review jurnal sistem sosial sistem penanganan konflik sosial

Upload: baiq-septi-maulida-saad

Post on 02-Mar-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/26/2019 Review Jurnal Sistem Sosial sistem penanganan konflik sosial

    1/9

    Page 1

    Review Jurnal

    Sistem Penanganan Konflik Sosial

    Studi Kasus Konflik Kepentingan Pemanfaatan Lahan di Propinsi Bali

    TUGAS I MATA KULIAH SISTEM SOSIAL KELAS B (RP14-1204)

    REVIEW JURNAL

    SISTEM PENANGANAN KONFLIK SOSIALSTUDI KASUS: KONFLIK KEPENTINGAN PEMANFAATAN

    LAHAN DI PROPINSI BALI

    DISUSUN OLEH :

    1. BAIQ SEPTI MAULIDA SAAD (3611100035)

    2. ATRAS RADIFAN PUSPITO (3611100063)

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

    FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

    INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

    SURABAYA2014

  • 7/26/2019 Review Jurnal Sistem Sosial sistem penanganan konflik sosial

    2/9

    Page 2

    Review Jurnal

    Sistem Penanganan Konflik Sosial

    Studi Kasus Konflik Kepentingan Pemanfaatan Lahan di Propinsi Bali

    A. Review Masalah dalam Jurnal

    Propinsi Bali telah lama dikembangkan menjadi pusat industri pariwisata di Indonesia

    yang mampu menarik wisatawan domestik maupun luar negeri. Hal tersebut dapat dilihat

    dari pesatnya pembangunan sarana dan prasarana pariwisata di Bali yang dilakukan oleh

    pemerintah setempat. Tentunya ini telah menjadi daya tarik bagi investor untuk

    mengembangkan usahanya demi mendapatkan keuntungan yang maksimal. Bahkan

    seringkali pihak pengembang mengubah lahan pertanian masyarakat menjadi kawasan

    komersial yang diperuntukkan bagi para wisatawan ataupun pendatang yang berasal dari

    kotakota besar di Jawa dan luar negeri. Tingginya mobilitas sosial dalam beberapa tahun

    tersebut juga telah menyebabkan munculnya berbagai dampak sosial utamanya yang

    berkaitan dengan degradasi nilai budaya (form of culture) dan praktek budaya (cultural

    practices) dalam masyarakat Bali.

    Berdasarkan fakta tersebut dapat dilihat bahwa terdapat beberapa kepentinganstakeholder dalam pemanfaatan lahan di Bali. Pemerintah selaku pemegang wewenang

    berkepentingan untuk membangun infrastruktur demi kepentingan umum, sedangkan

    masyarakat sebagai obyek pembangunan memanfaatkan lahan tersebut sebagai sumber

    mata pencahariaan mereka. Di sisi lain pihak swasta berperan sebagai pengembang sarana

    komersial yang berorientasi pada keuntungan ekonomi. Untuk itu diperlukan suatu sistem

    atau konsep yang mampu menangani konflik sosial tersebut. Sistem atau konsep tersebut

    diharapkan dapat mengatur pemanfaatan lahan agar saling menguntungkan ketiga grup

    stakeholder terkait.

    Dalam jurnal Perencanaan dan Pembangunan Keruangan: Perwujudan dan

    Komunikasi Antar Kepentingan dalam Pemanfaatan Lahan tersebut memaparkan tigalangkah yang digunakan dalam proses penyelesaian permasalahan konflik antar kepentingan

    yang terjadi di Propinsi Bali yang menyebabkan tingginya alih fungsi lahan di Propinsi

    tersebut. untuk lebih jelasnya mengenai konsep penanganan permasalahan konflik antar

    kepentingan penggunaan lahan di Propinsi Bali akan dijelaskan pada sib pembahasan di

    bawah ini.

    B. Analisa Sistem Penanganan yang Ditawarkan

    G.A.M Suartika (2007) dalam jurnal tersebut menjelaskan bahwa terdapat suatu

    sistem yang mampu mengatasi ketegangan sosial tersebut. Sistem yang dimaksud terdiridari tiga tindakan strategis, yaitu mengidentifikasi kepentingan setiap grup, menentukan

    mekanisme permainan yang mengikat seluruh grup, dan manajemen yang mengatur

    perubahan pemanfaatan lahan. Skema konsep penanganan tersebut dapat diilustrasikan

    sebagai berikut.

