rencana strategis klhk, dan dukungan...
TRANSCRIPT
Kementerian Lingkungan Hidup dan KehutananPalangkaraya, 28 September 2016
RENCANA STRATEGIS KLHK, DAN DUKUNGAN KEGIATAN UNTUK MENCAPAI PENGELOLAAN
SDA DAN LH BERKELANJUTAN
Diasampaikan Pada:
MUSRENBANG RPJMD PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
2
Tujuan Pembangunan Lingkungan Hidup dan Kehutanan(2015-2019)
“Memastikan kondisi lingkungan berada pada toleransiyang dibutuhkan untuk kehidupan manusia dansumberdaya berada rentang populasi yang aman, sertasecara paralel meningkatkan kemampuan sumberdayaalam untuk memberikan sumbangan bagi perekonomiannasional”
3
(1) Menjaga kualitas LH yang memberikan daya dukung, pengendalian pencemaran, pengelolaan DAS, keanekaragaman hayati serta pengendalianperubahan iklim;
(2) Menjaga luasan dan fungsi hutan untuk menopangkehidupan, menyediakan hutan untuk kegiatan sosial, ekonomi rakyat, dan menjaga jumlah dan jenis flora dan fauna serta endangered species;
(3) Memelihara kualitas lingkungan hidup, menjagahutan, dan merawat keseimbangan ekosistem dankeberadaan sumberdaya.
Peran Utama Lingkungan Hidup dan Kehutanan(2015-2019)
4
(1) Menjaga kualitas lingkungan hidup untuk meningkatkan daya dukung
lingkungan, ketahanan air dan kesehatan masyarakat.
Indikator: Indeks Kualitas Lingkungan Hidup berada pada kisaran 66,5-68,6.
(1) Memanfaatkan potensi Sumberdaya hutan dan lingkungan hutan secara lestari
untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang
berkeadailan
Indikator: peningkatan kontribusi SDH dan LH terhadap devisa dan PNBP.
(1) Melestarikan keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati serta
keberadaan SDA sebagai sistem penyangga kehidupan untuk mendukung
pembangunan berkelanjutan
Indikator: derajat keberfungsian ekosistem meningkat setiap tahun
(penurunan jumlah hotpsot kebakaran hutan dan lahan, peningkatan populasi
spesies terancam punah, peningkatan kawasan ekosistem esensial yang
dikelola oleh para pihak, penurunan konsumsi bahan perusak ozon, dan lain-
lain).
Sasaran Strategis Pembangunan Lingkungan Hidup danKehutanan (2015-2019)
5
Arah Kebijakan dan Strategi Lingkungan Hidup dan KehutananTerkait Tata Kelola Hutan
Sasaran Arah Kebijakan Strategi
a. Penyelesaian pengukuhan/penetapan kawasan hutan 100 persen
b. Penyelesaian tata bataskawasan dan tata batasfungsi sepanjang 40.000km
c. Operasionalisasi 629 KPH yang terdiri dari 347 KPHP, 182 KPHL, 50 Taman Nasional, dan 100 KPHK bukan Taman Nasional (TN)
d. Peningkatan kemitraandengan masyarakat dalampengelolaan hutan melaluipola HTR/HKm/HD, HutanAdat dan HR (dari 500.000 ha pada tahun 2014 menjadi 12.700.000 ha pada tahun 2019)
Mempercepat kepastianstatus hukum kawasanhutan, meningkatkanketerbukaan data daninformasi sumber dayahutan, dan meningkatkankualitas tata kelola di tingkat tapak.
• Melakukan percepatan pengukuhankawasan hutan melalui penataan batas, pemetaan dan penetapan, yang melibatkanberbagai pihak;
• Membentuk dan mewujudkan unit manajemen yang handal di tingkat tapakpada seluruh kawasan hutan dalam bentukKesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) untukmendukung fungsi produksi, lindung dankonservasi dikelola secara optimal, efisien, dan efektif;
• Meningkatkan kapasitas pengelola KPH sehingga mampu melakukan kegiatan tatahutan dan penyusunan rencanapengelolaan hutan, pemanfaatan hutandan penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan, sertaperlindungan dan pengawetankeanekaragaman hayati dalam ekosistemhutan; dan
• Meningkatkan hubungan yang saling menguntungkan antara masyarakat, termasuk masyarakat adat, dengan pemerintah dalam pengelolaan kawasan hutan.
