resum penelusuran aset

Upload: bakri-affandy

Post on 13-Oct-2015

32 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Resum Penelusuran Aset

TRANSCRIPT

RESUME AKUNTANSI FORENSIK DAN FRAUD Oleh:

Mohammad Bakri Affandi

JOINT PROGRAMFAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS BRAWIJAYABAB 21WHISTLEBLOWERPada dasarnya dalam setiap kasus yang terungkap pasti terdapat dalang dibelakang yang membonfkar semua kasus tersebut. Dalam bahasan ini seseorang tersebut akan lebih dekenal dengan sebutan peniup pluit dalam bahasa kiasan atau whistleblower yaitu orang yang dengan sukarela menjadikan dirinya sebagai kunci dari terungkapnya sebuah kasus. Namun dalam kenyataannya di Indonesia sangat sulit sekali untuk menemukan seseorang ini, hal ini dikarenakan kurangnya perlindungan terhadap whistleblower sebagai saksi yang berkaitan langsung dengan terbongkarnya sebuah kasus. Namun sebenarnya ada undang-undang yang khusus mengatur hal tersebut. Yaitu UU RI No.13 Tahun 2006 tentang perlindungan saksi dan korban.

Dalam Undang-Undang tersebut banyak membahas mengenai pengertian siapa saja atau apa saja yang berkaitan dengan suatu kasus terutama berkaitan dengan korban dan saksi. Ada pula pembahasan mengenai hak antara saksi dan korban. Untuk menlindungi seorang saksi dan korban, di Indonesia juga dibetuk KNKG yang menerbitkan Pedoman Sistem Pelaporan Pelanggaran. Di dalam KNKG ini pelapor pelanggaran didefinisikan sebagai pengungkapan tindakan pelanggaran atau pengungkap perbuatan yang melawan hukum. Adapun perbedaan antara saksi dan pelapor menurut KNKG, saksi adalah seseorang yang melihat, mendengar atau mengalami sendiri tindak pelanggaran yang dilaporkan oleh pelapor dan bersedia memberikan keterangannya di muka pengadilan. Sementara pelapor adalah orang yang melaporkan adanya tindak pelanggaran, namun mungkin ia tidak menlihat atau mendengar sendiri kejadian pelanggaran hukum yang dimaksud.Di Amerika Serikat sendiri perlindungan terhadap saksi dan korban ini telah ada sejak tahun 1986. Hal ini sangat bertolak belakang dengan aturan di Indonesia yang baru ada sekitar 8 tahun yang lalu. Bahkan di AS telah terdapat suatu majalah yang berani menampilkan tiga orang wanita yang berani mengungkap kebobrokan suatu perusahaan di AS, adanya perlindungan terhadap saksi dan korban yang kuat, setiap orang di AS tidak khawatir akan adanya terror terhadap seseorng yang berani mengungkap kebenaran.

Bagaimana Whistleblower di Indonesia?

Banya kasus fraud yang terungkap di Indonesia melalui whistleblower tersebut, baik yang secara terus terang mengungkap suatu fraud dengan menampakkan diri, dan tidak sedikit juga yang menggunakan surat kaleng dalam mengungkap kasus serupa. Namun tidak sedikit pula kasus yang akan diungkap oleh whistleblower gagal total, jangankan untuk menangkap pelakunya, untuk masauk dalam tahap proses penyedikan saja belum malah whistleblower yang diancam dengan Undang-Undang pencemaran nama baik. Hingga merekalah yang kemudian masuk bui untuk menerima ketidak adilan hukum yang seharusnya dapat memberi hukuman pada oaring yang sebenarnya memang bersalah. Berikut beberapa contoh kasus yang yang kemudian si whistleblower menjadi tahanan penjara:1. Arifin Wardiyanto melapor dugaan korupsi dalam urusan perizinan wartel di Yogyakarta tahun 1996. Ia diadukan pencemaran nama baik, yang kemudian pengadilan Negeri Yagyakarta malah menghukumnya selama dua bulan penjara, karena tidak bisa memberikan bukti yang kuat mengenai kesalahan pelaku korupsi.

