refkas forensik fixed
TRANSCRIPT
-
8/13/2019 Refkas Forensik Fixed
1/20
REFKAS KDRT UII Page 1
FORM REFLEKSI KASUSFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
____________________________________________________________________ _________________________
Nama Dokter Muda : Adhisti Kusumawati, Nurfitriah, Ratih Kartika Rini, Robin
Perdana Saputra
NIM : 12712112/12712115/12712109/12712105
Stase :Ilmu Kedokteran Forensik
Identitas Pasien
Nama / Inisial :Ny. DS
Umur :42 tahun Jenis kelamin :Perempuan
Diagnosis/kasus : Vulnus Excoriatum/Kekerasan Fisik dalam RumahTangga
Pengambilan kasus pada mingguke :2
Jenis Refleksi: lingkari yang sesuai (minimal pilih 2 aspek, untuk aspek ke-Islaman
sifatnya wajib)
a. Ke-Islaman*
b. Etika/ moralc. Medikolegal
d. Sosial Ekonomi
e. Aspek lain
Form uraian
1. Resume kasus yang diambil (yang menceritakan kondisi lengkap pasien/
kasus yang diambil ).
Satu hari sebelum Ny. DS (korban) memeriksakan diri ke Rumah Sakit
Bhayangkara, korban telah melakukan pengintaian di rumah kos Tn. RA (suami
korban) di Jamblang, Legok tanggal 11 Oktober 2013. Kemudian pada tanggal 12
Oktober 2013 pukul 07.30 WIB Ny. DS mengintai kembali rumah kos Tn. RA
dan melihat motornya berada di kos. Kebetulan Tn. RA hari tersebut sedang libur.
-
8/13/2019 Refkas Forensik Fixed
2/20
REFKAS KDRT UII Page 2
Ny. DS keluar dari gang rumah kos Tn. RA untuk pergi bekerja. Saat itu, Ny. DS
melihat perempuan yang diduga teman selingkuh Tn. RA datang dan masuk ke
kamar kosnya di lantai 2. Ny. DS menghubungi temannya untuk menjadi saksi.
Ketika temannya datang, Ny. DS sedang dianiaya di depan kamar kos Tn. RA.
Ny. DS pada hari Sabtu 12 Oktober 2013 berobat ke RS Bhayangkara
Semarang dan selanjutnya Ny. DS melaporkan peristiwa tersebut kepada pihak
kepolisian Resor Kota Besar Kota Semarang.Ny. Ds diduga telah menjadi korban
kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga yang diduga dilakukan oleh
suaminya yang bernama Tn. RA dengan cara Ny. DS dijambak, dibekap, dan
dicekik dengan menggunakan tangan kosong.
Hasil Pemeriksaan
a. Keadaan Umum
- Tingkat kesadaran : Sadar penuh
- Denyut nadi : 104x/menit
- Pernapasan : 20x/menit
- Tekanan darah : 120/90 mmHg
- Suhu badan : 36 o C
b. Kelainan-kelainan Fisik
Deskripsi Luka :
Wajah
o Terdapat tiga buah luka lecet di bibir
- Luka pertama dan luka kedua masing-masing berukuran dua
sentimeter.
- Luka ketiga di bibir atas bagian dalam, panjang satu sentimeter,lebar nol koma lima sentimeter, di sekitarnya terdapat luka memar
dan pembengkakan
o Terdapat lima buah luka memar di wajah:
-
8/13/2019 Refkas Forensik Fixed
3/20
REFKAS KDRT UII Page 3
- Luka pertama disertai pembengkakan di pipi kiri memanjang
sampang dagu, warna kemerahan, panjang sembilan sentimeter,
lebar empat sentimeter
- Luka memar kedua disertai pembengkakan di dagu sebelah kanan,
warna kemerahan, panjang sembilan sentimeter, lebar tiga
sentimeter, di dalamnya terdapat luka lecet panjang satu
sentimeter, lebar nol koma dua sentimeter
- Luka memar ketiga di pipi kanan, warna kemerahan, panjang satu
koma lima sentimeter, lebar nol koma dua sentimeter
- Luka memar keempat di pipi kanan, warna kemerahan, panjangsatu sentimeter, lebar nol koma dua sentimeter
- Luka memar kelima di bibir bawah sebelah kiri, warna kemerahan,
panjang satu sentimeter, lebar nol koma tiga sentimeter
o Terdapat sebuah luka memar disertai pembengkakan di kepala bagian
atas, warna merah, diameter tiga sentimeter
o Terdapat pembengkakan di bawah mata kanan, warna seperti kulit,
panjang tiga sentimeter, lebar dua sentimeter
Leher
Terdapat sebuah luka memar di leher bagian belakang, warna merah
kebiruan, panjang dua belas sentimeter, lebar tiga sentimete.
