restrukturisasi dan privatisasi bumn

12
Restrukturisasi & Privatisasi BUMN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebelum mengambil langkah-langkah untuk Restrukturisasi dan Privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam hubungannya dengan Perekonomian Indonesia,sudah sepatutnya kita pertanyakan terlebih dahulu tentang justifikasi keberadaan BUMN.Hal ini penting karena apalah gunanya mengutak-atik sesuatu yang barangkali sudah tidak patut memiliki hak hidup secara ekonomi dan/atau menjadi beban pemerintah kalau tetap mengelolanya. Sudah sejak lama keberadaan BUMN didera oleh banyak masalah yang besar. Sering BUMN yang merugi diselamatkan oleh pemerintah dengan kucuran dana yang besar agar perusahaannya bisa tetap berjalan dan tidak bangkrut. Menurut keterangan Menneg BUMN, selama 2001 aset total BUMN mencapai Rp845,2 triliun dan meraih laba sebesar Rp26,9 triliun. Dari laba tersebut pemerintah memperoleh dividen sebesar Rp8,1 triliun. Tetapi total utang BUMN diperkirakan mencapai Rp606 triliun. (Kompas, 5/3). Kelemahan-kelemahan struktural yang melekat pada BUMN, posisi monopoli dan banyak permasalahan lain yang mendorong untuk segera dilakukan privatisasi BUMN. Kondisi-kondisi demikian jika dibiarkan begitu saja, maka akan mengancam bukan hanya keadaan perekonomian negara saja, namun akan menimbulkab dampak luas di berbagai bidang kehidupan. B. Rumusan Masalah Untuk membahas permasalahan ini secara menyeluruh, maka dalam makalah ini disusun tiga rumusan masalah, yaitu: 1. Mengapa perlu dilakukan Restrukturisasi dan Privatisasi BUMN? 2. Bagaimanakah kontroversi dari Restrukturisasi dan Privatisasi BUMN? 3. Bagaimana langkah-langkah mendesak yang harus dilakukan oleh pemerintah dalam masalah Restukturisasi dan Privatisasi BUMN?

Upload: makmur846813686

Post on 27-Nov-2015

39 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

privatisasi

TRANSCRIPT

Page 1: Restrukturisasi Dan Privatisasi BUMN

Restrukturisasi & Privatisasi BUMN

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahSebelum mengambil langkah-langkah untuk Restrukturisasi dan Privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam hubungannya dengan Perekonomian Indonesia,sudah sepatutnya kita pertanyakan terlebih dahulu tentang justifikasi keberadaan BUMN.Hal ini penting karena apalah gunanya mengutak-atik sesuatu yang barangkali sudah tidak patut memiliki hak hidup secara ekonomi dan/atau menjadi beban pemerintah kalau tetap mengelolanya. Sudah sejak lama keberadaan BUMN didera oleh banyak masalah yang besar. Sering BUMN yang merugi diselamatkan oleh pemerintah dengan kucuran dana yang besar agar perusahaannya bisa tetap berjalan dan tidak bangkrut. Menurut keterangan Menneg BUMN, selama 2001 aset total BUMN mencapai Rp845,2 triliun dan meraih laba sebesar Rp26,9 triliun. Dari laba tersebut pemerintah memperoleh dividen sebesar Rp8,1 triliun. Tetapi total utang BUMN diperkirakan mencapai Rp606 triliun. (Kompas, 5/3).Kelemahan-kelemahan struktural yang melekat pada BUMN, posisi monopoli dan banyak permasalahan lain yang mendorong untuk segera dilakukan privatisasi BUMN. Kondisi-kondisi demikian jika dibiarkan begitu saja, maka akan mengancam bukan hanya keadaan perekonomian negara saja, namun akan menimbulkab dampak luas di berbagai bidang kehidupan.

B. Rumusan Masalah

Untuk membahas permasalahan ini secara menyeluruh, maka dalam makalah ini disusun tiga rumusan masalah, yaitu:1. Mengapa perlu dilakukan Restrukturisasi dan Privatisasi BUMN?2. Bagaimanakah kontroversi dari Restrukturisasi dan Privatisasi BUMN?3. Bagaimana langkah-langkah mendesak yang harus dilakukan oleh pemerintah dalam masalah Restukturisasi dan Privatisasi BUMN?