6
Sasaran Arah Kebijakan Strategi
Peningkatan kualitas tatakelolaa. Berkurangnya kawasan
hutan berstatus open acces denganmengembangkan KPHP menjadi 347 unit
b. Meningkatnyapenerapan prinsippengelolaan hutanproduksi lestari untukKPHP dan hutanproduksi di bawahIUPHHK-HA
Meningkatkan tata kelolakehutanan (good forest governance)
• Pemisahan peran administrator (regulator) dengan pengelola(operator) kawasan hutan melaluipembentukan KesatuanPengelolaan Hutan Produksi (KPHP) dan operasionalisasinya
• Penerapan prinsip pengelolaan hutan lestari
• Pemberian jaminan legalitas hasilhutan kayu dan produk kayu
• Memperkuat sumber daya manusiayang berkompeten untukmendukung operasionalisasi KPH
• Pengembangan forest based cluster industry
• Memperkuat fungsi pemerintahsebagai fasilitator.
Arah Kebijakan dan Strategi Lingkungan Hidup dan KehutananTerkait Tata Kelola Hutan
7
Sasaran Arah Kebijakan Strategi
Menurunnyafrekuensi danluasanpenebangan liar
Peningkatan instrumenpenegakan hukum
Peningkatan efektivitaspenegakan hukum
Peningkatan efektivitas dan kualitas pengelolaan hutan
• Penyusunan Satu Peta Tematik Hutan dengan tingkat akurasi yang memadai di tingkat tapak dan untuk dasar penindakan hukum
• Percepatan penyelesaian tata batas dan pengukuhan kawasanhutan, antara lain melaksanaan peraturan bersamaKemenhut, Kemendagri, PU dan BPN tentang Penye- lesaianPenguasaan Tanah di dalam Hutan
• Peningkatan kuantitas dan kualitas SDM pengawas danpenegak hukum (rekruitmen, mutasi, peningkatan kapasitas, promosi).
• Penyederhanaan prosedur penegakan hukum kasus penebangan liar
• Meningkatkan proses yustisi, mencabut izin pihak yang melakukan perusakan hutan illegal, dan meningkatkan efekjera pelaku illegal
• Peningkatan koordinasi dalam pengawasan dan penegakanhukum dalam kawasan hutan
• Pembentukan Lembaga Pencegahan dan PemberantasanPerusakan Hutan (P3H) sesuai UU No. 18/2013.
• Penyelesaian Pembangunan KPH untuk seluruh kawasanhutan;
• Peningkatan keterlibatan masyarakat dalam pengamananhutan melalui kemitraan, termasuk pengembangan hutanadat.
Arah Kebijakan dan Strategi Lingkungan Hidup dan KehutananTerkait Tata Kelola Hutan
8
Sasaran Arah Kebijakan Strategi
a. Meningkatnya populasi 25 spesies satwa terancampunah (sesuai The IUCN Red Lits of threatened species) sebesar 10 persen sesuaibaseline data tahun 2013 dalam rangka pengawetansumber daya alam hayatidan ekosistemnya
b. Optimalisasi pengelolaan kawasan konservasi seluas 27,12 juta ha termasuk perlindungan kawasan karst, gambut, dan mangrove
c. Pencegahan danpenanggulangan kebakaranhutan dengan cepat danbaik serta menurunkanjumlah hot spots kebakaranhutan
d. Peningkatan kualitas data dan informasikeanekaragaman hayati.
Meningkatkankapasitas pengelolahutan konservasidalam melindungi, mengawetkanekosistem hutan, sumber daya spesies, dan sumber dayagenetik,
• Peningkatan efektivitas pengelolaan Resort Based Management (RBM) pada seluruh kawasan hutankonservasi sehingga fungsi pemanfaatan, perlindungan dan pengawetan sumber daya hutandapat berjalan dengan baik;
• Pembentukan pusat penelitian terintegrasi tentangkeanekaragaman hayati di dalam taman nasional, danKPHK;
• Peningkatan kerja sama (kemitraan) dengan pihakketiga dalam pengelolaan penangkaran ex-situ tanaman dan satwa liar, serta penyelamatan 20 satwadan tumbuhan langka;
• Pengembangan skema pendanaan (trust fund) bagikawasan hutan konservasi berikut mekanismepengawasannya;
• Meningkatkan sarana dan prasarana perlindunganhutan dan pengendalian kebakaran hutan;
• Peningkatan kuantitas dan kualitas Manggala Agni dalam rangka penanggulangan kebakaran hutan; Peningkatan pelestarian keanekaragaman hayati di luar kawasan hutan; dan
• Peningkatan inventarisasi keanekaragaman hayatibaik di dalam maupun di luar kawasan hutan.
