resume belajar dan pembelajaran
DESCRIPTION
belajar dan pembelajaranTRANSCRIPT
1. BELAJAR
A. PENGERTIAN BELAJAR
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai
hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu
jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.
Ada beberapa pengertian belajar yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya adalah:
1) Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari
adanya interaksi antara stimulus dan respon.
2) Menurut Watson, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon, namun
stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati
(observabel) dan dapat diukur.
3) Depdiknas (2003) mendefinisikan 'belajar' sebagai proses membangun
makna/pemahaman terhadap informasi dan/atau pengalaman
B. TEORI BELAJAR
Teori belajar merupakan upaya untuk mendeskripsikan bagaimana manusia belajar, sehingga
membantu kita semua memahami proses intern yang kompleks dari belajar. Ada tiga
perspektif utama dalam teori belajar, yaitu Behaviorisme, Kognitivisme,dan Konstruktivisme.
1) Teori Behaviorisme
Behaviorisme dari kata behave yang berarti berperilaku dan isme berarti aliran.
Behavorisme merupakan pendekatan dalam psikologi yang didasarkan atas proposisi
(gagasan awal) bahwa perilaku dapat dipelajari dan dijelaskan secara ilmiah. Fokus
behaviorisme adalah respons terhadap berbagai tipe stimulus. Para tokoh yang
memberikan pengaruh kuat pada aliran ini adalah Ivan Pavlov dengan teorinya yang
disebut classical conditioning, John B. Watson yang dijuluki behavioris S-R (Stimulus-
Respons), Edward Thorndike (dengan teorinya Law of Efect), dan B.F. Skinner dengan
teorinya yang disebut operant conditioning.
2) Teori Kognitivisme
Kognitivisme tidak seluruhnya menolak gagasan behaviorisme, namun lebih cenderung
perluasannya, khususnya pada gagasan eksistensi keadaan mental yang bisa
mempengaruhi proses belajar. Pakar psikologi kognitif modern berpendapat bahwa
belajar melibatkan proses mental yang kompleks, termasuk memori, perhatian, bahasa,
pembentukan konsep, dan pemecahan masalah. Mereka meneliti bagaimana manusia
memproses informasi dan membentuk representasi mental dari orang lain, objek, dan
kejadian.
1
3) Teori Humanistik
Humanisme dipelopori oleh pakar psikologi Carl Rogers dan Abraham Maslow.Menurut
Rogers, semua manusia yang lahir sudah membawa dorongan untuk meraih sepenuhnya
apa yang diinginkan dan berperilaku dalam cara yang konsisten menurut diri mereka
sendiri. Rogers, seorang psikoterapis, mengembangkan person-centered therapy, suatu
pendekatan yang tidak bersifat menilai ataupun tidak memberi arahan yang membantu
klien mengklarifikasi dirinya tentang siapa dirinya sebagai suatu upaya fasilitasi proses
memperbaiki kondisinya. Hampir pada saat yang bersamaan, Maslow mengemukakan
teorinya bahwa semua orang memiliki motivasi untuk memenuhi kebutuhannya yang
bersifat hierarkhis.
4) Teori Konstruktivisme
Konstruktivisme memandang belajar sebagai proses di mana pembelajar secara aktif
mengkonstruksi atau membangun gagasan-gagasan atau konsep-konsep baru didasarkan
atas pengetahuan yang telah dimiliki di masa lalu atau ada pada saat itu. Dengan kata lain,
”belajar melibatkan konstruksi pengetahuan seseorang dari pengalamannya sendiri oleh
dirinya sendiri”.
C. CARA BELAJAR YANG BAIK
1) Ciptakan suasana yang kondusif
2) Lihat garis besarnya dahulu
3) Buatlah catatan intisari dari bahan pelajaran
4) Berlatihlah tehnik kemampuan mengingat
5) Belajarlah dengan tekun dan rutin.
