refrat 7712 interna fix
TRANSCRIPT
![Page 1: Refrat 7712 Interna Fix](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022071707/55cf8efd550346703b97c238/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
Pendahuluan
Sindrom metabolik pada awalnya diperkenalkan Reaven pada tahun 1988 dengan nama
sindrom X atau Reaven atau sindrom resistensi insulin dengan adanya kumpulan faktor resiko
yang terdiri dari hipertensi, intoleransi glukosa dan dislipidemia Pada tahun 1999, WHO
mengubahnya menjadi sindrom metabolik dengan kumpulan faktor risiko yang terdiri dari
hiperinsulinemia, dislipidemi, obesitas sentral dan mikroalbuminuria dengan resistensi insulin
sebagi titik sentral dari komponen faktor resiko. Selanjutnya NCEP ATP III melakukan
modifikasi dengan kumpulan faktor resiko yang terdiri dari obesitas sentral, dislipidemia,
hipertensi dan peningkatan glukosa darah puasa, dimana semua komponen dari faktor resiko
saling berhubungan satu sama lain.(Bethene,2009)
Pandemi sindrom metabolik berkembang seiring dengan prevalensi obesitas yang terjadi
pada populasi Asia. (Soegondo, 2006) Hal ini berkaitan dengan penelitian yang berkembang
sekarang bahwa obesitas sentral berperan dalam menyebabkan resistensi insulin yang berperan
penting dalam patofisiologi sindrom metabolik.(Amy,2007)
Pada penelitian Soegondo (2004) didapatkan prevalensi sindrom metabolik adalah 13,13%.
Penelitian lain yang dilakukan di Depok (2001) menunjukkan prevalensi sindrom metabolik
menggunakan kriteria NCEP-ATP III dengan modifikasi Asia terdapat 25,7% pria dan wanita
25%
![Page 2: Refrat 7712 Interna Fix](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022071707/55cf8efd550346703b97c238/html5/thumbnails/2.jpg)
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Definisi
Sindrom metabolik adalah kelompok berbagai komponen faktor risiko yang terdiri dari
obesitas sentral, dislipidemia (meningkatnya trigliserida dan menurunnya kolesterol HDL),
hipertensi, dan gangguan toleransi glukosa yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah
puasa. Disfungsi metabolik ini dapat menimbulkan konsekuensi klinik yang serius berupa
penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus tipe 2, sindrom ovarium polikistik dan perlemakan
hati non-alkoholik.
2.2 Epidemiologi
Sindrom Metabolik mempunyai prevalensi yang bervariasi tergantung pada definisi yang
digunakan dan populoasi yang diteliti. Bertambahnya usia dan berat badan meningkatkan
prevalensi sindrom metabolic. Berdasarkan data dari Third National Health and Nutrition
Examination Survey (1988 – 1994), prevalensi sindrom metabolic (dengan menggunakan criteria
NCEP-ATP III) bervariasi 16% pada laki-laki kulit hitam sampai 37% pada wanita Hispanik. Di
Amerika, faktor primer penyakit kardiovaskular karena sindrom metabolic melebihi merokok.
Dikarenakan bertambahnya populasi penduduk yang berusia lanjut dan yang mengalami obesitas
lebih dari 50%. Sedangkan di Indonesia berdasarkan penelitian semiardji pada pekerja PT.
Krakatau steel didapatkan prevalensi sebesar 15,8% pada tahun 2005 dan meningkat 19,7% pada
tahun 2007. Kejadian ini meningkat dengan adanya pengaruh gaya hidup yang kurang sehat
dalam aktifitas fisik dan konsumsi sehari-hari. (Amy, 2007).
