rangkuman pajak-1-setelah-revisi
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
RANGKUMAN Perpajakan 1
Rangkuman dapat didownload di www.spa-feui.com
Facebook: SPA FEUI Twitter: @spafeui
Dilarang Memperbanyak Rangkuman ini
Tanpa Seizin
SPA FEUI
Official Learning Partners:
Official Media Partners:
Presented by: SPA – Tax Study Division Rangkuman Perpajakan 1 Presented by: SPA – Tax Study Division Rangkuman Perpajakan 1
1 Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI 2
Chapter I. Teori-Teori Perpajakan Keterkaitan antara Pajak dengan Akuntansi dan Laporan Keuangan:
Pajak merupakan sebuah transaksi dalam entitas
Pajak merupakan kewajiban entitas
Pajak disajikan dan diungkapkan dalam laporan keuangan
Karir di bidang pajak: Konsultan pajak, Staf di Direktorat Jenderal Pajak, Bagian
pajak dalam perusahaan, pengajar.
Ciri-ciri Pajak:
- Dipungut berdasarkan UU dan dapat dipaksakan,
- Tidak dapat ditunjukkan kontraprestasi individual,
- Dipungut negara, baik pusat maupun daerah,
- Diperlukan untuk pengeluaran pemerintah dan membiayai public investment,
dan
- Mempunyai tujuan regulasi.
Fungsi Pajak:
Budgeter: pembiayaan pengeluaran Pemerintah.
Reguler: mengatur bidang sosial dan ekonomi. Contoh: pajak yg lebih tinggi
untuk miras dan barang mewah.
Redistribusi Kekayaan
Demokrasi
Pajak ≠ Retribusi ≠ Sumbangan
Retribusi: pungutan yg dpt dipaksakan oleh negara menurut UU dan punya
hubungan langsung dgn kontraprestasi. Contoh: uang kuliah, tiket KRL, dsb.
Sumbangan: penerimaan sukarela untuk memberikan suatu kontraprestasi
tertentu kepada org yang membutuhkan.
Penafsiran Hukum Pajak:
- Tata bahasa: arti kata yang berhubungan satu sama lain.
- Sahih (resmi): penafsiran yg jelas tersirat.
- Historis: didasarkan pada sejarah hukum dan sejarah UU.
- Sistematis: memperhatikan bunyi pasal lainnya.
- Sosiologis: didasarkan pada tujuan UU.
- Ekstensif: memperluas arti kata-kata.
- Restriktif: mempersempit arti kata-kata.
- Analogis: dengan perumpamaan.
- A contrario: didasarkan pada lawan dari ketentuan tsb.
Jenis Hukum Pajak:
Materiil: norma ttg keadaan, perbuatan dan peristiwa huk yg kena pajak.
Formil: bentuk/tata cara mewujudkan Huk. Pajak Materiil. Mengatur tata cara
penetapan utang pajak, hak-hak fiskus dan kewajiban WP.
Pembagian Pajak:
1. Menurut golongan.
a. Langsung: Tidak dapat dilimpahkan ke pihak lain.
b. Tidak Langsung: dapat dilimpahkan ke pihak lain.
2. Menurut sifat.
a. Subjektif: dikenakan kepada subjeknya, co: PPh.
b. Objektif: dikenakan kepada objeknya, co: PPN.
3. Menurut pemungut dan pengelola: pusat dan daerah.
Asas Pemungutan Pajak (Adam Smith)
1. Equality: adil dan merata
a. Benefit Principle: sesuai dengan manfaat yang dinikmati.
b. Ability Principle: sesuai dengan kemampuan membayar.
c. Adil Horizontal: Penghasilan sama, pajak sama.
d. Adil Vertikal: Kondisi ekonomis sama, pajak sama. Contoh: tarif progresif.
2. Certainty: WP hrs tahu besarnya pajak terutang, kapan hrs dibayar dan batas
waktu pembayaran.
3. Convenience: Sesuai dengan saat-saat yg tidak menyulitkan WP. Better pay
as you earn.
4. Economy: biaya pemenuhan kewajiban pajak diharapkan seminimum
mungkin. (efisien)
Asas Pemungutan Pajak Lain:
1. Asas Menurut Falsafah Hukum
- Teori Asuransi: pajak ialah premi asuransi perlindungan kepentingan setiap
orang. Note: kenyataan tidaklah demikian.
- Teori Kepentingan: pajak dipungut untuk menutup beban usaha negara dalam
memenuhi kepentingan masyarakat.
- Teori Gaya Pikul: pajak adalah imbal jasa atas usaha negara dalam memenuhi
kepentingan masyarakat.
Presented by: SPA – Tax Study Division Rangkuman Perpajakan 1 Presented by: SPA – Tax Study Division Rangkuman Perpajakan 1
3 Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI 4
- Teori Bakti: pajak ialah kewajiban tanda bakti warga negara.
- Teori Asas Daya Beli: pajak untuk memelihara kepentingan masy dan untuk
mengatur.
2. Asas Yuridis: huk pajak memberikan kepastian hukum.
3. Asas Ekonomis: pajak tidak menghambat perekonomian
4. Asas Pemungutan Lain
a. Asas Tempat Tinggal
b. Asas Kebangsaan
c. Asas Sumber
Cara Pemungutan Pajak
1. Stelsel Pajak:
a. Nyata (riil): based on penghasilan nyata. Kelebihannya adalah lebih realistis
tetapi kelemahannya adalah baru dapat diketahui pada akhir periode.
b. Anggapa (fictive): penghasilan setahun dianggap sama. Kelebihannya adalah
pajak dapat dibayar selama tahun berjalan tetapi kelemahannya adalah tidak
berdasarkan keadaan sebenarnya.
c. Campuran: kombinasi keduanya. Awal tahun fictive, akhir tahun di sesuaikan
dengan keadaan nyatanya.
2. Sistem Pemungutan:
a. Official Assessment: ditentukan dan dipungut oleh pemerintah (fiskus).
b. Self Assessment: ditentukan dan dibayarkan oleh diri sendiri.
c. Witholding System: ditentukan dan dipotong/pungut pihak ketiga.
Tarif Pajak
1. Persentase Tarif
Tarif Marginal: persentase dikenakan atas kenaikan DPP.
Tarif Efektif: persentase dikenakam atas DPP tertentu.
2. Struktur Tarif
Proporsional: persentase tetap atas DPP berapa pun.
Progresif: persentase meningkat seiring meningkatnya DPP.
o Progresif progresif: peningkatan persentase meningkat.
o Progresif degresif: peningkatan persentase menurun.
