report batubara mematikan

32
 greenpeace.org/seasia    B    i   a   y   a    t    i   n   g   g    i    b   a    t   u    b   a   r   a   m   u   r   a    h GREENPEACE ASIA TENGGARA Walhi OKTOBER 2010 Batubara mematikan

Upload: teguh-pribadi-rahman

Post on 19-Jul-2015

134 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Report Batubara Mematikan

5/17/2018 Report Batubara Mematikan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/report-batubara-mematikan 1/32

 

greenpeace.org/seasia

   B   i  a  y  a   t   i  n  g  g   i   b  a   t  u   b  a  r  a  m  u  r  a   h

GREENPEACE ASIA TENGGARA 

Walhi

OKTOBER 2010

Batubara

mematikan

Page 2: Report Batubara Mematikan

5/17/2018 Report Batubara Mematikan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/report-batubara-mematikan 2/32

 

Daftar isi

Bagian 1: Pengantar 4

Bagian 2: 6

Bagian 3: Jejak penghancuran batubara 8

16

26

Bagian 4: Kisah-kisah masyarakat

Batubara Indonesia

Bagian 5: Saatnya melakukan [R]evolusi Energi di Indonesia

gambar PLTU Cilacap ini terletak di daerah pemukimanpesisir selatan Jawa. Disini, hampir 80% penduduknyahidup sebagai nelayan. PLTU ini telah mengganggu perairantempat penduduk mencari ikan bahkan sebagian darimereka telah kehilangan sumber nafkahnya.

Page 3: Report Batubara Mematikan

5/17/2018 Report Batubara Mematikan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/report-batubara-mematikan 3/32

 

Untuk informasi lebih lanjut, hubungi:

[email protected]

Disusun oleh:

 Arif Fiyanto

Greenpeace Asia Tenggara

Hindun Mulaika

Nur Hidayati

Nabiha Shahab

Lea Guerrero

Dicetak pada100% kertas daur ulang

menggunakan tinta nabati.

Publikasi:

www.greenpeace.org/seasia

Walhi

greenpeace.org/seasia

   ©   G   R   E   E   N

   P   E   A   C   E   /   A   R   D   I   L   E   S   R   A   N   T   E

Page 4: Report Batubara Mematikan

5/17/2018 Report Batubara Mematikan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/report-batubara-mematikan 4/32

 

   ©

   G   R   E   E   N   P   E   A   C   E   /   A   R   D   I   L   E   S   R   A   N   T   E

gambar Aktivis Greenpeace di atas perahu karet bergabung dengan nelayan lokal untuk memperlihatkan spanduk bertuliskan “Batubara Mematikan” di depan PLTU Batubara Cilacap.Pemerintah Indonesia berencana untuk membangun PLTU batubara baru dan memperluas yangsudah ada seperti di Cilacap untuk menyediakan tambahan 10.000 mega watt kapasitaspembangkit listrik. PLTU batubara mengakibatkan dampak kesehatan terhadap masyarakat lokaldan menghacurkan matapencaharian mulai dari rusaknya lahan pertanian, dan berkurangnyatangkapan ikan, serta berkontribusi terhadap perubahan iklim global. Greenpeace mendesak pemerintah Indonesia untuk menghentikan pembangunan PLTU batubara dan berinvestasiterhadap pengembangan sumber-sumber energy terbarukan yang berlimpah di negeri ini, sertamengadopsi program efisiensi energi skala besar.

4 Batubara Mematikan

Bagian 1: Pengantar

Batubara dianggap sebagai bahanbakar termurah di dunia. Namun,

batubara juga merupakan bahanbakar terkotor dan yang paling

menyebabkan polusi. Walau demikian, banyak negara tetap menam-

bangnya dan membangun pembangkit listrik dari hasil membakar

batubara. Kemudahan bahanbakar ini secara umum menyimpan

rapsemua penderitaan yang disebabkannya.

Setiap langkah pemrosesan bahanbakar ini – sejak dari penamban-

gannya sampai akhir pembakarannya – membawa konsekuensi.

Kerugian termasuk polusi bahan beracun, hilangnya mata pencahar-

ian, tergusurnya masyarakat, dampak kesehatan pada sistem

pernafasan dan syaraf, hujan asam, polusi udara dan menurunnya

panen pertanian. Namun dari semua itu yang terparah adalah

konsekuensi perubahan iklim yang akan berdampak pada semua

negara dan masyarakat dunia, terutama negara-negara berkembang.

Sebuah studi Greenpeace yang dilakukan pada tahun 2008

mengungkapkan bahwa pada tahun 2007 saja penggunaan batubara

dunia telah merugikan dunia sebesar 360 milyar Euro1. Jumlah ini

tidak termasuk biaya besar dampak perubahan iklim dimana

penyebab utamanya adalah pembakaran batubara. Jumlah ini juga

tidak memperhitungkan dampak eksternal langsung yang terkait

dengan batubara – yang termasuk di dalamnya kehilangan tempat

tinggal masyarakat, hilangnya warisan budaya dan alam, dan

dampak-dampak sosial lainnya. Walau tidak memperhitungkan

biaya-biaya ini, yang jumlahnya sudah sangat besar, dapat memberi-

kan kita gambaran apa yang dikorbankan dunia ini demi penggunaan

batu hitam ini.

Di tengah-tengah ini semua adalah dampak yang dirasakan oleh

masyarakat: yang bergantung pada pertanian, atau perikanan, atau

pariwisata, yang tinggal di wilayah pantai, atau hutan dan gunung

dimana batubara ditambang atau digali dari puncak-puncak bukit;

atau masyarakat kota yang mencoba untuk hidup damai di bawah

bayang-bayang pembangkit listrik bertenaga batubara, atau dalam

beberapa kasus yang tinggal dekat tambang-tambang batubara

besar.

Masyarakat ini adalah di antara korban-korban jangka panjang

batubara yang tak terlihat, yang memikul beban penggunaan

batubara dunia. Di seluruh dunia, masyarakat yang terdampak 

batubara ini berbagi cerita perjuangan yang sama.

Keadaannya tidak terlalu berbeda di Indonesia, negara yang baru-

baru ini mengalami lonjakan penambangan batubara. Kota-kota

tambang seperti Samarinda, Cirebon dan Cilacap adalah kenyataan

pahit dari batubara, bahanbakar yang semakin umum digunakan ini.

Sementara batubara membawa kesejahteraan bagi segelintir orang,

banyak kota yang makin terjerumus dalam kesengsaraan. Penam-

bangan batubara juga memicu deforestasi, memperburuk perubahan

iklim yang sebagian besar disebabkannya.

Sangat gamblang bahwa batubara menyebabkan bahaya besar bagi

penduduk dan alam dunia ini. Dampak buruknya tidak bisa mengim-

bangi keuntungan yang konon dibawakannya. Meninggalkan

pemanfaatan batubara adalah satu-satunya jalan. Bumi ini tidak akan

mampu menanggung kelanjutan penggunaannya – biaya kerugiannya

terhadap iklim, planet ini dan hidup kita terlalu tinggi.

Pemerintah harus menyadari bahwa tugas mereka adalah memasti-

kan masa depan yang dimotori oleh energi bersih dan terbarukan.

Dengan cara ini, kerusakan pada manusia dan kehidupan sosialnya serta

kerusakan ekologi dan dampak buruk perubahan iklim dapat dihindari.

Sayangnya, Pemerintah Indonesia ingin percaya bahwa batubara

adalah jawaban dari permintaan energi yang menjulang, serta tidak 

bersedia mengakui potensi luar biasa dari energi terbarukan yang

sumbernya melimpah di negeri ini.

Pada kenyataannya biaya batubara yang sebenarnya menggaris-

bawahi mendesaknya kebutuhan akan tindakan untuk menghindari

konsekuensi buruk masa depan yang ditenagai batubara.

Pemerintah harus memprioritaskan dan mendukung investasi hijauyang akan membantu membawa Indonesia menuju jalur pertumbu-

han rendah-karbon,dan menghindari dipelihara dan diteruskannya

investasi yang menyebabkan deforestasi dan emisi penyebab

perubahan iklim. Intervensi-intervensi baru dibutuhkan untuk memas-

tikan masa depan Indonesia yang berkelanjutan. Hal ini memerlukan

lompatan teknologi, inovasi kebijakan yang berani dan solidaritas

baru antar kelas sosial dan generasi.

Page 5: Report Batubara Mematikan

5/17/2018 Report Batubara Mematikan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/report-batubara-mematikan 5/32

 

Batubara Mematikan 5

Pertambangan batubara

merupakan salah satu

ancaman terhadap

kelestarian hutan

Indonesia. Pertambangan

batubara merupakan

salah satu pemicu utama

deforestasi di Indonesia.

gambar Salah satu lokasi pertambangan batubara

di Kalimantan Timur. Dampak pertambangan batubara

mengakibatkan rusaknya bentang alam dan

hancurnya lingkungan di Kalimantan Timur.

   ©   G   R   E   E   N   P   E   A   C   E   /   H   E   N   R   I   I   S   M   A   I   L

Page 6: Report Batubara Mematikan

5/17/2018 Report Batubara Mematikan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/report-batubara-mematikan 6/32

 

Bagian 2: Batubara Indonesia

timbunan batubaradalam jumlah besar yang di-

bongkar dari kapal pengangkut.

gambar

   ©   G   R   E   E   N   P   E   A   C   E   /   J   I   R   I

   R   E   Z   A   C

Indonesia adalah negara yang kaya dengan sumberdaya alam.

Cadangan batubaranya yang besar membuat negri ini sebagai

produsen sekaligus eksportir utama batubara di dunia.

Berdasarkan data terakhir dari Statistik Energi Indonesia, perkiraan

cadangan batubara Indonesia adalah 104.940 miliar ton. Sedangkan

cadangan terukurnya sebesar 21.13 miliar ton2. Pada tahun 2009,

total produksi batubara Indonesia mencapai 263 juta ton, 230 juta

ton diantaranya diekspor ke berbagai negara, atau dengan kata lain

sekitar 87% dari total produksi batubara negeri ini diekspor ke luar

negeri. Hanya sekitar 13 persen atau 33 juta ton yang dimanfaatkan

untuk kebutuhan domestik 3. Jumlah ini menempatkan Indonesia

sebagai produsen batubara terbesar kelima di dunia, dan pengek-

spor batubara terbesar kedua di dunia.

Ekspor batubara terdiri dari 200 juta ton batubara (steam coal)4 dan

30 juta ton kokas (coking coal)5. Indonesia saat ini merupakan negara

eksportir batubara terbesar dunia setelah Australia dan merupakan

eksportir batubara terbesar Asia (Statistik Batubara, World Coal

Institute).

Sekitar 78 persen batubara diekspor ke pembeli di Jepang, Cina,

India, Australia dan Afrika dan selebihnya digunakan di dalam negeri.

Pada tahun 2010, Indonesia diperkirakan akan menghasilkan 280

 juta ton batubara dengan 75 juta ton dialokasikan untuk penggunaandalam negeri.

Cadangan batubara total Indonesia tahun 2008 diperkirakan menca-

pai 104,76 milyar ton, tersebar dalam 12 lapisan batubara di lebih

dari 6 propinsi. Simpanan batubara besar di Indonesia terdapat di

Sumatra (50.1 %) dan Kalimantan (49.6 %). Selebihnya terdapat di

Jawa, Sulawesi, Maluku dan Papua.

Sebagian besar cadangan batubara negeri ini tersebar hanya di tiga

provinsi, yaitu Sumatera Selatan (39%), Kalimantan Timur (34%) dan

Kalimantan Selatan (16%). Ketiga propinsi ini menguasai 89% dari

semua cadangan batubara terukur di Indonesia6. Pada tahun 2008,

batubara dari ketiga propinsi ini menyumbang 98,2% dari total

produksi Indonesia.

Konsumsi batubara dunia dalam beberapa tahun terakhir meningkat

sangat pesat. Pada tahun 1990 konsumsi batubara dunia baru

mencapai 3.461 juta ton, pada tahun 2009 konsumsi batubara dunia

sudah mencapai 5.990 juta ton7. Peningkatan konsumsi batubara dunia

peningkatan penggunaan batubara yang meningkat. Antara tahun

1999 dan 2006 saja, penggunaan batubara di seluruh dunia

melonjak sebesar 30%.

Sejalan dengan peningkatan permintaan batubara dunia yang terus

melaju cepat, pertumbuhan produksi perusahaan pertambangan

batubara di Indonesiapun meningkat pesat. Tercatat ada sekitar

tujuh perusahaan pertambangan batubara besar di Indonesia yang

mendominasi produksi batubara di negeri ini, antara lain PT. Kaltim

Prima Coal, PT.Adaro Indonesia, PT.Kideco Jaya Agung, PT.

 Arutmin Indonesia, PT.Berau Coal, PT. Indominco Mandiri, dan PT.

 Tambang Batubara Bukit Asam. Seluruh perusahaan tersebut

beroperasi di Pulau Kalimantan, kecuali PT. Tambang Batubara

Bukit Asam yang beroperasi di Sumatera Selatan.

Saat ini Pemerintah Indonesia berencana untuk mengurangi

penggunaan minyak bumi dan bergeser ke batubara dan gas

sebagai sumber utama untuk menghasilkan listrik. Tahapan

pertama dari program ini adalah rencana dibangunnya beberapa

PLTU (pembangkit listrik bertenaga uap) dengan bahanbakar

batubara sebesar 10.000 Megawatt. Program awalnya direncana-kan rampung pada tahun 2009, dengan dibangunnya 35 PLTU –

sepuluh diantaranya berada di Jawa dan selebihnya tersebar di

pulau-pulau lain di Indonesia. Namun, sejauh ini, kurang dari 60%

dari target ini telah tercapai.

