rencana tata ruang wilayah kabupaten...
TRANSCRIPT
BUPATI KOTAWARINGIN TIMUR
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR
NOMOR 5 TAHUN 2015
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR
TAHUN 2015 - 2035
1
BUPATI KOTAWARINGIN TIMUR
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR
NOMOR 5 TAHUN 2015
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR
TAHUN 2015 - 2035
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI KOTAWARINGIN TIMUR,
a. bahwa dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat maka perlu mengarahkan pembangunan
di Kabupaten Kotawaringin Timur dengan
memanfaatkan ruang wilayah secara berdaya guna,
berhasil guna, serasi, selaras, seimbang, dan
berkelanjutan dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan pertahanan
keamanan, perlu disusun Rencana Tata Ruang
Wilayah;
b. bahwa dalam rangka mewujudkan keterpaduan
pembangunan antar sektor, daerah, dan masyarakat
maka rencana tata ruang wilayah merupakan arahan
lokasi investasi pembangunan yang dilaksanakan
pemerintah, masyarakat, dan/atau dunia usaha;
c. bahwa berdasarkan evaluasi RTRW Kabupaten
Kotawaringin Timur, maka RTRW Kabupaten
Kotawaringin Timur perlu direvisi dengan adanya
perubahan yang cukup signifikan dari faktor
eksternal dan internal yang mendasari dan/atau
mempengaruhinya;
d. bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang disebutkan
bahwa Rencana tata ruang wilayah kabupaten
ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten;
Menimbang
:
SALINAN
2
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, b, c, dan d diatas, maka
perlu diatur dan ditetapkan Peraturan Daerah
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Kotawaringin Timur Tahun 2015 - 2035.
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 perubahan kedua;
2. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang
Penetapan Undang – Undang Darurat Nomor 3
Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat
II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820);
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3419);
4. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang
Perairan Indonesia (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1996 Nomor 73, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3647);
5. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3888)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penataan Perpu
Nomor 1 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4412);
6. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang
Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169);
7. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2002 tentang
Pembentukan Kabupaten Katingan, Kabupaten
Seruyan, Kabupaten Sukamara, Kabupaten
Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten
Pulang Pisau, Kabupaten Murung Raya dan
Kabupaten Barito Timur di Propinsi Kalimantan
Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2002 Nomor 18, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4180);
8. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 No. 134, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3477);
3
9. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang
Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4411);
10. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999
tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412);
11. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun
2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4437; Sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 58, Tambahan Lembaran Republik Indonesia
Negara Nomor 4844);
12. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang
Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 444);
13. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4723);
14. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
15. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4739);
16. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 Tentang
Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4746 );
17. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang
Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4849);
4
18. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851);
19. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang
Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4956);
20. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4959);
21. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966);
22. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang
Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 83,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5014);
23. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5025);
24. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5059);
25. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan
Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 5068);
26. Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang
Perubahan atas Undang-Undang No. 31 tahun 2004
tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan
Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 5074);
27. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Permukiman (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 23,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3469);
5
28. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang
Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 130, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5168);
29. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82), Tambahan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234);
30. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996
tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, Serta
Bentuk Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1996 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3660);
31. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998
tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
Pelestarian Alam (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1998 Nomor 132, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3776);
32. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000
tentang Ketelitian Peta untuk RTRW (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 20,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
3034);
33. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004
tentang Penggunaan Tanah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 45,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
4385);
34. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004
tentang Perencanaan Kehutanan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 146;
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4452);
35. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005
tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4490);
36. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005
tentang Pembinaan dan Pengawasan Atas
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165;
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4593);
6
37. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006
tentang Irigasi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2006 Nomor 46, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4624);
38. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006
tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4655);
39. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang
Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan
Hutan serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22;
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4696);
40. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4737);
41. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4833);
42. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009
tentang Kawasan Industri (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4987);
43. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009
tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070);
44. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2010
tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan
Fungsi Kawasan Hutan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 15, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5097);
45. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010
tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5103);
7
46. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010
tentang Wilayah Pertambangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 28,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5110);
47. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010
tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan
Mineral Dan Batubara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 29, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5111);
48. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010
tentang Penggunaan Kawasan Hutan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 30,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5112);
49. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010
tentang Bentuk Dan Tata Cara Peranserta
Masyarakat Dalam Penataan Ruang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 118,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5160);
50. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau
Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 10);
51. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang
Pengelolaan Kawasan Lindung;
52. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun
2008 tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang
Daerah;
53. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun
2009 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang
Daerah;
54. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
11/PRT/M/2009 tentang Pedoman Persetujuan
Substansi Dalam Penetapan Rancangan peraturan
Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi Dan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota Beserta Rencana Rincinya;
55. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
16/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten;
56. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun
2012 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan
Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi dan Kabupaten/Kota (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 647);
8
57. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun
2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 32).
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR
dan
BUPATI KOTAWARINGIN TIMUR
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN
KOTAWARINGIN TIMUR TENTANG RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN
KOTAWARINGIN TIMUR TAHUN 2015 - 2035
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Ketentuan Umum Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Kotawaringin Timur.
2. Kabupaten adalah Kabupaten Kotawaringin Timur.
3. Pemerintah daerah adalah Pemerintah Kabupaten Kotawaringin
Timur.
4. Bupati adalah Bupati Kotawaringin Timur sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah.
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat
DPRD adalah lembaga Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten
Kotawaringin Timur sebagai unsur Penyelenggara Pemerintahan
Daerah.
6. Pemerintah pusat, selanjutnya disebut pemerintah adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan
negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
7. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan dalam bidang penataan ruang.
8. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang laut dan
ruang udara termasuk ruang didalam bumi sebagai satu kesatuan
wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan
kegiatan, dan memelihara kelangsungan kehidupannya.
9
9. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
10. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan
sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai
pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara
hirarkis memiliki hubungan fungsional.
11. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu
wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan
peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.
12. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata
ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.
13. Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi
pengaturan, pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan penataan
ruang.
14. Pengaturan penataan ruang adalah upaya pembentukan landasan
hukum bagi pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat
dalam penataan ruang.
15. Pembinaan penataan ruang adalah upaya untuk meningkatkan
kinerja penataan ruang yang diselenggarakan oleh pemerintah,
pemerintah daerah dan masyarakat.
16. Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan
penataan ruang melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.
17. Pengawasan penataan ruang adalah upaya agar penyelenggaraan
penataan ruang dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
18. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan
struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan pan
penetapan rencana tata ruang.
19. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur
ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui
penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya.
20. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk
mewujudkan tertib tata ruang sesuai dengan rencana tata ruang
yang telah ditetapkan.
21. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
22. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur yang
selanjutnya disingkat RTRW Kabupaten Kotawaringin Timur adalah
rencana mengatur struktur dan pola pemanfaatan ruang wilayah
kabupaten yang merupakan hasil dari kegiatan perencanaan tata
ruang.
23. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta
segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan
berdasarkan aspek administratif dan / atau aspek fungsional.
24. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) adalah kawasan perkotaan yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa
kabupaten/kota.
25. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) adalah kawasan perkotaan yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten atau beberapa
kecamatan.
10
26. Pusat Kegiatan Lokal Promos (PKLp) adalah kawasan perkotaan
yang dipromosikan untuk menjadi PKL.
27. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) adalah kawasan perkotaan yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa
desa.
28. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) adalah pusat permukiman yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.
29. Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung dan
budidaya.
30. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi
utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
sumberdaya alam dan sumberdaya buatan.
31. Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi
utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi
sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan.
32. Kawasan strategis provinsi atau disingkat KSP adalah wilayah yang
penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh
sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial,
budaya dan/atau lingkungan.
33. Kawasan strategis kabupaten atau disingkat KSK adalah wilayah
yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai
pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten/kota terhadap
ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan.
34. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem ekosistem berupa
hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi
pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu
dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
35. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau
ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya
sebagai hutan tetap.
36. Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat
khas yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan
sekitarnya maupun bawahannya sebagai pengatur tata air,
pencegahan banjir dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah.
37. Kawasan hutan produksi adalah kawasan hutan yang difungsikan
utamanya untuk kepentingan produksi hasil hutan dalam rangka
memperoleh manfaat ekonomi yang sebesar-besarnya, dengan tetap
memperhatikan kelestarian fungsi, lingkungan, dan keberadaan
kawasan hutan produksi itu sendiri.
38. Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai
kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga
merupakan tempat pengisian air bumi (akifer) yang berguna
sebagai sumber air.
39. Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar
kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun
perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan.
11
40. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan
utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan
susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan,
pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan
ekonomi.
41. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan
utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai
tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi
pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan
ekonomi.
42. Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang
dibangun atau didirikan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.
43. Kawasan pertahanan negara adalah wilayah yang ditetapkan
secara nasional yang digunakan untuk kepentingan pertahanan.
44. Kawasan pesisir adalah wilayah pesisir tertentu yang ditunjukan
dan atau ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan kriteria tertentu,
seperti karakter fisik, biologi, sosial dan ekonomi untuk
dipertahankan keberadaannya.
45. Kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau
lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem
produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu
yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki
keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis.
46. Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman
tertentu pada tanah dan/atau media tumbuh lainnya dalam
ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan
jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan
dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan
kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat.
47. Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan
pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan
lingkungannya secara berkelanjutan, mulai dari praproduksi,
produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang
dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan.
48. Pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi usaha hulu,
usaha tani, agroindustri, pemasaran, dan jasa penunjang
pengelolaan sumber daya alam hayati dalam agroekosistem yang
sesuai dan berkelanjutan, dengan bantuan teknologi, modal,
tenaga kerja, dan manajemen untuk mendapatkan manfaat
sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat.
49. Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumber
daya fisik, benih, bibit dan/atau bakalan, pakan, alat dan mesin
peternakan, budi daya ternak, panen, pascapanen, pengolahan,
pemasaran, dan pengusahaannya.
12
50. Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan
dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral,
batubara dan panas bumi yang meliputi penyelidikan umum,
eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan
dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan
pascatambang.
51. Daerah irigasi adalah daerah yang dilewati sistem pengairan untuk
kebutuhan tertentu.
52. Daerah rawa adalah daerah yang mengalami pasang surut air laut
sehingga ditumbuhi jenis tanaman tertentu.
53. Lingkungan adalah sumberdaya fisik dan biologis yang menjadi
kebutuhan dasar agar kehidupan masyarakat (manusia) dapat
bertahan.
54. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,
daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
55. Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan
hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk
hidup lainnya.
56. Daya tampung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan
hidup untuk menyerap zat, energi, dan atau komponen lain yang
masuk atau dimasukkan ke dalamnya.
57. Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disingkat DAS adalah suatu
wilayah tertentu yang bentuk dan sifat alamnya merupakan satu
kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang berfungsi
menampung air yang berasal dari curah hujan dan sumber air
lainnya dan kemudian mengalirkannya melalui sungai utama ke
laut.
58. Wilayah Sungai yang selanjutnya disingkat WS adalah kesatuan
wilayah pengelolaan sumber daya air dalam satu atau lebih daerah
aliran sungai.
59. Ketentuan umum peraturan zonasi adalah ketentuan yang
mengatur tentang persyaratan umum pemanfaatan ruang dan
ketentuan pengendaliannya di setiap kawasan sebagai panduan
untuk mengembangan ruang pada rencana yang lebih detail.
60. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam
kegiatan pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
61. Izin lokasi adalah izin yang diberikan kepada perusahaan untuk
memperoleh tanah yang diperlukan dalam rangka penanaman
modal yang berlaku pula sebagai izin pemindahan hak, dan untuk
menggunakan tanah tersebut guna keperluan usaha penanaman
modalnya.
62. Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau
mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat
tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang
sengaja ditanam.
13
63. Ruang Terbuka Hijau Perkotaan (RTHKP) adalah bagian dari ruang
terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan
tanaman guna mendukung manfaat ekologi.
64. Masyarakat adalah orang, perseorangan, kelompok orang termasuk
masyarakat hukum adat, korporasi, dan/atau pemangku
kepentingan non pemerintah lain dalam penyelenggaraan penataan
ruang.
65. Peran masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat dalam
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang.
66. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, yang selanjutnya
disebut BKPRD adalah badan yang bersifat ad-hoc yang dibentuk
untuk mendukung pelaksanaan Undang-undang Nomor 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang di Kabupaten Kotawaringin Timur
dan mempunyai fungsi membantu tugas bupati dalam koordinasi
penataan ruang di daerah.
67. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala
bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya
yang diperuntukan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan
tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan
atau air, serta di atas permukaan air.
68. Jalan primer adalah jalan yang menghubungkan antar provinsi
atau kabupaten.
69. Jalan sekunder adalah jalan yang menghubungkan jaringan dalam
kota atau antar kecamatan.
70. Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayanai
angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-
rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.
71. Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayanai
angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak
sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk
dibatasi.
72. Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan
rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
73. Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan
kecepatan rata-rata rendah.
14
BAB II
RUANG LINGKUP, TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI
Bagian Kesatu
Tujuan Penataan Ruang
Pasal 2
(1) Ibukota Kabupaten Kotawaringin Timur berada di Sampit.
(2) Posisi geografis Kabupaten Kotawaringin Timur terletak di antara
112˚ 4’ 3” - 113˚ 16’ 11” Bujur Timur dan 1˚ 11’ 35” - 3˚ 18’ 8”
Lintang Selatan.
(3) Luas wilayah administrasi Kabupaten Kotawaringin Timur adalah
kurang lebih 1.679.600 Ha.
(4) Dalam luas wilayah administrasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) terdapat luas wilayah fungsi berdasarkan usulan
perencanaan pemanfaatan ruang seluas kurang lebih 1.554.584,6
Ha.
(5) Batas-batas wilayah administrasi Kabupaten Kotawaringin Timur
terdiri dari :
a. sebelah utara : Kabupaten Katingan;
b. sebelah timur : Kabupaten Katingan;
c. sebelah selatan : Laut Jawa; dan
d. sebelah barat : Kabupaten Seruyan.
Bagian Kedua
Tujuan Penataan Ruang
Pasal 3
Tujuan Penataan Ruang Kabupaten Kotawaringin Timur adalah untuk
“Mewujudkan ruang wilayah kabupaten yang bersinergi dengan
kawasan hutan, dengan keseimbangan pemanfaatan ruang
berkelanjutan yang berbasiskan pengembangan pertanian, industri
pengolahan dan pelayanan transportasi demi tercapainya pertumbuhan
ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, dengan tetap
mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung lingkungan serta
kelestarian sumberdaya alam”.
Bagian Ketiga
Kebijakan Penataan Ruang
Pasal 4
Kebijakan penataan ruang Kabupaten meliputi :
a. pensinergian kawasan hutan dan kawasan non hutan;
15
b. pengaturan keseimbangan pemanfaatan ruang yang berkelanjutan
dengan mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung
lingkungan serta kelestarian sumberdaya alam;
c. pengembangan pertanian dalam arti luas;
d. pengembangan industri pengolahan;
e. pengembangan pelayanan transportasi;
f. pemanfaatan ruang demi tercapainya pertumbuhan ekonomi dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat; dan
g. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan
negara.
Bagian Keempat
Strategi Penataan Ruang
Pasal 5
Strategi pensinergian kawasan hutan dan kawasan non hutan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a adalah :
a. memastikan dan menegaskan batas antara kawasan budidaya non
hutan dengan kawasan hutan untuk memberikan kepastian
rencana pemanfaatan ruang dan investasi;
b. mengikuti ketentuan dan peraturan yang berlaku terkait rencana
program pembangunan yang melewati atau berada dalam kawasan
hutan;
c. mengikuti ketentuan dan peraturan yang berlaku terkait
pemanfaatan ruang atau program pembangunan eksisting yang
melewati atau berada dalam kawasan hutan;
d. memanfaatkan secara optimal ketentuan yang berlaku pada
kawasan hutan produksi agar bisa dikelola sendiri oleh
masyarakat maupun pemerintah daerah tanpa merusak dan
merubah peruntukan hutan; dan
e. menggalang kerjasama Regional, Nasional dan Internasional dalam
rangka pemulihan fungsi kawasan hutan terutama hutan lindung.
Pasal 6
Strategi pengaturan keseimbangan pemanfaatan ruang yang
berkelanjutan dengan mempertimbangkan daya dukung dan daya
tampung lingkungan serta kelestarian sumberdaya alam sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf b adalah :
a. memastikan dan menegaskan batas antara kawasan yang
mempunyai fungsi lindung dan kawasan budidaya;
b. memilih bentuk pemanfaatan ruang yang disesuaikan dengan
kesesuaian lahan dan kriteria teknis yang ditentukan;
c. mengoptimalkan pemanfaatan ruang peruntukan budidaya yang
telah ada dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan;
d. menjaga dan melestarikan kawasan lindung yang telah ditetapkan;
16
e. meningkatkan pengelolaan lingkungan hidup serta pengendalian
kerusakan dan pencemaran lingkungan akibat kegiatan
pemanfaatan ruang yang dilakukan; dan
f. memilih penggunaan teknologi yang ramah lingkungan dalam
kegiatan pemanfaatan ruang.
Pasal 7
Strategi pengembangan pertanian dalam arti luas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf c adalah :
a. meningkatkan penggunaan teknologi dan intensifikasi pertanian
untuk peningkatan produksi pertanian, khususnya pertanian
tanaman pangan;
b. mencegah terjadinya alih fungsi lahan pertanian tanaman pangan;
c. menambah area baru untuk pengembangan pertanian dengan
mengacu kesesuaian lahan dan kriteria teknis yang ditentukan
pada lahan-lahan yang belum dibudidayakan dalam kawasan non
hutan; dan
d. menetapkan dan mengembangkan kawasan agropolitan di Wilayah
Kecamatan Teluk Sampit dengan melengkapi fasilitas
perdagangan, pusat koleksi distribusi, dan infrastruktur
pendukung.
Pasal 8
Strategi pengembangan industri pengolahan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 huruf d terdiri atas :
a. mengembangkan variasi produksi olahan dari komoditas
pertanian;
b. membatasi pengiriman bahan baku mentah produk komoditas
perkebunan dan pertambangan ke luar wilayah Kabupaten
sebelum diolah menjadi bahan setengah jadi atau bahan jadi;
c. menetapkan suatu kawasan industri di Bagendang dan
mengalokasikan semua kegiatan industri besar pada kawasan
tersebut;
d. membentuk perusahaan daerah atau bekerjasama dengan investor
untuk mengelola kawasan industri; dan
e. memperlancar sirkulasi aliran barang dari kawasan perkebunan
dan pertambangan menuju kawasan industri.
Pasal 9
Strategi pengembangan pelayanan transportasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 huruf e terdiri atas :
a. memantapkan status dan peran Pelabuhan Sampit dan Pelabuhan
Multipurpose Bagendang sebagai pelabuhan utama di Provinsi
Kalimantan Tengah;
b. meningkatkan sarana dan prasarana pendukung Pelabuhan
Sampit sebagai pelabuhan penumpang;
17
c. meningkatkan sarana dan prasarana Pelabuhan Multipurpose
Bagendang sebagai pintu gerbang keluar dan masuknya barang
baik Nasional maupun Internasional;
d. membangun sistem jaringan perkeretaapian dari kawasan
perkebunan dan pertambangan untuk mengangkut hasil produksi
menuju kawasan industri Bagendang;
e. meningkatkan sarana dan prasarana pendukung Bandar Udara H.
Asan Sampit;
f. meningkatkan status dan peran Bandar Udara H. Asan Sampit
dalam tatanan kebandarudaraan di Provinsi Kalimantan Tengah;
g. meningkatkan konektivitas pusat-pusat kegiatan dalam kabupaten
secara hierarki yaitu antara PKW – PKL – PPK – PPL; dan
h. mengembangkan terminal penumpang tipe B (AKDP) di jalan
lingkar utara Sampit.
Pasal 10
Strategi pemanfaatan ruang demi tercapainya pertumbuhan ekonomi
dan peningkatan kesejahteraan masyarakat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 huruf f terdiri atas :
a. meningkatkan produktivitas dan nilai jual hasil komoditas
masyarakat dengan perluasan lahan pertanian dan pengembangan
kawasan industri;
b. mengakomodir pengembangan kawasan budidaya dengan tetap
memperhatikan ketentuan dan peraturan yang berlaku;
c. memperkuat pemasaran hasil pertanian, perkebunan, kehutanan,
dan pertambangan melalui pengembangan kawasan industri dan
agropolitan;
d. melibatkan peran serta masyarakat lokal secara aktif dalam
kegiatan pemanfaatan ruang yang dilakukan, terutama oleh
pelaku usaha;
e. meningkatkan kualitas dan ketersediaan sarana dan prasarana;
dan
f. meningkatkan peran pemerintah daerah untuk membuat regulasi
dan terlibat secara aktif terkait pemanfaatan ruang yang dapat
meningkatkan pendapatan asli daerah sehingga dapat digunakan
untuk kesejahteraan masyarakat.
Pasal 11
Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan
negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf g terdiri atas :
a. mendukung penetapan kawasan strategis nasional dengan fungsi
khusus pertahanan dan keamanan;
b. mengembangkan kegiatan budi daya secara selektif di dalam dan
di sekitar kawasan pertahanan dan keamanan untuk menjaga
fungsi dan peruntukannya;
18
c. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budi daya
tidak terbangun di sekitar kawasan pertahanan, sebagai zona
penyangga yang memisahkan kawasan tersebut dengan kawasan
budi daya terbangun; dan
d. turut menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan/TNI.
BAB III
RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 12
(1) Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur
meliputi :
a. sistem pusat-pusat kegiatan; dan
b. sistem jaringan prasarana wilayah, meliputi :
1. sistem jaringan prasarana utama; dan
2. sistem jaringan prasarana lainnya.
(2) Rencana struktur ruang wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1 : 50.000
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I, yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Kedua
Pusat – Pusat Kegiatan
Pasal 13
(1) Pusat-pusat kegiatan yang ada di Kabupaten Kotawaringin Timur
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf a, meliputi :
a. PKW;
b. PKLp;
c. PPK; dan
d. PPL.
(2) PKW sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, yaitu Kota
Sampit, yang meliputi :
a. Kecamatan Baamang;
b. Kecamatan Mentawa Baru Ketapang; dan
c. Kecamatan Seranau.
(3) PKLp sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi :
b. Samuda di Kecamatan Mentaya Hilir Selatan;
c. Parenggean di Kecamatan Parenggean; dan
d. Simpang Sebabi di Kecamatan Telawang.
19
(4) PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi :
a. Bagendang di Kecamatan Mentaya Hilir Utara;
b. Ujung Pandaran di Kecamatan Teluk Sampit;
c. Bapinang di Kecamatan Pulau Hanaut;
d. Kota Besi di Kecamatan Kota Besi;
e. Cempaka Mulia di Kecamatan Cempaga;
f. Pundu di Kecamatan Cempaga Hulu;
g. Tumbang Penyahuan di Kecamatan Bukit Sentuai;
h. Tumbang Kalang di Kecamatan Antang Kalang;
i. Kuala Kuayan di Kecamatan Mentaya Hulu;
j. Tumbang Mangkup di Kecamatan Telaga Antang; dan
k. Luwuk Sampun di Kecamatan Tualan Hulu.
(5) PPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, meliputi :
a. Gunung Makmur di Kecamatan Antang Kalang;
b. Beringin Agung di Kecamatan Telaga Antang;
c. Lempuyang di Kecamatan Teluk Sampit;
d. Tangar di Kecamatan Mentaya Hulu;
e. Bagendang Tengah di Kecamatan Mentaya Hilir Utara;
f. Pelantaran di Kecamatan Cempaga Hulu;
g. Tumbang Sangai di Kecamatan Telaga Antang; dan
h. Tumbang Batu di Kecamatan Bukit Santuai.
Bagian Ketiga
Sistem Jaringan Prasarana Utama
Pasal 14
Sistem jaringan prasarana utama yang ada di Kabupaten Kotawaringin
Timur, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf b,
meliputi :
a. sistem jaringan transportasi darat;
b. sistem jaringan transportasi laut;
c. sistem jaringan perkeretaapian; dan
d. sistem jaringan transportasi udara.
Paragraf 1
Sistem Jaringan Transportasi Darat
Pasal 15
(1) Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14 ayat (1) huruf a, terdiri atas :
a. jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, meliputi jaringan
jalan, jaringan prasarana lalu lintas dan jaringan layanan lalu
lintas; dan
b. jaringan angkutan sungai penyeberangan.
20
(2) Jaringan jalan di Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) huruf a, terdiri atas :
a. jaringan jalan arteri primer yang ada di Kabupaten
Kotawaringin Timur, terdiri atas:
1. ruas jalan Kasongan - Pelantaran sepanjang 61,963 km;
2. ruas jalan Batas Kota Sampit - Pelantaran/Km. 65
sepanjang 57,389 km;
3. ruas jalan Jl. Cilik Riwut (Sampit) sepanjang 17,971 km;
4. ruas jalan Batas Kota Sampit - km 65.00 (Sp. Bangkal)
sepanjang 60,824 km;
5. ruas jalan Jl. A. Yani (Sampit) sepanjang 2,456 km; dan
6. ruas jalan Jl. Sudirman (Sampit) sepanjang 3,219 km.
b. jaringan jalan kolektor primer K2 yang ada di Kabupaten
Kotawaringin Timur, yaitu ruas jalan Sampit – Samuda – Ujung
Pandaran – Kuala Pembuang sepanjang 140,52 km.
c. jaringan jalan kolektor primer K3 yang ada di Kabupaten
Kotawaringin Timur, terdiri atas :
1. ruas jalan Pelantaran – Parenggean sepanjang 34,75 km;
2. ruas jalan Parenggean – Tumbang Sangai sepanjang 51,20
km;
3. ruas jalan Tumbang Sangai – Tumbang Kalang sepanjang
50 km; dan
4. ruas jalan lingkar selatan Kota Sampit sepanjang 7,50 km.
d. jaringan jalan lokal primer dan sekunder yang ada di
Kabupaten Kotawaringin Timur, terdiri atas :
1. ruas jalan di Kecamatan Teluk Sampit sebanyak 7 ruas
jalan dengan panjang 12,75 km;
2. ruas jalan di Kecamatan Pulau Hanaut sebanyak 17 ruas
jalan dengan panjang 70,20 km;
3. ruas jalan di Kecamatan Mentaya Hilir Selatan sebanyak 92
ruas jalan dengan panjang 179,73 km;
4. ruas jalan di Kecamatan Mentaya Hilir Utara sebanyak 36
ruas jalan dengan panjang 152,25 km;
5. ruas jalan di Kecamatan Mentawa Baru Ketapang sebanyak
264 ruas jalan dengan panjang 205,75 km;
6. ruas jalan di Kecamatan Baamang sebanyak 176 ruas jalan
dengan panjang 228,16 km;
7. ruas jalan di Kecamatan Seranau sebanyak 9 ruas jalan
dengan panjang 39,60 km;
8. ruas jalan di Kecamatan Kota Besi sebanyak 34 ruas jalan
dengan panjang 79,75 km;
9. ruas jalan di Kecamatan Telawang sebanyak 6 ruas jalan
dengan panjang 107,50 km;
10. ruas jalan di Kecamatan Cempaga sebanyak 19 ruas jalan
dengan panjang 20,90 km;
11. ruas jalan di Kecamatan Cempaga Hulu sebanyak 12 ruas
jalan dengan panjang 50,39 km;
12. ruas jalan di Kecamatan Parenggean sebanyak 22 ruas
jalan dengan panjang 118,112 km;
21
13. ruas jalan di Kecamatan Tualan Hulu sebanyak 3 ruas
jalan dengan panjang 7,20 km;
14. ruas jalan di Kecamatan Telaga Antang sebanyak 5 ruas
jalan dengan panjang 17,867 km;
15. ruas jalan di Kecamatan Antang Kalang sebanyak 14 ruas
jalan dengan panjang 145,40 km;
16. ruas jalan di Kecamatan Mentaya Hulu sebanyak 21 ruas
jalan dengan panjang 316,55 km;
17. ruas jalan di Kecamatan Bukit Santuai sebanyak 12 ruas
jalan dengan panjang 87,30 km;
18. ruas jalan lintas kecamatan (Kecamatan Cempaga –
Kecamatan Seranau – Kecamatan Pulau Hanaut) sebanyak
1 ruas jalan dengan panjang 125 km;
19. ruas jalan lintas Kecamatan (Kecamatan Telawang –
Kecamatan Mentaya Hilir Utara) sebanyak 1 ruas jalan
dengan panjang 12 km; dan
20. pembangunan ruas jalan dalam wilayah kecamatan dan
ruas jalan lintas kecamatan di wilayah kabupaten.
e. jaringan jalan strategis kabupaten yang ada di Kabupaten
Kotawaringin Timur, terdiri atas :
1. ruas jalan Jl. Iskandar di Kecamatan Mentawa Baru
Ketapang sepanjang 3,20 km;
2. ruas jalan Pasar Berdikari di Kecamatan Mentawa Baru
Ketapang sepanjang 2,92 km;
3. ruas jalan Pasar Blauran di Kecamatan Mentawa Baru
Ketapang sepanjang 0,11 km;
4. ruas jalan Jl. Rahadi Usman di Kecamatan Mentawa Baru
Ketapang sepanjang 0,43 km;
5. ruas jalan Jl. Ir. H. Juanda di Kecamatan Mentawa Baru
Ketapang sepanjang 1,46 km;
6. ruas jalan Jl. Kembali di Kecamatan Mentawa Baru
Ketapang sepanjang 2,22 km;
7. ruas jalan Jl. H. Imbran di Kecamatan Mentawa Baru
Ketapang sepanjang 1,88 km;
8. ruas jalan Jl. DI. Panjaitan di Kecamatan Mentawa Baru
Ketapang sepanjang 3,08 km;
9. ruas jalan Jl. Soeprapto di Kecamatan Mentawa Baru
Ketapang sepanjang 2,07 km;
10. ruas jalan Jl. MT. Haryono di Kecamatan Mentawa Baru
Ketapang sepanjang 2,41 km;
11. ruas jalan Jl. MT. Haryono Barat di Kecamatan Mentawa
Baru Ketapang sepanjang 3,00 km;
12. ruas jalan Jl. Kapten Mulyono di Kecamatan Mentawa Baru
Ketapang sepanjang 3,22 km;
13. ruas jalan Jl. H. Ahmad di Kecamatan Mentawa Baru
Ketapang sepanjang 0,68 km;
14. ruas jalan Jl. P. Antasari di Kecamatan Mentawa Baru
Ketapang sepanjang 0,94 km;
22
15. ruas jalan Jl. Pemuda di Kecamatan Mentawa Baru
Ketapang sepanjang 2,00 km;
16. ruas jalan Jl. Pramuka di Kecamatan Mentawa Baru
Ketapang sepanjang 3,30 km;
17. ruas jalan Jl. S. Parman di Kecamatan Mentawa Baru
Ketapang sepanjang 2,30 km;
18. ruas jalan Jl. Sutoyo S di Kecamatan Mentawa Baru
Ketapang sepanjang 0,14 km;
19. ruas jalan Jl. Yos Sudarso di Kecamatan Mentawa Baru
Ketapang sepanjang 0,55 km;
20. ruas jalan Jl. Gatot Subroto di Kecamatan Mentawa Baru
Ketapang sepanjang 1,59 km;
21. ruas jalan Jl. Pelita Barat – Lingkar Selatan di Kecamatan
Mentawa Baru Ketapang sepanjang 3,91 km;
22. ruas jalan Jl. Cut Mutia di Kecamatan Baamang sepanjang
1,36 km;
23. ruas jalan Jl. Samekto Timur di Kecamatan Baamang
sepanjang 1,37 km;
24. ruas jalan Jl. Hasan Mansyur di Kecamatan Baamang
sepanjang 1,43 km;
25. ruas jalan Jl. Cristopel Mihing di Kecamatan Baamang
sepanjang 1,20 km; dan
26. ruas jalan Jl. Usman Harun (lintas Kecamatan Mentawa
Baru Ketapang - Kecamatan Baamang) sepanjang 0,94 km.
f. jaringan jalan khusus yang ada di Kabupaten Kotawaringin
Timur, terdiri atas ruas jalan untuk melayani kepentingan
sendiri yang dibangun dan dipelihara oleh instansi dan/atau
perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan, pertanian,
pertambangan, industri, dan kehutanan.
g. pembangunan jembatan di setiap simpul pertemuan antara
jaringan jalan dan jaringan sungai yang ada di wilayah
kabupaten.