Dada, punggung, perut, anggota gerak atas, anggota gerak bawah :
tidak ada tanda-tanda kekerasan
2. Latar belakang /alasan ketertarikan pemilihan kasus
Kekerasan dalam rumah tangga memiliki tren yang terus meningkat dari
tahun ke tahun (Gumelar, 2011).Kekerasan Dalam Rumah Tangga menjadi kasus
yang tak pernah habis dibahas karena meskipun berbagai instrumen hukum, mulai
-
8/13/2019 Refkas Forensik Fixed
4/20
REFKAS KDRT UII Page 4
dari Internasional sampai pada tingkat nasional belum mampu menekan angka
kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang terjadi.
Data Komnas Perempuan menunjukkan bahwa pada awal tahun 2004
menunjukkan peningkatan serius dalam jumlah kasus kekerasan berbasis gender
yang menimpa perempuan. Pada tahun 2001 terdapat 3.169 kasus yang dilaporkan
ke lembaga pengada layanan tersebut.Pada tahun 2002 angka itu meningkat
menjadi 5.163 kasus dan tahun 2003 terdapat 5.934 kasus. Sedangkan tahun 2006,
catatan dari Ketua Komnas Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, Kamala
Chandrakirana menunjukkan kekerasan terhadap perempuan (KTP) sepanjang
tahun 2006, mencapai 22.512 kasus, dan kasus terbanyak adalah Kekerasan dalamRumah Tangga sebanyak 16.709 kasus atau 76%. Dari data di atas dapat kita
ketahui bahwa dari tahun ke tahun Kekerasan Dalam Rumah Tangga cenderung
meningkat karena kekerasan yang dihadapai perempuan juga meningkat.
Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta: kula dan warga "kulawarga" yang
berarti"anggota" "kelompok kerabat". Keluarga inti (nuclear family) terdiri dari
ayah, ibu, dan anak-anak mereka. Menurut UU No. 23 Tahun 2002, keluarga
adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri
dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya, atau keluarga sedarah
dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai dengan derajat ketiga. Kekerasan
adalah perbuatan yang dapat berupa fisik maupun non fisik, dilakukan secara aktif
maupun dengan cara pasif (tidak berbuat), dikehendaki oleh pelaku, dan ada
akibat yang merugikan pada korban (fisik atau psikis) yang tidak dikendaki oleh
korban. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau biasa juga disebut sebagai
kekerasan domestik (domestic violence) merupakan suatu masalah yang sangat
khas karena kekerasan dalam rumah tangga terjadi pada semua lapisan
masyarakat mulai dari masyarakat berstatus sosial rendah sampai masyarakat
berstatus sosial tinggi.Sebagian besar korban KDRT adalah perempuan, apakah
istri atau anak perempuan dan pelakunya biasanya ialah suami (walaupun ada
juga korban justru sebaliknya). Kekerasan terhadap perempuan adalah setiap
-
8/13/2019 Refkas Forensik Fixed
5/20
REFKAS KDRT UII Page 5
perbuatan berdasarkan perbedaan jenis kelamin yang berakibat kesengsaraan dan
penderitaan perempuan secara fisik, seksual, psikologis termasuk ancaman
tindakan tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-
wenang baik yang terjadi di depan umum atau dalam kehidupan pribadi (POLRI,
2005).
Di sebagian besar masyarakat Indonesia, KDRT atau Kekerasan Dalam
Rumah Tangga belum diterima sebagai suatu bentuk kejahatan.Artinya
penanganan segala bentuk kekerasan dalam rumah tangga hanya menjadi urusan
domestik setiap keluarga saja, dan Negara dalam hal ini tidak berhak campur
tangan ke lingkup intern warga negaranya. Namun, dengan berjalannya waktu danterbukanya pikiran kaum wanita Indonesia atas emansipasi, akhirnya sudah mulai
muncul titik terangnya yaitu disusunnya UU No. 23 Tahun 2004 tentang
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Namun masih banyak kasus
KDRT yang bergulir sebagaimana kasus fenomena yang terselubung.Ketertarikan
pemilihan kasus ini terkait dengan upaya yang dilakukan oleh pemerintah tidaklah
mudah karena pemerintah berhadapan dengan akar budaya tradisonal patriarki
yang membawa dampak kepada marginalisasi, diskriminasi dan sub-ordinasi
kaum perempuan dan anak-anak dalam kehidupan berkeluarga, bermasayarakat,
berbangsa dan bernegara.