D. WAKTU BELAJAR YANG BAIK
1) Sehabis shalat subuh
2) Malam hari
3) Tengah malam
E. TEMPAT BELAJAR YANG BAIK
1) Perpustakaan
2) Taman
3) Kamar tidur
F. KELEBIHAN /KEKUATAN
Strength diartikan sebagai kekuatan. Jadi, jika ditinjau dari segi kekuatannya, belajar memiliki
kekuatan dan manfaat yang sangat besar. Orang yang melaksanakan proses belajar akan
memiliki pengetahuan yang lebih dari pada orang yang tidak melakukan proses belajar. Selain
2
itu, dari segi tingkah laku, orang belajar akan memiliki tingkah laku yang jauh lebih baik dari
pada orang yang tidak belajar.
G. KELEMAHAN
Ditinjau dari weakness atau kelemahan orang yang belajar, bisa dikatakan tidak ada. Proses
belajar tidak sedikitpun mendatangkan sesuatu yang bersifat negatif, justru orang yang tidak
belajar lah yang kelak akan mengalami banyak kerugian dan penyesalan.
H. KESEMPATAN
Kesempatan baik orang yang melakukan proses belejar akan sangat terbuka lebar. Orang yang
belajar, akan meimiliki banyak peluang baik dalam hidupnya. Dan kesempatan untuk belajar
itu terbuka baik bagi semua orang yang mempunyai kemauan untuk belajar.
I. ANCAMAN
Sama seperti weakness, thread atau ancama orang belajar bisa dikatakan tidak ada. Yang ada
hanyalah ancaman bagi mereka yang tidak belajar, diantaranya adalah tidak mengetahui
perkembangan zaman, hidupnya akan statis dan terlihat tidak mengalami perkembangan yang
baik.
2. AZAS DAN PRINSIP BELAJAR
Prinsip-prinsip belajar dapat digunakan untuk mengungkapkan batas-batas kemungkinan dalam
pembelajaran sehingga guru dapat melakukan tindakan yang tepat. Selain itu dengan teori dan
prinsip-prinsip belajar guru juga dapat memiliki dan mengembangkan sikap yang diperlukan
untuk menunjang peningkatan belajar siswa.
A. PRINSIP-PRINSIP BELAJAR
Prinsip-prinsip belajar yang relatif berlaku umum berkaitan dengan perhatian dan motivasi,
keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan,
serta perbedaan individual.
1) Perhatian dan motivasi
Perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Perhatian terhadap pelajaran
akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang
dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-
hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Motivasi dapat bersifat internal,
artinya datang dari dirinya sendiri, dapat juga bersifat eksternal yakni datang dari orang lain.
Motivasi dibedakan menjadi dua:
3
a) Motif intrinsic
Motif intrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan.
Sebagai contoh, seorang siswa dengan sungguh-sungguh mempelajari mata pelajaran di
sekolah karena ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya.
b) Motif ekstrinsik
Motif ekstrinsik adalah tenaga pendorong yang ada diluar perbuatan yang dilakukannya
tetapi menjadi penyerta
2) Keaktifan
Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah
informasi, tidak sekedar menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi. Menurut teori
ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif dan mampu merencanakan sesuatu. Dalam proses
balajar mengajar anak mampu mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan
menemukan fakta, menganalisis, menafsirkan dan menarik kesimpulan.
3) Keterlibatan langsung/berpengalaman
Menurut Edgar Dale, dalam penggolongan pengalaman belajar yang dituangkan dalam
kerucut pengalamannya, mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar dari
pengalaman langsung.
4) Pengulangan
Menurut teori psikologi daya, belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang
terdiri atas mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir, dan
sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang.
5) Tantangan
Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya.
Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat
siswa tertantang untuk mempelajarinya.
6) Balikan dan penguatan
Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan terutama ditekankan oleh teori
belajar Operant Conditioning dari B.F. Skinner. Kalau pada teori conditioning yang diberi
kondisi adalah stimulusnya, maka pada operant conditioning yang diperkuat adalah
responnya. Kunci dari teori belajar ini adalah law of effectnya Thorndike.