6 Batubara Mematikan

yang sangat pesat ini dipicu oleh

peningkatan permintaan energi dunia

yang juga melonjak dari sekitar 2 juta

ton pada tahun 1985 hingga menca-

pai 263 juta ton pada tahun 2009.

Batubara digunakan untuk menghasil-

kan sekitar 41% dari persediaan listrik 

dunia8. Di Indonesia sendiri listrik yang

dihasilkan dari batubara mencapai

sekitar 14%9. Pemerintah menargetkan

pada tahun 2025, listrik yang dihasil-

kan dari batubara akan mencapai

34,4%10. Tingkat permintaan energi

yang berlipat berkorelasi positif dengan

Page 7: Report Batubara Mematikan

5/17/2018 Report Batubara Mematikan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/report-batubara-mematikan 7/32

 

Pertambangan batu baradengan metode pertambangan terbuka(open pit) skala besar di KabupatenSangatta, Kalimantan Timur.

Aktivitas pertambangan batubaraskala kecil di Samarinda, Kalimantan Timur.Sejak era otonomi daerah, ijin KuasaPertambangan Batubara skala kecil sangatbanyak diterbitkan di Samarinda & sekitarnya.

gambarSalah satu lokasi pertambangan

batubara di Kalimantan.Pertambangan batubara merupakan

salah satu penyebab deforestasidi Indonesia. Sebagian besar

pertambangan batubara di Kalimantan,mempunyai konsensi tambang

di areal hutan.

Paleogenic (dark grey) and Neogenic (light grey)

coal distribution in Indonesia

sumber: ESDM (2009) Coal Statistics 2008,

Ministry of Energy and Mineral Resources

http://www.esdm.go.id/download/Statistik Batubara Indonesia.pdf 

Setiawan, B., (2009) Indonesia’s Coal Policy, Dr. Ir. Bambang Setiawan, Director General of the Directorate General of Mineral, Coal and

Geothermal Ministry of Energy and Mineral Resource, Republic of Indonesia, Japan Coal Seminar Tokyo, 27th March 2009

   ©   G   R   E   E   N   P   E   A   C   E   /   H   E   N   R   I   I   S   M   A   I

   L

   ©   G   R   E   E   N   P   E   A   C   E   /   H

   E   N   R   I   I   S   M   A   I   L

   ©   G   R   E   E   N   P   E   A   C   E   /   H   E   N   R   I   I   S   M   A   I   L

Gambar

Gambar

Gambar Pertambangan batubara yangditinggalkan. Salah satu pertambanganbatubara di Kalimantan Timur yang di-tinggalkan setelah batubaranya dikeruk habis. Lubang galian batubara tersebutberubah menjadi danau yang penuh berisizat beracun yang membahayakan manusia.

Coal resources and reserves in Indonesia in billion tonesas of December 2008

Batubara Mematikan 7

Page 8: Report Batubara Mematikan

5/17/2018 Report Batubara Mematikan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/report-batubara-mematikan 8/32

 

Bagian 3: Jejak penghancuran batubara: dari galian ke gagasan

Kalimantan Coal Concessions, 2009

Greenpeace Southeast Asia

Batubara bisa saja tampak sebagai bahanbakar yang paling praktis

karena ketersediannya yang sangat besar. Namun, sejak dari

penambangannya, pembakarannya sampai pembuangan limbahnya,

dan di beberapa kasus, penggunaan kembalinya, batubara

menyebabkan dampak yang sangat buruk pada lingkungan, keseha-

tan manusia dan kehidupan sosial dari masyarakat yang hidup dekat

tambang, proyek pembangkit listrik dan situs pembuangan limbah.

Selain emisi CO2-nya yang sangat besar ketika bahanbakar ini

dibakar, batubara juga berdampak buruk pada ekosistem, dan

mengkontaminasi persediaan air. Batubara mengemisi gas rumah-

kaca lain seperti nitrogen oksidan dan metana, serta karbon dansenyawa kimia beracun lainnya seperti arsenik dan merkuri yang

dapat merusak kesehatan mental manusia dan perkembangan fisik.

Kebocoran limbah dapat merusak stok ikan dan pertanian dengan

demikian juga mata pencaharian masyarakat.

Dengan kata lain, sepanjang proses produksinya atau rantai kepemili-

kannya, batubara meninggalkan jejak kerusakan tak dapat diperbaiki

pada lingkungan dan kesehatan manusia.

PENAMBANGAN BATUBARA  

Kerusakan yang diakibatkan oleh pertambangan batubara sudah

dimulai sejak awal rantai kepemilikannya. Penambangan batubara

 juga menyebabkan kerusakan yang tak dapat diperbaiki terhadap

tanah masyarakat, sumber air, udara, dan juga membahayakan

kesehatan, keamanan, dan penghidupan masyarakat yang tinggal di

sekitar lokasi pertambangan.

Pada pola operasinya yang paling merusak, pertambangan batubara

merubah puncak-puncak gunung menjadi lubang raksasa dengan

cara meledakkannya. Ini adalah cara termurah yang dipraktekkan

oleh banyak perusahaan pertambangan batubara di Indonesia.

Peledakan puncak gunung ini bertujuan untuk mencapai lapisan tipis

batubara yang terkubur dibawahnya. Jutaan ton limbah tambang dan

mineral dibuang ke lembah dan sungai dibawahnya. Praktek seperti

inilah yang menyebabkan kerusakan permanen pada ekosistem dan

lanskap. Praktek seperti ini juga mengubah banyak puncak-puncak 

gunung di Kalimantan menjadi danau-danau raksasa yang penuh

dengan zat beracun dan sangat berbahaya bagi kesehatan manusia.

8 Batubara Mematikan

1. Penambangan batubara: ancaman nyata padahutan Indonesia yang tersisa

Di Indonesia, penambangan batubara juga bertanggungjawab pada

terjadi pembukaan hutan. Hampir seluruh perusahaan pertambangan

batubara besar di Indonesia, beroperasi dengan metode pertamban-

gan terbuka (open pit mining). Hanya pertambangan batubara di

Sawahlunto, Sumatera Barat yang menggunakan sistem pertamban-

gan bawah tanah. Dengan metode penambangan terbuka, tak pelak 

lagi pertambangan batubara menjadi salah satu penyebab utama

meluasnya deforestasi di negeri ini.

Di Kalimantan Selatan dan Timur, kedua propinsi yang saat ini

tersedia peta batasan konsesinya, terdapat 400.000 hektar hutan

yang tersisa (2007), 323.000 hektar diantaranya berada pada konsesi

batubara. Sejak tahun 2000, 85.000 ha di Kalimantan Selatan dan

9.000 ha di Kalimantan Timur hutan hilang karena konsesi batubara

tersebut.11

 Total tutupan hutan yang berada dalam konsesi pertambangan di

kedua propinsi ini mencapai 723.000 ha atau 0,8% dari total wilayah

hutan Indonesia pada tahun 2005. Di Sumatra Selatan, dimana tidak 

diperoleh peta batas konsesi, terdapat sedikit tutupan hutan yang

tersisa.12

Page 9: Report Batubara Mematikan

5/17/2018 Report Batubara Mematikan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/report-batubara-mematikan 9/32

 

Sebagi pembanding, menurut angka resmi dari badan PBB untuk 

Pangan dan Pertanian (FAO), Indonesia kehilangan 1,87 juta ha hutan

per tahun antara tahun 2000 dan 2005.

Sejak tahun 1966 sampai 1987, eksplorasi dan produksi batubara

mengalami peningkatan pesat. Pada tahun 1966, produksi batubara

adalah sekitar 319.829 ton dan pada tahun 1987 melonjak menjadi

2.813.533 ton.13

Periode 1999-2008 merupakan masa lonjakan penambangan skala

kecil (terutama di Kalimantan), ketika undang-undang otonomi daerah

diberlakukan. Penerbitan ijin menjadi bagian dari kewenanganpemerintah daerah propinsi dan kabupaten dan royalti dari penam-

bangan langsung menjadi penerimaan daerah propinsi dan kabu-

paten.

Ini juga merupakan masa periode merebaknya penambangan liar.

Sebagian besar operasi penambangan skala kecil tidak mempunyai

analisis dampak lingkungan (amdal) dan biasanya tidak mematuhi

rehabilitasi/restorasi situs setelah usainya penambangan. Selanjutnya,

korupsi dan lemahnya penegakan hukum serta dukungan dari

kepentingan kuat juga membuat tidak hilangnya operasi-operasi

penambangan ilegal.

Banyak perusahaan tidak mematuhi kewajiban mereka untuk 

melakukan rehabilitasi. Laporan Kementrian Negara Lingkungan

Hidup memperkirakan bahwa pada tahun 2005, 56% wilayah-wilayah

yang ditinggalkan oleh pertambangan di Kalimantan Timur belum

direstorasi. Kriteria rehabilitasi lahan tidak didefinisikan secara jelas

dalam undang-undang, akibatnya sangat sulit untuk menilai kepatu-

han perusahaan-perusahaan ini14.

Usaha-usaha pemerintah untuk meningkatkan produksi batubara

terlihat jelas pada Kebijakan Batubara Nasional (KBN). Rencana

untuk mengeksploitasi batubara mudah yang berkualitas rendah

(<5100 cal/gr) direncanakan dengan membangun pembangkit listrik 

pada jalan-jalan masuk pertambangan.15

Grafik berikut menunjukkan proyeksi Kementrian Energi dan Sumber-daya Mineral akan pertumbuhan produksi batubara, konsumsi

domestik dan ekspor sampai tahun 2025. Produksi batubara

diperkirakan meningkat 90% dari tahun 2006 sampai 2025, terutama

untuk konsumsi domestik dan direncanakan untuk memenuhi hampir

60% dari total produksi.16

Lonjakan penambangan batubara ini tampak mengakibatkan

kerusakan parah pada hutan karena penerbitan ijin penambangan

yang serampangan dari beberapa pemerintahan daerah. Hal ini

ditambah oleh lemahnya penegakan hukum kehutanan, lingkungan,

zonasi dan pertambangan.

Berdasarkan analisis mengunakan data tutupan hutan Departemen

Kehutanan, total ancaman dari konsesi pertambangan adalah 0,18

 juta ha dari konsesi aktif dan 0,81 juta dari konsesi yang direncana-

kan (0,08 juta status tidak tercatat), dengan total 1,1 juta ha. Di

antaranya, 0,94 juta ha terletak di Kalimantan dan 0,13 juta di

Sumatra.

Potret udara di Kalimantan secara jelas menunjukkan seberapa

banyak hutan yang telah hilang. Penebangan hutan berskala besar

telah menghancurkan hutan Kalimantan bertahun-tahun lalu.

Pada bulan Juni 2010, tim pemerintah pusat dengan Menteri

Kehutanan Zulkifli Hasan, Menteri Lingkungan Hidup Gusti Muham-

mad Hatta dan beberapa orang anggota satuan tugas Presiden

untuk pemberantasan mafia hukum menyaksikan bahwa ratusan ribu

hektar wilayah hutan telah rusak akibat tambang legal dan ilegal di

Kalimantan Timur, menegaskan ekses buruk dari diberlakukannya

otonomi daerah pada tahun 2001.

Otonomi daerah melepas kewenangan memberikan ijin operasi

tambang umum (selain minyak bumi dan gas) kepada pemerintahan

daerah yang kemudian dikukuhkan kembali dengan undang-undang

pertambangan mineral dan batubara (Minerba) 2009. Hal ini

menyebabkan tambang menjadi penghancur hutan kedua terbesar

setelah penebangan liar dan pertanian tebang-bakar.

 Tim pemerintah ini melihat dari udara ratusan lubang hitam besar

yang ditinggalkan oleh tambang-tambang terbuka. Lubang-lubang ini

seharusnya direklamasi dengan reforestasi oleh para pemegang

konsesi tambang.

Salah satu masalah utamanya terletak pada jeda panjang penegakan

undang-undang minerba 2009. Undang-undang ini jelas meregulasi

Batubara Mematikan 9

Indonesian Coal Mining Industry Projection

Hasibuan, S. (2007) Coal Supply Outlook in Indonesia,

Dr. Ir. Sukma Saleh Hasibuan Directur Directorate of Mineral,

Coal & Geothermal Program Supervision Ministry of Energy and

Mineral Resources (MEMR) Indonesia 16 October 2007

Page 10: Report Batubara Mematikan

5/17/2018 Report Batubara Mematikan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/report-batubara-mematikan 10/32

 

pembagian kewenangan dalam pengeluaran ijin tambang bersama

antara pemerintah pusat, propinsi dan kabupaten dengan

pembatasan wilayah yang terbuka untuk kontrak penambangan atau

disisihkan untuk wilayah pertambangan strategis di bawah jurisdiksi

langsung pemerintah pusat.

 Tiga faktor utama diidentifikasi bertanggungjawab akan semrawutnya

pengaturan industri pertambangan dan mengakibatkan kerusakan

hutan.

Pertama, perubahan kebijakan penggunaan lahan dengan memper-

bolehkan penambangan di wilayah hutan, termasuk wilayah lindung,melalui dikeluarkannya ijin khusus yang disetujui oleh menteri

kehutanan.

Ijin-ijin ini diberikan pada perusahaan pertambangan dengan syarat

bahwa mereka telah memegang hak menambang di wilayah hutan

tersebut sebelum perubahan kebijakan lahan dibuat.

Pada awalnya hanya 13 perusahaan yang mendapat keistimewaan

ini, tapi pada bulan Mei 2010, 54 ijin dikeluarkan untuk di Kalimantan

 Timur saja.