2. Ada pula kasus Khairiansyah Salman yang bermula dari berita penangkapan seorang anggota KPU, Mulyana W. Kusumah. Namun pada akhirnya Khairiansyah Salman yang sebenarnya menjadi pahlawan dalam pembongkaran kasus tersebut juga ikut terseret ke dalam penjara karena keterlibatannya dalam lingkaran korupsi yang terjadi.Melihat hal tersebut diatas, dalam suatu kasus whistleblower wajib mendapat perlindungan hukum, tidak sebaliknya malah mendapatkan hukuman pidana, meski demikian bagi Indonesia dilemma atas whistleblower masih menempatkan perannya yang absurd karena norma legalitasnya tidak mengatur. Peran dan ketidak adaan aturan yang jelas mengenai perlindungannya inilah yang menempatkan mereka berada pada posisi yang dilematis.

Suatu permasalahan yang muncul saat ini adalah haruskan penegak hukum memberi perlindungan pada pelaku korup yang mau bekerja sama dengan penegak hukum untuk terus membongkar keadaan korup yang ada demi mengembalikan uang Negara, atau lebih baik keadilan terus ditegakkan supaya pidana kjorupsi jera, namun resikonya uang Negara yang begitu banyaknya tersebut tidak akan pernah terungkap kemana larinya uang tersbut.

UrgensiUndang-Undang PErlindungan Saksi, apa urgensinya saksi pelapor dalam mengungkap suatu kasus? Apakah semudah itu saksi pelapor mengungkapkan kesalahan orang lain pada pihak yang berwenang? Yang menjadi permasalahan adalah apakah dengan adanya perlindungan pada saksi dan pelapor akan dijadikan tameng oleh mereka supaya dengan adanya perlindungan tersebut mereka tidak jadi diperiksa? Sebenarnya meski telah terdapat Undang-Undang yang mengatur hal tersebut, tidak seharusnya semua saksi dan pelapor dapat dilindungi, juga harus dilihat apakah saksi dan pelapor tersebut memang sebenar-benarnya sukarela mengungkap kasus, atau hanya ingin bersembunyi dibalik perlindungan UU yang telah ada.

BAB 28PENELUSURAN ASET DAN PEMULIHAN KERUGIAN

Pemberantasan korupsi seringkali memberi kesan bahwa satu-satunya tujuan investigasi adalah menjebloskan pelaku ke penjara, atau kebingungan siapa yang mau diseret ke meja hijau, apakah kita mau menjebloskan pelaku atau mau mendapatkan kembali kerugian yang telah diderita Negara, yang pada akhirnya semua pelaku tersebut dibiarkan bebas dengan harta hasil korupsinya yang bahkan mungkin tidak akan habis hingga tujuh keturunan jika hanya untuk membiayai kedupan mereka.Penelusuran asset sangat diperlukan ketika pelaku TKP atau pihak yang harus bertanggungjawab atas korupsinya tidak mau bersedia diperiksa keberadaannya, namun hal ini akan berubah jika mereka dengan sukarela mengembalikan hasil korupsinya.

Dari beberapa penelitian menyebutkan bahwa beberapa koruptor terbesar di dunia merupakan orang yang memiliki jabatan di dalam suatu Negara, semisal pemimpin politik, presiden atau perdana mentri dengan kekuasaan yang sangat besar. Sehingga pers dibungkam, keamanan Negara menjadi alas an yang logis, serta pemilihan umum yang omong kosong. Dan merekalah koruptor terbesar yang sering disebut dengan Autokrat.

