referat mioma uterii

14
MIOMA UTERI Definisi Secara umum, uterus mempunyai 3 lapisan jaringan iaitu lapisan terluar perimetrium, lapisan tengah miometrium dan yang paling dalam adalah endometrium (Tortora dan Derrickson, 2006). Miometrium adalah yang paling tebal dan merupakan otot polos berlapis tiga; yang sebelah luar longitudinal, yang sebelah dalam sirkuler, dan antara kedua lapisan ini beranyaman. (Prawirohardjo, 2007). Mioma uteri adalah Neoplasma jinak berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya (Saifuddin, 1999). Neoplasma jinak ini mempunyai banyak nama sehingga dalam kepustakaan dikenal juga istilah fibromioma, leiomioma, fibroid atau pun mioma uteri (Prawirohardjo, 2007).Mioma uteri biasanya berbentuk bulat, berbatas tegas, warna putih hingga merah jambu pucat, bersifat jinak dan terdiri dari otot polos dengan kuantiti jaringan penghubung fibrosa yang berbeda-beda. Sebanyak 95% mioma uteri berasal dari corpus uteri dan 5% berasal dari serviks. Kejadian mioma uteri sukar ditetapkan karena tidak semua mioma uteri menimbulkan keluhan dan memerlukan tindakan operasi,sebagian penderita mioma uteri tidak memberikan keluhan apapun dan ditemukan secara kebetulan saat pemeriksaan. Mioma uteri sering ditemukan pada masa reproduksi karena adanya rangsangan estrogen. Dengan demikian mioma uteri tidak dijumpai sebelum datang haid( menarch) dan akan mengalami

Upload: zharavida

Post on 26-Sep-2015

215 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

mioma uteri

TRANSCRIPT

MIOMA UTERI

Definisi

Secara umum, uterus mempunyai 3 lapisan jaringan iaitu lapisan terluar perimetrium, lapisan tengah miometrium dan yang paling dalam adalah endometrium (Tortora dan Derrickson, 2006). Miometrium adalah yang paling tebal dan merupakan otot polos berlapis tiga; yang sebelah luar longitudinal, yang sebelah dalam sirkuler, dan antara kedua lapisan ini beranyaman. (Prawirohardjo, 2007). Mioma uteri adalah Neoplasma jinak berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya (Saifuddin, 1999). Neoplasma jinak ini mempunyai banyak nama sehingga dalam kepustakaan dikenal juga istilah fibromioma, leiomioma, fibroid atau pun mioma uteri (Prawirohardjo, 2007).Mioma uteri biasanya berbentuk bulat, berbatas tegas, warna putih hingga merah jambu pucat, bersifat jinak dan terdiri dari otot polos dengan kuantiti jaringan penghubung fibrosa yang berbeda-beda. Sebanyak 95% mioma uteri berasal dari corpus uteri dan 5% berasal dari serviks. Kejadian mioma uteri sukar ditetapkan karena tidak semua mioma uteri menimbulkan keluhan dan memerlukan tindakan operasi, sebagian penderita mioma uteri tidak memberikan keluhan apapun dan ditemukan secara kebetulan saat pemeriksaan.

Mioma uteri sering ditemukan pada masa reproduksi karena adanya rangsangan estrogen. Dengan demikian mioma uteri tidak dijumpai sebelum datang haid( menarch) dan akan mengalami pengecilan setelah mati haid ( menapouse). Bila pada masa menopause tumor yang berasal dari mioma uteri tetap membesar atau bertambah besar, kenungkinan degradasi ganas menjadi sarcoma uteri. Bila dijumpai pembesaran abdomen sebelum menarch, hal ini berarti bukan mioma uteri tetapi kista ovarium

Epidemiologi

Spesimen histerektomi wanita premenopause dengan mioma uteri adalah rata-rata 7,6 sedangkan wanita postmenopause adalah 4,2 (Parker, 2007). Random sampling wanita berusia 35-49 tahun yang menjalani pemeriksaan rutin, hasil rekam medis dan pemeriksaan sonografi didapatkan pada usia 35 tahun insidensi terjadinya mioma uteri sebanyak 60% untuk wanita Afrika-Amerika; insidensi ini meningkat sehingga 80% pada usia 50 tahun. Wanita caucasia mempunyai insidensi setinggi 40% pada usia 35 tahun dan meningkat sehingga 70% pada usia 50 tahun (Parker, 2007).

