ringkasan pengauditan
DESCRIPTION
berisi ringkasan pengauditanTRANSCRIPT
RINGKASAN PENGAUDITAN
Buku Auditing and Assurance Services, Integrated Approach – An Indonesian Adaptation
Randal J. Elder, Mark S. Beasley, Alvin A. Arens & Amir Abadi Jusuf
Tahun 2011
BAB 1 PROFESI AUDIT
Auditing (audit) adalah Pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan
derajat kesesuaian antara informasi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Audit harus dilakukan oleh
orang yang kompeten dan independen.
SIFAT AUDIT
1) Informasi dan Kriteria yang telah ditetapkan
Untuk melakukan audit, HARUS TERSEDIA INFORMASI DALAM BENTUK YANG DAPAT
DIVERIFIKASI DAN BEBERAPA STANDAR (KRITERIA) YANG DAPAT DIGUNAKAN AUDITOR
UNTUK MENGEVALUASI INFORMASI tersebut, yang dapat dan memang memiliki banyak bentuk.
Kriteria untuk mengevaluasi informasi juga bervariasi, tergantung pada informasi yang sedang diaudit. Untuk
AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN HISTORIS MENGGUNAKAN KRITERIA YANG BERLAKU
BIASANYA YAITU PABU.
2) Mengumpulkan dan Mengevaluasi Bukti
Bukti adalah setiap informasi yang digunakan auditor untuk menentukan apakah informasi yang
diaudit dinyatakan sesuai dengan criteria yang telah ditetapkan. Auditor harus memperoleh bukti yang
berkualitas (memadai) dan jumlah yang mencukupi. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan kriteria yang
berlaku biasanya yaitu PABU.
3) Kompeten dan Independen
KOMPETEN dimaksud dengan auditor harus memiliki kualifikasi untuk memahami criteria yang
digunakan dan mengetahui jenis serta jumlah bukti yang akan dikumpulkan guna mencapai kesimpulan
yang tepat setelah memeriksa bukti tersebut.
4) Pelaporan
Audit harus menyiapkan laporan audit yang MEMBERI TAHU TINGKAT DERAJAT KESESUAIAN
DENGAN KRITERIA YANG BERLAKU BIASANYA YAITU PABU.
PERBEDAAN AKUNTANSI DAN AUDIT
AKUNTANSI berusaha memastikan bahwa peristiwa-peristiwa ekonomi dari entitas yang bersangkutan dicatat
secara tepat waktu dengan biaya yang wajar. Sedangkan AUDIT berfokus pada penentuan apakah informasi
yang dicatat itu mencerminkan dengan tepat peristiwa-peristiwa ekonomi yang terjadi selam periode akuntansi
dan sesuai dengan kriteria yang berlaku biasanya yaitu PABU.
Jasa Assurance
Jasa assurance adalah jasa profesional yang meningkatkan kualitas informasi bagi para pengambil
keputusan. Salah satu kategori jasa assurance adalah Jasa Atestasi adalah jenis jasa assurance di mana KAP
mengeluarkan laporan tentang reliabilitas suatu asesi yang disiapkan pihak lain. Jenis jasa atestasi adalah sebagai
berikut ini:
1) Audit atas laporan keuangan historis
Audit atas laporan keuangan historis adalah suatu bentuk jasa atestasi di mana auditor mengeluarkan laporan
tertulis yang menyatakan pendapat tentang apakah laporan keuangan tersebut telah dinyatakan secara
wajar sesuai dengan PABU. Audit atas laporan keuangan historis biasanya dilakukan oleh KAP. Apabila
pengguna eksternal menghendaki laporan hasil audit (LHA) untuk mengambil keputusan bisnis maka semua
perusahaan harus mau dilakukan audit.
2) Atestasi mengenai pengendalian internal atas pelaporan keuangan
Auditor harus memberikan atestasi mengenai efektivitas pengendalian internal atas pelaporan keuangan
suatu perusahaan.
3) Telaah (review) laporan keuangan historis
Sama seperti audit atas laporan keuangan historis. Tetapi akuntan public hanya memberikan tingkat
kepastian yang moderat atau sedang atau lebih sedikit bukti yang diperlukan.
4) Jasa atestasi mengenai teknologi informasi
Jasa ini dilakukan hanya untuk perusahaan yang bersinggungan dengan teknologi internet dan perdagangan
elektronik (e-commerce). Jasa atestasi yang diberikan adalah Jasa WebTrust, yang memberikan lisensi kepada
situs tersebut berkaitan dengan criteria praktik bisnis, integritas transaksi, serta proses informasi, dan Jasa
SysTrust, yang mengevaluasi dan menguji reliabilitas sistem dalam berbagai bidang seperti pengamanan dan
integritas data.