3. Refleksi dari aspek etika moral/medikolegal/ sosial ekonomi
besertapenjelasan evidence / referensi yang sesuai *
Aspek Hukum Tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Semakin besarnya peranan lembaga-lembaga sosial atau WCC dalammenanamkan kesadaran akan hak dan memberikan pendampingan serta
perlindungan kepadakorban kasus KDRT dipengaruhi oleh lahirnya peraturan
perundang-undangan di Indonesia.
-
8/13/2019 Refkas Forensik Fixed
6/20
REFKAS KDRT UII Page 6
Lahirnya UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan KDRT, Peraturan
Pemerintah No. 4Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan dan Kerjasama Pemulihan
Korban KDRT, Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2005 tentang Komisi Nasional
Terhadap Perempuan, Undang-Undang No. 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan
Saksi dan Korban, dan peraturanperundangan lainnya yang memberikan tugas dan
fungsi kepada lembaga-lembaga yangterkoordinasi memberikan perlindungan
hukum terhadap kasus KDRT dan termasuklembaga-lembaga sosial yang
bergerak dalam perlindungan terhadap perempuan. Bahkandalam rencana
pembentukan peraturan perundang-undangan tersebut tidak terlepas dari
peranlembaga sosial.
A. Undang-undang No.23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam
RumahTangga
Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan
dalam RumahTangga yang selanjutnya disebut sebagai UU PKDRT
diundangkan tanggal 22 September2004 dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 No. 95. Fokus UU PKDRTini ialah kepada upaya
pencegahan, perlindungan dan pemulihan korban kekerasan dalam rumah
tangga.UU PKDRT Pasal 3 menyebutkan Penghapusan kekerasan dalam
rumah tangga dilaksanakanberdasarkan :
a. Penghormatan hak asasi manusia
b. Keadilan dan kesetaraan gender
c. Nondiskriminasi
d. Perlindungan korban.
UU PKDRT Pasal 4 menyebutkan Penghapusan kekerasan dalam rumah
tangga bertujuan :
a. Mencegah segala bentuk kekerasan dalam rumah tangga
b. Melindungi korban kekerasan dalam rumah tangga
c. Menindak pelaku kekerasan dalam rumah tangga
-
8/13/2019 Refkas Forensik Fixed
7/20
REFKAS KDRT UII Page 7
d. Memelihara keutuhan rumah tangga yang harmonis dan sejahtera.
B. Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2005 tentang Komisi Nasional Anti
Kekerasan terhadapPerempuan
Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2005 tentang Komisi Nasional Anti
Kekerasanterhadap Perempuan yang selanjutnya disebut sebagai Perpres
Komnas Perempuan ialahmerupakan penyempurnaan Keputusan Presiden No.
181 Tahun 1998 tentang KomisiNasional Anti Kekerasan terhadap
Perempuan. Perpres Komnas Perempuan Pasal 24 telahmencabut dan
menyatakan tidak berlaku Keppres No. 181 Tahun 1998 tentangKomisiNasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan. Komnas Perempuan ini
dibentuk berdasarkan prinsip negara hukum yang menyadaribahwa setiap
bentuk kekerasan terhadap perempuan merupakan salah satu
bentukpelanggaran atas hak-hak asasi manusia sehingga dibutuhkan satu
usaha untuk mencegah danmenanggulangi terjadinya kekerasan terhadap
perempuan.
Ketentuan Pidana
Ketentuan pidana terhadap pelanggaran KDRT diatur oleh Undang-undang
RepublikIndonesia No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan KDRT sebagai
berikut :UU Nomor 23 Tahun 2004 Pasal 44
1. Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan fisik dalam lingkup rumah
tanggasebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a dipidana dengan pidana
penjara palinglama 5 (Lima) tahun atau denda paling banyak Rp 15.000.000,-
(Lima belas juta rupiah).2. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan
korbanjatuh sakit atau luka berat, dipidanakan penjara paling lama 10 tahun
atau denda palingbanyak Rp30.000.000,- (Tiga puluh juta rupiah).
