resus trikiasis
DESCRIPTION
kudaaaaTRANSCRIPT
a. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Usia : 63 th
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Alamat : Candimulyo, Magelang
No. RM : 188874
b. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Nyeri pada kedua mata.
Keluhan Tambahan
Pada kedua mata terasa mengganjal, silau dan nyeri saat terkena cahaya, dan berair.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poliklinik Kesehatan Mata RSUD Tidar Magelang dengan
keluhan nyeri pada kedua mata seperti ditusuk-tusuk sejak 3 bulan yang lalu.
Keluhan memberat dalam 1 minggu terakhir. Keluhan dirasakan setelah bulu mata
kanan pasien tumbuh masuk ke dalam. Selain itu, pasien juga mengeluhkan terasa
mengganjal, silau disertai nyeri jika terkena cahaya, dan berair. Dari catatan rekam
medis diketahui bahwa pasien memiliki riwayat trikiasis dan sudah pernah
menjalani pengobatan sebanyak 2 kali setiap tahunnya (April 2014 dan Maret
2013).
Riwayat Penyakit Dahulu
Keluhan serupa (+) Trauma mata, Operasi mata : disangkal. Diabetes mellitus,
Hipertensi, dan Alergi : tidak diketahui secara pasti
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluhan serupa disangkal. Trauma mata, Diabetes mellitus, Hipertensi, dan
Glaukoma dalam keluarga tidak diketahui secara pasti.
c. KESAN
Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan Umum : Baik
OD : Tampak beberapa bulu mata bagian atas tumbuh ke dalam mata.
OS : Tampak kelopak mata bagian bawah melipat ke arah dalam, bulu
mata bagian bawah masuk ke dalam mata.
d. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF
PEMERIKSAAN OD OS
Visus Jauh 20/100 20/80
Refraksi Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
Koreksi Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
Visus Dekat Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
Proyeksi Sinar Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
Persepsi Warna Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
e. PEMERIKSAAN OBJEKTIF
PEMERIKSAAN OD OS PENILAIAN
1. Sekitar mata
- Alis N N Kedudukan alis
baik, jaringan parut
(-), simetris
- Silia Trikiasis (+) Trikiasis (+) Trikiasis (-),
distikiasis (-),
madarosis (-)
2. Kelopak mata
- Pasangan N N Simetris, ptosis (-)
- Gerakan N N Gangguan gerak
membuka dan
menutup (-)
blefarospasme (-)
- Lebar rima 10 mm 10 mm Normal 9-14 mm
- Kulit N N Hiperemi (-)
edema (-)
massa (-)
- Tepi kelopak N Entropion (+)
Trikiasis (+)
Trichiasis (-)
ektropion (-)
entropion (-)
- Margo
intermarginalis
N N Tanda radang (-)
3. Apparatus Lakrimalis
- Sekitar glandula
lakrimalis
N N Dakrioadenitis (-)
- Sekitar sakus
lakrimalis
N N Dakriosistitis (-)
- Uji flurosensi Tidak
dilakukan
Tidak
dilakukan
- Uji regurgitasi Tidak
dilakukan
Tidak
dilakukan
- Tes Anel Tidak
dilakukan
Tidak
dilakukan
4. Bola mata
- Pasangan N N Simetris
(orthophoria)
- Gerakan N
+ +
+ +
+ +
N
+ +
+ +
+ +
Tidak ada
gangguan gerak
(syaraf dan otot
penggerak bola
mata normal)
- Ukuran N N Makroftalmos (-)
Mikroftalmos (-)
5. TIO N N Palpasi kenyal
(tidak ada
peningkatan dan
penurunan TIO)
6. Konjungtiva
- Palpebra superior N N Tenang,
mengkilap,
hiperemis (-), papil
(-), folikel (-)
- Forniks N N
- Palpebra inferior N N Tenang,
mengkilap,
hiperemis (-), papil
(-), folikel (-)
- Bulbi N N Injeksi konjungtiva
(-), injeksi siliar (-),
perdarahan
subconjungtiva (-),
pucat (-), corpal (-),
7. Sclera Putih Putih Tidak ikterik
8. Kornea
- Ukuran horizontal 12mm
vertikal 11mm
- Kecembungan N N Lebih cembung
dari sclera
- Limbus Arcus Senilis
(+)
Arcus Senilis
(+)
Arcus senilis (-)
Injeksi siliar (-)
- Permukaan N N Licin, mengkilap,
edema (-)
corpal (-)
defek epitel (-)
ulkus(-)
- Medium Jernih Jernih Jernih
- Uji flurosensi Tidak
dilakukan
Tidak
dilakukan
- Placido N N Konsentris Reguler
9. Kamera Okuli anterior
- Ukuran Dalam Dalam Dalam
- Isi Jernih Jernih Jernih, flare (-)
hifema (-)
hipopion (-)
10. Iris
- Warna Cokelat Cokelat
- Pasangan N N Simetris
- Gambaran N N Kripte baik
sinekia (-)
11. Pupil
- Ukuran 4 mm 4 mm Normal ( 3-6 mm)
pada ruangan
dengan cahaya
cukup