  • 7/26/2019 Review Jurnal Sistem Sosial sistem penanganan konflik sosial

    3/9

    Page 3

    Review Jurnal

    Sistem Penanganan Konflik Sosial

    Studi Kasus Konflik Kepentingan Pemanfaatan Lahan di Propinsi Bali

    Gambar 1.Mekanisme penyelesaian konflik

    Sumber : Hasil Analisa, 2014

    Tahap Pertama

    Tahap pertama dalam sistem penanganan konflik kepentingan antar grup

    stakeholder di Bali tersebut adalah identifikasi kepentingan (Chapin, 1957).

    Mengidentifikasi kepentingan dari ketiga grup stakeholder (pemerintah, swasta, dan

    masyarakat) merupakan suatu langkah yang penting agar penyelesaian konflik yang terjadi

    dapat sesuai dan tidak bertentangan dengan kepentingan ketiga grup stakeholdertersebut.

    Berdasarkan studi kasus pada jurnal, maka kepentingan yang muncul terdiri dari faktor

    ekonomi yang berorientasi pada pengembangan modal finansial (profit making values),

    faktor pemenuhan kebutuhan dasar dan menjaga keberlangsungan hidup masyarakat umum

    (public interest values),dan yang terakhir adalah faktor perkembangan nilainilai sosial di

    lahan konflik (sociality rooted values).

    Tahap Kedua

    Selanjutnya tahap kedua dalam sistem ini adalah aturan permainan. Aturan

    permainan yang digunakan dalam menyelesaikan permasalahan dalam studi kasus ini

    berdasarkan pada Teori Tentang Permainan (Game Theory) yang dicetuskan oleh Kaiser,

    Godscalk, dan Chapin (1995). Sebagaimana yang telah diketahui bahwa setiap grup

    stakeholder memiliki kepentingan yang berbeda serta seringkali berlawanan, sehingga

    seringkali memunculkan konflik antar kepentingan. Untuk itu diperlukan peran strategis

    berupa mediator sekaligus penengah yaitu seorang perencana (planner). Perencana disini

    harus memiliki pengetahuan mengenai regulasi pemerintah yang berkaitan dengan rencana

    pemanfaatan lahan tersebut. Selain itu perencana harus mampu memproyeksikan

    kemungkinan eksisting lahan beberapa tahun kedepan, baik ditinjau dari segi transportasi,

    pertumbuhan ekonomi, infrastruktur, potensi kebencanaan, dan lain lain. Kemudian

    perencana juga berkewajiban sebagai pihak yang memperkuat posisi lemah masyarakat,

    salah satunya dengan cara mempromosikan lahan alternatif yang dapat digunakan

    pengembang tetapi tidak merugikan masyarakat.

    Awal Konflik

    Identifikasi

    Kepentingan

    Mekanisme

    Pemainan

    Manajemen

    Perubahan TGL

    Akhir Konflik

  • 7/26/2019 Review Jurnal Sistem Sosial sistem penanganan konflik sosial

    4/9

  • 7/26/2019 Review Jurnal Sistem Sosial sistem penanganan konflik sosial

    5/9

    Page 5

    Review Jurnal

    Sistem Penanganan Konflik Sosial

    Studi Kasus Konflik Kepentingan Pemanfaatan Lahan di Propinsi Bali

    Berdasarkan diagram pada gambar diatas, managemen perubahan tata guna lahan

    yang dilakukan keseluruhannya harus berorientasi pada kepentingan masyarakat dan tidak

    boleh merugikan kepentingan masyarakat. Hal ini untuk mengurangi monopoli kepentingan

    oleh grup stakeholder lainnya yang seringkali menindas kepentingan masyarakat. selain itu,

    dapat dilakukan dengan melakukan pemberdayaan masyarakat. pemberdayaan masyarakat

    dimaksudkan agar masyarakat dapat menjadi aktor pembangunan yang baik. Pemberdayaan

    masyarakat ini juga dapat dilakukan sebagai media untuk memupuk kesadaran masyarakat

    terutama kesadaran dalam hal menjaga lingkungan yang ada disekitarnya sehingga dapat

    mengurangi konflik kepentingan yang ada.