(3) Jaringan prasarana lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) huruf a, terdiri atas :
a. terminal penumpang tipe B terdapat di Sampit;
b. rencana pembangunan terminal penumpang tipe B di jalan
lingkar utara Kota Sampit;
c. terminal penumpang tipe C terdapat di Sampit, Samuda dan
Parenggean;
d. rencana pembangunan terminal tipe C di seluruh kecamatan;
e. rencana pembangunan terminal barang berupa terminal peti
kemas diintegrasikan dengan pergudangan, pelabuhan laut
dan pelabuhan penyeberangan, terdapat di Kecamatan
Mentawa Baru Ketapang; dan
f. rencana jembatan timbang Sampit.
(4) Jaringan layanan lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
huruf a, merupakan trayek angkutan penumpang dan barang
yaitu Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi, meliputi :
a. Sampit – Palangka Raya;
23
b. Sampit – Kasongan;
c. Sampit – Pangkalan Bun;
d. Sampit – Sukamara;
e. Sampit – Kuala Pembuang;
f. Baamang – Ketapang;
g. Sampit – Kota Besi;
h. Sampit – Samuda;
i. Sampit – Pundu;
j. Sampit – Parenggean;
k. Sampit – Kuala Kuayan;
l. Sampit – Ujung Pandaran;
m. Sampit – Tumbang Mangkup;
n. Sampit – Tumbang Penyahuan;
o. Sampit – Tumbang Kalang;
p. Sampit – Luwuk Sampun;
q. Sampit – Sebabi; dan
r. rencana trayek angkutan penumpang dan barang lainnya
menuju daerah-daerah di wilayah Kabupaten Kotawaringin
Timur serta kota-kota lainnya di Pulau Kalimantan.
(5) Jaringan sungai dan penyeberangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 ayat (1) huruf b, terdiri atas :
a. alur pelayaran sungai, terdiri atas :
1. Sungai Mentaya : Tumbang Sangai – Kuala Kuayan –
Hanjalipan – Kotabesi – Sampit – Bagendang – Samuda;
2. Sungai Cempaga : Pantai Harapan – Cempaka Mulia – Kota
Besi;
3. Sungai Tualan : Kota Baru – Parenggean – Hanjalipan;
4. Terusan Hantipan : Samuda – Pagatan; dan
5. rencana alur pelayaran sungai lainnya di wilayah
kabupaten.
b. pelabuhan sungai dan penyeberangan yang digunakan untuk
sarana penyeberangan masyarakat, terdiri atas :
1. pelabuhan sungai Antang Kalang, Tumbang Kalang
Seberang, Tanjung Jaringau, Tumbang Turung, Rantau
Katang, Sangai, Sangai Kota, dan Sangai Seberang di
Kecamatan Antang Kalang;
2. pelabuhan sungai Bajarum, Kandan Seberang, Hanjalipan,
Kota Besi Hilir, Kota Besi Hulu, Pasar Desa Sebabi, dan
Pamalian di Kecamatan Kota Besi;
3. pelabuhan sungai Rubung Buyung, dan Pasar Desa
Baninan di Kecamatan Cempaga;
4. pelabuhan sungai Pasar Desa Parit, Pasar Desa Sudan di
Kecamatan Cempaga Hulu;
5. pelabuhan sungai Kuala Kuayan Seberang di Kecamatan
Mentaya Hulu;
6. pelabuhan sungai Kabuau di Kecamatan Parenggean;
7. pelabuhan sungai Habaring Hurung, Pelangsian, Mesjid
Jami di Kecamatan Mentawa Baru Ketapang;
24
8. pelabuhan sungai Pasar Desa Runting Tada di Kecamatan
Telawang;
9. pelabuhan sungai Mentaya Seberang Hilir, Mentaya
Seberang Hulu, Ganepo, dan Mesjid Taqwa di Kecamatan
Seranau;
10. pelabuhan sungai Pasar Desa Bagendang Hilir, Pasar Desa
Ramban, Pasar Sabtu Bagendang, dan Sei Lancang di
Kecamatan Mentaya Hilir Utara;
11. pelabuhan sungai Pasar Samuda di Kecamatan Mentaya
Hilir Selatan;
12. pelabuhan sungai Bapinang Hilir, Babaluh, Bapinang,
Pelangsian, dan Satiruk di Kecamatan Pulau Hanaut;
13. pelabuhan sungai Desa Ujung Pandaran di Kecamatan
Teluk Sampit; dan
14. rencana pembangunan pelabuhan sungai dan
penyeberangan yang tersebar di seluruh kecamatan.
Paragraf 2
Sistem Jaringan Transportasi Laut
Pasal 16
(1) Sistem jaringan transportasi laut sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14 ayat (1) huruf b, meliputi :
a. tatanan kepelabuhanan; dan
b. alur pelayaran.
(2) Tatanan kepelabuhanan di Kabupaten Kotawaringin Timur
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri atas :
a. pelabuhan utama/pengumpul, meliputi :
1. Pelabuhan Sampit di Kecamatan Mentawa Baru Ketapang;
dan
2. Pelabuhan Bagendang di Kecamatan Mentaya Hilir Utara.
b. pelabuhan pengumpan, meliputi :
1. Pelabuhan Samuda di Kecamatan Mentaya Hilir Selatan;
dan
2. rencana Pelabuhan Pelangsian di Kecamatan Mentawa
Baru Ketapang.
c. terminal khusus, meliputi :
1. terminal khusus di Kecamatan Cempaga Hulu;
2. terminal khusus di Kecamatan Cempaga;
3. terminal khusus di Kecamatan Mentaya Hulu;
4. terminal khusus di Kecamatan Kota Besi; dan
5. terminal khusus di Kecamatan Parenggean.
d. terminal untuk kepentingan sendiri, meliputi :
1. terminal khusus untuk kepentingan sendiri di Kecamatan
Baamang;
2. terminal khusus untuk kepentingan sendiri di Kecamatan
Mentawa Baru Ketapang;
25
3. terminal khusus untuk kepentingan sendiri di Kecamatan
Seranau;
4. terminal khusus untuk kepentingan sendiri di Kecamatan
Mentaya Hilir Utara;
5. terminal khusus untuk kepentingan sendiri di Kecamatan
Mentaya Hilir Selatan;
6. terminal khusus untuk kepentingan sendiri di Kecamatan
Teluk Sampit; dan
7. terminal khusus untuk kepentingan sendiri di Kecamatan
Pulau Hanaut;
e. penetapan lokasi terminal khusus dan terminal untuk
kepentingan sendiri ditetapkan dengan pertimbangan
ekonomis dan teknis operasional akan diatur dan ditetapkan
oleh peraturan Bupati.
(3) Alur pelayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
terdiri atas :
a. alur pelayaran internasional, khusus untuk barang meliputi :
1. Sampit – Malaysia;
2. Sampit – China;
3. Sampit – Singapura
4. Sampit - India
5. Sampit – Thailand; dan
6. Sampit - Vietnam.
b. alur pelayaran nasional, angkutan barang atau penumpang
meliputi:
1. Sampit - Semarang;
2. Sampit – Surabaya;
3. Sampit – Jakarta;
4. Sampit – Banjarmasin;
5. Sampit – Kendal (Jawa Tengah); dan
6. Sampit – Paciran (Lamongan).
Paragraf 3
Rencana Sistem Jaringan Perkeretaapian
Pasal 17
Rencana sistem jaringan perkeretaapian sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14 ayat (1) huruf c, terdiri atas :
a. sistem jaringan jalur kereta api utama provinsi yang melalui
Kabupaten Kotawaringin Timur, yaitu jalur kereta api Rabambang
– Tumbang Samba – Sampit – Kuala Pembuang – Teluk Segintung;
b. sistem jaringan jalur kereta api antar kota berdasarkan Raperpres
Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan yang merupakan jalur
kereta api dengan prioritas rendah, yaitu ruas jalur kereta api
Buntok – Palangka Raya, Palangka Raya – Sampit – Pangkalan
Bun, Pangkalan Bun – Sanggau ); dan
c. stasiun kereta api terdapat di Sampit dan Bagendang.
26
Paragraf 4
Sistem Jaringan Transportasi Udara
Pasal 18
(1) Sistem jaringan transportasi udara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14 ayat (1) huruf d, meliputi :
a. tatanan kebandarudaraan; dan
b. ruang udara untuk penerbangan.
(2) Tatanan kebandarudaraan di Kabupaten Kotawaringin Timur
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah Bandar
Udara Haji Asan di Sampit sebagai bandar udara pengumpan.
(3) Ruang udara untuk penerbangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c diatur lebih lanjut dalam rencana induk bandar
udara.
(4) Bandar Udara Haji Asan direncanakan akan diusulkan dalam
tatanan kebandarudaraan nasional menjadi bandar udara
pengumpul.
(5) Selama kurun waktu 20 tahun apabila Bandar Udara Haji Asan
sudah tidak layak untuk dikembangkan sesuai dengan yang
direncanakan, maka dimungkinkan untuk direlokasi ke tempat
lain dengan terlebih dahulu diadakan studi kelayakan.
Bagian Keempat
Sistem Jaringan Prasarana Lainnya
Pasal 19
Sistem jaringan prasarana lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal
12 ayat (1) huruf b, terdiri atas :
a. sistem jaringan energi;
b. sistem jaringan telekomunikasi;
c. sistem jaringan sumber daya air; dan
d. sistem jaringan prasarana pengelolaan lingkungan.
Paragraf 1
Sistem Jaringan Energi
Pasal 20
(1) Sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
ayat (1) huruf a, meliputi :
a. pembangkit tenaga listrik; dan
b. jaringan prasarana energi.
(2) Pembangkit tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, meliputi :
27
a. pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), terdapat di
Kecamatan Baamang dengan kapasitas 22,4 MW, Kecamatan
Cempaga Hulu, Kecamatan Antang Kalang dengan kapasitas
2,5 MW, dan Kecamatan Mentawa Baru Ketapang dengan
kapasitas 7,5 MW;
b. pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
batubara, terdapat di Kecamatan Mentaya Hilir Utara dengan
kapasitas 2 x 25 MW;
c. pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/Angin (PLTB),
terdapat di Kecamatan Teluk Sampit;
d. pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro
(PLTMH), terdapat di Kecamatan Antang Kalang; dan
e. pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan
kapasitas 50 WP 50 W per unit yang tersebar di seluruh
kecamatan khususnya di desa-desa terpencil yang sulit
dijangkau oleh jaringan listrik PLN dan tidak ada potensi
energi lain seperti angin dan mikrohidro di daerah tersebut.
(3) Jaringan prasarana energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, meliputi :
a. jaringan transmisi tenaga listrik, meliputi :
1. gardu induk, terdapat di Sampit;
2. pembangunan jaringan Saluran Udara Tegangan Tinggi
(SUTT), yang menghubungkan Palangka Raya – Kasongan –
Sampit; Sampit – Pangkalan Bun;
3. perluasan pembangunan jaringan distribusi dari Gardu
Induk menuju pusat-pusat beban; dan
4. perluasan Jaringan Transmisi Tegangan Rendah dari
jaringan distribusi ke wilayah permukiman.
b. Depo Bahan Bakar Minyak (BBM) terdapat di Sampit.
Paragraf 2
Sistem Jaringan Telekomunikasi
Pasal 21
(1) Sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 ayat (1) huruf b, meliputi:
a. sistem jaringan kabel;
b. sistem jaringan nirkabel; dan
c. sistem jaringan satelit.
(2) Sistem jaringan kabel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, merupakan sistem jaringan Fiber Optic (FO) yang
menghubungkan Banjarmasin – Kapuas – Pulang Pisau – Palangka
Raya – Kasongan – Sampit – Pangkalan Bun.
(3) Sistem jaringan nirkabel sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, merupakan Sistem Jaringan Stasiun Radio Gelombang
Mikro (STRGM), terdapat di Sampit, Parit, dan Sebabi.
28
(4) Sistem jaringan satelit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
c, terdiri atas BTS-BTS dari operator telepon seluler yang tersebar
di seluruh kecamatan.
Paragraf 3
Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Pasal 22
(1) Sistem jaringan sumberdaya air sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 ayat (1) huruf c, terdiri atas :
a. wilayah sungai;
b. daerah irigasi (DI) dan daerah irigasi rawa (DIR);
c. prasarana air baku untuk air bersih;
d. jaringan air bersih ke kelompok pengguna; dan
e. sistem pengendalian banjir.
(2) wilayah sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, yaitu
wilayah Sungai Mentaya yang merupakan wilayah sungai dalam
wilayah kabupaten.
(3) daerah irigasi (DI) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
terdiri atas :
a. DI Tanjung Harapan dengan luas kurang lebih 200 ha; dan
b. DI Kali Bambang dengan luas kurang lebih 400 ha.
(4) daerah irigasi rawa (DIR) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, terdiri atas :
a. daerah irigasi rawa yang menjadi kewenangan pemerintah
pusat, meliputi :
1. DIR Pelangsian dengan luas kurang lebih 10.240 ha di
Kecamatan Mentawa Baru Ketapang; dan
2. DIR Handil Bali dengan luas kurang lebih 3.864 ha di
Kecamatan Pulau Hanaut.
b. daerah irigasi rawa yang menjadi kewenangan pemerintah
provinsi, meliputi :
1. DIR Bagendang II dengan luas kurang lebih 1.540 ha di
Kecamatan Mentaya Hilir Utara Kecamatan MB Ketapang;
2. DIR Bagendang IV dengan luas kurang lebih 1.300 ha di
Kecamatan Mentaya Hilir Utara;
3. DIR Basawang dengan luas kurang lebih 1.168 ha di
Kecamatan Teluk Sampit;
4. DIR Kuin dengan luas kurang lebih 1.000 ha di Kecamatan
Teluk Sampit; dan
5. DIR Lampuyang dengan luas kurang lebih 1.223 ha di
Kecamatan Teluk Sampit.
c. daerah irigasi rawa yang menjadi kewenangan pemerintah
kabupaten, meliputi:
1. Kecamatan Mentaya Hilir Utara, terdiri atas :
a) DIR Bagendang I dengan luas kurang lebih 400 ha; dan
b) DIR Bagendang III dengan luas kurang lebih 300 ha.
2. Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, terdiri atas :
29
a) DIR Basirih Hilir dengan luas kurang lebih 395 ha;
b) DIR Basirih Hulu dengan luas kurang lebih 900 ha;
c) DIR Handil Sohor dengan luas kurang lebih 790 ha;
d) DIR Jaya Karet dengan luas kurang lebih 526 ha;
e) DIR Jaya Kelapa dengan luas kurang lebih 148 ha;
f) DIR Sebamban dengan luas kurang lebih 403 ha;
g) DIR Samuda Besar dengan luas kurang lebih 475 ha;
h) DIR Samuda Kecil dengan luas kurang lebih 370 ha;
i) DIR Samuda Kota dengan luas kurang lebih 961 ha; dan
j) DIR Sei Ijum Raya dengan luas kurang lebih 395 ha.
3. Kecamatan Pulau Hanaut, terdiri atas :
a) DIR Bapinang Hilir I dengan luas kurang lebih 451 ha;
b) DIR Bapinang Hilir II dengan luas kurang lebih 600 ha;
c) DIR Bapinang Hilir Laut I dengan luas kurang lebih 600
ha;
d) DIR Bapinang Hilir Laut II dengan luas kurang lebih 250
ha; dan
e) DIR Serambut dengan luas kurang lebih 100 ha.
4. Kecamatan Teluk Sampit, terdiri atas :
a) DIR Camp Putih dengan luas kurang lebih 675 ha;
b) DIR Gemuk Sari dengan luas kurang lebih 600 ha;
c) DIR Kalab Seban Mente dengan luas kurang lebih 289
ha;
d) DIR Seranggas dengan luas kurang lebih 300 ha; dan
e) DIR Ujung Pandaran dengan luas kurang lebih 500 ha.
5. Kecamatan Seranau, terdiri atas :
a) DIR Babulu dengan luas kurang lebih 200 ha;
b) DIR Batuah dengan luas kurang lebih 150 ha;
c) DIR Belayar dengan luas kurang lebih 100 ha;
d) DIR Bonot dengan luas kurang lebih 100 ha;
e) DIR Delapa/Darwis dengan luas kurang lebih 50 ha;
f) DIR Ganepo/Hambawang dengan luas kurang lebih 100
ha;
g) DIR Lantabu dengan luas kurang lebih 100 ha;
h) DIR Mentaya Seberang/Trans dengan luas kurang lebih
160 ha;
i) DIR Remiling dengan luas kurang lebih 100 ha;
j) DIR Sei Benyamuk dengan luas kurang lebih 50 ha;
k) DIR Sei Iding dengan luas kurang lebih 50 ha;
l) DIR Sei Kalikasa dengan luas kurang lebih 100 ha;
m) DIR Sei Pipisan dengan luas kurang lebih 25 ha;
n) DIR Terantang Hilir dengan luas kurang lebih 50 ha; dan
o) DIR Terantang Hulu dengan luas kurang lebih 300 ha.
6. Kecamatan Baamang, terdiri atas :
a) DIR Banitan dengan luas kurang lebih 300 ha;
b) DIR Kamapit dengan luas kurang lebih 100 ha;
c) DIR Sei Bajangkut dengan luas kurang lebih 300 ha; dan
d) DIR Tinduk dengan luas kurang lebih 100 ha.
30
7. Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, yaitu DIR Ketapang
dengan luas kurang lebih 475 ha.
8. Kecamatan Kota Besi, terdiri atas :
a) DIR Bajarum dengan luas rencana kurang lebih 100 ha;
b) DIR Camba dengan luas kurang lebih 100 ha;
c) DIR Camba Barat dengan luas kurang lebih 200 ha;
d) DIR Kota Besi I dengan luas kurang lebih 300 ha;
e) DIR Kota Besi II dengan luas kurang lebih 400 ha;
f) DIR Pamalian dengan luas kurang lebih 25 ha;
g) DIR PLTU/Tambulihan dengan luas kurang lebih 60 ha;
h) DIR Sei Kandan Besar dengan luas kurang lebih 100 ha;
i) DIR Sei Sugih I dengan luas kurang lebih 200 ha;
j) DIR Sei Sugih II dengan luas kurang lebih 75 ha;
k) DIR Soren dengan luas kurang lebih 50 ha;
l) DIR Teluk Baguci dengan luas kurang lebih 25 ha; dan
m) DIR Transmigrasi/Kandan dengan luas kurang lebih 100
ha.
9. Kecamatan Telawang, yaitu DIR Sumber Makmur dengan
luas kurang lebih 50 ha.
10. Kecamatan Cempaga, terdiri atas :
a) DIR Baninan dengan luas kurang lebih 80 ha;
b) DIR Danau Lentang dengan luas kurang lebih 600 ha;
c) DIR Komplek Mulia Barat dengan luas kurang lebih 250
ha;
d) DIR Komplek Mulia Timur dengan luas kurang lebih 100
ha;
e) DIR Luwuk Bunter dengan luas kurang lebih 200 ha;
f) DIR Luwuk Ranggan Barat dengan luas kurang lebih 50
ha;
g) DIR Luwuk Ranggan Timur dengan luas kurang lebih
100 ha;
h) DIR Patai dengan luas kurang lebih 150 ha;
i) DIR Rubung Buyung dengan luas kurang lebih 100 ha;
j) DIR Jemaras I dengan luas kurang lebih 200 ha;
k) DIR Jemaras II dengan luas kurang lebih 25 ha;
l) DIR Jemaras III dengan luas kurang lebih 100 ha;
m) DIR Sei Paring dengan luas kurang lebih 200 ha; dan
n) DIR Teluk Tewah dengan luas kurang lebih 40 ha.
11. Kecamatan Cempaga Hulu, terdiri atas :
a) DIR Bukit Raya dengan luas kurang lebih 250 ha;
b) DIR Pelantaran dengan luas kurang lebih 100 ha; dan
c) DIR Sei Ubar Mandiri dengan luas kurang lebih 30 ha.
12. Kecamatan Mentaya Hulu, yaitu DIR Tangkarobah dengan
luas kurang lebih 100 ha.
13. Kecamatan Parenggean, yaitu DIR Padas Bajarau dengan
luas kurang lebih 50 ha.
14. Kecamatan Antang Kalang, terdiri atas :
a) DIR Mulia Agung dengan luas kurang lebih 100 ha; dan
b) DIR Tumbang Maya dengan luas kurang lebih 80 ha.
31
15. Kecamatan Telaga Antang, terdiri atas :
a) DR Batu Agung dengan luas kurang lebih 100 ha; dan
b) DIR Beringin Agung dengan luas kurang lebih 25 ha.
16. Kecamatan Tualan Hulu, yaitu DIR Bukit Makmur dengan
luas kurang lebih 50 ha.
(5) Prasarana air baku untuk air bersih sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c, meliputi :
a. sumber air baku Sungai Mentaya dan anak sungai yang
terdapat di seluruh kecamatan;
b. sumber air baku danau yang tersebar di Kecamatan Mentaya
Hulu, Kecamatan Bukit Santuai, dan Kecamatan Telaga Antang;
c. sumber air baku bendungan Tanjung Harapan di Kecamatan
Telaga Antang;
d. sumur bor artesis dan pompa dangkal yang tersebar di
Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, Kecamatan Baamang,
Kecamatan Seranau, Kecamatan Kota Besi, Kecamatan
Telawang, Kecamatan Mentaya Hilir Utara, Kecamatan Pulau
Hanaut, Kecamatan Cempaga, Kecamatan Cempaga Hulu,
Kecamatan Parenggean, dan Kecamatan Antang Kalang; dan
e. rencana penyediaan sumur bor artesis dan pompa dangkal yang
tersebar di seluruh kecamatan.
(6) Jaringan air bersih ke kelompok pengguna sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf d, meliputi :
a. PDAM Sampit dengan cakupan layanan : Kecamatan Mentawa
Baru Ketapang, Kecamatan Baamang, Kecamatan Seranau,
Kecamatan Mentaya Hilir Utara, Kecamatan Mentaya Hilir
Selatan, Kecamatan Kota Besi, Kecamatan Cempaga,
Kecamatan Cempaga Hulu, Kecamatan Parenggean, dan
Kecamatan Mentaya Hulu;
b. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Desa Sungai Paring
dengan kapasitas produksi 2,5 liter/detik;
c. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Desa Pelantaran dengan
kapasitas produksi 10 liter/detik;
d. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Desa Tumbang Kalang
dengan kapasitas produksi 5 liter/detik;
e. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Desa Tumbang Sangai
dengan kapasitas produksi 10 liter/detik;
f. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Desa Karang Tunggal
dengan kapasitas produksi 2,5 liter/detik; dan
g. rencana peningkatan kapasitas produksi dan pembangunan
Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) yang tersebar di seluruh
kecamatan .
(7) Sistem pengendalian banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf e terdapat di Kota Sampit, yang meliputi :
a. pembangunan ring drain yang berfungsi sebagai drainase
makro dan penanggulangan air pasang; dan
b. pemeliharaan sistem drainase di kawasan kota.
32
Paragraf 4
Sistem Jaringan Prasarana Pengelolaan Lingkungan
Pasal 23
(1) Sistem prasarana pengelolaan lingkungan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 19 ayat (1) huruf d, meliputi :
a. sistem jaringan persampahan;
b. sistem jaringan air minum;
c. sistem jaringan drainase; dan
d. sistem pengelolaan air limbah domestik.
(2) sistem jaringan persampahan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a, meliputi :
a. pewadahan, yang meliputi bak sampah komunal dan tong
sampah komunal yang tersebar di kawasan permukiman;
b. pengumpulan, yang meliputi pengumpulan individu secara
langsung oleh masyarakat dan tidak langsung oleh petugas
kebersihan. Pengumpulan sampah dilakukan dari produsen
(rumah tangga) diangkut ke tempat pengumpulan sementara
(TPS) dengan menggunakan gerobak dorong/ tarik, truk, motor
gerobak;
c. pemindahan, dari TPS permanen dan container yang tersebar
di kawasan permukiman dan fasilitas-fasilitas umum;
d. pengangkutan, meliputi sistem pemindahan transfer depo,
pengosongan container, dan pengangkutan dari bak-bak
sampah komunal, atau dari TPS yang selanjutnya langsung
diangkut menuju TPA;
e. pembuangan akhir berupa Tempat Pembuangan Sampah
Terpadu (TPST) yang akan dikelola dengan sistem sanitary
landfill, dimana nantinya sampah-sampah organik akan di
olah menjadi kompos, briket dan gas metan (bahan bakar)
serta bahan bangunan; dan
f. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) terdapat di Kecamatan
Mentawa Baru Ketapang (mencakup area Kota Sampit),
Kecamatan Mentaya Hilir Utara (mencakup Bagendang dan
Samuda), dan Kecamatan Parenggean.
(3) sistem jaringan air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, terdiri atas :
a. sistem perpipaan yang dikelola oleh PDAM, dengan
menggunakan sumber air baku air permukaan dengan daerah
cakupan kota-kota kecamatan dan desa-desa yang dekat
dengan ibukota kecamatan; dan
b. sistem non perpipaan yang dikelola oleh masyarakat, dengan
menggunakan sumber air baku air permukaan, sumur gali,
dan air hujan.
(4) sistem jaringan drainase sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c, berada di Kota Sampit meliputi :
a. drainase makro yang meliputi : Sungai Mentaya, Sungai
Pamuatan, dan Sungai Inhutani; dan
33
b. drainase mikro yang berada di sepanjang ruas jalan dalam
Kota Sampit
(5) Sistem pengelolaan air limbah domestik sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf d, meliputi:
a. sistem pengelolaan air limbah setempat (on site system) yang
berada di setiap rumah; dan
b. sistem pengelolaan air limbah terpusat (off site system) yang
direncanakan dibangun untuk setiap kawasan perumahan.
BAB IV
RENCANA POLA RUANG KABUPATEN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 24
(1) Rencana pola ruang kabupaten meliputi:
a. rencana kawasan lindung;
b. rencana kawasan budidaya; dan
c. rencana kawasan yang belum ditetapkan perubahan
peruntukan ruangnya (Holding Zone).
(2) Rencana pola ruang kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1 : 50.000
sebagaimana tercantum didalam Lampiran II, yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Kedua
Rencana Kawasan Lindung
Pasal 25
Rencana kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat
(1) huruf a, terdiri atas :
a. kawasan hutan lindung;
b. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya;
c. kawasan perlindungan setempat;
d. kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya;
e. kawasan rawan bencana alam; dan
f. kawasan lindung lainnya.
34
Paragraf 1
Kawasan Hutan Lindung
Pasal 26
Kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf
a dengan luasan kurang lebih 16.612,3 Ha, meliputi :
a. kawasan hutan lindung di Kecamatan Telaga Antang dengan
luasan kurang lebih 11.142,6 Ha; dan
b. kawasan hutan mangrove yang terdapat di Kecamatan Pulau
Hanaut dan Kecamatan Teluk Sampit dengan luasan kurang lebih
5.469,7 Ha.
Paragraf 2
Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan
Bawahannya
Pasal 27
(1) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf b yaitu
kawasan resapan air dengan luasan kurang lebih 88.899,7 Ha,
meliputi :
a. perbukitan yang terdapat di Kecamatan Telaga Antang,
Kecamatan Bukit Santuai, dan Kecamatan Antang Kalang
dengan luasan kurang lebih 70.473,2 Ha; dan
b. rawa yang terdapat di Kecamatan Teluk Sampit, Kecamatan
Mentaya Hilir Selatan, Kecamatan Mentaya Hilir Utara,
Kecamatan Pulau Hanaut, Kecamatan Seranau, Kecamatan
Mentawa Baru Ketapang, Kecamatan Kota Besi, Kecamatan
Telawang, Kecamatan Cempaga, Kecamatan Cempaga Hulu,
Kecamatan Parenggean, dan Kecamatan Mentaya Hulu dengan
luasan kurang lebih 18.426,5 Ha.
Paragraf 3
Kawasan Perlindungan Setempat
Pasal 28
(1) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 25 huruf c, terdiri atas :
a. kawasan sempadan pantai;
b. kawasan sempadan sungai;
c. kawasan sekitar danau/bendungan;
d. kawasan lindung spiritual; dan
e. kawasan ruang terbuka hijau perkotaan.
35
(2) Kawasan sempadan pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a dengan luasan kurang lebih 450,6 Ha, terdapat di
Kecamatan Teluk Sampit dan Kecamatan Pulau Hanaut,
ditetapkan pada kawasan sepanjang tepian pantai sejauh 100
meter dari titik pasang air laut tertinggi ke arah darat secara
proporsional sesuai dengan bentuk, letak dan kondisi fisik pantai.
(3) Kawasan sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b dengan luasan kurang lebih 27.824,0 Ha, terdapat di
seluruh kecamatan dalam wilayah kabupaten, dengan ketentuan :
a. sekurang-kurangnya 100 m di kiri kanan sungai besar yang
berada di luar kawasan permukiman;
b. sekurang-kurangnya 50 m di kiri kanan anak sungai yang
berada di luar kawasan permukiman; dan
c. sekurang-kurangnya 10 m untuk sungai besar dan anak
sungai yang melewati kawasan permukiman
(4) Kawasan sekitar danau/bendungan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c dengan luasan kurang lebih 659,0 Ha, ditetapkan
dengan lebar sempadan danau atau bendungan adalah 50 m
sampai dengan 100 m dari titik pasang air danau atau bendungan
tertinggi, meliputi :
a. danau-danau yang terdapat di Kecamatan Mentaya Hulu,
Kecamatan Bukit Santuai, Kecamatan Telaga Antang, dan
Kecamatan Antang Kalang; dan
b. bendungan Tanjung Harapan yang terdapat di Kecamatan
Telaga Antang.
(5) Kawasan lindung spiritual sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d dengan luasan kurang lebih 1.735,1 Ha, terdapat di
Kecamatan Bukit Santuai.