Tidak jauh beda dengan Autokrat, terdapat Kleptokrat yang biasanya menyimpan hasil korupsinya di beberapa Negara luar, dengan tujuan supaya ketika mereka meninggal, harta hasil korupsinya masih bisa dinkmatio oleh sanak keluarhanya.atau dengan asumsi lain yaitu mempersiapkan diri karena ketika mereka tekah lengser dari jabatannya mereka akan diusut hingga masuk dalam sel penjara. Namun dengan kekayaan yang ada di luar negeri, maka anak saudaranya masih bisa menikmatinya.Bagaimana asset yang telah dikorupsi dapat ditelusuri, terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan, bahkan mungkin beberapa diantaranya terlihat terlalu sederhana bagi seorang investigator, namun terkadang cara ini lebih ampuh untuk menjebak pelaku korupsi. Adapun berikut ini beberapa informasi yang dapat dijadikan sebagai sumber penelusuran asset:

1. Laporan transaksi keuangan yang mencurigakan

2. Jaringan yang dimiliki pihak PPATK dengan Interpol yang ada di luar negeri

3. Persengketaan yang terjadi di dalam suatu keluarga yang biasanya akan mengungkapkan asal muasal didapatnya harta benda tersebut4. Dan sumber informasi lain sebagainya.

Bagaimana suatu kerugian akibat korupsi tersebut dapat dipulihkan, pemulihan merupakan proses mengubah asset yang sudah ditemukan lewat penelursuran asset menjadi asset untuk diserahkan pada pihak yang dimenangkan dalam penyelesaian sengketa. Dalam contoh kasus BLBI kita dapat melihat bahwa pelaku dapat melarikan diri ke luar negeri dan menyembunyikan hasil korupsi mereka diluar negeri, untuk itu pemulihan kerugian ini bisa salah satunya dengan adanya kerjasama yang baik antara Indonesia dengan Negara lain untuk saling membantu dalam melacak keberdaan harta bnda milik seseorang yang telah terlibat dalam hal korupsi tersebut, hal ini mungkin bisa dilakukan dengan cara pemblokiran rekening atau penyitaan.

Skema-skema kerjasama internasional cukup luas untuk mencakup korupsi dan kejahatan-kejahatan terkait, baik yang berdasarkan traktat maupun yang berdasarkan peraturan perundang-undangan. Misalnya, ketika besarnya kejahatan menjadi prasyarat bagi kerja sama, ambang batasberatnya kejahatan sengaja dibuat relative rendah. Kebanyakan Negara hanya mensyaratkan bahwa kejahatan yang bersangkutan hanya cukup dihukum penjara satu tahun di Negara asalnya, yang bersangkutan telah bisa diekstradisi. Ini berarti, hamper semua jenis korupsi dan kejahatan-kejahatanterkait dapat dicakup.BAB 29

PERHITUNGAN KERUGIANDisiplin akuntansi dan disiplin hukum memiliki hubungan satu sama lain. Hal ini dapat terlihat pada saat terjadinya suatu tindakan yang merugikan orang lain dan berkaitan dimana tindakan tersebut berkaitan dengan suatu nominal tertentu. Untuk mengetahui apakah suatu tindakan tersebut merugikan orang lain maka bisa kita lihat dengan menggunakan disiplin akuntansi, karena secara sederhana, akuntansi berurusan dengan catat-mencatat dan hitung-menghitung. Jadi dengan menggunakan akuntansi kita jadi tahu berapa nominal yang merugikan orang lain tersebut. Selanjutnya hasil akuntansi tersebut dapat dijadikan dasar untuk melakukan proses hukum atau menuntut orang yang membuat orang lain tersebut merasa dirugikan.

Kerugian dan Perbuatan Melawan Hukum

Didalam bidang hukum, kerugian selalu dikaitkan dengan perbuatan melawan hukum. Hal ini dikarenakan kerugian ini membawa dampak yang buruk bagi orang lain dan seseorang yang melakukan tindakan tersebut harus mengganti kerugian tersebut. Pemikiran yang menghubungkan kerugian dengan perbuatan melawan hukum (onrechstmatigedaad)tercantum dalam pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer).