Degresif: persentase menurun seiring meningkatnya DPP.
Tetap: besarnya tetap untuk DPP berapa pun.
Perlawanan Pajak
-> Pasif: Karena struktur ekonomi, sistem pemungutan atau moral penduduk.
-> Aktif: Tax avoidance dan evasion
Chapter II. Subjek dan Objek Pajak
Pajak Penghasilan (Pasal 1): Pajak yang dikenakan kepada Subjek
Pajak (kewajiban subjektif) atas penghasilan yang diterima
atau diperolehnya (kewajiban objektif) dalam tahun pajak.
-> Tahun pajak: tahun kalender, dimulai 31 Maret. Namun demikian, dapat juga
digunakan tahun buku lain asalkan meliputi jangka waktu 12 bulan.
-> Subjek Pajak yang memiliki penghasilan dikenal sebagai Wajib Pajak.
-> Diatur dalam UU No. 36 Tahun 2008 tentang perubahan keempat UU No. 7
Tahun 1983 tentang pajak penghasilan. Selanjutnya, diatur juga secara khusus
dalam PP; Keppres; Peraturan dan Keputusan Menteri Keuangan (PMK & KMK);
dan Peraturan, Keputusan dan Surat Edaran DJP (PER, KER dan SE DJP).
Subjek Pajak (Pasal 2 dan 2A): Orang Pribadi, Badan, Warisan
yang belum terbagi dan Bentuk Usaha Tetap (BUT).
-> dibagi menjadi SP DN (Pasal 2 Ayat 3) dan SP LN (Pasal 2 Ayat 4 + Ayat 5).
SP DN terdiri dari orang pribadi (OP), Badan dan warisan oleh SP DN atau OP LN
dengan BUT; sementara SP LN terdiri dari orang pribadi (OP), Badan dan BUT.
Syarat untuk OP: >183 hari/12 bulan di Indonesia = SP DN.
-> 3 perbedaan penting antara SP DN dan SP LN
Hal SP DN SP LN
Objek Pajak Seluruh Penghasilan
(world wide income)
Penghasilan dr Indonesia
(source principle)
Dasar Pengenaan
Pajak
Penghasilan Netto, Tarif
Umum (PPh 17)
Peghasilan Bruto, Tarif
Sepadan (PPh 26) / Tax treaty
Kewajiban SPT Wajib Tidak Wajib
*BUT: Bentuk usaha SP LN yang memiliki tempat usaha atau fasilitas tetap di
dalam negeri. Dengan demikian, BUT diperlakukan layaknya badan dalam negeri.
Presented by: SPA – Tax Study Division Rangkuman Perpajakan 1 Presented by: SPA – Tax Study Division Rangkuman Perpajakan 1
5 Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI 6
-> Jangka waktu Subjek Pajak:
- SP DN: OP saat lahir-meninggal/pergi dari Indo selamanya, Badan saat
didirikan-bubar/keluar dari Indo, Warisan saat muncul sampai selesai
dibagi.
- SPLN: Dengan BUT/usaha saat melakukan-berhenti, tanpa BUT/Usaha
saat menerima penghasilan dari Indo-tidak menerima.
- Apabila kewajiban subjektif muncul atau hilang di tengah tahun pajak,
maka bagian tahun pajak dapat menggantikan tahun pajak.
Bukan Subjek Pajak (Pasal 3): Kantor perwakilan negara asing dan
organisasi internasional beserta pejabat-pejabatnya.
-> Tidak Berlaku apabila memperoleh penghasilan di luar jabatan
Objek Pajak (Pasal 4): Penghasilan dalam arti tambahan
kemampuan ekonomis untuk konsumsi atau menambah
kekayaan
-> Dibagi menjadi:
- Objek Pajak Non Final (Ayat 1): Imbalan jasa dalam bentuk Uang, hadiah
dari pekerjaan, laba usaha, keuntungan atas penjualan harta, penerimaan
kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya (kecuali
PPh), pembagian SHU Koperasi, royalti, sewa (kecuali bangunan/tanah),
pembayaran berkala, keuntungan selisih kurs, keuntungan penilaian
kembali aktiva, premi asuransi, penghasilan dari usaha berbasis syariah,
dan surplus Bank Indonesia.
- Objek Pajak Final (Ayat 2): Seluruh Bunga, hadiah undian, penghasilan
dari transaksi saham, sekuritas lainnya dan transaksi derivatif di bursa,
transaksi pengalihan harta yang menyangkut bangunan dan tanah
(termasuk sewa), dsb.
- Bukan Objek Pajak (Ayat 3):
Sumbangan keagamaan dan zakat kepada lembaga sah,
harta hibahan keluarga lurus 1 derajat atau lembaga sosial lain
selama tidak ada hubungan khusus, warisan,
pengganti penyertaan modal,
imbalan jasa dalam bentuk natura tertentu oleh wajib pajak.
Kalau oleh bukan WP/WP Final/WP Khusus, maka dianggap
sebagai objek pajak.
klaim asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna dan
beasiswa,
dividen untuk badan dalam negeri apabila kepemilikan minimal
25%,
iuran dana pensiun dan penghasilan dari modal yang ditanamkan
oleh dana pensiun, yang diatur dalam KMK,
bagian laba yang diterima oleh anggota perseroan komanditer,
bagian laba yang diterima oleh perusahaan modal ventura yang
mana pasangannya adalah UMKM yang sahamnya tidak
diperdagangkan di bursa,
beasiswa tertentu yang diatur dalam PMK,
sisa lebih yang diterima organisasi nirlaba dalam bidang
pendidikan, penelitian dan pengembangan yang terdaftar pada
instansi yang membidanginya yang ditanami kembali dalam
bentuk sarana dan prasarana pendidikan, penelitian dan
pengembangan yang diatur dalam PMK,
santunan oleh badan jaminan sosial berdasarkan PMK.
Penting! : Baca juga Penjelasan dalam UU dengan benar.
-> Berdasarkan sumbernya, objek pajak dibagi menjadi:
1. Atas pekerjaan bebas: gaji, honorarium, dsb.
2. Atas usaha atau kegiatan
3. Atas penyertaan modal: dividen, royalti, sewa, dsb.
4. Lain-lain: pembebasan utang, hadiah, dsb.
-> Apabila terjadi kerugian, maka kerugian dapat dikompensasikan dengan
penghasilan lainnya. Dalam penilaian objek pajak digunakan harga pasar.
-> Objek pajak final dan penghasilan bukan objek pajak tidak dimasukkan dalam
perhitungan PKP.