7) Perbedaan individu
Siswa merupakan individual yang unik, artinya tidak ada dua orang siswa yang sama persis,
tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Perbedaan belajar ini berpengaruh
pada cara dan hasil belajar siswa.
4
B. IMPLIKASI PRINSIP-PRINSIP BELAJAR BAGI SISWA
1) Perhatian dan motivasi
Implikasi prinsip motivasi bagi siswa adalah disadarinya oleh siswa bahwa motivasi belajar
yang ada pada diri mereka harus dibangkitkan dan mengembangkan secara terus-menerus
2) Keaktifan
Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa berwujud perilaku-perilaku seperti mencari sumber
informasi yang dibutuhkan, menganalisis hasil percobaan, ingin tahu hasil dari suatu reaksi
kimia, membuat karya tulis, membuat kliping, dan perilaku sejenis lainnya. Implikasi prinsip
keaktifan bagi siswa lebih lanjut menuntut keterlibatan langsung siswa dalam proses
pembelajaran.
3) Keterlibatan langsung/berpengalaman
Implikasi prinsip ini dituntut pada para siswa agar tidak segan-segan mengerjakan segala
tugas belajar yang diberikan kepada mereka.
4) Pengulangan
Implikasi adanya prinsip pengulangan bagi siswa adalah kesadaran siswa untuk bersedia
mengerjakan latihan-latihan yang berulang untuk satu macam permasalahan.
5) Tantangan
Implikasi prinsip tantangan bagi siswa adalah tuntutan dimilikinya kesadaran pada diri siswa
akan adanya kebutuhan untuk selalu memperoleh, memproses dan mengolah pesan. Selain itu,
siswa juga harus memiliki keingintahuan yang besar terhadap segala permasalahan yang
dihadapinya.
6) Balikan dan penguatan
Hal ini timbul karena kesadaran adanya kebutuhan untuk memperoleh balikan dan sekaligus
penguatan bagi setiap kegiatan yang dilakukannya. Untuk memperoleh balikan penguatan
bentuk-bentuk perilaku siswa yang memungkinkan diantaranya adalah dengan segera
mencocokkan jawaban dengan kunci jawaban, menerima kenyataan terhadap skor/nilai yang
dicapai, atau menerima teguran dari guru/orang tua karena hasil belajar yang jelek.
7) Perbedaan individual
Kesadaran bahwa dirinya berbeda dengan siswa lain akan membantu siswa menentukan cara
belajar dan sasaran belajar bagi dirinya sendiri.
3. TEORI BEHAVIORISME
A. PENGERTIAN TEORI BELAJAR BEHAVIORISME
Teori belajar Behaviorisme adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gagne dan
Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Aliran ini
5
menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Menurut teori
Behaviorisme belajar adalah “perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi
antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu apabila ia mampu
menunjukkan perubahan tingkah laku”. berdasarkan teori tersebut, dalam belajar yang penting
adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
B. TOKOH PENCETUS TEORI BEHAVIORISME
1) Edward Lee Thorndike (1898)
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Jadi
perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat
diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati.
2) John Broades Watson (1903)
Watson mendefinisikan belajar “sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon,
namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat
diukur.
3) Edwin Ray Guthrie (1912)
Menurutnya belajar adalah “Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara,
oleh karena dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus
agar hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap”.
4) Clark Leonard Hull (1918)
Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive
reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia,
sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan
kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat berwujud
macam-macam. Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan
dengan kondisi biologis .
5) Burrhus Frederic Skinner (1931)
Seperti halnya kelompok penganut psikologi modern, Skinner mengadakan pendekatan
Behaviorisme untuk menerangkan tingkah laku. Menajemen Kelas menurut Skinner
adalah berupa usaha untuk memodifikasi perilaku antara lain dengan proses penguatan
yaitu memberi penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan
apapun pada perilaku yanag tidak tepat. Inti dalam pembelajaran juga terletak pada
reinforcement (penguatan).
C. TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN TEORI BEHAVIORISME
Teori Behaviorisme ini dapat diaplikasikan di berbagai tempat, misalnya di laboratorium, di
lapangan, di kelas, dan sebagainya. Teori ini hingga sekarang masih merajai praktek
6
pembelajaran di Indonesia. Hal ini tampak dengan jelas pada penyelenggaraan pembelajaran
teori Behaviorisme dapat diterapkan dari tingkat yang paling dasar seperti TK/PAUD, SD,
SMP, SMA/SMK hingga Perguruan Tinggi atau dari usia dini hingga dewasa, pembentukan
perilaku dengan cara drill (pembiasaan) disertai dengan reinforcement atau hukuman masih
sering dilakukan.
D. PENGARUH TEORI BEHAVIORISME DALAM PEMBELAJARAN
Mengacu pada berbagai argumentasi yang telah dipaparkan, maka secara ringkas implikasi
teori Behaviorisme dalam pembelajaran dapat dideskripsikan sebagai berikut:
1) Pembelajaran adalah upaya alih pengetahuan dari guru kepada siswa.
2) Tujuan pembelajaran lebih ditekankan pada bagaimana menambah pengetahuan.
3) Strategi pembelajaran lebih ditekankan pada perolehan keterampilan yang terisolasi
dengan akumulasi fakta yang berbasis pada logika liner.
4) Pembelajaran mengikuti aturan kurikulum secara ketat dan belah lebih ditekankan pada
keterampilan mengungkapkan kembali apa yang dipelajari.
5) Kegagalan dalam belajar atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan
dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum, dan keberhasilan atau kemampuan
dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah.
6) Evaluasi lebih ditekankan pada respons pasif melalui sistem paper and pencil test dan
menuntut hanya ada satu jawaban yang benar. Dengan demikian, evaluasi lebih
ditekankan pada hasil dan bukan pada proses, atau sintesis antara keduanya.
E. KELEBIHAN
1) Pendidik dapat mengamati secara langsung perubahan tingkah laku siswa
2) Indikator pembelajaran tersusun jelas
F. KEKURANGAN
1) Tidak mampu menjelaskan penyimpangan yang terjadi dlm hubungan S-R
2) Kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi pebelajar
3) Peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi
4. TEORI KOGNITIVISME
A. PENGERTIAN TEORI BELAJAR KOGNITIVISME
Dalam teori kognitivisme ini, mengandung pengertian bahwa belajar merupakan perubahan
persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk
perubahan tingkah laku yang bisa diamati.
7
B. TOKOH-TOKOH DALAM TEORI KOGNITIVISME
1) Jean Piaget
Dalam teorinya, Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari
fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak. Teori belajar yang dikemukakan dalam
teori ini yaitu, proses belajar terjadi menurut pola tahap-tahap perkembangan tertentu
sesuai dengan umur siswa dan proses belajar tersebut terjadi melalui tahap-tahap. Tahap-
tahapnya adalah sebagai berikut :
a) Asimilasi
b) Akomodasi
c) Equilibrasi
Jean Piaget mengklasifikasikan perkembangan kognitif anak menjadi empat tahap:
a) Tahap sensory-motor, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 0-2
tahun.
b) Tahap pre-operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 2-7
tahun.
c) Tahap concrete-operational, yang terjadi pada usia 7-11 tahun.
d) Tahap formal-operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia
11-15 tahun.
2) Ausubel (belajar bermakna)
Menurut Ausubel, teori belajar bermakna merupakan suatu proses belajar di mana peserta
didik dapat menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya
dan agar pembelajaran bermakna, diperlukan 2 hal yakni pilihan materi yang bermakna
sesuai tingkat pemahaman dan pengetahuan yang dimiliki siswa dan situasi belajar yang
bermakna yang dipengaruhi oleh motivasi. Kebermaknaan diartikan sebagai kombinasi
dari informasi verbal, konsep, kaidah dan prinsip, bila ditinjau bersama-sama. Oleh
karena itu belajar dengan prestasi hafalan saja tidak dianggap sebagai belajar bermakna.
