badan

Besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 adalah sebesar Pajak Penghasilan

yang terutang dari penghasilan teratur, yang dikurangi dengan Pajak Penghasilan

yang telah dipotong atau dipungut atau Pajak Penghasilan yang telah dibayar atau

terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal

21, 22, 23 dan 24, kemudian di bagi 12 atau banyaknya bulan dalam bagian tahun

pajak.

PPh 25 = (Total Pajak Terutang – PPh 21 – PPh 22 – PPh 23 – Kredit Pasal 24)/12

> Angsuran Pajak Penghasilan Untuk WP OP Pengusaha Tertentu

Besarnya angsuran Pajak Penghasilan adalah 2% x laba pembukuan atau maksimal

0,75% x Peredaran Bruto setiap bulan masing-masing tempat usaha.

> Angsuran Pajak Penghasilan Untuk WP OP dengan Pekerjaan Bebas dan

Usaha

Perhitungan Angsuran Pajak Penghasilan dipisahkan antara angsuran Pajak

Penghasilan atas pekerjaan bebas dan angsuran Pajak Penghasilan atas usaha.

Chapter VII. Penghasilan Khusus

Bunga Bank

> Atas bunga deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat Bank Indonesia (SBI),

dikenakan tarif:

- 20% dari jumlah bruto untuk WP DN dan BUT

- 20% dari jumlah bruto atau tarif yang disepakati P3B yang berlaku

Untuk tarif diatas berlaku final.

> Tarif pajak tersebut dibebaskan untuk:

- Orang SP DN yang seluruh penghasilannya termasuk bunga bank tidak

melebihi PTKP. Dibebaskan melalui permintaan restitusi.

- Penabung kecil (< 7.500.000 secara utuh, bukan hasil dipecah-pecah)

- Bunga yang diterima bank di Indonesia (termasuk cabang bank luar negeri)

- Bunga yang diterima Dana Pensiun yang disahkan oleh MenKeu.

- Bunga bank yang dirujuk pemerintah dalam rangka pemilikan rumah

sederhana.

Hadiah Undian

Hadiah Undian dikenakan tarif 25% atas jumlah bruto nilai hadiah undian yang

bersifat final. Dipotong oleh pemberi hadiah jika dalam bentuk uang dan dipungut

oleh pemberi hadiah jika dalam bentuk natura.

Pengalihan Hak atas Tanah/Bangunan

Pengalihan hak atas tanah/bangunan dikenakan tarif pajak 5% yang berlaku final,

kecuali pengalihan hak atas rumah sederhana dan rumah susun sederhana yang

dikenakan tarif final 1%.

> Pajak penghasilan ini juga dikecualikan untuk:

- Hibah satu derajat garis lurus

- Tanah/bangunan dengan NJOP < 60.000.000

- pengalihan ke pemerintah untuk kepentingan umum

- pengalihan atas warisan, berdasarkan SKB

- pengalihan dalam rangka penggabungan atau peleburan usaha dengan nilai

buku, berdasarkan SKB

Persewaan Tanah/Bangunan

Persewaan tanah/bangunan dikenakan tarif pajak 10% yang bersifat final.

Page 15: Rangkuman pajak-1-setelah-revisi

Presented by: SPA – Tax Study Division Rangkuman Perpajakan 1

27 Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI

Chapter VIII. Pajak Perusahaan/Usaha Menyesuaikan pendapatan bersih sebelum pajak dalam pembukuan

akuntansi ke pembukuan menurut fiskal.

Perbedaan dalam Pengakuan Pendapatan dan Beban

1. Dalam fiskal, seluruh pendapatan yang boleh dimasukkan dalam perhitungan

adalah pendapatan bruto (sebelum pemotongan pajak, jika ada) yang

sebelumnya belum dikenakan pajak penghasilan yang bersifat final. (Lihat

kembali list objek pajak non-final – Pasal 4 ayat 1)

2. Dalam fiskal, seluruh biaya yang boleh dikurangkan dalam perhitungan adalah

seluruh biaya yang termasuk dalam biaya yang dapat dikurangkan (deductible

expense). (Lihat kembali Pasal 6 ayat 1 dan 2; dan Pasal 9 ayat 1 huruf c, d, e

dan g)

3. Perbedaan metode estimasi biaya yang digunakan antara perusahaan dengan

metode yang diakui secara fiskal, contoh: amortisasi/penyusutan/depresiasi,

piutang tak tertagih, dsb.

> Berdasarkan Jenisnya, Perbedaan di Atas dapat Dibagi Menjadi Dua, yakni:

- Perbedaan Permanen: Perbedaan yang akan muncul selamanya, dikarenakan

adanya perbedaan subtantif, contoh: perbedaan nomor 1 dan 2 di atas.

- Perbedaan Temporer: Perbedaan sementara yang diakibatkan perbedaan

waktu pengakuan, contoh: perbedaan nomor 3 di atas. Secara total tidak terjadi

perbedaan namun pengakuan pendapatan/beban dalam satu periode terdapat

perbedaan.

Langkah:

1. Menentukan pendapatan yang dicantumkan sebagai objek pajak, objek pajak

witholding, objek pajak final atau bukan objek pajak.

2. Jika terdapat objek pajak final dan bukan objek pajak, maka pendapatan-

pendapatan tersebut harus dikeluarkan dari pembukuan dengan koreksi negatif.

Apabila ada pajak witholding, maka pastikan tercatat sebelum

dipotong/dipungut pajak.

3. Menentukan biaya yang dicantumkan sebagai deductible atau non-deductible

expense.

4. Jika terdapat biaya non-deductible expense, maka biaya-biaya tersebut harus

dikeluarkan dari pembukuan dengan koreksi fiskal positif.

5. Pastikan seluruh pendapatan dan biaya lain sudah tercatat dengan benar sesuai

dengan informasi tambahan yang diberikan.