C. Tujuan Penulisan

Semakin buruknya pengelolaan BUMN yang dilakukan oleh pemerintah, menjadi alasan utama penulisan makalah ini. Kelemahan-kelemahan struktural yang selama ini ditunjukan dalam pengeloaan BUMN, kondisi monopoli yang selama ini dilakukan oleh sebagian besar BUMN, menjadi beberapa alasan perlunya dilakukan Restrukturisasi dan Privatisasi BUMN. Agar dalam pengelolaanya kelak, BUMN bersih dari segala macam KKN dan lebih berpihak pada kesejahteraan masyarakat luas.

BAB II

Page 2: Restrukturisasi Dan Privatisasi BUMN

PEMBAHASAN

A. Tinjauan Teori

Konsep tentang neoliberal saat ini menjadi sesuatu yang menarik untuk dicermati. Setidaknya ada dua alasan. Pertama, wacana publik tentang neoliberal menjadi komoditas politik yang sedang memanas dan menarik saat ini. Kedua, konsep neoliberal dalam prakteknya di Indonesia telah dilakukan sejak era presiden Soeharto, Habibie, Gus Dur, Megawati dan SBY, terutama dalam kebijakan privatisasi BUMN.Apa yang salah dengan neoliberal menjadi peertanyaan menarik dengan melihat sejarah konsep pemikiran neoliberal. Tokoh yang terkenal penganjur paham ini adalah Milton Friedman, seorang pemikir yang masih percaya pada kapitalisme klasik yang berpendapat bahwa urusan negara hanyalah masalah tentara dan polisi, yang melindungi hidup warganya. Negara tidak boleh mencampuri perekonomian dan menarik pajak dari rakyatnya, karena menurutnya telah terbukti bahwa krisis ekonomi semakin memburuk jika negara berusaha mengatasinya. Pokok-pokok ajaran neoliberal tergambar pada: pertama biarkan pasar bekerja, kedua kurangi pemborosan dengan memangkas semua anggaran negara yang tidak produktif seperti subsidi pelayanan sosial, ketiga lakukan deregulasi ekonomi, keempat keyakinan terhadap privatisasi,kelima keyakinan pada tanggung jawab individual.Lebih jauh paham Neoliberal percaya bahwa tujuan negara adalah untuk melindungi individu, khususnya dunia usaha (pasar), kebebasan dan hak-hak kepemilikan. Di luar ini peranan negara harus minimal, karena itu negara harus melakukan privatisasi. Dengan privatisasi atau swastanisasi dimaksudkan adalah tindakan untuk mengurangi peran pemerintah atau meningkatkan peranan dari sektor swasta dalam kegiatan atau pun dalam pemilikan harta kekayaan (Savas, 1987). Privatisasi menurut paham ini merupakan kunci untuk pemerintahan yang lebih baik.B. Restrukturisasi dan Privatisasi BUMN

Kelemahan-kelemahan struktural yang melekat pada BUMN adalah: kualitas direksi, yang disebabkan karena orang-orang yang ditunjuk sebagai direksi bukanlah orang-orang yang terpilih dan terbaik. Tetapi banyak di antara mereka yang karena penunjukan politis atau adanya kepentingan-kepentingan tertentu dari golongan-golongan tertentu. Yang jadi kriteria bukanlah kapabilitas, tetapi loyalitas, besarnya setoran, sehingga banyak terjadi KKN.Kemudian posisi monopoli dari beberapa BUMN yang merugikan konsumen, karena perusahaan ini bekerja semaunya, mengurangi jumlah produksi, menjual dengan harga tinggi dan mengambil keuntungan yang tinggi. Memang bukanlah tujuan utama dari BUMN untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya, tetapi mengabdi kepada rakyat dan bahkan kadang-kadang harus merugi karena mengemban misi-misi tertentu dari pemerintah.Jadi BUMN monopoli tidaklah sama dengan swasta monopoli. Tetapi karena kerjanya sering tidak efisien dan banyak terjadi kebocoran, maka harga jual barang dan jasa perusahaan BUMN bisa lebih tinggi dari seandainya perusahaan ini dikelola swasta. Pengelolaan BUMN umumnya tidak sebaik perusahaan swasta, karena direksi BUMN bukanlah pemilik perusahaan dan kalau perusahaannya merugi, ini bukan uang pribadinya, dan negara tidak akan membiarkan perusahaan ini bangkrut sehingga diselamatkan terus.