C. CIRI-CIRI KOGNITIVISME
1) Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia
2) Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-bagian
3) Mementingkn peranan kognitif
4) Mementingkan kondisi waktu sekarang
8
5) Mementingkan pembentukan struktur kognitif
5. TEORI HUMANISTIK
A. PENGERTIAN TEORI BELAJAR HUMANISTIK
Dalam dunia pendidikan, aliran humanistik muncul pada tahun 1960 -1970-an dan mungkin
perubahan-perubahan dan inovasi yang terjadi selama dua dekade yang terakhir pada abad 20
ini pun juga akan menuju pada arah ini. Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap
berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses
belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan
sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang
pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
B. TOKOH-TOKOH TEORI HUMANISTIK
1) David Kolb (Experiantial Learning Theory)
Teori ini dikembangkan oleh David Kolb pada sekitar awal tahun 1980-an. Dalam
teorinya, Kolb mendefinisikan belajar sebagai proses dimana pengetahuan diciptakan
melalui transformasi pengalaman. Kolb seorang ahli penganut aliran humanistik membagi
tahap-tahap belajar menjadi empat yaitu:
a) tahap pengalaman konkret
b) tahap pengamatan aktif dan reflektif
c) tahap konseptualisasi
d) tahap eksperimentasi aktif
2) Honey dan Mumford
Tokoh teori humanistik yang lainnya adalah Honey dan Mumford. Pandangannya tentang
belajar diilhami oleh pandangan Kolb mengenai tahapan-tahapan belajar. Honey dan
Mumford menggolongkan orang belajar kedalam empat kelompok atau golongan, yaitu,
kelompok aktivis, kelompok reflektor, kelompok teoritis dan kelompok pragmatis.
3) Habernas
9
Menurutnya, balajar akan terjadi jika ada interaksi antara individu dengan lingkungannya.
Lingkungan belajar yang dimaksud disini adalah lingkungan alam maupun lingkungan
sosial. Habernas membagi tipe belajar menjadi tiga yakni, belajar teknis (technical
learning), belajar praktis (practical learning) dan belajar emansipatoris (emancipatory
learning).
4) Bloom dan Krathwohl
Mereka lebih menekankan perhatian pada apa yang mesti dikuasai individu(sebagai
tujuan belajar) setelah melalui peristiwa belajar. Tujuan belajar yang dikemukannya
dirangkum dalam “Taksonomi Bloom”.
C. KELEBIHAN
1) Bersifat pembentukan kepribadian,hati nurani,perubahan sikap,analisis terhadap
fenomena social.
2) Siswa merasa senang,berinisiatif dalam belajar.
3) Guru menerima siswa apa adanya,memahami jalan pikiran siswa.
D. KEKURANGAN
1) Bersifat individual.
2) Proses belajar tidak akan berhasil jika tidak ada motivasi dan lingkungan yang
mendukung.
3) Sulit diterapkan dalam konteks yang lebih praktis.
6. TEORI KONSTRUKTIVISME
A. PENGERTIAN TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu
tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Pendekatan konstruktivisme
mempunyai beberapa konsep umum seperti:
1) Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada.
2) Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membina sendiri pengetahuan mereka.
3) Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui proses saling
mempengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru.
10
4) Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan dirinya secara
aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan pemahamannya yang sudah
ada.
5) Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama. Faktor ini
berlaku apabila seorang pelajar menyadari gagasan-gagasannya tidak konsisten atau
sesuai dengan pengetahuan ilmiah.
6) Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai perkaitan dengan pengalaman
pelajar untuk menarik minat pelajar.
B. PRINSIP-PRINSIP KONSTRUKTIVISME
Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar mengajar
adalah:
1) Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
2) Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan keaktifan
murid sendiri untuk menalar.
3) Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep
ilmiah.
4) Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses kontruksi berjalan
lancar.
5) Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.
6) Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.
7) Mencari dan menilai pendapat siswa.
8) Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
C. KELEBIHAN
1) Berfikir dalam proses membina pengetahuan baru, murid berfikir untuk menyelesaikan
masalah, menjadi ide dan membuat keputusan.
2) Paham: Oleh kerana murid terlibat secara langsung dalam mebina pengetahuan baru,
mereka akan lebih faham dan boleh mengapliksikannya dalam semua situasi.
3) Ingat: Oleh kerana murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih
lama semua konsep. Yakin Murid melalui pendekatan ini membina sendiri kefahaman
mereka. Justeru mereka lebih yakin menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam
situasi baru.
11
4) Kemahiran sosial: Kemahiran sosial diperolehi apabila berinteraksi dengan rekan dan
guru dalam membina pengetahuan baru.
D. KELEMAHAN
1) Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil konstruksi siswa
tidak cocok dengan hasil konstruksi sesuai dengan kaidah ilmu pengetahuan sehingga
menyebabkan miskonsepsi,
2) Konstruktivisme menanamkan agar siswa membangun pengetahuannya sendiri, hal ini
pasti membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa memerlukan penanganan yang
berbeda-beda,
3) Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah memiliki sarana
prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreatifitas siswa, dan yang kebih penting
lagi, dan
4) Meskipun guru hanya menjadi pemotivasi dan memediasi jalannya proses belajar, tetapi
guru disamping memiliki kompetensi dibidang itu harus memiliki perilaku yang elegan
dan arif sebagai spirit bagi anak sehingga dibutuhkan pengajaran yang sesungguhnya
mengapresiasi nilai-nilai kemanusiaan.
7. PEMBELAJARAN YANG BERPIJAK PADA TEORI BEHAVIORISTIK
A. PENGERTIAN BELAJAR MENURUT PANDANGAN TEORI BEHAVIORISTIK
Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman (Gage, Berliner, 1984). Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara
stimulus dan respon (Slavin, 2000). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat
menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah
input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
B. PEMBAGIAN TEORI BELAJAR
1) Teori Belajar Menurut Thorndike
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Ada tiga
hukum belajar utama yang menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu dapat memperkuat
respon, yakni:
a) hukum efek
b) hukum latihan
c) hukum kesiapan
2) Teori Belajar Menurut Watson12
Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon,
namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat
diukur.
C. APLIKASI DAN ANALISIS TEORI BELAJAR BEHAVIORISME
1) Aplikasi Teori Behavioristik dalam Kegiatan Pembelajaran
Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang
belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan
metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila
diberikan reinforcement dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
2) Analisis Tentang Teori Behavioristik
Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku
dimana reinforcement dan punishment menjadi stimulus untuk merangsang siswa dalam
berperilaku. Pendidik yang masih menggunakan kerangka behavioristik biasanya
merencanakan kurikulum dengan menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil
yang ditandai dengan suatu keterampilan tertentu. Kemudian, bagian-bagian tersebut
disusun secara hirarki, dari yang sederhana sampai yang komplek (Paul, 1997).Pandangan
teori behavioristik telah cukup lama dianut oleh para pendidik. Namun dari semua teori
yang ada, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori
belajar behavioristik. Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine,
Pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak
pada konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguat
(reinforcement), merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang
dikemukakan Skiner.
8. PEMBELAJARAN YANG BERPIJAK PADA TEORI KOGNITIF
A. PENGERTIAN BELAJAR MENURUT PANDANGAN TEORI KOGNITIF
teori psikologi kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi
terutama pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar.
Dengan kata lain, aktivitas belajar manusia ditentukan pada proses internal dalam berpikir
yakni pengolahan informasi. Intisari dari teori belajar konstruktivisme adalah bahwa belajar
merupakan proses penemuan (discovery) dan transformasi informasi kompleks yang
berlangsung pada diri seseorang.
