referat papiloma laring
DESCRIPTION
THT-KLTRANSCRIPT
PAPILOMA LARING
I. Definisi
Papiloma laring adalah suatu tumor jinak pada laring yang berasal dari
jaringan epitel skuamosa, sering dijumpai pada anak-anak, dan seringkali
menimbulkan sumbatan jalan nafas yang dapat mengakibatkan kematian.
Papilloma laring merupakan tumor jinak laring yang paling banyak dijumpai.
Papilloma tampak sebagai kutil yang berbentuk soliter atau multipel pada pita
suara, tetapi dapat juga terletak di supraglotis dan kadang-kadang di infraglotis.1,2
Papiloma merupakan jenis tumor yang berkembang dengan cepat dan
mempunyai kemampuan untuk tumbuh kembali setelah pengangkatan dan meluas
kejaringan sekitarnya. Tumor ini dapat menyebar ke rongga mulut, hidung, trakea
dan paru.1
II. Etiologi
Etiologi papiloma laring belum diketahui dengan pasti. Diduga penyebab
papilloma laring berupa “Human Papilloma Virus” (HPV) tipe 6,11 dan
menginfeksi sel-sel epithel. Diperkirakan penyebaran penyakit ini adalah pada
saat lahir dari ibu yang terkena “genital warts”. Pada mukosa sel normal yang
berdekatan dengan papilloma, juga mengandung DNA virus yang bisa teraktifasi
menjadi lesi rekuren. Papilloma pada anak lebih sering multipel dan kambuh
daripada dewasa. Sedangkan papilloma pada dewasa biasanya tunggal tetapi
cenderung berubah menjadi ganas dengan dijumpai subtipe yang spesifik yaitu
HPV 16. Pada pasien dengan papilloma laring, mukosa normalnya terdapat HPV
pada 20% kasus, sebaliknya pada mukosa jalan nafas yang normal ditemukan
HPV pada 4% kasus.2
Teori lainnya yang dikemukakan adalah teori faktor hormonal dan beberapa
faktor penyebab papiloma laring yaitu sosial ekonomi rendah dan hygene yang
buruk. Infeksi saluran nafas kronik dan kelainan imunologis. Papiloma laring
dapat tergantung pada hormon, dimana akan beregresi saat hamil atau pada
pubertas, jika menetap hingga dewasa, cenderung kurang agresif dan lebih lambat
kambuh. Perubahan menjadi ganas tanpa radiasi adalah jarang dan biasanya
terjadi pada pasien tua dengan riwayat merokok dan papiloma yang lama.3
1
III. Klasifikasi
Berdasarkan waktu terjadinya, papiloma laring terbagi dua:
1) Papiloma laring tipe juvenilis Papiloma laring tipe juvenilis biasanya
berupa lesi multipel dan mudah kambuh sehingga membutuhkan eksisi
yang berulang. Namun, papiloma tipe ini dapat regresi secara spontan pada
usia pubertas. Pada anak yang menderita papilomatosis laring di bawah
usia 3 tahun, memiliki risiko sebesar 3,6 kali untuk dioperasi lebih dari 4
kali tiap tahun.3
2) Papiloma laring tipe senilis Papiloma laring tipe senilis biasanya berupa
lesi tunggal dengan tingkat rekurensi rendah dan kurang bersifat agresif,
tetapi memiliki risiko pre kanker yang tinggi.3
IV. Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang timbul tergantung pada letak dan besarnya tumor. Gejala
yang paling sering dijumpai adalah perubahan suara. Suara serak merupakan
gejala dini dan keluhan yang paling sering dikemukakan apabila tumor tersebut
terletak di pita suara. Papilloma laring dapat membesar, Kadang-kadang dapat
mengakibatkan sumbatan jalan nafas yang mengakibatkan stridor dan sesak.
Timbulnya sesak merupakan suatu tanda bahwa telah terjadi sumbatan jalan nafas
bagian atas dan biasanya diperlukan tindakan trakeostomi.1
Sumbatan pada saluran nafas dapat dibagi menjadi 4 bagian menurut kriteria
jakson yaitu:
1. Jakson I ditandai dengan sesak, stridor (ngorok) inspirasi ringan,
penarikan pada sela iga
2. Jakson II sesuai dengan gejala jakson I tetapi diperberat dengan retraksi
supra dan infra klavikula, sianosis ringan dan pasien tampak gelisah.
