review jurnal sistem sosial sistem penanganan konflik sosial
TRANSCRIPT
-
7/26/2019 Review Jurnal Sistem Sosial sistem penanganan konflik sosial
1/9
Page 1
Review Jurnal
Sistem Penanganan Konflik Sosial
Studi Kasus Konflik Kepentingan Pemanfaatan Lahan di Propinsi Bali
TUGAS I MATA KULIAH SISTEM SOSIAL KELAS B (RP14-1204)
REVIEW JURNAL
SISTEM PENANGANAN KONFLIK SOSIALSTUDI KASUS: KONFLIK KEPENTINGAN PEMANFAATAN
LAHAN DI PROPINSI BALI
DISUSUN OLEH :
1. BAIQ SEPTI MAULIDA SAAD (3611100035)
2. ATRAS RADIFAN PUSPITO (3611100063)
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA2014
-
7/26/2019 Review Jurnal Sistem Sosial sistem penanganan konflik sosial
2/9
Page 2
Review Jurnal
Sistem Penanganan Konflik Sosial
Studi Kasus Konflik Kepentingan Pemanfaatan Lahan di Propinsi Bali
A. Review Masalah dalam Jurnal
Propinsi Bali telah lama dikembangkan menjadi pusat industri pariwisata di Indonesia
yang mampu menarik wisatawan domestik maupun luar negeri. Hal tersebut dapat dilihat
dari pesatnya pembangunan sarana dan prasarana pariwisata di Bali yang dilakukan oleh
pemerintah setempat. Tentunya ini telah menjadi daya tarik bagi investor untuk
mengembangkan usahanya demi mendapatkan keuntungan yang maksimal. Bahkan
seringkali pihak pengembang mengubah lahan pertanian masyarakat menjadi kawasan
komersial yang diperuntukkan bagi para wisatawan ataupun pendatang yang berasal dari
kotakota besar di Jawa dan luar negeri. Tingginya mobilitas sosial dalam beberapa tahun
tersebut juga telah menyebabkan munculnya berbagai dampak sosial utamanya yang
berkaitan dengan degradasi nilai budaya (form of culture) dan praktek budaya (cultural
practices) dalam masyarakat Bali.
Berdasarkan fakta tersebut dapat dilihat bahwa terdapat beberapa kepentinganstakeholder dalam pemanfaatan lahan di Bali. Pemerintah selaku pemegang wewenang
berkepentingan untuk membangun infrastruktur demi kepentingan umum, sedangkan
masyarakat sebagai obyek pembangunan memanfaatkan lahan tersebut sebagai sumber
mata pencahariaan mereka. Di sisi lain pihak swasta berperan sebagai pengembang sarana
komersial yang berorientasi pada keuntungan ekonomi. Untuk itu diperlukan suatu sistem
atau konsep yang mampu menangani konflik sosial tersebut. Sistem atau konsep tersebut
diharapkan dapat mengatur pemanfaatan lahan agar saling menguntungkan ketiga grup
stakeholder terkait.
Dalam jurnal Perencanaan dan Pembangunan Keruangan: Perwujudan dan
Komunikasi Antar Kepentingan dalam Pemanfaatan Lahan tersebut memaparkan tigalangkah yang digunakan dalam proses penyelesaian permasalahan konflik antar kepentingan
yang terjadi di Propinsi Bali yang menyebabkan tingginya alih fungsi lahan di Propinsi
tersebut. untuk lebih jelasnya mengenai konsep penanganan permasalahan konflik antar
kepentingan penggunaan lahan di Propinsi Bali akan dijelaskan pada sib pembahasan di
bawah ini.
B. Analisa Sistem Penanganan yang Ditawarkan
G.A.M Suartika (2007) dalam jurnal tersebut menjelaskan bahwa terdapat suatu
sistem yang mampu mengatasi ketegangan sosial tersebut. Sistem yang dimaksud terdiridari tiga tindakan strategis, yaitu mengidentifikasi kepentingan setiap grup, menentukan
mekanisme permainan yang mengikat seluruh grup, dan manajemen yang mengatur
perubahan pemanfaatan lahan. Skema konsep penanganan tersebut dapat diilustrasikan
sebagai berikut.