2.3 Etiologi
Etiologi dari sindrom metabolic bersifat multifactor. Resistensi insulin yang berhubungan
dengan obesitas sentral yang ditandai dengan timbunan lemak visceral adalah penyebab primer
yang mengakibatkan gangguan metabolic yang ditemukan pada sindrom metabolic. Stress
oksidatif yang menimbulkan disfungsi endotel yang akan menyebabkan kerusakan dan
![Page 3: Refrat 7712 Interna Fix](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022071707/55cf8efd550346703b97c238/html5/thumbnails/3.jpg)
pembentukan atheroma diduga menjadi mediasi hubungan antara resistensi insulin dan penyakit
kardiovaskular. Suatu studi menyatakan bahwa obesitas abdominal, resistensi indulin dan
displipidemia dialami pada individu yang kadar kortisol didalam serum (disebabkan oleh stress
kronik) meningkat. (Aquailante, 2008)
2.4 Diagnosis
Setelah Reaven pada tahun 1988 mencanangkan sindrom resistensi insulin, maka WHO
1999 melakukan tata cara diagnostik sindrom metabolik yang memberi persyaratan harus ada
komponen resistensi insulin atau hiperinsulinemia yang ditandai dengan kadar glukosa darah
puasa > 110 mg/dl ditambah dengan komponen lain. Berikut tabel kriteria diagnosis sindrom
metabolik menurut WHO (1999)
Faktor resiko Nilai batas
Hiperinsulinemia ≥110 mg/dl (GPD)
Tekanan darah >160/90 mm/Hg
Trigliserida ≥150 g/dl
HDL Pria
Wanita
<35 mg/dl
<39 mg/dl
Obesitas abdominal (Lingkar Pinggang)
Pria
Wanita
>0,90
>0,85
Mikroalbuminuria
Rasio albumin:kreatinin >30 mg/gr
Berdasarkan atas kriteria WHO 1999 maka jelas komponen resistensi insulin dalam hal
ini diabetes mellitus dan atau resistensi glukosa terganggu merupakan titik sentral dari komponen
faktor risiko penyakit kardiovaskuler. Pada dasarnya semua komponen dari sindrom metabolik
terkait satu sama lain sehingga dengan penanganan salah satu dari komponen akan memberi
dampak positif pula pada komponen lain.
Selanjutnya NCEP ATP III merekomendasikan sindrom metabolik dengan kriteria
berbeda dimana gangguan resistensi insulin tidak dimasukkan dalam salah satu persyaratan
![Page 4: Refrat 7712 Interna Fix](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022071707/55cf8efd550346703b97c238/html5/thumbnails/4.jpg)
melainkan memasukkan dalam kedudukan yang sejajar dengan komponen lainnya. Menurut
rekomendasi ATP III, dikatakan sindrom metabolik apabila ditemukan 3 atau lebih komponen
yang ada pada satu subjek. Berikut kriteria diagnosis sindrom metabolik menurut ATP III dan
ATP III yang dimoifikasi.
Faktor risiko NCEP ATP III NCEP ATP III
(Modifikasi)
Obesitas abdominal
Lingkar perut pria
Wanita
>102
>88
≥ 90 cm
≥80 cm
Hipertrigliseridemia ≥150 ≥150
HDL Pria
Wanita
<40
<50
<40
<50
Hipertensi ≥130/85 ≥130/85
GDP ≥110 ≥110
Selanjutnya klasifikasi ATP III mengalami modifikasi khusus bagi orang Asia dimana
lingkar pinggang dianggap terlalu besar untuk orang Asia dimana lingkar pinggang orang Asia
untuk laki-laki adalah ≥ 90 cm dan wanita ≥ 80 cm. Komponen lainnya tetap sama sebagaimana
ATP III. Namun, jika dilihat dari kriteria diagnosis WHO dan NCEP ATP digunakan glukosa
darah puasa terganggu.
2.6 Faktor Resiko
Menurut Mallos(2008), ada 4 faktor resiko yang menyebabkan sindrom metabolic:
![Page 5: Refrat 7712 Interna Fix](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022071707/55cf8efd550346703b97c238/html5/thumbnails/5.jpg)
1. Genetic
Banyak penelitian yang menyebutkan bahwa orang yang mempunyai riwayat
keluarga hipertensi dan diabetes mellitus menderita sindrom metabolic.
2. Obesitas sentral
Obesitas sentral adalah faktor resiko utama dalam perkembangan sindrom
metabolic. Penyebab dari berbagai gangguan yang dapat berkembang dari sindrom
metabolic adalah resistensi insulin yang merupakan faktor resiko utama dalam obesitas
sentral.
3. Kurangnya aktifitas fisik
Ketidakseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran energy menjadadi
penyebab obesitas karena kurangnya aktifitas fisik.