-> Penyebab adanya pajak final:
- Perlu dorongan investasi dan tabungan masyarakat
- Kesederhanaan pemungutan pajak
- Berkurangnya beban admin bagi WP dan DJP
- Pemerataan pengenaan pajak
- Berdasarkan pertimbangan atas perkembangan ekonomi dan moneter
Presented by: SPA – Tax Study Division Rangkuman Perpajakan 1 Presented by: SPA – Tax Study Division Rangkuman Perpajakan 1
7 Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI 8
Objek Pajak untuk BUT (Pasal 5)
-> Terdiri atas: penghasilan usaha, penghasilan kantor pusat atas penjualan sejenis,
penghasilan lain yang diterima kantor pusat sesuai pasal 26 selama ada hubungan
efektif antara harta yang menghasilkan dengan BUT.
-> dapat dikurangkan dengan biaya-biaya kantor pusat yang berhubungan langsung
dengan aktivitas BUT. – ditentukan oleh DJP.
-> pembayaran yang tidak boleh dikurangkan: royalti, imbalan jasa manajemen,
bunga (kecuali yang berkenan dengan usaha perbankan). Namun demikian, tidak
dijadikan sebagai objek pajak bagi kantor pusat.
Chapter III. Hal Menghitung Pajak
Biaya yang dapat dikurangkan (Pasal 6)
-> Terdiri dari:
Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan
usaha;
Penyusutan dan Amortisasi;
Iuran dana pensiun;
Kerugian penjualan dan pengalihan harta;
Kerugian selisih kurs mata uang asing;
Biaya penelitian dan pengembangan di Indonesia, beasiswa (non
pengurus), magang dan pelatihan
Piutang yang jelas tidak dapat tertagih, dengan syarat: telah dibebankan
sebagai biaya, List telah diserahkan ke DJP, telah diserahkan kepada
Pengadilan Negeri. Pelaksanaan ditur dalam PMK.
Sumbangan penanggulangan bencana nasional, penelitian dan
pengembangan Indonesia diatur PP.
Sumbangan fasilitas pendidikan, infrastruktur sosial dan pembinaan
olahraga yang diatur dalam PP.
-> Apabila terjadi kerugian, maka kerugian tersebut dapat dikompensasikan dengan
penghasilan pajak tahun-tahun berikutnya sampai dengan 5 tahun. Untuk orang
pribadi (pengusaha dan non pengusaha), selain biaya tersebut, ada juga PTKP.
Biaya yang tidak dapat dikurangkan (Pasal 9)
-> Terdiri atas:
Pembagian laba dalam bentuk apapun;
Biaya untuk kepentingan pribadi, pemegang saham, dsb;
Kalo biayanya dipakai setengah-setengah sama pemilik, maka biaya yang
diakui hanya 50%-nya saja.
Pembentukan cadangan dana kecuali kepada mereka yang berhak, contoh
cadangan piutang tak tertagih untuk usaha kredit, reklamasi untuk usaha
pertambangan, dsb;
Premi asuransi;
Presented by: SPA – Tax Study Division Rangkuman Perpajakan 1 Presented by: SPA – Tax Study Division Rangkuman Perpajakan 1
9 Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI 10
Imbalan jasa dalam bentuk natura yang diberikan kecuali makanan dan
minuman untuk seluruh karyawan dan natura lain yang dibutuhkan untuk
menunjang jalannya pekerjaan;
Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pihak dengan
hubungan istimewa;
Harta hibahan tertentu;
PPh, biaya untuk kepentingan pribadi WP, Gaji kepada anggota
persekutuan, dan sanksi administrasi yang berkenaan dengan pelaksanaan
UU pajak.
-> Natura untuk menunjang pekerjaan:
Tempat tinggal pegawai di daerah terpencil;
Pelayanan kesehatan, pendidikan, peribadatan, dan pengangkutan;
Fasilitas olahraga, selain golf, power beating, pacuan kuda, dan terbang
layang;
Seragam bagi petugas keamanan, pakaian keselamatan kerja, dsb.
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP, Pasal 7)
-> Ketentuan:
a) Single = 24.300.000/tahun
b) Menikah = +2.050.000/tahun, Istri bekerja = +24.300.000/tahun
c) Tanggungan lain maks 3 org, @+2.050.000/tahun.
-> PENTING! : Kondisi di tentukan sejak awal tahun dan tidak berubah
sepanjang tahun pajak bersangkutan.
-> Selain mendapat tambahan PTKP atas status menikah, apabila istri bekerja, maka
atas pekerjaan istri, ditambahkanlah PTKP sebesar 24.300.000 lagi.
Contoh: Hitung PTKP atas suami istri dengan 2 orang anak jika istri bekerja!
Jawab: 52.650.000 (24.300.000+2.025.000+2.025.000x2+24.300.000)
Penghasilan dalam Keluarga (Pasal 8)
-> Seluruh penghasilan dan kerugian suami istri harus digabungkan dalam
perhitungannya, kecuali penghasilan tersebut diberikan oleh 1 pemberi kerja yang
sama dan diterima setelah dipotong PPh 21. Syarat: penghasilan tidak ada
hubungannya dengan pekerjaan suami atau anggota keluarga lainnya.
-> Penghasilan anak belum dewasa (18 tahun) digabung dengan penghasilan netto
orang tuanya.
-> Apabila penghasilan istri tidak memenuhi syarat diatas dan istri memilih untuk
melakukan kewajiban pajaknya sendiri maka pajak terutang yang harus dibayarkan
dibagi berdasarkan perbandingan penghasilan netto mereka.
Perhitungan Penyusutan dan Amortisasi: Lihat Penjelasan Pasal
10, 11, dan 11A
Norma Perhitungan Penghasilan Neto (NPPN, Pasal 14)
-> Digunakan hanya untuk WP OP dengan penghasilan di bawah Rp.
4.800.000.000/tahun dengan terlebih dahulu membuat pencatatan dan melaporkan
kepada DJP paling lambat 3 bulan pertama dari tahun pajak bersangkutan.
-> WP OP yang gagal memenuhi persyaratan di atas atau dengan penghasilan diatas
Rp. 4.800.000.000/tahun, wajib menghitung dengan pembukuan.
-> WP OP yang gagal memenuhi baik pencatatan dan pembukuan, penghasilan
netonya akan dihitung berdasarkan NPPN namun dengan peredaran bruto yang
dihitung dengan cara lain, sesuai PMK.