53 di antaranya dikeluarkan setelah dikeluarkannya sebuah undang-

undang tahun 2008 yang menetapkan tingkat tarif untuk eksploitasi

produk non-kehutanan termasuk mineral dan batubara. Undang-undang ini sering dianggap sebagai usaha “menjual” wilayah-wilayah

hutan.

Kedua, peningkatan dramatis harga komoditas sebelum krisis

keuangan global meningkatkan penambangan dalam wilayah hutan.

Krisis keuangan menekan harga batubara, tapi sejak 2010, harga

batubara pulih kembali dan telah menyebabkan naiknya investasi di

sektor pertambangan.

Ketiga, desentralisasi penerbitan ijin konsesi tambang dikombinasi

dengan pemilihan kepala daerah langsung meningkatkan usaha

penerimaan daerah dan pencarian rente.

Saat ini, kehausan dunia akan batubara metalurgi atau kokas untuk 

produksi baja mengancam hutan yang belum tersentuh di Kalimantan

 Tengah.

2. Penambangan batubara: mengakibatkan polusiair, banjir dan menyempitnya mata pencaharian

Samarinda, merupakan satu contoh tentang seberapa besar daya

rusak pertambangan merusak kehidupan masyarakat.

Bencana banjir, sebagian besar diakibatkan oleh deforestasi, adalah

mimpi buruk yang selalu menghantui penduduk Samarinda sejak 

pertambangan batubara melonjak di sana tiga tahun terakhir. Hujan

10 Batubara Mematikan

yang turun lebih dari dua jam, bisa dipastikan akan merubah beberapa

titik di pusat kota Samarinda menjadi kolam raksasa. Banjir hampir

tidak pernah terjadi sebelum industri batubara mengubah kota ini.

Sawah dan lahan pertanian masyarakat di sekitar kota juga terkena

dampak buruk penambangan batubara.

Desa Makroman, Samarinda Ilir dahulu dikenal sebagai lumbung

beras bagi Kota Samarinda, namun predikat lumbung beras tersebut

pudar sejak perusahaan pertambangan mulai beroperasi di sekitar

desa tersebut. Belasan hektar lahan pertanian penduduk mengalami

kerusakan parah karena sumber air bagi sawah mereka tercemaroleh limbah pertambangan batubara yang seenaknya dibuang ke

sungai yang selama ini menjadi sumber air bagi masyarakat setempat.

Berbagai masalah kesehatan juga dialami masyarakat yang menetap

di sekitar lokasi pertambangan. Di kabupaten Kutai Barat, Kalimantan

 Timur, pada tahun 2007 tercatat 19.375 orang menderita penyakit

yang terkait dengan pernafasan, meningkat sekitar 9% dari tahun

sebelumnya17. Data kesehatan dari Puskesmas Kecamatan Benga-

lon, Kabupaten Sangatta, lokasi dimana perusahaan tambang

terbesar di Asia Tenggara beroperasi, PT. Kaltim Prima Coal, juga

menunjukkan kondisi serupa. Penyakit yang paling menjadi momok 

bagi masyarakat Bengalon adalah penyakit-penyakit yang terkait

dengan pernapasan yang diduga akibat dampak dari pertambanganbatubara, seperti ISPA, asma, bronchitis dan radang paru-paru

akibat debu batubara.

Kisah tragis tentang berbagai dampak buruk dari penambangan

batubara di negeri ini, menjadi lebih menyedihkan ketika hal itu

berkaitan dengan hak hidup dan hak atas tanah bagi masyarakat

adat yang telah tinggal di sekitar lokasi pertambangan secara turun

temurun selama puluhan, bahkan ratusan tahun. Sejak tahun 1982,

masyarakat adat Dayak Paser terus menerus mengalami penggu-

suran dan pengusiran paksa dari tanah, termasuk tanah keramat,

yang telah ditempati turun temurun untuk dijadikan areal pertamban-

gan oleh PT.Kideco Jaya Agung. Sekitar 27.000 hektar lahan mereka

digusur18 untuk lahan pertambangan, mereka bahkan dilarangmelakukan kegiatan apapun diatas tanah keramat mereka sendiri.

Nasib yang sama dialami oleh masyarakat adat Dayak Basap di

Kecamatan Bengalon, Sangatta. Masyarakat adat Dayak Basap yang

sejatinya terbiasa memenuhi kebutuhan hidup mereka dari hasil

berburu dan berladang, kini kehilangan itu semua setelah PT. Kaltim

Prima Coal mulai beroperasi di tanah mereka sejak tahun 199219.

Setelah beberapa kali pindah dan tergusur, saat ini sebagian dari

mereka bermukim di Segading, hulu Sungai Lemba. Namun,

sepertinya tak lama lagi mereka pun harus terpaksa hengkang dari

tempat ini, karena PT. Kaltim Prima Coal akan segera memperluas

lubang galian mereka ke tempat dimana masyarakat adat Dayak 

Basap bermukim saat ini.

Page 11: Report Batubara Mematikan

5/17/2018 Report Batubara Mematikan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/report-batubara-mematikan 11/32

 

gambar Salah Satu Lokasi PertambanganBatubara skala besar di Kabupaten Sangatta,Kalimantan Timur.

Lokasi pertambanganbatubara skala besar diKabupaten Sangatta,Kalimantan Timur.

Bentangan alam yangsebelumnya merupakanmerupakan hutan ataugunung berubah menjadidanau raksasa yangpenuh zat berbahaya.

   ©   G   R   E   E   N   P   E   A   C   E   /   H   E   N   R   I   I   S   M   A   I   L

Batubara Mematikan 11

Page 12: Report Batubara Mematikan

5/17/2018 Report Batubara Mematikan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/report-batubara-mematikan 12/32

 

3. Polusi pembangkit listrik bertenaga batubara: berdampak pada kesehatan dan lingkungan

Pembakaran batubara menimbulkan jejak kerusakan yang lebih

dahsyat dan merusak dibandingkan pertambangan batubara.

Batubara adalah bahanbakar paling kotor, paling intesif karbon dari

semua jenis bahanbakar fosil, mengemisi 29 persen lebih banyak 

karbon per unit energi dibandingkan minyak bumi dan 80 persen

lebih dari gas20. Ini adalah penyebab terbesar perubahan iklim

dengan emisi karbon dioksida.

Pembakaran batubara juga melepas jumlah zat beracun lain seperti

merkuri dan arsenik yang membahayakan kesehatan manusia dan

menyebabkan dampak sangat buruk pada ekonomi negara berkem-

bang.

Menurut hasil kajian Biaya Eksternal yang dilakukan oleh Komisi

Eropa (European Commission, EC) pada tahun 200321 mengenai

beberapa jenis pembangkit listrik, PLTU bertenaga batubara tercatat

sebagai pembawa biaya eksternal tertinggi. Sebaliknya, sumber-

sumber energi terbarukan menunjukkan biaya eksternal terendah.

Biaya eksternal juga muncul pada saat kegiatan sosial atau ekonomi,

misalnya pada saat tambang batubara atau PLTU bertenaga

batubara berdampak pada sekelompok orang dan saat dampak tersebut tidak seluruhnya dihitung atau dikompensasi.

Dengan demikian biaya eksternal terjadi bila misalnya saat sebuah

PLTU yang mengemisi sulfur dioksida yang menyebabkan hujan

asam atau emisi merkuri yang merusak kesehatan manusia. Biaya

lingkungan dan sosial “dieksternalkan” karena walaupun biaya ini

nyata bagi anggota masyarakat terdampak, tapi pengelola PLTU

tidak menghitungnya saat pengambilan keputusan sebagai dasar

kegiatan ekonomi mereka.

Kajian Komisi Eropa menganggap dampak perubahan iklim seperti

kematian manusia (yaitu penurunan tingkat harapan hidup, kanker),

morbiditas manusia (yaitu jumlah pasien rumahsakit penderitapenyakit pernafasan, pengurangan hari kerja, serangan jantung),

dampaknya pada material bangunan (yaitu penuaan baja galvanisasi,

cat), panen (yaitu penurunan panen akibat penumpukan nitrogen

oksida, sulfur dioksida, trioksida dan asam), hilangnya kenyamanan22 

karena kebisingan atau hilangnya estetika, dan dampak penumpukan

asam dan nitrogen pada ekosistem.

12 Batubara Mematikan

Biaya eksternal ini sangat luarbiasa. Dan masyarakat yang bertet-

angga dengan PLTU bertenaga batubara yang akhirnya menanggung

biaya dampak pembakaran batubara untuk energi.

Pertama-tama, air dalam jumlah yang besar dibutuhkan untuk 

“mencuci” batubara dan mendinginkan pengoperasian PLTU. Proses

ini mengakibatkan kelangkaan air di banyak tempat.

PLTU bertenaga batubara adalah sumber utama pengemisi polutan

seperti sulfur dioksida, nitrogen oksida yang menyebabkan hujan

asam dan pencemaran udara. Partikel batubara halus adalah

penyebab utama penyakit yang berhubungan dengan radangparu-paru.

Polutan yang berasal dari cerobong PLTU mengancam kesehatan

masyarakat dan lingkungan di sekitarnya.

gambar PLTU Batubara.

Saat ini terdapat hampir 40% lebih banyak 

karbondioksida di atmosfer dibandingkan

sebelum Revolusi Industri. Tingkat CO2 saat

ini lebih tinggi dibanding saat manapun

dalam 650.000 tahun terakhir.

   ©   G   R   E   E   N   P   E

   A   C   E   /   S   T   E   V   E   M   O   R   G   A   N

Page 13: Report Batubara Mematikan

5/17/2018 Report Batubara Mematikan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/report-batubara-mematikan 13/32

 

 Anak-anak sedang mengaji di mesjid diperumahan terdekat dengan PLTU batubara Cilacap.

 Tampak jelas bangunan PLTU Cilacap dari jendela.Sejumlah besar masyarakat yang tinggal di sekitar PLTU

Cilacap menderita penyakit-penyakit yang terkaitdengan pernafasan.

gambar

 Ancaman Merkuri

PLTU bertenaga batubara adalah salah satu dari sumber pengemisi bahan berbahaya terbesar. Di Amerika Serikat, PLTU bertenaga

batubara diidentifikasi sebagai sumber terbesar emisi merkuri23.

Merkuri adalah zat yang sangat berbahaya – diperlukan hanya 0,91 gram merkuri yang diakumulasi selama setahun untuk mengkon-

taminasi danau seluas 10 hektar. Ikan yang ditangkap di danau ini tidak layak dikonsumsi manusia24. Rata-rata PLTU bertenaga

batubara berkapasitas 100-MW mengemisi kurang lebih 11,34 kg merkuri tiap tahunnya25.

Merkuri adalah logam yang sangat berbahaya dan tidak memiliki fungsi biokimia atau nutrisi. Sebagian besar dampak racun zat ini

terjadi bila paparannya mencapai sistem syaraf pusat26.

Merkuri dapat menyebabkan kerusakan otak berat pada janin serta gejala tremor ringan kelainan mental, gangguan motorik dan emosi

bahkan kematian pada orang dewasa. Paparan merkuri tergantung pada bentuknya. Uap merkuri dan metil merkuri merupakan bentuk 

yang paling memungkinkan mengenai manusia karena dalam bentuk ini zat tersebut dapat hampir seluruhnya diserap tubuh.

Saat merkuri memasuki air – apakah secara langsung atau terikat melalui udara – proses biologis mentransformasinya menjadi metil

merkuri, bentuk merkuri yang lebih beracun dan berbioakumulasi dalam ikan dan hewan lain yang memakan ikan dan manusia. Saat

suatu zat berbioakumulasi, konsentrasinya meningkat seiring bergeraknya pada rantai makanan.27

Boks 1

Batubara Mematikan 13

   ©   G   R   E   E   N   P   E   A   C   E   /   A   R   D   I   L   E   S   R   A   N   T   E

Page 14: Report Batubara Mematikan

5/17/2018 Report Batubara Mematikan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/report-batubara-mematikan 14/32

 

Metil Merkuri dan Resiko Besarnyaterhadap anak-anak

Boks 2

Menurut kajian baru-baru ini oleh Akademi Sains Nasional Amerika Serikat (US National Academy

of Sciences, US-NAS), "terdapat bukti kuat keracunan metil merkuri pada syaraf janin, walau pada

paparan konsentrasi sangat rendah." Paparan metil merkuri yang diemisi oleh fasilitas bertenaga

batubara "menyebabkan secara permanen hilangnya intelegensia pada ratusan bayi yang lahir

tiap tahunnya28.”

Berdasarkan kajian US-NAS tersebut, hilangnya intelegensia ini "menyebabkan hilangnya

produktivitas ekonomi yang bertahan seumur hidup anak-anak ini. Kehilangan produktivitas ini

adalah biaya utama keracunan metil merkuri29.”

Jika PLTU bertenaga batubara dibiarkan berkembang di seantero negri, berapa biaya yang

ditanggung Indonesia dalam hal hilangnya produktivitas karena resiko serupa seperti hilangnya

intelegensia seumur hidup banyak bayi yang terpapar emisi metil merkuri dari PLTU bertenaga

batubara?

Dampak buruk PLTU bertenaga batubara pada masyarakat yang hidup dekat PLTU terlihat di

Cirebon dekat sebuah PLTU yang dibangun di pinggir pantai.