3. Jakson III sesuai dengan gejala jakson II ditambah dengan retraksi
interkostal, epigastrium dan sianosis lebih berat
4. Jakson IV, sesuai dengan gejala jakson III ditambah dengan wajah yang
tegang dan terkadang gagal napas.1
2
V. Histopatologi
Gambaran makroskopis papiloma laring terlihat sebagai massa multinodular
yang tumbuh ekso-fitik, seperti kembang kol, berwarna abu-abu atau kemerahan
dan mudah berdarah.
Gambar 1. Gambaran massa multinodular yang tumbuh eksofitik pada
papilomatosis laring4
Gambaran Mikroskopis papiloma laring tampak sebagai gambaran jaringan
yang berbentuk papil dengan jaringan ikat fibrovaskular dan epitel skuamosa
hiperplastik yang mengalami parakeratosis, akantosis dan koilositosis.4
Gambar 2. Proyeksi laring multipel pada papiloma laring4
Adanya sel-sel yang atipik merupakan petanda suatu keganasan seperti
karsinoma in situ atau karsinoma sel skuamosa invasif. Namun, untuk karsinoma
stadium awal sulit dibedakan secara histologis dengan papiloma laring.4
Dikenal ada dua bentuk papilloma yang dikenal secara klinik pada laring,
yaitu "Juvenile type" yang biasanya multipel dan "Adult type" yang biasanya
tunggal. Secara histologi keduanya sulit dibedakan. Papilloma menunjukkan
3
cabang-cabang fibrovaskular yang ditutupi oleh lapisan "well - differentiated
stratified squamous epithelium" yang tebal yang sering parakeratotik pada
permukaannya. Mitosis dan focal keratosis sering dijumpai.8 “Squamous
metaplasia”, “dysplasia” atau “squamous cell carcinoma” merupakan tanda -
tanda akan adanya keganasan.4
VI. Patofisiologi
Papiloma laring disebabkan oleh infeksi HPV, terutama HPV tipe 6 dan 11.
Tipe HPV lainnya yang berhubungan dengan papiloma laring meliputi tipe 16, 18,
31 dan 33. Namun, HPV juga ditemukan pada mukosa laring normal. Prevalensi
HPV yang dideteksi pada mukosa laring normal adalah sebesar 25%.6
Human papilloma virus merupakan virus DNA, tidak berkapsul dengan
kapsid ikosehedral dan DNA double-stranded. Di dalam sel yang terinfeksi, DNA
HPV mengalami replikasi, transkipsi dan translasi menjadi protein virus. Protein
ini akan membentuk virion HPV baru yang dapat menginfeksi sel lainnya. Sel
yang terinfeksi HPV akan mengalami proliferasi pada lapisan basal.5
Respon imun tubuh berperan dalam pathogenesis terbentuknya lesi HPV.
Pada papiloma laring, nuclear factor-kappa beta (NF-кβ) merupakan mediator
utama yang terlibat dalam regulasi respon imun selular (Th1) dan humoral (Th2).
Respon imun selular merupakan faktor yang paling penting dalam pertahanan
tubuh terhadap infeksi HPV. Malfungsi respon imun selular menyebabkan
papiloma laring, sebaliknya defek imunitas humoral tidak berhubungan dengan
penyakit ini. Rekurensi tumor dapat terjadi akibat DNA HPV yang menetap pada
mukosa normal.5
4
Gambar 3. Proses infeksi HPV pada Laring4
VII.Diagnosis
Diagnosis papiloma laring ditegakkan berdasarkan:
1) Anamnesis. Adanya suara parau sampai afonia. Suara serak merupakan
gejala yang paling sering dikeluhkan. Pada papilloma yang besar bisa
terjadi stridor sampai sesak nafas.7
2) Pemeriksaan fisik. Pemeriksaan THT lengkap, meliputi laringoskopi
indirek dengan kaca laring, laringoskopi direct, kaku dan serat optik.
Pada Laringoskopi indirek dan direk, secara makroskopik dapat
terlihat papiloma laring berupa lesi eksofitik, seperti kembang kol,
berwarna abu-abu atau kemerahan dan mudah berdarah. Tipe lesi ini
bersifat agresif dan mudah kambuh, tetapi dapat hilang sama sekali
secara spontan, letak dapat diadaerah glottis, sub ataupun supraglotis.7
Gambar 4. Papilloma pada pita suara sebelah kiri7
Gambar 5. Bilateral papilloma7
5
Pada anak-anak dapat dipertimbangkan pemakaian “flexible fibreoptic
nasopharyngoscopy”.