- Bentuk Bulat Bulat Isokor
- Tempat Di tengah Di tengah Di tengah
- Tepi Reguler Reguler Reguler
- Refleks direct (+) (+) Positif
- Refleks indrect (+) (+) Positif
12.Lensa
- Ada/tidak Ada Ada Ada
- Kejernihan Keruh, tipis Keruh, tipis Jernih
- Letak N N Di tengah,
belakang iris
- Warna Kekeruhan Putih Putih
13. Korpus Vitreum Jernih Jernih Jernih
14.Refleks fundus Warna orange
kurang
cemerlang
Warna orange
kurang
cemerlang
Warna jingga
kemerahan terang,
homogen
f. KESIMPULAN PEMERIKSAAN
OD OS
- Visus jauh 20/100
- Trikiasis (+)
- Arkus senilis (+)
- Lensa keruh, putih
- Reflek fundus orange kurang
cemerlang
- Visus jauh 20/80
- Trikiasis (+)
- Entropion (+)
- Arkus senilis (+)
- Lensa keruh, putih
- Reflek fundus orange kurang
cemerlang
g. DIAGNOSA KERJA
ODS Trikiasis
OS Entropion
ODS Katarak Senilis
h. TERAPI
Gentamicin 0,3% ED 2x ODS
Epilasi
Edukasi pasien :
- untuk tidak mengucek mata
- menghindari paparan angin terlalu banyak
- menggunakan pelindung mata untuk menghindari debu, benda asing dan
mengurangi fotofobia
- kontrol 8 minggu kemudian atau sebelum itu jika ada keluhan
i. PROGNOSIS
a. Visam : Dubia ad malam
b. Sanam : Dubia ad malam
c. Vitam : Dubia ad bonam
d. Kosmeticam : Dubia ad bonam
j. MASALAH YANG DIKAJI
1. Bagaimana penatalaksanaan trikiasis dan entropion?
2. Apakah komplikasi trikiasis?
k. PEMBAHASAN
ANATOMI PALPEBRA
Gambar 1. Anatomi Palpebra Superior et Inferior
Palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata serta mengeluarkan sekresi
kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan kornea. Palpebra merupakan alat
menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar,
dan pengeringan bola mata.
Palpebra mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedang di bagian
belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal. Konjungtiva tarsal
melalui forniks menutup bulbus okuli. Konjungtiva merupakan membran mukosa yang
mempunyai sel goblet yang menghasilkan musin.
Pada palpebra terdapat bagian-bagian :
- Kelenjar seperti kelenjar sebasea, kelenjar Moll, kelenjar Zeis pada pangkal rambut
dan kelenjar meibom pada tarsus
- Otot seperti M. orbikularis okuli yang dipersarafi N. fasialis, M. rioland, M.
orbikularis, dan M. levator palpebra yang dipersarafi oleh N. III yang berfungsi
untuk mengangkat kelopak dan membuka mata.
- Di dalam palpebra terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar di
dalamnya atau kelenjar meibom yang bermuara pada margo palpebra
- Septum orbita merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita merupakan
pembatas isi orbita dengan kelopak depan
- Pembuluh darah yang memperdarahi adalah a. palpebra
- Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal N.V
sedangkan kelopak bawah oleh cabang II saraf V.
- Konjungtiva tarsal yang terletak di belakang kelopak hanya dapat dilihat dengan
melakukan eversi kelopak. Konjungtiva tarsal melalui forniks mentup bulus okuli.
Konjungtiva merupakan membran mukosa yang mempunyai sel goblet yang
menghasilkan musin.
TRIKIASIS
1. Definisi
Trikiasis adalah suatu kelainan dimana bulu mata mengarah ke dalam bola mata yang
dapat menggosok kornea atau konjunctiva yang dapat menyebabkan iritasi. Bulu mata
dapat tumbuh dalam posisi yang abnormal sementara palpebra tetap pada posisi normal.
Trichiasis harus dibedakan daripada entropion, dimana pada entropion terjadi pelipatan
palpebra ke arah dalam. Kemungkinan dimana terjadinya entropion dan trikiasis
bersamaan dapat terjadi, dan dibutuhkan terapi untuk keduanya (Ilyas, 2008).
Gambar 2. Bulu mata normal dan bulu mata dengan trikiasis
Gambar 3. Bulu mata dengan trikiasis
2. Klasifikasi
Pembagian trikiasis berdasarkan kelainan bulu mata yaitu sebagai berikut
(Khooshabeh, 2002) :
a. Acquired metaplastic eyelashes.
Biasanya disebabkan peradangan kelopak mata seperti meibomitis atau trauma
akibat pembedahan, dimana epitel kelenjar meibom mengalami perubahan
metaplastik menjadi folikel rambut. Hal ini menyebabkan pertumbuhan bulu mata
lebih posterior daripada normal dimana dapat mengarah ke belakang.
b. Congenital metaplastic eyelashes.