(6) Kawasan ruang terbuka hijau kota/perkotaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf e, meliputi :
a. Hutan Kota dengan luasan kurang lebih 439,4 Ha, terdapat di
Kecamatan Mentawa Baru Ketapang;
b. rencana ruang terbuka hijau (RTH) privat sebesar minimal 10%
dari luas perkotaan Sampit; dan
c. rencana ruang terbuka hijau (RTH) publik sebesar minimal
22% dari luas perkotaan Sampit.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai kawasan ruang terbuka hijau
kota/perkotaan diatur dalam Rencana Detail Tata Ruang yang
ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Paragraf 4
Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya
Pasal 29
(1) Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf d, terdiri atas :
a. kawasan taman hutan raya; dan
b. kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
36
(2) Kawasan taman hutan raya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a dengan luasan kurang lebih 1.656,7 Ha, direncanakan
meliputi :
a. hutan mangrove dengan luasan kurang lebih 1.074,4 Ha,
terdapat di Kecamatan Teluk Sampit; dan
b. Hutan Monumental dengan luasan kurang lebih 582,3 Ha,
berada dalam wilayah Kecamatan Kota Besi, Kecamatan
Mentawa Baru Ketapang, dan Kecamatan Baamang.
(3) Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi :
a. Rumah Adat Betang Tumbang Gagu di Kecamatan Antang
Kalang; dan
b. komplek bekas pabrik NV Bruynzeel di Kota Sampit.
Paragraf 5
Kawasan Rawan Bencana Alam
Pasal 30
(1) Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 25 huruf e, terdiri atas :
a. kawasan rawan tanah longsor;
b. kawasan rawan kebakaran hutan/lahan;
c. kawasan rawan banjir; dan
d. kawasan rawan abrasi pantai.
(2) Kawasan rawan tanah longsor sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a dengan luasan kurang lebih 1.162,6 Ha, terdapat di
Kecamatan Telaga Antang dan Kecamatan Bukit Santuai.
(3) Kawasan rawan kebakaran hutan/lahan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b, terdiri atas :
a. kawasan rawan kebakaran hutan/lahan dengan tingkat
kerawanan sangat rendah, terdapat di Kecamatan Pulau
Hanaut, Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, Kecamatan
Mentaya Hilir Utara, Kecamatan Kota Besi, Kecamatan
Mentaya Hulu, dan Kecamatan Telaga Antang dengan luasan
kurang lebih 4.781,1 Ha;
b. kawasan rawan kebakaran hutan/lahan dengan tingkat
kerawanan rendah, terdapat di Kecamatan Teluk Sampit,
Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, Kecamatan Mentaya Hilir
Utara, Kecamatan Pulau Hanaut, Kecamatan Seranau,
Kecamatan Baamang, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang,
Kecamatan Kota Besi, Kecamatan Cempaga, Kecamatan
Telawang, Kecamatan Parenggean, dan Kecamatan Mentaya
Hulu, Kecamatan Bukit Santuai, Kecamatan Telaga Antang,
Kecamatan Antang Kalang, dan Kecamatan Tualan Hulu
dengan luasan kurang lebih 204.944,8 Ha;
c. kawasan rawan kebakaran hutan/lahan dengan tingkat
kerawanan sedang, terdapat di seluruh kecamatan dengan
luasan kurang lebih 727.112,1 Ha; dan
37
d. kawasan rawan kebakaran hutan/lahan dengan tingkat
kerawanan tinggi, terdapat di seluruh kecamatan dengan
luasan kurang lebih 605.183,8 Ha.
(4) Kawasan rawan banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
c, terdiri atas :
a. kawasan rawan banjir dengan tingkat kerawanan rendah,
terdapat di Kecamatan Teluk Sampit, Kecamatan Mentaya Hilir
Utara, Kecamatan Pulau Hanaut, Kecamatan Seranau,
Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, Kecamatan Kota Besi,
Kecamatan Telawang, Kecamatan Cempaga, Kecamatan
Cempaga Hulu, Kecamatan Parenggean, Kecamatan Mentaya
Hulu, Kecamatan Bukit Santuai, Kecamatan Telaga Antang,
Kecamatan Antang Kalang, dan Kecamatan Tualan Hulu
dengan luasan kurang lebih 864.843,5 Ha;
b. kawasan rawan banjir dengan tingkat kerawanan sedang,
terdapat di seluruh kecamatan dengan luasan kurang lebih
541.482,9 Ha; dan
c. kawasan rawan banjir dengan tingkat kerawanan tinggi,
terdapat di Kecamatan Teluk Sampit, Kecamatan Mentaya Hilir
Selatan, Kecamatan Mentaya Hilir Utara, Kecamatan Pulau
Hanaut, Kecamatan Seranau, Kecamatan Mentawa Baru
Ketapang, Kecamatan Baamang, Kecamatan Kota Besi,
Kecamatan Telawang, Kecamatan Cempaga, Kecamatan
Cempaga Hulu, Kecamatan Parenggean, Kecamatan Mentaya
Hulu, dan Kecamatan Tualan Hulu dengan luasan kurang
lebih 136.469,0 Ha.
(5) Kawasan rawan abrasi pantai sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf d dengan luasan kurang lebih 323,5 Ha, terdapat di
Kecamatan Teluk Sampit.
(6) Daerah evakuasi bencana diarahkan pada ruang terbuka, kantor
kecamatan, kantor desa/kelurahan, tempat ibadah, dan gedung
sekolah terdekat yang aman dari bencana.
(7) Jalur evakuasi bencana menggunakan jaringan jalan dan jalur
sungai yang berada di seluruh wilayah Kabupaten Kotawaringin
Timur.
Paragraf 6
Kawasan Lindung Lainnya
Pasal 31
(1) Kawasan lindung lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25
huruf f, yaitu kawasan koridor bagi jenis satwa yang dilindungi
yang merupakan kawasan perlindungan bagi habitat orang utan
dan hewan dilindungi lainnya di daerah-daerah yang diindikasikan
terdapat habitat orang utan dan hewan dilindungi lainnya.
38
(2) Kawasan koridor bagi jenis satwa yang dilindungi yang merupakan
kawasan perlindungan bagi habitat orang utan dan hewan
dilindungi lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
Bagian Ketiga
Rencana Kawasan Budidaya
Pasal 32
Rencana kawasan budidaya di Kabupaten Kotawaringin Timur
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) huruf b, terdiri atas :
a. kawasan peruntukan hutan produksi;
b. kawasan peruntukan pertanian;
c. kawasan peruntukan perikanan;
d. kawasan peruntukan pertambangan;
e. kawasan peruntukan industri;
f. kawasan peruntukan pariwisata;
g. kawasan peruntukan permukiman; dan
h. kawasan peruntukan lainnya.
Paragraf 1
Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
Pasal 33
(1) Kawasan peruntukan hutan produksi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 32 huruf a, terdiri atas :
a. kawasan hutan produksi terbatas;
b. kawasan hutan produksi tetap; dan
c. kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi.
(2) Kawasan hutan produksi terbatas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a, terdapat di Kecamatan Telawang, Kecamatan
Mentaya Hulu, Kecamatan Antang Kalang, Kecamatan Telaga
Antang, dan Kecamatan Bukit Santuai dengan luasan kurang lebih
178.918,8 Ha.
(3) Kawasan hutan produksi tetap sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b, terdapat di seluruh kecamatan dengan luasan kurang
lebih 391.413,7 Ha.
(4) Kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c, terdapat di seluruh kecamatan
dengan luasan kurang lebih 174.855,5 Ha.
39
Paragraf 2
Kawasan Peruntukan Pertanian
Pasal 34
(1) Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32 huruf b, terdiri atas :
a. kawasan pertanian tanaman pangan;
b. kawasan pertanian hortikultura;
c. kawasan perekebunan; dan
d. kawasan peternakan.
(2) Kawasan pertanian tanaman pangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a, terdapat di seluruh kecamatan dengan luasan
kurang lebih 82.569,8 Ha.
(3) Kawasan pertanian hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b, terdapat di Kecamatan Kecamatan Mentawa Baru
Ketapang, Kecamatan Baamang, Kecamatan Seranau, Kecamatan
Mentaya Hilir Utara, Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, Kecamatan
Pulau Hanaut, Kecamatan Kota Besi dan Kecamatan Parenggean,
dengan luasan kurang lebih 3.989,7 Ha, meliputi komoditas :
biofarmaka, sayur-sayuran, nanas, jeruk, durian, rambutan, dan
pisang.
(4) Kawasan perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
c, terdapat di seluruh kecamatan dengan luasan kurang lebih
581.183,4 Ha, meliputi komoditas : kelapa dalam, kelapa sawit,
karet, dan komoditas andalan lainnya.
(5) Kawasan peternakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) haruf
d, terdiri atas :
a. peternakan unggas yaitu ayam dan itik terdapat di seluruh
kecamatan;
b. peternakan kecil yaitu kambing dan domba terdapat di seluruh
kecamatan; dan
c. peternakan besar yaitu sapi dan kerbau terdapat di seluruh
kecamatan dengan pengembangan yang terintegrasi dengan
kawasan perkebunan.
(6) Kawasan pertanian tanaman pangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) sebagian akan ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan
berkelanjutan (LP2B) yang akan diatur lebih lanjut dengan
peraturan Bupati.
Paragraf 3
Kawasan Peruntukan Perikanan
Pasal 35
(1) Kawasan peruntukan perikanan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32 haruf c , terdiri atas :
a. kawasan peruntukan perikanan tangkap;
b. kawasan peruntukan budidaya perikanan; dan
40
c. kawasan pengolahan ikan dan prasarana kegiatan perikanan.
(2) Kawasan peruntukan perikanan tangkap sebagaimana dimaksud
ayat (1) huruf a, terdiri atas :
a. perikanan tangkap darat terdapat di danau dan sungai-sungai
yang tersebar di seluruh kecamatan; dan
b. perikanan tangkap laut terdapat di Kecamatan Pulau Hanaut
dan Teluk Sampit.
(3) Kawasan peruntukan budidaya perikanan sebagaimana dimaksud
ayat (1) huruf b dengan luasan kurang lebih 4.986,6 Ha, terdiri
atas :
a. budidaya karamba terdapat di Kecamatan Kota Besi dan
Kecamatan Mentaya Hulu; dan
b. budidaya tambak dan kolam terdapat di Kecamatan Mentaya
Hilir Selatan, Kecamatan Teluk Sampit, Kecamatan Mentaya
Hulu, dan Kecamatan Pulau Hanaut.
(4) Kawasan pengolahan ikan dan prasarana kegiatan perikanan
sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c, terdiri atas :
a. pasar ikan terdapat di Desa Ujung Pandaran Kecamatan Teluk
Sampit, Desa Sei Ijum Raya Kecamatan Mentaya Hilir Selatan,
dan Kota Sampit;
b. kawasan pengolahan ikan terdapat di Desa Ujung Pandaran
Kecamatan Teluk Sampit dan Desa Sei Ijum Raya Kecamatan
Mentaya Hilir Selatan;
c. Balai Benih Ikan terdapat di Kecamatan Mentaya Hilir Utara;
dan
d. pelabuhan tempat pendaratan ikan (PPI) terdapat di Desa
Ujung Pandaran, Kecamatan Teluk Sampit.
Paragraf 4
Kawasan Peruntukan Pertambangan
Pasal 36
(1) Kawasan peruntukan pertambangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 32 huruf d, terdiri atas :
a. kawasan pertambangan mineral logam;
b. kawasan pertambangan mineral non logam;
c. kawasan pertambangan batuan;
d. kawasan pertambangan batubara; dan
e. kawasan pertambangan gas bumi.
(2) Kawasan pertambangan mineral logam sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) huruf a, terdapat di seluruh kecamatan.
(3) Kawasan pertambangan mineral non logam sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf b, terdapat di seluruh kecamatan.
(4) Kawasan pertambangan batuan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) huruf c, terdapat di seluruh kecamatan.
(5) Kawasan pertambangan batu bara sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) huruf d, terdapat di seluruh kecamatan.
41
(6) Kawasan pertambangan gas bumi sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) huruf e, terdapat di Kecamatan Seranau, Kecamatan
Mentaya Hilir Utara, dan Kecamatan Pulau Hanaut.
Paragraf 5
Kawasan Peruntukan Industri
Pasal 37
(1) Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal
32 huruf e yaitu Kawasan Industri Bagendang, terdapat di
Kecamatan Mentaya Hilir Utara dan Kecamatan Mentawa Baru
Ketapang dengan luasan kurang lebih 2.186,3 Ha.
(2) Setiap perusahaan industri yang akan menjalankan industri
setelah Peraturan Daerah ini mulai berlaku, wajib berlokasi di
Kawasan Industri kecuali :
a. industri yang menggunakan bahan baku dan/atau proses
produksinya memerlukan lokasi khusus, meliputi : industri
pengolahan crude palm oil, industri pertambangan, dan
industri pengolahan bahan mentah yang tidak bisa jauh dari
sumber bahan baku;
b. industri mikro, kecil, dan menengah; dan
c. perusahaan Industri yang akan menjalankan industri akan
tetapi seluruh kaveling industri dalam Kawasan Industri telah
habis.
(3) Industri yang menggunakan bahan baku dan/atau proses
produksinya memerlukan lokasi khusus sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) huruf a harus memenuhi kelayakan teknis dan
kelayakan lingkungan untuk penentuan lokasinya.
Paragraf 6
Kawasan Peruntukan Pariwisata
Pasal 38
(1) Kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32 huruf f, terdiri atas :
a. kawasan peruntukan pariwisata budaya;
b. kawasan peruntukan pariwisata alam; dan
c. kawasan peruntukan pariwisata buatan.
(2) Kawasan peruntukan pariwisata budaya sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, meliputi :
a. Rumah Adat Betang Tumbang Gagu di Kecamatan Antang
Kalang;
b. Desa Wisata Budaya Pemantang di Kecamatan Mentaya Hulu;
dan
c. Desa Wisata Budaya Rubung Buyung di Kecamatan Cempaga.
(3) Kawasan peruntukan pariwisata alam sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b, meliputi :
42
a. ekowisata Sagonta Kota di Kecamatan Baamang dengan luasan
kurang lebih 197,4 Ha;
b. pantai Ujung Pandaran di Kecamatan Teluk Sampit dengan
luasan kurang lebih 80,2 Ha;
c. ekowisata Danau Burung di Kecamatan Teluk Sampit;
d. ekowisata Danau Buaya di Kecamatan Mentaya Hilir Selatan;
dan
e. wisata susur Sungai Mentaya.
(4) Kawasan peruntukan pariwisata buatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c, meliputi :
a. Taman Kota di Kota Sampit;
b. Taman Miniatur Budaya di Kota Sampit; dan
c. Museum Kayu di Kota Sampit.
Paragraf 7
Kawasan Peruntukan Permukiman
Pasal 39
(1) Kawasan peruntukan permukiman sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32 huruf g, terdiri atas :
a. kawasan peruntukan permukiman perkotaan; dan
b. kawasan peruntukan permukiman perdesaan.
(2) Kawasan peruntukan permukiman perkotaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a terdapat di Kota Sampit dan ibu
kota kecamatan.
(3) Kawasan peruntukan permukiman perdesaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b terdapat di seluruh kecamatan.
(4) Kawasan peruntukan permukiman perkotaan dan perdesaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) terdapat di
seluruh kecamatan dengan luasan kurang lebih 90.764,6 Ha.
Paragraf 8
Kawasan Peruntukan Lainnya
Pasal 40
(1) Rencana pengembangan kawasan peruntukan lainnya
sebagaimana tecantum dalam Pasal 32 huruf h, terdiri atas :
a. kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan;
b. kawasan peruntukan pendidikan;
c. kawasan peruntukan kesehatan;
d. kawasan peruntukan budidaya walet; dan
e. kawasan peruntukan tanah adat.
(2) Kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan sebagaimana
dimaksud ayat (1) huruf a, terdiri atas :
a. Komando Distrik Militer (Kodim) 1015 / Sampit di Kota Sampit;
b. Kompi – A, Yonif-631 / Antang di Kota Sampit;
43
c. Komando Rayon Militer (Koramil) yang tersebar di seluruh
wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur;
d. Pos Angkatan Laut di Kecamatan Mentaya Hilir Selatan;
e. Markas Polairud di Kecamatan Mentawa Baru Ketapang:
f. Markas Brimob di Kecamatan Mentawa Baru Ketapang; dan
g. Kawasan Latihan Militer di Kecamatan Mentawa Baru
Ketapang.
(3) Kawasan peruntukan pendidikan sebagaimana dimaksud ayat (1)
huruf b terdapat di Kota Sampit khususnya untuk Perguruan
Tinggi, dan tingkat pendidikan lainnya tersebar di seluruh
kecamatan.
(4) Kawasan peruntukan kesehatan sebagaimana dimaksud ayat (1)
huruf c terdiri dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr.
Murdjani yang ada di kota Sampit, serta rencana peningkatan
Puskesmas Rawat Inap di Parenggean dan Samuda menjadi RSUD,
dan pusat-pusat pelayanan kesehatan lainnya tersebar di seluruh
kecamatan. Tidak menutup kemungkinan akan didirikan rumah
sakit swasta.
(5) Kawasan peruntukan budidaya walet sebagaimana dimaksud ayat
(1) huruf d ke depan pengembangannya akan diarahkan di
Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, Kecamatan Pulau Hanaut, dan
Kecamatan Teluk Sampit di luar areal permukiman. Sedangkan
untuk usaha penangkaran sarang walet yang terdapat di kawasan
permukiman akan dilakukan upaya penertiban, dengan
mengembalikan fungsi bangunan kepada peruntukan awal sebagai
kawasan permukiman.
(6) Kawasan peruntukan tanah adat sebagaimana dimaksud ayat (1)
huruf e ditetapkan di masing-masing kecamatan, dan
pemanfaatannya disesuaikan dengan rencana peruntukan ruang
yang telah ditetapkan. Lokasi, luasan, serta pengaturannya lebih
lanjut diatur dengan Peraturan Bupati.
Bagian Keempat
Rencana Kawasan Yang Belum Ditetapkan Perubahan Peruntukan
Ruangnya (Holding Zone)
Pasal 41
Rencana kawasan yang belum ditetapkan perubahan peruntukan
ruangnya (Holding Zone) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat
(1) huruf c, terdiri atas :
a. kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan di bidang kehutanan
masih ditetapkan sebagai kawasan hutan produksi tetap dan
kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi selanjutnya
disebut kawasan hutan/kawasan peruntukan pertanian tanaman
pangan terdapat di Kecamatan Teluk Sampit, Kecamatan Mentaya
Hilir Selatan, Kecamatan Mentaya Hilir Utara, Kecamatan Pulau
44
Hanaut, Kecamatan Seranau, Kecamatan Baamang, Kecamatan
Mentawa Baru Ketapang, Kecamatan Kota Besi, Kecamatan
Cempaga, Kecamatan Telawang, Kecamatan Parenggean,
Kecamatan Mentaya Hulu, Kecamatan Bukit Santuai, Kecamatan
Antang Kalang, dan Kecamatan Tualan Hulu dengan luasan
kurang lebih 67.279,3 Ha;
b. kawasan peruntukan pertanian hortikultura yang berdasarkan
peraturan perundang-undangan di bidang kehutanan masih
ditetapkan sebagai kawasan hutan produksi yang dapat
dikonversi, selanjutnya disebut kawasan hutan/kawasan
peruntukan pertanian hortikultura terdapat di Kecamatan
Baamang dan Kecamatan Kota Besi dengan luasan kurang lebih
3.484,7 Ha;
c. kawasan peruntukan perkebunan yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan di bidang kehutanan masih ditetapkan
sebagai kawasan hutan produksi terbatas, kawasan hutan
produksi tetap, dan kawasan hutan produksi yang dapat
dikonversi, selanjutnya disebut kawasan hutan/kawasan
peruntukan perkebunan terdapat di seluruh kecamatan dengan
luasan kurang lebih 266.464,5 Ha;
d. kawasan peruntukan perikanan yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan di bidang kehutanan masih ditetapkan
sebagai kawasan hutan lindung, kawasan hutan produksi tetap
dan kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi selanjutnya
disebut kawasan hutan/kawasan peruntukan perikanan terdapat
di Kecamatan Teluk Sampit dan Kecamatan Pulau Hanaut dengan
luasan kurang lebih 2.734,3 Ha;
e. kawasan peruntukan industri yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan di bidang kehutanan masih ditetapkan
sebagai kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi,
selanjutnya disebut kawasan hutan/kawasan peruntukan industri
terdapat di Kecamatan Mentawa Baru Ketapang dan Kecamatan
Mentaya Hilir Utara dengan luasan kurang lebih 1.602,3 Ha; dan
f. kawasan peruntukan permukiman yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan di bidang kehutanan masih ditetapkan
sebagai kawasan hutan lindung, kawasan hutan produksi
terbatas, kawasan hutan produksi tetap dan kawasan hutan
produksi yang dapat dikonversi selanjutnya disebut kawasan
hutan/kawasan peruntukan permukiman terdapat di seluruh
kecamatan dengan luasan kurang lebih 21.391,5 Ha.
45
BAB V
RENCANA KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN
Pasal 42
(1) Rencana pengembangan kawasan strategis yang ada di
Kabupaten, meliputi :
a. kawasan strategis provinsi; dan
b. kawasan strategis kabupaten.
(2) Rencana kawasan strategis digambarkan dalam peta dengan
tingkat ketelitian 1 : 50.000 sebagaimana tercantum dalam
Lampiran III, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
Pasal 43
Kawasan strategis provinsi yang ada di Kabupaten Kotawaringin Timur
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1) huruf a, terdiri atas :
a. kawasan pertanian berkelanjutan yang dipaduserasikan dengan
pengembangan irigasi teknis yang merupakan kawasan strategis
dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi;
b. kawasan pengembangan peternakan berupa kawasan peternakan
ruminansia dan non ruminansia yang merupakan kawasan
strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi;
c. kawasan perkebunan (kelapa sawit, kelapa, karet) yang
merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan
pertumbuhan ekonomi;
d. kawasan terpadu industri, pelabuhan, petikemas dan
pergudangan, serta simpul transportasi darat, laut dan udara
berupa KSP Sampit – Bagendang yang merupakan kawasan
strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi;
e. kawasan strategis ekonomi sektor unggulan agropolitan di
Kecamatan Baamang yang merupakan kawasan strategis dari
sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi;
f. kawasan strategis sekitar kawasan adat masyarakat terutama bagi
Umat Hindu Kaharingan yang merupakan kawasan strategis dari
sudut kepentingan fungsi sosial budaya;
g. kawasan ekosistem pantai (mangrove) yang merupakan kawasan
strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup;
h. kawasan ekosistem gambut yang merupakan kawasan strategis
dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan
hidup; dan
i. kawasan strategis DAS Mentaya yang merupakan kawasan
strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup.
46
Pasal 44
(1) Kawasan strategis Kabupaten Kotawaringin Timur sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1) huruf b, terdiri atas :
a. kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan
ekonomi; dan
b. kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan
pariwisata dan sosial budaya, ekonomi, serta fungsi dan daya
dukung lingkungan hidup.
(2) Kawasan strategis sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a, terdiri
atas :
a. kawasan perkotaan Sampit, meliputi Kecamatan Mentawa
Baru Ketapang, Kecamatan Baamang, dan Kecamatan
Seranau;
b. kawasan industri pengolahan di Kecamatan Mentaya Hilir
Utara dan Kecamatan Mentawa Baru Ketapang; dan
c. kawasan agropolitan di Kecamatan Teluk Sampit.
(3) Kawasan strategis sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b,
ditetapkan di kawasan Pantai Ujung Pandaran di Kecamatan Teluk
Sampit.
Pasal 45
(1) Untuk operasionalisasi RTRW Kabupaten Kotawaringin Timur
disusun Rencana Rinci Tata Ruang berupa Rencana Tata Ruang
Kawasan Strategis Kabupaten.
(2) Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Kabupaten sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
BAB VI
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
Pasal 46
(1) Pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten berpedoman pada rencana
struktur ruang dan pola ruang.
(2) Pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten dilaksanakan melalui
penyusunan dan pelaksanaan program pemanfaatan ruang
beserta perkiraan pendanaannya.
(3) Perkiraan pendanaan program pemanfaatan ruang disusun sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 47
(1) Program pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal
46 ayat (2) disusun berdasarkan indikasi program utama lima
tahunan yang ditetapkan dalam Lampiran IV yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
47
(2) Pendanaan program pemanfaatan ruang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah, investasi swasta dan kerja sama pendanaan.
(3) Kerja sama pendanaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
BAB VII
KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 48
(1) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten
digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pengendalian
pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.
(2) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang terdiri atas :
a. ketentuan umum peraturan zonasi;
b. ketentuan perizinan;
c. ketentuan insentif dan disinsentif; dan
d. arahan sanksi.
Bagian Kedua
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pasal 49
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem kabupaten
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (2) huruf a digunakan
sebagai pedoman bagi pemerintah daerah dalam menyusun
peraturan zonasi.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi terdiri atas :
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung;
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan budidaya;
c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan yang belum
ditetapkan perubahan peruntukan ruangnya; dan
d. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sekitar
sistem prasarana nasional dan wilayah, terdiri atas :
1. kawasan sekitar prasarana transportasi;
2. kawasan sekitar prasarana energi;
3. kawasan sekitar prasarana telekomunikasi;
4. kawasan sekitar prasarana sumber daya air; dan
5. kawasan sekitar prasarana pengelolaan lingkungan.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi dijabarkan lebih lanjut di
dalam Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
48
Bagian Ketiga
Ketentuan Perizinan
Pasal 50
(1) Ketentuan perizinan merupakan acuan bagi pejabat yang
berwenang dalam pemberian izin pemanfaatan ruang berdasarkan
rencana struktur ruang dan pola ruang yang ditetapkan dalam
Peraturan Daerah ini.
(2) Izin pemanfaatan ruang diberikan oleh pejabat yang berwenang
sesuai dengan kewenangannya.
(3) Pemberian izin pemanfaatan ruang dilakukan menurut prosedur
atau mekanisme sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(4) Izin pemanfaatan ruang yang memiliki dampak skala kabupaten
diberikan atau mendapat rekomendasi dari Bupati.
Pasal 51
(1) Jenis perizinan terkait pemanfaatan ruang yang ada di Kabupaten
Kotawaringin Timur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat
(2), terdiri atas :
a. izin prinsip;
b. izin lokasi;
c. izin penggunaan pemanfaatan tanah;
d. izin mendirikan bangunan; dan
e. izin lain berdasarkan peraturan perundang-undangan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme perizinan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a – e diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Bupati.
Bagian Keempat
Ketentuan Insentif dan Disinsentif
Pasal 52
(1). Ketentuan insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 48 ayat (2) huruf c merupakan acuan bagi pemerintah
daerah dalam pemberian insentif dan pengenaan disinsentif.
(2). Insentif diberikan apabila pemanfaatan ruang sesuai dengan
rencana struktur ruang, rencana pola ruang, dan ketentuan
umum peraturan zonasi yang diatur dalam Peraturan Daerah ini.
(3). Disinsentif dikenakan terhadap pemanfaatan ruang yang perlu
dicegah, dibatasi, atau dikurangi keberadaannya berdasarkan
ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.
49
Pasal 53
(1) Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dalam pemanfaatan
ruang wilayah kabupaten dilakukan oleh pemerintah daerah
kepada masyarakat.
(2) Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dilakukan oleh
instansi berwenang sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 54
(1) Insentif yang diberikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53
ayat (1), merupakan perangkat atau upaya untuk memberikan
imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang mendukung atau
sejalan dengan rencana tata ruang wilayah, yaitu dalam bentuk :
a. pemberian penghargaan;
b. keringanan pajak atau retribusi, pemberian kompensasi,
subsidi silang, imbalan, sewa ruang, dan penyertaan modal;
c. pembangunan atau penyediaan infrastruktur pendukung; dan
d. kemudahan prosedur perizinan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian insentif
diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 55
(1). Disinsentif yang diberikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53
ayat (1), merupakan perangkat untuk mencegah, membatasi
pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang menghambat atau
tidak sejalan dengan rencana tata ruang wilayah, yaitu dalam
bentuk :
a. pengenaan pajak/retribusi yang tinggi disesuaikan dengan
besarnya biaya yang dibutuhkan untuk mengatasi dampak
yang ditimbulkan akibat pemanfaatan ruang;
b. pembatasan atau peniadaan infrastruktur pendukung;
c. pengenaan kompensasi dan sanksi;
d. penolakan pemberian izin perpanjangan hak guna usaha, hak
guna bangunan terhadap kegiatan yang terlanjur tidak sesuai
dengan rencana tata ruang wilayah;
e. pemberian persyaratan khusus untuk perizinan; dan
f. penolakan pemberian izin pemanfaatan ruang budidaya yang
akan dilakukan di dalam kawasan lindung.
(2). Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian disinsentif
diatur dengan Peraturan Bupati.
50
Bagian Kelima
Arahan Sanksi
Pasal 56
(1) Arahan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (2)
huruf d merupakan acuan bagi pemerintah daerah dalam
pengenaan sanksi administratif kepada pelanggar pemanfaatan
ruang.
(2) Pengenaan sanksi dilakukan terhadap :
a. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana struktur
ruang dan pola ruang;
b. pelanggaran ketentuan umum peraturan zonasi;
c. pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang
diterbitkan berdasarkan rencana tata ruang wilayah
kabupaten;
d. pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan
ruang yang diterbitkan berdasarkan rencana tata ruang
wilayah kabupaten;
e. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin
pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan rencana tata
ruang wilayah kabupaten;
f. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap
kawasan yang oleh peraturan perundang-undangan
dinyatakan sebagai milik umum; dan/atau
g. pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan
prosedur yang tidak benar.
Pasal 57
(1) Terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56
ayat (2) huruf a, huruf b, huruf d, huruf e, huruf f, dan huruf g
dikenakan sanksi administratif berupa :
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pencabutan izin;
f. pembatalan izin;
g. pembongkaran bangunan;
h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
i. denda administratif.
(2) Terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56
ayat (2) huruf c dikenakan sanksi administratif berupa :
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pembongkaran bangunan;
51
f. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
g. denda administratif.
(3) Ketentuan mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
BAB VIII
KELEMBAGAAN
Pasal 58
(1) Dalam rangka koordinasi penataan ruang dan kerjasama antar
wilayah, dibentuk Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah.
(2) Tugas, susunan organisasi, dan tata kerja BKPRD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur oleh Keputusan Bupati.
BAB IX
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT
Bagian Kesatu
Hak Masyarakat
Pasal 59
Dalam kegiatan mewujudkan pemanfaatan ruang wilayah, masyarakat
berhak:
a. mengetahui rencana tata ruang wilayah kabupaten;
b. mendapatkan kemudahan akses informasi rencana tata ruang
wilayah kabupaten;
c. menikmati manfaat ruang dan/atau pertambahan nilai ruang
sebagai akibat penataan ruang;
d. memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang timbul
akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan
rencana tata ruang;
e. mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang terhadap
pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang di
wilayahnya;
f. mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian
pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang
kepada pejabat berwenang; dan
g. mengajukan gugatan ganti kerugian kepada pemerintah dan/atau
pemegang izin apabila kegiatan pembangunan yang tidak sesuai
dengan rencana tata ruang menimbulkan kerugian.