Presented by: SPA – Tax Study Division Rangkuman Perpajakan 1 Presented by: SPA – Tax Study Division Rangkuman Perpajakan 1
11 Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI 12
Chapter IV. Pajak Witholding PPh 21 dan 26
A. PPh 21 PPh 21 mengatur pajak penghasilan bagi wajib pajak dalam negeri
orang pribadi yang dipotong oleh pihak ketiga. Lebih khususnya
diatur dalam PER-31/PJ/2012.
Pihak ketiga yang wajib melakukan pemotongan PPh 21:
- Pemberi kerja atas imbalan yang diberikan kepada pegawai dan non-pegawai,
kecuali kantor perwakilan negara asing dan org internasional.
- Bendahara pemerintah atas pembayaran sehubungan pekerjaan, jasa atau
kegiatan.
- Dana pensiun/badan lain yang melakukan pembayaran uang pensiun.
- Badan atas pembayaran imbalan sehubungan dengan jasa.
- Penyelenggara kegiatan atas pembayaran pelaksanaan.
Kewajiban Pemotong: menghitung, memotong dan melaporkan.
Wajib Pajak Yang Dipotong PPh Pasal 21:
Pegawai;
Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari
tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya;
Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan
dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan, antara lain meliputi:
tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas yang terdiri dari pengacara,
akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai dan aktuaris;
pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang
sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model,
peragawan/peragawati,pemain drama, penari, pemahat, pelukis dan
seniman lainnya;
olahragawan;
penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator,
pengarang, peneliti, dan penerjemah;
pemberi jasa dalam segala bidang, termasuk teknik, computer dan system
aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi dan sosial,
serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan;
agen iklan;
pengawas atau pengelola proyek;
pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi
perantara;
petugas penjaja barang dagangan;
petugas dinas luar asuransi;
distributor multilevel marketing atau direct selling;dan kegiatan
sejenisnya.
Peserta kegiatan atau anggota kepanitiaan yang menerima penghasilan
sehubungan dengan keikutsertaanya
Lapisan Tarif
Lapisan Tarif Tarif
≤ 50.000.000 5%
50.000.000 < x ≤ 250.000.000 15%
250.000.000 < x ≤ 500.000.000 25%
> 500.000.000 30%
Ketentuan Umum:
- Tidak ada NPWP = denda 20%
- Objek Pajak Final tidak termasuk
Cara Hitung: (PER 31 Tahun 2012)
I. Karyawan Tetap. Ketentuan Umum:
- Kewajiban subjektif awal tahun, bekerja tengah tahun, PKP untuk tahun
tersebut = penghasilan bulanan x banyaknya bulan kerja. PPh 21 = pajak tahun
itu dibagi banyaknya bulan kerja.
- Penghasilan bulanan = 4 x penghasilan mingguan, 26 x penghasilan harian
- Tanpa NPWP dikenakan denda 20% bayar pajak 120% dari semestinya.
- Penghasilan dalam mata uang asing harus diubah menjadi rupiah dengan
menggunakan kurs kementerian keuangan (KMK)
Normal Pria
1. Hitung penghasilan bruto: gaji pokok, tunjangan, uang lembur, dan pembayaran
teratur lainnya, premi asuransi JKK, JK, JPK, kesehatan, beasiswa, jiwa, dwiguna
yang dibayar perusahaan.
2. Dikurangi biaya: biaya jabatan (5% bruto), iuran THT, JHT, Dapen yang
dibayar sendiri.
Presented by: SPA – Tax Study Division Rangkuman Perpajakan 1 Presented by: SPA – Tax Study Division Rangkuman Perpajakan 1
15 Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI 16
3. Hitung penghasilan neto per bulan, kalikan dengan 12 untuk dapatkan
penghasilan neto per tahun. Kurangi PTKP untuk dapatkan PKP. Kalikan dengan
tarif berlapis pada pasal 17 untuk mendapatkan pajak terutang.
Normal Perempuan
*Note: Hanya berlaku pada perempuan yang belum menikah atau menikah
dengan suami tanpa penghasilan atau menikah dengan suami yang bekerja pada 1
pemberi kerja. Cara hitung sama dengan Normal Pria, hanya berbeda pada PTKP.
PTKP terdiri dari:
- tunjangan pribadi 24.300.000
- tunjangan menikah 2.050.000 hanya apabila menikah dengan suami tanpa
penghasilan
- tunjangan tanggungan 2.050.000 hanya apabila belum menikah atau menikah
dengan suami tanpa penghasilan. Maks 3 org.
Dengan biaya rapel, bonus, THR dan lain-lain
1. Hitung penghasilan bruto per tahun/disetahunkan yang sudah termasuk
bonus, hitung pajak terutang atas penghasilan dengan bonus.
2. Pajak atas bonus = pajak penghasilan dengan bonus – pajak penghasilan
normal.
Tunjangan pajak vs PPh ditanggung perusahaan
- Tunjangan pajak diperhitungkan sebagai penghasilan karyawan. Sementara PPh
ditanggung perusahaan dianggap sebagai natura sehingga tidak diperhitungkan
sebagai tambahan penghasilan. Tunjangan pajak merupakan deductible expense
bagi perusahaan sementara PPh ditanggung perusahaan merupakan non-
deductible expense bagi perusahaan.
Metode Perhitungan Langsung Pajak atas Bonus, dsb.
1. Hitung pajak terutang awal
2. Hitung peningkatan PKP (PPKP).
Kalau Penghasilan semula+Bonus < 120.000.000, maka PPKP = 95% x Bonus
Kalau Penghasilan semula < 120.000.000, Penghasilan+bonus > 120.000.000,
maka PPKP = 95% x (120.000.000-Penghasilan)+(penghasilan+bonus-
120.000.000)
Kalau Penghasilan semula+bonus > 120.000.000, maka PPKP = bonus
3. Menghitung kembali pajak terutang berdasarkan PKP yang baru (PKP
lama+PPKP)
Natura
Kecuali natura yang didapatkan dari non WP, WP final atau WP dengan
perhitungan khusus (deemed profit), seluruh natura yang diterima karyawan tidak
dianggap sebagai penghasilan. Namun demikian, apabila natura tersebut diterima
dari salah satu pemberi kerja diatas, maka natura yang didapat dianggap sebagai
penghasilan dengan nilai setara dengan nilai pasar natura yang diterima.
Masa kewajiban dan masa penerimaan penghasilan
- Masa kewajiban subjektif awal tahun*, penerimaan tengah tahun. Penghasilan
neto = penghasilan yang diterima selama periode sisa.
- Masa kewajiban subjektif tengah tahun*, penerimaan tengah tahun. Penghasilan
neto = penghasilan yang disetahunkan.