Dari penelitian dilakukan oleh Ran Ok et-al di Pusan St. Benedict Hospital Korea yang dilakukan terhadap 815 kasus mioma uteri diketahui bahwa kasus mioma uteri tebanyak terjadi pada kelompok usia 40-49 tahun dengan usia rata-rata 42,97 tahun. Keluhan utama terbanyak pada penderita mioma uteri adalah perdarahan pervaginam abnormal (44,1%). Mioma uteri tipe intramural adalah yang terbanyak dari tipe mioma uteri secara patologi anatomi (51,3%). Kadar haemoglobin (Hb) rata-rata penderita mioma uteri adalah 10,92 gr% dan 37,6% diantaranya dilakukan transfusi darah. Histerektomi total ditemukan sebagai tindakan penatalaksanaan terbanyak pada kasus mioma uteri (91,5%) (Ran Ok et-al, 2007 yang dikutip Muzakir, 2008).

Etiopatogenesis

Penyebab utama mioma uteri belum diketahui secara pasti tetapi penyelidikan telah dijalankan untuk memahami keterlibatan faktor hormonal, faktor genetik, growth factor, dan biologi molekular (Parker, 2007). Faktor yang diduga berperan untuk inisiasi terjadinya perubahan genetik pada mioma uteri adalah abnormalitas intrinsik pada miometrium, peningkatan reseptor estrogen secara kongenital pada miometrium, perubahan hormonal, atau respon kepada kecederaan iskemik ketika haid. Setelah terjadinya mioma uteri, perubahan-perubahan genetik ini akan dipengaruhi oleh promoter (hormon) dan efektor (growth factors) (Parker, 2007)

Bagi Meyer dan De Snoo, mereka mengajukan teori Cell nest atau teori genitoblast. Percobaan Lipschutz yang memberikan estrogen pada kelinci percobaan ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat progesteron atau testosteron.Puukka dkk menyatakan bahwa reseptor estrogen pada mioma lebih banyak didapati daripada miometrium normal. Menurut Meyer asal mioma adalah sel imatur, bukan dari selaput otot yang matur (Prawirohardjo, 2007).

Dari penelitian menggunakan glucose-6-phosphatase dihydrogenase diketahui bahwa mioma berasal dari jaringan uniseluler. Transformasi neoplastik dari miometrium menjadi mioma melibatkan mutasi somatik dari miometrium normal dan interaksi kompleks dari hormon steroid seks dan growth factor lokal. Mutasi somatik ini merupakan peristiwa awal dalam proses pertumbuhan tumor (Hadibroto, 2005).

Tidak dapat dibuktikan bahwa hormon estrogen berperan sebagai penyebab mioma, namun diketahui estrogen berpengaruh dalam pertumbuhan mioma. Mioma terdiri dari reseptor estrogen dengan konsentrasi yang lebih tinggi dibanding dari miometrium sekitarnya namun konsentrasinya lebih rendah dibanding endometrium. Hormon progesteron meningkatkan aktifitas mitotik dari mioma pada wanita muda namun mekanisme dan faktor pertumbuhan yang terlibat tidak diketahui secara pasti. Progesteron memungkinkan pembesaran tumor dengan cara down-regulation apoptosis dari tumor. Estrogen berperan dalam pembesaran tumor dengan meningkatkan produksi matriks ekstraseluler (Hadibroto, 2005)

Faktor Risiko

1. Usia penderita

Mioma uteri merupakan tumor pelvis yang terbanyak pada organ reproduksi wanita. Jarang sekali ditemukan pada wanita berumur 20 tahun dan belum pernah (dilaporkan) terjadi sebelum menarche, paling banyak ditemukan pada wanita berumur 35-45 tahun (proporsi 25%). Setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma masih tumbuh. Proporsi mioma uteri pada masa reproduksi 20-25%. Penelitian Nishizawa di Jepang (2008) menemukan insidens rates mioma uteri lebih tinggi pada wanita subur yaitu 104 per seribu wanita belum menopause dan 12 per seribu wanitan menopause (P