ref rat

Upload: awansunset

Post on 17-Jul-2015

200 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan kami rahmat dan kesehatan sehingga kami dapat mengumpulan bahan materi untuk menyelesaikan tugas refrat ini. Referat ini disusun untuk memberikan pengetahuan dan gambaran tentang Karsinoma sel skuamosa. Walaupun kami tahu, referat ini jauh dari kesempurnaan, setidaknya referat kami in mampu memberikan sedikit pengetahuan dan gambaran kepada masyarakat tentang bahaya karsinoma sel skuamosa. Dalam proses pembuatan referat ini, kami ingin berterima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kami rahmat dan kesehatan 2. Orang tua kami yang telah mendidik dan mendukung kami 3. Dosen pembimbing kami Kami sadar, bahwa referat ini jauh dari kesempurnaan, karena itu kami harapkan kritik dan sarannya demi terciptanya referat-referat berikutnya yang terus berkembang untuk menyempurnakan referat ini. Demikianlah referat ini kami buat, apabila ada kesalahan dalam penulisan, kami mohon maaf yang sebesarnya dan sebelumnya kami mengucapkan terima kasih.

Purwokerto,14 April 2011,

Kelompok XII

BAB I PENDAHULUAN

Karsinoma sel skuamosa biasa juga disebut karsinoma bronkogenik. Karsinoma sel skuamosa memiliki cirri khas proses keratinisasi dan pembentukan bridge intraseluler, yang dengan studi sitologi memperlihatkan perubahan yang nyata dari dysplasia skuamosa ke karsinoma insitu (Amin, 2006). Etiologi karsinoma bronkogenik yang sebenarnya belum diketahui, tetapi ada tiga factor yang agaknya bertanggung jawab dalam peningkatan insidensi penyakit ini adalah merokok, bahaya industry, dan polusi udara. Dari factor-faktor tersebut, yang paling berperan penting adalah merokok, yaitu 85% dari seluruh kasus (Van Houtte dalam Wilson, 2005)

A. Data Epidemiologi

Lebih dari 90% tumor paru primer merupakan tumor ganas, dan seitar 95%tumor ganas ini termasuk karsinoma bronkogenik. Bila menyebutkan kanker paru maka yang dimaksud biasanya adalah karsinoma bronkogenik karena sebagian besar tumor ganas primer sistem pernapasan bagian bawah bersifat epithelial dan berasal dari mukosa percabangan bronkus. Meskipun pernah dianggap sebagai suatu bentuk keganasan yang jarang terjadi, insidensi kanker paru di Negara industri telah meningkat sampai tahap epidemic sejak tahun 1930. Kanker paru sekarang ini telah menjadi penyebab utama kematian akibat kanker pada laki-laki maupun perempuan. Insidensi tertinggi terjadi pada usia 55-65 tahun. Peningkatan ini diyakini berkaitan dengan makin tingginya kebiasaan merokok kretek yang sebenarnya sebagian besar dapat dihindari (Wilson, 2005) Karsinoma sel skuamosa lebih sering terjadi pada orang kulit putih dari pada orang dengan kulit berwarna dan lebih banyak dijumpai pada laki-laki

dibanding wanita. Insidensi karsinoma sel skuamosa meninggi seiring dengan bertambahnya usia (Partogi, 2008)

B. Bahaya Karsinoma Sel Skuamosa Karsinoma sel skuamosa (epidermoid) merupakan tipe histologik karsinoma bronkogenik yang paling sering ditemukan, berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk metaplasia, atau dysplasia akibat meroko jangka panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor. Karsinoma sel skuamosa biasanya terletak sentral di sekitar hilus, dan menonjol ke dalam bronki besar. Diameter tumor jarang memelampaui beberapa sentimeter dan cenderung menyebar secara langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding, dan dada mediastinum. Karsinomasel skuamosa seringkali disertai batuk dan hemoptisis akibat iritasi atau ulserasi, pneumonia, dan pembentukan abses akibat obstruksi dan infeksi sekunder. Karena tumor ini cenderung agak lamban dalam bermetastasis, maka pengobatan dini dapat memperbaiki prognosis (Wilson,2005) C. Teori baru penatalaksanaan Pengobatan untuk karsinoma sel skuamosa telah berkembang dari operasi ke radioterapi sebagai pengobatan utama. Bahkan baru-baru ini, berkembang juga pengobatan mengombinasikan radioterapi dengan kemoterapi yang bisa disebut dengan kemoradioterapi. Tentu saja kemoradioterapi ini bukan tindakan yang tanpa resiko. Tambahan manfaat yang diperoleh diimbangi dengan peningkatan efek toksik akibat pengobatan dan tentu saja biaya yang tidak sama dengan radioterapi biasa (Bonner, 2006). Reseptor faktor pertumbuhan epidermal (EGFR), anggota keluarga ErbB kinase tirosin reseptor, pada keadaan normalnya tidak diaktifkan. Akan tetapi, reseptor ini menjadi aktif pada kanker epitel, termasuk kanker epitel di leher dan kepala. Semua sel-sel yang terkena karsinoma sel skuamosa menunjukkan tingkat EGFR yang tinggi, yang menyebabkan gejala klinis yang buruk.