3) Biopsi dan pemeriksaan histopatologi. Papilloma menunjukkan
cabang-cabang fibrovaskular yang ditutupi oleh lapisan "well-
differentiated stratified squamous epithelium" yang tebal yang sering
parakeratotik pada permukaannya. Mitosis dan focal keratosis sering
dijumpai. “Squamous metaplasia”, “dysplasia” atau “squamous cell
carcinoma” merupakan tanda - tanda akan adanya keganasan.7
4) Videolaringostroboskopi
5) Analisis suara
6) Pemeriksaan penunjang lain. Identifikasi HPV dapat dilakukan dengan
pemeriksaan imunohistokimia, isolasi DNA virus, teknik hibridisasi in
situ dan polymerase chain reaction (PCR).4
VIII. Diagnosis Banding
Diagnosis sulit terutama pada fase awal. Sering disalah diagnosis dengan :
1. Laryngitis akut
Pada larinyngitis akut, dijumpai adanya tanda-tanda radang umum, seperti
demam, malaise dll. Suara menjadi serak sampai afonia disertai nyeri saat
berbicara dan menelan.7
2. Nodul pita suara
Nodul pita suara merupakan pertumbuhan seperti jaringan parut yang
bersifat jinak, disebabkan karena penyalahgunaan pemakaian suara dalam
waktu lama. 7
Nodul ini biasanya ditemukan bilateral pada kedua pita suara, letaknya
simetris, diperbatasan antara segitiga anterior dan sepertiga tengah pita suara.1
3. Kista pita suara
Kista sering ditemukan di laring, dan dapat dibagi dalam kista epidermoid,
kista retensi dan kista limfe. Dengan mikrolaringoskopi tampak warna
kekuningan melalui selaput lendir yang mengkilat, dan kadang-kadang
tampak kristal kolesterin di dalam kista itu. Penyebab belum jelas, diduga
karena trauma atau infeksi kronis.7
6
4. Polip pita suara
Pada polip pita suara biasanya disebabkan oleh penggunaan suara yang
terlampau lama, reaksi menahun pada laring, menghirup iritan. 7
Pada pemeriksaan, polip paling sering ditemukan disekitar komisura
anterior, tampak bulat, kadang-kadang berlobul, berwarna pucat, mengkilat
dengan dasarnya yang lebar di pita suara, dan tampak kapiler darah sangat
sedikit.7
IX. Penatalaksanaan
Ada beberapa perangkat dalam tatalaksana papiloma laring, semuanya
mempunyai prinsip sama yaitu mengangkat papiloma, mengurangi sumbatan
nafas dan menghindari rekurensi.1
1) Bedah
Terapi bedah harus berdasarkan prinsip pemeliharaan jaringan normal
untuk mencegah penyulit seperti stenosis laring. Prosedur bedah ditujukan
untuk menghilangkan papiloma dan/atau memperbaiki dan mempertahankan
jalan napas.1
Beberapa teknik yang digunakan antara lain: trakeostomi, laringofissure,
mikrolaringoskopi langsung, mikrolaringoskopi dan ekstirpasi dengan
forseps, mikrokauter, mikrolaringoskopi dengan diatermi, mikrolaringoskopi
dengan ultrasonografi, kriosurgeri, microdebrider dan carbondioxide laser
surgery.1
Pada kasus papiloma laring yang berulang, terapi bedah pilihan adalah
pengangkatan tumor dengan laser CO2. Di luar negeri penggunaan laser lebih
sering dilakukan untuk mengatasi penyakit ini, karena ketepatan pemotongan
dan kontrol hemostatik yang lebih baik.7
Perawatan yang baik harus dilakukan supaya tidak merusak lapisan epitel
yang normal pada laring, karena jaringan parut pada pita suara dapat
menyebabkan suara serak yang bersifat permanen. Khusus untuk type
papilloma dewasa, saat ini telah diperkenalkan ablasi papilloma
menggunakan PDL (pulsed-dye laser). Biasanya dapat dilakukan di klinik
menggunakan laryngoscope flexible tanpa harus ke ruangan operasi. Prosedur
7
dilakukan di atas kursi pemeriksaan, dapat menghabiskan waktu sekitar 5-15
menit, umumnya tidak sakit, dan dapa diulangi bila diperlukan. Resiko
anastesi umum dapat dihindari. Sinar laser yang digunakan hanya tertuju pada
papilloma tanpa merusak jaringan epitel yang normal pada laring. Penderita
dapat kembali bekerja dan melakukan aktivitas normal segera setelah
prosedur selesai.8
Gambar 6. Efek penggunaan PDL, papiloma yang terkena sinar laser
berubah menjadi putih.