- Berhenti tengah tahun, kewajiban masih berlaku
a. Perhitungan di awal tahun: Perhitungan normal
b. Perhitungan di akhir tahun: Perhitungan pajak atas penghasilan yang
diterima saja. Selisih antara b dan a dicatat sebagai lebih (kurang) bayar.
Lebih bayar yang terjadi harus di bayarkan kembali oleh perusahaan.
*Yang dimaksud masa kewajiban subjektif adalah sejak kapan seseorang menjadi
subjek pajak di Indonesia. Dengan demikian, kewajiban subjektif tengah tahun
umumnya berlaku untuk WNA yang datang dan bekerja tengah tahun, dengan
catatan ia berniat untuk tinggal di Indonesia >183 hari sehingga dianggap sebagai
WP DN.
Karyawan Pindah Lokasi dan terjadi perubahan gaji
- hitung pajak terutang per bulan yang dipotong pada saat menerima penghasilan
awal
- hitung pajak terutang per bulan dan setahun yang dipotong pada saat menerima
penghasilan akhir
- hitung pajak lebih (kurang) bayar: pajak terutang setahun yang dihitung dengan
penghasilan akhir dikurang dengan PPh 21 yang telah dipotong di bulan-bulan
sebelumnya.
Kepemilikan NPWP di pertengahan tahun
Apabila NPWP diterima perusahaan setelah pembayaran gaji dan pemotongan
PPh 21, maka kelebihan bayar PPh 21 yang telah terjadi sebelum diterimanya
NPWP tersebut dapat dikompensasikan kepada pemotongan PPh 21 selanjutnya.
(Kelebihan yang dimaksud adalah denda 20% yang sebelumnya dikenakan)
Presented by: SPA – Tax Study Division Rangkuman Perpajakan 1 Presented by: SPA – Tax Study Division Rangkuman Perpajakan 1
15 Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI 16
Komprehensif:
1. Mendapat bonus, mulai tengah tahun, kewajiban tengah tahun.
- hitung utang pajak atas penghasilan yg disetahunkan normal
- hitung utang pajak atas penghasilan dengan bonus yg disetahunkan
- hitung pajak lebih (kurang) bayar atau pajak atas bonus.
2. Terdapat kenaikan gaji di pertengahan tahun, tanpa uang rapel, di hitung di
akhir periode.
Sama dengan saat pindah lokasi dan mendapat kenaikan penghasilan.
II. Penghasilan di Akhir Masa Kerja Tarif Pajak Penerima Pesangon Sekaligus* (PP No. 68 Tahun 2009)
Lapisan Tarif Tarif
≤ 50.000.000 0%
50.000.000 – 100.000.000 5%
100.000.000 – 500.000.000 15%
> 500.000.000 25%
Tarif Pajak Penerima Uang Pensiun Sekaligus* (PP No. 68 Tahun 2009)
Lapisan Tarif Tarif
≤ 50.000.000 0%
> 50.000.000 5%
->Tarif pajak pesangon dan uang pensiun diatas berlaku atas jumlah kumulatif
pesangon/uang pensiun yang dibayarkan dalam jangka waktu 2 tahun kalender.
Dikenakan atas penghasilan bruto tanpa pengurangan PTKP dan bersifat final.
-> Apabila lewat dari 2 tahun, maka perhitungan menggunakan tarif berlapis Pasal
17 ayat 1a atas penghasilan bruto, tidak kumulatif dan bersifat tidak final. Apabila
tanpa NPWP, dikenakan denda 20%.
*pengertian sekaligus disini tidak berarti semua dilunasi dalam 1 termin,
melainkan boleh dilunasi dalam beberapa termin dalam jangka waktu paling lama
2 tahun.
Pajak Penghasilan atas Uang Pensiun secara Berkala.
Yang dimaksud dengan berkala adalah penerimaan Uang Pensiun secara teratur
(per bulan) hingga lunas. Perhitungan untuk pajak ini sama dengan pendapatan
normal
Pajak Penghasilan atas Anuitas Selamanya.
Penghasilan atas anuitas selamanya dihitung menurut tarif di bawah ini atas
penghasilan bruto yang didapat dan bersifat final.
Lapisan Tarif Tarif
≤ 25.000.000 0%
25.000.000 – 50.000.000 5%
50.000.000 – 100.000.000 10%
100.000.000 – 200.000.000 15%
> 200.000.000 25%
III. Pegawai Tidak Tetap dan Tenaga Kerja Lepas Untuk Pegawai Tidak Tetap, Tenaga Kerja Lepas, Pemagang, dan Calon Pegawai,
upah yang diterima harus terlebih dahulu dikonversi ke dalam upah harian.
- Upah mingguan dibagi dengan banyaknya hari bekerja
- Upah satuan dikalikan dengan rata-rata satuan yang diproduksi dalam sehari
- Upah borongan dibagi dengan banyaknya hari yang dibutuhkan
Cara Perhitungan:
1. Apabila kumulatif per bulan ≤ 2.025.000/bulan, upah ≤ 200.000/hari, maka
pekerja tersebut tidak dikenakan pajak.
2. Upah > 200.000/hari, kumulatif per bulan < 7.000.000/bulan
a. Saat kumulatif per bulan ≤ 2.025.000/bulan, DPP = penghasilan – 200.000,
dikenakan pajak lapis pertama (5%).
b. Saat hari pertama penghasilan > 2.025.000, DPP = total penghasilan yang telah
diterima – PTKP seharusnya, dikenakan pajak lapis pertama (5%) dan
dikreditkan dengan pajak yang telah dibayar di hari-hari sebelumnya.
c. Saat kumulatif per bulan > 2.025.000/bulan, DPP = penghasilan harian – PTKP
harian, dikenakan pajak lapis pertama (5%).
3. Apabila kumulatif per bulan > 7.000.000/bulan, maka DPP = penghasilan
disetahunkan – PTKP, dikenakan tarif progresif pasal 17.
IV. Bukan Pegawai A. Imbalan Berkesinambungan:
- Memiliki NPWP dan hanya mendapat penghasilan dari 1 pemberi kerja.
Tarif progresif pasal 17 ayat 1a berlaku secara kumulatif atas PKP sebesar
(50% x Penghasilan Bruto) – PTKP per bulan.
Presented by: SPA – Tax Study Division Rangkuman Perpajakan 1 Presented by: SPA – Tax Study Division Rangkuman Perpajakan 1
17 Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI 18
- Tidak memiliki NPWP atau mendapat penghasilan lebih dari 1 pemberi kerja.