Kelainan kongenital dimana kelenjar meibom menjadi multipoten berkembang
menjadi folikel-folikel rambut. Barisan kedua dari bulu mata tumbuh dari
permukaan kelenjar meibom.
c. Misdirected eyelashes.
Pertumbuhan bulu mata yang normal, namun akibat dari sedikit jaringan parut pada
margin kelopak mata menyebabkan perubahan arah dari bulu mata ke dalam.
d. Marginal entropion.
Pembalikan dari margin kelopak mata akibat dari proses parut dari lamela posterior
kelopak mata.
3. Epidemiologi
Trikiasis dapat terjadi pada semua usia, namun lebih sering ditemukan pada orang
dewasa. Trikiasis termasuk kelainan pada palpebra yang jarang berdiri sendiri. Biasanya
terjadi bersama penyakit lain seperti trakoma, sikatrisial pemfigoid, entropion, dan trauma
lainnya yang mengenai palpebra (Ilyas, 2008). Trakoma merupakan penyebab terpenting
terjadinya trikiasis. Terdapat ± 50 negara yang termasuk negara endemik trakoma. Negara-
negara tersebut tersebar di benua afrika, timur tengah, asia tenggara, india, dan amerika
selatan. Laporan terbaru WHO pada tahun 2013 menyebutkan bahwa terdapat ± 40 juta
orang menderita trakoma, 8.2 juta orang diantaranya menderita trikiasis. Belum ditemukan
bukti adanya predileksi pada ras-ras tertentu ataupun jenis kelamin (Graham, 2011).
4. Etiologi dan Patofisiologi
Trikiasis dapat disebabkan oleh infeksi pada mata, peradangan pada palpebra, kondisi
autoimun, dan trauma. Kelainan ini juga dihubungkan dengan penyakit sikatrik kronik
seperti sikatrisial pemphigoid, penyakit infeksi seperti trakoma serta sindrom steven
johnson. Proses inflamasi tersebut akan menyebabkan terbentuknya jaringan parut atau
sikatrik. Sikatrik yang terbentuk pada bagian lamella posterior palpebra, menyebabkan
posisi silia mata tumbuh mengarah ke bola mata. Proses penuaan juga merupakan
penyebab umum terjadinya trikiasis, karena kulit yang kehilangan elastisitas (Ilyas, 2008).
Beberapa kondisi yang dapat meningkatkan resiko terjadinya trikiasis sebagai berikut
(Vaughan dan Asbury, 2009) :
a. Idiopatik
b. Blefaritis ulseratif
Merupakan peradangan margo palpebra dengan tukak akibat infeksi
staphylococcus. Pada blefaritis ulseratif terdapat krusta berwarna kekuningan,
serta skuama yang kering dan keras, yang bila keduanya diangkat akan terlihat
ulkus yang kecil dan mengeluarkan darah disekitar bulu mata. Penyakit ini sangat
infeksius. Ulserasi berjalan lanjut dan lebih dalam sehingga merusak follikel
rambut mengakibatkan rontok (madarosis), dan apabila ulkus telah menyembuh
akan membentuk jaringan parut atau sikatrik. Sikatrik ini akan menimbulkan
tarikan sehingga menyebabkan bulu mata tumbuh mengarah ke bola mata
(trikiasis).
c. Sikatriks : Dapat diakibatkan oleh luka palpebra dan trauma.
d. Epiblepharon, penyakit kongenital yang terjadi dimana jaringan longgar di sekitar
mata membentuk lipatan yang abnormal kulit dan otot pretarsal, menyebabkan
bulu mata mengarah ke dalam.
e. Trachoma, suatu konjunctivitis folikular kronik yang berkembang hingga
terbentuknya jaringan parut pada konjungtiva tarsus superior sehingga
mengakibatkan perubahan bentuk pada tarsus yang selanjutnya dapat mengubah
bentuk palpebra superior berupa membaliknya bulu mata ke arah bola mata
(trikiasis) atau seluruh tepian palpebra (entropion) sehingga bulu mata terus-
menerus menggesek kornea. Pada kasus yang berat, trikiasis dapat terjadi akibat
jaringan parut yang berat.
f. Penyakit-penyakit lainnya yang dapat mengenai kulit dan membran mukosa
seperti sikatrik okuler pemphigoid.
Sikatrik Okuler Pemphigoid (SOP) atau mucous membrane pemphigoid adalah
kelainan autoimun kronik yang ditandai dengan adanya bula pada konjungtiva.
SOP merupakan kelainan yang bersifat bilateral, mengenai kedua mata dan lebih
sering ditemukan pada wanita lanjut usia. Gejalanya dapat berupa rasa nyeri dan
sensai benda asing pada mata disertai kotoran mata. Salah satu tanda SOP adalah
simblefaron, yaitu adhesi antara konjungtiva palpebra dan konjungtiva bulbi. Hal
ini menunjukkan terjadinya proses pembentukan sikatrik subepitelial yang
progresif. Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya trikiasis apabila terbentuk
sikatrik yang tebal. Trikiasis ini dapat menyebabkan keratinisasi pada permukaan
kornea dan konjungtiva.