-
7/26/2019 Review Jurnal Sistem Sosial sistem penanganan konflik sosial
3/9
Page 3
Review Jurnal
Sistem Penanganan Konflik Sosial
Studi Kasus Konflik Kepentingan Pemanfaatan Lahan di Propinsi Bali
Gambar 1.Mekanisme penyelesaian konflik
Sumber : Hasil Analisa, 2014
Tahap Pertama
Tahap pertama dalam sistem penanganan konflik kepentingan antar grup
stakeholder di Bali tersebut adalah identifikasi kepentingan (Chapin, 1957).
Mengidentifikasi kepentingan dari ketiga grup stakeholder (pemerintah, swasta, dan
masyarakat) merupakan suatu langkah yang penting agar penyelesaian konflik yang terjadi
dapat sesuai dan tidak bertentangan dengan kepentingan ketiga grup stakeholdertersebut.
Berdasarkan studi kasus pada jurnal, maka kepentingan yang muncul terdiri dari faktor
ekonomi yang berorientasi pada pengembangan modal finansial (profit making values),
faktor pemenuhan kebutuhan dasar dan menjaga keberlangsungan hidup masyarakat umum
(public interest values),dan yang terakhir adalah faktor perkembangan nilainilai sosial di
lahan konflik (sociality rooted values).
Tahap Kedua
Selanjutnya tahap kedua dalam sistem ini adalah aturan permainan. Aturan
permainan yang digunakan dalam menyelesaikan permasalahan dalam studi kasus ini
berdasarkan pada Teori Tentang Permainan (Game Theory) yang dicetuskan oleh Kaiser,
Godscalk, dan Chapin (1995). Sebagaimana yang telah diketahui bahwa setiap grup
stakeholder memiliki kepentingan yang berbeda serta seringkali berlawanan, sehingga
seringkali memunculkan konflik antar kepentingan. Untuk itu diperlukan peran strategis
berupa mediator sekaligus penengah yaitu seorang perencana (planner). Perencana disini
harus memiliki pengetahuan mengenai regulasi pemerintah yang berkaitan dengan rencana
pemanfaatan lahan tersebut. Selain itu perencana harus mampu memproyeksikan
kemungkinan eksisting lahan beberapa tahun kedepan, baik ditinjau dari segi transportasi,
pertumbuhan ekonomi, infrastruktur, potensi kebencanaan, dan lain lain. Kemudian
perencana juga berkewajiban sebagai pihak yang memperkuat posisi lemah masyarakat,
salah satunya dengan cara mempromosikan lahan alternatif yang dapat digunakan
pengembang tetapi tidak merugikan masyarakat.
Awal Konflik
Identifikasi
Kepentingan
Mekanisme
Pemainan
Manajemen
Perubahan TGL
Akhir Konflik
-
7/26/2019 Review Jurnal Sistem Sosial sistem penanganan konflik sosial
4/9
-
7/26/2019 Review Jurnal Sistem Sosial sistem penanganan konflik sosial
5/9
Page 5
Review Jurnal
Sistem Penanganan Konflik Sosial
Studi Kasus Konflik Kepentingan Pemanfaatan Lahan di Propinsi Bali
Berdasarkan diagram pada gambar diatas, managemen perubahan tata guna lahan
yang dilakukan keseluruhannya harus berorientasi pada kepentingan masyarakat dan tidak
boleh merugikan kepentingan masyarakat. Hal ini untuk mengurangi monopoli kepentingan
oleh grup stakeholder lainnya yang seringkali menindas kepentingan masyarakat. selain itu,
dapat dilakukan dengan melakukan pemberdayaan masyarakat. pemberdayaan masyarakat
dimaksudkan agar masyarakat dapat menjadi aktor pembangunan yang baik. Pemberdayaan
masyarakat ini juga dapat dilakukan sebagai media untuk memupuk kesadaran masyarakat
terutama kesadaran dalam hal menjaga lingkungan yang ada disekitarnya sehingga dapat
mengurangi konflik kepentingan yang ada.
