regenerasi
DESCRIPTION
rangkumanTRANSCRIPT
REGENERASI
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap hewan mempunyai kemampuan hidup yang bervariasi antara makhluk yang satu
dengan yang lainnya. Salah satu contoh adalah regenerasi dari organ. Regenerasi organ
dapat diartikan sebagai kemampuan tubuh suatu organisme untuk menggantikan bagian
tubuh yang rusak baik yang disengaja ataupun yang tidak disengaja (karena kecelakaan)
dengan bagian tubuh yang baru dengan bentuk yang sama persis dengan sebelumnya.
Daya regenerasi tidak sama pada bagian organisme. Hubungan linier antara kedudukan
sistematik hewan dengan daya regenerasinya belum terungkap secara jelas. Kelas reptil
(diwakili oleh cicak) dan kelas insecta (diwakili oleh kecoa) memiliki daya regenerasi yang
rendah, biasanya terbatas pada bagian ekor atau kaki yang lepas atau rusak.
Proses regenerasi yang efektif adalah pada masa embrio hingga masa bayi, setelah dewasa
kemampuan regenerasi ini terbatas pada sel atau jaringan tertentu saja. Namun tidak
demikian dengan bangsa avertebrata dan reptilia tertentu, kemampuan untuk memperbaiki
dirinya sangat menakjubkan hingga dia mencapai dewasa.
Cicak adalah sebagai salah satu contoh dari sekian banyak makhluk hidup yang mempunyai
kemampuan dalam regenerasi organ. Cicak akan memutuskan ekornya bila merasa dirinya
dalam keadaan bahaya atau menghadapi musuh. Ekor yang diputuskan tersebut akan
tergantikan kembali melalui proses regenerasi organ yang memerlukan waktu tertentu
dalam proses pembentukannya. Regenerasi adalah proses memperbaiki bagian yang rusak
kembali seperti semula. Cicak memiliki daya regenerasi yang terdapat pada ekornya. Daya
regenerasi pada berbagai organisme tidak sama karena ada yang rendah sekali dayanya
dan ada yang tinggi. Vertebrata paling rendah daya regenerasinya dibandingkan dengan
avertebrata. Sub phylum dari vertebrata yang paling tinggi daya regenerasinya adalah
urodela. Reptilia daya regenerasinya hanya terbatas pada ekornya saja.
Praktikum ini menggunakan cicak dan kecoa sebagai bahan percobaan karena selain
mudah didapat juga karena fenomena putus dan tumbuhnya ekor cicak sering dijumpai,
sehingga proses dari tumbuh atau regenerasinya perlu untuk diamati. Praktikum kali ini
menggunakan cicak yang telah diamputasi ekornya dan kecoa yang telah diamputasi
kakinya dengan sengaja, lalu diamati daya regenerasi yang terjadi pada ekor cicak dan kaki
kecoa tersebut.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk dapat menyusun rangkaian
perkembangan, penyembuhan, dan pembentukan kembali ekor pada ujung ekor yang
terpotong dan ujung kaki pada kaki kecoa yang terpotong.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Setiap larva dan hewan dewasa mempunyai kemampuan untuk menumbuhkan kembali
bagian tubuh mereka yang secara kebetulan hilang atau rusak terpisah. Kemampuan
menumbuhkan kembali bagian tubuh yang hilang ini disebut regenerasi. Kemampuan
setiap hewan dalam melakukan regenerasi berbeda-beda. Hewan avertebrata mempunyai
kemampuan regenerasi yang lebih tinggi daripada hewan vertebrata (Majumdar, 1985).
Menurut Balinsky (1981), suatu organisme khususnya hewan memiliki kemampuan untuk
memperbaiki struktur atau jaringan yang mengalami kerusakan akibat kecelakaan yang
tidak disengaja karena kondisi natural atau kerusakan yang disengaja oleh manusia untuk
keperluan penelitian atau experimen. Hilangnya bagian tubuh yang terjadi ini setiap saat
dapat muncul kembali, dan dalam kasus ini proses memperbaiki diri ini kita sebut sebagai
regenerasi.
Proses regenerasi dalam banyak hal mirip dengan proses perkembangan embrio.
Pembelahan yang cepat, dari sel-sel yang belum khusus timbullah organisasi yang
kompleks dari sel-sel khusus. Proses ini melibatkan morfogenesis dan diferensiasi seperti
perkembangan embrio akan tetapi paling tidak ada satu cara proses regenerasi yang
berbeda dari proses perkembangan embrio. Cicak akan melepaskan ekornya bila ditangkap
pada bagian ekornya. Cicak kemudian meregenerasi ekor baru pada tepi lainnya pada
waktu senggang. Dalam stadium-stadium permulaan dari regenerasi tidak ada sel-sel
dewasa sehingga tidak ada penghambatan pembelahan sel. Sel-sel pada permukaan depan
mempunyai laju metabolik yang tinggi daripada permukaan di tepi belakang (Kimball,
1992).