5. Gambaran Klinis
Pasien dapat mengeluhkan sensasi benda asing, iritasi pada permukaan bola mata yang
kronik, lesi pada kelopak mata, gatal, nyeri pada mata, dan mata bengkak. Abrasi kornea
sampai dapat terjadi ulkus kornea, injeksi konjungtiva, keluarnya cairan mucus, dan
pandangan menjadi kabur dapat menyertai penyakit ini (Ruth, 2011).
6. Diagnosis
a. Anamnesis
Pada anamnesis dapat ditanyakan mengenai riwayat penyakit sebelumnya yang
pernah diderita oleh pasien. Misalnya :
1. Apakah pasien pernah menderita infeksi mata berat atau pernah berada di
negara endemik trakoma seperti di Afrika dan negara-negara timur tengah?
2. Apakah pasien memiliki riwayat penyakit autoimmune seperti pemphigoid
sikatrik?
3. Apakah ada riwayat trauma pada mata?
4. Apakah pasien pernah menjalani operasi mata sebelumnya?
Pasien dengan trikiasis dapat mengeluhkan sensasi benda asing dan iritasi
permukaan bola mata kronik. Apabila lebih berat hingga menimbulkan ulkus
kornea , maka akan timbul keluhan mata merah, sakit pada mata, fotofobia, dan
penglihatan menurun.
b. Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi
Pada pemeriksaan inspeksi dengan menggunakan slit lamp didapatkan satu
atau lebih silia tumbuh ke arah kornea atau konjungtiva bulbi. Tanda dan
gejala penyakit penyerta seperti trakoma, blefaritis, dan lain-lain, dapat
ditemukan.
2. Eversi kelopak mata
Eversi kelopak dilakukan dengan mata pasien melihat jauh ke bawah. Pasien
diminta jangan mencoba memejamkan mata. Tarsus ditarik ke arah orbita.
Pada konjungtiva dapat dicari adanya folikel, perdarahan, sikatriks dan
kemungkinan benda asing.
3. Fluoresein
Fluoresin adalah bahan yang berwarna jingga merah yang bila disinari
gelombang biru akan memberikan gelombang hijau.
Kertas fluoresein yang dibasahi terlebih dahulu dengan garam fisiologik
diletakkan pada sakus konjungtiva inferior. Penderita diminta untuk menutup
matanya selama 20 detik, beberapa saat kemudia kertas ini diangkat.
Dilakukan irigasi konjungtiva dengan garam fisiologik. Dilihat permukaan
kornea bila terlihat warna hijau dengan sinar biru berarti ada kerusakan epitel
kornea. Defek kornea terlihat berwarna hijau karena pada bagian defek tersebut
bersifat basa. Pada keadaan ini disebut uji fluoresein positif. Pemeriksaan ini
dipakai untuk melihat terdapatnya defek epitel kornea akibat gesekan dari silia
bulu mata yang mengalami trikiasis.
7. Diagnosis Banding
Trikiasis dapat didiagnosis banding dengan entropion. Entropion adalah pelipatan
kelopak mata ke arah dalam yang dapat disebabkan oleh involusi, sikatrik, atau
congenital. Gangguan ini selalu mengenai kelopak mata bawah dan merupakan akibat
gabungan kelumpuhan otot-otot retractor kelopak mata , mikrasi ke atas muskulus
orbikularis preseptal, dan melipatnya tarsus ke atas (Ilyas, 2008).
8. Penatalaksanaan
a. Jika hanya sedikit bulu mata yang terlibat, trikiasis dapat diterapi dengan
mechanical epilation, yaitu membuang bulu mata yang tumbuh ke dalam dengan
forcep pada slit lamp. Karena pertumbuhan kembali dapat terjadi, epilasi berulang
diperlukan setelah 6-8 minggu (Ilyas,2008).
b. Electrolysis dapat digunakan untuk menatalaksana trikiasis. Akan tetapi tingkat
rekurensinya tinggi, selain itu kekurangan metode elektrolisis yaitu sulitnya
menempatkan jarum tepat pada folikel rambut yang akan dirusak sehingga
berisiko untuk menyebabkan kerusakan mukosa dan struktur sekitarnya yang
akhirnya akan menyebabkan terbentuknya sikatrik yang lebih luas dan trikiasis
yang lebih hebat (Collin dan Rose, 2001)
Gambar 3. Elektrolisis. Sebuah jarum di insersikan ke dalam folikel rambut dengan bantuan slit
lamp atau dengan mikroskop.
c. Trikiasis segmental dapat diperbaiki dengan cryotherapy. Cryotherapy yaitu suatu
teknik pengrusakan folikel rambut dengan menggunakan suhu yang sangat dingin
(nitrogen oksida). Cryotherapy hanya membutuhkan anestesia lokal infiltratif.