Arah Kebijakan dan Strategi Lingkungan Hidup dan KehutananTerkait Tata Kelola Hutan
LUAS KAWASAN HUTAN INDONESIA
KSA/KPA 21.902.407 18,13%
HL 29.638.486 24,54%
HPT 26.843.748 22,22%
HP 29.265.410 24,23%
HPK 13.133.580 10,87%
Jumlah 120.783.631 100,00%
Luas kawasan hutan tersebut tidak termasuk kawasan konservasi perairan seluas + 5.531.934 Ha
Luas daratan Indonesia 1.890.739 km2)(SK Kepala BIG Nomor 20 Tahun 2013)
+ 63,66 % dari luas daratan Indonesia
KWS HTN (KH) DARAT KALTENG (12.697,16)
FUNGSI KH (x 1000 HA)
HK HL HPT HP HPK
1.608,28 1.346,06 3.317,46 3.881,82 2.543,54
NAWACITA1. M’hadir’n kmbli neg
utk mlindungi ….2. ……..3. Mbangun Ids dr
pinggiran dgnm’kuat drh2 & desadlm krangka negkstuan
4. ……..5. Mningkatkan
kualitas hdpmanusia Ids
6. ……..7. Mewujudkan
kemandirianekonomi dgnmenggerakkansektor strategisekonomi domestik
9. …..
PROGRAM PRIORITAS1. Revolusi Mental2. Pembangunan
Kesehatan3. Pembangunan
Perumahan danPermukiman
4. Kedaulatan Pangan5. Kedaulatan Energi dan
ketenagalistrikan6. Kemaritiman dan
Kelautan7. Pariwisata8. Kawasan Industri dan
KEK9. Pembangunan
Perkotaan10. Pembangunan
Pedesaan
1. Kelembagaan Tapak (KPH)2. Pemanfaatan
a. PIAPSb. Arahan Pemanfaatan
3. PENGGUNAANa. Infrastrukturb. Maritimc. Energyd. Pangan
4. TORA
RKTN
RTRWP
CONTROL : PIPIB, MORATORIUM
P
O
T
E
N
S
I
PERAN KLHK DALAM MENDUKUNG NAWACITA
DUKUNGAN LHK
POKOK-POKOK KEBIJAKAN REGIONAL (RKTN 2011-2030)
Wilayah Kebijakan Umum
JAWA
• Meningkatkan tutupan hutan di dalam maupun di luar kawasan hutanserta meningkatkan efisiensi BUMN Kehutanan (Perum Perhutani).
• Pengembangan Industri kehutanan berbasis hutan rakyat danpeningkatan nilai tambah hasil hutan.
SUMATE
-RA
• Menyelesaikan masalah kawasan hutan, peningkatan peranperlindungan dan konservasi hutan serta efisiensi usaha kehutanandan pengembangan usaha kehutanan bernilai tambah tinggi.
• Pengembangan hutan tanaman.
KALIMA
N-TAN
• Menyelesaikan masalah kawasan hutan, peningkatan perankonservasi serta efisiensi dan pengembangan SFM bagi usahakehutanan
• Pengembangan hutan tanaman.
• Pengembangan industri kehutanan
SULAWE
SI
• Meningkatkan tutupan hutan di dalam maupun di luar kawasan hutanserta usaha kehutanan bagi masyarakat lokal.
• Pengembangan hutan tanaman.
• Pengembangan industri kehutanan
• Pengembangan HHBK.
MALUKU
• Peningkatan peran perlindungan dan konservasi serta usahakehutanan bagi masyarakat lokal.
• Pengembangan hutan tanaman.
• Pengembangan industri kehutanan.