Unsur-unsur yang dapat menentukan suatu perbuatan tersebut dapat digugat dengan dalil perbuatan melawan hokum adalah sebagai berikut :

a. Perbuatan tersebut melawan hokum

b. Harus ada kesalahan pada pelaku

c. Harus ada kerugian, dan

d. Harus ada hubungan kasual antara perbuatan dengan kerugian

Beberapa Gagasan Mengenai Kerugian

Gagasan Kerugian Menurut Undang-Undang

Tuntutan ganti rugi disetiap wilayah akan berbeda, hal ini dikarenakan wilayah hokum tempat terjadinya suatu tindakan yang dapat menimbulkan kerugian. Hokum perdata termasuk didalam ranah hokum privat, sedangkan hokum administrasi Negara dan hokum pidana masuk ranah hokum public.Pada bagian 4 mencakup pasal 1234 sampai 1252 membahas tentang penggantian biaya, kerugian dan bunga karena tidak dipenuhinya suatu perikatan.

Undang-undang tentang pembendaharaan Negara (undang-undang nomor 1 tahun 2004) memberikan definisi tentang kerugian, dimana yang dimaksud dengan kerugian adalah kerugian yang dialami oleh Negara. Jika ada seseorang yang terbukti melakukan tindakan yang merugikan Negara maka seseorang tersebut dapat dikenai pasal 1365 KUHPer. Dua pasal pada BAB 16 UU No 30 Tahun 1999 jo UU No 20 Tahun 2001 yang sering digunakan dalam tindakan yang merugikan Negara atau tindakan korupsi adalah Pasal 2 dan Pasal 3. Tindakan pidana korupsi dalam kedua pasal tersebut menganut kerugian keuangan Negara secara formil, tidak perlu ada kerugian yang nyata. Sedangkan untuk tindakan pidana korupsi terjadi secara nyata, namun tidak ada cukup bukti maka kasus tersebut harus segara diserahkan berkasnya kepada Jaksa Pengacara Negara untuk dilakukan gugatan perdata atau diserahkan kepada instansi yang dirugikan untuk mengajukan gugatan, hal ini terdapat dalam pasal 32 UU No 31 Tahun 1999 jo UU No 20 Tahun 2001. Dalam praktik hokum saat ini, meskipun para praktisi hokum seperti hakim dan jakssa sebagian besar hamper selalu berpendapat bahwa yang dianggap sebagai kerugian Negara adalah kerugian yang bersifat riil, pengungkapan kerugian yang bersifat potensial haruslah tetap dilakukan pemeriksaan oleh BPKP hal ini dikarenakan untuk mengondisikan para penegak hokum bahwa suatu kerugian Negara yang benar-benar merugikan Negara adalah sedemikian luas tidak terbatas pada kerugian berdasrkan asas kas, tetapi juga berdasarkan atas akuntansi lain yang dianut oleh suatu entitas. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa tuntutan kerugian Negara dapat dilakukan melalui mekanisme hokum administrasi Negara (UU tentang perbendaharaan Negara) dan hokum pidana ( UU tentang pemberantasan pidana korupsi).

Gagasan Kerugian Menurut Ilmu EkonomiDalam ilmu ekonomi kerugian dijelaskan dengan menggunakan konsep well-offness atau better-offness. Dalam konsep ini, agar kita tahu terjadi suatu kerugian, maka dapat dilakukan dengan melihat kekayaan yang dimiliki oleh seseorang, Negara, perusahaan dan lain pada suatu periode sekarang dibandingkan dengan kekayaan yang dimiliki pada periode sebelumnya. jika kekayaan yang dimiliki pada saat sekarang sama dengan kekayaan sebelumnya maka disebut dengan well off. Sedangkan, better off adalah keadaan dimana kekayaan yang dimiliki oleh seseorang lebih baik di periode yang lalu daripada dengan periode sekarang.