Folikel dari bulu mata sangat sensitif terhadap dingin dan dapat dihancurkan pada
suhu -20o C. Area yang terlibat dibekukan kurang lebih selama 25 detik dan
kemudian dibiarkan mencair. Kemudian dibekukan kembali selama 20 detik
(double freeze-thaw technique). Beberapa sumber menyebutkan, membutuhkan
45 detik membekukan dengan 4 menit mencairkan secara lambat untuk double
freeze-thaw technique. Bulu mata yang abnormal dapat diangkat dengan forcep.
Kekurangan dari cryotherapy adalah edema yang dapat bertahan selama beberapa
hari, kehilangan pigmen kulit melanosit yang dapat hancur pada suhu -10o C
sehingga dapat hancur terlebih dahulu sebelum folikel rambut dihancurkan,
penebalan margin palpebra, dan kemungkinan gangguan fungsi sel goblet.
Metode ini dapat dikombinasi dengan berbagai prosedur pembedahan dan dapat
diulangi jika persisten atau berulang. Prosedur bedah yang dilakukan sama
dengan prosedur yang dilakukan pada entropion sikatrik, salah satunya yaitu
dengan teknik modifikasi Ketssey’s (Collin dan Rose, 2001).
Gambar 4. Cryotherapy
d. Pada teknis modifikasi ketssey’s (Transposition of tarsoconjunctival wedge),
sebuah insisi horizontal dibuat sepanjang sulkus subtarsalis, (2-3 mm diatas
margo palpebra) termasuk konjungtiva dan tarsal plate. Bagian terbawah dari
tarsal plate di tempel pada margo kelopak mata. Penjahitan matras dilakukan
setelah pemotongan bagian atas dari tarsal plate dan jahitan tersebut timbul pada
kulit 1 mm di atas margo kelopak mata.
Gambar 5. Teknik modifikasi Ketssey’s
e. Terapi medikamentosa dengan menggunakan kloramphenikol ointment dapat
membantu mencegah terjadinya kerusakan kornea. Pada trachomatous trichiasis,
dapat pula digunakan doxycycline sebagai terapi untuk mencegah terjadinya
proses sikatrisasi yang lebih luas sehingga secara tidak langsung mencegah
terjadinya trikiasis.
9. Komplikasi
Apabila tidak ditangani dengan segera trikiasis dapat menyebabkan komplikasi seperti
iritasi pada permukaan bola mata yang kronik, abrasi kornea, terjadi ulkus kornea,
perforasi, sampai terjadinya infeksi bola mata. Komplikasi lebih lanjut dapat menyebabkan
kebutaan.
10. Prognosis
Prognosis umumnya baik. Tindak lanjut perawatan berkala dan perhatian terhadap
komplikasi, kekambuhan, atau komplikasi kornea dapat meningkatkankan prognosis
jangka panjang.
ENTROPION
1. Definisi
Entropion adalah suatu keadaan melipatnya kelopak mata bagian tepi atau margo
palpebra ke arah dalam sehingga bulu mata menggeser jaringan konjungtiva dan kornea.
Melipatnya kelopak mata bagian tepi ini dapat menyebabkan kelopak mata bagian lain ikut
melipat.
Gambar 6. Entropion
2. Epidemiologi
Entropion bisa ditemukan pada semua lapisan umur namun entropion khususnya
entropion involusional lebih sering ditemukan pada orangtua. Entropion lebih sering
terjadi pada wanita dibandingkan pria. Hal ini mungkin disebabkan lempeng tarsal pada
wanita rata-rata lebih kecil dibandingkan pada pria. Entropion involusional biasanya
ditemukan lebih sering pada palpebra inferior sedangkan entropion sikatrik lebih sering
pada palpebra superior dan paling sering didahului oleh trakhoma.
3. Klasifikasi
Entropion berdasakan penyebab dibagi atas :
- Involusi
Paling sering terjadi sebagai akibat dari proses penuaan. Seiring dengan
meningkatnya usia maka terjadi degenerasi progresif jaringan fibrous dan elastik
kelopak mata bawah. Gangguan ini paling sering ditemukan pada kelopak bawah
dan merupakan akibat gabungan kelumpuhan otot-otot retraktor kelopak bawah,
migrasi ke atas muskulus orbikularis preseptal, dan melipatnya tepi tarsus atas.
- Sikatrik
Dapat mengenai kelopak mata atas atau bawah dan disebabkan oleh jaringan parut
di konjungtiva atau tarsus. Patologi dasarnya yaitu memendeknya lamella posterior
akibat berbagai sebab. Gangguan ini paling sering ditemukan pada penyakit-
penyakit radang kronik seperti trakoma. Berbagai kondisi lain yang dapat
menyebabkan terjadinya entropion sikatrik adalah penyakit autoimun (sikatrik
pemfigoid dan sindrom steven johnson), inflamasi, infeksi (herpes zooster,
trakoma), tindakan bedah (enukleasi, koreksi ptosis) dan trauma (luka bakar dan
trauma kimia). Penggunaan obat glaukoma dalam jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan konjungtivitis kronis yang menyebabkan pemendekan konjungtiva
secara vertikal sehingga terjadi entropion sikatrik sekunder. Entropion sikatrik
dapat mengenai kelopak mata atas atau bawah.