5) Jasa atestasi lain yang dapat diterapkan pada berbagai permasalahan
Jasa Assurance Lainnya
Berbeda dengan jasa atestasi karena akuntan public tidak diharapkan mengeluarkan laporan tertulis, dan kepastian
itu tidak mengenai reliabilitas asesi pihak lain tentang ketaatan pada criteria tertentu. Penugasan jasa Assurance
lainnya berfokus pada peningkatan mutu informasi bagi pengambil keputusan. Contohnya adalah audit
lingkungan, sertifikasi ISO 9000, penilaian risiko kecurangan, tindakan legal dan lain-lain.
Jasa-Jasa Non-Assurance yang diberikan Akuntan Publik
Jasa di luar lingkup jasa assurance adalah jasa akuntansi dan pembukuan, jasa pajak, dan konsultasi manajemen.
BAB 2 PROFESI AKUNTAN PUBLIK (CPA)
BAPEPAM-LK (Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan) adalah badan pemerintah pusat yang
membantu menyediakan informasi yang andal bagi investor untuk membantu keputusan investasi. BAPEPAM-
LK sangat berperan dalam penetapan PABU dan persyaratan pengungkapan bagi laporan keuangan, karena
kewenangannya menetapkan persyaratan pelaporan yang dianggap perlu demi wajarnya pengungkapan kepada
investor serta menetapkan aturan bagi setiap akuntan public.
INSTITUT AKUNTAN PUBLIK INDONESIA (IAPI) bertugas menetapkan persyaratan (Standar dan
Aturan) profesional bagi para CPA, melakukan riset dan memublikasikan bahan-bahan mengenai berbagai
topic yang berkaitan dengan akuntansi, audit, jasa atestasi dan assurance, serta jasa konsutasi manajemen.
Fungsi lain IAPI adalah menyusun dan memberi nilai dalam ujian sertifikasi akuntan public serta melakukan
banyak fungsi pendidikan dan fungsi-fungsi lain bagi para akuntan public.
Standar Audit Yang Berlaku Umum
Standar Audit Yang Berlaku Umum terbagi menjadi tiga kategori, yaitu:
a) Standar Umum
Standar umum menekankan pada pentingnya kualitas pribadi yang harus dimiliki auditor. Standar umum
dibagi menjadi tiga, yaitu:
a) Audit harus dilakukan oleh orang yang SUDAH MENGIKUTI PELATIHAN DAN MEMILIKI
KECAKAPAN TEKNIS YANG MEMADAI
b) Auditor harus MEMPERTAHANKAN SIKAP MENTAL YANG INDEPENDEN dalam semua hal yang
berhubungan dengan audit
c) Auditor harus MENERAPKAN KEMAHIRAN PROFESIONAL DALAM MELAKSANAKAN AUDIT
dan menyusun laporan.
b) Standar Pekerjaan Lapangan
Standar pekerjaan lapangan menyangkut pengumpulan bukti dan aktivitas lain selama pelaksanaan audit yang
sebenarnya.
a) Auditor harus MERENCANAKAN PEKERJAAN SECARA MEMADAI DAN MENGAWASI SEMUA
ASISTEN sebagaimana mestinya
b) Auditor harus MEMPEROLEH PEMAHAMAN YANG CUKUP mengenai entitas serta lingkungannya,
termasuk pengendalian internal
c) Auditor harus MEMPEROLEH CUKUP BUKTI YANG TEPAT dengan melakukan prosedur audit
c) Standar Pelaporan
a) Auditor harus MENYATAKAN dalam laporan auditor apakah LAPORAN KEUANGAN TELAH
DISAJIKAN SESUAI DENGAN PABU
b) Auditor harus MENGIDENTIFIKASIKAN dalam laporan auditor mengenai KEADAAN DI MANA
PRINSIP-PRINSIP TERSEBUT TIDAK SECARA KONSISTEN DIIKUTI
c) Jika auditor MENETAPKAN PENGUNGKAPAN YANG INFORMATIVE BELUM MEMADAI, maka
auditor HARUS MENYATAKANNYA dalam laporan auditor.
d) Auditor harus MENYATAKAN PENDAPAT MENGENAI LAPORAN KEUANGAN, SECARA
KESELURUHAN, atau menyatakan bahwa suatu pendapat tidak bisa diberikan. Jika tidak bisa
menyatakan pendapat maka berikan alasannya.
BAB 4 TUJUAN DAN TANGGUNG JAWAB AUDIT
Langkah-langkah Mengembangkan Tujuan Audit
1) Memahami tujuan dan tanggung jawab audit
Tujuan pengauditan umum atas laporan keuangan oleh auditor independen merupakan pemberian opini
atas kewajaran di mana laporan tersebut telah disajikan secara wajar, dalam segala hal yang material,
posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas, sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
Tanggung jawab Manajemen adalah menerapkan kebijakan akuntansi yang memadai, menjaga kecukupan
pengendalian internal dan menyajikan laporan keuangan yang wajar.