Radiasi meningkatkan ekspresi EGFR dan memblokade kepekaan sel EFGR terhadap efek radiasi (Bonner, 2006). Cetuximab (Erbitux, ImClone Systems), sebuah antibodi monoklonal IgG1 terhadap domain pengikatan ligan-EGFR, meningkatkan efek sitotoksik radiasi dalam sel skuamosa carcinoma. Dalam sebuah penelitian awal radioterapi ditambah cetuximab pada pasien dengan karsinoma sel skuamosa, rejimen ditahan dengan baik, dan semua pasien dinilai mengalami regresi tumor secara menyeluruh ataupun sebagian. Cetuximab sebagai agen tunggal atau dikombinasikan dengan cisplatin juga dikaitkan dengan angka regresi tumor secara signifikan pada pasien dengan platinum-refractory head and neck cancer (Bonner, 2006).

BAB II ISI

A. Tanda dan Gejala Klinis

Karsinoma sel skuamosa biasanya timbul pada kulit yang terpapar sinar matahari, tetapi bisa juga tumbuh di kulit manapun atau di tempat-tempat tertentu (misalnya lidah atau selaput mulut). Kanker ini bisa tumbuh pada kulit normal maupun pada kulit yang rusak akibat pemaparan sinar matahari (keratosis aktinik) (AKIP,2010).

Karsinoma sel skuamosa berawal sebagai daerah kemerahan yang bersisik dengan permukaan berkeropeng yang tidak kunjung sembuh. Kemudian tumor akan tumbuh menonjol, kadang permukaannya menyerupai kutil. Pada akhirnya kanker menjadi sebuah luka terbuka dan tumbuh ke dalam jaringan di bawahnya (AKIP,2010).

Kebanyakan karsinoma sel skuamosa hanya mempengaruhi daerah di sekitarnya, yaitu menembus ke dalam jaringan di sekitarnya. Tetapi kadang terjadi penyebaran ke tempat yang jauh (metastase), yang bisa berakibat fatal (AKIP, 2010). B. Penegakkan Diagnosis Penegakan diagnosis memerlukan ketrampilan dan sarana yang tidak sederhana. Metode tunggal untuk memastikan penyakit karsinoma sel skuamosa yaitu dokter akan melakukan pemeriksaan klinis dan histopatologis dengan mengambil sample bagian kulit yang di anggap sebagai jaringan kanker (biopsy) untuk diteliti dibawah mikroskop. Jika terdapat gambaran karsinoma sel skuamosa maka diagnosis dapat ditegakkan dan kemudian dapat diambil tindakan atau terapi selanjutnya yang dibutuhkan oleh pasien.

C. Pemeriksaan Penunjang 1. Radiologi: X-foto toraks, X-foto tulang di daerah lesi, dan CTScan/ MRI atas indikasi 2. Biopsi untuk pemeriksaan histopatologi: - Lesi 2 cm dilakukan biopsi insisional Dari pemeriksaan histopatologis kemudian akan diperiksa di dalam mikroskop untuk dipastikan apakah ada gambaran karsinoma sel skuamosa, jika memang ada gambaran karsinoma tersebut maka diagnosis dapat ditegakkan. D. Rencana Terapi 1. Perawatan Prinsip utama perawatan kanker yaitu untuk mengobati pasien. Pilihan perawatan berdasarkan pada tipe sel dan tingkat diferensiasi, tempat dan ukuran lesi primer, status limfonodus, ada tidaknya keterlibatan tulang, kemampuan untuk mendapatkan tepi pembedahan yang adekuat, ada tidaknya metastase, kemampuan untuk memelihara fungsi orofaring, termasuk fungsi bicara, pengunyahan dan estetis, status medis dan mental pasien, ketersediaan bantuan terapi keseluruhan, perkiraan yang seksama mengenai kemungkinan komplikasi dari masing-masing terapi,

pengalaman dokter bedah dan radioterapis, pilihan pribadi dan kerjasama pasien. Jika Universitas Sumatera Utaralesi tidak sembuh dengan terapi inisial, pilihan untuk perawatan menjadi terbatas, dan kemungkinan untuk sembuh menjadi berkurang.