- Kongenital
Entropion kongenital merupakan anomali yang jarang ditemukan. Entropion
kongenital dapat menyebabkan erosi kornea kronik dan blefarospasm. Dapat terjadi
trauma pada kornea yang menyebabkan terbentuknya ulkus pada bayi. Pada
entropion kongenital, tepi kelopak mata memutar kearah kornea, sementara pada
epiblefaron kulit dan otot pratarsalnya menyebabkan bulu mata memutari tepi
tarsus. Entropion kongenital berbeda dengan entropion didapat. Entropion didapat
terjadi pada usia remaja dan diturunkan secara autosomal dominan.
- Entropion Spastik Akut
Entropion spastik akut biasanya terjadi pada iritasi maupun inflamasi okuli dimana
terjadi pembengkakan pada kelopak mata dan spasme otot orbikularis.Keadaan ini
juga paling sering terjadi setelah operasi intraokuler pada pasien dengan kelopak
mata preoperatif tidak menyadari atau memiliki kelopak mata yang sedikit
menekuk ke arah bola mata. Kontraksi otot orbikularis kelopak mata yang tertahan
menyebabkan rotasi ke dalam tepi kelopak mata. Hal ini akan mengakibatkan
bertambahnya iritasi dari yang telah ada sebelumnya.
4. Gambaran Klinis
Rambut yang mengiritasi mata dan menyebabkannya produksi air mata yang berlebih
sehingga mata sangat lembab. Keluhan yang sering timbul adalah rasa tidak nyaman
seperti adanya sensasi benda asing, mata berair, mata merah, gatal, mata kabur dan
fotofobia. Entropion kronis dapat menyebabkan sensitifitas terhadap cahaya dan angin,
dapat menyebabkan infeksi mata, abrasi kornea atau ulkus kornea.
Dari pemeriksaan fisik akan tampak berupa :
1. Kerusakan pada epitel konjungtiva atau kornea akibat trauma.
2. Hiperemia pada konjungtiva yang terlokalisasi.
3. Kelemahan kelopak mata (involusional entropion).
4. Jaringan parut pada konjungtiva (sikatrik entropion).
5. Pertumbuhan kelopak mata bawah yang abnormal (kongenital entropion).
5. Diagnosis
Sebagian besar pasien dengan entropion bermasalah dengan air mata yang terus
mengalir, iritasi, terasa ada benda asing di dalam mata dan mata merah yang persisten.
Dengan menggunakan slitlamp kadang-kadang dapat mengidentifikasi lipatan pinggir
kelopak mata, kelemahan kelopak yang horizontal, melingkarnya perseptal orbikularis,
enophtalmus, injeksi konjungtiva, trikiasis, dan entropion yang memanjang, keratitis
punctata superfisial yang dapat menjadi ulkus dan formasi panus. Pasien dengan entropion
sikatrik mungkin terdapat keratinisasi pada tepi kelopak mata dan simblefaron.
Pemeriksaan fisik pada kelopak mata meliputi test snapback yaitu dengan cara
menarik kelopak mata dengan hati-hati ke arah luar lalu dilihat apakah kelopak mata dapat
kembali ke posisi semula, dan biasanya tes ini tidak menimbulkan rasa sakit. Dari tes ini
dapat dilihat kelemahan pada tonus kelopak mata yang horizontal. Pada pinggir kelopak
mata bawah selalu ditemukan kelengkungan ke arah limbus setelah entropion terbentuk.
Forniks inferior tidak selalu kelihatan dalam dan kelopak mata mungkin dapat mudah
dikeluarkan. Tanda klinis lainnya meliputi gambaran garis putih dalam ukuran milimeter
di bawah tarsal inferior akibat dari pergeseran dari retraktor kelopak mata dan pergerakan
yang sedikit atau tidak ada sama seklai dari kelopak bawah saat melihat ke bawah.
Pindahnya bagian superior dari orbikularis superior dapat dideteksi dengan melakukan
observasi yaitu menutup mata yang memerah setelah kelipak entropion kembali normal
(tes kelengkungan orbikularis).
6. Diagnosis Banding
a. Retraksi kelopak mata (penyakit Grave).