Kelebihan dan Kekurangan Sistem Penanganan Konflik Sosial
Berdasarkan hasil analisa, sistem penanganan terhadap konflik sosial yang ada pada
jurnal memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, antara lain
Kelebihan :
a.
Seperti yang telah dijelaskan bahwa sistem penanganan yang ditawarkanmenekankan pada pemahaman permasalahan secara holistik. Artinya keluaran yang
diharapkan tentunya telah berdasarkan pertimbangan dari berbagai aspek seperti
sosial, ekonomi, dan lingkungan yang berasal dari kepentingan stakeholder yang
beragam. Hal ini tentu akan berpotensi menghasilkan suatu manajemen yang tepat
sasaran sesuai dengan akar permasalahan.
b. Berdasarkan ketiga tahapan yang telah dibahas, dapat dilihat bahwa sistem tersebut
selalu mengedepankan masyarakat umum sebagai prioritas utama. Hal tersebut
dapat dilihat mulai dari penentuan kepentingan, aturan permainan, hingga
manajemen perubahan. Tentunya ini akan sangat menguntungkan bagi masyarakat
karena dapat menghindarkan masyarakat dari monopoli pihak swasta, mengingatswasta memiliki kekuatan finansial yang besar.
Kekurangan :
a. Pada tahap pertama, kepentingan yang diidentifikasi hanya mencakup kepentingan
modal finansial, keberlangsungan hidup, dan nilai sosial saja. Pada kenyataannya
terdapat satu lagi kepentingan yang tidak dapat dilepaskan dalam kaitannya dengan
konflik sosial, yaitu kepentingan politik. Terlebih lagi di Indonesia, praktik praktik
politik seringkali menimbulkan berbagai macam konflik, baik kepentingan politik yang
berasal dari swasta maupun pemerintah sendiri.
b.
Pada tahap kedua, dalam aturan permainan dapat dilihat bahwa perencana / plannermemiliki peran sentral yang sangat penting dalam mengakomodir kepentingan
pemerintah, swasta, dan masyarakat. Untuk dapat melaksanakan hal tersebut secara
optimal tentunya dibutuhkan seorang perencana yang memiliki kapabilitas baik serta
menguasai kebijakan pemerintah dan kondisi eksisting masyarakat, juga memahami
kepentingan swasta.
c. Pada tahap ketiga, salah satu model manajemen menjadikan konsensus masyarakat
sebagai ide utama. Namun pada kenyataannya, partisipasi melalui konsensus
masyarakat seringkali sulit untuk diimplementasikan. Harus ada kepastian bahwa
hasil konsensus tersebut bersifat realistis dan kekinian sehingga memungkinkan
untuk dapat diimplementasikan di lapangan.
-
7/26/2019 Review Jurnal Sistem Sosial sistem penanganan konflik sosial
6/9
Page 6
Review Jurnal
Sistem Penanganan Konflik Sosial
Studi Kasus Konflik Kepentingan Pemanfaatan Lahan di Propinsi Bali
C. Penerapan Konsep Penanganan Konflik Sosial pada Jurnal di
Dataran Tinggi Dieng
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Dwi Setyawan (2012) dataran
tinggi Dieng memiliki daya tarik wisata yang menarik karena panoramanya yang indah danunik sama seperti pulau bali yang memiliki daya tarik wisata yang indah dan unik karena
kebudayaannya. Konflik sosial di dataran tinggi Dieng terjadi karena perbedaan kepentingan
antar stakeholder di wilayah tersebut. konflik sosial ini terjadi antara pemerintah, pihak
swasta dan penduduk setempat yang berprofesi sebagai petani. Perbedaan kepentingan
yang terjadi antar grup stakeholderdi dataran tinggi Dieng, antara lain:
a. Pemerintah berkepentingan untuk menjaga lahan hutan dari kegiatan yang sifatnya
dapat mengancam kelestarian hutan serta agar tidak disalah gunakan oleh pihak lain
baik oleh penduduk setempat maupun pihak swasta. Karena hutan di pulau Jawa
dikelola oleh Perusahaan Hutan Negara (Perhutani), bukan merupakan hak ulayatwarga seperti yang berlaku di luar pulau Jawa.
