result and discussion coal report
DESCRIPTION
batubaraTRANSCRIPT
RESULT AND DISCUSSION
Kegiatan pertambangan memang akan mengubah bentuk komposisi lingkungan dan
bentuk muka bumi, sehingga muncul kekhawatiran dari masyarakat akan rusaknya
lingkungan di sekitar area penambangan. Untuk minimalisir kerusakan lingkungan di area
pertambangan dapat dikurangi dengan prinsip good mining practice serta komitmen
perusahaan dalam menjalankan AMDAL (analisis dampak lingkungan). Tidak dapat di
pungkiri dampak positif penambangan batubara juga dapat secara langsung maupun tidak
langsung dapat dirasakan dalam bidang ekonomi dan sosial masyarakat yang ada di daerah
penambangan batubara. Perusahaan pertambangan akan melakukan segala upaya untuk
mengurangi dampak yang timbul untuk lingkungan.
1. Pencegahan Pencemaran (Pollution Prevention)
Air Asam Tambang (AAT)
Kegiatan pertambangan maupun tahap pasca pertambangan dapat menghasilkan
air asam tambang (AAT) yang memiliki pH rendah dapat mengganggu kualitas tanah
maupun kualitas air tanah. Pencemaran ini dapat memberikan dampak bagi masyarakat
sekitar pertambangan. Oleh karena itu pengelolaan AAT menjadi sangat penting dan
harus dilakukan oleh perusahaan tambang batubara.
Penanganan air asam tambang langsung dilakukan di awal proses penambangan.
Pada kegiatan eksplorasi dilakukan pengelompokan area yang memiliki jenis batuan
asam dan non asam. Pengelompokan ini dilakukan agar material tambang yang bersifat
asam dapat mengurangi kemungkinan adanya AAT. Pemisahan ini dimulai saat proses
penggalian, pengakutan dan penempatan (stockpile) batuan tersebut.
Untuk menghindari dampak air asam batuan terhadap kualitas sumber air sekitar
area penambangan dilakukan dengan air dari berbagai lokasi kegiatan penambangan
dan pengolahan batubara dialirkan ke kolam pengendap bertingkat (sump mine) untuk
diproses dan dipantau setiap hari sebelum dialirkan ke sumber air umum seperti sungai
dan laut. Penambahan kapur pada kolam-kolam pengendapan yang bertujuan untuk
meningkatkan nilai pH air. Pencemaran terhadap air tanah sangat diperlukan karena
dapat menyebabkan pencemaran terhadap air permukaan.
Pengelolaan Limbah
Pengelolaan limbah B3 (Bahan Berbahaya Beracun) juga sangat penting. Salah
satu limbah B3 yang banyak yaitu pelumas alat-alat berat tambang. Di beberapa
perusahaan penambangan juga terdapat proses daur ulang untuk mengurangi dampak
terhadap lingkungan. Pemakaian pelumas dari alat-alat berat di tambang di gunakan
untuk bahan emulsi proses peledakan. Limbah non-B3 seperti sampah umum, limbah
kertas, ban bekas, plastik, dan kardus bekas. Sampah umum berasal dari area
perumahan karyawan dan area industri. Limbah kertas yang berasal dari office mine
akan dikumpulkan dan dimanfaatkan untuk kegiatan reklamasi, yaitu sebagai bahan
yang dicampur dengan bahan lain seperti biji, pupuk dan perekat. Bahan-bahan yang
sudah dicampur ini menghasilkan pupuk kompos. Kompos yang dihasilkan digunakan
sebagai campuran media tanam, baik penanaman di dalam pot maupun penanaman di
area reklamasi.