Desa Kanci, Kecamatan Astanajapura dahulu dikenal sebagi sentra garam dan terasi tradisional di

wilayah Cirebon. Namun sekarang itu semua telah jadi kenangan. Ribuan meter ladang garam

petani garam tradisional telah digusur untuk dijadikan lokasi pembangunan PLTU. Puluhan

nelayan udang rebon dan industri rumah tangga terasi telah gulung tikar dan kehilangan matap-

encaharian mereka akibat pencemaran disekitar perairan tempat dulu dimana mereka mendapat-

kan udang rebon sebagai bahan baku terasi tradisional.

Nelayan kerang hijau (perna viridis) di Desa Waruduwur juga mengalami masalah yang sama.

Puluhan nelayan kerang hijau mengalami kerugian miliaran rupiah, akibat kerang hijaunya tak layak 

lagi dikonsumsi akibat tercemar lumpur yang disebabkan oleh aktivitas pengurugan dalam proses

konstruksi PLTU Cirebon.

Daya rusak dari pembakaran batubara terus berlanjut dan bahkan semakin memburuk ketika

PLTU tenaga batubara mulai beroperasi di suatu wilayah tertentu, sebagaimana dialami oleh

masyarakat yang menetap disekitar PLTU Karangkandri, Cilacap.

PLTU Karangkandri, Cilacap mulai beroperasi pada bulan Mei 2006, dengan kapasitas total 600

Megawatt. Sejak awal beoperasi PLTU Cilacap sudah mulai menimbulkan berbagai masalah yang

langsung dialami oleh masyarakat sekitar. Mulai dari suara berdengung yang terus menerus

terdengar dari PLTU, debu batubara yang memaksa puluhan penduduk pindah dari Perumahan

Griya Kencana Permai, salah satu lokasi pemukiman yang paling dekat dengan PLTU Cilacap.

Berkurang drastisnya hasil tangkapan ikan oleh nelayan di sekitar PLTU Cilacap dan dampak 

buruk pada kesehatan yang dialami oleh masyarakat yang tinggal disekitar PLTU tersebut.

Pada bulan Februari 2009, Greenpeace bersama Komite Aspirasi Masyarakat (KAM) Cilacap

melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap masyarakat yang tinggal disekitar PLTU Karangkan-

dri. Hasil pemeriksaan kesehatan menunjukkan dari 562 warga yang diperiksa, 60% mengalami

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), 20 persen bronchitis, 10 persen faringitis, 10 persen

menderita penyakit lainnya.

Ibu Munjiah, 50 tahun, menghabiskan hari-harinya di rumah setelah dia didiagnosis menderita

penyakit paru-paru kronis. Dalam hasil foto rontgennya ditemukan partikel-partikel debu batubara

di paru-parunya. Kini dia tidak bisa lagi bekerja di sawah, karena kondisi tubuhnya yang terlalu

lemah. Apa yang dialami Ibu Munjiah mungkin bukan masalah yang asing di desa-desa sekitar

PLTU Cilacap. Menurut penelitian kesehatan yang dilakukan Greenpeace pada bulan Agustus

tahun 2008, 80% masyarakat yang tinggal disekitar PLTU Cilacap mengalami penyakit-penyakit

pernafasan yang diduga diakibatkan debu batubara.

14 Batubara Mematikan

   ©   G   R   E   E   N   P   E   A   C   E   /   A   R   D   I   L   E   S   R   A   N   T   E

Page 15: Report Batubara Mematikan

5/17/2018 Report Batubara Mematikan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/report-batubara-mematikan 15/32

 

4. Limbah batubara: warisan yang kotor

Kerusakan yang diakibatkan oleh batubara tidak berhenti saat

pembakarannya. Di akhir rantai ini ada pertambangan yang ditinggal-

kan, limbah pembakaran batubara, masyarakat yang dirugikan dan

hamparan alam yang rusak. Bekas lubang galian batubara yang telah

dikeruk habis berubah menjadi Drainase Tambang Asam (Acid Mine

Drainage) yang sering berbentuk danau dan kolam raksasa.

Jika kita terbang diatas kota Samarinda dan wilayah kabupaten Kutai

Kertanegara, kita akan disuguhi dengan pemandangan puluhan

danau dan kolam raksasa dengan air berwarna kelam kehijauan.Dipandang dari kejauhan danau-danau tersebut tampak indah,

namun sesungguhnya danau dan kolam raksasa bekas lubang galian

batubara itu menyimpan bahaya besar terhadap masyarakat yang

tinggal disekitarnya. Air hujan yang bercampur dengan limbah logam

berat dari aktivitas penambangan batubara akan berakibat sangat

serius bagi kesehatan masyarakat sekitar jika mencemari sumber air

tanah dan sumber air masyarakat.

Bekas-bekas lubang galian batubara yang ditinggalkan begitu saja,

seolah menjadi fenomena biasa di wilayah Kalimantan Timur dan

Kalimantan Selatan. Padahal reklamasi areal pertambangan pasca

dikeruk habis merupakan suatu yang wajib hukumnya bagi perusa-

haan tambang berdasarkan aturan hukum yang berlaku di negeri ini.Jelas bahwa hukum diabaikan di sini.

Di Kalimantan Selatan misalnya, dari 16 perusahaan pemegang

Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B)

yang memiliki ijin konsesi seluas 236.367 hektar, baru sekitar 3.132

hektar yang telah direklamasi dari sekitar 20.000 hektar areal bukaan

tambang batubara30.

Lubang galian yang ditinggalkan juga menyebabkan penurunan tanah,

kerusakan pada struktur rumah, gedung, prasarana seperti jalan dan

 jembatan. Usaha-usaha untuk memperbaiki kerusakan yang ditinggal-

kan setelah tambang ditutup tidak ada yang mencukupi. Bahkan jika

lubang tambang “direklamasi” kembali tidak akan sepenuhnya pulih;masyarakat yang teracuni akan tetap terkontaminasi.

Di dunia sains, adalah fakta umum bahwa pembakaran batubara

menghasilkan kadmium, bahan beracun diklasifikasikan oleh Badan

Proteksi Lingkungan Amerika Serikat (US Environmental Protection

 Agency, US EPA) adalah termasuk sebagai penyebab kanker pada

manusia; timbal, logam berat mematikan dan kromium heksavalen

atau kromium VI. Kadmium, misalnya, adalah logam keperakan yang

menempel pada debu batubara dan dikaitkan dengan penyakit

 jantung, ginjal, paru-paru dan hati. Selain itu Kromium VI adalah

polutan udara berat yang tingkat bahayanya hanya dikalahkan oleh

benzena. Kromium VI diketahui sebagai penyebab kuat kanker

pary-paru dan dapat menghasilkan pendarahan dalam, dan kerusa-kan hati, ginjal dan pernafasan. Paparan terhadap Kromium VI

berasal dari menara-menara pendingin pada PLTU31.

Batubara Mematikan 15

gambar  Anak-anak kampung sekitar bermain di depan rumahmereka berlatar menara pendingin PLTU Cilacap. Anak-anak inimemiliki satu kesamaan: batuk yang terus menerus, disebabkanoleh polusi zat beracun dari PLTU.

Page 16: Report Batubara Mematikan

5/17/2018 Report Batubara Mematikan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/report-batubara-mematikan 16/32

 

gambar Ibu Soniya, masyarakat Samarinda Utarayang mata pencahariannya rusak akibat beroperasinyatambang batubara di sekitar tempat tinggalnya.

Ibu Soniya, penduduk Samarinda Utara

Bagian 4: kisah-kisah masyarakat

gambar Pak Atek, pemilik kolam pemancinganikan di Samarinda Utara. Sejak pertambanganberoperasi di desanya, banyak kolam ikannyayang rusak akibat limbah dari pertambangan.

   ©   G   R   E   E   N   P   E   A   C   E   /   H   E   N   R   I   I   S   M   A   I   L

   ©   G   R   E   E   N   P   E   A   C   E   /   H   E   N   R   I   I   S   M   A   I   L

“Sejak pertambangan batubara beroperasi di desa

kami, sawah dan kolam ikan saya rusak akibat

limbah dari pertambangan, selain itu kami juga

kehilangan sumber air untuk minum dan mandi,

karena air sungai di belakang rumah kami sudah tak 

layak lagi dikonsumsi.”

Pak Atek, pemilik kolam ikan

mengatakan bahwa kolamnya sekarang tercemar

akibat limbah dari pertambangan batubara.

16 Batubara Mematikan

Page 17: Report Batubara Mematikan

5/17/2018 Report Batubara Mematikan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/report-batubara-mematikan 17/32

 

   ©   G   R   E   E   N   P   E   A   C   E   /   N   A   M   A   F   O   T   O   G   R   A   F   E   R

 A. Samarinda: Ibukota penambangan batubaraIndonesia

Jika ada kategori rekor dunia untuk kota dengan proporsi wilayah

terbesar untuk pertambangan batubara, Samarinda pastilah juaranya.

Sekitar 70% dari total luas wilayah Samarinda yang sebesar 71.823

ha telah habis dikavling oleh perusahaan tambang sebagai kawasan

pertambangan batubara.

Samarinda layak juga dinobatkan sebagai ibukota tambang batubara

Indonesia. Di kota ini semua dampak merusak dari pertambangan

batubara dapat kita saksikan, mulai dari hilangnya mata pencaharian,

bencana banjir, kerusakan lingkungan sampai lubang-lubang galian

bekas tambang batubara yang menganga di tengah kota.

Kehilangan mata pencaharian

Ibu Soniya, 40 tahun, penduduk Samarinda Utara menuturkan

masalah yang dialaminya dengan geram: “Sejak pertambangan

batubara beroperasi di desa kami, sawah dan kolam ikan saya rusak 

akibat limbah dari pertambangan, selain itu kami juga kehilangan

sumber air untuk minum dan mandi, karena air sungai di belakang

rumah kami sudah tak layak lagi dikonsumsi.32”

Penduduk Desa Rimbawan, Kelurahan Tanah Merah, Kecamatan

Samarinda Utara tiga tahun terakhir ini mulai merasakan dampak 

negatif dari pertambangan batubara yang beroperasi di wilayah desa

mereka. Limbah dari pertambangan batubara membuat sawah

mereka rusak, dan mengakibatkan gagal panen. Sungai Rimbawan

yang ada di belakang pemukiman merekapun sudah tidak bisa

dimanfaatkan lagi karena airnya yang tercemar. Sebelum pertamban-

gan batubara mulai beroperasi, Sungai Rimbawan merupakan

sumber air minum dan mandi bagi masyarakat setempat.

Pak Atek, pemilik kolam ikan, mengatakan bahwa kolamnya

sekarang tercemar akibat limbah dari pertambangan batubara.

Namun Pak Atek masih merasa jauh lebih beruntung. Dibandingkan

Ibu Soniya dan banyak lagi tetangganya, dia masih punya kolam

pancing sewaan, yang menjadi penopang hidup keluarganya.

Banjir

Sebelum pengerukan batubara meningkat drastis di ibukota Kaliman-

tan Timur ini, banjir bukanlah ancaman serius untuk masyarakat

Samarinda. Banjir yang relatif besar hanya datang dalam siklus 5

tahunan atau 10 tahunan sekali. Namun sejak 3 tahun terakhir, air

bah melanda kota ini berulang kali bahkan bisa berlangsung sepan-

 jang musim hujan. Menurut Ibu Soniya, yang tinggal di kecamatan

Samarinda Utara, jika hujan lebat turun lebih dari dua jam, maka bisa

dipastikan beberapa titik di wilayah Samarinda Utara akan terendam

air.

Lia, seorang mahasiswi Universitas Mulawarman, menuturkan

bahwa: “sejak 2 tahun terakhir ini, banjir benar-benar mengganggu

aktivitas saya sebagai mahasiswa. Pernah saya dan seorang teman

nyaris hanyut oleh air bah, ketika banjir melanda kampus saya.”33

Kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pengerukan batubara

yang membabibuta dan serampangan tidak saja merugikan

masyarakat secara langsung, namun juga membebani pemerintah

kota Samarinda. Menurut data yang dilansir Jaringan Advokasi

 Tambang, pada tahun 2008 saja, PAD dari pertambangan batubarayang didapatkan oleh Pemerintah Kota Samarinda hanya sebesar

399 Juta, atau hanya sekitar 4% dari total PAD tahunan Kota

Samarinda yang sebesar 112,5 miliar.34 Semakin sering terjadinya

bencana banjir berarti Pemerintah Kota Samarinda harus mengeluar-

kan biaya puluhan milyar untuk membangun pintu air, bendungan

dan infrastruktur lainnya.

Batubara Mematikan 17

 Aktivitas tongkang pengangkut batubara di Sungai Mahakam.Sungai Mahakam yang membelah Samarinda merupakan jalur utama

tongkang batubara sebelum dimuat ke kapa-kapal pengangkut batubara.

gambar

   ©   G   R   E   E   N   P   E   A   C   E   /   H   E   N   R   I   I   S   M   A   I   L

Page 18: Report Batubara Mematikan

5/17/2018 Report Batubara Mematikan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/report-batubara-mematikan 18/32

 

Lubang tambang di tengah kota

Jika kita terbang diatas Kota Samarinda, kita akan menyaksikan

ratusan lubang tambang batubara yang ada hampir disetiap sudut

kota ini. Sebagian lubang tambang tersebut kini sudah berubah

menjadi danau-danau beracun, ditinggalkan begitu saja oleh perusa-

haan tambang, setelah mereka puas mengeruk batubara dari perut

bumi. Sebagian besar lubang ini terdapat di Sempaja, salah satu

kecamatan hanya 15 km dari pusat kota.