4. Usia
Sebuah studi di Amerika menyatakan seiring dengan peningkatan usia jumlah
orang dengan sindrom metabolic meningkat. Hal ini karena ditemukannya
prevalensi sindrom metabolic pada usia 20-29 tahun sebesar 6,7% dan pada usia
60-69 tahun sebesar 43,5%.
2.6 Patofisiologi
Patofisiologi dari sindrom resistensi insulin bersifat multifactor. Beberapa penelitian
menyatakan bahwa tanpa mengesampingkan faktor lainnya dalam sindrom metabolic, resistensi
insulin dan obesitas sentral merupakan patofisiologi dasar yang berkaitan erat satu sama lain.
1. obesitas sentral
obesitas disebabkan oleh banya faktor tetapi mempunyai prinsip dasar yang sama
yaitu ketidakseimbangan dalam penyimpanan dan pengeluaran energy. Di dalam jaringan
lemak tertimbun energy yang tidak efektif yang dimasukkan dalam tubuh.
![Page 6: Refrat 7712 Interna Fix](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022071707/55cf8efd550346703b97c238/html5/thumbnails/6.jpg)
Pada obesitas dibagi menjadi 2 tipe yaitu obesitas perifer dan sentral.penimbunan
lemak didalam tubuh melebihi nilai normal didaerah abdomen disebut obesitas sentral.
Sedangkan obesitas didaerah gluteofemoral disebut obesitas perifer. (Sherwood, 2006)
Obesitas sentral merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam mencetuskan
terjadinya resistensi insulin. Hal-hal yang menyebabkan terjadinya resistensi insulin,
qntara lain:
a. Lipotoksisitas
Glukosa menghambat sekresi insulin karena pengeluaran insulin basal pada
sel beta pancreas ditingkatkan oleh pemaparan asam lemak bebas yang lama.
Selain itu asam lemak bebas juga dapat maenghambat ekspresi insulin pada
keadaan glukosa plasma yang tinggi dan menginduki apoptosis sel beta pancreas.
Resistensi insulin pada organ hati dan otot disebebkan oleh asam lemak
bebas yang meningkat dan menggaggu kemampuan insulin untuk menghambat
penghasilan glukosa hepatic dan menghambat pemasokan glukosa ke dalam otot
skelet , dan juga menghambat sekrsi insulin dari sel beta pancreas.
b. Adipositokin
Sitokin-sitokin yang dihasilkan oleh sel lemak seperti TNF-α, IL-6 dan
resistin dapat mencetuskan terjadinya resistensi insulin karena adanya efek
proinflamasi. Efek-efek ini dapat mengganggu fungsi GLUT-4 sebagai transporter
glukosa sehingga tidak dapat memasukkan glukosa ke dalam sel.
Jaringan lemak yang dulu dianggap sebagai deposit trigliserid ternyata
mempunyai fungsi endokrin sitokin dengan menghasilkan hormon TNF-α, leptin,
interleukin 6, resistin. TNFα, interleukin dan resitin menyebabkan resistensi
insulin sedang adiponektin dan leptin menghambat resistensi insulin.
- Adinopektin
![Page 7: Refrat 7712 Interna Fix](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022071707/55cf8efd550346703b97c238/html5/thumbnails/7.jpg)
Adinopektin adalah protein sekretorik mirip kolagen yang dihasilkan oleh
sel lemak. Kadar adinopektin dalam serum berbanding terbalik dengan berat
badan. adinopektin juga memiliki peran dalam meningkatkan sensitifitas insulin,
anti-inflamasi dan anti-aterogeni
- Leptin
Kadar leptin serum sangat berhubungan dengan ekspresi mRNA leptin
pada sel lemak dan kadar trigliserida dalam sel tersebut. Tempat kerja leptin di
hipotalamus, dimana leptin bekerja sebagai regulator pemasukan dan pengeluaran
energi. Leptin memiliki efek menurunkan sintesis lemak, menurunkan sintesis
trigliserida dan meningkatkan oksidasi asam lemak sehingga bisa meningkatkan
sensitifitas insulin. Selain itu leptin berfungsi menurunkan nafsu makan dan
meningkatkan penggunaan energi.