2) Medikamentosa
Pemberian obat (medikamentosa) pernah dilaporkan baik digunakan
secara sendiri maupun bersama-sama dengan tindakan bedah. Obat yang
digunakan antara lain antivirus, hormon (dietilstilbestrol), steroid, dan
podofilin topikal. Terapi medikamentosa ini tidak terlalu bermanfaat.1
Tidak dianjurkan memberikan radioterapi, oleh karena papilloma dapat
berubah menjadi ganas.7
3) Imunologis
Pengobatan imunologi untuk papilloma laring biasanya hanya merupakan
terapi suportif yaitu dengan menggunakan interferon.1
4) Terapi Fotodinamik
Terapi ini merupakan satu dari perangkat terbaru dalam tatalaksana
papilomatosis laring rekuren. Terapi ini menggunakan dihematoporphyrin
ether (DHE) yang tadinya dikembangkan untuk terapi kanker. Jika diaktivasi
8
dengan cahaya dengan panjang gelombang yang sesuai (630 nm), DHE
menghasilkan agen sitotoksik yang secara selektif menghancurkan sel-sel
yang mengandung substansi tersebut, terapi fotodinamik efektif
menghilangkan lesi endobronkial, tetapi tidak untuk lesi parenkim.1
X. Prognosis
Prognosis papiloma laring umumnya baik. Angka rekurensi (berulang) dapat
mencapai 40%. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti faktor-faktor yang
mempengaruhi rekurensi pada papiloma. Diagnosis dini dan penanganan yang
tepat diduga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap rekurensi. Penyebab
kematian biasanya karena penyebaran ke paru.1 Insidensi transformasi keganasan
pada papilomatosis laring adalah jarang, yaitu hanya terjadi pada 2-4% kasus.
Displasia relatif sering ditemukan pada kasus papilomatosis laring, tetapi tingkat
kemaknaan dari penemuan ini belum diketahui secara pasti. Transformasi
keganasan pada papilomatosis laring berhubungan dengan faktor risiko seperti
merokok dan riwayat terpapar radiasi sebelumnya. Regresi total kadang-kadang
terjadi pada saat pubertas, tetapi hal ini tidak selalu terjadi.4
XI. Komplikasi
Pada umumnya papiloma laring pada anak dapat sembuh spontan ketika
pubertas; tetapi dapat meluas ke trakea, bronkus, dan paru, diduga akibat tindakan
trakeostomi, ekstirpasi yang tidak sempurna.1
Progresifitas papilloma menjadi skuamosa sel karsinoma (SCC) dapat terjadi,
tetapi hal ini jarang. Perubahan menjadi SCC ditandai juga dengan adanya
penyebaran ke paru. Komplikasi dari penyakit dan pembedahan termasuk stenosis
glottis posterior, web glottis anterior atau stenosis ( paling sering 20-30% kasus ),
stenosis subglotis atau trakea stenosis. Komplikasi intraoperatif termasuk
pneumothorak dan perasaan terbakar pada saluran nafas, yang dapat terjadi akibat
trauma pada trakea dan paru. Perbaikan pembedahan tehadap komplikasi ditunda
sampai keadaaan penyakit membaik untuk beberapa tahun.5
9
DAFTAR PUSTAKA
1. Supriyanto B, Amalia L, “Papiloma Laring pada Anak “. Bagian Ilmu
Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta;
2004.144;8-10
2. Siti Hajar HT, “Anastesi Umum pada Penatalaksanaan Papiloma Laring
secara Bedah Mikrolaring”. Bagian Anastesiologi dan Reanimasi. Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan; 2010.
3. Soepardi EA, Iskandar N. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Leher. Edisi keenam. Penerbit : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta; 2007.hal.94-198
10
4. Novialdi dan Rosalinda R. Diagnosis dan Penatalaksanaan Papilomatosis
Laring pada Dewasa. Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala
Leher. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/ RSUP Dr. M. Djamil
Padang. 2010.
5. Ridley R. Recurrent respiratory papillomatosis. Grand Rounds Presentation.
University of Texas Dept of Otolaryngology; 2008.p.1-11
6. Lee JH, Smith RJ. Reccurent respiratory papillomatosis: pathogenesis to
treatment. Curr Opin Otolaryngol Head Neck Surg 2005;13:354-9
7. Mclay JE, Assitant Profesor, Department Of Otolarnyngology. “ Recurrent
Respiratory Papillomatosis”. University of Texas Southwestern Medical
School. Are available at : www.emedicine.medscape.com
8. University of Pittsburgh Medical Center. “Anatomy of The Larynx”. Are
available at : www.pitt.edu/ensen/voice/anatomy2.html
11