Kemampuan regenerasi dari hewan-hewan yang berbeda dapat dibedakan, hal ini tampak
dengan adanya beberapa hubungan antara kompleksitas dengan kemampuan untuk
regenerasi. Daya regenerasi Spons hampir sempurna. Regenerasi pada manusia hanya
terbatas pada perbaikan organ dan jaringan tertentu. Cicak mempunyai daya regenerasi
pada bagian ekor yang putus dengan cukup kokoh. (Kaltroff, 1996).
Bila ada tungkai depan Salamander yang dibuang, proses perbaikan pertama ialah
penyembuhan luka dengan cara menumbuhkan kulit di atas luka tersebut kemudian suatu
tunas sel-sel yang belum terdiferensiasi terlihat. Tunas ini mempunyai rupa yang mirip
dengan tunas anggota tubuh pada embrio yang sedang berkembang. Pembelahan yang
cepat dari sel-sel embrio yang belum khusus dari tunas anggota tubuh mungkin berasal
dari dediferensiasi sel-sel khusus demikian, sebagai sel-sel otot atau sel-sel tulang rawan.
Dediferensiasi berarti bahwa sel-sel ini kehilangan struktur diferensiasinya sebelum
berperan dalam tugas regenerasi. Sel-sel dari anggota tubuh yang sedang regenerasi
diatur dan berdiferensiasi sekali lagi menjadi otot, tulang, dan jaringan lainnya yang
menjadikan kaki fungsional (Kimball, 1992).
Kemampuan hewan untuk meregenerasi bagian-bagian yang hilang sangat bervariasi dari
spesies ke spesies. Hewan avertebrata seperti cacing tanah, udang, ikan, salamander dan
kadal tidak mempunyai daya regenerasi yang dapat meregenerasi seluruh organisme,
melainkan hanya sebagian dari organ atau jaringan organisme tersebut (Kimball, 1992).
Tahap dari perkembangan yang menarik perhatian adalah pergantian dari tubuh yang
hilang. Tersusun dari regenerasi jumlah struktur baru organisme tersebut (Wilis, 1983).
III. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah penggaris, silet dan toples
kaca/botol air mineral. Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah seekor cicak
dengan ekor yang masih utuh dan seekor kecoa dengan kaki utuh.
B. Metode
1. Cicak dengan ekor utuh dan kecoa dengan kaki yang masih utuh di ukur
menggunakan penggaris.
2. Ekor yang telah diukur dipotong dua pertiga dari panjang awal, sedangkan ruas
kaki kecoa dipotong pada bagian ruas kedua.
3. Hewan-hewan tersebut dimasukkan ke dalam toples/botol yang telah di beri lubang
udara.
4. Diamati pertumbuhannya setiap sepekan sekali (7 hari seka
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan maka diperoleh hasil pertumbuhan ekor cicak dan ruas kaki kecoa sebagai berikut :
Pertumbuhan panjang ekor (cm)
Cicak I Cicak II Cicak III Cicak IV Cicak V
Panjang ekor yang dipotong
P.A = 4,5
2,25
P.A = 5
2,5
P.A = 5,1
2,55
P.A = 5,5
2,75
P.A = 4,2
2,1
1. 2,45 2,7 2,65 2,95 2,32
2. - - 2,65 - -
3. - - - - -
4. - - - - -
Pekan ke- Pertumbuhan panjang ruas kaki (cm)
Kecoa I Kecoa II Kecoa III Kecoa IV Kecoa V
Panjang ruas kaki yang dipotong
P.A = 2,6
1,95
P.A = 2,9
2,125
P.A = 2,2
1,65
P.A = 2,8
2,1
P.A = 1,8
1,35
1. 1,98 - - 2,3 1,39
2. - - - - 1,42
3. - - - - -
4. - - - - -
B. Pembahasan
Ekor cicak memiliki bentuk yang panjang dan lunak yang memungkinkan untuk bisa
memendek dan menumpul. Ekor akan mengalami regenerasi bila ekor tersebut putus
dalam usaha perlindungan diri dari predator. Regenerasi tersebut diikuti oleh suatu proses,
yaitu autotomi. Autotomi adalah proses adaptasi yang khusus membantu hewan
melepaskan diri dari serangan musuh. Jadi, autotomi merupakan perwujudan dari mutilasi
diri. Cicak jika akan dimangsa oleh predatornya maka akan segera memutuskan ekornya
untuk menyelamatkan diri. Ekor yang putus tersebut dapat tumbuh lagi tetapi tidak sama
seperti semula (Strorer, 1981).