- Interleukin-6
IL-6 adalah sitokin yang dihasilkan oleh sel lemak dimana peningkatan
kadarnya dipengaruhi oleh peningkatan jumlah dan ukuran sel lemak. IL-6
disekresi 2-3 kali lebih banyak oleh jaringan lemak viseral daripada jarigan lemak
subkutan pada orang yang obes berat.IL-6 memiliki sifat pro-inflamasi yang dapat
dihubungkan dengan terjadinya resistensi insulin. IL-6 diperkirakan dapat
![Page 8: Refrat 7712 Interna Fix](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022071707/55cf8efd550346703b97c238/html5/thumbnails/8.jpg)
mengirimkan sinyal-sinyal secara sistemik untuk menurunkan sensitifitas sel
terhadap insulin khususnya sel hati.
- Resistin
Resistin adalah hormon yang diekspresi dan disekresi oleh sel lemak. Ekspresi
gen resistin diinduksi pada saat diferensiasi sel lemak. Resistin diperkirakan
memiliki peran dalam obesitas dan resistensi insulin.
- TNF –α
Sel lemak merupakan sumber dan target dari sitokin TNF-α. Orang yang
mengalami obesitas mengekspresikan mRNA TNF-α 2-3 kali lebih banyak
daripada orangbkurus. Kadar TNF-α akan menurun dengan penurunan berat
badan. Efek TNF-α pada jaringan lemak yaitu penurunan eksresi transporter
glukosa GLUT-4 dan peningkatan hormon lipase. TNF-α memiliki potensi untuk
mencetuskan resistensi insulin karena glukosa plasma yang masuk ke sel
berkurang.
2. Resistensi insulin
Perkembangan resistensi insulin pada sindrom metabolik disebabkan oleh
banyaknya asam lemak bebas yang beredar di plasma pada orang dengan obesitas sentral.
Berdasarkan gambar diatas, adanya resistensi insulin ini akan semakin
meningkatkan pemecahan asam lemak bebas (lipolisis) di jaringan adiposa yang
menyebabkan terjadinya beberapa gangguan pada sistem organ antara lain:
- Jaringan otot
Terjadi penurunan ambilan glukosa (Glucose uptake)
- Hati
Terjadi peningkatan pemecahan glukosa di hati (glukoneogenesis)
- Pankreas
![Page 9: Refrat 7712 Interna Fix](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022071707/55cf8efd550346703b97c238/html5/thumbnails/9.jpg)
Terjadi peningkatan sekresi insulin oleh sel-β pancreas
- Pembuluh darah
Terjadinya vasokonstriksi dan penurunan relaksasi pembuluh darah akibat
penurunan Nitrit oxide.
Resistensi insulin dapat menyebabkan dislipidemia melalui peningkatan asam
lemak bebas yang dapat meningkatkan sintesis dan sekresi apoB100 sebagai kofaktor dari
trigliserid dan VLDL. Pada hipertrigliseridemia terjadi penurunan isi ester kolesterol dari
inti lipoprotein menyebabkan penurunan isi kolesterol HDL dengan peningkatan beragam
trigliserida menjadikan partikel kecil dan padat. Hal ini menyebabkan peningkatan
bersihan HDL di sirkulasi.
Hipertensi pada sindrom metabolik dapat disebabkan oleh mekanisme yang sulit
dipisahkan satu sama lain karena adanya resistensi insulin dan obesitas. Adanya resistensi
insulin akan mengganggu produksi endothelial Nitric Oxide Synthase (eNOS) sehingga
menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah.