52
Pasal 60
(1) Penggantian yang layak atas kerugian yang timbul akibat
pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana
tata ruang diselenggarakan secara musyawarah dengan pihak
yang berkepentingan.
(2) Apabila tidak tercapai kesepakatan mengenai penggantian yang
layak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penyelesaian
dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Bagian Kedua
Kewajiban Masyarakat
Pasal 61
Dalam pemanfaatan ruang, setiap orang wajib :
a. menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
b. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari
pejabat yang berwenang;
c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin
pemanfaatan ruang; dan
d. memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan
peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum.
Pasal 62
(1) Pelaksanaan kewajiban masyarakat dalam penataan ruang
sebagaimana dimaksud pada Pasal 61 dilaksanakan dengan
mematuhi dan menerapkan kriteria, kaidah, baku mutu, dan
aturan-aturan penataan ruang yang ditetapkan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
(2) Kaidah dan aturan pemanfaatan ruang yang dilakukan
masyarakat secara turun temurun dapat diterapkan sepanjang
memperhatikan faktor-faktor daya dukung lingkungan, estetika
lingkungan, lokasi, dan struktur pemanfaatan ruang serta dapat
menjamin pemanfaatan ruang yang serasi, selaras, dan seimbang.
Bagian Ketiga
Peran Masyarakat
Pasal 63
(1) Peran masyarakat dalam penataan ruang dilakukan antara lain
melalui :
a. partisipasi dalam perencanaan tata ruang;
b. partisipasi dalam pemanfaatan ruang; dan
c. partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang.
53
(2) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilakukan dengan kegiatan yang berbentuk konsultasi publik,
serasehan, lokakarya, seminar, temu rakyat atau kegiatan lain
yang sejenis.
Pasal 64
Bentuk peran masyarakat dalam perencanaan tata ruang dapat
berupa :
a. memberikan masukan melalui ;
1. penentuan arah pengembangan wilayah;
2. potensi dan masalah pembangunan;
3. perumusan rencana tata ruang; dan
4. penyusunan rencana struktur dan pola ruang.
b. menyampaikan keberatan terhadap rancangan rencana tata
ruang; dan
c. melakukan kerja sama dengan Pemerintah, pemerintah daerah
dan/atau sesama unsur masyarakat.
Pasal 65
Bentuk peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang dapat berupa :
a. melakukan kegiatan pemanfaatan ruang yang sesuai dengan
kearifan lokal dan rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
b. menyampaikan masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang;
c. memberikan dukungan bantuan teknik, keahlian, dan/atau dana
dalam pengelolaan pemanfaatan ruang;
d. meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan keserasian dalam
pemanfaatan ruang darat, ruang laut, ruang udara, dan ruang di
dalam bumi dengan memperhatikan kearifan lokal serta sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. melakukan kerjasama pengelolaan ruang dengan Pemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau dan pihak lainnya secara
bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan penataan ruang;
f. menjaga, memelihara, dan meningkatkan kelestarian fungsi
lingkungan dan SDA;
g. melakukan usaha investasi dan/atau jasa keahlian; dan
h. mengajukan gugatan ganti rugi kepada pemerintah atau pihak lain
apabila kegiatan pembangunan yang dilaksanakan merugikan.
Pasal 66
Bentuk peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang
dapat berupa :
a. memberikan masukan mengenai arahan zonasi, perizinan,
pemberian insentif dan disinsentif serta pengenaan sanksi;
b. turut serta memantau dan mengawasi pelaksanaan kegiatan
pemanfaatan ruang, rencana tata ruang yang telah ditetapkan,
54
dan pemenuhan standar pelayanan minimal di bidang penataan
ruang;
c. melaporkan kepada instansi/pejabat yang berwenang dalam hal
menemukan kegiatan pemanfaatan ruang yang melanggar rencana
tata ruang yang telah ditetapkan dan adanya indikasi kerusakan
dan/atau pencemaran lingkungan, tidak memenuhi standar
pelayanan minimal dan/atau masalah yang terjadi di masyarakat
dalam penyelenggaraan penataan ruang;
d. mengajukan keberatan terhadap keputusan pejabat publik yang
dipandang tidak sesuai dengan rencana tata ruang; dan
e. mengajukan gugatan pembatalan izin dan/atau penghentian
pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang
kepada instansi/pejabat yang berwenang.
Pasal 67
(1) Peran masyarakat di bidang penataan ruang dapat disampaikan
secara langsung dan/atau tertulis.
(2) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat
disampaikan kepada bupati.
(3) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga dapat
disampaikan melalui unit kerja terkait yang ditunjuk oleh Bupati.
Pasal 68
Dalam rangka meningkatkan peran masyarakat, pemerintah daerah
membangun sistem informasi dan dokumentasi penataan ruang yang
dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat.
Pasal 69
Pelaksanaan tata cara peran masyarakat dalam penataan ruang
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
BAB X
KEWAJIBAN PEMERINTAH KABUPATEN
Pasal 70
(1) Pemerintah kabupaten berkewajiban untuk mewujudkan sistem
informasi untuk mempublikasikan secara terbuka rencana tata
ruang kepada masyarakat sebagai informasi publik.
(2) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mudah
diakses oleh masyarakat.
55
BAB XI
KETENTUAN PIDANA
Pasal 71
(1) Setiap orang yang tidak menaati rencana tata ruang yang telah
ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 huruf a yang
mengakibatkan perubahan fungsi ruang, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan kerugian terhadap harta benda atau kerusakan
barang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 8
(delapan) tahun dan denda paling banyak Rp 1.500.000.000,00
(satu miliar lima ratus juta rupiah).
(3) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan kematian orang, pelaku dipidana dengan pidana
penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling
banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
Pasal 72
(1) Setiap orang yang memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin
pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 61 huruf b, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan perubahan fungsi ruang, pelaku dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling
banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(3) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan kerugian terhadap harta benda atau kerusakan
barang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun dan denda paling banyak Rp 1.500.000.000,00 (satu
miliar lima ratus juta rupiah).
(4) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan kematian orang, pelaku dipidana dengan pidana
penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling
banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
Pasal 73
Setiap orang yang tidak mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam
persyaratan izin pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 61 huruf c, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun dan denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah).
56
Pasal 74
Setiap orang yang tidak memberikan akses terhadap kawasan yang
oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 huruf d, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp
100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Pasal 75
(1) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72,
Pasal 73, Pasal 74, dan Pasal 75 dilakukan oleh suatu korporasi,
selain pidana penjara dan denda terhadap pengurusnya, pidana
yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi berupa pidana denda
dengan pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana denda sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 72, Pasal 73, Pasal 74, dan Pasal 75.
(2) Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan berupa:
a. pencabutan izin usaha; dan/atau
b. pencabutan status badan hukum.
Pasal 76
(1) Setiap orang yang menderita kerugian akibat tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72, Pasal 73, Pasal 74, dan
Pasal 75, dapat menuntut ganti kerugian secara perdata kepada
pelaku tindak pidana.
(2) Tuntutan ganti kerugian secara perdata sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan hukum acara pidana.
BAB XII
PENYIDIKAN
Pasal 77
(1) Selain pejabat penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia,
pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan pemerintah daerah yang
lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang penataan ruang
diberi wewenang khusus untuk melaksanakan penyidikan
membantu pejabat penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana.
(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau
keterangan yang berkenaan dengan tindak pidana dalam bidang
penataan ruang;
b. melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga
melakukan tidak pidana dalam bidang penataan ruang;
57
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau
badan sehubungan dengan tindak pidana dalam bidang
penataan ruang;
d. melakukan pemeriksaan atas dokumen-dokumen yang
berkenaan dengan tindak pidana dalam bidang penataan ruang;
e. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga
terdapat bahan bukti dan dokumen lain serta melakukan
penyitaan dan penyegelan terhadap bahan dan barang hasil
pelanggaran yang dapat dijadikan bukti dalam perkara tindak
pidana dalam bidang penataan ruang;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas
penyidikan tindak pidana dalam bidang penataan ruang; dan
g. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran
penyidikan tindak pidana di bidang penataan ruang menurut
hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.
(3) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memberitahukan dimulainya penyidikan kepada pejabat penyidik
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
(4) Apabila pelaksanaan kewenangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) memerlukan tindakan penangkapan dan penahanan,
penyidik pegawai negeri sipil melakukan koordinasi dengan pejabat
penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.
(5) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menyampaikan hasil penyidikan kepada penuntut umum melalui
pejabat penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia.
(6) Pengangkatan pejabat penyidik pegawai negeri sipil dan tata cara
serta proses penyidikan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
BAB XIII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 78
(1) Apabila kawasan yang belum ditetapkan perubahan peruntukan
ruangnya sebagaimana dimaksud pada Pasal 41 disetujui usulan
perubahan peruntukan dan fungsinya, maka peruntukan dan
fungsi kawasan adalah kawasan sesuai usulan perubahan
peruntukan dan fungsinya.
(2) Apabila kawasan yang belum ditetapkan perubahan peruntukan
ruangnya sebagaimana dimaksud pada Pasal 41 tidak disetujui
usulan perubahan peruntukan dan fungsinya, maka peruntukan
dan fungsi kawasan adalah kawasan peruntukan dan fungsi
sebelumnya.
58
(3) Apabila perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan
sebagaimana dimaksud pada Pasal 41 sudah ditetapkan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan bidang
kehutanan, maka pemanfaatan ruangnya mengacu pada
penetapan tersebut.
(4) Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diintegrasikan
dalam revisi rencana tata ruang wilayah kabupaten sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Kotawaringin Timur Tahun 2015-2035 dilengkapi
dengan Dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten dan
peta dengan skala 1 : 50.000 sebagaimana tercantum dalam
Album Peta, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
Pasal 79
Rencana tata ruang wilayah Kabupaten menjadi pedoman untuk :
a. penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah;
b. penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah;
c. pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di
wilayah kabupaten;
d. mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan antar
sektor;
e. penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; dan
f. penataan ruang kawasan strategis Kabupaten.
Pasal 80
(1) Jangka waktu Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Kotawaringin Timur adalah 20 (dua puluh) tahun dan dapat
ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
(2) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan
dengan bencana alam skala besar dan/atau perubahan batas
teritorial wilayah yang ditetapkan dengan peraturan perundang-
undangan, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kotawaringin
Timur dapat ditinjau kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima)
tahun.
(3) Peninjauan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) juga
dilakukan apabila terjadi perubahan kebijakan nasional dan
strategi yang mempengaruhi pemanfaatan ruang kabupaten
dan/atau dinamika internal wilayah.
59
B A B XIV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 81
(1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka semua peraturan
pelaksanaan yang berkaitan dengan penataan ruang Daerah yang
telah ada dinyatakan berlaku sepanjang tidak bertentangan
dengan dan belum diganti berdasarkan Peraturan Daerah ini.
(2) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka:
a. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan dan telah
sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini tetap berlaku
sesuai dengan masa berlakunya;
b. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak
sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini berlaku
ketentuan :
1. untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya, izin
tersebut disesuaikan dengan fungsi kawasan berdasarkan
Peraturan Daerah ini;
2. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya,
pemanfaatan ruang dilakukan sampai izin terkait habis
masa berlakunya dan dilakukan penyesuaian dengan
fungsi kawasan berdasarkan Peraturan Daerah ini; dan
3. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya dan
tidak memungkinkan untuk dilakukan penyesuaian
dengan fungsi kawasan berdasarkan Peraturan Daerah ini,
izin yang telah diterbitkan dapat dibatalkan dan terhadap
kerugian yang timbul sebagai akibat pembatalan izin
tersebut dapat diberikan penggantian yang layak.
c. pemanfaatan ruang yang izinnya sudah habis dan tidak sesuai
dengan Peraturan Daerah ini dilakukan penyesuaian
berdasarkan Peraturan Daerah ini; dan
d. pemanfaatan ruang di Daerah yang diselenggarakan tanpa izin
ditentukan sebagai berikut :
1. yang bertentangan dengan ketentuan Peraturan Daerah ini,
pemanfaatan ruang yang bersangkutan ditertibkan dan
disesuaikan dengan Peraturan Daerah ini; dan
2. yang sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini,
dipercepat untuk mendapatkan izin yang diperlukan.
60
BAB XV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 82
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka Peraturan Daerah
Kabupaten Daerah Tingkat II Kotawaringin Timur Nomor : 1 Tahun 1996
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II
Kotawaringin Timur, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 83
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah
Kabupaten Kotawaringin Timur.
Ditetapkan di Sampit
pada tanggal 29 Juni 2015
BUPATI KOTAWARINGIN TIMUR,
ttd
SUPIAN HADI
Diundangkan di Sampit
pada tanggal 30 Juni 2015
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR,
ttd
PUTU SUDARSANA
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR TAHUN
2015 NOMOR 5
NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR
KALIMANTAN TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2015
Salinan Sesuai Dengan Aslinya
KABAG HUKUM SETDA KAB. KOTIM,
CHAIRUL HUDA EKO YULIANTO, SH
NIP. 19620701 198903 1 014
61
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR
NOMOR : 5 TAHUN 2015
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR
TAHUN 2015 - 2035
I. UMUM
Ruang wilayah Kabupaten yang meliputi darat, perairan dan udara
beserta sumber daya alam sebagai suatu kesatuan yang utuh dalam
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia menjadi
wadah/tempat manusia dan makluk hidup melakukan aktifitas
kehidupan, merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang perlu
disyukuri, dilindungi, dikelola, dikembangkan dan dilestarikan
pemanfaatannya secara optimal dan berkelanjutan demi
kelangsungan dan kepentingan hidup regenerasi, baik generasi
sekarang maupun generasi yang akan datang sebagai pedoman
dalam rangka penataan Ruang Wilayah sebagaimana diamanatkan
dalam pancasila sebagai dasar dan Falsafah Negara, menegaskan
keyakinan bahwa kebahagiaan hidup dapat tercapai jika didasarkan
atas keserasian dan keseimbangan baik dalam hidup manusia
sebagai pribadi, hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa,
dan sebagai landasan konstitusional Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia mewajibkan agar sumber daya alam
dipergunakan dan dilindungi sebesar-besarnya untuk kemakmuran
rakyat.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2002 tentang
Pembentukan Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten
Sukamara, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Gunung Mas,
Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Murung Raya dan Kabupaten
Barito Timur di Provinsi Kalimantan Tengah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 18, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4180); adalah merupakan
manivestasi dari pelaksanaan otonomi daerah dan perkembangan
dinamika kehidupan demokrasi sebagai perwujudan dari keinginan
masyarakat untuk memperbaiki harkat dan derajat hidup untuk
berdiri sendiri dalam suatu wilayah kabupaten dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
62
Selanjutnya, Kabupaten Kotawaringin Timur yang sebelumnya
meliputi Kabupaten Seruyan dan Katingan dengan luas wilayah
kurang lebih 50.700 kilometer persegi, dimekarkan menjadi 3
Kabupaten sehingga luas wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur
saat ini mempunyai luas wilayah kurang lebih 16.796 Kilometer
Persegi.
Kabupaten dengan karakteristik geografis dan kedudukan yang
sangat strategis memiliki keanekaragaman ekosistem dan potensi
sumber daya alam yang tersebar luas dimanfaatkan secara
terkoordinasi terpadu dan selektif dengan tetap memperhatikan
faktor politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan
serta kelestarian lingkungan hidup untuk menopang pembangunan
dan pengembangan wilayah sebagai bagian integral dari
pembangunan nasional melalui penataan ruang wilayah dan
pemanfaatan ruang wilayah yang bersifat akomodatif dan
komprehensif untuk mendorong proses pembangunan daerah secara
berkelanjutan berdaya guna serta berhasil guna.
Dengan Kota Sampit yang ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan
Wilayah (PKW) dalam RTRWN dan RTRWP serta adanya kawasan
strategis provinsi di kabupaten, diharapkan dapat memacu
perkembangan ekonomi kabupaten di masa depan.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan luas wilayah administrasi
Kabupaten Kotawaringin Timur adalah luas wilayah
berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2002.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan luas wilayah fungsi berdasarkan
usulan perencanaan pemanfaatan ruang adalah luas
wilayah administrasi berdasarkan hasil delineasi pemetaan
dari citra satelit terhadap batas wilayah daratan dan batas
dengan kabupaten-kabupaten yang bersebelahan
berpedoman pada kesepakatan batas kabupaten.
63
Pasal 3
Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten dirumuskan untuk
mengatasi permasalahan tata ruang dan sekaligus
memanfaatkan potensi yang dimiliki, serta mendukung
terwujudnya tujuan dan sasaran pembangunan kabupaten
dalam jangka panjang.
Pasal 4
Yang dimaksud dengan kebijakan penataan ruang kabupaten
adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan
dasar dalam pemanfaatan ruang darat, laut, dan udara
termasuk ruang di dalam bumi untuk mencapai tujuan
penataan ruang.
Pasal 5
Yang dimaksud dengan “strategi penataan ruang kabupaten”
adalah langkah-langkah pelaksanaan kebijakan penataan ruang
kabupaten.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
64
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan ruang udara untuk penerbangan
adalah ruang udara yang dimanfaatkan untuk kegiatan
transportasi udara atau kegiatan penerbangan sebagai
salah satu moda transportasi dalam sistem jaringan
transportasi kabupaten.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Ayat (2)
Kapasitas PLTB dan PLTMH akan ditentukan dalam studi
kelayakan.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan rencana kawasan yang belum
ditetapkan perubahan peruntukan ruangnya adalah
kawasan hutan yang diusulkan perubahan peruntukan
dan fungsinya, atau bukan kawasan hutan yang diusulkan
menjadi kawasan hutan kepada Menteri Kehutanan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang kehutanan yang belum mendapatkan persetujuan
perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutannya dari
Menteri Kehutanan.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Kawasan hutan lindung di sini merupakan hutan lindung
berdasarkan peraturan perundang-undangan di bidang
kehutanan.
65
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Ayat (1)
Yang dikategorikan dengan sungai besar di wilayah
Kabupaten Kotawaringin Timur antara lain adalah Sungai
Mentaya, Sungai Cempaga, Sungai Tualan, Sungai Kuayan,
Sungai Kalang, Sungai Sampit, Sungai Lenggana, Sungai
Mentobar, Sungai Seranau, dan Sungai Penyahuan.
Ayat (5)
Yang dimaksud dengan kawasan lindung spiritual adalah
kawasan yang dikeramatkan atau disakralkan oleh
masyarakat setempat dan terkadang dijadikan sebagai
tempay upacara adat/keagamaan.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Penentuan lokasi yang menjadi kawasan koridor bagi satwa
yang dilindungi dilakukan berdasarkan laporan-laporan dan
hasil survei yang membuktikan keberadaan habitat satwa yang
dilindungi pada suatu kawasan budidaya atau kawasan lindung
tertentu, yang nantinya akan diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Bupati terkait mekanisme dan teknis perencanaan
kawasannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan
yang berlaku.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Ayat (5)
Kawasan peternakan bukan dalam bentuk peternakan
penggembalaan namun kawasan yang terintegrasi dengan
kawasan pertanian dan perkebunan.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
66
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Huruf a
Izin prinsip merupakan persetujuan dari Bupati bagi
pengembangan aktivitas/sarana/prasarana yang
dikoordinasikan dengan kepentingan dari sektor-sektor
terkait.
67
Huruf b
Izin lokasi merupakan persetujuan lokasi bagi
pengembangan aktivitas/sarana/prasarana yang
menyatakan kawasan yang dimohon sesuai untuk
dimanfaatkan bagi aktivitas dominan yang telah
memperoleh izin prinsip.
Izin lokasi akan dipakai sebagai dasar dalam
melaksanakan perolehan tanah melalui pengadaan
tertentu dan dasar bagi pengurusan hak atas tanah.
Ketentuan pemberian Ijin Loksi mengacu pada Peraturan
Kepala BPN No. 2 Tahun 1999 tentang ijin lokasi.
Huruf c
Izin pemanfaatan tanah merupakan izin perencanaan
dan/atau rekomendasi perencanaan bagi penggunaan
pemanfaatan tanah yang didasarkan pada RTRW, RDTR,
dan/atau RTRK.
Huruf d
Izin mendirikan bangunan (IMB) : setiap aktivitas
budidaya rinci yang bersifat binaan (bangunan) perlu
memperoleh IMB jika akan dibangun. Perhatian utama
diarahkan pada kelayakan struktur bangunan melalui
penelaahan rancangan rekayasa bangunan. Rencana
tapak disetiap blok peruntukan (terutama bangunan
berskala besar) atau rancangan arsitektur disetiap persil.
Persyaratan teknis lainnya seperti lingkungan sekitar
misalnya garis sempadan (jalan dan bangunan) KDB, KLB,
KDH.
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 54
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas.
Pasal 57
Cukup jelas.
68
Pasal 58
Cukup jelas.
Pasal 59
Cukup jelas.
Pasal 60
Cukup jelas.
Pasal 61
Cukup jelas.
Pasal 62
Cukup jelas.
Pasal 63
Cukup jelas.
Pasal 64
Cukup jelas.
Pasal 65
Cukup jelas.
Pasal 66
Cukup jelas.
Pasal 67
Cukup jelas.
Pasal 68
Cukup jelas.
Pasal 69
Cukup jelas.
Pasal 70
Cukup jelas.
Pasal 71
Cukup jelas.
Pasal 72
Cukup jelas.
Pasal 73
Cukup jelas.
Pasal 74
Cukup jelas.
Pasal 75
Cukup jelas.
69
Pasal 76
Cukup jelas.
Pasal 77
Cukup jelas.
Pasal 78
Cukup jelas.
Pasal 79
Cukup jelas.
Pasal 80
Cukup jelas.
Pasal 81
Cukup jelas.
Pasal 82
Cukup jelas.
Pasal 83
Cukup jelas.