2. Pembedahan Dalam pemilihan perawatan bedah, perlu diketahui indikasi serta tujuan penanganan terhadap KSS. Adapun indikasi pembedahan antara lain 1. Tumor yang telah melibatkan tulang 2. Efek samping pembedahan diharapkan lebih kecil daripada radiasi

3. Tumor yang kurang sensitif terhadap radiasi 4. Tumor rekuren pada daerah yang sebelumnya telah menerima terapi radiasi. 5. Pada kasus paliatif untuk mengurangi ukuran tumor Pada beberapa kasus dengan keterlibatan tulang alveolar yang minimal, mandibulektomi parsial dapat membiarkan terpeliharanya kontinuitas mandibula. Diseksi leher dapat digunakan pada sisa perawatan kanker yang rekuren di leher. Eksisi lesi displastik dan malignan dapat disempurnakan dengan terapi laser. Terapi laser untuk lesi ini ditolerir dengan baik dan biasanya menurunkan waktu perawatan di rumah sakit tetapi memiliki kekurangan yaitu terbatasnya perkiraan mengenai tepi pembedahan untuk konfirmasi secara histopatologis. Manajemen lanjutan pembedahan meliputi pendekatan baru pembedahan dan pembedahan baru untuk rekonstruksi, seperti vaskularisasi flap, rekonstruksi mikrovaskular bebas dan anastomose neurologis dari cangkokan bebas. Rekonstruksi dengan menggunakan implan ossenintegrasi bertujuan untuk memberikan prostesis yang stabil dan estetis.

3. Radioterapi KSS biasanya radiosensitif, dan mempunyai lesi awal dengan tingkat kesembuhan yang tinggi. Pada umumnya, tumor yang lebih berdiferensiasi maka mempunyai kecepatan daya respon yang lebih kecil terhadap radioterapi. Tumor eksofitik dan yang teroksigenasi dengan baik lebih radiosensitif, sedangkan tumor besar yang invasif dengan fraksi pertumbuhan yang kecil memunyai respon yang lebih sedikit. KSS yang dibatasi oleh mukosa mempunyai daya sembuh lebih tinggi dengan radioterapi, akan tetapi penyebaran tumor sampai ke tulang mengurangi kemungkinan penyembuhan dengan radioterapi. Metastase servikal yang kecil dapat dikendalikan hanya dengan radioterapi saja, walaupun keterlibatan servikal nodus yang lebih lanjut lebih baik diatasi dengan terapi kombinasi.Untuk mendapatkan efek terapetik, radioterapi diberikan dengan pembagian harian. Hiperfraksionasi radiasi (biasanya dosis dua

kali sehari) digunakan secara luas untuk mengurangi komplikasi kronik yang timbul walaupun komplikasi akut lebih parah. Efek biologis radioterapi tergantung pada jumlah dosis yang diberikan perhari, total waktu perawatan, dan dosis total. Radioterapi mempunyai keuntungan dalam perawatan karsinoma in situ karena mencegah pembuangan jaringan, dan dapat digunakan sebagai pilihan perawatan pada tumor T1 dan T2. Radiasi dapat diberikan pada lesi yang terlokalisasi dengan menggunakan teknik implant (brakiterapi) atau pada regio kepala dan leher Universitas Sumatera Utaradengan menggunakan eksternal beam radiation. Terapi external beam dapat

memberikan cara tertentu untuk melindungi jaringan normal yang berbatasan dengan tumor yang tidak terlibat. Inovasi pada radioterapi meliputi IMRT, menggunakan pancaran radiasi dengan berbagai intensitas, yang memberikan kemampuan untuk menyesuaikan dengan dosis yang diresepkan terhadap bentuk dan jaringan target dalam tiga dimensi, mengurangi dosis untuk jaringan normal sekitarnya. IMRT idealnya cocok untuk malignansi pada kepala dan leher yang dekat dengan struktur yang penting seperti batang otak, chiasm optik, dan kelenjar ludah.Concurrent Chemotherapy and Radiotherapy (CCRT) dan IMRT menjadi standard perawatan pada KSS. CCRT meningkatkan laju penyembuhan tetapi dihubungkan dengan peningkatan toksisitas yang menyertainya.