BALI
DAN
NUSA
TENGGA-
RA
• Meningkatkan tutupan hutan di dalam maupun di luar kawasan hutanserta peningkatan perlindungan dan konservasi hutan.
• Pengembangan HHBK.
• Pengembangan Jasa Lingkungan dan Wisata Alam
PAPUA
• Menyelesaikan masalah kawasan hutan, pengembangan usahabernilai tambah tinggi & pengelolaan hutan bagi masyarakat lokal.
• Pengembangan hutan tanaman.
• Pengembangan industri kehutanan.
POSISI KAWASAN HUTAN DALAM RTRW
UU No 41/1999 UU No 26/2007
Ps 15 (2) Pengukuhan KH memperhatikan
RTRW
Pasal 17 (1)Pola Ruang
Struktur Ruang
Struktur Ruang
1. Sistem perkotaan
2. Sistem transportasi
3. Sistem energi
4. Sistem telekomunikasi
5. Sistem sumber daya air.
Pola Ruang
Kawasan Lindung :
1. Perlindungan kawasan
bawahannya:
– Kawasan hutan lindung
– Kawasan bergambut
– Kawasan resapan air
2. Kawasan perlindungan setempat
3. KSA/KPA, dan cagar budaya
4. Kawasan rawan bencana alam
5. Kawasan lindung geologi, dan
lainnya
Kawasan Budidaya :
1. Kawasan hutan produksi
2. Kawasan hutan rakyat
3. Kawasan pertanian
4. Kawasan perikanan
5. Kawasan pertambangan
6. Kawasan industri
7. Kawasan pariwisata
8. Kawasan pemukiman dan atau
9. Kawasan lainnya
Kawasan Hutan Bagian Integral dari RTRW
TAPAK/HULU
(on forest)
HILIR
(off forest)
TATA KELOLA KPHPRA KONDISI PENGEMBANGAN
KWADRAN PEMBANGUNAN PENGELOLAAN KPH DAN PENDUKUNGNYA
SISTEM
TATA LAKSANA PENGELOLAAN HUTAN
• SISTEM PEMANENAN
• SISTEM PEMBIBITAN
• PEMANFAATAN, REHABILITASI, KHDTK, PERLINDUNGAN DAN KONSERVASI
• INFRASTRUKTUR DAN JARINGAN
JALAN USAHA
PEMBENTUKAN KPH
• WILAYAH DAN ORGANISASI
• RENCANA
• MITRA USAHA
(HTR,HKM,HD ATAU IUPHHK)
INSENTIF DAN ADMINISTRASI
PEMERINTAH
• REGULASI PEMERINTAH
(NSPK/kebiJakan)
• PENDANAAN DAN INVESTASI
• PROGRAM DAN ANGGARAN
• IPTEK
SISTEM
INDUSTRI DAN PEMASARAN
• INDUSTRI BESAR
• TEKNOLOGI PENGOLAHAN
• PASAR DAN EKSPOR
• INFRASTRUKTUR DAN
JARINGAN PEMASARAN
KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN (KPH)
DINAS
UPTD TEKNIS UPTD KPH
Titik berat kepada
fungsi administrasi
Titik berat
kepada fungsi
operasional
ARAHAN PEMANFAATAN HUTAN
No Uraian Luas (Ha) Keterangan
1 Perhutanan sosial pada areal yang belum dibebani izin danmenjadi acuan semuapemanfaatan hutan yang dapat dilakukan sesuaifungsinya yang berada di HP dan HL
11.327.816menjadi dasar permohonan untukIUPHHK-HTR, HPHD, IUPHKmdan Kemitraan dengan KPH
2 Pemanfaatan hutan melaluiskema usaha pemanfaatanhasil hutan yang berada di HP
4.668.532menjadi dasar permohonan untukIUPHHK-HA, IUPHHK-HT danIUPHHK-RE
J U M L A H 15.996.348
16
PerubahanPeruntukan
(adalahperubahan
kawasan hutanmenjadi APL) Tukar Menukar KH
(pada HPT dan HP)
PelepasanKawasan HPK
tdk dapat dilakukanpada Prov dg luas KH < 30%)
tdk dapat dilakukanpada HPK produktif
KH > 30 %TMKH 1 : 1
KH < 30 %TMKH 1 : 2
Lahan Pengganti
Secara
Parsial
Untuk Wilayah
ProvinsiDiintegrasikan pada usulan revisi RTRWP/Pengusul Gubernur
(dapat dilakukan pada semua fungsi kawasan hutan)
TIDAK DAPAT DILAKUKAN(Pada kawasan
Konservasi dan HL)
PerubahanFungsi
(perubahan antar fungsi
kawasanhutan)Perubahan
KAWASAN HUTAN
Perubahan dalamfungsi pokok
Perubahan antarfungsi kawasan
hutan
Untuk Wilayah
Provinsi
Secara
Parsial
Tidak boleh menjadi HPK bila KH < 30 %
Parsial: Usulan Perubahan
HL;HPT/HP olehGubernur
Usulan Perubahan KK oleh Pengelola
Pengusul:a. menteri atau pejabat setingkat
menteri; b. gubernur atau bupati/wali kota; c. pimpinan badan hukum; ataud. perseorangan, kelompok
orang, dan/atau masyarakat.