Pengendalian dan Pemantauan Emisi Alat-Alat Tambang
Penggunaan bahan bakar fosil menjadi sumber aktivitas penambangan, antara
lain: penggunaan bahan bakar untuk boiler dan genset, penggunaan bahan bakar untuk
kendaraan operasional, penggunaan batubara untuk PLTU, serta landclearing dalam
rangka pembukaan lahan untuk pertambangan. Penggunaan bahan bakar ini akan
menghasilkan tingkat emisi yang besar bagi area penambangan. Untuk mengurangi gas
emisi selalu dilakukan perawatan berkala untuk menjaga efektivitas proses
pembakaran. Pada proses perbaikan lingkungan serta pengurangan jumlah emisi gas
karbondioksida pada area tambang, melakukan reklamasi pada lahan yang mulai tidak
ekonomis.
Pemanfaatan Abu Batubara
Pasar utama bagi pemanfaatan abu batubara terdiri dari empat kelompok yakni
semen, bahan bangunan, pertanian untuk pupuk. Dalam bidang pertambangan pun abu
batubara yang dihasilkan dari PLTU pembangkit energi operasional batubara digunakan
untuk penimbunan jalan dasar di area tambang.
Pemulihan Lahan Bekas Penambangan
Lahan bekas penambangan akan coba dikembalikan mendekati bentuk kondisi
lingkungan seperti sebelum pertambangan dengan memperhatikan habitat flora dan
fauna serta produktivitas area pasca tambang. Pemanfaatan lahan bekas penambangan
seperti peternakan sapi, budi daya ikan air tawar, dan tempat wisata seperti kolam
pemancingan yang dapat menjadi penghasilan bagi warga sekitar area penambangan.
2. Dampak Pertambangan Batubara Terhadap Keadaan Ekonomi Masyarakat Sekitar Area
Tambang
Perusahaan tambang batubara yang ada dapat meningkatkan pendapatan per
bulan masyarakat sekitar area tambang. Peningkatan pendapatan ini karena ada
penerimaan karyawan baru di perusahaan yang mendukung kegiatan operasional
tambang meliputi tenaga managerial, teknis tambang, teknik operasional, dan tenaga
kerja pendukung. Penerimaan karyawan ini diutamakan untuk masyarakat yang berada di
daerah perusahaan berada. Perekrutan masyarakat lokal untuk bekerja di perusahaan
pertambangan batubara diharapkan dapat menaikkan pendapatan per kapita keluarga di
daerah tersebut.
Selain penerimaan tenaga kerja, kehadiran perusahaan tambang juga membuka
peluang usaha bagi masyarakat sekitar pertambangan. Peluang usaha seperti warung
makan, warung sembako, rumah sewaan merupakan peluang usaha yang paling banyak
mendapat keuntungan selain counter pulsa, jasa katering dan laundry, dan usaha isi ulang
air. Terkadang pihak perusahaan pun melalui program CSR (Corporate Social
Responsibility) juga membuka usaha seperti tambak ikan dan bidang perkebunan yang
melibatkan masyarakat sehingga masyarakat juga mendapat penghasilan.
3. Dampak Pertambangan Batubara Terhadap Keadaan Sosial Masyarakat Sekitar Area
Tambang
Dampak keberadaan perusahaan batubara terhadap kehidupan sosial masyarakat
dapat bersifat positif dan negatif. Dampak positif seperti adanya kerja sama antara
penduduk asli tempat penambangan dengan para pekerja di perusahaan tambang yang
terkadang datang dari seluruh Indonesia dan tidak menutup kemungkinan adanya konflik
dan persaingan. Namun, konflik sosial antar perusahaan tambang dan masyarakat lebih
besar dari pada dampak positif yang ditimbulkan.
Konflik antar masyarakat dengan perusahaan sebagian besar karena
ketidakpuasan masyarakat terhadap masalah limbah perusahaan sehingga keberadaannya
mengganggu sumber air masyarakat sekitar. Rendahnya jumlah tenaga kerja lokal yang
diterima di perusahaan yang sedikit dan masalah ganti rugi lahan dan tanaman milik
masyarakat merupakan sebagian masalah umum yang memicu konflik. Peningkatan
jumlah penghasilan masyarakat sekitar area tambang memicu masyarakat untuk tidak
mengikuti kegiatan sosial seperti gotong royong dan kegiatan keagamaan namun
sumbangan terhadap kegiatan itu semakin meningkat.