IV.1-1
LAMPIRAN IV.1 : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR NOMOR : 5
TANGGAL : 30 JUNI 2015 TENTANG : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR TAHUN 2015 – 2035
TABEL 1. INDIKASI PROGRAM UTAMA PERWUJUDAN RENCANA STRUKTUR RUANG
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
A Perwujudan Pusat-Pusat Kegiatan
A1 Perwujudan Fungsi PKW Kota Sampit
1 Penyusunan RTDR Kota Sampit Kota Sampit APBDK Dinas PU
2 Pengembangan pasar regional dan
tradisional di Kota Sampit
Kota Sampit APBDK Disperindagsar
3 Pembangunan dan pengembangan pusat-
pusat perbelanjaan modern
Kota Sampit APBDK,
Swasta
Disperindagsar,
Swasta
4 Pengembangan sarana dan prasarana
Pelabuhan Sampit
Kota Sampit APBN, APBDK PT Pelindo, Dinas
PU, Dishubkominfo
5 Peningkatan pelayanan Pelabuhan Sampit Kota Sampit APBN PT Pelindo, Adpel
6 Pengembangan sarana dan prasarana
Bandara H. Asan
Kota Sampit APBN, APBDK Kemenhub, Dinas
PU, Dishubkominfo
7 Peningkatan pelayanan Bandara H. Asan Kota Sampit APBN Kemenhub
SALINAN
IV.1-2
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
8 Peningkatan jalan dan infrastruktur
dalam Kota Sampit
Kota Sampit APBN, APBDP,
APBDK
Kementerian PU,
Dinas PU
9 Pengembangan fasilitas perhubungan
Kota Sampit APBN, APBDP,
APBDK
Kemenhub,
Dishubkominfo
10 Pembangunan terminal AKDP baru di
Jalan Lingkar Kota Utara
Kota Sampit APBN, APBDP,
APBDK
Dishubkominfo
11 Perbaikan sarana dan prasarana terminal
Patih Rumbih
Kota Sampit APBN, APBDP,
APBDK
Dishubkominfo
12 Peningkatan pelayanan transportasi
sungai menuju wilayah-wilayah di
Kabupaten Kotawaringin Timur
Kota Sampit APBDK Dishubkominfo
13 Pengembangan perbankan Kota Sampit APBN, APBDP,
APBDK,
Swasta
BUMN, BUMD,
Swasta
14 Pengembangan perhotelan dan restoran di
Kota Sampit
Kota Sampit APBDK,
Swasta
Disbudpar, Swasta
15 Penataan dan pengembangan
perkantoran pemerintahan
Kota Sampit APBN, APBDP,
APBDK
Kementerian,
Pemprov, Pemkab
16 Pengembangan tourist center
Kota Sampit APBDK,
Swasta
Disbudpar, Swasta
IV.1-3
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
17 Penataan dan pengembangan Taman Kota
Sampit
Kota Sampit APBDK Dinas PU,
Dispertasih
18 Pengembangan Museum Kayu Sampit Kota Sampit APBN, APBDK Disdik, Disbudpar
19 Penataan dan pengembangan komplek
bekas pabrik NV. Bruynzeel
Kota Sampit APBN, APBDK PT Inhutani,
Disbudpar, Dinas
PU, Dispertasih
20 Pengembangan Perguruan Tinggi
Kota Sampit APBDK,
Swasta
Disdik, Dinkes,
Swasta
21 Pengembangan dan peningkatan
pelayanan RSUD Dr. Murdjani
Kota Sampit APBN, APBDK RSUD
22 Pengembangan fasilitas kesehatan Kota Sampit APBN, APBDK,
Swasta
Dinkes, Swasta
23 Pengembangan perumahan rakyat
Kota Sampit APBN, APBDK Kemenpera,
Dispertasih, Swasta
24 Peningkatan kapasitas dan layanan
PDAM
Kota Sampit APBN, APBDK PDAM
25 Pengembangan Masjid Raya dan Islamic
Center
Kota Sampit APBDK Dinas PU, Setda
26 Pengembangan fasilitas peribadatan Kota Sampit APBDK Setda
IV.1-4
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
27 Peningkatan pengelolaan sampah dan
penyediaan TPST yang ramah lingkungan
Kota Sampit APBDK Dispertasih
28 Pembenahan drainase Kota Sampit Kota Sampit APBDK Dinas PU
29 Pengembangan Sports Center Kota Sampit APBDK Dinas PU, Dispora
30 Pengembangan sarana dan prasarana
olah raga, rekreasi, dan kesenian
Kota Sampit APBDK,
swasta
Dispora, Disbudpar,
Swasta
Peningkatan dan pengembangan sekolah
dari tingkat dasar sampai menengah
Kota Sampit APBN, APBDP,
APBDK,
Swasta
Disdik, Kemenag,
Swasta
31 Pengembangan sistem mitigasi bencana Kota Sampit APBN, APBDK BPBD
A2 Perwujudan Fungsi PKLp
A2.1 Perwujudan Fungsi PKLp Samuda
1 Pengusulan penetapan Samuda sebagai
PKLp ke Pemerintah Provinsi
Samuda APBDK Setda
2 Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan
Samuda
Samuda APBDK Dinas PU
3 Pengembangan dan peningkatan
pelayanan Pelabuhan Samuda
Samuda APBN, APBDK PT Pelindo,
Dishubkominfo
IV.1-5
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
4 Pengembangan dan peningkatan
pelayanan terminal
Samuda APBDK Dishubkominfo
5 Pengembangan dan peningkatan
pelayanan Pasar Samuda
Samuda APBDK Disperidagsar
6 Peningkatan infrastruktur
Samuda APBN, APBDP,
APBDK
Dinas PU
7 Pengembangan pusat perdagangan dan
jasa
Samuda APBDK,
Swasta
Disperindagsar,
Swasta
8 Peningkatan sarana dan prasarana serta
pelayanan perkantoran pemerintah
kecamatan
Samuda APBDK Pemerintah
kecamatan
9
Pembuatan peta kecamatan dan peta desa
Samuda APBDK BPMD, Setda,
Pemerintah
Kecamatan
10 Pengembangan Puskemas rawat inap
fasilitas pelayanan kesehatan
Samuda APBN, APBDK Dinkes
11 Pengembangan fasilitas pendidikan
Samuda APBN, APBDK,
Swasta
Disdik, Kemenag,
Swasta, Setda
12 Pengembangan fasilitas peribadatan Samuda APBDK Setda
13 Pengembangan fasilitas rekreasi, olah
Samuda APBDK, Dispora, Disbudpar,
IV.1-6
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
raga, dan kesenian Swasta Swasta
14 Pengembangan sistem mitigasi bencana Samuda APBDK BPBD
A2.2 Perwujudan Fungsi PKLp Parenggean
1 Pengusulan penetapan Parenggean
sebagai PKLp ke Pemerintah Provinsi
Parenggean APBDK Setda
2 Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan
Parenggean
Parenggean APBDK Dinas PU
3 Peningkatan sarana dan prasarana serta
pelayanan perkantoran pemerintah
kecamatan
Parenggean APBDK Pemerintah
kecamatan
4
Pembuatan peta kecamatan dan peta desa
Parenggean APBDK BPMD, Setda,
Pemerintah
Kecamatan
5 Pengembangan dan peningkatan
pelayanan terminal
Parenggean APBDK Dishubkominfo
6 Peningkatan infrastruktur
Parenggean APBN, APBDP,
APBDK
Dinas PU
7 Pengembangan pusat perdagangan dan
jasa
Parenggean APBDK,
Swasta
Disperindagsar,
Swasta
IV.1-7
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
8 Pengembangan fasilitas pendidikan
Parenggean APBN, APBDK,
Swasta
Disdik, Kemenag,
Swasta
9 Pengembangan fasilitas peribadatan Parenggean APBDK Setda
10 Pengembangan Puskemas rawat inap
fasilitas pelayanan kesehatan
Parenggean APBN, APBDK Dinkes
11 Pembangunan Rumah Sakit Tipe D Parenggean APBN, APBDK Dinkes
12 Pengembangan fasilitas rekreasi, olah
raga, dan kesenian
Parenggean APBDK,
Swasta
Dispora, Disbudpar,
Swasta
13 Peningkatan pengelolaan sampah dan
pengembangan TPA
Parenggean APBDK Dispertasih
14 Pengembangan sistem mitigasi bencana Parenggean APBDK BPBD
A2.3 Perwujudan Fungsi PKLp Simpang
Sebabi
1 Pengusulan penetapan Simpang Sebabi
sebagai PKLp ke Permerintah Provinsi
Sebabi APBDK Setda
2 Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan
Sebabi
Sebabi APBDK Dinas PU
3 Peningkatan sarana dan prasarana serta
pelayanan perkantoran pemerintah
Sebabi APBDK Pemerintah
Kecamatan
IV.1-8
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
kecamatan
4
Pembuatan peta kecamatan dan peta desa
Sebabi APBDK BPMD, Setda,
Pemerintah
Kecamatan
5 Pembangunan Terminal Sebabi APBDK Dishubkominfo
6 Peningkatan infrastruktur
Sebabi APBN, APBDK Kementerian PU,
Dinas PU
7 Pengembangan pusat perdagangan dan
jasa
Sebabi APBDK,
Swasta
Disperindagsar,
Swasta
8 Pengembangan fasilitas pendidikan
Sebabi APBN, APBDK,
Swasta
Disdik, Kemenag,
Swasta
9 Pengembangan fasilitas rekreasi, olah
raga, dan kesenian
Sebabi APBDK,
Swasta
Dispora, Disbudpar,
Swasta
10 Pengembangan fasilitas peribadatan Sebabi APBDK Setda
11 Pengembangan Puskemas rawat inap &
fasilitas pelayanan kesehatan
Sebabi APBN, APBDK Dinkes
12 Peningkatan pengelolaan sampah dan
pembangunan TPA
Sebabi APBDK Dispertasih
13 Pengembangan sistem mitigasi bencana Sebabi APBDK BPBD
IV.1-9
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
A3 Perwujudan Fungsi PPK
A3.1 Perwujudan fungsi PPK Bagendang
1 Penyusunan RDTR Kawasan perkotaan Bagendang APBDK Dinas PU
2 Peningkatan sarana dan prasarana serta
pelayanan perkantoran pemerintah
kecamatan
Bagendang APBDK Pemerintah
Kecamatan
3
Pembuatan peta kecamatan dan peta desa
Bagendang APBDK BPMD, Setda,
Pemerintah
Kecamatan
4 Peningkatan infrastruktur
Bagendang APBDP,
APBDK
Dinas PU
5 Pengembangan pusat perdagangan dan
jasa
Bagendang APBDK Disperindagsar
6 Pengembangan fasilitas pendidikan
Bagendang APBN, APBDK,
Swasta
Disdik, Kemenag,
Swasta
7 Pengembangan fasilitas peribadatan Bagendang APBDK Setda
8 Peningkatan sarana dan prasarana
layanan kesehatan
Bagendang APBN, APBDK Dinkes
9 Pengembangan fasilitas rekreasi, olah
Bagendang APBDK, Dispora, Disbudpar,
IV.1-10
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
raga, dan kesenian Swasta Swasta
10 Pengembangan TPA Bagendang APBDK Dispertasih
11 Pengembangan sistem mitigasi bencana Bagendang APBDK BPBD
A3.2 Perwujudan fungsi PPK Ujung Pandaran
1 Penyusunan RDTR Kawasan perkotaan
Ujung
Pandaran
APBDK Dinas PU
2
Pembangunan sub terminal agribisnis
Ujung
Pandaran
APBDK Dishubkominfo,
Disperindagsar,
Distanak, Dislutkan
3 Penataan kampung nelayan
Ujung
Pandaran
APBDK Dispertasih, Dinas
PU
4 Pembangunan TPI
Ujung
Pandaran
APBDK Dislutkan
5 Pengembangan pusat perdagangan dan
jasa
Ujung
Pandaran
APBDK,
Swasta
Disperindagsar,
Swasta
6 Peningkatan infrastruktur
Ujung
Pandaran
APBDP,
APBDK
Dinas PU
7 Pengembangan fasilitas pendidikan
Ujung
Pandaran
APBN, APBDK,
Swasta
Disdik, Kemenag,
Swasta
IV.1-11
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
8 Pengembangan fasilitas peribadatan
Ujung
Pandaran
APBDK Setda
9 Peningkatan sarana dan prasarana
layanan kesehatan
Ujung
Pandaran
APBN, APBDK Dinkes
10 Peningkatan sarana dan prasarana serta
pelayanan perkantoran pemerintah
kecamatan
Ujung
Pandaran
APBDK Pemerintah
Kecamatan
11
Pembuatan peta kecamatan dan peta desa
Ujung
Pandaran
APBDK BPMD, Setda,
Pemerintah
Kecamatan
12 Pembangunan sarana dan prasarana
pendukung pariwisata
Ujung
Pandaran
APBDK Dinas PU, Disbudpar
13 Pengembangan sistem mitigasi bencana Ujung
Pandaran
APBDK BPBD
A3.3 Perwujudan fungsi PPK Bapinang
1 Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Bapinang APBDK Dinas PU
2 Pengembangan pusat perdagangan dan
jasa
Bapinang APBDK Disperindagsar
3 Peningkatan infrastruktur Bapinang APBDK Dinas PU
IV.1-12
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
4 Pengembangan fasilitas pendidikan &
olah raga
Bapinang APBN, APBDK,
Swasta
Disdik, Dispora,
Kemenag, Swasta
5 Pengembangan fasilitas peribadatan Bapinang APBDK Setda
6 Peningkatan sarana dan prasarana
layanan kesehatan
Bapinang APBN, APBDK Dinkes
7 Peningkatan sarana dan prasarana serta
pelayanan perkantoran pemerintah
kecamatan
Bapinang APBDK Pemerintah
Kecamatan
8
Pembuatan peta kecamatan dan peta desa
Bapinang APBDK BPMD, Setda,
Pemerintah
Kecamatan
9 Pengembangan sistem mitigasi bencana Bapinang APBDK BPBD
A3.4 Perwujudan fungsi PPK Kota Besi
1 Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Kota Besi APBDK Dinas PU
2 Pengembangan pusat perdagangan dan
jasa
Kota Besi APBDK Disperindagsar
3 Peningkatan infrastruktur
Kota Besi APBN, APBDK Kementerian PU,
Dinas PU
4 Pengembangan fasilitas pendidikan &
Kota Besi APBN, APBDK, Disdik, Dispora,
IV.1-13
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
olah raga Swasta Kemenag, Swasta
5 Pengembangan fasilitas peribadatan Kota Besi APBDK Setda
6 Peningkatan sarana dan prasarana
layanan kesehatan
Kota Besi APBN, APBDK Dinkes
7 Peningkatan sarana dan prasarana serta
pelayanan perkantoran pemerintah
kecamatan
Kota Besi APBDK Pemerintah
Kecamatan
8
Pembuatan peta kecamatan dan peta desa
Kota Besi APBDK BPMD, Setda,
Pemerintah
Kecamatan
9 Pengembangan sistem mitigasi bencana Kota Besi APBDK BPBD
A3.5 Perwujudan fungsi PPK Cempaka Mulia
1 Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan
Cempaka
Mulia
APBDK Dinas PU
2 Pengembangan pusat perdagangan dan
jasa
Cempaka
Mulia
APBDK Disperindagsar
3 Peningkatan infrastruktur
Cempaka
Mulia
APBN, APBDK Kementerian PU,
Dinas PU
4 Pengembangan fasilitas pendidikan &
Cempaka APBN, APBDK, Disdik, Dispora,
IV.1-14
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
olah raga Mulia Swasta Kemenag, Swasta
5 Pengembangan fasilitas peribadatan
Cempaka
Mulia
APBDK Setda
6 Peningkatan sarana dan prasarana
layanan kesehatan
Cempaka
Mulia
APBN, APBDK Dinkes
7 Peningkatan sarana dan prasarana serta
pelayanan perkantoran pemerintah
kecamatan
Cempaka
Mulia
APBDK Pemerintah
Kecamatan
8
Pembuatan peta kecamatan dan peta desa
Cempaka
Mulia
APBDK BPMD, Setda,
Pemerintah
Kecamatan
9 Pengembangan sistem mitigasi bencana Cempaka
Mulia
APBDK BPBD
A3.6 Perwujudan fungsi PPK Pundu
1 Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Pundu APBDK Dinas PU
2 Pengembangan pusat perdagangan dan
jasa
Pundu APBDK Disperindagsar
3 Peningkatan infrastruktur
Pundu APBN, APBDP,
APBDK
Kementerian PU,
Dinas PU
IV.1-15
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
4 Pengembangan fasilitas pendidikan &
olah raga
Pundu APBN, APBDK,
Swasta
Disdik, Dispora,
Kemenag, Swasta
5 Pengembangan fasilitas peribadatan Pundu APBDK Setda
6 Peningkatan sarana dan prasarana
layanan kesehatan
Pundu APBN, APBDK Dinkes
7 Peningkatan sarana dan prasarana serta
pelayanan perkantoran pemerintah
kecamatan
Pundu APBDK Pemerintah
Kecamatan
8
Pembuatan peta kecamatan dan peta desa
Pundu APBDK BPMD, Setda,
Pemerintah
Kecamatan
9 Pengembangan sistem mitigasi bencana Pundu APBDK BPBD
A3.7 Perwujudan fungsi PPK Tumbang
Penyahuan
1 Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan
Tumbang
Penyahuan
APBDK Dinas PU
2 Pengembangan pusat perdagangan dan
jasa
Tumbang
Penyahuan
APBDK Disperindagsar
3 Peningkatan infrastruktur
Tumbang
Penyahuan
APBDK Dinas PU
IV.1-16
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
4 Pengembangan fasilitas pendidikan &
olah raga
Tumbang
Penyahuan
APBN, APBDK,
Swasta
Disdik, Dispora,
Kemenag, Swasta
5 Pengembangan fasilitas peribadatan
Tumbang
Penyahuan
APBDK Setda
6 Peningkatan sarana dan prasarana
layanan kesehatan
Tumbang
Penyahuan
APBN, APBDK Dinkes
7 Peningkatan sarana dan prasarana serta
pelayanan perkantoran pemerintah
kecamatan
Tumbang
Penyahuan
APBDK Pemerintah
Kecamatan
8
Pembuatan peta kecamatan dan peta desa
Tumbang
Penyahuan
APBDK BPMD, Setda,
Pemerintah
Kecamatan
9 Pengembangan sistem mitigasi bencana Tumbang
Penyahuan
APBDK BPBD
A3.8 Perwujudan fungsi PPK Tumbang
Kalang
1 Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan
Tumbang
Kalang
APBDK Dinas PU
2 Pengembangan pusat perdagangan dan
jasa
Tumbang
Kalang
APBDK Disperindagsar
IV.1-17
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
3 Peningkatan infrastruktur
Tumbang
Kalang
APBDP,
APBDK
Dinas PU
4 Pengembangan fasilitas pendidikan &
olah raga
Tumbang
Kalang
APBN, APBDK,
Swasta
Disdik, Dispora,
Kemenag, Swasta
5 Pengembangan fasilitas peribadatan
Tumbang
Kalang
APBDK Setda
6 Peningkatan sarana dan prasarana
layanan kesehatan
Tumbang
Kalang
APBN, APBDK Dinkes
7 Peningkatan sarana dan prasarana serta
pelayanan perkantoran pemerintah
kecamatan
Tumbang
Kalang
APBDK Pemerintah
Kecamatan
8
Pembuatan peta kecamatan dan peta desa
Tumbang
Kalang
APBDK BPMD, Setda,
Pemerintah
Kecamatan
9 Pengembangan sistem mitigasi bencana Tumbang
Kalang
APBDK BPBD
A3.9 Perwujudan fungsi PPK Kuala Kuayan
1 Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan
Kuala
Kuayan
APBDK Dinas PU
2 Pengembangan pusat perdagangan dan
Kuala APBDK Disperindagsar
IV.1-18
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
jasa Kuayan
3 Peningkatan infrastruktur
Kuala
Kuayan
APBDP,
APBDK
Dinas PU
4 Pengembangan fasilitas pendidikan &
olah raga
Kuala
Kuayan
APBN, APBDK,
Swasta
Disdik, Dispora,
Kemenag, Swasta
5 Pengembangan fasilitas peribadatan
Kuala
Kuayan
APBDK Setda
6 Peningkatan sarana dan prasarana
layanan kesehatan
Kuala
Kuayan
APBN, APBDK Dinkes
7 Peningkatan sarana dan prasarana serta
pelayanan perkantoran pemerintah
kecamatan
Kuala
Kuayan
APBDK Pemerintah
Kecamatan
8
Pembuatan peta kecamatan dan peta desa
Kuala
Kuayan
APBDK BPMD, Setda,
Pemerintah
Kecamatan
9 Pengembangan sistem mitigasi bencana Kuala
Kuayan
APBDK BPBD
A3.10 Perwujudan fungsi PPK Tumbang
Mangkup
1 Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Tumbang APBDK Dinas PU
IV.1-19
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
Mangkup
2 Pengembangan pusat perdagangan dan
jasa
Tumbang
Mangkup
APBDK Disperindagsar
3 Peningkatan infrastruktur
Tumbang
Mangkup
APBDP,
APBDK
Dinas PU
4 Pengembangan fasilitas pendidikan &
olah raga
Tumbang
Mangkup
APBN, APBDK,
Swasta
Disdik, Dispora,
Kemenag, Swasta
5 Pengembangan fasilitas peribadatan
Tumbang
Mangkup
APBDK Setda
6 Peningkatan sarana dan prasarana
layanan kesehatan
Tumbang
Mangkup
APBN, APBDK Dinkes
7 Peningkatan sarana dan prasarana serta
pelayanan perkantoran pemerintah
kecamatan
Tumbang
Mangkup
APBDK Pemerintah
Kecamatan
8
Pembuatan peta kecamatan dan peta desa
Tumbang
Mangkup
APBDK BPMD, Setda,
Pemerintah
Kecamatan
9 Pengembangan sistem mitigasi bencana Tumbang
Mangkup
APBDK BPBD
A3.11 Perwujudan fungsi PPK Luwuk Sampun
IV.1-20
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
1 Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan
Luwuk
sampun
APBDK Dinas PU
2 Pengembangan pusat perdagangan dan
jasa
Luwuk
sampun
APBDK Disperindagsar
3 Peningkatan infrastruktur
Luwuk
sampun
APBDK Dinas PU
4 Pengembangan fasilitas pendidikan &
olah raga
Luwuk
sampun
APBN, APBDK,
Swasta
Disdik, Dispora,
Kemenag, Swasta
5 Pengembangan fasilitas peribadatan
Luwuk
sampun
APBDK Setda
6 Peningkatan sarana dan prasarana
layanan kesehatan
Luwuk
sampun
APBN, APBDK Dinkes
7 Peningkatan sarana dan prasarana serta
pelayanan perkantoran pemerintah
kecamatan
Luwuk
sampun
APBDK Pemerintah
Kecamatan
8
Pembuatan peta kecamatan dan peta desa
Luwuk
sampun
APBDK BPMD, Setda,
Pemerintah
Kecamatan
9 Pengembangan sistem mitigasi bencana Luwuk
Sampun
APBDK BPBD
IV.1-21
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
A4 Perwujudan PPL di Kabupaten
Kotawaringin Timur
1 Pengembangan pasar desa
Gunung
Makmur,
Beringin
Agung,
Lempuyang,
Tangar,
Bagendang
Tengah,
Pelantaran,
Tumbang
Sangai,
Tumbang
Batu
APBDK Disperindagsar,
Pemerintah Desa
2 Peningkatan infrastruktur
APBN, APBDP,
APBDK
Dinas PU
3 Pengembangan fasilitas pendidikan dan
olah raga
APBN, APBDK Disdik, Kemenag
4 Pengembangan fasilitas peribadatan APBDK Setda
5 Peningkatan sarana dan prasarana
layanan kesehatan
APBN, APBDK Dinkes
6 Peningkatan sarana dan prasarana serta
pelayanan perkantoran pemerintah desa
APBDK Pemerintah
Kecamatan,
Pemerintah Desa
B Perwujudan Sistem Jaringan Prasarana
Utama
B1 Perwujudan sistem jaringan
transportasi darat
IV.1-22
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
1 Inventarisasi ruas jalan eksisting dan
rencana jalan baru yang berada pada
kawasan hutan
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Dinas PU, Dishutbun
2 Melakukan prosedur sesuai dengan
peraturan yang berlaku terkait ruas jalan
yang berada pada kawasan hutan
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Dinas PU, Dishutbun
3
Penyusunan data base jaringan jalan
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Dinas PU
4
Perbaikan ruas jalan arteri primer
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBN Kementerian PU
5
Perbaikan ruas jalan kolektor primer
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDP Dinas PU
6 Peningkatan dan perbaikan ruas jalan
jalan lokal primer dan sekunder
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Dinas PU
7 Pembangunan rencana jalan baru &
prasarana lainnya
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Dinas PU,
Dishubkominfo
8 Penataan kelas jalan pada jaringan jalan
Kab.
Kotawaringin
APBDK Dinas PU,
IV.1-23
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
dalam perkotaan Timur Dishubkominfo
9 Perbaikan jembatan-jembatan yang ada di
ruas jalan arteri primer, kolektor primer,
serta ruas jalan lokal primer dan
sekunder
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBN, APBDP,
APBDK
Kementerian PU,
Dinas PU
10
Pembangunan rencana jembatan baru
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Dinas PU
11 Pembangunan terminal tipe B (AKDP) di
jalan Lingkar Kota Sampit
APBN, APBDP,
APBDK
Dishubkominfo
12 Perbaikan terminal Patih Rumbih Sampit
APBN, APBDP,
APBDK
Dishubkominfo
13 Perbaikan dan peningkatan pelayanan
terminal di Samuda dan Parenggean
Samuda &
Parenggean
APBDK Dishubkominfo
14 Pembangunan terminal barang berupa
terminal truk angkutan barang &
terminal kargo di Sampit (Jalan H.M.
Arsyad)
Sampit
APBDP,
APBDK
Dishubkominfo
15 Pembangunan jembatan timbang di ruas
jalan kolektor primer (Jalan HM. Arsyad)
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDP Dishubkominfo
IV.1-24
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
16 Peningkatan pelayanan trayek angkutan
penumpang dan barang menuju wilayah-
wilayah di Kabupaten Kotawaringin Timur
dan kota-kota lain
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK,
Swasta
Dishubkominfo,
Swasta
17 Peningkatan pelayanan alur pelayaran
angkutan sungai
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Dishubkominfo
18 Perbaikan pelabuhan sungai dan
penyeberangan
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Dishubkominfo
19 Pembangunan pelabuhan sungai baru
untuk pelayaran angkutan sungai dan
penyeberangan
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Dishubkominfo
20 Pengerukan alur sungai yang mengalami
pendangkalan
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBN, APBDP,
APBDK
Dishubkominfo
B2 Perwujudan sistem jaringan
transportasi laut
1 Penyusunan data base jaringan
transportasi laut
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Dishubkominfo
2 Pemantapan peran Pelabuhan Sampit dan
Bagendang sebagai pelabuhan utama di
Kab.
Kotawaringin
APBN, APBDK Dishubkominfo
IV.1-25
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
Provinsi Kalimantan Tengah Timur
3 Perbaikan sarana dan prasarana
Pelabuhan Sampit Sampit
APBN, APBDK PT Pelindo,
Dishubkominfo
4 Perbaikan sarana dan prasarana
Pelabuhan Multipurpose Bagendang Bagendang
APBN PT Pelindo
5 Peningkatan pelayanan Pelabuhan Sampit Sampit APBN PT Pelindo, Adpel
6 Peningkatan pelayanan Pelabuhan
Multipurpose Bagendang Bagendang
APBN PT Pelindo, Adpel
7 Perbaikan sarana dan prasarana
Pelabuhan Samuda Samuda
APBN, APBDK PT Pelindo,
Dishubkominfo
8 Peningkatan pelayanan Pelabuhan
Samuda Samuda
APBN PT Pelindo, Adpel
9 Pemantapan peran Pelabuhan Samuda
sebagai pelabuhan pengumpan Samuda
APBN, APBDK Dishubkominfo
10
Pengerukan alur Sungai Mentaya
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBN Kementerian PU,
Kementerian
Perhubungan
11 Penegasan status perijinan terminal
khusus & terminal untuk kepentingan
sendiri
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Dishubkominfo
IV.1-26
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
12 Penataan dan penegasan keberadaan
terminal khusus & terminal untuk
kepentingan sendiri dalam tatanan
kepelabuhanan di Kabupaten
Kotawaringin Timur
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Dishubkominfo
13 Peningkatan keamanan lalu lintas kapal
di Sungai Mentaya
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBN, APBDK Dishubkominfo
14 Pengembangan rute alur pelayaran
internasional
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBN, Swasta PT Pelindo, Swasta
15 Peningkatan pelayanan rute alur
pelayaran nasional
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBN, Swasta PT Pelindo, Swasta
16 Peningkatan koordinasi dan kerjasama
antara pemerintah daerah dengan PT
Pelindo III
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBN, APBDK PT Pelindo,
Dishubkominfo
17 Pembangunan pelabuhan pengumpan
baru Pelangsian
APBN Kementerian
Perhubungan
B3 Perwujudan rencana sistem jaringan
perkeretaapian
1 Perencanaan dan pembangunan jalur Kab.
Kotawaringin
APBN Kementerian
IV.1-27
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
kereta api Timur Perhubungan
B4 Perwujudan sistem jaringan
transportasi udara
1 Perbaikan dan pengembangan sarana dan
prasarana serta pelayanan Bandara H.
Asan
Sampit APBN, APBDK Kementerian
Perhubungan,
Dishubkominfo,
Dinas PU
2 Perpanjangan landasan pacu Bandara H.
Asan
Sampit APBN Kementerian
Perhubungan
3 Pengusulan peningkatan status Bandara
H. Asan dari pengumpan menjadi
pengumpul dalam tatanan
kebandarudaraan nasional
Sampit APBDK Dishubkominfo
4 Penambahan maskapai & rute baru Sampit Swasta Swasta
5 Pengamanan ruang di sekitar Bandara H.
Asan dari kegiatan-kegiatan dan
bangunan yang bisa membahayakan
keselamatan dan kelancaran
penerbangan
Sampit APBN, APBDK Kementerian
Perhubungan,
Dishubkominfo
6 Penyusunan rencana induk bandar udara Sampit APBN Kementerian
Perhubungan
IV.1-28
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
C Perwujudan Sistem Jaringan Prasarana
Lainnya
C1 Perwujudan sistem jaringan energi
1 Peningkatan kapasitas mesin Pembangkit
Listrik Tenaga Diesel (PLTD)
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBN PT PLN
2 Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU) batubara di Kecamatan
Mentaya Hilir Utara
Bagendang APBN PT PLN
3 Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga
Bayu/Angin (PLTB) di Kecamatan Teluk
Sampit
Ujung
Pandaran
APBN Distamben
4 Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga
Mikro Hidro (PLTMH) di Kecamatan Telaga
Antang
Kec. Telaga
Antang
APBN Distamben
5 Penyediaan Pembangkit Listrik Tenaga
Surya (PLTS) yang tersebar di seluruh
kecamatan khususnya di desa-desa
terpencil yang sulit dijangkau oleh
jaringan listrik PLN
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBN, APBDK Distamben
IV.1-29
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
6 Pembangunan Sistem Interkoneksitas dan
jaringan Saluran Udara Tegangan Tinggi
(SUTT) 150 KV, yang melewati wilayah
Kabupaten Kotawaringin Timur
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBN PT PLN
7 Perluasan jaringan distribusi dari Gardu
Induk menuju pusat-pusat beban
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBN PT PLN
8 Perluasan jaringan transmisi tegangan
rendah dari jaringan distribusi ke wilayah
permukiman
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBN PT PLN
9 Peningkatan kapasitas pelayanan Depo
BBM Sampit
Sampit APBN PT Pertamina
10 Penataan distribusi BBM di wilayah
Kabupaten Kotawaringin Timur
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Distamben
11 Melakukan kajian sumberdaya energi
alternatif dan kemungkinan
pengembangannya
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Distamben
C2 Perwujudan sistem jaringan
telekomunikasi
1 Peningkatan kapasitas jaringan kabel
Fiber Optic (FO) yang terdapat di wilayah
Kab.
Kotawaringin
APBN PT Telkom
IV.1-30
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
Kabupaten Kotawaringin Timur Timur
2 Peningkatan kapasitas pelayanan
jaringan nirkabel
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBN, Swasta PT Telkom, Swasta
3 Pembangunan tower-tower BTS yang
menjangkau seluruh kecamatan
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBN, APBDK,
Swasta
PT Telkom,
Dishubkominfo,
Swasta
4 Pembangunan tower bersama untuk
operator-operator seluler yang
beroperasi pada satu wilayah yang
sama
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBN, APBDK,
Swasta
PT Telkom,
Dishubkominfo,
Swasta
C3 Perwujudan sistem jaringan sumber
daya air
1
Penyusunan data base jaringan irigasi
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Dinas PU
2 Pembangunan dan pemeliharaan
Daerah Irigasi / Daerah Irigasi Rawa
yang menjadi kewenangan pemerintah
pusat
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBN Kementerian PU
3 Pembangunan dan pemeliharaan
Daerah Irigasi / Daerah Irigasi Rawa
yang menjadi kewenangan pemerintah
Kab.
Kotawaringin
APBDP Dinas PU
IV.1-31
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
provinsi Timur
4 Pembangunan dan pemeliharaan
Daerah Irigasi / Daerah Irigasi Rawa
yang menjadi kewenangan pemerintah
kabupaten
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Dinas PU
5 Inventarisasi & pemenuhan ketentuan
yang berlaku terkait Daerah Irigasi /
Daerah Irigasi Rawa yang berada pada
kawasan hutan
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Dinas PU, Dishutbun
6 Pemeliharaan & perlindungan prasarana
air baku untuk air bersih
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Dinas PU
7 Pembangunan prasarana air baku untuk
air bersih di daerah-daerah yang
membutuhkan
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Dinas PU
8 Peningkatan kapasitas & kualitas
pelayanan PDAM
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBN, APBDK PDAM
9 Peningkatan kapasitas & pembangunan
SPAM
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK PDAM, Dinas PU
10 Peningkatan kualitas dan kapasitas ring
Sampit APBDK Dinas PU
IV.1-32
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
drain di Kota Sampit
11 Pemeliharaan sistem drainase Sampit APBDK Dinas PU
C4 Perwujudan sistem jaringan prasarana
pengelolaan lingkungan
1
Optimalisasi kinerja petugas kebersihan
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Dispertasih
2 Perbaikan serta penambahan TPS dan
kontainer sampah
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Dispertasih, BLH
3 Perbaikan dan penambahan armada
pengangkut sampah
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Dispertasih
4 Sosialisasi kepada masyarakat tentang
penanganan dan pengelolaan sampah
yang baik dan benar
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK BLH, Dispertasih
5
Peningkatan kapasitas pelayanan TPA
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Dispertasih
6 Peningkatan kualitas pengelolaan
sampah pada TPA
Kab.
Kotawaringin
APBDK Dispertasih
IV.1-33
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
Timur
7 Penambahan jaringan dan peningkatan
jangkauan layanan PDAM
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBN, APBDK PDAM
8
Peningkatan kualitas & debit air PDAM
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBN, APBDK PDAM
9 Pelestarian sumber-sumber air yang
digunakan oleh masyarakat
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Dinas PU
10 Penyediaan saluran pipa dari sumber
air yang dikelola masyarakat untuk
penyaluran menuju rumah-rumah
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Dinas PU
11 Pembersihan Sungai Mentaya dan anak
sungainya yang mengalami
pendangkalan sebagai sistem primer
dari jaringan drainase makro
Sampit APBDK Dinas PU
12 Perbaikan jaringan drainase sekunder
dan tersier
Sampit APBDK Dinas PU
13 Penambahan jaringan drainase Sampit APBDK Dinas PU
14 Pengembangan sistem pengolahan air
Kab.
Kotawaringin
APBDK Dinas PU, BLH,
IV.1-34
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
limbah domestik Timur Dispertasih
BUPATI KOTAWARINGIN TIMUR
ttd
SUPIAN HADI
Salinan Sesuai Dengan Aslinya
KABAG HUKUM SETDA KAB. KOTIM,
CHAIRUL HUDA EKO YULIANTO, SH
NIP. 19620701 198903 1 014
IV.2-1
LAMPIRAN IV.2 : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR NOMOR : 5
TANGGAL : 30 JUNI 2015 TENTANG : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR TAHUN 2015 – 2035
TABEL 2. INDIKASI PROGRAM UTAMA PERWUJUDAN RENCANA POLA RUANG
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
A Perwujudan Rencana Kawasan Lindung
A1 Perwujudan Kawasan Hutan Lindung
1
Penegasan batas hutan lindung
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBN Kemenhut
2 Reboisasi dan rehabilitasi hutan lindung
yang telah rusak
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBN, APBDK Kemenhut,
Dishutbun
3 Menjaga kelestarian kawasan hutan
lindung
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBN, APBDK Kemenhut,
Dishutbun
4
Pengamanan kawasan hutan lindung
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBN, APBDK Kemenhut,
Dishutbun
5 Sosialisasi kawasan hutan lindung di
Kab.
Kotawaringin
APBN, APBDK Kemenhut,
SALINAN
IV.2-2
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
Kabupaten Kotawaringin Timur Timur Dishutbun
A2 Perwujudan Kawasan yang Memberikan
Perlindungan Terhadap Kawasan
Bawahannya
A2.1 Perwujudan Kawasan Resapan Air
1 Inventarisasi dan identifikasi kondisi
kawasan resapan air yang berada pada
kawasan budidaya eksisting
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK BLH
2 Reboisasi dan rehabilitasi kawasan
perbukitan di bagian utara
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK BLH, Dishutbun
3 Menjaga dan memelihara keberadaan
kawasan rawa
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK BLH
4 Membatasi perijinan yang dikeluarkan
pada kawasan rawa
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK BLH, Setda
5 Mengembalikan fungsi dan keberadaan
kawasan rawa yang telah rusak akibat
aktivitas kawasan budidaya
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK BLH
A3 Perwujudan Kawasan Perlindungan
IV.2-3
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
Setempat
A3.1 Perwujudan Kawasan Sempadan Pantai
1
Penegasan batas kawasan sempadan
pantai
Kec. Teluk
Sampit,
Pulau
Hanaut
APBDK BLH
2
Perlindungan dan konservasi kawasan
sempadan pantai
Kec. Teluk
Sampit,
Pulau
Hanaut
APBDK BLH, Dishutbun
A3.2 Perwujudan Kawasan Sempadan Sungai
1 Penegasan batas kawasan sempadan
sungai
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK BLH, Dinas PU
2 Perlindungan dan konservasi kawasan
sempadan sungai
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK BLH, Dinas PU,
Dishutbun
3 Sosialisasi kepada masyarakat tentang
ketentuan dan pentingnya kawasan
sempadan sungai
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK BLH, Dinas PU
4 Konservasi sungai yang meliputi
perlindungan sungai dan pencegahan
Kab.