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan pada cicak dengan memotong
ekornya, setelah diamati selama empat minggu, ternyata bagian ekor yang telah dipotong
mengalami pertumbuhan. Ekor yang putus tersebut tumbuh tetapi tidak dapat sama seperti
semula. Pengamatan pada minggu pertama ekor cicak bertambah 0,1 cm, minggu kedua
0,4 cm, dan beberapa hari kemudian cicak tersebut mati. Pertumbuhan ekor cicak yang
mengalami regenerasi lebih pendek daripada ekor semula. Karena panjang ekor yang
dipotong sepanjang 5 cm sedangkan panjang ekor regenerasi hanya 2 cm. Pada kaki kecoa
terjadi penambahan panjang yang tidak terlau signifikan dan kecoa mati sebelum minggu
ketiga.
Ekor cicak yang dipotong sel epidermisnya menyebar menutupi permukaan luka dan
membentuk tudung epidermis apikal. Semua jaringan mengalami diferensiasi dan generasi
membentuk sel kerucut yang disebut blastema regenerasi di bawah tudung. Berakhirnya
periode proliferasi, sel blastema mengadakan rediferensiasi dan memperbaiki ekornya.
Ketika salah satu anggota badan terpotong hanya bagian tersebut yang disuplai darah dan
dapat bergenerasi. Hal inilah yang memberi pertimbangan bahwa bagian yang dipotong
selalu bagian distal (Kalthoff, 1996).
Proses regenerasi pada reptil berbeda dengan pada hewan golongan amfibi.
Regenerasi tidak berasal dari proliferasi atau perbanyakan sel-sel blastema. Regenerasi
pada reptil diketahui bahwa ekor yang terbentuk setelah autotomi menghasikan hasil
dengan catatan khusus karena baik secara struktur maupun cara regenerasinya berbeda
(Balinsky, 1983).
Secara eksperimental pada ekor cicak yang telah dipotong, ternyata hasil regenerasinya
tidak sama dengan semula. Pertambahan panjang tidak sama dengan ekor yang dipotong.
Ekor baru tidak mengandung notochord dan vertebrae yang baru hanya terdiri dari ruas-
ruas tulang rawan. Ruas-ruas ini hanya meliputi batang syaraf (medula spinalis), jumlah
ruas itu pun tidak lengkap seperti semula.
Proses perbaikan pertama pada regenerasi ekor cicak adalah penyembuhan luka
dengan cara penumbuhan kulit di atas luka tersebut. Kemudian tunas-tunas sel yang belum
berdiferensiasi terlihat. Tunas ini menyerupai tunas anggota tubuh pada embrio yang
sedang berkembang. Ketika waktu berlalu sel-sel dari anggota tubuh yang sedang
regenerasi diatur dan berdiferensiasi sekali lagi menjadi otot, tulang dan jaringan lajunya
yang menjadikan ekor fungsional.
Proses regenerasi ini secara mendasar tidak ada perusakan jaringan otot, akibatnya
tidak ada pelepasan sel-sel otot. Sumber utama sel-sel untuk beregenerasi adalah berasal
dari ependima dan dari berbagai macam jaringan ikat yang menyusun septum otot, dermis,
jaringan lemak, periosteum dan mungkin juga osteosit vertebrae. Sumber sel untuk
regenerasi pada reptile berasal dari beberapa sumber yaitu ependima dan berbagai
jaringan ikat (Manylov, 1994).
Studi regenerasi mengungkapkan bahwa sel-sel dewasa dari jaringan tertentu yang telah
berdiferensiasi misalnya epidermis, mensintesis dan menghasilkan zat yang secara aktif
menghambat mitosis-sel-sel muda dari jaringan yang sama, zat ini disebut kolona. Stadium
permulaan dari regenerasi tidak ada sel-sel dewasa sehingga tidak ada penghambatan
pembelahan sel. Jaringan dari struktur yang mengalami regenerasi berdiferensiasi,
mulailah produksi kolona dan agaknya secara berangsur-angsur menghentikan
pertunbuhan struktur tersebut. Regenerasi melalui beberapa tahapan, yaitu :
1. Luka akan tertutup oleh darah yang mengalir, lalu membeku membentuk scab yang
bersifat sebagai pelindung.
2. Sel epitel bergerak secara amoeboid menyebar di bawah permukaan luka, di bawah
scab. Proses ini membutuhkan waktu selama dua hari, dimana pada saat itu luka telah
tertutup oleh kulit.