    Kelebihan dan Kekurangan Sistem Penanganan Konflik Sosial

    Berdasarkan hasil analisa, sistem penanganan terhadap konflik sosial yang ada pada

    jurnal memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, antara lain

    Kelebihan :

    a.

    Seperti yang telah dijelaskan bahwa sistem penanganan yang ditawarkanmenekankan pada pemahaman permasalahan secara holistik. Artinya keluaran yang

    diharapkan tentunya telah berdasarkan pertimbangan dari berbagai aspek seperti

    sosial, ekonomi, dan lingkungan yang berasal dari kepentingan stakeholder yang

    beragam. Hal ini tentu akan berpotensi menghasilkan suatu manajemen yang tepat

    sasaran sesuai dengan akar permasalahan.

    b. Berdasarkan ketiga tahapan yang telah dibahas, dapat dilihat bahwa sistem tersebut

    selalu mengedepankan masyarakat umum sebagai prioritas utama. Hal tersebut

    dapat dilihat mulai dari penentuan kepentingan, aturan permainan, hingga

    manajemen perubahan. Tentunya ini akan sangat menguntungkan bagi masyarakat

    karena dapat menghindarkan masyarakat dari monopoli pihak swasta, mengingatswasta memiliki kekuatan finansial yang besar.

    Kekurangan :

    a. Pada tahap pertama, kepentingan yang diidentifikasi hanya mencakup kepentingan

    modal finansial, keberlangsungan hidup, dan nilai sosial saja. Pada kenyataannya

    terdapat satu lagi kepentingan yang tidak dapat dilepaskan dalam kaitannya dengan

    konflik sosial, yaitu kepentingan politik. Terlebih lagi di Indonesia, praktik praktik

    politik seringkali menimbulkan berbagai macam konflik, baik kepentingan politik yang

    berasal dari swasta maupun pemerintah sendiri.

    b.

    Pada tahap kedua, dalam aturan permainan dapat dilihat bahwa perencana / plannermemiliki peran sentral yang sangat penting dalam mengakomodir kepentingan

    pemerintah, swasta, dan masyarakat. Untuk dapat melaksanakan hal tersebut secara

    optimal tentunya dibutuhkan seorang perencana yang memiliki kapabilitas baik serta

    menguasai kebijakan pemerintah dan kondisi eksisting masyarakat, juga memahami

    kepentingan swasta.

    c. Pada tahap ketiga, salah satu model manajemen menjadikan konsensus masyarakat

    sebagai ide utama. Namun pada kenyataannya, partisipasi melalui konsensus

    masyarakat seringkali sulit untuk diimplementasikan. Harus ada kepastian bahwa

    hasil konsensus tersebut bersifat realistis dan kekinian sehingga memungkinkan

    untuk dapat diimplementasikan di lapangan.

  • 7/26/2019 Review Jurnal Sistem Sosial sistem penanganan konflik sosial

    6/9

    Page 6

    Review Jurnal

    Sistem Penanganan Konflik Sosial

    Studi Kasus Konflik Kepentingan Pemanfaatan Lahan di Propinsi Bali

    C. Penerapan Konsep Penanganan Konflik Sosial pada Jurnal di

    Dataran Tinggi Dieng

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Dwi Setyawan (2012) dataran

    tinggi Dieng memiliki daya tarik wisata yang menarik karena panoramanya yang indah danunik sama seperti pulau bali yang memiliki daya tarik wisata yang indah dan unik karena

    kebudayaannya. Konflik sosial di dataran tinggi Dieng terjadi karena perbedaan kepentingan

    antar stakeholder di wilayah tersebut. konflik sosial ini terjadi antara pemerintah, pihak

    swasta dan penduduk setempat yang berprofesi sebagai petani. Perbedaan kepentingan

    yang terjadi antar grup stakeholderdi dataran tinggi Dieng, antara lain:

    a. Pemerintah berkepentingan untuk menjaga lahan hutan dari kegiatan yang sifatnya

    dapat mengancam kelestarian hutan serta agar tidak disalah gunakan oleh pihak lain

    baik oleh penduduk setempat maupun pihak swasta. Karena hutan di pulau Jawa

    dikelola oleh Perusahaan Hutan Negara (Perhutani), bukan merupakan hak ulayatwarga seperti yang berlaku di luar pulau Jawa.