b. Pihak swasta berkepentingan membuka lahan hutan menjadi lahan yang dapat
digunakan sebagai tempat usaha. Kegiatan yang dilakukan oleh pihak swasta ini
menyebabkan berkurang lahan utan karena telah dialihfungsikan menjadi lahan
terbangun. Selain itu pihak swasta juga melakukan kegiatan pembalakan liar (illegal
logging) dengan menyewa para petani di sekitar dataran tinggi Dieng untuk
mendapatkan kayu dengan harga yang lebih murah.
c. Masyarakat khususnya yang bekerja sebagai petani yang berada di sekitar dataran
tinggi Dieng juga turut membuka lahan yang seharusnya merupakan lahan hutan
menjadi lahan pertanian kentang. Pertanian ubi kentang yang masif menyebabkankerusakan lahan di sekitar dataran tinggi Dieng. Selain itu, masyarakat disini juga
turut dirugikan dengan kerusakan lahan yang terjadi di dataran tinggi Dieng karena
memperbesar resiko terjadinya bencana alam seperti banjir, tanah longsor serta
bencana kekeringan karena resapan air yang berkurang akibat berkurangnya lahan
hutan.
Dari pemaparan diatas, dapat diketahui bahwa permasalahan konflik kepentingan di
dataran tinggi Dieng tidak jauh berbeda dengan konflik kepentingan di Propinsi Bali yang
berakibat pada tingginya alih fungsi lahan. Selain itu, konflik kepentingan di dataran tinggi
Dieng juga melibatkan tiga stakeholder sama seperti konflik kepentingan yang terjadi di
Propinsi Bali. Penyelesaian permasalahan konflik kepentingan melalui 3 tahapan
penyelesaian konflik kepentingan yang terdapat pada jurnal adalah sebagai berikut:
Tahap Pertama (Mengidentifikasi Kepentingan)
Berdasarkan teori dari Chapin, terdapat 3 jenis kepentingan yang terdapat dalam
permasalahan alih fungsi lahan, yaitu faktor ekonomi yang berorientasikan pada
pengembangan modal finansial (profit making values) sebagai salah satu faktor penentu
dalam kegiatan penataan lahan di dataran tinggi Dieng, faktor pemenuhan kebutuhan dasar
dan menjaga keberlangsungan hidup penduduk di dataran tinggi Dieng (public interest
-
7/26/2019 Review Jurnal Sistem Sosial sistem penanganan konflik sosial
7/9
Page 7
Review Jurnal
Sistem Penanganan Konflik Sosial
Studi Kasus Konflik Kepentingan Pemanfaatan Lahan di Propinsi Bali
values) serta faktor nilai-nilai sosial yang bertumbuh kembang di dataran tinggi Dieng
(socially rooted values)terkait dengan proses penataan lahan di kawasan tersebut.
Tahap Kedua (Menentukan aturan permainan)
Dalam permasalahan konflik kepentingan di dataran tinggi Dieng terdapat bentrok,
saling tumpang tindih dan berlawanan antar kepentingan sehingga dibutuhkan sebuah
aturan permainan (game theory) sesuai dengan langkah penyelesaian pada jurnal. Dalam
perumusan aturan permainan untuk menyelesaikan konflik kepentingan di dataran tinggi
Dieng dibutuhkan peran seorang perencana (Planner) yang mumpuni dan mengetahui
regulasi pemerintah mengenai penggunaan lahan yang terdapat di dataran tinggi Dieng.
Peran planner dalam penyelesaian konflik kepentingan di dataran tinggi Dieng ini aladah
sebagai mediator dan penengah dari konflik kepentingan yang terjadi. Planner disini
bertugas sebagai juri dan penengah dalam permasalahan konflik kepentingan yang terjadi.