Kotawaringin
APBDK BLH, Dinas PU
IV.2-4
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
pencemaran air sungai Timur
5 Pengembalian keberadaan dan fungsi
kawasan sempadan sungai yang telah
terganggu oleh aktivitas budidaya
manusia, khususnya permukiman secara
bertahap, sedangkan diluar itu mutlak
harus dilaksanakan secara cepat
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK BLH, Dinas PU,
Satpol PP
A3.3 Perwujudan Kawasan Sekitar
Danau/Bendungan
1 Penegasan batas kawasan sekitar
danau/bendungan
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK BLH, Dinas PU
2 Pengembalian keberadaan dan fungsi
kawasan sekitar danau/bendungan
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK BLH, Dinas PU,
Satpol PP
3 Penghijauan/reboisasi kawasan sekitar
danau/bendungan
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK BLH, Dinas PU,
Dishutbun
A3.4 Perwujudan Kawasan Lindung Spiritual
1 Penegasan batas kawasan lindung
spiritual
Bukit
Santuai
APBDK BLH, Dishutbun,
Disbudpar
IV.2-5
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
2 Pemenuhan persyaratan penetapan
sesuai ketentuan perundang-undangan
yang berlaku
Bukit
Santuai
APBDK BLH, Dishutbun,
Disbudpar
3 Perlindungan dan pengamanan kawasan
lindung spiritual
Bukit
Santuai
APBDK BLH, Dishutbun,
Disbudpar
A3.5 Perwujudan Kawasan Ruang Terbuka
Hijau Perkotaan
1 Pembuatan RDTR kawasan Ruang
Terbuka Hijau perkotaan
Sampit APBDK BLH, Dispertasih
2 Pengamanan & perlindungan Hutan Kota
Sampit APBDK BLH, Dishutbun,
Satpol PP
3 Reboisasi Hutan Kota Sampit APBN, APBDK BLH, Dishutbun
4 Penataan & pengembangan kawasan RTH
publik
Sampit APBDK BLH, Dispertasih
5 Sosialisasi kawasan RTH publik & privat Sampit APBDK BLH, Dispertasih
6 Penerapan & pengawasan pelaksanaan
kawasan RTH privat
Sampit APBDK BLH, Dispertasih,
Satpol PP
A4 Perwujudan Kawasan Suaka Alam,
Pelestarian Alam, dan Cagar Budaya
IV.2-6
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
A4.1 Perwujudan Kawasan Taman Hutan
Raya
1 Penegasan batas kawasan taman hutan
raya
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Dishutbun
2 Pengusulan penetapan kawasan taman
hutan raya ke Kementerian Kehutanan
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Dishutbun
3 Perlindungan dan pengamanan kawasan
taman hutan raya
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBN, APBDK Dishutbun
4
Reboisasi kawasan taman hutan raya
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBN, APBDK Dishutbun
A4.2 Perwujudan Kawasan Cagar Budaya dan
Ilmu Pengetahuan
1 Penetapan Rumah Adat Betang Tumbang
Gagu dan Komplek bekas pabrik NV.
Bruynzeel sebagai kawasan cagar budaya
dan ilmu pengetahuan
Antang
Kalang,
Sampit
APBDK Disbudpar
2 Perlindungan dan pelestarian bangunan
kawasan cagar budaya dan ilmu
Antang
Kalang,
APBDK Disbudpar
IV.2-7
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
pengetahuan serta lingkungan sekitarnya Sampit
3
Pemberdayaan masyarakat
Antang
Kalang,
Sampit
APBDK Disbudpar
A5 Perwujudan Kawasan Rawan Bencana
A5.1 Perwujudan Kawasan Rawan Tanah
Longsor
1 Pembuatan zona-zona kawasan rawan
tanah longsor secara detail & rencana
jalur evakuasi bencana
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK BPBD
2 Identifikasi kawasan budidaya pada
kawasan rawan tanah longsor & alternatif
penanganan dan pencegahannya
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK BPBD
3 Reboisasi dan konservasi kawasan
perbukitan di bagian utara dengan jenis
tanaman yang sesuai dan berfungsi
untuk mengurangi resiko longsor
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK BPBD, BLH,
Dishutbun
4 Pengendalian perkembangan permukiman
& budidaya pada kawasan rawan tanah
longsor
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK BPBD, BLH
5 Melakukan program sosialisasi,
pembinaan dan penyuluhan kepada
Kab.
Kotawaringin
APBDK BPBD, BLH
IV.2-8
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
masyarakat pada kawasan rawan tanah
longsor
Timur
A5.2 Perwujudan Kawasan rawan kebakaran
hutan/lahan
1 Pembuatan zona-zona kawasan rawan
kebakaran hutan/lahan secara detail &
rencana jalur evakuasi bencana
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK BPBD
2 Identifikasi kawasan budidaya pada
kawasan rawan kebakaran hutan/lahan
sesuai dengan tingkat kerawanannya &
alternatif penanganan serta
pencegahannya
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK BPBD
3 Identifikasi faktor penyebab terjadinya
kebakaran hutan dan lahan
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK BPBD
4 Penyusunan program penanganan
bencana kebakaran hutan dan lahan
sesuai prosedur & ketentuan yang
berlaku
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK BPBD
5 Sosialisasi larangan
membuka/membersihkan lahan dengan
cara membakar
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK BPBD, BLH
IV.2-9
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
6 Sosialisasi teknis upaya pencegahan dan
penanggulangan kebakaran lahan kepada
masyarakat
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK BPBD
7 Pencegahan kebakaran hutan dan lahan
mendekati musim kemarau
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK BPBD
8 Penyediaan sarana & prasarana
pencegahan & penanggulangan
kebakaran hutan dan lahan
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBN, APBDK BPBD
9 Peningkatan kapasitas aparatur
penanganan bencana kebakaran hutan
dan lahan
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK BPBD
10 Pemantauan kawasan rawan kebakaran
hutan/lahan secara rutin & terpadu
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK BPBD
A5.3 Perwujudan Kawasan Rawan Banjir
1 Pembuatan zona-zona kawasan rawan
banjir secara detail & rencana jalur
evakuasi bencana
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK BPBD
2 Identifikasi kawasan budidaya pada
kawasan rawan banjir sesuai dengan
tingkat kerawanannya & alternatif
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK BPBD
IV.2-10
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
penanganan serta pencegahannya
3 Identifikasi faktor penyebab bahaya
banjir, seperti kerusakan kawasan
tangkapan dan resapan air pada hulu
sungai, kerusakan DAS, kawasan rawa,
cekungan dan faktor-faktor lainnya, serta
upaya penanggulangannya
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK BPBD
4 Pembangunan prasarana pengendali
banjir
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBN, APBDK BPBD, Dinas PU
5 Pengurangan resiko besaran banjir dan
kerentanan banjir
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK BPBD
6 Peningkatan kapasitas sungai Kab.
Kotawaringin
Timur
APBN, APBDK BPBD, Dinas PU
7 Perbaikan drainase Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Dinas PU
8 Persiapan menghadapi banjir Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK BPBD
IV.2-11
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
9 Penanggulangan banjir Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK BPBD
10 Pemulihan setelah banjir Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK BPBD
A5.4 Perwujudan Kawasan Rawan Abrasi
Pantai
1 Pembuatan prasarana pemecah
gelombang
Kec. Teluk
Sampit
APBN, APBDP,
APBDK
BPBD, Dinas PU
2 Penegasan batas, pengendalian &
pengamanan kawasan rawan abrasi
pantai
Kec. Teluk
Sampit
APBDK BPBD
3 Sosialisasi kawasan rawan abrasi pantai
Kec. Teluk
Sampit
APBDK BPBD
4 Relokasi permukiman pada kawasan
rawan abrasi pantai
Kec. Teluk
Sampit
APBN, APBDK BPBD
5 Reboisasi hutan mangrove
Kec. Teluk
Sampit
APBN, APBDK BPBD, BLH,
Dishutbun
6 Pengamanan obyek vital eksisting dari
bahaya abrasi
Kec. Teluk
Sampit
APBDK BPBD, Dinas PU
IV.2-12
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
A6 Perwujudan Kawasan Lindung Lainnya
A6.1 Perwujudan Kawasan Koridor Bagi
Jenis Satwa yang Dilindungi
1 Inventarisasi keberadaan habitat orang
utan & satwa dilindungi lainnya
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Dishutbun, BLH
2 Pemetaan kawasan koridor bagi jenis
satwa yang dilindungi
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Dishutbun, BLH
3 Pembuatan peraturan bupati tentang
kawasan koridor bagi jenis satwa yang
dilindungi
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Dishutbun, BLH
4 Sosialisasi habitat dan kawasan-kawasan
koridor bagi orang utan & satwa
dilindungi lainnya
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Dishutbun, BLH
5 Melakukan reboisasi kawasan koridor
bagi jenis satwa yang dilindungi dengan
tanaman yang sesuai
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBN, APBDK Dishutbun, BLH
6 Melakukan konservasi kawasan koridor
bagi jenis satwa yang dilindungi dengan
tanaman yang sesuai
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBN, APBDK Dishutbun, BLH
IV.2-13
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
7 Pengamanan kawasan-kawasan koridor
bagi jenis satwa yang dilindungi
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBN, APBDK Dishutbun, BLH,
Satpol PP
B Perwujudan Rencana Kawasan
Budidaya
B1 Perwujudan Kawasan Peruntukan
Hutan Produksi
1 Penegasan batas kawasan peruntukan
hutan produksi
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBN Kemenhut
2 Sosialisasi kawasan hutan produksi yang
terdapat di Kabupaten Kotawaringin
Timur
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Dishutbun
3 Pembentukan KPH Kab.
Kotawaringin
Timur
APBN Kemenhut,
dishutbun
4 Menjaga, mengamankan, dan melindungi
dari kegiatan pemanfaatan hutan yang
tidak sesuai ketentuan dan peraturan
yang berlaku
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBN, APBDK Dishutbun
IV.2-14
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
5 Mengawasi dan evaluasi perijinan
kegiatan pemanfaatan hutan yang
terdapat pada kawasan peruntukan
hutan produksi
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Dishutbun
6 Memanfaatkan kawasan peruntukan
hutan produksi untuk dikelola dan
dimanfaatkan oleh pemerintah daerah
dan masyarakat sesuai dengan ketentuan
dan peraturan yang berlaku
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Dishutbun
7 Melakukan reboisasi pada kawasan hutan
yang kritis
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBN, APBDK Dishutbun, BLH
B2 Perwujudan Kawasan Peruntukan
Pertanian
B2.1 Perwujudan Kawasan Peruntukan
Pertanian Tanaman Pangan
1 Penegasan batas kawasan pertanian
tanaman pangan
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Distanak
2 Intensifikasi kawasan pertanian tanaman
pangan
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Distanak
IV.2-15
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
3 Pembangunan & peningkatan sarana dan
prasarana pendukung pada kawasan
pertanian tanaman pangan
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBN, APBDP,
APBDK
Kementerian PU,
Dinas PU, Distanak
4 Pencetakan lahan sawah/ekstensifikasi Kab.
Kotawaringin
Timur
APBN, APBDK Kementerian
Pertanian, Distanak
5 Inventarisasi & pemenuhan persyaratan
kawasan pertanian tanaman pangan yang
berada pada kawasan hutan sesuai
dengan peraturan & perundangan yang
berlaku
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Distanak, Dishutbun
6 Peningkatan kualitas sumber daya
manusia petani
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Distanak
7 Penyediaan sarana dan prasarana yang
dapat mendukung pengembangan
agribisnis dalam suatu kesisteman yang
utuh dan menyeluruh, mulai dari
subsistem budidaya, subsistem agribisnis
hulu, hilir, dan jasa pendukung
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Distanak, Dinas PU
8 Penetapan kawasan yang dijadikan
sebagai lahan pertanian pangan
berkelanjutan
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Distanak
IV.2-16
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
9 Pengembangan & penerapan sistem dan
teknologi yang tepat guna & ramah
lingkungan
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Distanak
B2.2 Perwujudan Kawasan Peruntukan
Pertanian Hortikultura
1 Inventarisasi kawasan pertanian
hortikultura beserta komoditasnya secara
detail
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Distanak
2 Inventarisasi & pemenuhan persyaratan
kawasan pertanian hortikultura yang
berada pada kawasan hutan sesuai
dengan peraturan & perundangan yang
berlaku
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Distanak, Dishutbun
3 Intensifikasi pada kawasan pertanian
hortikultura
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Distanak
4 Peningkatan pemasaran dan pengolahan
produk hortikultura unggulan
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Distanak
5 Peningkatan kualitas sumber daya
manusia petani penggarap
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Distanak
IV.2-17
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
B2.3 Perwujudan Kawasan Peruntukan
Perkebunan
1 Pemetaan kawasan perkebunan
berdasarkan komoditas secara detail
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Dishutbun
2 Inventarisasi & pemenuhan persyaratan
kawasan perkebunan yang berada pada
kawasan hutan sesuai dengan peraturan
& perundangan yang berlaku
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Dishutbun
3 Inventarisasi & evaluasi perijinan
perkebunan besar swasta
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Dishutbun, Setda
4 Peningkatan sarana dan prasarana
pendukung pada area perkebunan
masyarakat
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Dishutbun
5 Intensifikasi area perkebunan
masyarakat, melalui bantuan sarana
produksi perkebunan, peningkatan
keterampilan budidaya, dan pengolahan
pasca panen
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Dishutbun
B2.4 Perwujudan Kawasan Peruntukan
Peternakan
IV.2-18
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
1 Peningkatan produksi hasil peternakan
ayam buras, itik, dan ayam pedaging
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Distanak
2 Pengembangan sentra peternakan ternak
besar (sapi dan kerbau) beserta sarana &
prasarana pendukungnya
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Distanak
3 Pengembangan sentra peternakan ternak
kecil (kambing dan domba) beserta sarana
& prasarana pendukungnya
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Distanak
4 Pengembangan kawasan integrasi
perternakan – tanaman pangan dan
hortikultura (organic farm)
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Distanak
5 Pengembangan kawasan integrasi
perternakan - perkebunan (Kelapa dalam,
karet dan kelapa sawit)
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Distanak, Dishutbun
6 Pengembangan kawasan integrasi
perternakan - perikanan
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Distanak, Dislutkan
7 Peningkatan pengetahuan, kapasitas,
dan keterampilan peternak
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Distanak
8 Pengembangan pakan ternak lokal
dengan mengandalkan hasil pertanian
Kab.
Kotawaringin
APBDK Distanak
IV.2-19
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
dan perikanan lokal Timur
B3 Perwujudan Kawasan Peruntukan
Perikanan
1 Pencetakan lahan tambak baru Kab.
Kotawaringin
Timur
APBN, APBDK Dislutkan
2 Pembangunan dan penyediaan sarana
dan prasarana pendukung pada kawasan
rencana pengembangan budi daya
tambak & keramba
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Dislutkan
3 Pemenuhan persyaratan kawasan
perikanan budidaya yang berada pada
kawasan hutan sesuai dengan peraturan
& perundangan yang berlaku
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Dislutkan,
Dishutbun
4 Peningkatan pengetahuan dan
keterampilan para petambak/budi daya
keramba
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Dislutkan
5 Penyediaan bibit perikanan
tambak/keramba yang sesuai dengan
kondisi wilayah dan nilai serta kebutuhan
pasar
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Dislutkan
6 Penyediaan sarana dan prasarana yang Kab.
Kotawaringin
APBN, APBDK Dislutkan
IV.2-20
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
mendukung untuk perikanan tangkap Timur
7 Pengembangan produksi dan pemasaran
komoditas perikanan tangkap melalui
peningkatan kerjasama kemitraan
permodalan dan pemasaran
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Dislutkan
8 Pengembangan produksi dan pemasaran
komoditas perikanan budi daya melalui
peningkatan kerjasama kemitraan
permodalan dan pemasaran
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Dislutkan
9 Peningkatan dan penyediaan sarana dan
prasarana pendukung kawasan
pengolahan ikan
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Dislutkan
10 Pembangunan Pelabuhan TPI dan fasilitas
penunjangnya
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBN, APBDK Dislutkan
11 Pengembangan minapolitan Kab.
Kotawaringin
Timur
APBN, APBDK Dislutkan
B4 Perwujudan Kawasan Peruntukan
Pertambangan
1 Inventarisasi sumberdaya mineral bahan
galian mineral, mineral non logam,
batuan, batubara, gas bumi, serta air
Kab.
Kotawaringin
APBDK Distamben
IV.2-21
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
bawah tanah, yang berpotensi untuk
dieksploitasi dalam skala ekonomi
Timur
2 Pengkajian daya dukung lingkungan
untuk ekploitasi bahan tambang dan
galian
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Distamben
3 Penyusunan profil potensi, prosedur dan
mekanisme perizinan serta rencana bisnis
(bussines plan)
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Distamben
4 Monitoring dan evaluasi kegiatan
pertambangan
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Distamben
B5 Perwujudan Kawasan Peruntukan
Industri
1 Penetapan sentra industri mikro, kecil,
dan menengah
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Disperindagsar
2 Pengawasan dan pembinaan industri
mikro, kecil dan menengah
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Disperindagsar
3 Peningkatan produksi dan pemasaran
industri mikro, kecil dan menengah
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Disperindagsar
IV.2-22
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
4 Penetapan Kawasan Industri Bagendang Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Disperindagsar
5 Pemenuhan persyaratan kawasan
industri yang berada pada kawasan hutan
sesuai dengan peraturan & perundangan
yang berlaku
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK,
Swasta
Disperindagsar,
Dishutbun, Swasta
Dishutbun
6 Penyusunan RDTR Kawasan Industri
Bagendang
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Disperindagsar
7 Pembentukan pengelola kawasan industri
Bagendang
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Disperindagsar
8 Pembangunan infrastruktur pendukung
Kawasan Industri Bagendang
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Disperindagsar
B6 Perwujudan Kawasan Peruntukan
Pariwisata
1 Penetapan rumah adat betang Tumbang
Gagu, Desa Wisata Budaya Pemantang,
dan Desa Wisata Budaya Rubung Buyung
sebagai pariwisata budaya
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Disbudpar
IV.2-23
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
2 Penetapan ekowisata Sagonta Kota,
Pantai Ujung Pandaran, Danau Burung,
Danau Buaya, dan wisata susur Sungai
Mentaya sebagai pariwisata alam
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Disbudpar
3 Penetapan Taman Kota, Taman Miniatur
Budaya, Museum Kayu sebagai pariwisata
buatan
Sampit APBDK Disbudpar
4 Pengurusan IUPJL pemanfaatan hutan
produksi (Danau burung di Kec. Teluk
Sampit & Danau Buaya di Kec. Mentaya
Hilir Selatan) sebagai wisata alam ke
Kementerian Kehutanan
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Disbudpar,
Dishutbun
5 Pembangunan sarana prasarana
pendukung pada kawasan pariwisata
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Disbudpar, Dinas PU
6 Pembangunan akses menuju oyek wisata APBDK Disbudpar, Dinas PU
7 Pembentukan pusat informasi pariwisata
terpadu dan sistem informasi manajemen
promosi pariwisata daerah
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Disbudpar
8 Peningkatan promosi dan investasi
kepariwisataan
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Disbudpar
IV.2-24
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
9
Pemeliharaan dan penataan obyek wisata
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Disbudpar, Dinas PU
B7 Perwujudan Kawasan Peruntukan
Permukiman
1 Inventarisasi secara detail kawasan
permukiman eksisting dan kawasan siap
bangun
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Dinas PU,
Dispertasih
2 Pemenuhan persyaratan kawasan
permukiman yang berada pada kawasan
hutan sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Dinas PU,
Dispertasih
3 Pembangunan dan pengembangan sarana
dan prasarana permukiman
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBN, APBDP,
APBDK
Dinas PU,
Dispertasih
4 Peningkatan fasilitas pelayanan
pendidikan
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBN, APBDK,
Swasta
Disdik, Kemenag,
Swasta
5 Peningkatan fasilitas pelayanan
kesehatan
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBN, APBDK,
Swasta
RSUD, Dinkes,
Swasta
6 Peningkatan fasilitas pelayanan Kab.
Kotawaringin
APBDK, Disperindagsar,
IV.2-25
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
perdagangan dan jasa Timur Swasta Swasta
7 Peningkatan fasilitas pelayanan
pertahanan & keamanan
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBN TNI, Polri
8 Identifikasi kebutuhan perumahan dan
penyediaan perumahan melalui bantuan
pemerintah dan pembangunan
perumahan swadaya
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBN, APBDK,
Swasta
Dinas PU,
Dispertasih
9 Identifikasi dan inventarisasi bangunan
permukiman yang berada pada kawasan
sempadan sungai/kawasan lindung dan
kemungkinan penataan atau relokasinya
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Dinas PU,
Dispertasih
B8 Perwujudan Kawasan Peruntukan
Lainnya
1 Peningkatan fasilitas kawasan
pertahanan dan keamanan
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBN TNI, Polri
2 Peningkatan perlindungan dan pelayanan
kawasan pertahanan dan keamanan
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBN TNI, Polri
3 Peningkatan kualitas fasilitas dan
pelayanan kawasan pendidikan
Kab.
Kotawaringin
APBN, APBDK,
Swasta
Disdik, Dinkes,
Kemenag, Swasta
IV.2-26
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
Timur
4 Peningkatan kualitas fasilitas dan
pelayanan kawasan kesehatan
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBN, APBDK,
Swasta
Dinkes, Swasta
5 Pembuatan peraturan daerah tentang
kawasan peruntukan budidaya sarang
walet
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Setda, Dispertasih
6 Inventarisasi keberadaan bangunan
sarang walet yang terdapat di kawasan
permukiman, khususnya permukiman
perkotaan
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Dispertasih
7 Inventarisasi tanah-tanah adat di
Kabupaten Kotawaringin Timur
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK Setda
IV.2-27
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
C Perwujudan Rencana Kawasan yang
Belum ditetapkan Perubahan
Peruntukan Ruangnya
1 Pemenuhan prosedur kawasan yang
belum ditetapkan perubahan peruntukan
ruangnya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
Kab.
Kotawaringin
Timur
APBDK,
Swasta
Dishutbun, Swasta
BUPATI KOTAWARINGIN TIMUR
ttd
SUPIAN HADI
Salinan Sesuai Dengan Aslinya
KABAG HUKUM SETDA KAB. KOTIM,
CHAIRUL HUDA EKO YULIANTO, SH
NIP. 19620701 198903 1 014
IV.3-1
LAMPIRAN IV.3 : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR NOMOR : 5
TANGGAL : 30 JUNI 2015 TENTANG : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR TAHUN 2015 – 2035
TABEL 3. INDIKASI PROGRAM UTAMA PERWUJUDAN RENCANA KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
A Perwujudan Rencana Kawasan Strategis
Kabupaten
A1 Perwujudan Kawasan Perkotaan Sampit
1 Penyusunan RDTR Kota Sampit Sampit APBDK Dinas PU
2 Penyusunan RTBL Kota Sampit Sampit APBDK Dinas PU
3 Penyusunan rencana-rencana induk
lainnya
Sampit APBDK Dinas PU,
Dispertasih, Bappeda
4 Peningkatan kualitas dan fasilitas
pelayanan perkantoran pemerintah,
terutama yang berskala regional
Sampit APBDK Pemerintah
Kabupaten
5 Peningkatan kualitas dan fasilitas
pelayanan pendidikan, terutama
pendidikan tinggi
Sampit APBN, APBDK,
Swasta
Disdik, Dinkes,
Kemenag, Swasta
6 Peningkatan kualitas dan fasilitas
pelayanan kesehatan, terutama rumah
Sampit APBN, APBDK, RSUD, Dinkes,
SALINAN
IV.3-2
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
sakit Dr. Murdjani yang berskala
regional
Swasta Swasta
7 Pengembangan fasilitas perdagangan
dan jasa, terutama yang berskala
regional
Sampit APBDK,
Swasta
Disperindagsar,
Swasta
8 Peningkatan kualitas dan fasilitas
pelayanan transportasi, terutama yang
berskala regional
Sampit APBN, APBDK,
Swasta
Dishubkominfo,
Swasta
9 Pembangunan & pengembangan Islamic
Center
Sampit APBDK Dinas PU, Setda
10 Pembangunan perumahan baik oleh
pemerintah daerah, swasta, maupun
swadaya masyarakat
Sampit APBN, APBDK,
Swasta
Dispertasih, Swasta
11 Pengembangan pariwisata Sampit APBDK,
Swasta
Disbudpar, Swasta
12 Pembangunan dan pengembangan sport
center, tempat hiburan, dan sarana
olah raga lainnya
Sampit APBDK,
Swasta
Dinas PU, Dispora,
Disbudpar, Swasta
13 Pembangunan dan peningkatan sarana
& prasarana pendukung lainnya
Sampit APBN, APBDP,
APBDK
Dinas PU,
Dishubkominfo,
Dispertasih
IV.3-3
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
A2 Perwujudan Kawasan Industri
pengolahan
1 Penetapan kawasan industri Bagendang Kawasan
Industri
Bagendang
APBDK Disperindagsar
2 Pemenuhan persyaratan kawasan
industri Bagendang yang berada pada
kawasan hutan sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku
Kawasan
Industri
Bagendang
APBDK,
Swasta
Disperindagsar,
Dishutbun, Swasta
3 Pembentukan pengelola kawasan industri
Bagendang
Kawasan
Industri
Bagendang
APBDK Disperindagsar
4 Pembangunan sarana dan prasarana
pendukung kawasan industri Bagendang
Kawasan
Industri
Bagendang
APBDK Dinas PU,
Dishubkominfo
5 Pengalokasian kegiatan industri yang
wajib berada pada kawasan industri
Bagendang
Kawasan
Industri
Bagendang
APBDK Disperindagsar,
Setda
A3 Perwujudan Kawasan Agropolitan
1 Penetapan kawasan agropolitan di
Kecamatan Teluk Sampit
Kec. Teluk
Sampit
APBDK Distanak
IV.3-4
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
2 Penyusunan master plan kawasan
agropolitan di Kecamatan Teluk Sampit
Kec. Teluk
Sampit
APBDK Distanak
3 Realisasi peningkatan produktivitas lahan
pertanian eksisting di Kecamatan Teluk
Sampit dan sekitarnya
Kec. Teluk
Sampit
APBDK Distanak
4 Realisasi pembukaan lahan baru untuk
pertanian di Kecamatan Teluk Sampit dan
sekitarnya
Kec. Teluk
Sampit
APBN, APBDK Distanak
5 Pembangunan dan peningkatan sarana
dan prasarana penunjang kawasan
agropolitan
Kec. Teluk
Sampit
APBN, APBDP,
APBDK
Dinas PU,
Dishubkominfo,
Distanak
A4 Perwujudan Kawasan Pesisir Pantai
Ujung Pandaran
1 Penyusunan site plan kawasan wisata
Pantai Ujung Pandaran
Ujung
Pandaran
APBDK Disbudpar
2 Penataan kawasan wisata Pantai Ujung
Pandaran
Ujung
Pandaran
APBDK Disbudpar, Dinas PU
3 Pembangunan sarana dan prasarana
pendukung
Ujung
Pandaran
APBDK Disbudpar, Dinas PU
4 Peningkatan promosi secara intensif
Ujung
Pandaran
APBDK Disbudpar
IV.3-5
Salinan Sesuai Dengan Aslinya
KABAG HUKUM SETDA KAB.