Tarikan dari kelopak mata bawah dan atas menimbulkan bulu mata dan kulit
kelopak melipat ke dalam menyerupai entropion.
b. Distikiasis
Bersifat kongenital, terdapat kelainan yang menekan temapat keluarnya saluran
Meibom.
c. Trikiasis
Kelainan berupa bulu mata yang mengarah ke kornea, sehingga timbul reaksi
radang yang kedua dan terbentuk jaringan parut
d. Dermatokalasis
Suatu keadaan degeneratif, timbul lebih awal, dan menunjukkan gambaran yang
longgar dengan penonjolan dan kulit kelopak yang banyak. Perubahan arah bulu
mata pada kelopak atas menyerupai entropion
e. Epiblefaron
Kelainan kongenital yang tampak berupa pelipatan kulit kelopak dan ketegangan
otot horizontal yang menyilang ke pinggir kelopak menyebabkan bulu mata
masuk ke dalam. Orientasi dari tarsal plate normal selalu asimptomatik dan
berkaitan dengan pertambahan umur.
7. Penatalaksanaan
Terapi nonfarmakologis dengan menarik kulit palpebra ke arah pipi sehingga menjauh
dari bola mata dapat mengurangi gejala sementara terutama untuk involusi atau spastik
entropion. Pencukuran bulu mata bisa dilakukan di tempat lokasi trichiasis. Terapi kontak
lensa (hidrogel, hidrogel silikon, yang memiliki diameter lebih besar dari kornea atau
sklera) untuk melindungi kornea.
Pengobatan entropion terbaik adalah operasi plastik atau suatu tindakan tarsotomi
pada entropion akibat trakoma. Pembedahan untuk memutar keluar kelopak mata efektif
pada semua jenis entropion. Sebuah tindakan sementara yang bermanfaat pada entropion
evolusional adalah dengan menarik kelopak mata bawah dan menempelkannya dengan
‘tape’ ke pipi; tegangannya mengarah ke temporal dan inferior. Operasi entropion
transkonjungtiva merupakan prosedur yang aman dan lebih efisien pada entropion
involusi.
Pemilihan prosedur pembedahan tergantung pada penyebab yang mendasari.
Intervensi bedah diindikasikan jika salah satu dari berikut muncul persisten: iritasi okular
berulang, konjungtivitis bakteri, refleks hipersekresi air mata, superfisial keratopathy,
risiko ulserasi dan keratitis mikroba.
Beberapa tindakan operasi yang dapat dilakukan
1. Entropion kongenital.
Entropion kongenital dapat diperbaiki dengan pemasangan kembali fasia
kapsulopalpebra. Prosedur ini akan diuraikan pada bagian entropion involusional,
dan dilakukan untuk mengencangkan kelopak mata anak-anak yang horizontal
secara tidak serentak.
Perbaikan epiblefaron diperlukan jika ada bukti keratopati atau jika gejalanya
simptomatik. Dalam banyak kasus, hal ini dapat dilakukan tanpa harus
mengangkat kulit. Goresan horizontal dibuat 1,5 mm di bawah bulu mata,
menyeberangi kelopak mata bawah. Goresan diperluas sekitar mm ke medial dan
lateral menuju area yang melipat. Sejumlah kecil otot orbikularis pretarsal
dipindahkan, agar perbatasan tarsal bawah terbuka. Luka kemudian ditutup
dengan cara memperkirakan kulit bagian atas tetap mebingkai perbatasan tarsal
bawah, kemudian tepi kulit bagian bawah ditutup dengan jahitan 6.0 yang biasa.
2. Entropion akut spastik
Suntikan toksin botulinum selalu efektif untuk paralisi orbikularis. Efek toksin
botulinum bertahan hanya sekitar 3 bulan, tetapi entropion tidak akan terulang
walaupun efeknya menghilang.
3. Entropion involusional.
a. Perbaikan fasia kapsulopalpebra
Metode perbaikan entropion ini didasarkan pada jenis dan tingkatan masalah,
sepeti halnya kemampuan pasien untuk mentolerir suatu pemeriksaan.
Involusional entropion dapat diobati dengan menentukan faktor penyebab
penyakit.Setelah anestesi lokal, suatu goresan subsilar dibuat 2 mm di bawah
luka dari bawah punctum menuju cabang cantal. Penutup kulit yang kecil
disayat ke bawah di atas tarsus, dan potongan oto orbikularis pretarsal disayat
sampai batas tarsus. Septum orbita digores dan dibuka, sehingga tepi fasia
kapsulopalpebra yang tipis dapat terlihat. Dengan adanya bantalan inferior
orbita, yang kondisinya sama dengan keadaan kelopak mata bawah kepada
levator, dapat ditutup dengan empat jahitan sesuai dengan struktur mata. Suatu
potongan tarsal yang mengarah ke samping menunjukkan kelemahan kelopk
mata bawah dan potongan tersebut sesuai dengan banyaknya ketegangan
kelopak. Tiga jahitan dengan silk 6.0 digunakan untuk menyambung kembali
fasia kapsulopalpebra bawah dengan perbatasan tarsal. Kelopak mata tidak
harus selalu dikoreksi dan banyaknya jumlah fasia kapsulopalpebral dapat
dikonfirmasi dengan melakukan follow up pasien. Kulit muka yang ditutup
dengan jahitan 6.0 biasa, dan jumlah tepi fasia kapsulopalpebral harus
disatukan dengan tiga jahitan pusat untuk mencegahnya otot orbikularis.
b. Jahitan quickert.