-
8/13/2019 Refkas Forensik Fixed
8/20
REFKAS KDRT UII Page 8
3. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengakibatkan
matinyakorban, dipadana penjara paling lama 15 (Lima belas) tahun atau
denda paling banyakRp45.000.000,-(Empat puluh lima juta rupiah).
4. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
suami terhadapisteri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atau
halangan untukmenjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau
kegiatan sehari-harian,dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat)
bulan atau denda paling banyakRp 5.000.000,-(Lima juta rupiah).
UU Nomor 23 Tahun 2004 Pasal 45
1. Setiap orang yang melakukan kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga
sebagaimanadimaksud dalam Pasal 5 huruf b dipidana dengan pidana penjara
paling lama3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp 9.000.000,-
(Sembilanjuta rupiah).
2. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
suami terhadapisteri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atau
halangan untukmenjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian atau kegiatan
sehari-hari, dipidanakan penjara paling lama 4 (empat) bulan atau denda
paling banyak Rp3.000.000,-(Tiga juta rupiah).
UU Nomor 23 Tahun 2004 Pasal 46
Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan seksual sebagaimana
dimaksud dalamPasal 8 huruf a dipidana dengan pidana penjara paling lama 12
(dua belas) tahun atau dendapaling banyak Rp36.000.000,- (Tiga puluh enam juta
rupiah).
UU Nomor 23 Tahun 2004 Pasal 47
Setiap orang yang memaksa orang yang menetap dalam rumah tangganya
melakukanhubungan seksual sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 huruf b
dipidana dengan pidanapenjara paling singkat 4 (empat) tahun dan pidana penjara
-
8/13/2019 Refkas Forensik Fixed
9/20
REFKAS KDRT UII Page 9
paling lama 15 (lima belas) tahunatau denda paling sedikit Rp 12.000.000,00-(dua
belas juta rupiah) atau paling banyak Rp300.000.000,00-(tiga ratus juta rupiah).
UU Nomor UU Nomor 23 Tahun 2004 Pasal 48
Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 dan 47
mengakibatkan korbanmendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh
sama sekali, mengalami gangguandaya pikir atau kejiwaan sekurang-kurangnya
selama 4 (empat) minggu terus menerus atau 1(satu) tahun tidak berturut-turut,
gugur atau matinya janin dalam kandungan, ataumengakibatkan tidak
berfungsinya alat reproduksi, dipidana dengan pidana penjara palingsingkat 5
(lima) tahun dan pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun atau denda
palingsedikit Rp 25.000.000,00-(dua puluh lima juta rupiah) dan paling banyak
Rp500.000.000,00-(lima ratus juta rupiah).
UU Nomor 23 Tahun 2004 Pasal 49
Dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda
paling banyak Rp15.000.000,00-(lima belas juta rupiah), setiap orang yang:
a. Menelantarkan orang lain dalam lingkup rumah tangganya sebagaimana
dimaksuddalam Pasal 9 ayat (1);
b. Menelantarkan orang lain sebagaimana dimaksud Pasal 9 ayat (2).
UU Nomor 23 Tahun 2004 Pasal 50
Selain pidana sebagaimana dimaksud dalam bab ini hakim dapat menjatuhkan
pidanatambahan berupa :
a. Pembatasan gerak pelaku baik yang bertujuan untuk menjauhkan pelaku dari
korban dalam jarak dan waktu tertentu, maupun pembatasan hak-hak tertentudari pelaku;
b. Penetapan pelaku mengikuti program konseling di bawah pengawasan
lembaga tertentu.
Pemulihan Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga
-
8/13/2019 Refkas Forensik Fixed
10/20
REFKAS KDRT UII Page 10
Pemulihan korban berdasarkan kepada Undang-undang No. 23 tahun 2004
tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga :
UU Nomor 23 Tahun 2004 Pasal 39
Untuk kepentingan pemulihan, korban dapat memperoleh pelayanan dari:
a. Tenaga kesehatan;
b. Pekerja sosial;
c. Relawan pendamping; dan/atau
d. Pembimbing rohani.