KOTIM,
CHAIRUL HUDA EKO YULIANTO, SH
NIP. 19620701 198903 1 014
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Tahap I Tahap
II
Tahap
III
Tahap
IV
2015 2016 2017 2018 2019
5 Penggalangan investor untuk
berinvestasi dalam penyediaan fasilitas
atau pengelolaannya
Ujung
Pandaran
APBDK Disbudpar
6 Pelaksanaan kegiatan budaya (Simah
Laut dan lain-lain) dan perkemahan
secara rutin di kawasan pesisir Pantai
Ujung Pandaran
Ujung
Pandaran
APBDK Disbudpar
7 Pengelolaan kawasan pesisir Pantai
Ujung Pandaran secara baik dan benar
dengan tetap memperhatikan aspek
kelestarian lingkungan hidup, dengan
melibatkan peran aktif masyarakat
setempat
Ujung
Pandaran
APBDK Disbudpar, BLH
BUPATI KOTAWARINGIN TIMUR
ttd
SUPIAN HADI
V-1
LAMPIRAN V : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR NOMOR : 5
TANGGAL : 30 JUNI 2015 TENTANG : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR TAHUN 2015 – 2035
TABEL 1. KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI WILAYAH KABUPATEN
Zona Berdasarkan Pola Ruang
Wilayah Kabupaten
Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
Rencana Kawasan Lindung
A1. Kawasan Hutan Lindung
- Kawasan hutan lindung Kawasan hutan yang memiliki sifat
khas yang mampu memberikan
perlindungan kepada kawasan
sekitarnya maupun kawasan
bawahannya sebagai pengatur tata
air, pencegah banjir dan erosi serta
memelihara kesuburan tanah
- Kegiatan yang diperbolehkan meliputi :
a. kegiatan penelitian & pengembangan ilmu pengetahuan
b. kegiatan pendidikan & kesadartahuan konservasi alam
c. kegiatan pengamanan erosi & sedimentasi
d. kegiatan pariwisata alam
e. penyimpanan dan/atau penyerapan karbon, pemanfaatan air,
energi air, panas, dan angin dengan menjaga fungsi hidrologis
tanah untuk menjamin ketersediaan unsur hara tanah, air
tanah, dan air permukaan
f. pemanfaatan sumber plasma nutfah penunjang budidaya
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi :
a. kegiatan penambangan metode penambangan bawah tanah
b. pemanfaatan tradisional oleh masyarakat setempat yang dapat
berupa kegiatan pemungutan hasil hutan bukan kayu,budidaya
tradisional sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan
yang berlaku
- Kegitan yang tidak diperbolehkan meliputi :
a. kegiatan yang mengubah dan/atau merusak ekosistem asli
kawasan hutan lindung
b. kegiatan yang berpotensi mengurangi luas kawasan hutan
Di bawah pengawasan
ketat secara teknis oleh
instansi terkait yang
berwenang dan disesuaikan
dengan ketentuan
peraturan perundangan
yang berlaku
SALINAN
V-2
Zona Berdasarkan Pola Ruang
Wilayah Kabupaten
Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
lindung & tutupan vegetasi
c. kegiatan yang menghilangkan ruang yang cukup bagi
peresapan air hujan
A2. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya
- Kawasan resapan air Kawasan yang memiliki
kemampuan tinggi meresapkan air
hujan, sehingga merupakan tempat
pengisian air bumi (akuiver) yang
berguna sebagai penyedia sumber
air tanah dan penanggulangan
banjir
- Kegiatan yang diperbolehkan meliputi :
a. kegiatan penelitian & pengembangan ilmu pengetahuan
b. kegiatan pariwisata alam
c. pemanfaatan kawasan berupa hutan dengan tegakan tanaman
yang mempunyai perakaran dan mampu menyimpan potensi air
tanah
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi :
a. kegiatan budidaya tidak terbangun secara terbatas yang
memiliki kemampuan tinggi dalam menahan limpasan air hujan
b. kegiatan budidaya secara terbatas dengan penggunaan metode
& teknologi yang tidak akan mengganggu bentang alam &
fungsi resapan air
c. kegiatan budidaya terbangun secara terbatas yang diajukan
ijinnya
d. kegiatan budidaya terbangun yang sudah terbangun sebelum
kawasan ini ditetapkan sebagai kawasan lindung resapan air
- Kegitan yang tidak diperbolehkan meliputi :
a. kegiatan yang mengganggu fungsi resapan air
b. kegiatan yang merusak bentang alam
- Budidaya terbangun yang sudah terbangun di dalam kawasan
resapan air sebelum ditetapkan sebagai kawasan lindung masih
diperkenankan namun harus memenuhi syarat:
a. tingkat kerapatan bangunan rendah (KDB maksimum 20%, dan
KLB maksimum 40%)
b. perkerasan permukaan menggunakan bahan yang memiliki
daya serap air tinggi
c. wajib dibangun sumur-sumur resapan sesuai ketentuan yang
- Kegiatan yang
diperbolehkan dengan
syarat harus memenuhi
persyaratan wajib
AMDAL
V-3
Zona Berdasarkan Pola Ruang
Wilayah Kabupaten
Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
berlaku
- Penerapan prinsip zero delta Q policy terhadap setiap kegiatan
budidaya terbangun yang diajukan izinnya
A3. Kawasan Perlindungan Setempat
- Kawasan sempadan
pantai
Daratan sepanjang tepian laut
dengan jarak paling sedikit 100
(seratus) meter dari titik pasang air
laut tertinggi ke arah darat yang
mempunyai manfaat penting untuk
menjaga kelestarian fungsi pantai
- Kegiatan yang diperbolehkan meliputi :
a. pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau
b. kegiatan pariwisata alam
c. pengembangan struktur alami dan struktur buatan untuk
mencegah abrasi
d. kegiatan pengendalian kualitas air dan konservasi lingkungan
pesisir
e. pengamanan sempadan pantai sebagai ruang publik
f. kegiatan pengamatan cuaca dan iklim
g. kepentingan pertahanan dan keamanan negara
h. pendirian bangunan untuk kepentingan pemantauan ancaman
bencana alam
i. penentuan lokasi dan jalur evakuasi bencana
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat yaitu kegiatan
pelabuhan/transportasi air, pendirian bangunan penunjang
rekreasi pantai, dan kegiatan lain yang tidak mengganggu fungsi
sempadan pantai sebagai kawasan perlindungan setempat
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi :
a. semua jenis kegiatan yang dapat menurunkan luas, nilai
ekologis, dan estetika kawasan
b. kegiatan yang mengganggu bentang alam, kecuali yang
dimaksudkan bagi kepentingan umum yang terkait langsung
dengan ekosistem laut
c. kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai
d. kegiatan yang mengganggu akses terhadap kawasan sempadan
pantai serta menghalangi/menutup ruang dan jalur evakuasi
Kegiatan yang
diperbolehkan dengan
syarat harus memenuhi
persyaratan wajib
AMDAL/kelayakan
lingkungan
V-4
Zona Berdasarkan Pola Ruang
Wilayah Kabupaten
Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
bencana
- Kawasan sempadan
sungai
Kawasan sepanjang kiri-kanan
sungai, termasuk sungai
buatan/kanal/saluran irigasi
primer yang mempunyai manfaat
penting untuk mempertahankan
kelestarian fungsi sungai
- Kegiatan yang diperbolehkan meliputi :
a. pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau
b. pembangunan & pemeliharaan bangunan pengelolaan air dan
atau pemanfaatan air
c. pemasangan jaringan kabel listrik, kabel telepon, dan pipa air
minum
d. pembangunan penunjang sistem prasarana kota atau
permukiman
e. penyediaan lokasi dan jalur evakuasi bencana
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi :
a. pembangunan prasarana lalu lintas air
b. kegiatan budidaya pertanian yang tidak mengurangi kekuatan
struktur tanah, dan tidak berpotensi mengakibatkan kerusakan
dan penurunan kualitas sungai, serta tidak mengganggu fungsi
sungai
c. kegiatan lain selain kegiatan yang disebutkan di atas yang tidak
mengganggu fungsi sempadan sungai sebagai kawasan
perlindungan setempat antara lain kegiatan pemasangan
reklame dan papan pengumuman, pendirian bangunan yang
dibatasi hanya untuk penunjang kegiatan rekreasi & wisata,
jalan inspeksi dan bangunan pengawas ketinggian air sungai
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi :
a. kegiatan yang mengubah bentang alam serta mengganggu
kesuburan dan keawetan tanah
b. kegiatan yang mengganggu fungsi hidrologi dan hidraulis
c. kegiatan yang mengganggu kelestarian flora dan fauna serta
fungsi lingkungan hidup
d. kegiatan yang menghalangi dan/atau menutup ruang dan jalur
evakuasi bencana
Kegiatan yang
diperbolehkan dengan
syarat harus memenuhi
persyaratan wajib
AMDAL/kelayakan
lingkungan dan ketentuan
peraturan perundangan
yang berlaku
V-5
Zona Berdasarkan Pola Ruang
Wilayah Kabupaten
Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
e. seluruh kegiatan dan bangunan yang mengancam kerusakan
dan menurunkan kualitas sungai, serta mengganggu fungsi
sungai
- Kawasan sekitar
danau/bendungan
Kawasan di sekeliling
danau/bendungan yang
mempunyai manfaat penting untuk
menjaga dan mempertahankan
kelestarian fungsi
danau/bendungan
- Kegiatan yang diperbolehkan meliputi :
a. pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau
b. pembangunan & pemeliharaan bangunan pengelolaan air dan
atau pemanfaatan air
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi :
a. kegiatan penunjang kegiatan perikanan
b. pembangunan prasarana wilayah dan utilitas lainnya
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi :
a. kegiatan pemanfaatan ruang yang mengganggu bentang alam,
mengganggu kesuburan dan keawetan tanah, fungsi hidrologi dan
hidraulis, kelestarian flora dan fauna, serta kelestarian fungsi
lingkungan hidup
b. kegiatan yang menyebabkan penurunan kualitas air danau/
bendungan, menyebabkan penurunan kondisi fisik kawasan
sekitar danau dan bendungan, serta mengganggu debit air
Kegiatan yang
diperbolehkan dengan
syarat harus sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku
dan tidak mengakibatkan
perkembangan pemanfaatan
ruang budidaya pada
kawasan tersebut
- Kawasan lindung
spiritual
Kawasan yang dikeramatkan atau
disakralkan oleh masyarakat
setempat dan terkadang dijadikan
sebagai tempat upacara
adat/keagamaan
- Kegiatan yang diperbolehkan meliputi :
a. pembangunan bangunan pendukung kegiatan adat/keagamaan
masyarakat setempat
b. kegiatan penanaman dengan tanaman yang mempunyai
perakaran dan mampu menyimpan potensi air tanah &
pencegah longsor atau erosi
c. kegiatan keagaman dan acara adat
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat yaitu kegiatan lain
selain yang disebutkan di atas secara terbatas yang tidak
mengganggu fungsi & kelestarian kawasan lindung spritual
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi :
a. pemanfaatan ruang dan/atau kegiatan yang dapat merusak atau
mengganggu nilai spiritual setempat
- Kawasan lindung
spritual yang berada
pada kawasan hutan
berdasarkan peraturan
perundangan yang
berlaku di bidang
kehutanan harus
mengikuti ketentuan
yang berlaku
- Pengaturan &
pengelolaan kawasan
lindung spiritual
menerapkan tata cara &
V-6
Zona Berdasarkan Pola Ruang
Wilayah Kabupaten
Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
b. penebangan atau perusakan hutan di kawasan lindung spiritual
c. kegiatan yang mengubah bentang alam
hukum adat serta
sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundangan yang
berlaku
- Kawasan ruang terbuka
hijau kota/perkotaan
Area memanjang atau jalur
dan/atau
mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat
terbuka, tempat tumbuh tanaman,
baik yang tumbuh secara
alamiah maupun yang sengaja
ditanam
- Kegiatan yang diperbolehkan meliputi :
a. Hutan kota dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pariwisata
alam, rekreasi dan atau olah raga, penelitian dan
pengembangan; pendidikan, dan atau budidaya hasil hutan
bukan kayu
b. penanaman vegetasi sesuai fungsi dan peran RTH
c. peningkatan dan pengembangan pola vegetasi yang ada,
terutama yang memiliki nilai penting lainnya
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi :
a. pembangunan bangunan penunjang kegiatan rekreasi dan
fasilitas umum lainnya
b. pemasangan papan reklame dan papan pengumuman
c. pengembangan jaringan utilitas
d. kegiatan lain selain kegiatan yang disebutkan di atas yang tidak
mengakibatkan terganggunya fungsi RTH, kerusakan RTH
dan/atau pengurangan luas RTH sebagai kawasan
perlindungan setempat
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi :
a. penebangan pohon di kawasan ini tanpa seizin instansi yang
berwenang
b. kegiatan yang mengganggu fungsi RTH
c. kegiatan yang mengakibatkan kerusakan dan/atau
pengurangan luas RTH
Kegiatan yang
diperbolehkan dengan
syarat harus sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku
dengan tetap menjaga
fungsi, daya dukung, dan
estetika kawasan
A4. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya
- Kawasan taman hutan Kawasan pelestarian yang terutama
dimanfaatkan untuk tujuan koleksi
- Kegiatan yang diperbolehkan meliputi :
a. kegiatan penelitian, pendidikan, dan wisata alam
V-7
Zona Berdasarkan Pola Ruang
Wilayah Kabupaten
Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
raya tumbuhan dan/atausatwa alami
atau buatan, jenis asli dan/atau
bukan asli
b. pembangunan penunjang kegiatan penelitian, pendidikan, dan
wisata alam
c. penanaman vegetasi sesuai dengan fungsi dan peran kawasan
taman hutan raya
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan lain
selain kegiatan yang disebutkan di atas yang tidak mengakibatkan
kerusakan, terganggunya koleksi tumbuhan dan satwa, luasan,
serta fungsi taman hutan raya sebagai kawasan suaka alam,
pelestarian alam dan cagar budaya
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi :
a. kegiatan yang dapat merusak atau mengganggu koleksi
tumbuhan dan satwa baik yang bersifat alami maupun buatan,
yang asli dan bukan asli
b. kegiatan yang mengganggu/merusak bentang alam
c. kegiatan yang mengakibatkan kerusakan dan/atau pengurangan
luas kawasan taman hutan raya
- Kawasan cagar budaya
dan ilmu pengetahuan
Kawasan yang merupakan lokasi
bangunan sebagai hasil budaya
manusia yang bernilai tinggi yang
dimanfaatkan untuk pelestarian
sejarah, kebudayaan, dan
pengembangan ilmu pengetahuan
- Kegiatan yang diperbolehkan meliputi :
a. kegiatan penelitian, pendidikan, dan pariwisata
b. kegiatan revitalisasi & rehabilitasi yang tidak merubah nilai,
arsitektur dan fungsi
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan lain
selain kegiatan yang disebutkan di atas yang tidak mengakibatkan
terganggunya kelestarian dan fungsi cagar budaya dan ilmu
pengetahuan sebagai kawasan suaka alam, pelestarian alam dan
cagar budaya
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi :
a. kegiatan yang merusak bangunan peninggalan sejarah dan
bangunan adat bersejarah
b. mengalihfungsikan bangunan
c. kegiatan yang mengubah bangunan
V-8
Zona Berdasarkan Pola Ruang
Wilayah Kabupaten
Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
d. kegiatan yang mengganggu kelestarian lingkungan di sekitar
bangunan peninggalan sejarah dan bangunan adat bersejarah
A5. Kawasan Rawan Bencana Alam
- Kawasan rawan tanah
longsor
Kawasan berbentuk lereng yang
rawan terhadap perpindahan
material pembentuk lereng berupa
batuan, bahan rombakan, tanah,
atau material campuran
- Kegiatan yang diperbolehkan meliputi :
a. kegiatan konservasi dan penelitian
b. kegiatan pengendalian dan pencegahan longsor
c. kenentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman
penduduk
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi :
a. kegiatan budidaya secara terbatas seperti pertanian,
perkebunan, dan kehutanan dengan jenis tanaman yang
mampu mengurangi resiko bencana tanah longsor dan
disesuaikan dengan tingkat kerawanannya
b. pendirian bangunan untuk kepentingan pemantauan bencana
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi :
a. kegiatan yang berpotensi mengakibatkan terjadinya longsor
b. pengembangan permukiman
c. penebangan pohon pada kawasan ini
d. pembangunan obyek-obyek vital/strategis
- Kawasan rawan
kebakaran hutan/lahan
Kawasan yang diidentifikasikan
sering dan/atau berpotensi tinggi
mengalami bencana kebakaran
hutan dan lahan
- Kegiatan yang diperbolehkan meliputi :
a. kegiatan budidaya pada kawasan dengan tingkat kerawanan
rendah hingga sedang dengan penerapan sistem mitigasi
bencana yang tepat disertai dengan sistem pencegahan dan
penanganan yang baik
b. pembangunan prasarana penunjang untuk mengurangi resiko
bencana alam dan pemasangan sitem peringatan dini (early
warning system)
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi :
a. kegiatan budidaya pada kawasan dengan tingkat kerawanan
tinggi, dengan kewajiban untuk penyediaan peralatan
penanggulangan kebakaran didukung dengan sumber daya
V-9
Zona Berdasarkan Pola Ruang
Wilayah Kabupaten
Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
manusia yang memadai
b. kegiatan budidaya perkebunan besar, dengan syarat harus
menjaga dan mencegah terjadinya kebakaran. Selain itu
berkewajiban menanggulangi kebakaran yang terjadi pada
wilayahnya maupun di sekitar area perijinannya
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi :
a. pembukaan lahan untuk kegiatan budidaya dengan cara
dibakar
b. kegiatan yang berpotensi menimbulkan kebakaran hutan/lahan
tanpa disertai dukungan peralatan penaggulangan kebakaran
dan sumberdaya manusia yang memadai
c. pembangunan obyek-obyek vital/strategis pada kawasan
dengan tingkat kerawanan tinggi tanpa disertai dukungan
peralatan penanggulangan kebakaran dan sumberdaya
manusia yang memadai
- Kawasan rawan banjir Kawasan yang diidentifikasikan
sering dan/atau berpotensi tinggi
mengalami bencana alam banjir
- Kegiatan yang diperbolehkan meliputi :
a. pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau pada kawasan
dengan tingkat kerawanan sedang hingga tinggi
b. kegiatan konservasi
c. pembangunan prasarana penunjang untuk mengurangi resiko
bencana alam dan pemasangan sitem peringatan dini (early
warning system)
d. penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman
penduduk
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi :
a. kegiatan budidaya dengan metode yang sesuai secara teknis
pada kawasan dengan tingkat kerawanan sedang
b. kegiatan budidaya selain kegiatan pengembangan permukiman
dengan metode yang sesuai secara teknis pada kawasan dengan
tingkat kerawanan tinggi
c. kegiatan permukiman dengan rekayasa teknis dan sistem
pengaturan pengendalian banjir yang memadai pada kawasan
V-10
Zona Berdasarkan Pola Ruang
Wilayah Kabupaten
Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
dengan tingkat kerawanan sedang
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi :
a. pembangunan obyek-obyek vital/strategis pada kawasan
dengan tingkat kerawanan tinggi
b. kegiatan yang berpotensi merusak sistem pengendalian banjir
c. pengembangan permukiman pada kawasan dengan tingkat
kerawanan tinggi
- Kawasan rawan abrasi
pantai
Kawasan yang ditetapkan dengan
kriteria pantai yang berpotensi
dan/atau pernah mengalami abrasi
- Kegiatan yang diperbolehkan meliputi :
a. pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau
b. reboisasi tanaman mangrove dan sejenisnya yang sesuai
dengan karakter setempat dan mempunyai fungsi sebagai
pencegah abrasi
c. pengembangan struktur alami dan struktur buatan untuk
mencegah abrasi
d. rekayasa konstruksi melalui pembuatan berbagai bangunan
pemecah ombak, tanggul dan kanal limpasan
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat yaitu kegiatan
pariwisata alam yang dilengkapi dengan mitigasi kebencanaan
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi :
a. kegiatan budidaya baik terbangun maupun tidak terbangun
b. pengembangan permukiman
c. pembangunan obyek-obyek vital/strategis
A6. Kawasan Lindung Lainnya
- Kawasan koridor bagi
jenis satwa yang
dilindungi
Kawasan yang menjadi daerah
perlindungan bagi habitat orang
utan dan hewan dilindungi lainnya
- Kegiatan yang diperbolehkan meliputi :
a. konservasi kawasan
b. reboisasi kawasan dengan tanaman yang sesuai dengan habitat
satwa yang dilindungi
c. perluasan kawasan koridor
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi :
a. ekowisata secara terbatas
b. kegiatan penelitian dan pendidikan
- Penentuan lokasi yang
menjadi kawasan
koridor bagi satwa yang
dilindungi dilakukan
berdasarkan laporan-
laporan dan hasil survei
yang membuktikan
keberadaan habitat
V-11
Zona Berdasarkan Pola Ruang
Wilayah Kabupaten
Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi :
a. penghambatan/penutupan akses pergerakan satwa yang
dilindungi
b. kegiatan yang berpotensi mengganggu habitat satwa yang
dilindungi
c. kegiatan yang berpotensi mengurangi luasan kawasan koridor
d. kegiatan yang berpotensi merusak ekosistem kawasan koridor
satwa yang dilindungi
pada suatu kawasan
budidaya atau kawasan
lindung tertentu, yang
nantinya akan diatur
lebih lanjut dengan
Peraturan Bupati terkait
mekanisme dan teknis
perencanaan
kawasannya sesuai
dengan ketentuan
peraturan perundangan
yang berlaku
- Di bawah pengawasan
ketat secara teknis oleh
instansi terkait yang
berwenang dan
disesuaikan dengan
ketentuan peraturan
perundangan yang
berlaku
Rencana Kawasan Budidaya
B1. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
- Kawasan hutan produksi
terbatas (HPT)
Kawasan hutan dengan faktor-
faktor kelas lereng, jenis tanah, dan
intensitas hujan setelah masing-
masing dikalikan dengan angka
penimbang mempunyai jumlah
nilai antara 125-174, di luar
kawasan lindung, hutan suaka
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi :
a. penggunaan kawasan hutan produksi terbatas untuk
pemanfaatan ruang di luar kegiatan kehutanan
b. pemanfaatan ruang di luar kegiatan kehutanan yang bersifat
permanen
c. kegiatan pemanfaatan hutan yang mencakup pemanfaatan
kawasan, jasa lingkungan, pemanfaatan hasil hutan kayu,
Kriteria dan ketentuan
kegiatan yang
diperbolehkan dengan
syarat, harus mengikuti
ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku
V-12
Zona Berdasarkan Pola Ruang
Wilayah Kabupaten
Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
alam, hutan pelestarian alam, dan
taman buru
usaha pemanfaatan hasil hutan bukan kayu, pemungutan hasil
hutan kayu, pemungutan hasil hutan bukan kayu
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi :
a. penggunaan kawasan untuk pemanfaatan ruang di luar
kegiatan kehutanan tanpa mengikuti ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku di bidang kehutanan
b. pemanfaatan ruang di luar kegiatan kehutanan yang bersifat
permanen tanpa mengikuti ketentuan peraturan perundangan
yang berlaku di bidang kehutanan
c. kegiatan pemanfaatan hutan tanpa mengikuti ketentuan
peraturan perundangan yang berlaku di bidang kehutanan
d. melakukan kegiatan fisik sebelum memperoleh perijinan dari
Kementerian Kehutanan
di bidang kehutanan
- Kawasan hutan produksi
tetap (HP)
Kawasan hutan dengan faktor-
faktor kelas lereng, jenis tanah, dan
intensitas hujan setelah masing-
masing dikalikan dengan angka
penimbang mempunyai jumlah
nilai dibawah 125, di luar kawasan
lindung, hutan suaka alam, hutan
pelestarian alam, dan taman buru
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi :
a. penggunaan kawasan hutan produksi tetap untuk pemanfaatan
ruang di luar kegiatan kehutanan
b. pemanfaatan ruang di luar kegiatan kehutanan yang bersifat
permanen
c. kegiatan pemanfaatan hutan yang mencakup pemanfaatan
kawasan, jasa lingkungan, pemanfaatan hasil hutan kayu,
usaha pemanfaatan hasil hutan bukan kayu, pemungutan hasil
hutan kayu, pemungutan hasil hutan bukan kayu
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi :
a. penggunaan kawasan untuk pemanfaatan ruang di luar
kegiatan kehutanan tanpa mengikuti ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku di bidang kehutanan
b. pemanfaatan ruang di luar kegiatan kehutanan yang bersifat
permanen tanpa mengikuti ketentuan peraturan perundangan
yang berlaku di bidang kehutanan
c. kegiatan pemanfaatan hutan tanpa mengikuti ketentuan
peraturan perundangan yang berlaku di bidang kehutanan
d. melakukan kegiatan fisik sebelum memperoleh perijinan dari
Kriteria dan ketentuan
kegiatan yang
diperbolehkan dengan
syarat, harus mengikuti
ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku
di bidang kehutanan
V-13
Zona Berdasarkan Pola Ruang
Wilayah Kabupaten
Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
Kementerian Kehutanan
- Kawasan hutan produksi
yang dapat dikonversi
(HPK)
Kawasan hutan yang secara ruang
dicadangkan untuk digunakan bagi
pembangunan di luar kegiatan
kehutanan
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi :
a. penggunaan kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi
untuk pemanfaatan ruang di luar kegiatan kehutanan
b. pemanfaatan ruang di luar kegiatan kehutanan yang bersifat
permanen
c. kegiatan pemanfaatan hutan yang mencakup pemanfaatan
kawasan, jasa lingkungan, pemanfaatan hasil hutan kayu,
usaha pemanfaatan hasil hutan bukan kayu, pemungutan hasil
hutan kayu, pemungutan hasil hutan bukan kayu
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi :
a. penggunaan kawasan untuk pemanfaatan ruang di luar
kegiatan kehutanan tanpa mengikuti ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku di bidang kehutanan
b. pemanfaatan ruang di luar kegiatan kehutanan yang bersifat
permanen tanpa mengikuti ketentuan peraturan perundangan
yang berlaku di bidang kehutanan
c. kegiatan pemanfaatan hutan tanpa mengikuti ketentuan
peraturan perundangan yang berlaku di bidang kehutanan
d. melakukan kegiatan fisik sebelum memperoleh perijinan dari
Kementerian Kehutanan
Kriteria dan ketentuan
kegiatan yang
diperbolehkan dengan
syarat, harus mengikuti
ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku
di bidang kehutanan
B2. Kawasan Peruntukan Pertanian
- Kawasan pertanian
tanaman pangan
Kawasan lahan basah berinigasi,
rawa pasang surut dan lebak dan
lahan basah tidak benirigasi serta
lahan kering potensial untuk
pemanfaatan dan pengembangan
tanaman pangan
- Kegiatan yang diperbolehkan meliputi :
a. kegiatan pencetakan lahan, operasional, kegiatan penunjang
operasional, dan peningkatan produktivitas pertanian tanaman
pangan
b. kegiatan permukiman pedesaan pada kawasan pertanian
tanaman pangan non irigasi teknis dan lahan kering khususnya
bagi penduduk yang bekerja di sektor pertanian
c. pembangunan sarana dan prasarana pendukung kegiatan
pertanian tanaman pangan
V-14
Zona Berdasarkan Pola Ruang
Wilayah Kabupaten
Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
d. pengembangan terpadu dengan perikanan budidaya dalam
sistem rotasi
e. pengembangan kawasan integrasi perternakan – pertanian
tanaman pangan (organic farm)
f. pengembangan pertanian hortikultura secara terbatas pada
pertanian tanaman pangan lahan kering
g. kegiatan penelitian dan pendidikan
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan lain
selain kegiatan yang disebutkan di atas secara terbatas dan
selektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi :
a. alih fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B)
b. pengolahan lahan yang mengabaikan kelestarian lingkungan
c. pemborosan penggunaan air
d. kegiatan yang mengganggu atau merusak sarana dan prasarana
pendukung kegiatan pertanian tanaman pangan
- Kawasan pertanian
hortikultura
Kawasan lahan kering/basah
potensial untuk pemanfaatan dan
pengembangan tanaman
hortikultura secara monokultur
maupun tumpang sari
- Kegiatan yang diperbolehkan meliputi :
a. kegiatan pembukaan lahan, operasional, kegiatan penunjang
operasional, dan peningkatan produktivitas pertanian
hortikultura
b. pembangunan sarana dan prasarana pendukung kegiatan
pertanian hortikultura
c. kegiatan permukiman penduduk setempat
d. pengembangan kawasan integrasi perternakan – pertanian
hortikultura
e. kegiatan penelitian dan pendidikan
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan lain
selain kegiatan yang disebutkan di atas secara terbatas dan
selektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi :
a. pengolahan lahan yang mengabaikan kelestarian lingkungan
b. pemborosan penggunaan air
V-15
Zona Berdasarkan Pola Ruang
Wilayah Kabupaten
Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
c. kegiatan yang mengganggu atau merusak sarana dan prasarana
pendukung kegiatan pertanian hortikultura
- Kawasan perkebunan Kawasan yang memiliki potensi
untuk dimanfaatkan dan
dikembangkan baik pada lahan
basah dan atau lahan kering untuk
komoditas perkebunan
- Kegiatan yang diperbolehkan meliputi :
a. kegiatan pembukaan lahan perkebunan, operasional, kegiatan
penunjang operasional, dan peningkatan produktivitas
perkebunan
b. pembangunan sarana dan prasarana pendukung kegiatan
perkebunan
c. kegiatan industri pengolahan hasil perkebunan
d. pengembangan peternakan yang terintegrasi dengan
perkebunan
e. pengembangan perikanan yang terintegrasi dengan perkebunan
pada kawasan perkebunan yang cocok/sesuai untuk
dibudidayakan perikanan
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan lain
selain kegiatan yang disebutkan di atas sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi :
a. kegiatan yang menimbulkan pencemaran dan penurunan
kualitas lingkungan
b. pembakaran lahan untuk pembukaan lahan perkebunan
c. kegiatan yang mengganggu usaha perkebunan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
d. mengganti secara besar-besaran jenis komoditas perkebunan
yang merupakan komoditas andalan daerah
e. merubah jenis tanaman perkebunan yang tidak sesuai dengan
perizinan yang diberikan
f. melakukan kegiatan perkebunan sebelum memperoleh
perizinan dan pembebasan/ganti rugi lahan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
g. pelanggaran ketentuan perizinan yang diberikan
h. pelanggaran peraturan perundangan yang berlaku dan
- Sebelum kegiatan
perkebunan skala besar
dengan luasan tertentu
dan industri
pengolahannya
dilakukan wajib
dilakukan studi
kelayakan dan studi
AMDAL yang hasilnya
disetujui oleh tim
evaluasi dari lembaga
yang berwenang
-
V-16
Zona Berdasarkan Pola Ruang
Wilayah Kabupaten
Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
pelanggaran adat istiadat masyarakat setempat
i. pemilik izin usaha perkebunan menggarap lahan di luar izinnya
j. menutup akses yang juga merupakan fasilitas umum
k. mengganggu fungsi dan/atau merusak fasilitas umum, obyek-
obek vital, dan obyek strategis
l. mengganggu dan/atau merusak kawasan lindung yang berada
di dalam area perizinan perkebunan besar
- Kegiatan perkebunan harus mampu menciptakan lapangan kerja
dengan prioritas masyarakat lokal setempat sesuai dengan bidang
keahliannya dan dapat meningkatkan kualitas sumberdaya
masyarakat setempat
- Kawasan peternakan Kawasan yang secara teknis dapat
digunakan untuk usaha
peternakan baik sebagai sambilan,
cabang usaha, usaha pokok
maupun industri, serta sebagai
padang penggembalaan ternak
- Kegiatan yang diperbolehkan meliputi :
a. kegiatan operasional, kegiatan penunjang operasional, dan
peningkatan produktivitas peternakan
b. pengembangan terpadu dengan kawasan pertanian tanaman
pangan, hortikultura, dan perkebunan dengan memperhatikan
aspek pengelolaan lingkungan
c. pembangunan sarana dan prasarana pendukung kegiatan
peternakan
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan
ternak ayam, itik (unggas) secara terbatas pada kawasan
permukiman pedesaan dengan tetap memperhatikan kelestarian
lingkungan
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi :
a. pengembangan ternak besar pada kawasan permukiman
b. kegiatan peternakan yang menimbulkan pencemaran dan
penurunan kualitas lingkungan
c. kegiatan peternakan yang mengganggu ketentraman &
ketertiban umum
d. kegiatan peternakan yang menimbulkan keresahan masyarakat
V-17
Zona Berdasarkan Pola Ruang
Wilayah Kabupaten
Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
B3. Kawasan Peruntukan Perikanan
- Kawasan peruntukan
perikanan
Kawasan yang dimanfaatkan untuk
kegiatan penangkapan, budi daya,
dan industri pengolahan hasil
perikanan
- Kegiatan yang diperbolehkan meliputi :
a. kegiatan pencetakan lahan perikanan, operasional tangkap
maupun budidaya, kegiatan penunjang operasional perikanan,
dan peningkatan produktivitas
b. pengembangan terpadu dengan pertanian tanaman pangan,
hortikultura dan perkebunan dengan memperhatikan aspek
pengelolaan lingkungan
c. pembangunan/penyediaan sarana dan prasarana pendukung
kegiatan perikanan
d. kegiatan wisata alam secara terbatas, penelitian dan pendidikan
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan lain
selain kegiatan yang disebutkan di atas secara terbatas sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi :
a. kegiatan yang menimbulkan pencemaran dan penurunan
kualitas lingkungan
b. kegiatan penangkapan ikan secara besar-besaran dan
berlebihan yang mengakibatkan terganggunya ekosistem pada
kawasan perikanan tangkap
c. kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan alat dan
metode yang berbahaya/dilarang sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan
- perlu adanya pengolahan sumber daya air secara terpadu untuk
peruntukan budidaya perikanan dengan pemanfaatan air untuk
kegiatan lain
B4. Kawasan Peruntukan Pertambangan
- Kawasan peruntukan Kawasan yang diperuntukkan bagi - Kegiatan yang diperbolehkan meliputi : Sebelum kegiatan
V-18
Zona Berdasarkan Pola Ruang
Wilayah Kabupaten
Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
pertambangan kegiatan pertambangan, baik
wilayah yang sedang maupun yang
akan dilakukan kegiatan
pertambangan, meliputi mineral
logam, mineral non logam, batuan,
batubara, dan gas bumi
a. kegiatan eksplorasi, operasi produksi, kegiatan penunjang