SKEMA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN
Penggunaan Kawasan Hutan
Untuk Pembangunan non kehutanan
Bersifat Sementara
(HL, HPT, HP, HPK)
pinjam pakai kawasan hutan
Tukar Menukar Kaw Hutan(HPT dan HP)
Kerjasama dengan pengelola
Pelepasan kaw HPK
Bersifat Permanen
(HPT, HP, HPK)
Jalan, Tol, Rel KA
Tambang, MIGAS
Pelabuhan/bandara
Sarpras waduk, Pembangkit
HL, HPT, HP, HPK
PL Mikro Hidro, Listrik Msk Desa, dll
HutanKonservasi
Kerjasama PenyelenggaraanKSA/KPA *)
Pemanfaatan dan Pengembangan EnergiBaru Terbarukan (EBT)
Listrik Kepentingan Nasional- geothermal- Menara Jar Listrik- Kabel & Pendukungnya- jalan pengawasan dan pemeliharaan
jaringan
Fungsi Skema
Pertanian dlm rangka ketahanan energi(bauran energi nabati)
Geothermal, Tansmisi dan distribusiteknologi EBTKE
*) dilarang pada CA dan Zonainti TN
Waduk/Bendungan
PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN(SKEMA PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN UNTUK PEMBANGUNAN NON KEHUTANAN)
MANDAT
• Tersedianya sumber Tanah Obyek Reforma Agraria (TORA) danterlaksananya redistribusi tanah dan legalisasi aset (teridentifikasi kawasan hutan yang akan dilepaskan sedikitnya sebanyak 4,1 juta ha)
• Meningkatnya akses masyarakat untuk mengelola hutan melalui hutan kemasyarakatan, hutan desa, hutan tanaman rakyat, hutan adat dan hutan rakyat serta kemitraan seluas 12,7 juta ha.
• Membangun kedaulatan pangan berbasis agribisnis kerakyatan (pembukaan1 juta lahan sawah baru).
NAWACITARPJMN 2015 – 2019
TORA DAN AKSES PENGELOLAAN HUTAN UNTUK RAKYAT
Alokasi 20% areal perkebunan masyarakat yang berasal daripelepasan kawasan hutan untuk perkebunan besar sesuai Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.17/Menhut-II/2011.
Penyelesaian pelepasan kawasan hutan untuk permukimantransmigrasi yang telah memperoleh persetujuan prinsip MenteriKehutanan.
Pelepasan areal permukiman, fasiilitas umum, fasilitas sosialdan lahan garapan masyarakat di dalam kawasan hutan.
Pelepasan HPK untuk cadangan pangan di Provinsi Kalteng, Kalbar dan Kaltim
Kriteria Penentuan Lokasi
Tanah Objek Reforma Agraria (TORA)
20
CATATAN PENUTUP
1. Kehutanan sebagai “benteng provider lahan terakhir” dalam menopang pembangunansektor lain berupaya membangun sinergitas rencana guna mengimbangi dinamika lajupembangunan nasional dengan tetap menjaga fungsi kawasan hutan sebagai sistempenyangga kehidupan.
2. Kawasan hutan merupakan bagian integral dari Perencanaan Wilayah (RTRW) sehinggadapat diarahkan untuk menopang optimalisasi kebutuhan ruang untuk permukiman, pertanian, fasum dan fasos, industri, dan pengembangan wilayah, berpedoman padaarahan pokok kebijakan RKTN dan Renstra KLHK 2015-2019, serta sejalan dgn peraturan.
3. Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan dan Perubahan Fungsi Kawasan Hutan dilakukanuntuk memenuhi tuntutan dinamika pembangunan nasional serta aspirasi masyarakatdengan tetap berlandaskan pada optimalisasi distribusi fungsi dan manfaat Kawasan Hutan, dengan tetap mempertahakan luasan yang cukup dan sebaran yang proporsional.
4. KPH merupakan unit organisasi pengelolaan kawasan hutan di tingkat tapak untukmenjamin pengelolaan hutan lestari; adapun politik alokasi ruang kehutanan diarahkanuntuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pengelolaan hutan melalui PIAPS, HKmdan HD, selain menyediakan Tanah Obyek Reforma Agraria (TORA) untuk resolusi konfliklahan masyarakat di dalam kawasan hutan
5. Instrumen pengendalian pemanfaatan kawasan hutan melalui kebijakan integrasi KH/KPH dalam RTRWP, dan pengendalian penggunaan kawasan hutan melalui PIPIB dan Moratiumpelepasan kawasan hutan.
PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DALAM
REVISI RTRWP (2008-2016)
NO. PROVINSI
SK PERUBAHAN PERUNTUKAN KAWASAN HUTAN/ SK PENUNJUKAN
KAWASAN HUTAN/ SURAT PERSETUJUAN SUBSTANSI
PERSETUJUAN PERUBAHAN PERUNTUKAN KAWASAN HUTAN SESUAI
SK
PERUBAHAN PERUNTUKAN (Ha) PERUBAHAN
FUNGSI (Ha)
PENUNJUKAN
(Ha)Nomor Tanggal NON DPCLS TOTAL
1 Aceh
SK.941/Menhut-II/2013 dan S.33/Menhut-
VII/2014 23/12/2013 dan 16/01/201442.616 37.640 80.256 130.542 26.461
2 Sumatera Utara*)
SK.579/Menhut-II/2014 dan S.407/Menhut-
VII/2014 24/06/2014 dan 18/09/2014686.326 21.153 707.479 - -
3 Sumatera Barat SK.304/Menhut-II/2011 dan SK.141/Menhut-
II/2012
09/06/2011 dan 15/03/2012 96.904 29.382126.286
147.213 9.906
4 Riau *) SK.314/Menlhk/Setjen/PLA.2/4/2016 20/4/2016 1.703.374 2.711 1.706.085 717.543 11.552
5 Kepulauan Riau *) SK.76/MenLHK-II/2015 6/3/2015 338.078 23.872 361.950 146.962 2370
6 Jambi
SK.727/Menhut-II/2012 dan S.11/Menhut-
VII/201310/12/2012 dan 07/01/2013 13.712 336 14.048 20.529 -
7 Sumatera Selatan*)
SK.866/Menhut-II/2014 dan
S.14/Menlhk/PKTL/PKTL.II/I/2016 29/9/2014 dan 11/01/2016 230.204 9.329 239.533 44.299 41.191
8 Bangka Belitung *)
SK.798/Menhut-II/2012 dan S.110/Menhut-
VII/201327/12/2012 dan 08/01/2013
19.131 4.45223.583 10.878 3.210
9 Bengkulu
SK.643/Menhut-II/2011 dan S.58/Menhut-
VII/201210/11/2011 dan 30/01/2013
2.192- 2.192 31.013 101
10 Lampung SK.256/Kpts-II/2000 dan S.519/Menhut-VII/2009 23/08/2000 dan 06/07/2009
TIDAK ADA USULAN PERUBAHAN