Gagasan Kerugian Menurut Ilmu Akuntansi

Konsep akuntansi yang biasa digunakan dalam hokum khususnya hokum perpajakan adalah substance over form. Konsep ini melihat lebih dalam makna ekonomis dari suatu transaksi (substance) dan bukan bentuk luarnya (form) saja. Misal dalam kasus penjualan tanah dari suatu BUMN sebagai akuntan forensic kita tidak hanya melihat NJOP nya saja, tetapi kita juga harus mencari nilai yang berlaku dipasar dan membandingkan kedua nilai tersebut. Ada banyak lagi konsep-konsep kerugian menurut ilmu akuntansi diantaranya adalah konsep dari Maurice Clark (1923) tentang different costs for different purposes dan konsep dari Pengusaha Jepang tentang activity based costing.

BAB 30

KRIMINOLOGI DAN VIKTIMOLOGIKriminologi dan Viktimologi merupakan suatu cara untuk kita mengeksplorasi batasan wilayah disiplin akuntansi forensic. Kriminologi menunjukkan bahwa disiplin ilmu ini berurusan dengan kejahatan (crime). Ada bermacam-macam pendapat dari berbagai disiplin ilmu. Kriminologi tumbuh sesudah paruh kedua abad ke 28 ketika Cesare Bescaria (1764) menulis suatu esai On Crime and Punishment. Kemudian dilanjutkan oleh Jeremy Bentham yang menulis Principals of Morals and Legislation (1789). Kemudian seabad kemudian berkembang mahzab atau ajaran-ajaran mengenai kriminologi. Classical school ini didasarkan atas pandangan bahwa masyrakat terdiri atas individu-individu sehingga hokum ini terbentuk dari masyarakat itu sendiri, dimana hukum ini ditujukan untuk mengatur tindak tanduk dari individu-individu tersebut. Kemudian muncul teori dari Bentham yaitu teori felicity calculus yang menentukan besar kecilnya suatu hukuman dengan menggunkan model matematis. Selanjutnya muncul lagi teori yang dipelopori oleh Caesare Lombroso yaitu teori tentang tiga kategori para criminal adalah pseudocriminals, criminaloids, habitual criminals. Teori selanjutnya dalah teori yang dikemukan oleh Karl Mark /(1867-1895) yang menyebutkan bahwa kejahatan tidak lain dari class struggle, perang antara kelas atau kalanagan bawah dan atas untuk merebut kekuasaan politik dan ekonomi. selanjutnya muncul teori seperti biological theories oleh Ernst A Hooten yang menjelaskan bahwa seorang penjahat memiliki cirri-ciri fisiologis yang berbeda dari anggota masyarakat lainnya hal ini dapat ditunjukkan dengan pemakaian tattoo yang lebih baynak dikalangan penjahat dibandingkan dengan masyarakat biasa, psychological theories menurut teori ini yang menyebabkan seseorang melakukan kejahatan adalah dari pikiran seseorang tersebut, dan sociological theories.

Berbeda dengan kriminologi yang lebih berurusan terhadap kejahatan dan pelakunya viktimologi lebih menekankan pada korban dan segala aspeknya. Dengan viktimologi kita juga menjadi tahu keterkaitan korban dengan tindakan criminal, apakah korban juga melakukan kesalahan. Pada tahun 1940-an Benjamin Mendelsohn, Hans Von Hentig dan Marvin E Wolfgang mendefinisikan bahwa korban adalah seseorang yang selalu mendapatkan dampak yang buruk atau sial. Namun banyak gerakan feminis pada tahun 1980-an yang menentang pendapat tersebut. Sehingga Mendelsohn melakukan survey dan mendapatkan tiga kategori korban yaitu korban dengan kesalahan kecil, korban dengan kesalahan yang sama dengan pelakunya dan korban dengan kesalahan yang lebih besar dari pelakunya. Dan Bergelson mengatakan dua kategori korba yaitu korban yang cenderung disalahkan (victim blaming) dan korban yang harus dibela (victim defending).