operasional, dan kegiatan reklamasi pasca tambang
b. pembangunan sarana dan prasarana pendukung kegiatan
pertambangan
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi :
a. kegiatan pertambangan pada kawasan perkebunan setelah
diperoleh kesepakatan dengan pemilik lahan atau pemilik izin
usaha perkebunan
b. kegiatan pertambangan pada kawasan hutan lindung hanya
dengan pola pertambangan bawah tanah dengan syarat tidak
boleh mengakibatkan : turunnya permukaan tanah,
berubahnya fungsi pokok kawasan hutan secara permanen,
dan terjadinya kerusakan akuiver air tanah
c. kegiatan pertambangan di kawasan hutan produksi & hutan
lindung harus mengikuti ketentuan pinjam pakai kawasan
hutan ke Kementerian Kehutanan sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku
d. kegiatan permukiman secara terbatas untuk menunjang
kegiatan pertambangan dengan tetap memperhatikan aspek-
aspek keselamatan
e. kegiatan pertambangan pada kawasan budidaya lainnya yang
diperbolehkan sepanjang tidak
mengganggu/mengubah/merusak fungsi utama atau estetika
kawasan tersebut sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi :
a. kegiatan pertambangan tanpa izin dan/atau melakukan
kegiatan sebelum diperolehnya perzinan
b. kegiatan pertambangan yang menimbulkan pencemaran dan
penurunan kualitas lingkungan
pertambangan dilakukan
wajib dilakukan studi
kelayakan dan studi
AMDAL yang hasilnya
disetujui oleh tim evaluasi
dari lembaga yang
berwenang
V-19
Zona Berdasarkan Pola Ruang
Wilayah Kabupaten
Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
c. kegiatan pertambangan yang menyalahi ketentuan perizinan
yang diberikan
d. kegiatan pertambangan yang mengganggu atau merusak
fasilitas umum, obyek-obek vital, dan obyek strategis
e. kegiatan pertambangan yang merusak ekosistem dan
lingkungan
f. kegiatan pertambangan tanpa persetujuan pemilik lahan
g. kegiatan yang mengganggu ketentraman & ketertiban umum
h. kegiatan yang menimbulkan keresahan masyarakat
i. kegiatan pertambangan tanpa melakukan reklamasi pasca
tambang atau tidak memenuhi ketentuan sesuai peraturan
perundang-undangan
- Kegiatan pertambangan harus mampu menciptakan lapangan
kerja dengan prioritas masyarakat lokal setempat sesuai dengan
bidang keahliannya dan dapat meningkatkan kualitas sumberdaya
masyarakat setempat
B5. Kawasan Peruntukan Industri
- Kawasan peruntukan
industri
Kawasan yang diperuntukkan bagi
kegiatan industri, berupa tempat
pemusatan kegiatan industri
- Kegiatan yang diperbolehkan meliputi :
a. kegiatan pembangunan, operasional, penunjang operasional,
dan pengembangan industri
b. pembangunan sarana dan prasarana pendukung kegiatan
industri
c. pengembangan sentra-sentra industri mikro dan kecil
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi :
a. kegiatan permukiman, perdagangan dan jasa, dan kegiatan lain
secara terbatas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
b. pembangunan fasilitas umum di sekitar dan pada kawasan
peruntukan industri sesuai dengan ketentuan peraturan
V-20
Zona Berdasarkan Pola Ruang
Wilayah Kabupaten
Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
perundang-undangan
c. kegiatan industri pertambangan yang tidak berada pada
kawasan industri Bagendang
d. kegiatan industri pengolahan hasil perkebunan yang tidak
berada pada kawasan industri Bagendang
e. kegiatan industri menengah yang tidak berada pada kawasan
industri Bagendang
f. kegiatan industri besar eksisting yang sudah beroperasi
sebelum kawasan industri Bagendang ditetapkan, yang mana
akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi :
a. kegiatan industri tanpa izin dan/atau melakukan kegiatan
sebelum diperolehnya perzinan
b. kegiatan industri yang menyalahi ketentuan perizinan yang
diberikan
c. kegiatan industri besar yang termasuk kategori diwajibkan
berada pada kawasan industri Bagendang setelah kawasan
industri Bagendang ditetapkan namun akan melakukan
kegiatan di luar kawasan yang ditetapkan
d. kegiatan industri yang menimbulkan pencemaran dan
penurunan kualitas lingkungan
e. kegiatan industri yang mengganggu ketentraman & ketertiban
umum
f. kegiatan industri yang menimbulkan keresahan masyarakat
g. kegiatan industri yang mengganggu atau merusak fasilitas
umum, obyek-obek vital, dan obyek strategis
h. kegiatan yang menyalahi aturan yang diterapkan pada kawasan
industri Bagendang
i. kegiatan-kegiatan yang mengganggu kegiatan industri pada
kawasan peruntukan industri
- Kegiatan industri harus mampu menciptakan lapangan kerja
dengan prioritas masyarakat lokal setempat sesuai dengan bidang
V-21
Zona Berdasarkan Pola Ruang
Wilayah Kabupaten
Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
keahliannya dan dapat meningkatkan kualitas sumberdaya
masyarakat setempat
- Pemanfaatan lahan pada kawasan industri terdiri dari penggunaan
kapling industri, jalan dan saluran, ruang terbuka hijau dan
fasilitas penunjang
- Kegiatan industri tidak menggunakan alat dan bahan yang
berbahaya bagi keselamatan lingkungan dan pekerja
B6. Kawasan Peruntukan Pariwisata
- Kawasan peruntukan
pariwisata
Kawasan yang diperuntukkan bagi
kegiatan pariwisata atau segala
sesuatu yang berhubungan dengan
wisata termasuk pengusahaan
obyek dan daya tarik wisata serta
usaha-usaha yang terkait di bidang
tersebut
- Kegiatan yang diperbolehkan meliputi :
a. kegiatan pariwisata, kegiatan penunjang pariwisata, dan
pengembangan obyek pariwisata
b. pembangunan sarana dan prasarana pendukung kegiatan
pariwisata
c. kegiatan penelitian dan pendidikan
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi :
a. pemungutan retribusi untuk kegiatan pada kawasan pariwisata
sesuai dengan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
b. pemanfaatan untuk kegiatan olah raga dan event kegiatan
tertentu sesuai dengan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
c. kegiatan upacara keagamaan pada pariwisata budaya sesuai
dengan ketentuan yang dibuat oleh pengelola kawasan
pariwisata budaya
d. kegiatan lain selain kegiatan yang disebutkan di atas yang tidak
mengganggu fungsi dan obyek wisata sebagai kawasan
peruntukan pariwisata sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi :
a. pembangunan sarana dan prasarana pendukung kegiatan
V-22
Zona Berdasarkan Pola Ruang
Wilayah Kabupaten
Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
pariwisata alam pada kawasan rawan bencana abrasi pantai
b. kegiatan yang dapat menyebabkan rusaknya kondisi alam pada
kawasan pariwisata alam
c. kegiatan yang dapat mengganggu atau merusak ekosistem pada
kawasan pariwisata alam
d. kegiatan yang menyebabkan pencemaran dan penurunan
kualitas lingkungan pada kawasan pariwisata alam
e. pendirian bangunan lain kecuali bangunan pendukung
kegiatan wisata alam pada kawasan pariwisata alam
f. kegiatan yang mengganggu ketentraman & ketertiban umum
g. kegiatan yang menimbulkan keresahan masyarakat
h. kegiatan yang merusak tatanan atau norma yang diterapkan
pada kawasan pariwisata budaya
i. kegiatan yang dapat merusak obyek wisata
B7. Kawasan Peruntukan Permukiman
- Kawasan peruntukan
permukiman
Bagian dari lingkungan hidup di
luar kawasan lindung, baik berupa
kawasan perkotaan maupun
perdesaan yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian dan tempat
kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan
- Kegiatan yang diperbolehkan meliputi :
a. kegiatan permukiman dan kegiatan penunjang permukiman
b. pembangunan sarana dan prasarana pendukung kegiatan
permukiman
c. pengembangan permukiman baik yang dilakukan oleh
perorangan, pengembang, maupun pemerintah
d. pembangunan sarana prasarana wilayah
e. pembangunan obyek-obyek vital/strategis
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi :
a. kegiatan permukiman pada kawasan rawan banjir dan kawasan
rawan kebakaran hutan/lahan dengan tingkat kerawanan
rendah hingga sedang dengan mempertimbangkan persyaratan
teknis dan sistem mitigasi kebencanaan yang tepat serta
didukung ketersediaan peralatan dan sumberdaya manusia
yang memadai
V-23
Zona Berdasarkan Pola Ruang
Wilayah Kabupaten
Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
b. kegiatan industri dengan syarat memenuhi feasibility study dan
kelayakan lingkungan
c. kegiatan pertambangan apabila terdapat potensi bahan
tambang, dengan ketentuan tidak mengganggu permukiman
eksisting dan memenuhi feasibility study dan kelayakan
lingkungan
d. kegiatan lain selain kegiatan yang disebutkan di atas sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi :
a. pengembangan kegiatan tanpa izin sesuai sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
b. pengembangan permukiman tanpa menyediakan RTH privat
sesuai peraturan perundangan yang berlaku
c. pengembangan kegiatan yang tidak mentaati peraturan detail
zonasi yang ditetapkan
d. kegiatan lain di luar kegiatan permukiman tanpa seizin instansi
yang berwenang dan ketentuan peraturan perundang-
undangan
e. kegiatan yang mengganggu ketentraman & ketertiban umum
f. kegiatan yang menimbulkan keresahan masyarakat
g. kegiatan yang merusak tatanan atau norma yang diterapkan
h. kegiatan-kegiatan lain yang mengganggu fungsi permukiman
B8. Kawasan Peruntukan Lainnya
- Kawasan peruntukan
pertahanan dan
keamanan
Kawasan yang ditetapkan dengan
fungsi utama untuk kepentingan
kegiatan pertahanan dan
keamanan
- Kegiatan yang diperbolehkan meliputi :
a. kegiatan pertahanan dan keamanan
b. pembangunan sarana dan prasarana pendukung kegiatan
pertahanan dan keamanan
c. pengembangan fasilitas penunjang kegiatan pertahanan dan
keamanan sesuai dengan daya tampung dan nilai strategis
kawasan
d. kegiatan lain yang dapat mendukung fungsi kawasan
V-24
Zona Berdasarkan Pola Ruang
Wilayah Kabupaten
Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat yaitu kegiatan lain
selain kegiatan yang disebutkan di atas yang tidak berhubungan
dengan fungsi pertahanan dan keamanan
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan yaitu kegiatan budidaya atau
pemanfaatan ruang yang dapat merubah dan atau mengganggu
fungsi utama kawasan
- Kawasan peruntukan
pendidikan
Kawasan yang diperuntukkan bagi
kepentingan pelayanan pendidikan
dan fasilitas pendukungnya
- Kegiatan yang diperbolehkan meliputi :
a. kegiatan operasional bidang pendidikan dan kegiatan
pendukungnya
b. pembangunan sarana dan prasarana pendukung kegiatan
pendidikan
c. pengembangan pendidikan tinggi yang mampu menyediakan
ruang bagi aktivitas akademik dan penunjangnya
d. pengembangan pendidikan dasar dan menengah pada setiap
kecamatan sesuai dengan analisis tingkat kebutuhan dan
kewilayahan
e. kegiatan lain yang dapat mendukung fungsi kawasan
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan lain
selain kegiatan yang disebutkan di atas yang tidak berhubungan
dengan fungsi utama
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi :
a. kegiatan yang dapat mengganggu fungsi utama kawasan
b. kegiatan yang mengganggu ketentraman & ketertiban umum
c. kegiatan yang menimbulkan keresahan masyarakat
- Kawasan peruntukan
kesehatan
Kawasan yang diperuntukkan bagi
kepentingan pelayanan kesehatan
dan fasilitas pendukungnya
- Kegiatan yang diperbolehkan meliputi :
a. kegiatan operasional bidang kesehatan dan kegiatan
pendukungnya
b. pembangunan sarana dan prasarana pendukung kegiatan
kesehatan
c. kegiatan lain yang dapat mendukung fungsi kawasan
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan lain
selain kegiatan yang disebutkan di atas yang tidak berhubungan
V-25
Zona Berdasarkan Pola Ruang
Wilayah Kabupaten
Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
dengan fungsi utama
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi :
a. kegiatan yang dapat mengganggu fungsi utama kawasan
b. kegiatan yang mengganggu ketentraman & ketertiban umum
c. kegiatan yang menimbulkan keresahan masyarakat
- Kawasan peruntukan
budidaya walet
Kawasan yang diperuntukkan bagi
budidaya sarang walet
- Kegiatan yang diperbolehkan meliputi :
a. pembangunan sarana dan prasarana pendukung kegiatan
budidaya sarang walet sesuai petunjuk teknis dan peraturan
perundangan yang berlaku
b. pengembangan secara terintegrasi dengan kawasan pertanian
dan perikanan
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat yaitu pengembangan
pada dan/atau di sekitar kawasan permukiman pedesaan
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi :
a. pembangunan sarang walet tanpa izin dan/atau melakukan
kegiatan sebelum diperolehnya perzinan
b. pengembangan budidaya sarang walet tanpa mengikuti
peraturan perundangan yang berlaku
c. pengembangan pada kawasan permukiman perkotaan
d. kegiatan yang menyebabkan pencemaran dan penurunan
kualitas lingkungan
e. kegiatan yang mengganggu ketentraman & ketertiban umum
f. kegiatan yang menimbulkan keresahan masyarakat
- Pengembangan budidaya sarang walet harus memperhatikan
estetika kawasan
- Pengembangan budidaya sarang walet harus memperhatikan
ketentuan terkait peraturan tentang bangunan
- Kawasan peruntukan
tanah adat
Kawasan yang diperuntukkan bagi
komunitas adat
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan tanah
adat akan diatur lebih lanjut melalui Peraturan Bupati sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan yang berlaku
V-26
Zona Berdasarkan Pola Ruang
Wilayah Kabupaten
Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
Rencana Kawasan yang Belum ditetapkan Perubahan Peruntukan Ruangnya
C. Kawasan yang Belum ditetapkan Perubahan Peruntukan Ruangnya
- Kawasan yang belum
ditetapkan perubahan
peruntukan ruangnya
Kawasan hutan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang kehutanan
yang diusulkan perubahan
peruntukan ruangnya yang yang
belum mendapatkan persetujuan
perubahan peruntukan kawasan
hutannya dari Menteri Kehutanan
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi :
a. penggunaan untuk pemanfaatan ruang di luar kegiatan
kehutanan dengan mengikuti ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku
b. kegiatan pemanfaatan hutan yang mencakup pemanfaatan
kawasan, jasa lingkungan, pemanfaatan hasil hutan kayu,
usaha pemanfaatan hasil hutan bukan kayu, pemungutan hasil
hutan kayu, pemungutan hasil hutan bukan kayu, dengan
mengikuti ketentuan peraturan perundangan yang berlaku
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi :
a. pembangunan sarana & prasarana sebelum mendapatkan
persetujuan dari Menteri Kehutanan sesuai ketentuan
peraturan perundangan yang berlaku
b. pengembangan kegiatan budidaya sebelum mendapatkan
persetujuan dari Menteri Kehutanan sesuai ketentuan
peraturan perundangan yang berlaku
Yang dimaksud dengan
ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku
adalah peraturan
perundang-undangan di
bidang kehutanan
Kawasan Sekitar Sistem Prasarana Nasional & Wilayah di Kabupaten
D1. Sekitar Prasarana Transportasi
D1.1. Sekitar Sistem Jaringan Transportasi darat
- Sekitar jaringan jalan - Kegiatan yang diperbolehkan meliputi :
a. kegiatan yang mengikuti ketentuan ruang milik jalan, ruang
manfaat jalan, dan ruang pengawasan jalan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
b. pemanfaatan untuk ruang terbuka hijau sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
V-27
Zona Berdasarkan Pola Ruang
Wilayah Kabupaten
Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi :
a. pembangunan utilitas kota termasuk kelengkapan jalan yang
tidak mengganggu kelancaran lalu lintas dan keselamatan
pengguna jalan
b. penanaman pohon yang tidak mengganggu kelancaran lalu
lintas dan keselamatan pengguna jalan
c. pembangunan fasilitas pendukung jalan lainnya yang tidak
mengganggu kelancaran lalu lintas dan keselamatan pengguna
jalan
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi :
a. pemanfaatan ruang milik jalan, ruang manfaat jalan, dan ruang
pengawasan jalan yang mengakibatkan terganggunya
kelancaran lalu lintas dan keselamatan pengguna jalan
b. kegiatan yang mengakibatkan kerusakan kelengkapan jalan
dan fasilitas pendukung jalan
- Pemanfaatan ruang pada persimpangan jalan harus bebas
pandang bagi pengemudi dan memiliki pengamanan fungsi jalan
- Sekitar prasarana lalu
lintas
- Kegiatan yang diperbolehkan meliputi :
a. kegiatan pembangunan, operasional, penunjang operasional,
dan pengembangan terminal penumpang dan terminal barang
b. kegiatan pembangunan, operasional, penunjang operasional,
dan pengembangan jembatan timbang
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi :
a. kegiatan lain selain kegiatan yang disebutkan di atas yang tidak
mengganggu keamanan dan keselamatan lalu lintas dan
angkutan jalan, fungsi terminal penumpang dan terminal
barang, serta fungsi jembatan timbang
b. pengembangan RTH yang penyediaannya disesuaikan
ketentuan dan diserasikan dengan luas area terminal
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi :
a. kegiatan yang mengganggu keamanan dan keselamatan lalu
V-28
Zona Berdasarkan Pola Ruang
Wilayah Kabupaten
Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
lintas dan angkutan jalan serta fungsi terminal penumpang,
terminal barang, dan jembatan timbang
b. kegiatan yang mengakibatkan kerusakan fasilitas pada terminal
penumpang, terminal barang, dan jembatan timbang
- Sekitar layanan lalu
lintas
- Kegiatan yang diperbolehkan berupa kegiatan yang menunjang
pelayanan angkutan lalu lintas
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat yaitu penggunaan
jenis kendaraan dan tonase yang dipakai harus menyesuaikan
dengan kelas jalan dan batas maksimal MST yang diperkenankan
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan yaitu kegiatan yang
mengganggu kelancaran layanan lalu lintas
- Sekitar angkutan sungai
dan penyeberangan
- Kegiatan yang diperbolehkan yaitu kegiatan pembangunan,
operasional, penunjang operasional, dan pengembangan angkutan
sungai dan penyeberangan
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat yaitu kegiatan lain
selain kegiatan yang disebutkan di atas yang tidak mengganggu
keamanan dan keselamatan angkutan sungai dan penyeberangan
serta fungsi pelabuhan sungai
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi :
a. kegiatan yang mengganggu keamanan dan keselamatan
angkutan sungai dan penyeberangan serta fungsi pelabuhan
sungai
b. kegiatan yang mengakibatkan kerusakan fasilitas pada
pelabuhan sungai
D1.2. Sekitar Sistem Jaringan Transportasi Laut
- Sekitar pelabuhan utama - Kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan operasional,
penunjang operasional, dan pengembangan kawasan pelabuhan
utama serta kegiatan pertahanan dan keamanan negara secara
terbatas
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan lain
selain kegiatan yang disebutkan di atas yang berada di dalam
V-29
Zona Berdasarkan Pola Ruang
Wilayah Kabupaten
Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
DLKP dan DLKR, serta jalur transportasi laut dengan mendapat
izin sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang
mengganggu kegiatan di DLKP dan DLKR, dan jalur transportasi
laut serta kegiatan lain yang mengganggu fungsi kawasan
pelabuhan utama
- Sekitar pelabuhan
pengumpan
- Kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pembangunan,
operasional, penunjang operasional, dan pengembangan kawasan
pelabuhan pengumpan serta kegiatan pertahanan dan keamanan
negara secara terbatas
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan lain
selain kegiatan yang disebutkan di atas yang berada di dalam
DLKP dan DLKR, serta jalur transportasi laut dengan mendapat
izin sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang
mengganggu kegiatan di DLKP dan DLKR, dan jalur transportasi
laut serta kegiatan lain yang mengganggu fungsi kawasan
pelabuhan pengumpan
- Sekitar terminal khusus
& terminal untuk
kepentingan sendiri
- Kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pembangunan,
operasional, penunjang operasional, dan pengembangan kawasan
terminal khusus atau terminal untuk kepentingan sendiri
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan lain
selain kegiatan yang disebutkan di atas yang berada di dalam
DLKP dan DLKR, serta jalur transportasi laut dengan mendapat
izin sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi :
a. kegiatan yang mengganggu kegiatan di DLKP dan DLKR, dan
jalur transportasi laut serta kegiatan lain yang mengganggu
fungsi kawasan terminal khusus atau terminal untuk
kepentingan sendiri
b. kegiatan tanpa mendapatkan perizinan sesuai ketentuan
perundang-undangan
V-30
Zona Berdasarkan Pola Ruang
Wilayah Kabupaten
Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
c. kegiatan yang tidak sesuai dengan izin yang diberikan
- alur pelayaran Ketentuan umum peraturan zonasi untuk alur pelayaran sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
D1.3. Sekitar Sistem Jaringan Perkeretaapian
- Sekitar jalur kereta api - Kegiatan yang diperbolehkan mengikuti ketentuan ruang manfaat
jalur kereta api, ruang milik jalur kereta api, dan ruang
pengawasan jalur kereta api sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan lain
selain kegiatan yang disebutkan di atas yang tidak mengganggu
konstruksi jalan rel dan fasilitas operasi kereta api serta
keselamatan pengguna kereta api
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi pemanfaatan ruang
manfaat jalur kereta api, ruang milik jalur kereta api, dan ruang
pengawasan jalur kereta api yang mengakibatkan terganggunya
kelancaran operasi kereta api dan keselamatan pengguna kereta
api
- Pemanfaatan ruang sisi jalur kereta api untuk ruang terbuka
harus memenuhi aspek keamanan dan keselamatan bagi pengguna
kereta api
- Sekitar stasiun kereta api - Kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pembangunan,
operasional, penunjang operasional, dan kegiatan pengembangan
stasiun kereta api
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan lain
selain kegiatan yang disebutkan di atas yang tidak mengganggu
keamanan dan keselamatan operasi kereta api, serta fungsi
stasiun kereta api
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang
mengganggu keamanan dan keselamatan operasi kereta api, serta
V-31
Zona Berdasarkan Pola Ruang
Wilayah Kabupaten
Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
fungsi stasiun kereta api
- Kawasan di sekitar stasiun kereta api dilengkapi dengan RTH yang
penyediaannya diserasikan dengan luasan stasiun kereta api
D1.4. Sekitar Sistem Jaringan Transportasi Udara
- Sekitar bandar udara - Kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan operasional
kebandarudaraan, kegiatan penunjang pelayanan jasa
kebandarudaraan, penunjang pelayanan keselamatan operasi
penerbangan, dan kegiatan pertahanan dan keamanan negara
secara terbatas
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi pemanfaatan
tanah dan/atau perairan serta ruang udara di sekitar bandar
udara serta kegiatan lain yang tidak mengganggu keselamatan
operasi penerbangan dan fungsi bandar udara
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang
membahayakan keamanan dan keselamatan operasi penerbangan,
membuat halangan (obstacle), dan/atau kegiatan lain yang
mengganggu fungsi bandar udara
- Ruang udara untuk
penerbangan
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk ruang udara untuk
penerbangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
D2. Sekitar Sistem Jaringan Sumber Daya Air
- Sekitar Wilayah Sungai - Kegiatan yang diperbolehkan meliputi :
a. pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau
b. pembangunan & pemeliharaan bangunan pengelolaan air dan
atau pemanfaatan air
c. pemasangan jaringan kabel listrik, kabel telepon, dan pipa air
minum
V-32
Zona Berdasarkan Pola Ruang
Wilayah Kabupaten
Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
d. pembangunan penunjang sistem prasarana kota atau
permukiman
e. penyediaan lokasi dan jalur evakuasi bencana
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi :
a. pembangunan prasarana lalu lintas air
b. kegiatan budidaya pertanian yang tidak mengurangi kekuatan
struktur tanah, dan tidak berpotensi mengakibatkan kerusakan
dan penurunan kualitas sungai, serta tidak mengganggu fungsi
sungai
c. kegiatan lain selain kegiatan yang disebutkan di atas yang tidak
mengganggu fungsi sekitar wilayah sungai antara lain kegiatan
pemasangan reklame dan papan pengumuman, pendirian
bangunan yang dibatasi hanya untuk penunjang kegiatan
rekreasi & wisata, jalan inspeksi dan bangunan pengawas
ketinggian air sungai
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi :
a. kegiatan yang mengubah bentang alam serta mengganggu
kesuburan dan keawetan tanah
b. kegiatan yang mengganggu fungsi hidrologi dan hidraulis
c. kegiatan yang mengganggu kelestarian flora dan fauna serta
fungsi lingkungan hidup
d. kegiatan yang menghalangi dan/atau menutup ruang dan jalur
evakuasi bencana
e. seluruh kegiatan dan bangunan yang mengancam kerusakan
dan menurunkan kualitas sungai, serta mengganggu fungsi
sungai
- Sekitar daerah irigasi dan
daerah irigasi rawa
- Kegiatan yang diperbolehkan meliputi :
a. kegiatan pembangunan, operasional irigasi, pemeliharaan, dan
pengembangannya
b. pembangunan prasarana pengambilan dan pembuangan air
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan lain
selain kegiatan yang disebutkan di atas yang tidak mengganggu
V-33
Zona Berdasarkan Pola Ruang
Wilayah Kabupaten
Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
fungsi irigasi dan sistem jaringan irigasi
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang
mengganggu dan/atau merusak fungsi irigasi dan sistem jaringan
irigasi
- Sekitar prasarana air
baku untuk air bersih
- Kegiatan yang diperbolehkan meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan sebagaimana tercantum pada
ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar wilayah
sungai dan sekitar danau/bendungan
b. pembangunan sarana dan prasarana sumur bor artesis dan
pompa dangkal
c. kegiatan pemanfaatan prasarana air baku untuk air bersih
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi :
a. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat sebagaimana
tercantum pada ketentuan umum peraturan zonasi kawasan
sekitar wilayah sungai dan sekitar danau/bendungan
b. kegiatan selain pemanfaatan prasarana air baku untuk air
bersih yang tidak mengganggu fungsi konservasi sumber daya
air dan pendayagunaan sumber daya air
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi :
a. kegiatan yang tidak diperbolehkan sebagaimana tercantum
pada ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar
wilayah sungai dan sekitar danau/bendungan
b. kegiatan yang mengganggu fungsi konservasi sumber daya air
dan pendayagunaan sumber daya air
c. kegiatan yang mengakibatkan pencemaran atau penurunan
kualitas air dari prasarana air baku untuk air bersih
- Sekitar jaringan air
bersih ke kelompok
pengguna
- Kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pembangunan
sarana dan prasarana, operasional, penunjang operasional, dan
pengembangan PDAM atau SPAM
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan lain
selain kegiatan yang disebutkan di atas yang tidak mengganggu
PDAM atau SPAM
V-34
Zona Berdasarkan Pola Ruang
Wilayah Kabupaten
Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang
mengganggu keberlanjutan fungsi penyediaan air bersih,
mengakibatkan pencemaran air baku dari air limbah dan sampah,
dan mengakibatkan kerusakan sarana dan prasarana penyediaan
air bersih
- Sekitar sistem
pengendalian banjir
- Kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pembangunan
prasarana sistem pengendalian banjir yang berupa ring drain dan
jaringan drainase dalam rangka mengurangi genangan air dan
mendukung pengendalian banjir, serta pembangunan prasarana
penunjangnya
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan lain
selain kegiatan yang disebutkan di atas yang tidak mengganggu
fungsi sistem pengendalian banjir
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan pembuangan
sampah, pembuangan limbah, dan kegiatan lain yang mengganggu
fungsi sistem pengendalian banjir
D3. Sekitar Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan
- Sekitar sistem jaringan
persampahan
- Kegiatan yang diperbolehkan meliputi :
a. kegiatan sebelum pemrosesan akhir di TPA sampah yang
berupa : pewadahan, pengumpulan, pemindahan, dan
pengangkutan, serta pembangunan dan pemeliharaan sarana
dan prasarananya
b. kegiatan pengoperasian TPA sampah berupa pemilahan,
pengumpulan, pengolahan, pemrosesan akhir sampah, sanitary
landfill, pemeliharaan TPA sampah, dan industri terkait
pengolahan sampah serta kegiatan penunjang operasional TPA
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat di sekitar TPA meliputi
kegiatan pertanian bukan tanaman pangan, kegiatan
penghijauan/RTH, kegiatan permukiman dalam jarak yang aman
dari dampak pengelolaan persampahan, dan kegiatan lain yang
tidak mengganggu fungsi kawasan TPA sampah
V-35
Zona Berdasarkan Pola Ruang
Wilayah Kabupaten
Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan sosial
ekonomi yang mengganggu atau merusak fungsi kawasan TPA
sampah dan fasilitas persampahan, serta kegiatan pembuangan
sampah yang tidak mengikuti peraturan yang diterapkan
- Sekitar sistem jaringan
air minum
- Kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pembangunan
sarana dan prasarana, operasional, penunjang operasional, serta
pengembangan PDAM dan jaringan air minum yang dikelola
masyarakat
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan lain
selain kegiatan yang disebutkan di atas yang tidak mengganggu
PDAM dan jaringan air minum yang dikelola masyarakat
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang
mengganggu keberlanjutan fungsi penyediaan air minum,
mengakibatkan pencemaran air baku dari air limbah dan sampah,
dan mengakibatkan kerusakan sarana dan prasarana penyediaan
air minum
- Sekitar sistem jaringan
drainase
- Kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pembangunan
prasarana sistem jaringan drainase dalam rangka mengurangi
genangan air dan mendukung pengendalian banjir, serta
pembangunan prasarana penunjangnya
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan lain
selain kegiatan yang disebutkan di atas yang tidak mengganggu
fungsi sistem jaringan drainase
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan pembuangan
sampah, pembuangan limbah, dan kegiatan lain yang mengganggu
fungsi sistem jaringan drainase
- Sekitar sistem
pengelolaan air limbah
domestik
- Kegiatan yang diperbolehkan meliputi pembangunan sarana dan
prasarana pengelolaan air limbah domestik dalam rangka
mengurangi, memanfaatkan kembali, dan mengolah air limbah
serta pembangunan prasarana penunjangnya
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan
V-36
Zona Berdasarkan Pola Ruang
Wilayah Kabupaten
Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
selain kegiatan yang disebutkan di atas yang tidak mengganggu
fungsi sistem pengelolaan air limbah domestik
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi pembuangan sampah,
pembuangan bahan berbahaya dan beracun, pembuangan limbah
bahan berbahaya, dan kegiatan lain yang mengganggu fungsi
sistem pengelolaan air limbah domestik
D4. Sekitar Sistem Jaringan Energi
- Sekitar pembangkit
tenaga listrik
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sekitar pembangkit tenaga
listrik disesuaikan dengan karakter masing-masing pembangkit tenaga
listrik yang meliputi PLTD, PLTU, PLTB, PLTMH, dan PLTS sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
- Sekitar jaringan
prasarana energi
- Kegiatan yang diperbolehkan meliputi :
a. kegiatan pembangunan prasarana penunjang jaringan
transmisi tenaga listrik
b. kegiatan operasional, penunjang operasional, dan
pengembangan depo BBM
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi :
a. kegiatan penghijauan, pemakaman, pertanian, perparkiran,
serta kegiatan lain yang bersifat sementara dan tidak
mengganggu fungsi jaringan transmisi tenaga listrik
b. kegiatan lain selain kegiatan operasional, penunjang
operasional, dan pengembangan depo BBM yang tidak
mengganggu operasional depo BBM sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi :
a. kegiatan yang mengganggu fungsi jaringan transmisi tenaga
listrik
b. kegiatan yang menimbulkan bahaya kebakaran
V-37
Salinan Sesuai Dengan Aslinya
KABAG HUKUM SETDA KAB.
KOTIM,
CHAIRUL HUDA EKO YULIANTO, SH
NIP. 19620701 198903 1 014
Zona Berdasarkan Pola Ruang
Wilayah Kabupaten
Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
c. kegiatan yang membahayakan atau mengganggu operasional
depo BBM
D5. Sekitar Sistem Jaringan Telekomunikasi
- Sekitar sistem jaringan
telekomunikasi
- Kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan operasional dan
kegiatan penunjang sistem jaringan telekomunikasi
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan
selain sebagaimana disebutkan di atas yang aman bagi sistem
jaringan telekomunikasi dan tidak mengganggu fungsi sistem
jaringan telekomunikasi
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang
membahayakan sistem jaringan telekomunikasi dan mengganggu
fungsi sistem jaringan telekomunikasi
BUPATI KOTAWARINGIN
TIMUR
ttd
SUPIAN HADI