Ironi kemiskinan di kota emas hitamBatubara juga dikenal dengan sebutan emas hitam di kalangan

pengusaha batubara. Komoditas ini telah membuat para pengusaha

menjadi orang-orang super kaya di negeri dengan sekitar 32 juta

penduduk super miskin dengan pendapatan di bawah 7.000 rupiah

perhari35. Hampir semua dari 10 orang terkaya di Indonesia pada

tahun 2009 merupakan pengusaha-pengusaha yang bergerak dalam

sektor ekstaktif, seperti pengerukan batubara dan perkebunan

sawit.36

Namun batubara hanya membawa kekayaan luar biasa untuk 

segelintir orang. Tidak semua yang bekerja di industri ini memetik 

keuntungannya. Bila adapun, pertambangan batubara hanya

mengembalikan sangat sedikit untuk penduduk Samarinda yang

kotanya dijadikan kota limbah.

Misalnya untuk Ibu Yanti, seorang penduduk Kelurahan Selili,

Kecamatan Samarinda Timur. Rumahnya sangat dekat dengan

wilayah pertambangan di Samarinda. Pemerintah daerah mengidenti-

fikasinya sebagai salah satu dari juta penduduk miskin di negri ini

yang hidup di bawah garis kemiskinan. Sehari-hari Ibu Yanti dan

puluhan warga sedesanya menjadi buruh di pertambangan batubara

skala kecil yang terdapat dekat rumahnya, mereka biasa menyebut

diri mereka sebagai buruh KPC, bukan buruh PT. Kaltim Prima Coal

tentu saja, KPC buat mereka adalah singkatan dari “Karungan Prima

Coal”.

Pekerjaan mereka adalah memasukkan bongkahan-bongkahan

batubara yang baru saja dikeruk kedalam karung plastik. Setelah

penuh karung berukuran 50 kg itu harus mereka jahit sendiri, setiap

karung yang terisi penuh dihargai sebesar 800 rupiah. Tak jarang Ibu

 Yanti dan belasan temannya harus bekerja sejak siang hari sampai

dinihari di hari berikutnya.

18 Batubara Mematikan

“Sejak di PHK dari tempat kerja saya yang lama, saya tak punya

pilihan lagi selain bekerja sebagai buruh pemungut batubara. Sering

saya sedih melihat teman saya yang meski sedang hamil tua harus

tetap bekerja. Kami memang tak punya pilihan selain bekerja di

tempat ini,” jelasnya37.

Pejabat pemerintah baik di tingkat nasional maupun lokal selalu

mengklaim bahwa keberadaan pertambangan batubara di Kaliman-

tan Timur, khususnya Samarinda, akan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat sekitar. Namun kenyataan yang dialami masyarakat

adalah sebaliknya: sejak meningkatnya pertambangan batubara

dalam empat tahun terakhir ini di Samarinda, masyarakat malah

merugi. Klaim kesejahteraan dari tambang batubara yang dijanjikan

pemerintah ternyata palsu. Terbukti dengan peningkatan bencana

banjir karena perubahan drastis dan tiba-tiba dari topografi

sekitarnya, serta hilangnya sumber penghidupan masyarakat dan

peningkatan kemiskinan – yang semua justru terjadi di kota yang

berlimpah dengan emas hitam itu.

gambar Pasangan Suami Istri,Komari (71 thn) dan Nurbeti (55 thn),petani kecil di Desa Makroman,Samarinda Ilir, yang sawahnya rusak akibat aktivitas pertambangan didesa mereka.

   ©   G   R   E   E   N   P   E   A   C   E   /   H   E   N   R   I   I   S   M   A   I   L

Page 19: Report Batubara Mematikan

5/17/2018 Report Batubara Mematikan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/report-batubara-mematikan 19/32

 

Batubara Mematikan 19

Ibu Yanti, penduduk kelurahan Selili, Kecamatan

Samarinda Timur

“Sejak di PHK dari tempat kerja saya yang lama,

saya tak punya pilihan lagi selain bekerja sebagai

buruh pemungut batubara. Sering saya sedih

melihat teman saya yang meski sedang hamil tua

harus tetap bekerja. Kami memang tak punya pilihan

selain bekerja di tempat ini.”

gambar Sepatu bekas yang teringgaldi lokasi pertambangan batubara yang

telah ditinggalkan di Samarinda.

   ©   G   R   E   E   N   P   E   A   C   E   /   H   E   N   R   I   I   S   M   A   I   L

   ©   G   R   E   E   N   P   E   A   C   E   /   H   E   N   R   I   I   S   M   A   I   L

gambar Salah seorang pemungut batubara di

pertambangan batubara skala kecil di Samarinda

Lia, seorang mahasiswi Universitas Mulawarman

“Sejak dua tahun terakhir ini, banjir benar-benar

mengganggu aktivitas saya sebagai mahasiswa.

Pernah saya dan seorang teman nyaris hanyut oleh

air bah, ketika banjir melanda kampus saya.”

Page 20: Report Batubara Mematikan

5/17/2018 Report Batubara Mematikan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/report-batubara-mematikan 20/32

 

B. Pembangunan PLTU Cirebon dan prosespemiskinan masyarakat

Sejak PLTU Cirebon memulai proses pembangunannya pada awal

tahun 2008, Kasneri, 48 tahun, tidak lagi mempunyai pekerjaan tetap.

Kini hampir setiap hari, ia hanya menghabiskan waktu di rumahnya

yang sempit dan reyot di Desa Kanci Kulon, Kecamatan Astana-

 japura, Kabupaten Cirebon. Hanya sesekali jika ada ajakan dari

tetangganya sekampung untuk membantu mereka menggarap

sawah, baru Ibu Kasneri mendapatkan penghasilan, itupun hanya

sebesar 10.000 rupiah sebagai upah untuk enam jam bersimbah

peluh bekerja di ladang milik tetangganya dibawah sengatan sinar

matahari Cirebon yang terkenal menusuk.

Sebelumnya sebagai pengusaha terasi tradisional, Kasneri mampu

mendapatkan paling kurang 200.000-300.000 rupiah perhari dari hasil

penjualan terasinya. Terasi yang dibuat oleh pengusaha terasi tradis-

ional di Desa Kanci Kulon terkenal kelezatan dan kekhasan rasanya.

Para pembuat terasi bangga membuat terasi hanya dengan mengguna-

kan bahan baku dari udang rebon(acetes sp), tanpa ada campuran lain.

Udang-udang kecil ini mereka dapatkan dari hasil melaut di sepanjang

pesisir Kecamatan Astanajapura yang meliputi Desa Waruduwur, Desa

 Temu, Desa Kanci Kulon, dan Desa Kanci Wetan. Kasneri sendiri

bekerja bersama suaminya, Dalim, 54 tahun, Kasneri yang bertugas

meracik terasi sementara suaminya Dalim yang bertugas menangkap

udang rebon di laut, sepanjang pesisir Astanajapura.

20 Batubara Mematikan

Sejak PLTU Cirebon memulai proses pembangunannya, Kasneri dan

Dalim, beserta 26 keluarga pembuat terasi tradisional lainnya

kehilangan mata pencaharian mereka. Mereka tak bisa lagi mendap-

atkan udang rebon yang merupakan bahan baku pembuatan terasi.

Bila sebelumnya sekali melaut Dalim bisa mendapatkan lebih dari 10

kg udang rebon, tapi sekarang udang rebon seperti menghilang dari

laut. Ternyata penyebabnya adalah proses pengurugan tanah untuk 

pembangunan PLTU di sepanjang pesisir Astanajapuralah yang

menyebabkan langkanya udang rebon di laut. Proses reklamasi

menggunakan lumpur dan limbah lainnya dari proses pembangunan

PLTU dan mengubur terumbu karang tempat hidupnya udang.

Setahun lalu, Kasneri termenung memikirkan nasibnya yang sudah

dua hari tak mendapatkan bahan baku untuk pembuatan terasi.

Suaminya, Dalim, sedang terbujur sakit tanpa mampu berobat ke

Puskesmas karena tak mempunyai cukup uang untuk berobat.

Ketika ditanya kenapa tak membawa suaminya ke dokter, Kasneri

berkata: “untuk makan saja kami tak punya uang pak, apalagi untuk 

berobat ke dokter”.

Menurunnya tangkapan ikan diDesa Waruduwur

Desa Waruduwur adalah yang letaknya paling dekat dengan PLTUbertenaga batubara di Cirebon. Sebagian besar penduduk desa

adalah nelayan. Sebelum PLTU Cirebon dibangun, nelayan hanya

perlu menangkap ikan beberapa meter dari pantai. Tapi setelah

pembangunan PLTU dimulai, mereka harus melaut lebih jauh. Bila

sebelumnya hanya dibutuhkan tiga liter bahanbakar untuk melaut,

sekarang 15 liter saja kadang tidak mencukupi. Tapi selain mening-

katnya jarak tangkapan, ikan yang mereka peroleh jauh berkurang

dibanding tahun-tahun sebelum pembangunan PLTU.

Pak Romansah, nelayan Waruduwur berumur 38 tahun mengatakan,

“tiga tahun lalu kami mudah menangkap kepiting dan udang dekat

pantai, tapi setelah pembangunan PLTU, kami hanya menangkap

lima ekor udang seharinya. Tangkapan ikan juga menurun drastis.38

Reklamasi tanah untuk pembangunan PLTU sangat berdampak 

buruk pada Sungai di desa Waruduwur. Akibatnya, rumah-rumah di

desa kebanjiran tiap datang air pasang.

“Sejak kecil saya tak pernah mengalami banjir seperti ini,” kata Pak 

Wahyudi39, seorang penduduk Waruduwur.

   ©   G   R   E   E   N   P   E   A   C   E   /   H   E   N   R   I   I   S   M   A   I   L

gambar PLTU Cirebon terletak di pesisir Kecamatan Mundu.Sejak PLTU Cirebon dimulai proses pembangunannya,masyarakat nelayan yang menggantungkan hidupnyadi pesisir tersebut mengalami dampak negatif denganmenurunnya hasil tangkapan ikan secara drastis.

Page 21: Report Batubara Mematikan

5/17/2018 Report Batubara Mematikan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/report-batubara-mematikan 21/32

 

Batubara Mematikan 21

 Aan Anwarudin, salah seorang aktivis mahasiswa

 yang menolak pembangunan PLTU Cirebon

“PLTU tidak akan membawa dampak positif apa-

apa terhadap penduduk Astanajapura. Dalam masa

pembangunanya PLTU Cirebon sudah mengakibat-

kan proses pemiskinan terhadap masyarakat setem-

pat, seperti petani garam, pengusaha tradisional

terasi, dan nelayan kerang hijau.”

gambar Romansah, salah seorang nelayan di Desa Waruduwur,

sejak PLTU Cirebon mulai beroperasi hasil tangkapan ikan

nelayan di Desa Waruduwur berkurang drastis.

   ©   G   R   E   E   N   P   E   A   C   E   /   H   E   N   R   I   I   S   M   A   I   L

   ©   G   R   E   E   N   P   E   A   C   E   /   H   E   N   R   I   I   S   M   A   I   L

gambar Pertemuan regional masyarakat yang terpapar dampak batubara. Ci rebon-Indonesia. Aktivis Greenpeace dan Masyarakat Desa Waruduwur meminta pemerintah untuk menghentikanpembangunan PLTU Batubara dan mulai beralih ke energi terbarukan yang bersih. Hal inidisampaikan pada penutupan acara pertemuan masyarakat anti batubara yang diadakan olehGreenpeace dan dihadiri perwakilan masyarakat yang terpapar dampak negative batubara dariIndonesia, China, Filipina, dan Thailand.

Pak Romansah, nelayan Waruduwur

“Tiga tahun lalu kami mudah menangkap kepiting

dan udang dekat pantai, tapi setelah pembangunan

PLTU, kami hanya menangkap lima ekor udang

seharinya. Tangkapan ikan juga menurun drastis.”

Page 22: Report Batubara Mematikan

5/17/2018 Report Batubara Mematikan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/report-batubara-mematikan 22/32

 

Hilangnya sumber penghidupan petanigaram tradisional

Samsu, 50 tahun, adalah seorang petani garam di Desa Kanci Kulon.

Samsu dan keluarganya yang sudah turun-temurun selama puluhan

tahun menjadi petani garam. Ia terpaksa kehilangan matapencahari-

annya sejak dibangunnya PLTU di desa mereka.

 Tanah milik Samsu seluas 4.000 meter persegi, tiba-tiba tidak bisa

lagi dimanfaatkan untuk bertani garam. Tanahnya kebetulan berada

di lokasi tempat pembangunan PLTU Cirebon. Pihak pengembang

didukung aparat permerintah setempat memaksa penduduk untuk 

melepas tanah mereka dengan harga yang rendah. Meskipun

mayoritas warga pemilik tanah menolak untuk menjual tanahnya,

pihak pengembang PLTU tetap memaksa mereka untuk melepas

tanahnya. Samsu, adalah salah seorang warga yang sampai saat ini

bertahan untuk tidak menjual tanahnya dengan harga berapapun.

 Tanahnya merupakan hartanya yang paling berharga, karena

digunakan untuk menopang hidupnya membuat garam. Dulu dalam

setiap musim panen, Samsu dapat menghasilkan paling kurang 20

 juta rupiah tiap 6 bulan. Dengan pendapatannya itu dia bisa

menyekolahkan anak-anaknya dan hidup layak.

Saat dimulainya proses pembangunan PLTU, bersamaan dengan itu

berakhir pula usaha pembuatan garam tradisionalnya. Samsu

mempertahankan tanahnya, tapi karena lokasi tanahnya berada di

tengah-tengah lokasi pembangunan PLTU, Samsu tak bisa lagi

bekerja. Para pengembang PLTU menutup sumber aliran air laut ke

tanahnya, sehingga air garam tak bisa lagi masuk ke ladangnya.