Tarif progresif pasal 17 ayat 1a berlaku atas jumlah PKP setahun, yakni sebesar
50% x Penghasilan Bruto dalam tahun bersangkutan.
B. Imbalan Tidak Berkesinambungan:
PPh Pasal 21 dihitung dengan menerapkan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh
atas 50% dari jumlah penghasilan bruto.
-> Apabila bukan pegawai diatas mempekerjakan orang lain atau melakukan
penyerahan material atau barang, maka biaya untuk mempekerjakan atau
menyerahkan barang tersebut harus dikurangi terlebih dahulu untuk mendapat
penghasilan bruto, kecuali dalam kontrak biaya tersebut tidak dapat dipisahkan.
-> Khusus dokter, penghasilan bruto dihitung sebelum pengurangan biaya dan
dilakukan bagi hasil
V. Penghasilan Peserta atau Anggota Kepanitiaan Penghasilan yang didapatkan perorangan dari suatu kegiatan, dikenakan tarif
progresif pasal 17 ayat 1a atas jumlah penghasilan bruto yang utuh dan tidak
terpecah yang diterima.
VI. Penghasilan Lain: Tantiem, Hadiah, Gratifikasi, dsb. Penghasilan dikenakan tarif progresif pasal 17 ayat 1a atas jumlah kumulatif
penghasilan bruto yang diterima selama 1 tahun yang bersangkutan.
VI. Penghasilan Dari APBN/APBD Penghasilan tetap = penghasilan normal lainnya.
Penghasilan tidak tetap dikenakan tarif atas penghasilan bruto sebesar:
- 0% untuk PNS Gol I dan II, Tamtama, TNI/Polri, berikut pensiunannya.
- 5% untuk PNS Gol III Perwira Pertama TNI/ Polri, berikut pensiunannya.
- 15% untuk PNS Gol. IV, Perwira Menengah & Tinggi TNI/ Polri, berikut
pensiunannya.
B. PPh 26 PPh 26 mengatur pajak penghasilan bagi wajib pajak luar negeri
orang pribadi yang dipotong oleh pihak ketiga.
Tarif dan Objek PPh Pasal 26
1. 20% (final) dari jumlah penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak Luar Negeri berupa :
a. Dividen, bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan
dengan jaminan pengembalian utang, royalti, sewa, dan penghasilan lain
sehubungan dengan penggunaan harta;
b. imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan, hadiah dan
penghargaan
c. pensiun dan pembayaran berkala lainnya.
d. Premi swap dan transaksi lindung lainnya; dan/atau
e. Keuntungan karena pembebasan utang.
2. 20% (final) dari perkiraan penghasilan neto berupa :
a. penghasilan dari penjualan harta di Indonesia;
b. premi asuransi, premi reasuransi yang dibayarkan langsung maupun melalui
pialang kepada perusahaan asuransi di luar negeri.
3. 20% (final) dari perkiraan penghasilan neto atas penjualan atau pengalihan
saham perusahaan antara conduit company atau spesial purpose company yang
didirikan atau bertempat kedudukan di negara yang memberikan perlindungan
pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan badan yang didirikan atau
bertempat kedudukan di Indonesia atau BUT di Indonesia;
4. 20% (final) dari Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi pajak dari suatu
BUT di Indonesia, kecuali penghasilan tersebut ditanamkan kembali di
Indonesia.
5. Tarif berdasarkan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) antara
Indonesia dengan negara pihak pada persetujuan.
Premi asuransi dan premi reasuransi kepada perusahaan asuransi luar
negeri
- Atas premi yang dibayar tertanggung kepada perusahaan asuransi luar negeri
Perkiraan Penghasilan Netto = 50% x Premi
- Atas premi yang dibayar perusahaan asuransi dalam negeri kepada perusahaan
asuransi luar negeri
Perkiraan Penghasilan Netto = 10% x Premi
Presented by: SPA – Tax Study Division Rangkuman Perpajakan 1 Presented by: SPA – Tax Study Division Rangkuman Perpajakan 1
19 Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI 20
- Atas premi yang dibayar perusahaan reasuransi dalam negeri kepada perusahaan
asuransi luar negeri
Perkiraan Penghasilan Netto = 5% x Premi
Atas penghasilan penjualan saham perusahaan antara di tax haven country
yang berhubungan istimewa dengan badan atau BUT di Indonesia
Perkiraan Penghasilan Netto = 25% x Harga Jual Pengecualian
1. BUT dikecualikan dari pemotongan PPh Pasal 26 apabila Penghasilan Kena
Pajak sesudah dikurangi Pajak Penghasilan dari BUT ditanamkan kembali di
Indonesia dengan syarat:
Penanaman kembali dilakukan atas seluruh penghasilan kena pajak setelah
dikurangi PPh dalam bentuk penyertaan modal pada perusahaan yang
didirikan dan berkedudukan di Indonesia sebagai pendiri atau peserta pendiri,
dan;
dilakukan dalam tahun berjalan atau selambat-lambatnya tahun pajak
berikutnya dari tahun pajak diterima atau diperoleh penghasilan tersebut;
tidak melakukan pengalihan atas penanaman kembali tersebut
sekurangkurangnya dalam waktu 2 (dua) tahun sesudah perusahaan tempat
penanaman dilakukan, mulai berproduksi komersil.
2. Badan-badan Internasional yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
Chapter V. Pajak Witholding PPh 22 dan 23
A. PPh 22 Mengatur pungutan pajak atas impor dan atas transaksi dengan
pemerintah.
Pemungut PPh 22
1. Bank Devisa dan Dirjen Bea dan Cukai
2. Dirjen Anggara dan bendaharawan pemerintah (pusat dan daerah)
3. BUMN dan BUMD dengan pendanaan full APBN dan APBD
4. BUMN dan BUMD dengan pendanaan baik APBN maupun non-APBN
5. Badan Usaha Industri tertentu
6. Pengekspor Tertentu
7. WP B yang melakukkan penjualan barang sangat mewah
Ketentuan: Tanpa NPWP = denda 100% dari pajak terutang
Pajak Atas Impor.
Pajak atas Impor terutang dan dipungut sejak pembayaran bea masuk. Apabila
dibebaskan dari bea masuk, maka pajak terutang saat penyelesaian dokumen
pemberitahuan impor barang (PIB). Pajak atas impor dikenakan tarif:
a. 2,5% dari nilai impor untuk importir dengan Angka Pengenal Impor (API)
b. 7,5% dari nilai impor untuk importir tanpa API
c. 7,5% dari harga jual lelang untuk barang impor yang tidak dikuasai
Nilai Impor = Total CIF yang yang disepakati sebagai pembayaran ditambah
dengan bea masuk dan pungutan lainnya.