Tanggung jawab Auditor adalah mendeteksi kesalahan penyajian yang sifatnya material dalam laporan
keuangan. Ketika auditor juga melaporkan efektivitas pengendalian internal terhadap pelaporan keuangan,
maka auditor juga bertanggung jawab untuk mengidentifikasi kelemahan yang signifikan dalam pengendalian
internal terhadap laporan keuangan.
2) Membagi laporan keuangan dalam siklus-siklus
Pembagian dilakukan dengan pengelompokkan audit dengan tetap menjaga jenis atau kelompok transaksi
dan saldo akun yang terkait erat ke dalam kelompok yang sama. Pembagian ini membuat pengauditan
menjadi mudah untuk dilakukan dan membantu dalam menetapkan tugas-tugas kepada anggota dalam tim
audit. Logikanya adalah bahwa pendekatan ini menghubungkan bagaimana transaksi-transaksi dicatat dalam
jurnal dan diikhtisarkan dalam buku besar dan laporan keuangan.
Kas Umum
Siklus akuisisi modal
dan pelunasanSiklus Pembelian
dan pembayaran
Siklus Penggajian
dan Kepegawaian
Siklus Persedian
dan pergudangan
Siklus penjualan
dan penagihan
3) Menetapkan Tujuan Pengauditan
Asersi manajemen adalah pernyataan yang tersirat atau tertulis oleh manajemen mengenai kelompok-kelompok
transaksi dan akun-akun terkait serta pengungkapan dalam laporan keuangan.
Asersi Manajemen
Tentang Transaksi
Tujuan Umum Audit
Terkait Transaksi
Tujuan Khusus Audit Terkait
Transaksi
Keterjadian – yang telah
dicatat benar2 terjadi
dan terkait dengan
entitas tsb
Keterjadian Penjualan yg dicatat adalah
untuk pengiriman kepada
konsumen yang bukan fiktif
Kelengkapan –semua yg
seharusnya dicatat telah
dicatat
Kelengkapan Transaksi penjualan yang ada
telah dicatat
Akurasi –jumlah dan data
telah dicatat dgn tepat
Akurasi Penjualan yang dicatat adalah
untuk sejumlah barang dikirim
dan telah dicatat dan ditagih
dengan benar
Pemindahbukuan dan
Pengikhtisaran – yg
dicatat telah dimasukkan
dalam arsip utama dgn
tepat dan telah
diikhtisarkan dgn tepat
Transaksi penjualan telah
dimasukkan ke dalam arsip
utama dengan benar dan telah
diikhtisarkan dengan benar
Klasifikasi – dicatat diakun
yang tepat
Klasifikasi Transaksi penjualan telah
diklasifikasi dengan benar
Pisah Batas – dicatat pada
periode pembukuan yg
benar
Penetapan Waktu --
dicatat pd tanggal yg
benar
Transaksi Penjualan dicatat pada
tanggal yg benar
Asersi Manajemen
Tentang Saldo Akun
Tujuan Umum Audit
Terkait Saldo Akun
Tujuan Khusus Audit Terkait
Saldo Akun
Keberadaan – jumlah yg
dicatat memang benar-
benar ada.
Keberadaan Semua persedian yg tercatat ada
pada tanggal neraca.
Kelengkapan Kelengkapan Semua persedian yang ada sudah
dihitung dan dimasukkan
dalam ringkasan persedian
Penilaian dan Alokasi –
telah dimasukkan dalam
LK dgn jumlah yg tepat
serta setiap hasil
penilaian penyesuaian
telah dicatat dengan
tepat
Akurasi Jumlah persedian dicatatan
perpetual dgn digudang telah
sama.
Hasil perkalian harga dengan
kuantitas adalah benar dan
rincian telah ditambahkan
dengan benar
Klasifikasi Persedian telah diklasifikasi
dengan benar
Hak dan Kewajiban
Pisah Batas
Keterikatan Rincian –antra
arsip utama, jumlah total
saldo akun dan jumlah
buku besar semua telah
sesuai.
Nilai Terealisasikan –
dicatat pada estimasi
yang dapat terealisasi
Hak dan Kewajiban
Pisah batas pembelian di akhir
tahun sudah benar.
Total persedian sama dengan
jumlah total persedian di buku
besar
Nilai persedian sudah diturunkan
ketika terjadi penurunan atas
nilai realisasi bersih.
Perusahaan memiliki hak atas
seluruh persedian yang ada di
daftar
Asersi Manajemen Tentang
Penyajian dan
Pengungkapan
Tujuan Umum Audit
Terkait Penyajian dan
Pengungkapan
Tujuan Khusus Audit Terkait
Penyajian dan Pengungkapan
Keterjadian dan Hak dan
Kewajiban
Keterjadian dan Hak dan
Kewajiban
Wesel bayar sebagaimana
dijelaskan dalam catatan kaki
benar-benar ada dan
merupakan kewajiban
perusahaan
Kelengkapan Kelengkapan Semua pengungkapan yang
diharuskan terkait dengan
wesel bayar telah dimasukkan
dalam catatan kaki laporan
keuangan.