Selain itu, obesitas juga dapat menimbulkan hipertensi melalui beberapa
mekanisme berikut:
- Pada individu obese terjadi peningkatan volume darah, stroke volume dan
cardiac output sehingga terjadi peningkatan peripheral vascular resistance pada individu
obese yang dapat menimbulkan kondisi hipertensi
- Obesitas dikaitkan dengan disfungsi endotel, resistensi insulin, perubahan sistem
saraf simpatik, dan pelepasan mediator proinflamasi (Tumor Necrosis Factor/TNF-α dan
Intrleukin/IL-6) sehingga terjadi peningkatan peripheral vascular resistance
2.7 Evaluasi Klinis
![Page 10: Refrat 7712 Interna Fix](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022071707/55cf8efd550346703b97c238/html5/thumbnails/10.jpg)
Evaluasi klinis yang dilakukan terhadap individu yang dicurigai mengalami sindrom
metabolic, yaitu:
1. Anamnesis, tentang:
- Riwayat keluarga dan penyakit sebelumnya
- Riwayat afanya peruahan berat badan
- Aktifitas fisik sehari-hari
- Asupan makan sehari-hari
2. Pemeriksaan fisik, meliputi:
- Pengukuran tinggi daban, berat badan dan tekanan darah
- Pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT)
- Pengukuran lingkar pinggang
3. Pemeriksaan laboratorium, meliputi:
- Kadar glukosa plasma dan profil lipid puasa.
- Pemeriksaan klem euglikemik atau HOMA ( homeostasis model assessment) untuk
menilai resistensi insulin secara akurat biasanya hanya dilakukan dalam penelitian
dan tidak praktis diterapkan dalam penilaian klinis
- Highly sensitive C-reactive protein
- Kadar asam urat dan tes faal hati dapat menilai adanya NASH.
- USG
- USG abdomen diperlukan untuk mendiagnosis adanya fatty liver karena kelainan ini
dapat dijumpai walaupun tanpa adanya gangguan faal hati.
2.8 Penatalaksanaan
Saat ini, belum diketahui adanya studi acak terkontrol khusus untuk membahas penatalaksanaan
Sindrom Metabolik. Penatalaksanaan agresif mengenai Hasil studi klinis menyatakan bahwa
Sindrom Metabolik diketahui dapat membantu mencegah atau memperlambat onset diabetes,
penyakit kardiovaskular dan hipertensi. Penderita Sindrom Metabolik dapat diterapi dengan
pendekatan utama melalui motivasi agar merubah kebiasaan makan dan latihan fisik. Selain itum
salah satu aspek yang dapat memperbaiki semua aspek Sindrom Metabolik serta mengurangi
semua penyebab dan mortalitas penyakit kardiovaskular adalah turunnya berat badan. Meskipun
demikian, sebagian besar pasien mengalami keuslitan untuk mengurangi berat badan. Perubahan
![Page 11: Refrat 7712 Interna Fix](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022071707/55cf8efd550346703b97c238/html5/thumbnails/11.jpg)
perilaku makan dan latihan fisik dapat menormalkan kadar lipid dan menurunkan tekanan darah
sehingga ketahanan insulin menjadi lebih baik (Yunita, 2011).
1. Latihan fisik
Menurut Yunita (2011), otot rangka merupakan target utama terbentuknya ketahanan atau
resistensi insulin. Selain itu, otot rangka adalah jaringan dalam tubuh yang memiliki
sensitivitas tertinggi terhadap insulin. Turunnya kadar lipid dan resistensi insulin dalam otot
rangka telah dibuktikan dengan melakukan aktivitas dan latihan fisik.Sensitivitas insulin oleh
pengaruh latihan fisik dapat dilihat dalam kurun waktu 24-48 jam serta hilang dalam 3-4 hari.
Oleh sebab itu, upaya untuk memperbaiki resistensi insulin dapat dilakukan dengan
beraktivitas fisik secara teratur dan secara jangka panjang, contohnya latihan fisik aerobic
dan ,emggunakan beban. Untuk mencapai hasil terbaik dalam latihan beban, dumbbell ringan
dan elastic exercise band dapat menjadi pilihan utama. Di sisi lain, jogging dan berjalan
selama setidaknya 1 jam per hari terbukti pada laki-laki dapat menurunkan lemak visceral
tanpa mengurangi kalori yang diperlukan oleh tubuh.
2. Diet
Dampak diet yang paling utama terhadap Sindrom Metabolik adalah turunnya risiko diabetes
mellitus dan penyakit kardiovaskular. Perilaku diet rendah sodium telah terbukti dapat
membantu mempertahankan gula darah. Beberapa penleitian lain menunjukkan hasil yang
positif mengenai pengaruh diet terhadap penyakit kardiovaskular dan turunnya berat badan.