UU Nomor 23 Tahun 2004 Pasal 40a. Tenaga kesehatan wajib memeriksa korban sesuai dengan standar profesinya
b. Dalam hal korban memerlukan perawatan, tenaga kesehatan wajib
memulihkan danmerehabilitasi kesehatan korban.
UU Nomor 23 Tahun 2004 Pasal 42
Dalam rangka pemulihan terhadap korban, tenaga kesehatan, pekerja
sosial, relawanpendamping dan/atau pembimbing rohani dapat melakukan kerja
sama.
Yang dimaksud dengan upaya pemulihan korban Peraturan Pemerintah RI
No. 4 Tahun2006 tentang Penyelenggaraan dan Kerjasama Pemulihan Korban
Kekerasan dalam RumahTangga pada Pasal 1 ayat 1 ialah :
Segala upaya untuk penguatan korban kekerasan dalam rumah tangga agar lebih
berdaya baiksecara fisik maupun psikis .
PP PKPKKDRT Pasal 2 ayat 1 menyebutkan bahwa Penyelenggaraan pemulihan
ialah:Segala tindakan yang meliputi pelayanan dan pendampingan korban KDRT.
PP PKPKKDRT Pasal 2 ayat 1 menyebutkan :
-
8/13/2019 Refkas Forensik Fixed
11/20
REFKAS KDRT UII Page 11
Bahwa penyelenggaraan pemulihan terhadap korban dilaksanakan oleh
instansi pemerintahdan pemerintah daerah serta lembaga sosial sesuai dengan
tugas dan fungsi masing-masing,termasuk menyediakan fasilitas yang diperlukan
untuk pemulihan korban. Hal yang samadisebutkan dalam PP RI Pasal 19 yang
menyebutkan :
Untuk penyelenggaraan pemulihan, pemerintah dan pemerintah daerah sesuai
dengan tugasdan fungsi masing-masing dapat melakukan kerjasama dengan
masyarakat atau lembagasosial, baik nasional maupun internasional yang
pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dari ketentuan ini, lembaga sosial mendapat kesempatan untuk berperan dalam
melakukanupaya pemulihan korban KDRT.
PP PKPKDRT Pasal 4 menyebutkan Penyelenggaraan kegiatan pemulihan korban
meliputi :
a. Pelayanan kesehatan
b. Pendampingan korban
c. Konseling
d. Bimbingan rohani
e. Resosialisasi
Perlindungan Saksi Dan Korban Kekerasan Dalam RumahTangga
Menurut Undang-Undang No.23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan
dalam RumahTangga Pasal 10, korban berhak mendapatkan :
a. Perlindungan dari pihak keluarga , kepolisian, kejaksaan, pengadilan,
advokat,lembaga sosial, atau pihak lainnya baik sementara maupun berdasarkan penetapanperintah perlindungan dari pengadilan
b. Pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis
c. Penanganan secara khusus berkaitan dengan kerahasiaan korban
-
8/13/2019 Refkas Forensik Fixed
12/20
REFKAS KDRT UII Page 12
d. Pendampingan oleh pekerja sosial dan bantuan hukum pada setiap
tingkatproses pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
e. Pelayanan bimbingan rohani
Menurut Undang-Undang No.23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan
dalam RumahTangga Pasal 15, setiap orang yang mendengar, melihat, atau
mengetahui terjadinya kekerasan dalam rumah tangga wajib melakukan upaya-
upaya sesuai dengan bataskemampuannya untuk :
a. Mencegah berlangsungnya tindak pidana;
b. Memberikan perlindungan kepada korban;
c. Memberikan pertolongan darurat; dan
d. Membantu proses pengajuan permohonan penetapan perlindungan.
Undang-Undang No. 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan
Korban yangselanjutnya disebut dengan UU PSK berlaku sejak tanggal 11
Agustus 2006 setelahdiundangkan di Lembaran Negara RI No. 64 Tahun 2006.
Pokok materi UU PSK ini meliputiperlindungan dan hak saksi dan korban,
lembaga perlindungan saksi dan korban, syarat dantata cara pemberian
perlindungan dan bantuan, serta ketentuan pidana. UU PSK inidikeluarkan karena
pentingnya saksi dan korban dalam proses pemeriksaan di pengadilansehingga
membutuhkan perlindungan yang efektif, profesional, dan proporsional
terhadapsaksi dan korban.