 Tanpa air laut, tanahnya tak bisa lagi dimanfaatkan untuk bertani.

Meski demikian, Samsu tetap bertekad melawan kesewenang-

wenangan pihak pengembang PLTU terhadap dirinya.

Samsu tidak sendirian mengalami nasib buruk ini, ada puluhan

keluarga petani garam lain yang mengalami nasib serupa dengannya.

22 Batubara Mematikan

Dampak sosial dan ekonomi pembangunanPLTU bertenanga batubara

Pembangkit Listrik Tenaga Uap Cirebon sedang dalam proses

pembangunan. PLTU ini terletak di Kecamatan Astanajapura, meliputi

4 desa: Desa Kanci Kulon, Kanci Wetan, Warumundu, dan Desa

Citemu. PLTU ini bukan merupakan bagian dari proyek pemerintah

pusat untuk membangun 35 Pembangkit Listrik Tenaga Batu Bara

sebesar 10.000 MW sebelum tahun 2010 di seluruh Indonesia.

 Aan Anwarudin, salah seorang aktivis mahasiwa yang menolak 

pembangunan PLTU di desanya menyatakan PLTU Cirebon diban-

gun tanpa disertai oleh dokumen Analisa mengenai dampak lingkun-

gan (AMDAL) yang jelas, dan juga tanpa disertai sosialisasi terhadap

masyarakat sekitar lokasi pembangunan.

Menurut Aan, lokasi pembangunan PLTU sangat dekat dengan

pemukiman warga. Pembangkit ini hanya berjarak sekitar 10 meter

dari Desa Kanci Kulon, 450 meter dari Desa Kanci Wetan, 15 meter

dari Desa Waruduwur dan sekitar 100 meter dari Desa Citemu.

 Aan bersama masyarakat sekitar lokasi yang menolak pendirian

PLTU di desa mereka bergabung dalam Rakyat Penyelamat Lingkun-

gan (Rapel), Rapel telah beberapa kali melakukan unjuk rasa dan

protes baik kepada pihak pengembang maupun pemerintah Kabu-paten Cirebon untuk menghentikan proses pembangunan PLTU di

desa mereka.

“PLTU tidak akan membawa dampak positif apa-apa terhadap

penduduk Astanajapura. Dalam masa pembangunanya PLTU

Cirebon sudah mengakibatkan proses pemiskinan terhadap

masyarakat setempat, seperti petani garam, pengusaha tradisional

terasi, dan nelayan kerang hijau,40” kata Aan dalam menjelaskan

keprihatinannya.

Masyarakat Kanci, menurut Aan, takut akan dampak buruk dari PLTU

bertenaga batubara jika sudah beroperasi nanti. Mereka sadar akan

apa yang dialami oleh masyarakat sekitar PLTU Cilacap bisamenimpa mereka juga. Mereka mendengar masyarakat sekitar lokasi

PLTU Cilacap menghadapi berbagai dampak negatif, mulai dari

meningkatnya penyakit pernafasan di desa-desa sekitar PLTU, lahan

pertanian yang mati akibat limbah batubara, dan serbuan debu

batubara yang membuat udara di sekitar desa mereka tidak lagi layak 

untuk dihirup.

Page 23: Report Batubara Mematikan

5/17/2018 Report Batubara Mematikan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/report-batubara-mematikan 23/32

 

Batubara Mematikan 23

C. Cilacap

Pada tahun 2006, Cilacap, kota industri yang berkembang dipenuhi

optimisme. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan

pembangunan PLTU bertenaga batubara baru di wilayah mereka.

Namun bertentangan dengan harapan awal akan pertumbuhan

ekonomi, biaya sebenarnya yang ditanggung kota di Jawa Tengah ini

akhirnya menjadi sangat jelas.

 Tujuan awal pembangunan PLTU adalah memancing pertumbuhan

ekonomi. Lalu selanjutnya, hal ini akan membantu mengembangkan

wilayah industri Cilacap menjadi 2.000 hektar – lebih dari 10 kali luas

sebelumnya

41

. Pada awal proyek ini, pemerintah melihat denganbangga. PLTU menghasilkan 600 Megawatt listrik ke jaringan

Jawa-Bali. Banyak pekerjaan baru diciptakan, menyebabkan

peningkatan dalam penjualan material bangunan. Beberapa

masyarakat setempat mendapatkan uang dengan menyewakan

rumahnya bagi para insinyur pembangunan.

 Tapi tidak lama setelahnya kenyataan tiba – dan semua dimulai

dengan awan hitam debu yang menutup kota kecil ini.

 Alia berumur empat tahun dan tinggal dengan orangtuanya dan dua

kakaknya. Yang membatasi rumah mereka dengan PLTU bertenaga

batubara itu hanya sebuah sawah yang terbengkalai sejauh 300

meter. Di awal-awal beroperasinya PLTU, Alia bermain dengan

senangnya dengan kawan-kawannya di luar rumah mereka. Pertanda

kecil bahaya yang ada hanya batuk yang tidak henti-hentinya dari

anak-anak ini.

Hal ini merupakan pertanda datangnya sesuatu yang lebih serius:tujuh bulan yang lalu, Alia didiagnosa dengan bronchitis. Ayahnya

 juga terkena penyakit yang sama. Ia bekerja di PLTU selama lebih

dari satu tahun, memindahkan batubara dari truk tanpa masker dan

menghirup semua debu yang beterbangan. Sekarang paru-parunya

terdapat flek.

Seorang anak perempuan lain yang menderita adalah Safira yang

berumur tiga tahun. Ia terlalu kecil untuk usianya dan mengalami

batuk pilek dua kali tiap bulannya sejak ia lahir. Ibunya, Rohimah,

tidak mampu membawanya ke dokter. Obat satu-satunya yang

diberikan kepada Safira hanya obat-obatan demam dan batuk yang

dibeli di warung.

Purwanto, seorang dokter setempat, mengatakan pada kami bahwa:

“Kurangnya nutrisi menyebabkan banyak ibu di wilayah ini tidak dapat

menyusui anaknya, dan menurunkan ketahanan bayinya terhadap

infeksi. Saya telah melihat pergeseran ke lebih banyak infeksi

pernafasan pada anak-anak dibandingkan dengan orang dewasa di

wilayah ini sejak beroperasinya PLTU.42” Purwanto sangat akrab

dengan penderitaan anak-anak di sekitar PLTU, karena ia sendiri

yang dulunya tinggal di wilayah yang sama terpaksa pindah karena

kedua anaknya terkena bronchitis.

gambar PLTU Karang Kandri Cilacap:

PLTU Cilacap terletak di Kecamatan

Kesugihan, Kabupaten Cilacap Jawa Tengah.

Sejak awal beroperasi PLTU Cilacap

sudah menimbulkan berbagai dampak 

negatif terhadap masyarakat sekitar.

   ©   G   R   E   E   N   P   E   A   C   E   /   A   R   D   I   L   E   S   R   A   N   T   E

Page 24: Report Batubara Mematikan

5/17/2018 Report Batubara Mematikan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/report-batubara-mematikan 24/32

 

gambar Ibu dan anak. Alya, gadis kecil berumur 4 tahun, ditenangkan olehIbunya Siti Soliah, 23 tahun. Menurut dokter setempat,anak ini menderita bronchitis, Mereka tinggal di Kuasen,dusun kecil berjarak hanya sekitar 50 meter dari PLTUCilacap. Sejumlah besar masyarakat yang tinggak disekitar PLTU menderita penyakit-penyakit yang terkaitdengan pernafasan.

Purwanto, dokter di daerah Cilacap

gambar Sejak PLTU Cilacap beroperasi dan mengakibatkandampak kesehatan terhadap masyarakat sekitar, banyak rumahdi Griya Kencana Permai, perumahan terdekat dari PLTU,ditinggalkan oleh penghuninya.

   ©   G   R   E   E   N   P   E   A   C   E   /   A   R   D   I   L   E   S   R   A   N   T   E

   ©   G   R   E   E   N   P   E   A   C   E   /   A   R   D   I   L   E   S   R   A   N   T   E

“Kurangnya nutrisi menyebabkan banyak ibu di

wilayah ini tidak dapat menyusui anaknya, dan

menurunkan ketahanan bayinya terhadap infeksi.

Saya telah melihat pergeseran ke lebih banyak 

infeksi pernafasan pada anak-anak dibandingkan

dengan orang dewasa di wilayah ini sejak berop-

erasinya PLTU.”

Sugriyatno, penghuni kompleks perumahan

dekat PLTU, sekaligus kepala gerakan protes

terhadap kerusakan yang diakibatkan PLTU

“Suaranya datang dan pergi tiap lima menit. Kami

tidak bisa mendengar suara kita sendiri saat berbi-

cara. Akhirnya kita ketahui bahwa mereka sedang

membersihkan pipa-pipa mereka”

24 Batubara Mematikan

Page 25: Report Batubara Mematikan

5/17/2018 Report Batubara Mematikan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/report-batubara-mematikan 25/32

 

Batubara Mematikan 25

Polusi udara

 Tidak seperti Purwanto, Imam Sarjono, seorang pensiunan berumur

59 tahun, memilih untuk tetap tinggal di rumahnya. Ia bekerja keras

untuk membeli rumahnya setelah menabung selama karirnya sebagai

petugas penjaga penjara. Ketika ia membeli rumahnya bersama 200

orang lainnya, mereka membayangkan akan tinggal di tempat yang

prima, berudara segar dan jauh dari keramaian pusat kota Cilacap.

Sekarang, debu hitam menutupi anggrek putih dan melatinya yang

ditanam Sarjono di muka rumahnya. Pohon-pohon di sekitar,

daun-daunnya semua berlapis debu hitam. Puluhan orang terpaksapindah karena debu batubara ini dan suara berdengung yang terus

menerus terdengar dari PLTU.

“Kami membayar rekening air dua kali lipat untuk membersihkan

rumah kami. Kami harus menyapu berkali-kali untuk membersihkan

debu ini,” kata Sarjono. “Banyak tetangga kami yang pindah. Siapa

yang tahan hidup begini?”43

Hilangnya mata pencaharian

Polusi dari PLTU berdampak buruk pada kemampuan banyak orang

untuk hidup di tanah sekitarnya. Sekitar 12 hektar sawah produktif di

dua desa praktis rusak setelah PLTU membanjirinya dengan air lautpanas bercampur buangan dari PLTU. Insiden ini memaksa seorang

petani, Noto, dan anaknya mencari pekerjaan lain setelah sawah

mereka rusak. Sekarang untuk mendapatkan uang, mereka menggali

pasir dan membawanya kembali ke desa mereka dengan perahu

kecil. Bekerja 10 jam sehari mulai pukul 6 pagi, mereka harus

membanting tulang hanya untuk memenuhi sebuah truk kecil.

Pendapatan Noto tidak pernah lebih dari 80.000 rupiah per hari44.

Bersama banyak tetangganya, kehilangan sawah mereka tidak 

memberinya banyak pilihan untuk bekerja lain. Pada kenyataannya,

Noto dan anaknya adalah termasuk yang beruntung – banyak 

tetangganya tidak bekerja sama sekali.

Sebuah perlawanan

Penyakit yang datang, polusi dan penurunan kualitas hidup memukul

banyak penduduk yang tinggal di sekitar PLTU. Suatu pagi hari pada

akhir 2005, penduduk sekitar dibangunkan oleh suara sangat keras

dari PLTU. Penduduk mengatakan suaranya seperti sebuah pesawat

terbang akan terbang landas di dekat mereka.

“Suaranya datang dan pergi tiap lima menit. Kami tidak bisa menden-

gar suara kita sendiri saat berbicara. Akhirnya kita ketahui bahwa

mereka sedang membersihkan pipa-pipa mereka,” kata Sugriyatno,

yang juga tinggal di kompleks perumahan dekat PLTU45. Insiden inimendorong penduduk kompleks perumahan bersama dengan tiga

desa sekitar untuk berkumpul dan memprotes berbagai masalah

yang diakibatkan PLTU. Mereka membentuk komite agar keluhan

mereka didengar oleh pemerintah daerah dan oleh pengelola PLTU.

Sugriyatno, yang mengepalai gerakan ini mengatakan bahwa: “Kami

menegosiasikan kompensasi kerusakan di tiga desa dan kompleks

perumahan Griya Kencana Permai yang diakibatkan oleh operasi

PLTU. Belakangan sangat banyak kerusakan. Tapi kami masih

optimis akan ada solusi positif yang keluar.”46

Ia juga menunjukkan bahwa pemilik PLTU tidak pernah menunjukkan

simpati atau menawarkan dukungan pada lingkungan yangdirusaknya. Masyarakat sekitar tidak akan mengalah; tapi tampaknya

demikian pula para penyebab polusi.

Page 26: Report Batubara Mematikan

5/17/2018 Report Batubara Mematikan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/report-batubara-mematikan 26/32

 

Bagian 5: Saatnya Melakukan [R]evolusi Energi di Indonesia!

Dalam laporan ini, kami telah tunjukkan kerusakan yang diakibatkan

oleh batubara sepanjang rantai kepemilikannya – sejak dari penam-

bangannya dari perut bumi sampai apa yang ditinggalkannya setelah

dibakar.

Kami telah memaparkan kerusakan yang diakibatkan oleh penam-

bangan – dari penyakit paru-paru hitam sampai kebakaran batubara

dan drainase asam tambang. Kami membongkar dampak lokal dan

global yang ditimbulkan oleh pembangkit listrik bertenaga batubara,

termasuk penumpukan gas rumahkaca di atmosfir yang merupakan

ancaman besar. Kami juga telah menyoroti warisan batubara –

bahaya yang sering terlupakan akibat tambang yang ditinggalkan dan

usaha reklamasi yang seringkali tak berhasil.