B. TOKOH-TOKOH TEORI HUMANISTIK
13
1) Teori Perkembangan Piaget
Menurut Piaget, proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap
perkembangan sesuai dengan umurnya.
2) Teori Perkembangan Bruner
Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahapan yang
ditentukan oleh caranya melihat lingkungan, yaitu: enaktif, ikonik dan simbolik.
3) Teori Belajar Bermakna Ausubel
Menurut konsep Ausubel, dikatakan bahwa pengetahuan diorganisasi dalam ingatan
seseorang dalam struktur hirarkhis. Ini berarti bahwa pengetahuan yang lebih umum,
inklusif dan abstrak membawahi pengetahuan yang lebih spesifik dan kongkret.
C. APLIKASI TEORI KOGNITIF DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan pembelajaran yang berpijak pada teori belajar kognitif ini sudah banyak digunakan.
Dalam merumuskan tujuan pembelajaran, mengembangkan strategi dan tujuan pembelajaran,
tidak lagi mekanistik. Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar sangat
diperhitungkan, agar belajar lebih bermakna bagi siswa. Ketiga tokoh aliran kognitif di atas secara
umum memiliki pandangan yang sama yaitu mementingkan keterlibatan siswa secara aktif dalam
belajar. Menurut Piaget, hanya dengan mengaktifan siswa secara optimal maka proses asimilasi
dan akomodasi pengetahuan dan pangalaman dapat terjadi dengan baik. Sementara itu, Bruner
lebih banyak memberikan kebebasan kepada siswa untuk belajar sendiri melalui aktivitas
menemukan (discovery). Sedangkan Ausubel lebih mementingkan struktur disiplin ilmu.
9. PEMBELAJARAN YANG BERPIJAK PADA TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME
A. PENGERTIAN TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu
tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari.
B. APLIKASI DAN IMPLIKASI DALAM PEMBELAJARAN
14
Teori konstruktivisme membawa implikasi dalam pembelajaran yang harus bersifat kolektif
dan kelompok. Proses sosial masing-masing siswa harus bisa diwujudkan. Asri Budiningsih
dalam buku Pembelajaran Moral menyatakan bahwa keberhasilan belajar sangat ditentukan
oleh peran sosial yang ada dalam diri siswa. Asri Budiningsih selanjutnya menjelaskan bahwa
ada dua jenis proses adaptasi yaitu adaptasi yang bersifat autoplastis, yaitu proses
penyesuaian diri dengan cara mengubah diri sesuai dengan suasana lingkungan. Dan adaptasi
aloplastis yaitu adaptasi dengan cara mengubah situasi lingkungan sesuai dengan keinginan
dirinya sendiri.
C. KELEBIHAN
Paham karena murid terlibat secara langsung dalam membina pengetahuan baru, mereka akan
lebih faham dan dapat mengaplikasikannya dalam semua situasi. Selain itu murid terlibat
secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep. Kemahiran sosial
diperoleh apabila berinteraksi dengan rekan dan guru dalam membina pengetahuan baru.
Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri.
Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengejukan pertanyaan dan mencari sendiri
pertanyaannya. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep
secara lengkap. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.
Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.
D. KELEMAHAN
Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil konstruksi siswa
tidak cocok dengan hasil konstruksi sesuai dengan kaidah ilmu pengetahuan sehingga
menyebabkan miskonsepsi. Dan selain itu konstruktivisme menanamkan agar siswa
membangun pengetahuannya sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama dan setiap
siswa memerlukan penanganan yang berbeda-beda. Meskipun guru hanya menjadi pemotivasi
dan memediasi jalannya proses belajar, tetapi guru disamping memiliki kompetensi dibidang
itu harus memiliki perilaku yang elegan dan arif sebagai spirit bagi anak sehingga dibutuhkan
pengajaran yang sesungguhnya mengapresiasi nilai-nilai kemanusiaan.
15
16