Pajak atas impor ini tidak berlaku untuk barang impor sementara dan barang impor
bebas bea masuk dan PPN yang dilakukan oleh DJBC serta barang impor bebas PPh
(dengan Surat Keterangan Bebas).
Pajak Atas Pembelian Barang oleh Pemerintah (No 2-4 Pemungut PPh 22)
Penghasilan atas pembelian barang oleh pemerintah dikenakan tarif 1,5% dari harga
pembelian (tidak termasuk PPN), bersifat tidak final dan terutang serta dipungut
saat dilakukannya pembayaran.
Pajak ini tidak dikenakan atas pembelian barang 2juta ke bawah.
Presented by: SPA – Tax Study Division Rangkuman Perpajakan 1 Presented by: SPA – Tax Study Division Rangkuman Perpajakan 1
21 Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI 22
Pajak Atas Penjualan Hasil Produksi
Atas penjualan hasil produksi industri dikenakan tarif:
a. Kertas: 0,1% x DPP PPN
b. Semen: 0,25% x DPP PPN
c. Baja: 0,3% x DPP PPN
d. Otomotif: 0,45% x DPP PPN
Pajak tersebut bersifat tidak final dan terutang dan dipungut saat terjadinya
pembayaran.
Pajak Atas Penjualan Bahan Bakar Minyak, Gas dan Pelumas
> Penghasilan atas penjualan produk ini dikenakan tarif 0,3% apabila dilakukan
oleh SPBU swastanisasi.
> Apabila dilakukan oleh SPBU Pertamina, maka dikenakan tarif 0,25% untuk
Premium, solar dan Pertamax. Sementara untuk produk bahan bakar dan pelumas
lainnya dikenakan tarif 0,3%.
> Pungutan PPh 22 ini terutang dan dipungut saat terjadinya pembayaran dan
bersifat final untuk agen namun tidak final untuk produsen.
Pajak Atas Pembelian Bahan Industri dan Ekspor dari Pedagang Pengumpul
Dikenakan Tarif 2,5% atas harga pembelian (tidak termasuk PPN) dan terutang
serta dipungut pada saat terjadinya penjualan.
Pajak Atas Impor Produk Agrikultur
Dikenakan Tarif 0,5% dari nilai impor dan terutang serta dipungut saat
diterbitkannya surat delivery order.
Pajak Atas Penjualan Barang Mewah
Atas Penjualan Pesawat (>20M), Pesiar (>10M), Rumah+Tanah (>10M atau
>500m2), Apartemen (>10M atau >400m2), dan Kendaraan Bermotor (>5M,
kapasitas 3000cc) dikenakan pajak 5% dari harga jual (tidak termasuk PPN dan
PPnBM). Pajak ini terutang dan dipungut saat terjadinya pembelian.
B. PPh 23 Mengatur Pemotongan Pajak Atas Penghasilan selain PPh 21 yang
diterima WP dalam Negeri dan BUT.
Pemotong PPh 23
1. Badan Pemerintah
2. Subjek Pajak Badan Dalam Negeri
3. Penyelenggara Kegiatan
4. BUT
5. Perwakilan Perusahaan LN lainnya
6. Orang Pribadi Tertentu
Ketentuan: Tanpa NPWP = denda 100% dari pajak terutang
Saat Terutang
PPh 23 ini terutang pada akhir bulan dilakukannya pembayaran, disediakan untuk
dibayar atau jatuh tempo pembayarannya, tergantung mana yang terlebih dahulu.
Tarif dan Objek Pajak
1. 15% dari jumlah bruto atas:
a. Dividen kecuali yang diterima WP OP yang bersifat final 10% (Pasal 4)
b. Bunga atas pinjaman terhadap badan non bank ataupun penyedia jasa kredit
lainnya. Pajak yang berlaku bersifat tidak final.
c. Royalti
d. Hadiah atau Penghargaan yang diterima selain yang telah dipotong PPh pasal
21. (Hadiah untuk Badan dan BUT). Terutang saat akhir bulan pembayaran
atau diserahkannya hadiah, tergantung mana yang lebih terdahulu.
2. 2% dari jumlah bruto atas sewa dan penghasilan lain terkait penggunaan harta
selain tanah dan bangunan. Tanah dan bangunan dikenakan pajak 10% untuk
penjualan dan 5% untuk sewa dan penggunaan.
3. 2% dari jumlah bruto imbalan jasa teknik, manajemen, konstruksi dan konsultan.
4. 2% dari jumlah bruto imbalan jasa lainnya.
Pengertian Jumlah Bruto
Jumlah Bruto ialah seluruh penghasilan yang diterima dari WP B DN dan BUT
dikurangi dengan:
-> pembayaran imbalan tenaga kerja pembantu
-> pembayaran atas pengadaan material
Presented by: SPA – Tax Study Division Rangkuman Perpajakan 1 Presented by: SPA – Tax Study Division Rangkuman Perpajakan 1
23 Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI 24
-> pembayaran kepada pihak kedua untuk diteruskan kepada pihak ketiga
-> penggantian biaya lainnya yang dibayarkan
Note: Jumlah bruto ini dikecualikan untuk jasa catering.
Chapter VI. Pajak Witholding PPh 24 dan 25
A. PPh 24 Mengatur tentang pengkreditan pajak atas penghasilan di luar negeri.
Ketentuan Umum
1. Yang boleh diperhitungkan dalam penghasilan hanyalah laba fiskal di luar negeri.
Apabila terjadi kerugian fiskal di luar negeri, maka kerugian tersebut tidak boleh
dikreditkan kepada penghasilan total.
2. Kerugian fiskal dalam negeri boleh dikreditkan kepada penghasilan total.
3. Dalam hal kredit pajak atas pajak yang telah dibayarkan di luar negeri, besarnya
tidak boleh melebihi batas kredit maksimum yang ditentukan melalui metode
prorata.
Langkah Perhitungan
1. Cari penghasilan total dengan cara menjumlahkan seluruh laba fiskal di luar
negeri pada laba/rugi fiskal di dalam negeri
2. Gunakan tarif pada pasal 17 ayat 1 untuk menentukan besarnya pajak total yang
terutang. Badan = 25% dari penghasilan netto, OP = penghasilan netto – PTKP,
kemudian dikalikan dengan Lapisan Tarif Progresif.