Biaya batubara sebenarnya menggarisbawahi mendesaknya tindakan

untuk menghindari konsekuensi bencana masa depan yang dimotori

oleh batubara.

Pilihan lain selain batubara tersedia melimpah di sekitar kita. Green-

peace memaparkan sebuah cetak biru praktis dalam [R]evolusi 

Energi: Tinjauan Energi Berkelanjutan Indonesia47.

Energi Terbarukan

 Alam menyediakan begitu banyak pilihan sumber-sumber energi yang

bisa diperbarui. Persoalannya tinggal bagaimana mengubah sinar

matahari, angin, biomassa, atau air menjadi listrik, panas, serta

tenaga gerak secara efisien, berkelanjutan, dan terjangkau oleh

masyarakat.

Sinar matahari yang sampai di permukaan bumi memiliki daya

rata-rata 1 kilowatt/m2. Menurut Lembaga Penelitian Tenaga Surya,

energi yang dapat disediakan oleh sumber-sumber terbarukan adalah

sebesar 3.078 kali lebih banyak daripada yang dibutuhkan oleh dunia

pada saat ini. Dalam satu hari, misalnya, sinar matahari yang

mencapai bumi bisa memproduksi energi yang dibutuhkan oleh dunia

selama 8 tahun. Walau hanya beberapa persen saja dari selurh

potensi tersebut yang dapat diakses secara teknis ini pun masih bisa

mencukupi kurang lebih 6 kali lebih banyak daripada yang dibutuhkan

oleh dunia pada saat ini.

26 Batubara Mematikan

   ©   G   R   E   E   N   P   E   A   C   E   /   H   O   T   L   I   S   I   M   A   N   J   U   N   T   A   K

Sumber-sumber Energi Terbarukan di Indonesia

Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak di khatulistiwa.

Ini berarti radiasi rata-rata harian di kebanyakan tempat di

Indonesia intensitasnya relatif tinggi, sekitar 4 kWh/m2, menawar-

kan potensi yang besar untuk energi tenaga surya. Indonesia juga

memiliki potensi yang besar untuk memanfaatkan sumber-sumber energi terbarukan lainnya, seperti panas bumi, tenaga air,

angin, dan biomassa.

Pada akhir 2005, sumber-sumber energi terbarukan berkontribusi

hanya kurang dari 5% dari seluruh kapasitas listrik terpasang di

Indonesia (28 GW), atau setara dengan 1,345 GW. Jumlah ini

tidak termasuk listrik yang dihasilkan oleh Pembangkit Listrik 

 Tenaga Air skala besar yang berjumlah sekitar 15% (4,1 GW).

Rencana pengembangan sumber-sumber energi terbarukan

dicantumkan dalam Cetak Biru Pengelolaan Energi Nasional yang

dikeluarkan oleh Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral

(ESDM) tahun 2005 yang fokus pada produksi dan perakitan lokal

dalam rangka pengembangan industri energi terbarukan di

Indonesia.

gambar Greenpeace menyumbangan pembangkit listrik 

tenaga surya kepada desa pesisir di Aceh. Indonesia. Salah

satu wilayah yang paling parah dihantam tsunami pada Bulan

Desember, 2004. Bekerjasama dengan UPLINK, LSM

pembangunan lokal, Greenpeace menawarkan keahliannya

pada efesiensi energi dan memasang pembangkit energi

terbarukan untuk salah satu desa yang pali ng parah dihantam

tsunami tahun 2004 lalu.

Page 27: Report Batubara Mematikan

5/17/2018 Report Batubara Mematikan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/report-batubara-mematikan 27/32

 

   ©   G   R   E   E   N   P   E   A   C   E   /   S   I   M   O   N   L   I   M

Batubara Mematikan 27

Energi Air

Indonesia secara teoritis memiliki potensi energi air sebesar 75 GW.

Pembangkit listrik tenaga air skala kecil, yang secara umum siap

diaplikasikan pada lansekap sungai-sungai alami dibandingkan PLTA 

skala besar, saat ini mencakup kapasitas terpasang sebesar 84 MW.

PLTA skala kecil ini dibedakan menjadi PLTA mikrohidro dengan

output sampai dengan 25 kW, dan PLTA minihidro dengan output

sampai dengan 500 kW. Potensi untuk PLTA mikrohidro terutama

terdapat di Sumatera Barat, Bengkulu, Kalimantan Barat, dan

Sulawesi Tengah. Sementara untuk PLTA minihidro dapat diaplikasi-

kan di Sumatera Utara, Bengkulu, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.

Sampai tahun 2007 terdapat lebih dari 200 PLTA mini dan mikrohidro

yang telah beroperasi, terutama di wilayah-wilayah yang tidak dilalui

 jaringan PLN. Karena pembangunan PLTA mini dan mikrohidro relatif 

tidak mahal dan mudah dioperasikan, sumber energi ini menarik bagi

investor dan koperasi-koperasi lokal.

Di masa depan, sumber energi yang berasal dari arus dan gelom-

bang juga akan siap dimanfaatkan. Potensi teoretis dari sumber

energi ini di Indonesia adalah 240 GW. Teknologi untuk mengubah

sumber energi ini menjadi lsitrik saat ini masih dalam tahap eksperi-

men – saat ini terdapat satu instalasi percontohan dengan kapasitas

1,1 MW di Pantai Baron, Yogyakarta.

Energi Angin

Karena sedikitnya pertukaran angin terjadi di wilayah Indonesia,

potensi energi ini tidaklah terlalu besar, yaitu hanya sejumlah 9.290

MW. Kecepatan angin rata-rata di Indonesia adalah 3-5 m/detik. Di

wilayah timur Indonesia, kecepatan angin bisa mencapai di atas 6,5

m/detik. Dengan demikian, sumber energi angin lebih cocok 

diaplikasikan pada turbin pembangkit listrik berukuran kecil atau

sedang, yang memerlukan angin berkecepatan 2,5-4 m/detik dan

4-5 m/detik berturut-turut, dengan output sampai dengan 10 kW dari

turbin ukuran kecil, dan 10-100 kW dari turbin ukuran menengah.

Hanya ada sedikit tempat di Indonesia yang bisa memproduksi listrik 

lebih dari 100 kW yang memerlukan kecepatan angin lebih dari 5

m/detik.

Potensi energi angin terutama terdapat di wilayah Nusa Tenggara

Barat dan Nusa Tenggara Timur, yang memiliki kecepatan angin

rata-rata lebih dari 5 m/detik. Dengan total kapasitas terpasang

sebesar 5 MW pada tahun 2007, berarti hanya sedikit saja dari total

potensi yang ada yang telah dimanfaatkan. Turbin angin ukuran kecil

telah diaplikasikan di wilayah-wilayah pedesaan, ataupun untuk 

sistem energi yang terdesentralisasi – untuk memompa air, mengisi

baterai, dan untuk kebutuhan mekanis seperti mengalirkan air ke

tambak atau kolam-kolam ikan.

Biomassa

Indonesia memiliki potensi teoretis yang cukup besar untuk mem-

produksi energi dari biomassa, yaitu sebesar 50.000 MW. Setiap

tahunnya Indonesia menghasilkan limbah atau sisa buangan perta-

nian, kehutanan dan perkebunan serta sampah domestik sebesar

200 juta ton. Berdasarkan perkiraan resmi, sekitar 35% energi yanh

dikonsumsi di Indonesia, terutama di wilayah pedesaan, berasal dari

biomassa – terutama dari kayu bakar.

Pada akhir tahun 2005 kapasita terpasang total pembangkit listrik 

bertenaga biomassa adalah sekitar 445 MW. Gas yang dihasilkan

dari tempat-tempat pembuangan sampah di Indonesia juga merupa-kan potensi yang besar. Diperkirakan TPA yang ada di 12 kota besar

di Indonesia memiliki total kapasitas pembangkitan listrik sebesar 566

MW.

gambar turbin energi angin di pagi hari di daerah ladang

angin Datang di ladang angin Saibanha di Chifeng,

Mongolia. Ladang angin Saibanha memiliki

kapasitas 49.5 MW dan pembangkit listriknya

menghasilkan 275.14 GWh.

Page 28: Report Batubara Mematikan

5/17/2018 Report Batubara Mematikan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/report-batubara-mematikan 28/32

 

Energi Surya

Sebagai negeri tropis dengan radiasi matahari sebesar 4,8 kWh/m2

dan 300 hari bermatahari setiap tahunnya, Indonesia memiliki potensi

yang sangat besar untuk memanfaatkan tenaga surya.

Sistem photovoltaic (PV), terutama sistem tenaga surya rumah

tangga (SHS, solar home systems), dapat digunakan di wilayah

pedesaan untuk memproduksi listrik bagi kebutuhan penerangan

rumah, pompa air, peralatan telekomunikasi, dan sistem pendingin

medis di puskesmas. Sejak tahun 1980-an sebanyak 50.000 SHS

telah dipasang, dan menggunakan sistem hibrid, misalnya mengkom-binasikannya dengan generator diesel, juga telah banyak dipakai. Di

akhir tahun 2005 kapasitas terpasang di Indonesia mencapai 8 MW,

dimana 1 MW diantaranya telah dialirkan ke jaringan listrik PLN.

Pada tahun 1990an pemerintah Indonesia mulai Secara sistematis

mempromosikan penggunaan sistem photovoltaic terisolasi untuk 

mencukupi kebutuhan listrik pedesaan yang tidak terlayani jaringan

PLN dan sejak 2004 bank-bank swasta telah menyediakan pinjaman

untuk pembelian sistem PV. Beberapa rencana kelistrikan nasional

 juga telah memasukkan transfer sebagian rantai produksi sistem

tenaga surya ke Indonesia untuk mengurangi ketergantungan

terhadap import. Penggunaan PV tidak hanya dapat diterapkan di

pedesaan yang tidak terjangkau jaringan PLN dan terdesentralisasi,

namun juga dapat diterapkan di perkotaan dimana mekanisme

feed-in dapat digunakan.

28 Batubara Mematikan

Energi Panas Bumi (Geothermal)

Deretan pegunungan berapi (vulkanik) yang terhampar di sepanjang

pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Maluku

memberi berkah bagi Indonesia dengan potensi sumber energi panas

bumi, jumlahnya sekitar 40% dari total potensi panas bumi dunia.

Menurut perkiraan Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral

(ESDM) negara Indonesia memiliki 217 lokasi panas bumi potensial,

terutama di Sumatera, Jawa dan Sulawesi. Potensi teoretis panas

bumi Indonesia diperhitungkan sebesar 27.000 MW. Pada akhir

tahun 2004 hanya 807 MW atau sekitar 3% dari potensi tersebut

yang telah dimanfaatkan.

Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) yang ada saat ini

dioperasikan oleh PLN dan kontraktornya. Di masa datang, produsen

listrik independen (IPP, Independent Power Producers) diharapkan

dapat berperan lebih besar dalam pengembangan, pemanfaatan dan

pencarian lokasi potensial baru dari sumber energi ini.

Pada tahun 2005 pemerintah mengalokasikan 28 lokasi baru dengan

kapasitas total sebesar 13.500 MW yang juga telah menarik minat

beberap ainvestor. Sampai saat ini masih banyak lokasi yang

diperuntukkan bagi proyek pemerintah. PLN sendiri merencanakan

untuk membangun 16 PLTPB dengan kapasitas total sebesar 1.150

MW. Pertamina, perusahaan minyak dan gas nasional, juga terlibat

dalam konstruksi beberapa PLTPB baru.

 

gambarUndang-Undang Energi Terbarukan Sekarang. Aktivis Greenpeace di Filipina melakukan aksi

damai menuntut agar pemerintah Filipinasegera mengesahkan Rancangan Undang-

Undang Energi Terbarukan di Filipina.Sejarah membuktikan, sejak disahkan UUtersebut di Filipina, pengembangan energi

terbarukan di negara tersebut lebih cepat darisebelumnya. Indonesia harus segera

menghilangkan berbagai hambatan dalampengembangan energi terbarukan di negeri

ini. Salah satunya dengan segera memilikiUU Energi Terbarukan.

Page 29: Report Batubara Mematikan

5/17/2018 Report Batubara Mematikan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/report-batubara-mematikan 29/32

 

[R]evolusi Energi untuk Kedaulatan dan Akses Energi untuk Semua

Setelah krisis ekonomi tahun 1998, sektor energi Indonesia mengalami perubahan

yang cukup dinamis yang dipicu oleh pertumbuhan permintaan energi, perubahan-

perubahan kebijakan di sektor energi, serta perubahan lain akibat kenaikan harga

minyek di pasar internasional. Indonesia saat ini telah menjadi negara pengimpor

minyak (net importer) karena produksi minyak nasional terus mengalami penurunan.

Saat ini pun produksi gas juga mengikuti produksi minyak bumi yang menurun. Oleh

karenanya menjadi penting bagi Indonesia untuk memperhatikan keberlanjutan suplaienergi nasional dan juga meningkatkan penggunaan sumber energi lainnya yang lebih

ramah lingkungan – yaitu energi terbarukan.

Namun, tanpa adanya kemauan politik (political will), energi terbarukan tidak akan

pernah berkembang dan dianggap merugikan akibat distorsi pasar listrik yang dicipta-

kan oleh besarnya dukungan keuangan, politik, dan struktur bagi teknologi kelistrikan

konvensional. Oleh karenanya, pengembangan energi terbarukan mutlak memerlukan

dukungan politik dan ekonomi yang kuat dari negara, terutama dalam bentuk kebijakan

yang menjamin stabilitas harga sampai periode 20 tahun.