Page 3: Restrukturisasi Dan Privatisasi BUMN

Kalau di perusahaan swasta, yang dipertaruhkan adalah uangnya sendiri, manajer yang tidak becus tidak akan dibiarkan, tetapi akan segera diganti. KKN juga terdapat di perusahaan-perusahaan swasta, tetapi tidak seumum atau seluas di BUMN. Salah satu sumber dari inefisiensi adalah terlalu banyaknya karyawan yang dipekerjakan, meskipun ini adalah peninggalan dari zaman Orde Lama tetapi masih berlangsung terus hingga kini.

Paham ini juga diterapkan secara internasional dalam bentuk implementasi perdagangan dan pasar bebas. Paham Neoliberal sangat percaya bahwa mekanisme pasar adalah cara optimal dalam mengorganisir barang dan jasa. Perdagangan dan pasar bebas membebaskan potensi-potensi kreatif dan kewiraswastaan dan karena itu menuju kearah kebebasan individu dan kesejahteraan serta efesiensi dalam alokasi sumber daya.Menurut paham Neoliberal ekonomi moneter mendominasi makro ekonomi dan intervensi ekonomi negara tidak diharapkan, karena akan mengganggu logika pasar dan mengurangi efesiensi ekonomi. Paham ini juga mendukung perdagangan bebas secara internasional. Sebagai hasil dari implementasi dari paham ini kekayaan dan kekuasaan tidak lagi berada di tangan pemerintah yang dipilih oleh rakyat melainkan pada kelompok-kelompok elite bisnis dan perusahaan-perusahaan multinasional. Kesimpulannya, prinsip utama dalam ekonomi neoliberal adalah free market dan free trade.Agar gagasan tersebut dapat terwujud maka harus dibentuk tatanan global yang diikuti oleh negara-negara di dunia. Amerika dan Inggris yang semenjak terjadi “Revolusi Konservatif” di masa Reagen dan Thacher menjadi pelopor perubahan tatanan global menuju neoliberalisme itu. Lembaga-lembaga multilateral seperti Bank Dunia, IMF, dan bank-bank pembangunan regional, seperti Asian Development Bank (ADB) dijadikan sebagai kepanjangan tangan untuk keperluan transformsi tersebut. Negara-negara sedang berkembang yang memperoleh dukungan pinjaman dana dari lembaga-lembaga tersebut harus terlebih dahulu menandatangani perjanjian yang memuat prinsip-prinsip yang dikenal dengan the Washington Consensus.( A. Habibbullah, 2009)

Sebelum membahas lebih jauh mengenai Restrukturisasi dan Privatisasi BUMN, perlu diketahui terlebih dahulu pengertian dari BUMN. BUMN ( Badan Usaha Milik Negara) adalah badan usaha yang seluruhnya modalnya dimiliki oleh negara atau badan usaha yang tidak seluruh sahamnya dimiliki oleh negara. Tujuan BUMN dapat bervariasi, yakni: untuk merintis pembangunan prasarana tertentu, untuk kepentingan keamanan dan kerahasiaan negara, untuk kepentingan kesejahteraan rakyat, untuk kepentingan komersiil, dan lain sebagainya. Selain itu ada beberapa faktor yang melatar belakangi keberadaan BUMN, yaitu:1. Pelopor atau perintis karena swasta tidak tertarik untuk menggelutinya2. Pengelola bidang-bidang usaha yang "strategis" dan pelaksana pelayanan publik3. Penyeimbang kekuatan-kekuatan swasta besar4. Sumber Pendapatan Negara5. Hasil dari nasionalisasi perusahaan-perusahaan BelandaMeskipun ada berbagai tujuan, tetapi secara garis besar tujuan BUMN ada yang bersifat komersial dan non komersial. Di dalam praktek, kedua fungsi tersebut harus dapat diserasikan. Dalam Sistem Ekonomi Indonesia, peran BUMN sangat besar. Di samping mengemban misi sebagai ekonomi BUMN harus dapat memberikan kontribusi pendapatan kepada negara. Namun dalam kenyataan banyak BUMN yang belum dapat bekerja secara efisien, antara lain melalui perubahan status dan pemilikan.