11 DKI Jakarta SK.220/Kpts-II/2000 dan S.97/Menhut-VII/2011 02/08/2000 dan 03/03/2011
12 Jawa Barat SK.195/Kpts-II/2003 dan S.276/Menhut-VII/2010 04/07/2003 dan 10/06/2010
13 Banten SK.419/Kpts-II/1999 dan S.277/Menhut-VII/2010 15/06/1999 dan 10/06/2010
14 Jawa Tengah SK.359/Menhut-II/2004 dan S.933/Menhut-
VII/200901/10/2004 dan 11/12/2009
15 D.I Yogyakarta SK.171/Kpts-II/2000 dan S.932/Menhut-VII/2009 29/06/2000 dan 11/12/2009
16 Jawa Timur SK.395/Menhut-II/2011 dan S.581/Menhut-
VII/201021/07/2011 dan 11/11/2010
17 Bali SK.433/Kpts-II/1999 dan S.728/Menhut-VII/2009 15/06/1999 dan 14/09/2009
18 Nusa Tenggara Barat SK.598/Menhut-II/2009 dan S.727/Menhut-
VII/200902/10/2009 dan 14/09/2009
19 Nusa Tenggara Timur *) SK.357/Menlhk/Setjen/PLA.0/5/2016 11/5/2016 54.163 3.490 57.653 12.168 11.811
20 Kalimantan Barat *) SK.936/Menhut-II/2013 dan S.26/Menhut-
VII/2014 20/12/2013 dan 10/01/2014554.137 69.294 623.431 352.772 52.386
21 Kalimantan Tengah SK.529/Menhut-II/2012 dan S.431/Menhut-
VII/201225/09/2012 dan 28/09/2012 1.168.656 236.939 1.405.595 689.666 29.672
22 Kalimantan Selatan SK.432/Menhut-II/2009 dan S.518/Menhut-
VII/2009
22/07/2009 dan 06/07/2009- - 59.503 99.594 39.747
23 Kalimantan Timur SK.554/Menhut-II/2013 dan S.519/Menhut-
VII/2013
02/08/2013 dan 05/09/2013395.621 73.731 469.352 276.240 11.732
24 Sulawesi Utara SK.434/Menhut-II/2013 dan S.521/Menhut-
VII/2013
17/06/2013 dan 05/09/20136.334 703 7.037 761 290
25 Sulawesi Barat SK.726/Menhut-II/2012 dan S.62/Menhut-
VII/2013
10/12/2012 dan 30/01/201364.261 9.295 73.556 251.600 -
26 Sulawesi Tengah SK.635/Menhut-II/2013, SK.708/Menhut-II/2014
dan S.884/Menhut-VII/2014
24/11/2013, 22/08/2014
dan 01/09/2014 94.759 15.312 110.071 42.788 91
27 Sulawesi Tenggara *) SK.465/Menhut-II/2011 dan S.61/Menhut- 09/08/2011 dan 30/01/2013
*) Perubahan Peruntukan DPCLS masih menunggu persetujuan DPR RI seluas 230.362 ha di 8 provinsi22
Permasalahan Pasca Terbitnya Persetujuan Substansi Kehutanan dan UpayaPenyelesaian
No
PERMASALAHAN UPAYA PENYELESAIAN
1 Keterlanjuran ijin non kehutanandalam kawasan hutan belum dapatdiatasi seluruhnya.
Penyelesaian keterlanjuran pada kawasanhutan mengacu pada PP 104/ 2015, dan PP 105/2015
2 Masih terdapat permukiman, fasumdan fasos di dalam kawasan hutan(belum diusulkan pada saat review).
Permukiman, Fasum, Fasos diselesaikanmelalui mekanisme:a. Tata Batas dengan mengikuti Permenhut P.