3. Diferensiasi sel-sel jaringan sekitar luka, sehingga menjadi bersifat muda kembali dan
pluripotent untuk membentuk berbagai jenis jaringan baru. Matriks tulang dan tulang
rawan akan melarut, sel-selnya lepas tersebar di bawah epitel. Serat jaringan ikat juga
berdisintegrasi dan semua sel-selnya mengalami diferensiasi. Sehingga dapat dibedakan
antara sel tulang, tulang rawan, dan jaringan ikat. Setelah itu sel-sel otot akan
berdiferensiasi, serat miofibril hilang, inti membesar dan sitoplasma menyempit.
4. Pembentukan kuncup regenerasi (blastema) pada permukaan bekas luka. Pada saat ini
scab mungkin sudah terlepas. Blastema berasal dari penimbunan sel-sel diferensiasi atau
sel-sel satelit pengembara yang ada dalam jaringan, terutama di dinding kapiler darah.
Pada saatnya nanti, sel-sel pengembara akan berproliferasi membentuk blastema.
5. Proliferasi sel-sel berdiferensiasi secara mitosis, yang terjadi secara serentak dengan
proses dediferensiasi dan memuncak pada waktu blastema mempunyai besar yang
maksimal dan tidak membesar lagi.
6. Rediferensiasi sel-sel dediferensiasi, serentak dengan berhentinya proliferasi sel-sel
blastema tersebut. Sel-sel yang berasal dari parenkim dapat menumbuhkan alat derifat
mesodermal, jaringan saraf dan saluran pencernaan. Sehingga bagian yang dipotong akan
tumbuh lagi dengan struktur anatomis dan histologis yang serupa dengan asalnya.
Regenerasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah temperatur,
proses biologi dan faktor bahan makanan. Kenaikan dari tempetatur, pada hal-hal tertentu
dapat mempercepat regenerasi. Regenerasi menjadi cepat pada suhu 29,7 derajat Celcius.
Faktor bahan makanan tidak begitu mempengaruhi proses regenerasi (Morgan, 1989).
Secara eksperimental bagian kaki kecoa yang terpotong ternyata hasil
regenerasinya tidak sama seperti semula. Pertumbuhan kaki kecoa tidak sama dengan kaki
kecoa yang tidak dipotong. Kaki yang baru strukturnya tidak sama dengan kaki yang
sebelum dipotong.
Berdasarkan data di atas, ternyata pertumbuhan ekor cicak cukup lambat dan tidak
terlalu signifikan. Hal ini mungkin dikarenakan kurangnya pasokan dalam pemberian
makan atau suhu tempat cicak tersebut kurang ideal karena hidup terkurung dalam toples
dan tidak sebebas di luar sehingga cicak menjadi stres yang dapat mempengaruhi kerja
proses biologis di dalam tubuhnya, yang mengakibatkan pertumbuhan ekornya lambat.Hari
ke 17, cicak tersebut mati. Begitu pula pada kaki kecoa yang dapat diamati. . Hasil
regenerasi dari organ tertentu dalam hal ini ekor cicak dan kaki kecoa tidak harus kembali
seperti semula. Hal itu membuktikan bahwa sel de-differensiasi bersifat pluripotent, yakni
dapat menimbulkan jaringan yang bukan darimana ia berasal.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Proses penyembuhan ekor yang terpotong dimulai dengan terjadinya pembekuan
darah disekitar luka yang nantinya akan terbentuk scab.
2. Jaringan epitel kulit yang berada dibawah scab, menyebar menutupi seluruh
permukaan luka.
3. Sel-sel disekitar luka bersifat pluripotent, dimana menjadi muda sehingga aktif
membelah kembali.
4. Terbentuknya blastema atau kuncup regenerasi yang akan menggantikan scab,
kuncup ini berasal dari penimbunan sel-sel yang berdediferensiasi
5. Regenerasi akan berhenti apabila proliferasi sel-sel balastema terhenti juga.
DAFTAR PUSTAKA
Balinsky, B. I. 1981. An Introduction to Embriology. W. B. Saunders Company, Philadelpia.
Kalthoff, Klaus. 1996. Analysis of Biological Development. Mc Graw-Hill Mc, New York.
Kimball, John W. 1992. Biology. Addison-Wesley Publishing Company, Inc., New York.
_____________. 1992. Biologi Jilid 2. Erlangga, Jakarta.
Majumdar, N. N. 1985. Text Book of Vertebrae Embriology. Mc Graw-Hill Publishing Company Limited, New Delhi.
Manylov, O.G.1994. Regeneration in Gastrotricha –I Light Microscopical Observation on The Regeneration in Turbanella sp.St. Petersburg State University. Russia.
Tjitrosoepomo. 1984. Biologi Jilid 2. Erlangga, Jakarta.
Willis, S. 1983. Biology. Holt Rinehart & Winston Inc, USA.
Yatim, W. 1982. Reproduksi dan Embriologi. Tarsito, Bandung.
________. 1990. Reproduksi dan Embriologi. Tarsito, Bandung.