4. Kemoterapi Kemoterapi digunakan sebagai terapi awal sebelum dilakukan terapi lokal,bersama dengan radioterapi (CCRT), dan kemoterapi pembantu setelah perawatan lokal. Tujuan kemoterapi yakni untuk mengurangi tumor awal dan memberikan perawatan dini pada mikrometastaste. Efek toksik kemoterapi meliputi mukositis, nausea, muntah, dan penekanan sumsum tulang. Obat-obatan utama kemoterapi itu sendiri maupun untuk terapi kombinasi yaitu antara lain methotrexate, bleomycin, Tasol dan turunannya, turunan platinum (cisplatin dan carboplatin), dan 5fluorouracil. Protokol kemoterapi dan radioterapi yang dilakukan

bersamaan, saat ini telah menjadi standard sebagai perawatan pada stadium tiga dan empat dengan prognosis yang buruk apabila dirawat dengan pembedahan.

5. Kombinasi Pembedahan dan Radioterapi Keuntungan radioterapi seperti potensi untuk membasmi sel-sel tumor yang teroksiogenasi dengan baik pada perifer tumor dan untuk mengatur penyakit regional subklinis. Pembedahan lebih ditekankan pada

pengaturan masa tumor yang berproses secara relatif pada sel-sel hipoksik yang radio-resisten dan tumor yang melibatkan tulang. Terapi kombinasi dapat menghasilkan keselamatan yang baik pada kasuskasus tumor tingkat lanjut dan pada tumor yang menunjukkan tingkah laku biologis yang agresif. Keuntungan dari radioterapi preoperatif yaitu destruksi sel-sel tumor perifer, potensi pengendalian penyakit subklinis, dan kemungkinan mengubah lesi yang tidak dapat dioperasi menjadi dapat dioperasi. Kerugiannya meliputi, penundaan pembedahan dan penundaan

penyembuhan pasca

operasi. Kemoradioterapi pasca operasi dapat

digunakan untuk merawat sel-sel yang tersisa pada pembedahan dan untuk mengendalikan penyakit subklinis.

6. Terapi Gen Terapi gen didefenisikan sebagai transfer gen untuk tujuan mengobati penyakit pada manusia, meliputi transfer materi genetik yang baru sebagai manipulasi materi genetik yang ada. Hal ini bermanfaat khususnya untuk sel-sel kanker, yang didominasi onkogen yang teraktivasi. Pengunaan terapi gen pada perawatan kanker yakni untuk merawat penyakit yang rekuren dan terapi pembantu, misalnya pada pembedahan. Berdasarkan pada persyaratannya yakni injeksi secara langsung, KSS merupakan target yang cocok karena kebanyakan lesi primer ataupun yang rekuren dapat dicapai dengan injeksi. Ada beberapa strategi umum yang digunakan pada terapi gen untuk merawat KSS, yaitu: 1. penambahan gen supresor tumor (terapi gen tambahan)

2. penghilangan gen tumor yag tidak sempurna (terapi gen eksisi) 3. penurunan regulasi gen yang terlihat yang menstimulasi pertumbuhan tumor (RNA antisense)

4. perbaikan penjagaan imun (imunoterapi) 5. aktivasi obat-obatan yang mempunyai efek kemoterapetik (terapi gen suicide) 6. pengenalan virus yang menghancurkan sel-sel tumor sebagai bagian dari siklus replikasi 7. pengiriman gen-gen yang resisten terhadap obat ke jaringan normal sebagai perlindungan dari kemoterapi 8. pengenalan gen yang menghambat angiogenesis tumor