Ada berbagai macam diet yang dapat berpengaruh pada Sindrom Metabolik selain yang
disebutkan di atas, seperti diet rendah lemak dan diet rendah karbohidrat.
3. Medikamentosa
Obat-obatan yang dapat digunakan sebagai pengaturan berat badan adalah sibutramin dan
orlistat. Efek sibutramin timbul dalam bentuk rasa kenyang dan bertahannya pengeluaran
energi. Sedangkan efek metabolik sibutramin dapat dirasakan setelah 24 minggu dan disertai
dengan aktivitas fisik dan diet dalam penurunan berat badan akan memperbaiki kadar
trigliserida dan kolesterol HDL. Sebagai contoh, hipertensi pada Sindrom Metabolik dapat
memanfaatkan ACE-inhibitor yang berguna untuk regresi hipertrofi ventrikel.
![Page 12: Refrat 7712 Interna Fix](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022071707/55cf8efd550346703b97c238/html5/thumbnails/12.jpg)
Pilihan terapi lainnya di samping memodifikasi gaya hidup adalah terapi obat. Misalnya,
terapi menggunakan gemfibrozil dapat menurunkan risiko kardiovaskuler di samping
memperbaiki profil lipid. Begitu juga dengan dampak fenofibrat yang berguna untuk
menurunkan trigliserida dan meningkatkan kolesterol HDL, yang berakibat pada
berkurangnya risiko kardiovaskular dan meningkatnya perbaikan profil lipid.
BAB III
![Page 13: Refrat 7712 Interna Fix](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022071707/55cf8efd550346703b97c238/html5/thumbnails/13.jpg)
Kesimpulan
Sindrom metabolik adalah kelompok berbagai komponen faktor risiko yang terdiri dari
hipertensi, gangguan toleransi glukosa, obesitas sentral dan dislipidemia yang ditandai dengan
meningkatnya trigliserida dan menurunnya kolesterol HDL yang dapat menimbulkan
konsekuensi klinik yang serius berupa penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus tipe 2, sindrom
ovarium polikistik dan perlemakan hati non-alkoholik.
Sindrom metabolik dapat didiagnosis dengan menggunakan kriteria NCEP ATP dengan
modifikasi. Faktor resiko yang mendasari terdiri dari faktor genetik, diet, inaktifitas fisik dan
usia. Patofisologi mendasar terjadinya gangguan adalah obesitas sentral dan resistensi insulin.
Tindakan pengobatan sangat bermanfaat untuk mencegah manifestasi klinis akibat
perkembangan penyakit.
Daftar Pustaka
![Page 14: Refrat 7712 Interna Fix](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022071707/55cf8efd550346703b97c238/html5/thumbnails/14.jpg)
Bethene, Ervin. Prevalence of Metabolic Syndrome Among Adults 20 Years of Age and Over, by Sex, Age, Race and Ethnicity, and Body Mass Index: United States, 2003–2006. 2009. Division of Health and Nutrition Examination Surveys
Sugondo, Sidartawan. Sindrom Metabolik dalam Buku Ajar Penyakit Dalam. 2006: pg 1871-1872
Amy Z. Fan. Etiology of the Metabolic Syndrome. 2007. Current Cardiology Review pg. 232-239
Aquilante, Christina and Joseph P. Vande Griend. Metabolic syndrome. 2008. BCPS
Sherwood, Lauralee. Organ endokrin perifer dalam Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem hal. 661-667. 2006. EGC
Mallos, Crina Frincu. Endothelial Dysfunction in Metabolic Syndrome May Predict Cardiovascular Risk. 2008. NJHS,Baltimore, Marylan.
Renaldy,oly. Peran adinopektin terhadap kejadian resistensi insulin pada Sindrom metabolik. 2009. FK. UGM
Nurtanio, Natasha&Sunny Wangko. Resistensi insulin pada obesitas sentral. 2006. BLK Biomed,.Volume 3:89-96
Sutomo Kasiman. Pengaruh Makanan Pada Sindrom Metabolik 2011. J Kardiol Indones;32:24-26
Scott M,G et al. Diagnosis and Management of the Metabolic Syndrome. An American Heart Association/National Heart, Lung, and Blood Institute Scientific Statement. 2008:1823-1835