Perlindungan saksi dan korban dilakukan berdasarkan asas penghargaan atas
harkat danmartabat manusia, rasa aman, keadilan, tidak diskriminatif, dan
kepastian hukum.Perlindungan saksi dan korban berlaku pada semua tahap proses
peradilan pidana dalamlingkungan peradilan yang bertujuan untuk memberikan
rasa aman pada saksi dan/ataukorban dalam memberikan keterangan pada setiap
proses peradilan pidana.Perlindungan saksi dan korban juga dilakukan karena
adanya hak-hak seorang saksi dankorban yang harus dilindungi seperti:
-
8/13/2019 Refkas Forensik Fixed
13/20
REFKAS KDRT UII Page 13
a. Memperoleh perlindungan atas keamanan pribadi, keluarga, dan
hartabendanya, serta bebas dari Ancaman yang berkenaan dengan kesaksian
yangakan, sedang, atau telah diberikannya
b. Ikut serta dalam proses memilih dan menentukan bentuk perlindungan dan
dukungankeamanan
c. Memberikan keterangan tanpa tekanan
d. Mendapat penerjemah
e. Bebas dari pertanyaan yang menjerat
f. Mendapatkan informasi mengenai perkembangan kasus
g. Mendapatkan informasi mengenai putusan pengadilanh. Mengetahui dalam hal terpidana dibebaskan
i. Mendapat identitas baru
j. Mendapatkan tempat kediaman baru
k. Memperoleh penggantian biaya transportasi sesuai dengan kebutuhan
l. Mendapat nasihat hokum
m. Memperoleh bantuan biaya hidup sementara sampai batas waktu perlindungan
berakhir,dan/atau
n. Bantuan medis dan rehabilitasi psikososial dalam hal saksi dan korban
mengalamipelanggaran hak asasi manusia yang berat.
Dampak Jangka Pendek Kekerasan Terhadap Perempuan
Umumnya yang dimaksud dengan dampak jangka pendek kekerasan
adalah cedera fisik yang diderita oleh korban (luka-luka, patah tulang,
kehilangan fungsi alat tubuh atau indera, keguguran kandungan, dll), gejala sisa di
bidang kesehatan dan psikologis (anxietas, depresi, battered woman traumasyndrome, rape trauma syndrome, alcohol and drug abuse, dan resiko
melakukan bunuh diri), serta dampak terhadap pendidikan dan pertumbuhan
anak terutama bila dalam kasus kekerasan rumah tangga.
-
8/13/2019 Refkas Forensik Fixed
14/20
REFKAS KDRT UII Page 14
Kekerasan terhadap perempuan juga dapat menimbulkan dampak jangka
panjang, terutama pada kekerasan yang berulang dan berlangsung lama seperti
pada kekerasan dalam rumah tangga. Dampak tersebut dapat berupa
ketidakharmonisan keluarga yang berakibat kepada terganggunya pertumbuhan
dan perkembangan anak, child abuse, cycle of violencegangguan
perkembangan mental dan perilaku seksual, dll
Dampak Kekerasan Jangka Panjang
Banyak penelitian yang telah membuktikan bahwa anak-anak yang
tumbuh dari keluarga yang biasa dengan kekerasan terhadap perempuan
atau juga terhadap anak, akan melakukan perbuatan yang sama pada saat
mereka menjadi dewasa dan berumahtangga sendiri. Anak laki-laki belajar dari
ayahnya dalam melakukan kekerasan terhadap isterinya, sedangkan anak
perempuan belajar dari ibunya untuk menjadi korban kekerasan. Masyarakat
luas telah menerima teori bahwa kekerasan adalah perilaku yang diperoleh
dari belajar dan bersifat siklik.
Peran Tenaga Kesehatan
Para dokter dapat menemukan kasus dengan melakukan wawancara
(anamnesa) yang terarah secara efisien tetapi efektif, menemukan tanda
kekerasan yang khusus atau mencurigakan, mendokumentasikan temuannya,
menilai keselamatan di masa datang dan mengkomunikasikan kepada korban
pilihan penyelesaian yang realistik. Beberapa pertanyaan dapat dijadikan
pertanyaan rutin penapis dalam rangka diagnostik. Diagnosis juga dapat
ditegakkan dengan melihat ciri-ciri tertentu.Tracy (1996) melaporkan pengalamannya menerapkan pertanyaan rutin penapis terhadap pasien -
pasien ginekologis yang tidak ada hubungannya dengan KDRT, tentang
apakah pernah mengalami kekerasan fisik selama dalam perkawinannya. Dari
-
8/13/2019 Refkas Forensik Fixed
15/20
REFKAS KDRT UII Page 15
8 pasien yang datang berurutan ternyata semuanya pernah mengalami kekerasan
fisik pada tahun-tahun sebelumnya.