Kemudian dilakukan pembahasan oleh seluruh stakeholder yang mengeluarkan keputusan
mengenai faktor-faktor penentu pola tata guna lahan yang harus disetujui dan ditaati olehseluruh grup stakeholder. Setiap grup terikat oleh peraturan permainan dimana persetujuan
masing-masing pihak mutlak dibutuhkan sebelum kepentingan salah satu grup
direalisasikan. Dengan konsep game theory ini, permasalahan konflik antar kepentingan
dapat diatasi Karena dalam proses pengambilan keputusannya melibatkan seluruh grup
stakeholder terkait penggunaan lahan di dataran tinggi Dieng.
Tahap Ketiga (Managemen perubahan tata guna lahan)
Terdapat dua model managemen tata guna lahan yang diajukan dalam jurnal yang
kedua-duanya mengutamakan kepentingan masyarakat untuk mewujudkan pembangunan
berkelanjutan di dataran tinggi Dieng. Konsep yang diterapkan dalam penyelesaianpermasalahan konflik kepentingan di dataran tinggi dieng ini menggunakan konsep
Community Based. Oleh karena itu, manajemen perubahan tata guna lahan untuk
menyelesaikan konflik kepentingan di dataran tinggi Dieng harus berorientasi pada
masyarakat. segala sesuatu tentang pengambilan keputusan dalam perumusan managemen
perubahan tata guna lahan di dataran tinggi dieng ini harus dengan persetujuan
masyarakat. karena masyarakat disini merupakan salah satu stakeholder berkepentingan
dalam permasalahan alih fungsi lahan yang terjadi di dataran tinggi Dieng.
Konsep pemberdayaan masyarakat di dataran tinggi dieng sangat tepat untuk
diterapkan untuk memupuk kesadaran masyarakat di dataran tinggi Dieng terhadap
lingkungan dan sosial masyarakat itu sendiri. Pemberdayaan masyarakat di dataran tinggi
Dieng bermanfaat dalam memperkuat tiga pilar faktor kepentingan yang sebelumnya telah
dijelaskan, khususnya pilar sosial dan ekologi. Dalam hal penguatan pilar kepentingan
ekologi, pemberdayaan masyarakat dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan
pentingnya menjaga lingkungna sekitar mereka. Peningkatan kesadaran masyarakat tentang
pentingnya menjaga lingkungan khususnya menjaga lahan hutan di dataran tinggi Dieng ini
dapat memperkecil konflik kepentingan antara masyarakat yang berprofesi sebagai petani
dengan pemerintah dalam memperkecil pembukaan lahan hutan menjadi lahan pertanian
sehingga alih fungsi lahan hutan menjadi lahan pertanian dapat dikurangi. Dalam hal
penguatan pilar kepentingan sosial, pemberdayaan masyarakat ini bermanfaat dalampeningkatan kualitas SDM masyarakat di dataran tinggi Dieng sehingga dapat meningkatkan
-
7/26/2019 Review Jurnal Sistem Sosial sistem penanganan konflik sosial
8/9
Page 8
Review Jurnal
Sistem Penanganan Konflik Sosial
Studi Kasus Konflik Kepentingan Pemanfaatan Lahan di Propinsi Bali
kemampuan individu dan daya saing masyarakat di dataran tinggi Dieng. Peningkatan
kualitas dan daya saing SDM di dataran tinggi Dieng menjadikan masyarakat di dataran
tinggi Dieng tidak lagi berorientasi terhadap alam sehingga terjadi pergeseran mata
pencaharian penduduk dari bidang pertanian ke bidang lainnya.
Kaitan pemberdayaan masyarakat dalam memperkecil konflik kepentingan dengan
pihak swasta di dataran tinggi Dieng adalah masyarakat tidak lagi digunakan sebagai kaki
tangan pihak swasta dalam melakukan pembalakan liar dan pembukaan lahan karena
masyarakat di dataran tinggi Dieng mulai mulai berorientasi pada teknologi dalam rangka
mendapatkan keutungan yang lebih baik tanpa merusak lingkungan sekitar dan turut serta
menjadi pengawas dalam memantau kegiatan swasta yang merugikan masyarakat dan
lingkungan.