    b. Pihak swasta berkepentingan membuka lahan hutan menjadi lahan yang dapat

    digunakan sebagai tempat usaha. Kegiatan yang dilakukan oleh pihak swasta ini

    menyebabkan berkurang lahan utan karena telah dialihfungsikan menjadi lahan

    terbangun. Selain itu pihak swasta juga melakukan kegiatan pembalakan liar (illegal

    logging) dengan menyewa para petani di sekitar dataran tinggi Dieng untuk

    mendapatkan kayu dengan harga yang lebih murah.

    c. Masyarakat khususnya yang bekerja sebagai petani yang berada di sekitar dataran

    tinggi Dieng juga turut membuka lahan yang seharusnya merupakan lahan hutan

    menjadi lahan pertanian kentang. Pertanian ubi kentang yang masif menyebabkankerusakan lahan di sekitar dataran tinggi Dieng. Selain itu, masyarakat disini juga

    turut dirugikan dengan kerusakan lahan yang terjadi di dataran tinggi Dieng karena

    memperbesar resiko terjadinya bencana alam seperti banjir, tanah longsor serta

    bencana kekeringan karena resapan air yang berkurang akibat berkurangnya lahan

    hutan.

    Dari pemaparan diatas, dapat diketahui bahwa permasalahan konflik kepentingan di

    dataran tinggi Dieng tidak jauh berbeda dengan konflik kepentingan di Propinsi Bali yang

    berakibat pada tingginya alih fungsi lahan. Selain itu, konflik kepentingan di dataran tinggi

    Dieng juga melibatkan tiga stakeholder sama seperti konflik kepentingan yang terjadi di

    Propinsi Bali. Penyelesaian permasalahan konflik kepentingan melalui 3 tahapan

    penyelesaian konflik kepentingan yang terdapat pada jurnal adalah sebagai berikut:

    Tahap Pertama (Mengidentifikasi Kepentingan)

    Berdasarkan teori dari Chapin, terdapat 3 jenis kepentingan yang terdapat dalam

    permasalahan alih fungsi lahan, yaitu faktor ekonomi yang berorientasikan pada

    pengembangan modal finansial (profit making values) sebagai salah satu faktor penentu

    dalam kegiatan penataan lahan di dataran tinggi Dieng, faktor pemenuhan kebutuhan dasar

    dan menjaga keberlangsungan hidup penduduk di dataran tinggi Dieng (public interest

  • 7/26/2019 Review Jurnal Sistem Sosial sistem penanganan konflik sosial

    7/9

    Page 7

    Review Jurnal

    Sistem Penanganan Konflik Sosial

    Studi Kasus Konflik Kepentingan Pemanfaatan Lahan di Propinsi Bali

    values) serta faktor nilai-nilai sosial yang bertumbuh kembang di dataran tinggi Dieng

    (socially rooted values)terkait dengan proses penataan lahan di kawasan tersebut.

    Tahap Kedua (Menentukan aturan permainan)

    Dalam permasalahan konflik kepentingan di dataran tinggi Dieng terdapat bentrok,

    saling tumpang tindih dan berlawanan antar kepentingan sehingga dibutuhkan sebuah

    aturan permainan (game theory) sesuai dengan langkah penyelesaian pada jurnal. Dalam

    perumusan aturan permainan untuk menyelesaikan konflik kepentingan di dataran tinggi

    Dieng dibutuhkan peran seorang perencana (Planner) yang mumpuni dan mengetahui

    regulasi pemerintah mengenai penggunaan lahan yang terdapat di dataran tinggi Dieng.

    Peran planner dalam penyelesaian konflik kepentingan di dataran tinggi Dieng ini aladah

    sebagai mediator dan penengah dari konflik kepentingan yang terjadi. Planner disini

    bertugas sebagai juri dan penengah dalam permasalahan konflik kepentingan yang terjadi.