Tenaga kesehatan juga dapat menilai besarnya risiko bahaya
kekerasan di masa mendatang dengan menilai : meningkatnya frekuensi
kekerasan, meningkatnya ancaman pembunuhan atau bunuh diri dari
pasangannya, adanya senjata api atau mulai digunakannya senjata tajam, dan
catatan kriminal pelaku.Dalam menatalaksana korban KDRT, selain
melakukan terapi di bidang medis tenaga kesehatan juga dapat melakukan hal-
hal :
1. Menyatakan atau memperlihatkan bahwa ia juga memperhatikankeselamatan korban / pasien guna menumbuhkan kepercayaan korban.
2. Memberikan nasihat atau merujuk pasien untuk terapi medis khusus,
penanganan mediko-legal, konseling psikologis dan atau psiko-sosial,
Contoh pertanyaantersebut adalah :
Apa yangterjadi apabilaterdapat ketidaksepakatan antara Anda dengan
suami / pacar di rumah?
Pernahkah Anda menerima kekerasan atau tindakan serupa dari suami atau
pacar?
Pernahkah Anda mengalami ancaman, intimidasi atau dibuattakut oleh
pasangan?
Apakah Anda merasa aman dan selamat bila berada di rumah?
Apakah Anda merasa takut atas keselamatan Anda atau anak Anda yang
diakibatkan oleh ulah orang yang hidup di rumah Anda? dan
Pernahkah Anda pergi ke dokter karena mengalami kekerasan atauketakutan di rumah?
Beberapa ciri dapat disebutkan :
cedera bilateral atau multipel,
beberapa cedera dengan beberapatahap penyembuhan,
-
8/13/2019 Refkas Forensik Fixed
16/20
REFKAS KDRT UII Page 16
tanda kekerasan seksual,
keterangan pasien yangtidak sesuai dengan cederanya,
keterlambatan berobat, atau
berulangnya kehadiran di rumah saki t akibat trauma.
3. Membatasi terapi obat penenang atau obat tidur kecuali atas indikasi
yang tepat.
4. Menilai perlu atau tidaknya pelaporan ke pihak berwenang
1. Refleksi ke-Islaman beserta penjelasan evidence / referensi yang sesuai
Pemukulan terhadap istri dalam masyarakat patriarkhis selalu dianggapsebagai suatu hal yang biasa dan lumrah.Bahkan oleh sebagian masyarakat
pemukulan terhadap istri hampir selalu diterjemahkan sebagai bentuk pengajaran
suami terhadap istri dalam rangka pembinaan rumah tangga.Dan yang lebih
parahnya lagi masyarakat sering melegitimasikan kekerasan tersebut dengan dalih
agama, khususnya Islam.Persoalannya apakah memang agama melegitimasi hal
tersebut?
1. Benarkah Islam membolehkan seorang suami memukul atau melakukankekerasan terhadap istrinya?
Islam tidak pernah membenarkan seorang suami bertindak kejam
terhadap istrinya baik secara lahir maupun batin. Karena islam adalah agama
yang mempunyai nilai-nilai prinsipil seperti nilai egalitarian, keadilan, dan
kemanusiaan. Berikut ini aya- ayat Alqura n dan hadist nabi yan
mengharuskan suami untuk berlaku sopan, penyayang, lemah lembut kepada
istrinya :
a. Dalam QS An-Nisa: 19 yang menyatakan Wahai orang yang beriman,
tiada dihalalkan bagimu mempusakai perempuan dengan paksaan dan
janganlah bertindak kejam terhadap mereka,.. sebaliknya bergaullah
-
8/13/2019 Refkas Forensik Fixed
17/20
REFKAS KDRT UII Page 17
dengan mereka secara baik-baik lagi adil. Hiduplah bersama mereka
dalam kebajikan.