Jika pasien yang mempunyai involusional entropion miskin dan tidak bisa
melakukan pembedahan maka teknik quickert, atau tiga jahitan, dapat
digunakan. Kelemahannya tingkat kekambuhan dengan teknik ini sangatlah
tinggi. Jahitan tiga double-kromik 5-0 ditempatkan horizontal 3 mm melebar
ke lateral, tengah, dan medial kelopak mata bawah. Jahitan melewati forniks
sampai batas di bawah perbatasan inferior tarsal lalu keluar sampai kulit.
Masing-masing jahitan ditegangkan untuk koreksi.
4. Entropion sikatrik.
Prosedur Wies. Jika entropionnya asli sikatrik, blefarotomi dan rotasi merginal
(prosedur Wies) efektif untuk memperbaiki kelopak mata atas atau
bawah.Anestesi lokal dinerikan pada kelopak mata dan insisi horizontal dibuat 4
mm dari kelopak sampai kulit dan orbikularis.Dibuat atap marginal yang berada
2-4 mm dari garis tepi kelopak mata. Kelopak kemudian diangkat, dan dalam
hitungan detik dibuat insisi sampai konjungtiva dan tarsus. Gunting Westcott atau
Tenotomi digunakan untuk memperluas blefarotomi ke medial dan lateral
melewati tarsus. Lalu dijahit tiga double-armed dengan silk 6-0 sampai tarsus, ke
atas tarsus yang kemudian keluar melalui kulit dekat bulu mata. Jahitan diikat di
atas kapas untuk melindungi “pemasangan kawat”. Lalu dikoreksi untuk pastinya.
Kulit yang diinsisi ditutup dengan jahitan 6-0 biasa. Jahitan dan kasa penutup
harus diangkat 10-14 hari.
Jika sikatrik entropion masih mengganggu, atau prosedur yang dilakukan gagal,
lamellar posterior tambahan akan sangat membantu. Suatu cangkokan mungkin
ditempatkan antara konjungtiva/retraktor kelopak bawah dan perbatasan inferior
tarsal. Berbagai material cangkok yang tersedia meliputi tulang rawan telinga,
langit-langit keras, dan selaput lendir. Terbentuknya jaringan parut, dan defek
produksi lamellar posterior, bahan cangkok diletakkan dengan jahitan yang bisa
diserap dan kelopak akan dapat disembuhkan dengan jahitan yang direnggangkan.
Lamellar posterior tersebut menyebabkan kelopak mungkin tidak dapat menarik
kembali saat melihat ke bawah.
8. Komplikasi
a. Konjungtivitis
Peradangan pada konjungtiva. Akan terlihat lapisan putih yang transparan pada
mata dan garis pada kelopaknya. Entropion dapat menyebabkan konjungtiva
menjadi merah dan meradang, dan menimbulkan infeksi.
b. Keratitis
Suatu kondisi dimaan kornea meradang. Masuknya bulu mata dan tepi kelopak ke
kornea dapat menimbulkan iritasi dan rasa sakit. Jaringan parut akan terbentuk
dan dapat menyebabkan kehilangan penglihatan.
c. Ulkus kornea
Ulkus kornea adalah ulkus yang terbentuk di kornea, dan biasanya disebabkan
oleh keratitis. Kondisi ini sangat serius karena dapat menyebabkan kehilangan
penglihatan. Sangat penting utnuk segera berobat ke dokter jika mata menjadi
maerah, mata terasa sakit atau seperti ada yang mengganjal di dalam mata.
d. Komplikasi bedah termasuk perdarahan, hematoma, infeksi, rasa sakit, dan posisi
tarsal yang buruk.
9. Prognosis
Entropion pada umumnya memiliki prognosis yang baik. Keefektifan pengobatan
entropion tergantung pada penyebab utama dan tingkat keparahan penyakitnya.
l. DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. 2009. Konjungtiva. Dalam Oftamologi umum.
Edisi 17. Jakarta : Widya Medika. Hal 123.
2. Ilyas, S. 2008. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
3. Khooshabeh, Ramona. 2002. Focus On : The Unwanted Eyelash. The Royal
College of Ophthalmologist issue 24
4. Robert H Graham, MD. Trichiasis. Department of Ophthalmology, Mayo Clinic,
Scottsdale, Arizona. [diakses dari :
http://emedicine.medscape.com/article/1213321-overview tanggal 19 Februari
2015]
5. Ruth, M.. 2011. Information factsheet : ingrowing eyelashes (trichiasis &
distichiasis). [diakses dari :
http://www.uhs.nhs.uk/Media/Controlleddocuments/Patientinformation/Eyes/
IngrowingLashes(Trichiasis)-patientinformation.pdf tanggal 19 Februari 2015]