Perumusan management perubahan tata guna lahan di dataran tinggi Dieng harus
dapat mengakomodir pilar-pilar kepeningan yang dominan dalam permasalah alih fungsi
lahan di kawasan tersebut. Dengan terakomodasinya seluruh kepentingan dalam
permumusan managemen perubahan TGL tersebut berarti ketiga pilar kepentingan tersebutsudah terwakili sehingga managemen tata guna lahan tersebut dapat mengatasi konflik
kepentingan yang terjadi di dataran tinggi Dieng. Terselesaikannya konflik antar
kepentingan di dataran tinggi Dieng dilakukan dengan merangkul tiga kepentingan yang ada
sehingga secara bersama-sama mendukung pembangunan yang berkelanjutan (sustainable
development).
D. Kesimpulan dan Rekomendasi
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan diatas adalah:
Konsep penanganan permasalahan konflik antar kepentingan yang terjadi di PropinsiBali dan dataran tinggi Dieng dapat dilakukan dengan menerapkan tiga tahapan
penyelesaian konflik. Tahap pertama yang merupakan tahapan mengidentifikasi kepentingan
yang dominan di lapangan yang menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan. Tahap kedua
yaitu tahap penentuan aturan permainan berdasarkan teori permainan (game theory)yang
mengikat keseluruhan kepentingan. Dalam penentuan aturan pengikat dalam permainan ini
diperlukan peran perencana sebagai juri dan penengah dari konflik antar kepentingan yang
terjadi. Dan tahap ketiga yaitu perumusan managemen perubahan tata guna lahan yang
mampu mengakomodir ketiga kepentingan yang dominan untuk terciptanya sinkronisasi
antar kepentingan sehingga permasalahan konflik antar kepentingan dapat diatasi. Selain
harus mampu mengakomodir seluruh kepentingan yang ada, dalam perumusan managemen
perubahan TGL harus berorintasi pada masyarakat (community based) serta menerapkan
pemberdayaan masyakat untuk memperkuat ketiga pilar antar kepentingan sehingga secara
bersama-sama dapat mendukung pembangunan yang berkelanjutan (sustainable
development).
Rekomendasi yang diajukan dari pembahasan diatas adalah sebagai berikut:
Pada konsep penyelesaian konflik antar kepentingan dari Chapin (1995)
mempertimbangkan 3 faktor kepentingan yaitu faktor ekonomi yang berorientasikan
pada pengembangan modal finansial (profit making values), faktor pemenuhan
kebutuhan dasar dan menjaga keberlangsungan hidup masyarakat umum (publicinterest values) serta faktor nilai-nilai sosial yang bertumbuh kembang di daerah
-
7/26/2019 Review Jurnal Sistem Sosial sistem penanganan konflik sosial
9/9
Page 9
Review Jurnal
Sistem Penanganan Konflik Sosial
Studi Kasus Konflik Kepentingan Pemanfaatan Lahan di Propinsi Bali
dimana lahan itu berada (public interest values). Melihat kentalnya campur tangan
politik dalam pembangunan di Indonesia hendaknya penyelesaian permasalahan
konflik antar kepentingan mempertimbangkan kepentingan politik (political interest)
dalam proses pengambilan keputusannya.
Selain itu, pada tahap kedua yaitu tahap perumusan aturan pengikat permainan
hendaknya dilakukan oleh perencana yang mumpuni dan bukan perseorangan
melainkan kelompok perencana yang mumpuni serta mengerti regulasi yang berlaku
di daerah terjadinya konflik. Perencana juga harus bersifat netral agar tidak terjadi
keberpihakan pada salah satu kepentingan saja.
Daftar Pustaka
Setyawan, Ahmad Dwi. 2012. Konflik Kepentingan Berkaitan Permasalahan Ekologi, Ekonomi
dan Sosio-budaya di Tanah Tinggi Dieng, Indonesia. Surakarta: Malaysia Journal of Society
and space 8 Issue 4, Page 88-104.
Suartika, GAM. 2007. Perencanaan dan Pembangunan Keruangan: Perwujudan dan
Komunikasi antar Kepentingan dalam Pemanfaatan Lahan. Denpasar : Jurnal Permukiman
Natah Vol. 5 No 2 Agustus 2007 halaman 62-108.