    Kemudian dilakukan pembahasan oleh seluruh stakeholder yang mengeluarkan keputusan

    mengenai faktor-faktor penentu pola tata guna lahan yang harus disetujui dan ditaati olehseluruh grup stakeholder. Setiap grup terikat oleh peraturan permainan dimana persetujuan

    masing-masing pihak mutlak dibutuhkan sebelum kepentingan salah satu grup

    direalisasikan. Dengan konsep game theory ini, permasalahan konflik antar kepentingan

    dapat diatasi Karena dalam proses pengambilan keputusannya melibatkan seluruh grup

    stakeholder terkait penggunaan lahan di dataran tinggi Dieng.

    Tahap Ketiga (Managemen perubahan tata guna lahan)

    Terdapat dua model managemen tata guna lahan yang diajukan dalam jurnal yang

    kedua-duanya mengutamakan kepentingan masyarakat untuk mewujudkan pembangunan

    berkelanjutan di dataran tinggi Dieng. Konsep yang diterapkan dalam penyelesaianpermasalahan konflik kepentingan di dataran tinggi dieng ini menggunakan konsep

    Community Based. Oleh karena itu, manajemen perubahan tata guna lahan untuk

    menyelesaikan konflik kepentingan di dataran tinggi Dieng harus berorientasi pada

    masyarakat. segala sesuatu tentang pengambilan keputusan dalam perumusan managemen

    perubahan tata guna lahan di dataran tinggi dieng ini harus dengan persetujuan

    masyarakat. karena masyarakat disini merupakan salah satu stakeholder berkepentingan

    dalam permasalahan alih fungsi lahan yang terjadi di dataran tinggi Dieng.

    Konsep pemberdayaan masyarakat di dataran tinggi dieng sangat tepat untuk

    diterapkan untuk memupuk kesadaran masyarakat di dataran tinggi Dieng terhadap

    lingkungan dan sosial masyarakat itu sendiri. Pemberdayaan masyarakat di dataran tinggi

    Dieng bermanfaat dalam memperkuat tiga pilar faktor kepentingan yang sebelumnya telah

    dijelaskan, khususnya pilar sosial dan ekologi. Dalam hal penguatan pilar kepentingan

    ekologi, pemberdayaan masyarakat dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan

    pentingnya menjaga lingkungna sekitar mereka. Peningkatan kesadaran masyarakat tentang

    pentingnya menjaga lingkungan khususnya menjaga lahan hutan di dataran tinggi Dieng ini

    dapat memperkecil konflik kepentingan antara masyarakat yang berprofesi sebagai petani

    dengan pemerintah dalam memperkecil pembukaan lahan hutan menjadi lahan pertanian

    sehingga alih fungsi lahan hutan menjadi lahan pertanian dapat dikurangi. Dalam hal

    penguatan pilar kepentingan sosial, pemberdayaan masyarakat ini bermanfaat dalampeningkatan kualitas SDM masyarakat di dataran tinggi Dieng sehingga dapat meningkatkan

  • 7/26/2019 Review Jurnal Sistem Sosial sistem penanganan konflik sosial

    8/9

    Page 8

    Review Jurnal

    Sistem Penanganan Konflik Sosial

    Studi Kasus Konflik Kepentingan Pemanfaatan Lahan di Propinsi Bali

    kemampuan individu dan daya saing masyarakat di dataran tinggi Dieng. Peningkatan

    kualitas dan daya saing SDM di dataran tinggi Dieng menjadikan masyarakat di dataran

    tinggi Dieng tidak lagi berorientasi terhadap alam sehingga terjadi pergeseran mata

    pencaharian penduduk dari bidang pertanian ke bidang lainnya.

    Kaitan pemberdayaan masyarakat dalam memperkecil konflik kepentingan dengan

    pihak swasta di dataran tinggi Dieng adalah masyarakat tidak lagi digunakan sebagai kaki

    tangan pihak swasta dalam melakukan pembalakan liar dan pembukaan lahan karena

    masyarakat di dataran tinggi Dieng mulai mulai berorientasi pada teknologi dalam rangka

    mendapatkan keutungan yang lebih baik tanpa merusak lingkungan sekitar dan turut serta

    menjadi pengawas dalam memantau kegiatan swasta yang merugikan masyarakat dan

    lingkungan.