Batubara Mematikan 29

Page 30: Report Batubara Mematikan

5/17/2018 Report Batubara Mematikan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/report-batubara-mematikan 30/32

 

Bagian 3: Jejak penghancuran batubara: dari galian ke gagasan

 Adanya target energi terbarukan yangambisius

Dalam beberapa tahun terakhir, dipicu oleh keinginan untuk menu-

runkan secara drastis gas rumah kaca, beberapa negara telah

mencanangkan target untuk pengaplikasian energi terbarukan. Hal

tersebut dituangkan baik dalam kapasitas terpasang, maupun dalam

konsumsi energi. Walaupun target ini seringkali bukanlah target yang

mengikat secara hukum, namun ini menjadi penting sebagai katalis

untuk meningkatkan alokasi energi terbarukan di dalam bauran energi

(energy mix) secara nasional.

Berdasarkan Cetak Biru Pengelolaan energi Nasional tahun 2005,

pemerintah Indonesia hanya menargetkan kurang dari 10% dari

bauran energi (energy mix) yang berasal dari energi terbarukan.

 Angka ini sama sekali tidak ambisius, apalagi melihat begitu

melimpahnya sumber energi terbarukan yang ada di Indonesia.

30 Batubara Mematikan

 Tuntutan bagi energi terbarukan

 Tuntutan utama untuk memungkinkan pengembangan energi

terbarukan:

Penghapusan subsidi bagi energi fosil dan nuklir, dan menginter-

nalisasi biaya-biaya eksternal;

Menetapkan target energi terbarukan yang mengikat secara

hukum;

Penyediaan manfaat yang tertentu dan stabil bagi investor;

Menjamin adanya akses prioritas ke jaringan bagi pembangkit

energi terbarukan; danStandar efisiensi yang ketat bagi semua perangkat yang meng-

konsumsi energi, bangunan dan kendaraan bermotor.

 

Beberapa hal di bawah ini adalah rekomendasi Greenpeace untuk bisa membuka

kunci kemacetan pengembangan energi terbarukan.

Penghapusan perangkat kebijakan penyebab distorsi pasar energi – Penyebab utama yang menghambat pengaplikasian energi terbarukan secara

masif adalah kurangnya struktur harga di pasar energi yang benar-benar mencerminkan harga produksi energi yang sebenarnya. Beberapa hal yang perlu

dilakukan adalah:

• Internalisasi biaya lingkungan dan sosial dari energi yang menimbulkan pencemaran (energi kotor)

Harga sebenarnya dari energi kotor juga termasuk biaya yang harus dikeluarkan oleh masyarakat akibat gangguan kesehatan, kerusakan lingkungan,

tercemarnya sumber-sumber air, serta pencemaran logam berat seperti merkuri dan terjadinya hujan asam – selain dampak global seperti pemanasan

global. Biaya-biaya ini, yang biasa disebut sebagai biaya eksternal, tidak pernah dimasukkan dalam komponen harga dari energi kotor.

• Menerapkan prinsip Pencemar Membayar (Polluter Pays Principle)

Seperti halnya subsidi lainnya, biaya eksternal haruslah dimasukkan dalam harga energi jika memang benar-benar diinginkan adanya pasar yang

kompetitif. Untuk itu pemerintah perlu menerapkan prinsip “pencemar membayar” yang membebankan tanggung jawab lebih terhadap pencemar, atau

memberikan kompensasi secara adil kepada non-pencemar. Selain itu perlu adanya adopsi pajak yang lebih besar kepada penghasil listrik yang

menggunakan energi kotor dan sebaliknya memberikan kompensasi atau keringanan pajak bagi sumber-sumber energi terbarukan. Dengan demikian

maka dapatlah diharapkan adanya kompetisi yang lebih setara diantara pemain-pemain di sektor energi.

Reformasi Sektor Ketenagalistrikan – Teknologi energi terbarukan sangatlah kompetitif jika saja diberikan perhatian yang setara dengan teknologi lainnya

dalam hal pendanaan dan subsidi bagi riset dan pengembangan teknologinya, serta jika biaya eksternal juga diperhitungkan dalam harga energi. Oleh

karenanya reformasi di sektor ketenagalistrikan sangatlah penting untuk menciptakan kondisi yang kondusif bagi pengembangan energi terbarukan secara

maksimal. Reformasi yang diperlukan yaitu:

• Penghapusan hambatan-hambatan di sektor ketenagalistrikan, dengan melakukan:

o Penyederhanaan prosedur dan sistem perijinan, serta penyeragaman sistem perencanaan dan perencanaan jaringan yang lebih terintegrasi;

o Akses yang setara terhadap grid, dengan penetapan harga yang transparan dan setara, serta penghapusan akses dan tarif transmisi yang diskriminatif;

o Sistem penetapan tarif yang transparan di seluruh jaringan, dengan memperhitungkan dan pembayaran keuntungan dari pembangkitan listrik;

o Pemisahan (unbundling) sarana pembangkit dan jaringan distribusi ke beberapa perusahaan;

o Pembebanan biaya pembangunan infrastruktur jaringan kepada otoritas pengelolaan jaringan, dan bukannya kepada setiap pembangkit energi terbarukan; dan

o Transparansi informasi kepada konsumen tentang campuran bahan bakar dan dampak lingkungan yang diakibatkan untuk memberikan pendidikan

kritis kepada konsumen.

Page 31: Report Batubara Mematikan

5/17/2018 Report Batubara Mematikan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/report-batubara-mematikan 31/32

 

Batubara Mematikan 31

• Prioritas akses terhadap grid

Peraturan-peraturan yang terkait dengan akses terhadap grid, transmisi, dan pembiayaan seringkali tidak memadai. Peraturan perundangan haruslah

diperjelas, terutama terkait dengan biaya distribusi dan transmisi. Pembangkit energi terbarukan haruslah diberikan akses prioritas. Jika diperlukan,

pengembangan jaringan atau biaya untuk penguatan jaringan haruslah dibebankan kepada operator grid, dan juga kepada konsumen, karena manfaat

lingkungan dari energi terbarukan juga dirasakan oleh publik.

•  Adanya mekanisme pendukung bagi energi terbarukan

Secara umum terdapat dua jenis insentif untuk mendorong pengembangan energi terbarukan, yaitu Fixed Price System (Sistem Harga Tetap) dan

Renewable Quota System (Sistem Kuota Terbarukan).

Sistem Harga Tetap adalah suatu sistem dimana pemerintah menetapkan harga listrik (atau premium) yang dibayarkan kepada pembangkit dan membiar-

kan pasar menentukan kuantitas. Sementara Sistem Kuota Terbarukan adalah suatu sistem dimana pemerintah menetapkan kuota listrik yang dihasilkan

pembangkit energi terbarukan dan membiarkan pasar menentukan harga.

Beberapa mekanisme dalam sistem harga tetap adalah:

o subsidi terhadap investasi

o feed-in tariff yang tetap

o sistem premium tetap

o kredit pajak 

Sementara mekanisme dalam sistem kuota adalah:

o sistem tender

o sertifikat hijau yang bisa diperdagangkan

Di Indonesia, seperti di banyak wilayah dunia,masyarakat mulai menyadari kenyataan pahit ketergan-tungan pada batubara untuk energi, serta mulai bergerakuntuk membela hak mereka akan lingkungan yang bersihdan sehat. Gerakan-gerakan ini kuat dan mulai mendap-atkan momentum. Pemerintah Indonesia harus menden-

gar seruan mereka dan meletakkan dasar pembangunan yang hijau dan adil lingkungan yangmemastikan kesejahteraangenerasi-generasi mendatangnegri ini.

Page 32: Report Batubara Mematikan

5/17/2018 Report Batubara Mematikan - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/report-batubara-mematikan 32/32

 

Greenpeace adalah organisasi

kampanye global yang bertindak 

untuk merubah sikap dan perilaku,

melindungi dan mengkonservasilingkungan serta mempromosikan

perdamaian.

Greenpeace Asia Tenggara - Indonesia

Jalan Kemang Utara

Nomor 16 B1

Jakarta Selatan 12730

 Tel: +62 21 718 2858

Fax: +62 21 718 2857

greenpeace.org/seasia

1 Biaya Batubara Sebenarnya, Greenpeace Internasional, Desember 2008.

2 Statistik Energi Indonesia 2009, Kementrian Energi dan Sumberdaya Mineral, Republik 

Indonesia.

3 Coal Statistic, World Coal Institute, September 2010.

4 Tingkatan batubara antara batubara bituminus (kandungan karbon 68 - 86%) dan

antrasit (dengan kandungan karbon tertinggi)

5 Batubara yang telah diproses untuk peleburan besi.

6 Departemen Geologi, Kementrian Energi dan Sumberdaya Mineral, 2006.

7 Coal Statistics, World Coal Institute, September 2010.

8 Henderson, C., 2003. Clean Coal Technologies, report no. CCC/74.

London: IEA Clean Coal Centre, October 2003.

9 Kementrian Energi dan Sumberdaya Mineral.

10 Cetak Biru Pengelolaan Energi Nasional 2010-2025, Kementrian Energi dan Sumber

daya Mineral.

11 ESDM (2009) Statistik Batubara 2008, Kementrian Energi dan Sumber daya

Mineral http://www.esdm.go.id/download/Statistik_Batubara_Indonesia.pdf (diakses

September 2010).

12 Idem

13 Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumberdaya Mineral (2009) Indikator Kunci

Energi dan Sumberdaya Mineral Indonesia, 2008.

14 Kajian Kebijakan Energi Indonesia, Badan Energi Internasional, 2008.

15 Laporan tentang Pertambangan di Indonesia dengan fokus Kalimantan Timur dan

Selatan, serta Sumatra Selatan, dikomisikan oleh Greenpeace Asia Tenggara, 2009.

16 Mulyono, J. (2009) Tinjauan Industri Batubara Indonesia, dipresentasikan dapal dialog

Kebijakan Batubara Indonesia-Jepang dan Seminar Batubara Tokyo, Maret 26-27, 2009.

17 Kantor Kesehatan Kabupaten Kutai Barat, Juni 2009.

18 Jaringan Advokasi Tambang (JATAM), analisis dari berbagai sumber, Oktober 2008.

19 Idem

20 Siaran Pers Worldwatch Institute, “Phasing out Coal: Environmental Concerns,

Subsidy Cuts Fuel Decline”.

21 External Costs: Research results on socio-environmental damages due to electricity and

transport, Luxembourg: Office for Official Publications of the European Communities, 2003.

22 Kenyamanan di sini didefinisikan sebagai kelebihan sifat dari sebuah properti yang

tidak esensial bagi penggunaan properti tersebut, tapi dapat meningkatkan nilainya.

Misalnya termasuk kolam renang, lapangan tenis, pemandangan indah, akses pada

bidang air, dst. www.secured-loan.co.uk/glossary-loans.html

23 U.S. EPA, Office of Water, “Air Pollution and Water Quality: Atmospheric

Deposition Initiative: Where is the Air Pollution Coming From?” Available online at

http://www.epa.gov/owowwtr1/oceans/airdep/air5html. (U.S. EPA, Mercury Report to

Congress, 1997, Vol. 1).

24 National Wildlife Federation, “Clean the Rain, Clean the Lakes: Mecury in Rain is

Polluting the Great Lakws,” p. 4, September 1999.

25 Idem

26 http://www.epa.gov/mercury/effects.htm

27 Toxicological Effects of Methylmercury, National Academy Press, Washington, DC, 2000.

28 Idem

29 Idem

30 Kantor Lingkungan Hidup Kalimantan Selatan, Mei 2009.

31 16 Toxics A to Z: A Guide to Everyday Pollution Hazards by John Harte, Richard

Schneider, Christine Shirley and Cheryl Holdren, University of California Press, Berkeley

and Los Angeles, 1991

32 Wawancara dengan Ibu Soniya, penduduk desa Rimbawan, Tanah Merah, Kabupaten

Samarinda Ilir, 23 Agustus 2010.

33 Wawancara dengan Lia, mahasiswa Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur, 30 Agustus 2010.

34 Batubara Indonesia: dampak lokal, kaitan global, Down to Earth, No. 85-86, Agustus 2010.

35 Statistik Kemiskinan, Biro Pusat Statistik, BPS, 2010

36 Globe Asia Magazine, Volume 4, Number 6, June 2010

37 Wawancara dengan Ibu Yanti dari Selili Samarinda Timur, 30 Agustus 2010.

38 Wawancara dengan Pak Romansah dari Desa Waruduwur, Cirebon, 17 Oktober 2010

39 Wawancara dengan Pak Wahyudi dari Desa Waruduwur, Cirebon, 17 Oktober 2010.

40 Wawancara dengan Aan Anwarudin, Cirebon, Agustus 2010.

41 Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi, 2007. Potensi Unggulan Daerah & 

Peluang Investasi Cilacap: Investment Opportunities. Pemerintah Daerah Cilacap.

42 Wawancara dengan dr Purwanto. Cilacap, Indonesia. 22-23 September 2008.

43 Wawancara dengan Imam Sarjono, penduduk kompleks perumahan Griya Kencana

Permai. Desa Karang Kandri, Indonesia. 22-23 September 2008.

44 Wawancara dengan Noto, petani dan penduduk Desa Winong, Indonesia. 22-23

September 2008.

45 Wawancara dengan Sugriyatno, penduduk kompleks perumahan Griya Kencana

Permai. Desa Karang Kandri, Indonesia. 22-23 September 2008.

46 Idem

47 Revolusi Energi: Tinjauan Energi Berkelanjutan Indonesia, Greenpeace Internasional

dan Dewan Energi Terbarukan Eropa, November 2007.