Penilaian dan alokasi Penilaian dan alokasi Catatan kaki pengungkapan
terkait wesel bayar adalah
akurat
Klasifikasi dan Pemahaman Klasifikasi dan
Pemahaman
Wesel bayar diklasifikasikan
dengan benar ke dalam
kewajiban jangka pendek dan
panjang serta dapat dipahami.
BAB 5 BUKTI AUDIT
Bukti Audit Dibandingkan dengan Bukti-bukti yang dibutuhkan profesi lainnya
Bukti adalah segala informasi yang digunakan auditor untuk menentukan apakah informasi yang diaudit
dinyatakan sesuai dengan criteria yang telah ditetapkan. Informasi dapat berbeda-beda. Dalam hal bahan bukti
ini mampu meyakinkan auditor apakah laporan keuangan dinyatakan sesuai dengan standar akuntansi –Prinsip-
prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP).
Keputusan utama yang harus dihadapi oleh setiap auditor adalah untuk menentukan ketepatan jenis dan
jumlah bahan bukti yang dikumpulkan untuk memenuhi ketentuan bahwa komponen laporan keuangan klien dan
laporan keuangan keseluruhan telah disajikan dengan wajar. TERDAPAT EMPAT JENIS KEPUTUSAN
MENGENAI BAHAN BUKTI, yaitu:
1) Prosedur Pengauditan yang mana akan digunakan
2) Berapa ukuran sampel yang dipilih untuk prosedur tertentu
3) Unsur-unsur mana yang akan dipilih dari populasi
4) Kapan menjalankan prosedur tersebut
Keandalan Bukti
Dua penentu keandalan bahan bukti adalah ketepatan dan kecukupan, yang diambil langsung dari standar
ketiga pekerjaan lapangan.
Ketepatan bukti – Pengukuran terhadap kualitas bahan bukti yang berarti bahan bukti tersebut relevan
dan andal dalam memenuhi tujuan audit. Ketepatan bukti terbagi menjadi dua, yaitu:
1) Relevansi Bukti – bahan bukti harus terkait dengan atau relevan terhadap tujuan audit
2) Keandalan Bukti – mengacu pada tingkat di mana bahan bukti dapat dipercaya
a) Independensi Pemberi Informasi –bahan bukti dari pihak luar lebih andal
b) Efektivitas Pengendalian Internal Klien – jika SPI efektif, maka bahan bukti lebih andal
c) Pengetahuan Langsung Auditor –bahan bukti yang didapat langsung lebih andal
d) Kualifikasi individu yang memberikan informasi – orang yg kompeten dibidangnya bahan bukti
menjadi lebih andal
e) Tingkat Objektivitas – bahan bukti objektif lebih dapat diandalkan dibandingkan bahan bukti yang
memerlukan penilaian
Kecukupan – kuantitas bahan bukti yang didapatkan mencerminkan kecukupan. Kecukupan bahan bukti
umumnya diukur dengan:
1) Ukuran sampel yang dipilih oleh auditor
2) Pemilihan unsur populasi yang tepat
Jenis Bukti Audit
Terdapat DELAPAN KATEGORI UMUM BUKTI AUDIT, yaitu:
1) Pemeriksaan Fisik – pemeriksaan atau perhitungan yang dilakukan oleh auditor atas aset berwujud
2) Konfirmasi – jawaban lisan atau tertulis yang diterima dari pihak ketiga yang independen untuk memverifikasi
atas keakuratan informasi yang diminta auditor
3) Dokumentasi – pem eriksaan auditor atas dokumen-dokumen dan catatan klien
4) Prosedur analitis – Melakukan perbandingan dan keterkaitan untuk menilai apakah saldo-saldo akun atau data
lain yang muncul telah disajikan secara wajar dibandingkan dengan perkiraan auditor
5) Tanya Jawab dengan Klien
6) Perhitungan Ulang – pengecekan ulang atas contoh-contoh perhitungan yang dilakukan oleh klien
7) Pengerjaan Ulang (Rekontruksi) – pengujian kembali prosedur atau pengendalian perusahaan
8) Pengamatan (Observasi) – penggunaan panca indera untuk menilai aktivitas-aktivitas klien
Dokumentasi Audit
DOKUMENTASI AUDIT ialah catatan utama atas prosedur audit yang diterapkan, bukti yang didapatkan
dan kesimpulan yang dicapai oleh auditor dalam suatu kontrak kerja. Kepemilikan dokumen audit merupakan
milik auditor. Tujuan dokumentasi audit, yaitu:
1) Sebuah dasar perencanaan audit
2) Sebuah catatan bukti yang dikumpulkan dan hasil-hasil pengujian yang dilakukan
3) Data untuk menentukan jenis laporan audit yang tepat
4) Sebuah dasar untuk penelaahan oleh supervisor dan partner
MATERI DAN SUSUNAN ARSIP-ARSIP AUDIT terbagi menjadi dua, yaitu:
1) Arsip Permanen – data historis atau data yang sifatnya terus menerus terkait dengan pengauditan periode
berjalan. Contoh: Akta Pendirian perusahaan, Peraturan, Kebijakan akuntansi
2) Arsip Periode Berjalan – semua dokumentasi audit yang dapat diterapkan pada tahun pengauditan. Contoh:
Program audit, informasi umum, neraca saldo Kertas Kerja, Penyesuaian dan Reklasifikasi Ayat Jurnal, dan
daftar pendukung (perincian yang disiapkan klien atau auditor untuk mendukung jumlah yang khusus pada
laporan keuangan.