44/Menhut-II/2012 jo P. 62/Menhut-II/2013 Tentang Pengukuhan KawasanHutan
b. Peraturan Bersama 3 Menteri dan 1 KepalaBPN tahun 2014 (Tim IP4T)
c. TORA (Tanah Obyek Reforma Agraria) Perpres 2 Tahun 2015 (RPJMN 2015-2019)
3 Proyek strategis nasional belumseluruhnya terakomodir dalam RTRW (termasuk proyek infrastruktur, maritim, energi dan pangan/IMEP)
Proyek strategis nasional dapat diselesaikandengan mekanisme Izin Pinjam PakaiKawasan Hutan
Kawasan Hutan 120,78 juta Ha
HK : 21,90 juta Ha
HL : 29,64 juta Ha
HP : 69,24 juta Ha
Organisasi Tingkat Tapak (679 Unit KPH) :KPHK : 150 Unit (Pusat)KPHL : 183 Unit (Daerah)KPHP : 346 Unit (Daerah)
Kondisi S/D Juli 2016Kawasan HP dan HL217 Unit KPHL/KPHP
Luas: 28,65 juta Ha
Kawasan HP dan HL Belum Ada Organisasi Tingkat Tapak:
312 Unit KPHL/KPHP
Luas: 70,23 juta Ha
Kondisi S/D Juli 2016, Kawasan HK :- Penetapan 38 Unit KPHK TN- Penetapan 34 KPHK Non TN- Proses Penetapan 27 KPHK Non TN- Belum Penetapan 51 KPHK Non TNLuas : 21,90 juta Ha
KAWASAN HUTAN DAN WILAYAH KPH
25
INDIKATOR KINERJA PROGRAM DITJEN PKTL(2015-2019)
Sasaran Program Indikator ProgramTarget
2015 2016 2017 2018 2019
Seluruh kawasan hutan diakui secara legal dan aktual
Seluruh kawasan hutan ditetapkan sebagai kawasan hutan (penetapan kawasan hutan 100%) 65% 75% 85% 90% 100%
Tersedianya data dan informasi SDH
Sistem data dan informasi SDH mendukung KPH di 34 Provinsi
34 Provinsi
34 Provinsi
34 Provinsi
34 Provinsi
34 Provinsi
Terkendalinya penggunaan kawasan hutan
Persentase optimalisasi penatagunaan KH mendukung ketahanan pangan. energi dan air 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Meningkatnya upaya pencegahan dampak lingkungan terhadap kebijakan wilayah dan sektor serta usaha dan kegiatan untuk menjaga daya dukung dan daya tampung
Seluruh pencegahan dampak lingkungan terhadap kebijakan wilayah dan sektor serta usaha dan kegiatan terlaksana 100% 100% 100% 100% 100%
Sumber: RPJMN 2015-2019 dan RENSTRA 2015-2019
26
PERAN SEKTOR DALAM PEMBANGUNAN STRATEGIS NASIONAL DAN LH
Dengan Proporsi 63,66% dari Luas Daratan NKRI, maka KH berperan penting dalam pembangunan Nasional terutama terkait dengan penyediaan lahan khususnya untuk Pangan dan Energi, melalui:
1. Perubahan Peruntukan (KH menjadi Non KH) dan Fungsi KH Hutan (Parsial maupun terintegrasi dengan RTRWP)
2. Penggunaan Kawasan Hutan (IPPKH)
3. Peningkatan Kesejahteraan Rakyat melalui pemberian akses masyarakat mengelola hutan maupun penyelesaian TORA dari KH.
ARAHAN PERHUTANAN SOSIAL
No Uraian Luas (Ha) Keterangan
YANG DIPETAKAN
1 Perhutanan sosial pada areal yang belum dibebani izin yang berada di hutan produksi
5.938.422Dasar permohonan untuk IUPHHK-HTR, HPHD, IUPHKm danKemitraan dengan KPH
2 Perhutanan sosial pada areal yang belum dibebani izin yang berada di hutan lindung
3.167.227Dasar permohonan untuk HPHD, IUPHKm dan Kemitraan denganKPH
3 Perhutanan sosial pada areal gambut2.222.167
Hanya dapat diberikan untuk pemanfaatan hasil hutan bukan kayudan pemanfaatan jasa lingkungan
J U M L A H I 11.327.816
YANG TIDAK DIPETAKAN
4 Potensi usaha kemitraan pada lokasi20% di wilayah pemegang IUPHHK-HT 2.134.286
Dasar permohonan PS melalui Kemitraan dengan pemegang ijinIUPHHK-HT, yang dipetakan adalah areal pemegang IUPHHK-HT.
5 Inisiatif hutan adat3.603.111
Pemanfaatan hutan adat dapat dilakukan sepanjang tidakmengganggu fungsinya
6 Areal indikatif akses masyarakat di hutankonservasi 620.021
a. PS dapat dilakukan pada semua jenis KK kecuali CA serta zonainti dan zona rimba pada Taman Nasional.
b. PS pada KK berupa pemberian akses pemanfaatan hutankonservasi melalui pemberian izin untuk memungut HHBK di zona/blok pemanfaatan, izin pemanfaatan tradisonal, serta izinpengusahaan jasa wisata alam.
J U M L A H II 6.357.418
J U M L A H I dan II 17.685.234