refleksi trauma maksilofacial
DESCRIPTION
trauma maksilofacialTRANSCRIPT
Trauma Maksilofacial
Salwah Nur 1510029022
Pembimbingdr. P. M. T. Mangalindung Ompusungu, Sp.B
Laboratorium Ilmu Bedah RSUD AWS FK Universitas Mulawarman
Samarinda
Identitas pasien Nama : Tn. B Jenis kelamin : Laki-laki Usia : 33 tahun Alamat : Jln. K.H Mansyur Loa
bakung Agama : Islam
Keluhan Utama
Nyeri pipi kiri
Telaah Pasien datang dengan keluhan nyeri dan
luka lecet di pipi bagian kiri setelah jatuh dari pohon rambutan setinggi 4,5 meter pada pukul sehari SMRS. Saat terjatuh pipi kiri menghantam dahan dan kemudian jatuh ketanah dengan posisi menghadap ke kiri. Pada saat jatuh pasien langsung pingsan selama ± 20 menit. Keluar darah dari hidung serta mulut, nyeri dirasakan terus-menerus. Mata kiri merah dan kepala susah untuk menoleh ke kiri dan kanan . Muntah (-), nyeri kepala (-).
Pasien langsung dibawa ke poliklinik dokter umum terdekat. Kondisi pasien sadar dan dihentikan perdarahan di hidung dengan tampon. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter umum tersebut pasien dinyatakan dalam kondisi baik dan diperbolehkan pulang. Pasien diberikan obat dexametason, paracetamol, dan supratetra.
Telaah Keesokan harinya pasien masih
merasakan nyeri dibagian pipi sebelah kiri dan keluarnya darah dari mulut dan hidung. Terus-menerus dan pipi kiri dirasakan semakin bengkak. Keluar darah saat pasien batuk. Pasien juga mengeluhkan kesulitan saat membuka mulut. Pasien memutuskan sendiri datang ke IGD RS Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
PRIMARY SURVEY Airway : Clear Breathing : Gerakan dinding dada simetris,
RR 24x/menit, reguler Circulation : HR 94 kali/menit, TD 130/90
mmHg Disability : GCS E4V5M6, pupil isokor Exposure : vulnus eksoriatum regio zigoma
(S)
SECONDARY SURVEY Kepala : Anemis (-/-), ikterik (-/-), sianosis (-), jejas (+),
pupil isokor, refleks cahaya (+/+), edema regio zygoma sinistra (+), eritema (+), nyeri tekan (+), hematoma subkonjungtiva sinistra (+)
Leher : Trakea teraba di tengah, jejas (-), pembesaran KGB (-)
Thorakal Inspeksi : Gerakan napas simetris , retraksi (-) Palpasi : Tidak teraba krepitasi Perkusi : Sonor seluruh lapangan paru, kesan ukuran
jantung dalam batas normal Auskultasi : S1S2 tunggal reguler, suara nafas vesikuler,
suara nafas tambahan (-)
SECONDARY SURVEY Abdomen Inspeksi : Distensi (-) , jejas (-) Auskultasi : Bising usus kesan normal Perkusi : Timpani di seluruh kuadran perut Palpasi : Defans muscular (-), nyeri tekan (-)
Ekstremitas Look : Jejas (-) Feel : CRT <2”, akral hangat Move : ROM dalam batas normal, MMT 5/5/5/5
Status lokalisStatus lokalis : regio zygoma (S)
L : asimetris, edema (+), Perdarahan (-), Eritema (+)F : nyeri (+), krepitasi (-), step off (+)
Pemeriksaan PenunjangLaboratorium Darah Leukosit : :12.300 /uLHemoglobin : 14.7 g/dLHematokrit : 42,8 %Trombosit : 236.000 /uLGDS : 135 mg/dl BT : 2’CT : 4’ HbsAg + 112 : Non Reaktif
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosa Trauma maksilofasial dengan fraktur os
zygoma sinistra
PenatalaksanaanPro Orif elektif
Permasalahan Kurang baiknya penanganan kasus trauma
maksilofasial di klinik dr. Umum
Ditinjau dari : Tenaga medis dan fasilitas Klinik dr.UmumTenaga medis di klinik dr. Umum hanya terdapat 1 dokter umum dan 1 perawat. Tidak memiliki fasilitas penunjang diagnostik yang lebih lanjut.
Tujuan sistem rujukanSistem rujukan bertujuan agar pasien mendapatkan pertolongan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu, sehingga jiwanya dapat terselamatkan.
Ditinjau dari : Syarat rujukanRujukan pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi dan atau lengkap hanya dapat dilakukan apabila :a. Dari hasil pemeriksaan medis, sudah terindikasi bahwa
keadaan pasien tidak dapat diatasi.b. Pasien memerlukan pelayanan medis spesialis dan atau
subspesialis yang tidak tersedia di fasilitas pelayanan semula.
c. Pasien memerlukan pelayanan penunjang medis yang lebih lengkap yang tidak tersedia di fasilitas pelayanan semula.
d. Rujukan tanpa alasan medis dapat dilakukan apabila suatu RS kelebihan pasien (jumlah tempat tidur tidak mencukupi)
Ditinjau dari :Komplikasi yang mungkin terjadi pada fraktur maksilofasialis adalah aspirasi, gangguan jalan nafas, sikatrik, deformitas fasial permanen sekunder akibat tatalaksa yang tidak tepat, kerusakan saraf yang berakibat hilangnya sensasi, pergerakan wajah, penghidu, perasa dan penglihatan, sinusitis kronik, infeksi, fraktur mengalami nonunion atau malunion, maloklusi dan perdarahan.
Ditinjau dari : KODEKIPasal 10 :
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan keterampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien, ia wajib merujuk pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.
Ditinjau dari : UUD RI Nomor 29 tahun 2004 Tentang Prektik KedokteranPasal 51:
Dokter atau dokter gigi salam melaksanakan praktik kedoktera mempunyai kewajiban:a. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien;b. Merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan.c. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.d. Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan,
kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya.
e. Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran atau keedokteran gigi.
Ditinjau dari : Adapun isi daripada tidak terpenuhinya perjanjian
tersebut dapat berupa :a. Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatan
wajib dilakukanb. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib
dilakukan, tetapi terlambat melaksanakannya.c. Melakukan apa yang menurut kesepakatan wajib
dilakukan, tetapi tidak sempurna dalam pelaksanaan dan hasilnya.
d. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya dilakukan.
Kesimpulan Pasien merupakan pasien umum yang datang ke IGD setelah
tidak puas dengan pengobatan yang diberikan dokter umum sebelumnya karena masih mengalami keluhan tanpa perbaikan
Dalam kasus ini adannya kegiatan melalaikan kewajiban serta mengabaikan sesuatu yang seharusnya dapat didiagnostik oleh tenaga kesehatan.
Dari segi etika, seorang dokter harus bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan ketrampilan untuk kepentingan pasien, dan jika tidak mampu menangani pasien maka atas persetujuan pasien, dia harus merujuk pasien tersebut ke dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut dan seorang dokter wajib memberikan pertolongan darurat sebagai satu tugas perikemanusiaan, kecuali bila ada orang lain yang bersedia dan mampu memberikannya.
Terimakasih