Dampak E-Commerce terhadap Bukti Audit dan Dokumentasi Audit
Makin banyak yang disajikan dan disimpan dalan bentuk elektronik. Para auditor harus mempertimbangkan
ketersedian bukti elektronik pada permulaan audit dan merencanakan pengumpulan buktinya bagaimana. Selain
itu, ada bukti yang hanya bisa dinilai dengan formulir yang dibaca oleh mesin, sehingga auditor harus
menggunakan computer untuk membacanya.
Auditor juga menggunakan teknolgi untuk mengalihkan dokumentasi berbasis kertas yang tradisional
menjadi data elektronik untuk mengatur dan menganalisis dokumentasi audit.
BAB 6 PERENCANAAN AUDIT DAN PROSEDUR ANALITIS
Terdapat TIGA ALASAN UTAMA mengapa auditor harus melakukan PERENCANAAN yang tepat, yaitu:
1) Untuk menjaga supaya biaya audit tetap terjangkau
2) Mencegah kesalahpahaman dengan klien
3) Meminimalkan kewajiban hukum dan menjaga reputasi dalam komunitas bisnisnya
Risiko audit yang dapat diterima (Acceptable Audit Risk) – sebuah ukuran seberapa besar auditor menerima
kemungkinan adanya salah saji dalam laporan keuangan dapat setelah pengauditan selesai dilaksanakan dan opini
wajar tanpa pengecualian telah diterbitkan.
Risiko bawaan (Inherent Risk) – sebuah ukuran penilaian auditor atas kemungkinan adanya salah saji material
dalam saldo akun sebelum mempertimbangkan efektivitas pengendalian internal.
MENERIMA KLIEN DAN MELAKUKAN PERENCANAAN AWAL AUDIT
Perencanaan awal audit melibatkan empat hal, yaitu:
a) Penerimaan Klien dan Keberlanjutan
Tanggung jawab hukum dan profesional mengharuskan KAP selektif dalam memilih klien. Untuk klien baru,
KAP harus melakukan penyelidikan (investigasi) terhadap calon kliennya baik menguji kemungkinan posisi
keuangan calon kliennya dalam komunitas bisnisnya, stabilitas keuangan dan hubungan dengan KAP
sebelumnya.
Untuk Klien lama, KAP diwajibkan melakukan evaluasi klien-klien yang sudah ada setiap tahunnya. Konflik-
konflik sebelumnya mengenai ruang lingkup audit, jenis opini yang dikeluarkan, imbal jasa dan lain-lain.
b) Mengidentifikasi Alasan Klien untuk Melakukan Audit
Mengetahui alasan utama klien dapat mempengaruhi risiko audit yang dapat diterima sehingga kemungkinan
akan mengumpulkan bukti yang lebih banyak dapat dikendalikan.
c) Mendapatkan Kesepahaman dengan Klien
Pemahaman yang jelas atas kondisi kontrak kerja yang akan dijalankan harus dimiliki klien dan KAP
mengharuskan auditor untuk mendokumentasikan kesepakatan mereka dengan klien dalam perjanjian kontrak
kerja.
d) Menyusun Strategi Audit secata Keseluruhan
Setelah memahami alasan klien untuk melakukan audit, auditor harus menyusun strategi pengauditan awal.
Strategi ini harus mempertimbangkan keberadaan klien, jumlah lokasi-lokasi klien dan pengendalian internal.
Selain itu dalam hal penugasan, auditor harus melakukan:
a) Memilih staf untuk Kontrak Kerja
b) Mengevaluasi Kebutuhan akan Para Ahli dari Pihak Luar – jika dalam kontrak terdapat penugasan di luar
kompetensi auditor.
MEMAHAMI BISNIS DAN INDUSTRI KLIEN
Sifat bisnis dan industry memengaruhi risiko bisnis klien (Risiko di mana klien gagal memenuhi tujuannya) dan
risiko salah saji material dalam laporan keuangan. Terdapat beberapa aspek dari pendekatan untuk memahami
bisnis dan industri klien, yaitu:
1) Industri dan Lingkungan Eksternal
Tiga alasan utama untuk mendapatkan pemahaman yang baik atas industri klien dan lingkungan eksternal,
yaitu:
a) Risiko terkait dengan industri tertentu dapat memengaruhi penilaian auditor atas risiko bisnis klien dan
risiko audit yang dapat diterima
b) Umumnya terdapat Risiko bawaan di beberapa industry
c) Terdapat ketentuan akuntansi yang khusus di mana auditor harus memiliki pemahaman tersebut.