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita
dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak
mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya,
terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata.Dan bergaullah
dengan mereka secara patut.Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka,
(maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal
Allah menjadika n padanya kebaikan yang banyak.
b. Dalam QS Ar-ruum : 21 yang pada intinya menyuruh kepada suami istri untuk
hidup saling sayang menyayangi dan cinta mencintai
Artinya:
-
8/13/2019 Refkas Forensik Fixed
18/20
REFKAS KDRT UII Page 18
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan
sayang.Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-
tanda bagi kaum yang berfikir .
c. Aisyah ra meriwatkan bahwa Rasulullah pernah bersabda Yang Paling baik
di kalangan kamu adalah mereka yang paling sopan terhadap istrinya (HR.
Tirmidzi)
d. Para suami yang memukul istrinya bukanlah termasuk orang -orang baik di
antara kamu ( HR. Abu Daud, NasaI dan Ibnu Majah) e. Janganlah kamu memukul hamba -hamba perempuan Allah SWT ( HR. Abu
Daud)
2. Pernahkah Nabi Muhammad SAW melakukan kekerasan terhadap Istri- Istrinya?
Baik di dalam Alquran maupun hadist - hadist yang sahih tidak pernah ada
dalil yang menunjukkan bahwa Rasulullah SAW pernah berlaku kejam terhadap
seorang istrinya., meskipun saai tu Rasul merasa kurang senang terhadap sesuatu.
Ketika terjadi konfrontasi antara Rasulullah dengan beberapa istrinya beliau tidak
hanya diam ( tidak memukul), tetapi memilih meninggalkan rumah dan dan tidur
di salah satu ruangan masjid.
Dari sini, dapat ditarik kesimpulan bahwa baik dari pernyataan rasul maupun
dari perlakuannya pada dasarnya Rasul melarang praktek kekerasan terhadap istri.
Dengan demikian, jelaslah bahwa pesan moral yang ingin disampaikan
Alquran dan hadist-hadist yaitu menolak pandangan bahwa Islam melegitimasi
budaya kekerasan yang terjadi di dalam rumah tangga.
-
8/13/2019 Refkas Forensik Fixed
19/20
REFKAS KDRT UII Page 19
Umpan balik dari pembimbing
TTD Dokter Pembimbing
dr.Ratna Relawati, Sp.KF, Msi, Med
-
8/13/2019 Refkas Forensik Fixed
20/20
REFKAS KDRT UII Page 20
DAFTAR PUSTAKA
Gumelar, L., 2011. Kasus KDRT masihtinggi .www.republika.co.id/berita/breaking-news/nasional/11/03/08/168036-linda-gumelar-kasus-kdrt-masih-tinggi (diakses tanggal 19 Desember 2013)
Jelang Satu Dasawarsa UU Penghapusan Kekerasan Dalam rumahTangga .www.komnasperempuan.com (diakses 19 Desember 2013)
POLRI, 2005. Buku Pegangan Pusat Pelayanan Terpadu POLRI . Jakarta
Shopia, M.S., 2010. Perlindungan Saksi dan Korban
www.hukumonline.com/berita/R_U_U_Perlindungan_saksi_dan_korban (diakses 19 Desember 2013)
Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2004, tentangPenghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2002, tentangPerlindungan Anak
Undang-UndangRepublik Indonesia No. 13 Tahun 2006, tentangPerlindungan Saksi dan Korban
http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/nasional/11/03/08/168036-linda-gumelar-kasus-kdrt-masih-tinggihttp://www.republika.co.id/berita/breaking-news/nasional/11/03/08/168036-linda-gumelar-kasus-kdrt-masih-tinggihttp://www.republika.co.id/berita/breaking-news/nasional/11/03/08/168036-linda-gumelar-kasus-kdrt-masih-tinggihttp://www.republika.co.id/berita/breaking-news/nasional/11/03/08/168036-linda-gumelar-kasus-kdrt-masih-tinggihttp://www.komnasperempuan.com/http://www.komnasperempuan.com/http://www.komnasperempuan.com/http://www.hukumonline.com/berita/R_U_U_Perlindungan_saksi_dan_korbanhttp://www.hukumonline.com/berita/R_U_U_Perlindungan_saksi_dan_korbanhttp://www.hukumonline.com/berita/R_U_U_Perlindungan_saksi_dan_korbanhttp://www.komnasperempuan.com/http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/nasional/11/03/08/168036-linda-gumelar-kasus-kdrt-masih-tinggihttp://www.republika.co.id/berita/breaking-news/nasional/11/03/08/168036-linda-gumelar-kasus-kdrt-masih-tinggi