3. Hitung batas kredit maksimum di tiap-tiap negara dengan metode prorata.
------- Penghasilan Negara bersangkutan/Total Penghasilan x Pajak Total
4. Kredit pajak (Pasal 24) yang boleh digunakan untuk mengurangi adalah pajak
luar negeri yang telah dibayar, batas maksimum kredit pajak atau total pajak
terutang, tergantung mana yang lebih kecil.
Presented by: SPA – Tax Study Division Rangkuman Perpajakan 1 Presented by: SPA – Tax Study Division Rangkuman Perpajakan 1
25 Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI 26
B. PPh 25 Mengatur tentang angsuran pajak penghasilan yang harus dibayar
sendiri oleh wajib pajak setiap bulannya dalam tahun berjalan
berikutnya.
Cara Menghitung
> Angsuran Pajak Penghasilan Untuk WP OP Selain Pengusaha dan WP Badan
Besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 adalah sebesar Pajak Penghasilan
yang terutang dari penghasilan teratur, yang dikurangi dengan Pajak Penghasilan
yang telah dipotong atau dipungut atau Pajak Penghasilan yang telah dibayar atau
terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal
21, 22, 23 dan 24, kemudian di bagi 12 atau banyaknya bulan dalam bagian tahun
pajak.
PPh 25 = (Total Pajak Terutang – PPh 21 – PPh 22 – PPh 23 – Kredit Pasal 24)/12
> Angsuran Pajak Penghasilan Untuk WP OP Pengusaha Tertentu
Besarnya angsuran Pajak Penghasilan adalah 2% x laba pembukuan atau maksimal
0,75% x Peredaran Bruto setiap bulan masing-masing tempat usaha.
> Angsuran Pajak Penghasilan Untuk WP OP dengan Pekerjaan Bebas dan
Usaha
Perhitungan Angsuran Pajak Penghasilan dipisahkan antara angsuran Pajak
Penghasilan atas pekerjaan bebas dan angsuran Pajak Penghasilan atas usaha.
Chapter VII. Penghasilan Khusus
Bunga Bank
> Atas bunga deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat Bank Indonesia (SBI),
dikenakan tarif:
- 20% dari jumlah bruto untuk WP DN dan BUT
- 20% dari jumlah bruto atau tarif yang disepakati P3B yang berlaku
Untuk tarif diatas berlaku final.
> Tarif pajak tersebut dibebaskan untuk:
- Orang SP DN yang seluruh penghasilannya termasuk bunga bank tidak
melebihi PTKP. Dibebaskan melalui permintaan restitusi.
- Penabung kecil (< 7.500.000 secara utuh, bukan hasil dipecah-pecah)
- Bunga yang diterima bank di Indonesia (termasuk cabang bank luar negeri)
- Bunga yang diterima Dana Pensiun yang disahkan oleh MenKeu.
- Bunga bank yang dirujuk pemerintah dalam rangka pemilikan rumah
sederhana.
Hadiah Undian
Hadiah Undian dikenakan tarif 25% atas jumlah bruto nilai hadiah undian yang
bersifat final. Dipotong oleh pemberi hadiah jika dalam bentuk uang dan dipungut
oleh pemberi hadiah jika dalam bentuk natura.
Pengalihan Hak atas Tanah/Bangunan
Pengalihan hak atas tanah/bangunan dikenakan tarif pajak 5% yang berlaku final,
kecuali pengalihan hak atas rumah sederhana dan rumah susun sederhana yang
dikenakan tarif final 1%.
> Pajak penghasilan ini juga dikecualikan untuk:
- Hibah satu derajat garis lurus
- Tanah/bangunan dengan NJOP < 60.000.000
- pengalihan ke pemerintah untuk kepentingan umum
- pengalihan atas warisan, berdasarkan SKB
- pengalihan dalam rangka penggabungan atau peleburan usaha dengan nilai
buku, berdasarkan SKB
Persewaan Tanah/Bangunan
Persewaan tanah/bangunan dikenakan tarif pajak 10% yang bersifat final.
Presented by: SPA – Tax Study Division Rangkuman Perpajakan 1
27 Dilarang memperbanyak Mojakoe ini tanpa seizin SPA FEUI
Chapter VIII. Pajak Perusahaan/Usaha Menyesuaikan pendapatan bersih sebelum pajak dalam pembukuan
akuntansi ke pembukuan menurut fiskal.
Perbedaan dalam Pengakuan Pendapatan dan Beban
1. Dalam fiskal, seluruh pendapatan yang boleh dimasukkan dalam perhitungan
adalah pendapatan bruto (sebelum pemotongan pajak, jika ada) yang
sebelumnya belum dikenakan pajak penghasilan yang bersifat final. (Lihat
kembali list objek pajak non-final – Pasal 4 ayat 1)
2. Dalam fiskal, seluruh biaya yang boleh dikurangkan dalam perhitungan adalah
seluruh biaya yang termasuk dalam biaya yang dapat dikurangkan (deductible
expense). (Lihat kembali Pasal 6 ayat 1 dan 2; dan Pasal 9 ayat 1 huruf c, d, e
dan g)
3. Perbedaan metode estimasi biaya yang digunakan antara perusahaan dengan
metode yang diakui secara fiskal, contoh: amortisasi/penyusutan/depresiasi,
piutang tak tertagih, dsb.
> Berdasarkan Jenisnya, Perbedaan di Atas dapat Dibagi Menjadi Dua, yakni:
- Perbedaan Permanen: Perbedaan yang akan muncul selamanya, dikarenakan
adanya perbedaan subtantif, contoh: perbedaan nomor 1 dan 2 di atas.
- Perbedaan Temporer: Perbedaan sementara yang diakibatkan perbedaan
waktu pengakuan, contoh: perbedaan nomor 3 di atas. Secara total tidak terjadi
perbedaan namun pengakuan pendapatan/beban dalam satu periode terdapat
perbedaan.
Langkah:
1. Menentukan pendapatan yang dicantumkan sebagai objek pajak, objek pajak
witholding, objek pajak final atau bukan objek pajak.
2. Jika terdapat objek pajak final dan bukan objek pajak, maka pendapatan-
pendapatan tersebut harus dikeluarkan dari pembukuan dengan koreksi negatif.
Apabila ada pajak witholding, maka pastikan tercatat sebelum
dipotong/dipungut pajak.
3. Menentukan biaya yang dicantumkan sebagai deductible atau non-deductible
expense.
4. Jika terdapat biaya non-deductible expense, maka biaya-biaya tersebut harus
dikeluarkan dari pembukuan dengan koreksi fiskal positif.
5. Pastikan seluruh pendapatan dan biaya lain sudah tercatat dengan benar sesuai
dengan informasi tambahan yang diberikan.