E. Prognosis Kanker yang berlokasi di daerah bibir bawah mempunyai prognosis yang baik, sebab mudah terlihat dan dapat dikenali pada tahap awal. Kebalikannya kanker yang sulit dilihat secara klinis dan sulit dalam pemeriksaan langsung atau mempunyai gejala yang lambat mempunyai prognosis yang kurang baik. Contohnya kanker yang berada pada dasar lidah atau dinding tonsil. Terjadi maupun tidak terjadinya metastase, derajat diferensiasi, dan tingkatan diferensiasi menentukan prognosis dari kanker mulut. Kanker yang berlokasi pada dasar mulut atau palatum lunak sering bermetastase secara bilateral di daerah leher dan lebih sulit dalam perawatannya dibandingkan dengan kanker yang berlokasi di depan dasar mulut, yang cenderung hanya bermetastase secara unilateral di daerah leher. Karsinoma sel skuamosa pada bibir bawah mempunyai prognosis yang paling baik dari seluruh kanker yang ada di dalam rongga mulut. Karsinoma yang berada dipermukaan samping dari lidah mempunyai prognosis yang lebih baik dari pada yang berlokasi pada permukaan belakang lidah. Pada intinya prognosis penderita karsinoma rongga mulut tergantung dari beberapa faktor, yaitu ukuran kanker, daerah/lokasi dari kanker primer, ada/tidaknya keterlibatan jaringan limfa, ada/tidaknya metastase jauh dari kanker primer ( Asnul, 2010).

F. Komplikasi 1. Metastasis Kanker Paru Jenis Karsinoma Bukan Sel Kecil (KPKBSK) 1. Karsinoma paru non sel kecil : a. Karsinoma sel skuamosa b. Adenokarsinoma c. Karsinoma sel besar Metastasis Karsinoma non sel kecil :1.Staging/Tingkat

I A/B

Satu tumor ukuran kurang atau lebih dari 3 cm pada satu lobus paru2.Staging/Tingkat

II A/B

Satu tumor dalam lobus paru melekat ke dinding dada atau menyebar ke kelenjar getah bening di dalam paru yang sama

3.Staging/Tingkat

III A

Tumor yang menyebar ke kelenjar getah bening didalam area trakeal memasuki dinding dada dan diaphragm

4.Staging/Tingkat

III B

Tumor yang menyebar ke nodes getah bening pada lawan paru, atau di dalam leher.5.Staging/Tingkat

IV

Tumor yang menyebar kebagian lain paru atau organ lain di luar paru.

Dalam sebuah jurnal disebutkan, bahwa pernah terjadi metastasis karsiboma sel skuamosa pada paru, yang telah bermetastasis ke os. Humerus sinistra pada seorang anak berumur 13 tahun di Inggris. Dilaporkan, bahwa

kasus karsinoma sel skuamosa pada paru yang diderita oleh anak ini sangatlah jarang. Karsinoma sel skuamosa sendiri paling sering terjadi pada pasien yang berusia di antara 40 tahun hingga 70 tahun, hanya 2% saja yang menderita karsinoma sel skuamosa beserta metastasis yang berumur di bawah 40 tahun (Wang et al, 2008).

2. Komplikasi radioterapi Komplikasi radioterapi dapat berupa : 1. Komplikasi dini Biasanya terjadi selama atau beberapa minggu setelah radioterapi, seperti: a. Xerostomia - Mual-muntah b. Mukositis - Anoreksi c. Dermatitis d. Eritema 2. Komplikasi lanjut Biasanya terjadi setelah 1 tahun pemberian radioterapi, seperti : a. Kontraktur b. Gangguan pertumbuhan

BAB III PEMBAHASAN

A. Teori Baru Penatalaksanaan Karsinoma Sel Skuamosa

Penggunaan cetuximab, sebuah antibodi monoklonal menargetkan reseptor faktor pertumbuhan epidermal (EGFR), memiliki potensi untuk meningkatkan kelangsungan hidup pada pasien dengan kanker paru non-sel-kecil. Oleh karena itu kami bandingkan kemoterapi ditambah cetuximab dengan kemoterapi saja pada pasien dengan kanker non-sel-kecil canggih EGFRpositif paru-paru (Pirker, 2009). Dalam, multinasional multicentre, label terbuka, fase III percobaan, kemoterapi-naif pasien ( 18 tahun) dengan maju EGFR-mengekspresikan histologi atau sitologi stadium IIIB terbukti basah atau tahap IV non-kecil-sel kanker paru-paru secara acak ditugaskan di rasio 1:1 untuk kemoterapi ditambah cetuximab atau hanya kemoterapi saja. Kemoterapi cisplatin 80 mg / m infus pada hari 1, dan vinorelbine 25 mg / m infus pada hari 1 dan 8 dari setiap siklus 3-minggu) sampai dengan enam siklus. Cetuximab pada dosis awal 400 mg / m infus selama 2 jam pada 1 hari, dan dari hari ke 8 dan seterusnya pada 250 mg / m selama 1 jam per minggu-dilanjutkan setelah akhir kemoterapi sampai perkembangan penyakit atau keracunan yang tidak dapat diterima telah terjadi. Titik akhir primer adalah kelangsungan hidup secara keseluruhan.