    Perumusan management perubahan tata guna lahan di dataran tinggi Dieng harus

    dapat mengakomodir pilar-pilar kepeningan yang dominan dalam permasalah alih fungsi

    lahan di kawasan tersebut. Dengan terakomodasinya seluruh kepentingan dalam

    permumusan managemen perubahan TGL tersebut berarti ketiga pilar kepentingan tersebutsudah terwakili sehingga managemen tata guna lahan tersebut dapat mengatasi konflik

    kepentingan yang terjadi di dataran tinggi Dieng. Terselesaikannya konflik antar

    kepentingan di dataran tinggi Dieng dilakukan dengan merangkul tiga kepentingan yang ada

    sehingga secara bersama-sama mendukung pembangunan yang berkelanjutan (sustainable

    development).

    D. Kesimpulan dan Rekomendasi

    Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan diatas adalah:

    Konsep penanganan permasalahan konflik antar kepentingan yang terjadi di PropinsiBali dan dataran tinggi Dieng dapat dilakukan dengan menerapkan tiga tahapan

    penyelesaian konflik. Tahap pertama yang merupakan tahapan mengidentifikasi kepentingan

    yang dominan di lapangan yang menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan. Tahap kedua

    yaitu tahap penentuan aturan permainan berdasarkan teori permainan (game theory)yang

    mengikat keseluruhan kepentingan. Dalam penentuan aturan pengikat dalam permainan ini

    diperlukan peran perencana sebagai juri dan penengah dari konflik antar kepentingan yang

    terjadi. Dan tahap ketiga yaitu perumusan managemen perubahan tata guna lahan yang

    mampu mengakomodir ketiga kepentingan yang dominan untuk terciptanya sinkronisasi

    antar kepentingan sehingga permasalahan konflik antar kepentingan dapat diatasi. Selain

    harus mampu mengakomodir seluruh kepentingan yang ada, dalam perumusan managemen

    perubahan TGL harus berorintasi pada masyarakat (community based) serta menerapkan

    pemberdayaan masyakat untuk memperkuat ketiga pilar antar kepentingan sehingga secara

    bersama-sama dapat mendukung pembangunan yang berkelanjutan (sustainable

    development).

    Rekomendasi yang diajukan dari pembahasan diatas adalah sebagai berikut:

    Pada konsep penyelesaian konflik antar kepentingan dari Chapin (1995)

    mempertimbangkan 3 faktor kepentingan yaitu faktor ekonomi yang berorientasikan

    pada pengembangan modal finansial (profit making values), faktor pemenuhan

    kebutuhan dasar dan menjaga keberlangsungan hidup masyarakat umum (publicinterest values) serta faktor nilai-nilai sosial yang bertumbuh kembang di daerah

  • 7/26/2019 Review Jurnal Sistem Sosial sistem penanganan konflik sosial

    9/9

    Page 9

    Review Jurnal

    Sistem Penanganan Konflik Sosial

    Studi Kasus Konflik Kepentingan Pemanfaatan Lahan di Propinsi Bali

    dimana lahan itu berada (public interest values). Melihat kentalnya campur tangan

    politik dalam pembangunan di Indonesia hendaknya penyelesaian permasalahan

    konflik antar kepentingan mempertimbangkan kepentingan politik (political interest)

    dalam proses pengambilan keputusannya.

    Selain itu, pada tahap kedua yaitu tahap perumusan aturan pengikat permainan

    hendaknya dilakukan oleh perencana yang mumpuni dan bukan perseorangan

    melainkan kelompok perencana yang mumpuni serta mengerti regulasi yang berlaku

    di daerah terjadinya konflik. Perencana juga harus bersifat netral agar tidak terjadi

    keberpihakan pada salah satu kepentingan saja.

    Daftar Pustaka

    Setyawan, Ahmad Dwi. 2012. Konflik Kepentingan Berkaitan Permasalahan Ekologi, Ekonomi

    dan Sosio-budaya di Tanah Tinggi Dieng, Indonesia. Surakarta: Malaysia Journal of Society

    and space 8 Issue 4, Page 88-104.

    Suartika, GAM. 2007. Perencanaan dan Pembangunan Keruangan: Perwujudan dan

    Komunikasi antar Kepentingan dalam Pemanfaatan Lahan. Denpasar : Jurnal Permukiman

    Natah Vol. 5 No 2 Agustus 2007 halaman 62-108.