Page 4: Restrukturisasi Dan Privatisasi BUMN

Setelah mengetahui definisi dan tujuan BUMN, serta latar belakang pendirian BUMN, maka kita akan membahas Restrukturisasi BUMN. Pengertian Restrukturisasi BUMN adalah upaya peningkatan kesehatan BUMN / perusahaan dan pengembangan kinerja usaha melalui sistem baku yang biasa berlaku dalam dunia korporasi. Restrukturisasi BUMN mempunyai tujuan untuk: 1. Mengubah kontrol pemerintah terhadap BUMN yang semula secara langsung (control by process) menjadi kontrol berdasarkan hasil (control by result). Pengontrolan atas BUMN tidak perlu lagi melalui berbagai formalitas aturan, petunjuk, perijinan dan lain-lain, akan tetapi melalui penentuan target-target kualitatif dan kuantitatif yang harus dicapai oleh manajemen BUMN, seperti ROE (Return On Asset), ROI (Return On Investment) tertentu dan lain-lain.2. Memberdayakan manajemen BUMN (empowerment) melalui peningkatan profesionalisme pada jajaran Direksi dan Dewan Komisaris3. Melakukan reorganisasi untuk menata kembali kedudukan dan fungsi BUMN dalam rangka menghadapi era globalisasi (AFTA, NAFTA, WTO) melalui proses penyehatan , konsolidasi, penggabungan (merger), pemisahan, likuidasi dan pembentukan holding company secara selektif.4. Mengkaji berbagai aspek yang terkait dengan kinerja BUMN, antara lain penerapan sistem manajemen korporasi yang seragam (tetap memperhatikan ciri-ciri spesifik masing-masing BUMN), pengkajian ulang atas sistem penggajian (remunerasi), penghargaan dan sanksi (reward & punishment).

Sedangkan Pengertian Privatisasi Pada hakekatnya adalah melepas kontrol monopolistik Pemerintah atas BUMN. Akibat kontrol monopolistik Pemerintah atas BUMN menimbulkan distorsi antara lain, pola pengelolaan BUMN menjadi sama seperti birokrasi Pemerintah, terdapat conflict of interest antara fungsi Pemerintah sebagai regulator dan penyelenggara bisnis serta BUMN menjadi lahan subur tumbuhnya berbagai praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme dan cenderung tidak transparan. Fakta membuktikan bahwa praktek KKN tidak ada (jarang ditemukan) pada BUMN yang telah menjadi perusahaan terbuka (go public). Privatisasi BUMN mempunyai beberapa manfaat, yaitu:1. BUMN akan menjadi lebih transparan, sehingga dapat mengurangi praktek KKN.2. Manajemen BUMN menjadi lebih independen, termasuk bebas dari intervensi birokrasi.3. BUMN akan memperoleh akses pemasaran ke pasar global, selain pasar domestik4. BUMN akan memperoleh modal ekuitas baru berupa fresh money sehingga pengembangan usaha menjadi lebih cepat.5. BUMN akan memperoleh transfer of technology, terutama teknologi proses produksi.6. Terjadi transformasi corporate culture dari budaya birokratis yang lamban, menjadi budaya korporasi yang lincah7. Mengurangi defisit APBN, karena dana yang masuk sebagian untuk menambah kas APBN.8. BUMN akan mengalami peningkatan kinerja operasional / keuangan, karena pengelolaan perusahaan lebih efisien.

C. Kontroversi Restrukturisasi dan Privatisasi BUMNPrivatisasi BUMN sebagai bagian dari doktrin neoliberal pada intinya adalah pemindahan pengelolaan dari sektor publik ke sektor swasta. Gagasan utama di belakang proyek privatisasi