2) Operasi dan Proses Bisnis
Auditor harus memahami faktor-faktor seperti sumber utama pendapatan, pelanggan, dan pemasok utama,
sumber pendanaan, dan informasi mengenai pihak yang memiliki hubungan istimewa yang dapat
meningkatkan risiko. CARA YANG DILAKUAKAN adalah mengunjungi pabrik dan kantor, dan
identifikasi pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa.
3) Manajemen dan Tata Kelola Perusahaan
Auditor harus menilai filosofis manajemen dan gaya kepemimpinannya serta kemampuannya untuk
mengidentifikasi dan menghadapi risiko. Hal ini dapat dilakukan dengan memahami akta pendirian dan
peraturan-peraturan perusahaan, kode etik, dan notulensi rapat.
4) Tujuan dan Strategi
Strategi merupakan pendekatan yang dilakukan oleh suatu entitas untuk mencapai tujuan organisasi. Auditor
harus memahami tujuan klien terkait dengan (1) keandalan laporan keuangan dan (2) Efektivitas dan
efisiensi operasional perusahaan untuk menilai risiko bisnis klien dan risiko bawaan dalam laporan
keuangan. Auditor juga harus memahami tujuan klien terkait (3) kepatuhan terhadap hukum dan
peraturan seperti mengenali istilah-istilah dalam kontrak dan kewajiban hukum lainnya.
5) Pengukuran dan Kinerja
Risiko bawaan dalam salah saji laporan keuangan dapat meningkat jika klien telah menetapkan seperangkat
tujuan yang tidak masuk akal atau jika sistem pengukuran kinerja memicu pembukuan yang agresif.
MENILAI RISIKO BISNIS KLIEN
Risiko bisnis klien dapat muncul dari setiap faktor yang memengaruhi klien dan lingkungannya. Manajemen
merupakan sumber utama untuk melakukan identifikasi bisnis klien. Manajemen harus melakukan evaluasi
menyeluruh atas risiko bisnis yang relevan yang dapat memengaruhi laporan keuangan per kuartal dan per tahun.
MELAKUKAN PROSEDUR ANALITIS AWAL
Auditor melakukan prosedur analitis awal agar dapat memahami dengan lebih baik bisnis klien dan untuk menilai
risiko bisnis klien. Salah satu prosedur yang digunakan adalah membandingkan rasio-rasio klien dengan industry
atau competitor yang dijadikan acuan untuk memberikan indikasi kinerja perusahaan.
Dalam mengidentifikasi bagian-bagian risiko spesifik, auditor kemungkinan akan mengutamakan rasio aktivitas
likuiditas perusahaan klien.
Prosedur Analitis
Prosedur Analitis merupakan evaluasi atas laporan keuangan yang disusun dengan mempelajari kemungkinan
hubungan-hubungan antara data keuangan dan nonkeuangan… yang melibatkan perbandingan antara
jumlah yang tercatat dengan ekspektasi yang dikembangkan oleh auditor. Prosedur Analitis berikut dapat
dilakukan pada setiap fase selama sebuah penugasan kerja berlangsung.
1) Fase Perencanaan – untuk membantu menentukan sifat, keluasan dan waktu dalam prosedur pengauditan.
2) Selama fase Pengujian audit sebagai pengujian substantive – untuk mendukung saldo-saldo akun
3) Fase penyelesaian audit – penelaahan akhir atas salah saji material atau masalah keuangan dan membantu
auditor dalam mengambil “pandangan objektif” akhir atas laporan keuangan yang telah diaudit.
BAB 7 MATERIALITAS DAN RISIKO
Frase mendapatkan tingkat keyakinan yang memadai dimaksudkan untuk menginformasikan kepada para
pengguna laporan bahwa auditor tidak memberikan jaminan atau keyakinan absolute atas penyajian yang
wajar dalam laporan keuangan. Sedangkan bebas dari salah saji material dimaksudkan untuk
menginformasikan para pengguna laporan keuangan bahwa tanggung jawab auditor terbatas hanya pada
informasi keuangan yang material.
Materialitas merupakan besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi yang dilihat dari
keadaan yang melingkupinya dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan
orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji
tersebut.
Auditor bertanggung jawab untuk menentukan apakah terdapat salah saji material dalam laporan keuangan. Jika
auditor menemukan suatu salah saji material tetapi jika klien menolak koreksi salah saji tersebut maka opini
dengan pengecualian atau tidak wajar dapat diterbitkan.