Temuan Antara Oktober, 2004, dan Januari, 2006, 1125 pasien secara acak ditugaskan untuk kemoterapi ditambah cetuximab (n = 557) atau kemoterapi saja (n = 568). Pasien kemoterapi diberikan ditambah cetuximab bertahan lebih lama dibandingkan dengan kelompok kemoterapi-saja (median 11,3 bulan vs 10,1 bulan; bahaya rasio kematian 0,871 [95% CI 0,762 -0 996]; p = 0 044). Acara yang merugikan utama cetuximab-terkait seperti ruam jerawat (57 [10%] dari 548, 3 grade). Penambahan cetuximab terhadap kemoterapi berbasis

platinum merupakan pilihan pengobatan baru bagi pasien dengan kanker paru non-sel-kecil (Pirker, 2009). Sebagai kesimpulan, cetuximab ditambahkan ke berbasis platinum kemoterapi dapat dianggap sebagai garis standar baru-fi rst pengobatan pilihan bagi pasien dengan EGFR-mengekspresikan maju non-kecil-sel kanker paruparu. Cetuximab juga memberikan peluang baru bagi penelitian klinis ke pengobatan kanker paru non-sel-kecil di tahap-tahap sebelumnya (Pirker, 2009).

B. Kelebihan dan Kekurangan Teori Baru Penatalaksanaan terbaru dari karsinoma sel skuamosa, yaitu penggunaan cetuximab ditambah dengan kemoterapi yang telah dibahas di atas memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, diantaranya : Kelebihan Kombinasi cetuximab dan Kekurangan Akan memiliki efek samping yang bertentangan bila digunakan dengan terapi anti-kanker lain, dianggap kombinasi terapi ini dapat

kemoterapi memiliki hasil yang lebih baik, daripada terapi hanya dengan kemoterapi

menimbulkan efek toksisitas apabila digunakan dengan terapi anti-kanker lain Penerapan terapi kombinasi ini Efek samping yang muncul antara lain, munculnya acne-like atau

dianggap lebih baik efeknya pada perempuan daripada laki-laki Efek samping yang ditimbulkan tidak terlalu berbahaya dan hamper jarang muncul

gambaran seperti jerawat pada kulit. Timbul diare ringan pada beberapa pasien. Timbulnya neutropenia pada

beberapa pasien.

Dari kelebihan dan kekurangan di atas, dapat disimpulkan bahwa, terapi kombinasi ini cukup efektif dalam mengobati karsinoma sel skuamosa

dibanding dengan kemoterapi yang dilakukan sendirian. Efek samping berupa munculnya acne-like, diare serta neutropenia sudah diprediksi sebelumnya oleh peneliti, hanya efek samping yang menimbulkan toksisitas pada terapi yang bersamaan dengan anti-kanker lain saja yang di luar perkiraan (Pirker, 2009). C. Harapan Penatalaksanaan Karsinoma Sel Skuamosa

BAB IV KESIMPULAN

1. Karsinoma sel skuamosa adalah proses keratinisasi dan pembentukan bridge intraseluler, yang dengan studi sitologi memperlihatkan perubahan yang nyata dari dysplasia skuamosa ke karsinoma insitu.] 2. Karsinoma sel skuamosa masih memiliki etiologi yang belum jelas, namun diduga factor merokok, polusi udara dan terpapar polusi dari industry cukup bertanggungjawab dengan munculnya karsinoma ini. 3. Gejala dari karsinoma sel skuamosa tidak terlalu spesifik, hanya muncul kemerahan pada kulit yang nantinya dapat menjadi tumor dan bermetastasis, apabila di organ dalam seperti paru dapat juga bermetastasis ke lain tempat. 4. Penegakkan diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan histopatologi dengan mengambil sampel yang diduga terkena karsinoma sel skuamosa kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Selain itu, pemeriksaan penunjang seperti foto rontgen dapat membantu penegakkan diagnosis. 5. Rencana terapi yang diajukan berupa, perawatan,pembedahan ,radioterapi,kemoterapi,kombinasi pembedahan dan radioterapi, dan terapi gen. 6. Komplikasi dapat berupa metastasis ke bagian lain. 7. Teori penatalaksanaan baru pada karsinoma sel skuamosa yaitu, kombinasi pemberian cetuximab dan kemoterapi.