Page 5: Restrukturisasi Dan Privatisasi BUMN

adalah kredo private is good, public is bad, sehingga dibutuhkan pendefinisian ulang peran negara dalam pasar.Konsep privatisasi dalam sejarahnya menandai awal terjadinya pergeseran pendulum ekonomi dunia dari model liberal kepada bentuk kapitalisme terbaru yaitu model neoliberal, bersamaan dengan itu agenda globalisasi di bidang ekonomi dan demokratisasi di bidang politik tengah mendapatkan simpati masyarakat dunia.Setidaknya terdapat enam alasan yang dikemukakan kaum neoliberal terhadap privatisasi BUMN. Pertama,mengurangi beban keuangan pemerintah. Kedua,meningkatkan efisiensi pengelolaan perusahaan. Ketiga, meningkatkan profesionalitas pengelolaan perusahaan. Keempat, mengurangi campur tangan birokrasi/pemerintah terhadap pengelolaan perusahaan. Kelima, mendukung pengembangan pasar modal dalam negeri. Keenam, sebagai flag-carrier (pembawa bendera) untuk go international.Dalam praktiknya privatisasi BUMN di Indonesia telah dilakukan sejak rezim Orde Baru sampai saat ini. Hal ini terjadi, misalnya, di era Soeharto, pemerintah menjual 35% saham PT Semen Gresik (1991), 35% saham PT Indosat (1994) dan 35 % saham PT Aneka Tambang (1997). Pada era presiden Habibie, privatisasi dilakukan terhadap 12 BUMN, termasuk privatisasi PT Semen Gresik pada 1998 yang menimbulkan kontroversi. Sementara di era Megawati privatisasi dilakukan, misalnya tergadap PT Indosat (2002) dan pada era presiden Susilo Bambang Yudoyono tetap melanjutkan program privatisasi BUMN.Namun demikian, dalam implementasi kebijakan privatisasi BUMN telah mengundang pro dan kontra di kalangan masyarakat. Sebagian masyarakat berpendapat bahwa BUMN adalah aset negara yang harus tetap dipertahankan kepemilikannya oleh pemerintah, walaupun tidak mendatangkan manfaat karena terus merugi. Sementara itu, ada sebagian masyarakat berpikir secara realistis. Mereka berpendapat bahwa pemerintah tidak perlu sepenuhnya memiliki BUMN, yang penting BUMN tersebut dapat mendatangkan manfaat yang lebih baik bagi negara dan masyarakat Indonesia.Pihak yang setuju dengan privatisasi BUMN berargumentasi bahwa privatisasi perlu dilakukan untuk meningkatkan kinerja BUMN serta menutup devisit APBN. Dengan adanya privatisasi diharapkan BUMN akan mampu beroperasi secara lebih profesional lagi. Logikanya, dengan privatisasi di atas 50%, maka kendali dan pelaksanaan kebijakan BUMN akan bergeser dari pemerintah ke investor baru. Sebagai pemegang saham terbesar, investor baru tentu akan berupaya untuk bekerja secara efisien, sehingga mampu menciptakan laba yang optimal, mampu menyerap tenaga kerja yang lebih banyak, serta mampu memberikan kontribusi yang lebih baik kepada pemerintah melalui pembayaran pajak dan pembagian dividen.Pihak yang tidak setuju dengan privatisasi berargumentasi bahwa apabila privatisasi tidak dilaksanakan, maka kepemilikan BUMN tetap di tangan pemerintah. Dengan demikian segala keuntungan maupun kerugian sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah. Mereka berargumentasi bahwa devisit anggaran harus ditutup dengan sumber lain, bukan dari hasil penjualan BUMN. Mereka memprediksi bahwa defisit APBN juga akan terjadi pada tahun-tahun mendatang. Apabila BUMN dijual setiap tahun untuk menutup defisit APBN, suatu ketika BUMN akan habis terjual dan defisit APBN pada tahun-tahun mendatang tetap akan terjadi.Kontroversi privatisasi BUMN juga timbul dari pengertian privatisasi dalam Pasal 1 (12) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang BUMN yang menyebutkan :“Privatisasi adalah penjualan saham Persero, baik sebagian maupun seluruhnya, kepada pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat bagi negara dan masyarakat, serta memperluas pemilikan saham oleh masyarakat”.