Langkah-Langkah Penerapan Materialitas
MENETAPKAN PERTIMBANGAN MATERIALITAS AWAL
Auditor diharuskan untuk memutuskan jumlah gabungan salah saji dalam laporan keuangan yang akan mereka
anggap material di awal pengauditan bersamaan dengan ketika mereka mengembangkan strategi audit secara
keseluruhan untuk membantu merencanakan pengumpulan bukti-bukti audit yang tepat. FAKTOR YANG
MEMENGARUHI MATERIALITAS , yaitu:
1) Materialitas merupakan konsep relatif
2) Dibutuhkan Dasar untuk mengevaluasi Materialitas
3) Faktor kualitatif – Contoh: kecurangan lebih penting daripada kesalahan tidak disengaja, masalah kewajiban
kontraktual.
MENGALOKASIKAN PERTIMBANGAN MATERIALITAS AWAL KE SETIAP BAGIAN (SALAH SAJI
YANG DAPAT DITERIMA)
Pengalokasian pertimbangan materialitas awal ke setiap bagian maksudnya adalah pengumpulan bukti audit per
bagian lebih baik daripada laporan keuangan keseluruhan.
Sebagian besar praktisi mengalokasikan materilitas pada akun-akun neraca daripada akun-akun laba rugi karena
sebagian besar salah saji dalam laporan rugi memiliki pengaruh yang sama pada neraca karena adanya sistem
pencatatan berganda. Auditor menghadapi tiga kesulitan utama berikut dalam mengalokasikan materialitas ke
dalam akun-akun neraca, yaitu:
1) Auditor memperkirakan akun-akun tertentu memiliki salah saji yang lebih banyak dibandingkan dengan akun-
akun lainnya
2) Baik lebih saji maupun kurang saji harus dipertimbangkan
3) Biaya audit relative memengaruhi alokasi tersebut.
MEMPERKIRAKAN SALAH SAJI DAN MEMBANDINGKANNYA DENGAN PENILAIAN AWAL
Pada langkah ini, auditor membuat proyeksi langsung salah saji yang diketahui dari sampel ke populasi dan
kemudian menambahkan estimasi untuk sampling error. Salah saji dalam suatu akun dapat berbentuk satu dari dua
jenis ini, yaitu:
1) Salah saji yang diketahui – salah saji di mana auditor dapat menentukan jumlah salah saji dalam akun
tersebut. Contoh kapitalisasi Aset yang disewa mungkin merupakan kegiatan sewa operasi.
2) Salah saji yang mungkin , dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Muncul karena perbedan antara penilaian manajemen dan penilaian auditor – perbedaan estimasi
b. Proyeksi salah saji berdasarkan pengujian auditor atas sampel yang diambil dari populasi
RISIKO
Jenis-jenis risiko audit terbagi menjadi 4, yaitu:
1) Risiko Deteksi yang Direncanakan
Merupakan risiko di mana bukti audit untuk suatu bagian tidak mampu mendeteksi salah saji yang melebihi
salah saji yang dapat diterima
2) Risiko Audit yang dapat Diterima
Ialah pengukuran tingkat kesedian auditor untuk menerima kemungkinan adanya salah saji dalam laporan
keuangan setelah audit telah selesai dijalankan dan opini wajar tanpa pengecualian telah diterbitkan.
3) Risiko Bawaan
Ialah pengukuran penilaian auditor atas kemungkinan terdapatnya salah saji material (baik kecurangan maupun
kesalahan) dalam sebuah bagian pengauditan sebelum mempertimbangkan efektivitas pengendalian internal
klien.
4) Risiko Pengendalian
Ialah pengukuran penilaian auditor mengenai apakah salah saji melebihi jumlah yang dapat diterima di suatu
bagian pengauditan akan dapat dicegah atau dideteksi dengan tepat waktu oleh pengendalian internal klien.
MENILAI RISIKO AUDIT YANG DAPAT DITERIMA
Penilaian awal auditor untuk menetapkan risiko audit yang dapat diterima adalah menerapkan risiko kontrak
dan menggunakan risiko kontrak tersebut untuk memodifikasi yang dapat diterima. Risiko Kontrak kerja adalah
risiko di mana auditor atau KAP akan mendapatkan masalah setelah audit diselesaikan, meskipun laporan
keuangan sudah benar. Contoh jika klien mengumumkan kebangkrutan setelah audit telah selesai dilakukan.
Faktor-faktor yang Memengaruhi Risiko Audit
Terdapat tiga faktor yang memengaruhi risiko audit yang dapat diterima, yaitu:
1) Tingkat Ketergantungan Pengguna Eksternal Laporan Keuangan
Ketika pengguna eksternal sangat mengandalkan laporan keuangan, maka sangat tepat untuk menurunkan
risiko audit yang dapat diterima. Tetapi masalah besar dapat terjadi jika salah saji yang signifikan tetap tidak
terdeteksi dalam laporan keuangan. Terdapat indicator yang baik untuk menilai tingkat ketergantungan para
pengguna terhadap laporan keuangan, yaitu: (1) Ukuran Klien, (2) Distribusi Kepemilikan, dan (3) Sifat dan
jumlah liabilitas.