Page 6: Restrukturisasi Dan Privatisasi BUMN

Pada pasal tersebut dijelaskan bahwa privatisasi yaitu penjualan saham sebagian dan seluruhnya, kata seluruhnya inilah yang mengandung kontroversi bagi masayarakat karena apabila dijual saham seuruhnya kepemilkan pemerintah terhadap BUMN tersebut sudah hilang beralih menjadi milik swasta dan beralih, namanya bukan BUMN lagi tetapi perusahaan swasta sehingga ditakutkan pelayan publik ke masyarakat akan ditinggalkan apabila dikelola oleh pihak swasta dan apabila diprivatisasi hendaknya hanya sebagaian maksimal 49% dan pemerintah harus tetap sebagai pemegang saham mayoritas agar aset BUMN tidak hilang dan beralih ke swasta dan BUMN sebagai pelayan publik tetap diperankan oleh pemerintahSementara itu, pemerintah sendiri terdesak untuk melakukan privatisasi guna menutup defisit anggaran. Defisit anggaran selain ditutup melalui utang luar negeri juga ditutup melalui hasil privatisasi dan setoran BPPN. Dengan demikian, seolah-olah privatisasi hanya memenuhi tujuan jangka pendek (menutup defisit anggaran) dan bukan untuk maksimalisasi nilai dalam jangka panjang. Jika pemerintah sudah mengambil langkah kebijakan melakukan privatisasi, secara teknis keterlibatan negara di bidang industri strategis juga sudah tidak ada lagi dan pemerintah hanya mengawasi melalui aturan main serta etika usaha yang dibuat. Secara kongkret pemerintah harus memisahkan fungsi-fungsi lembaga negara dan fungsi bidang usaha yang kadang-kadang memang masih tumpang tindih dan selanjutnya pengelolaannya diserahkan kepada swasta.Fakta memang menunjukkan bahwa pengelolaan yang dilakukan oleh swasta hasilnya secara umum lebih efisien. Berdasarkan pengalaman negara lain menunjukkan bahwa negara lebih baik tidak langsung menjalankan operasi suatu industri, tetapi cukup sebagai regulator yang menciptakan iklim usaha yang kondusif dan menikmati hasil melalui penerimaan pajak.Oleh karena itu, privatisasi dinilai berhasil jika dapat melakukan efisiensi, terjadi penurunan harga atau perbaikan pelayanan. Selain itu, privatisasi memang bukan hanya menyangkut masalah ekonomi semata, melainkan juga menyangkut masalah transformasi sosial. Di dalamnya menyangkut landasan konstitusional privatisasi, sejauh mana privatisasi bisa diterima oleh masyarakat, karyawan dan elite politik (parlemen) sehingga tidak menimbulkan gejolak.D. Langkah-langkah Mendesak yang Harus Diambil Pemerintah

Bukti empiris menunjukkan bahwa kebijakan privatisasi di negara sedang berkembang, termasuk di Indonesia lebih merupakan agenda restrukturisasi ekonomi yang dipaksankan oleh IMF dan Bank Dunia. Gagasan privatisasi yang bersumber di negara-negara maju dicangkokkan mentah-mentah tanpa melihat perbedaan yang ada dalam struktur sosial, ekonomi, maupun politik antara negara berkembang dan negara maju. Sehingga terjadilah penyimpangan yang kemudian menimbulkan banyak kontroversi.Penyimpangan ini terjadi misalnya dalam kebijakan privatisasi PT. Semen Gresik dan PT Indosat. Proses divestasinya yang tidak transparan menimbulkaan dugaan penyalahgunaan hasil penjualan sebagai sumber pendanaan bagi kepentingan partai politik dan para elite politik tertentu yang memegang kekuasaan pada waktu itu. Privatisasi juga banyak dikecam karena dipandang merugikan negara triliunan rupiah akibat harga jualnya yang terlalu murah.Keputusan pemerintah pada waktu itu untuk menjual PT Semen Gresik dan PT Indosat sebagai cara cepat untuk mendapatkan dana segar guna menutupi defisit APBN cenderung tidak menunjukkan langkah strategis ke depan yang ingin dicapai pemerintah dalam konteks perencanaan pembangunan, khususnya di sektor industri. Privatisasi tersebut juga sangat elitis dan tidak melibatkan partisipasi masyarakat luas dalam hal kepemilikan saham. Padahal, justru kepemilikan saham oleh masyarakat luaslah (terutama karyawan perusahaan) yang berusaha dicapai dalam privatisasi yang ideal di negara maju. Untuk mengatasi permasalahan tersebut,

Page 7: Restrukturisasi Dan Privatisasi BUMN

pemerintah harus mampu mengambil langkah-langkah strategis dan mendesak agar kebijakan privatisasi tidak menjadi bumerang yang merugikan pemerintah dan menyengsarakan rakyat sendiri. Langkah-langkah tersebut yaitu:

1. Mengubah orientasi pelaksanaan program privatisasi dari berjangka pendek menjadi berjangka panjang. Artinya, pelaksanan program privatisasi tidak hanya ditujukan untuk memancing masuknya investor asing dan tercapainya target penerimaan anggaran negara, tetapi langsung diarahkan untuk membangun landasan yang kuat bagi perkembangan perekonomian nasional2. Segera menerbitkan UU Privatisasi yang dapat menjamin berlangsungnya proses privatisasi secara demokratis dan transparan. Dalam UU Privatisasi ini hendaknya tidak hanya diatur mengenai proses privatisasi BUMN, tetapi harus mencakup pula proses privatisasi BUMD dan harta publik lainnya. Semua itu tidak hanya diperlukan untuk melindungi kepentingan publik, tapi juga untuk memperjelas peranan negara dalam pengelolaan perekonomian nasional.3. Segera membubarkan kantor menteri Negara BUMN dan mengubahnya menjadi sebuah badan otonom dengan nama Badan Penyehatan dan Privatisasi BUMN (BPP-BUMN). Badan yang memiliki kedudukan sederajat dengan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) ini, tidak hanya bertugas untuk menjual BUMN, tetapi terutama didorong untuk mengutamakan peningkatan kinerja BUMN agar benar-benar bermanfaat bagi masa depan perekonomian Indonesia.(Indra Bastian,2002)

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanRestrukturisasi dan Privatisasi BUMN pada intinya merupakan upaya penyehatan atau penyegaran di tubuh BUMN. Terutama untuk mengatasi kelemahan struktural, seperti maraknya praktek KKN di dalam tubuh BUMN, kondisi monopoli yang cenderung merugikan rakyat dan permasalahan lain yang cenderung banyak merugikan rakyat. Restrukturisasi dan Privatisasi BUMN bertujuan untuk mengganti manajemen menjadi lebih profesional dengan cara swastanisasi. Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 (12) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang BUMN yang menyebutkan :“Privatisasi adalah penjualan saham Persero, baik sebagian maupun seluruhnya, kepada pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat bagi negara dan masyarakat, serta memperluas pemilikan saham oleh masyarakat”. Pada kenyataanya saat ini BUMN cenderung sangat tergantung pada pemerintah. Jika pengelolaan diserahkan pada pihak luar ( swasta, baik asing maupun lokal) akan sangat mengurangi dampak ketergantungan tersebut. Tentunya dengan pengelolaan yang jauh lebih profesional maka akan banyak mendatangkan keuntungan , baik bagi pemerintah maupun rakyat.Namun dalam implementasinya, kebijakan ini menuai pro dan kontra.. Privatisasi disatu sisi dipandang perlu dilakukan guna meningkatkan profesionalitas dan kinerja BUMN serta menutup devisit APBN. Di lain pihak, jika privatisasi dilakukan secara terus-menerus setiap tahunya, untuk menutupi devisit APBN, nantinya BUMN akan habis dan devisit akan tetap terjadi tiap tahunnya. Terlepas dari hal-hal diatas, privatisasi tetap perlu dilakukan, namun peran pemerintah dalam pengelolaan tetap harus diperhatikan. Hal ini dapat dilaksanakan antara lain dengan cara mengubah orientasi pelaksanaan program privatisasi, dari jangka pendek, ke jangka panjang. Selain itu pemerintah juga harus mengeluarkan UU privatisasi yang menjamin pelaksanaan

Page 8: Restrukturisasi Dan Privatisasi BUMN

privatisasi secara demokratis dan transparan. Dan juga pemerintah harus membentuk badan yang bertugas untuk meningkatkan kinerja BUMN, serta mengawasi pelaksanaan privatisasi.

B. SaranPelaksanaaan Restrukturisasi dan Privatisasi BUMN akan berjalan dengan baik jika terdapat komitmen yang tinggi, baik dari pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam melaksanakan, melakukan pengawasan dan untuk meningkatkan kinerja BUMN. Sehingga terdapat timbal balik berupa keuntungan-keuntungan yang dapat menguntungkan semua pihak dan dapat mensejahterakan rakyat.