2) Kemungkinan bahwa klien akan mendapatkan kesulitan keuangan setelah laporan audit diterbitkan
Terdapat beberapa indicator yang baik atas meningkatnya kemungkinan kegagalan keuangan, yaitu: (1) posisi
keuangan, (2) Laba (rugi) di tahun-tahun sebelumnya, (3) Metode pertumbuhan pembiayaan, (4) sifat kegiatan
operasi klien, dan (5) kompetensi manajemen.
3) Integritas manajemen
Meliputi investigasi terhadap calon klien baru dan evaluasi terhadap klien laman.
MENILAI RISIKO BAWAAN
Auditor harus mempertimbangkan beberapa faktor utama berikut ketika menilai risiko pengendalian, yaitu:
1) Sifat bisnis klien
2) Hasil pengauditan sebelumnya
3) Kontrak kerja yang pertama atau kontrak kerja yang berulang
4) Pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa
5) Transaksi-transaksi yang tidak rutin
6) Penilaian yang diperlukan untuk mencatat saldo-saldo akun dan transaksi-transaksi dengan benar
7) Membuat populasi
8) Faktor-faktor yang terkait dengan kecurangan dalam laporan keuangan
9) Faktor-faktor yang terkait dengan penyalahgunaan aset.
BAB 8 PENGENDALIAN INTERNAL DAN RISIKO PENGENDALIAN
Tujuan pengendalian internal
Manajemen biasanya memiliki tiga tujuan umum berikut dalam merancang sistem pengendalian internal, yaitu:
1) Keandalan laporan keuangan
2) Efisiensi dan efektivitas kegiatan operasi
3) Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan
Tanggung Jawab Manajemen Dan Auditor Dalam Pengendalian Internal
Manajemen – terdapat dua konsep penting yang mendasari merancang dan menerapkan pengendalian
internal, yaitu:
1) Keyakinan yang Memadai – harus member keyakinan yang memadai, bukan absolute.
2) Keterbatasan-Keterbatasan Bawaan – memedulikan kehati-hatian dalam merancang dan menerapkan
pengendalian internal
Auditor – pada umumnya sangat menekankan pada pengandalan melalui, yaitu:
1) Pengendalian terhadap keandalan laporan keuangan
2) Pengendalian terhadap kelompok-kelompok transaksi
Komponen Pengendalian Internal COSO
1) Lingkungan Pengendalian
Terdiri dari tindakan, kebijakan dan prosedur yang menggambarkan keseluruhan sikap manajemen,
direksi, dan pemilik dari suatu entitas atas pengendalian internal dan pentingnya pengendalian internal
tersebut terhadap entitas. Auditor harus mempertimbangkan subkomponen pengendalian internal yang sangat
penting, yaitu: (1) integritas dan nilai etika, (2) komitmen terhadap kompetensi, (3) Partisipasi dewan direksi
dan komisaris atau komite audit, (4) filosofi manajemen dan gaya operasi, (5) Struktur Organisasi, dan (6)
Kebijakan dan Praktik SDM.
2) Penilaian Risiko
Merupakan identifikasi dan analisis manajemen terhadap risiko-risiko yang relevan terhadap
penyusunan laporan keuangan sesuai dengan PABU.
3) Aktivitas Pengendalian
Merupakan kebijakan dan prosedur, selain yang telah dimasukkan dalam keempat komponen lainnya, yang
membantu untuk meyakinkan bahwa tindakan-tindakan yang penting telah dilakukan untuk mengatasi
risiko-risiko dalam mencapai tujuan organisasi.
AKTIVITAS PENGENDALIAN terdiri dari:
a) Pemisahan tugas yang memadai
b) Otorisasi yang tepat atas transaksi dan aktivitas
c) Dokumentasi dan catatan yang memadai
d) Pengendalian fisik atas aset dan catatan-catatan
e) Pengecekan terhadap pekerjaan secara independen
4) Informasi dan Komunikasi
Tujuan dari sistem dan komunikasi akuntansi suatu entitas adalah untuk memulai, mencatat, memproses dan
melaporkan transaksi-transaksi yang terjadi dalam suatu entitas dan untuk menjaga akuntabilitas aset-aset yang
terkait.
5) Pengawasan
Berkaitan dengan penilaian yang berjalan atau penilaian berkala atas kualitas pengendalian internal oleh
manajemen untuk menentukan bahwa pengendalian dijalankan sesuai dengan tujuannya dan
dimodifikasi jika diperlukan jika terjadi perubahan kondisi.
PENGUJIAN PENGENDALIAN
Auditor kemungkinan akan menggunakan empat jenis prosedur untuk mendukung efektivitas pelaksanaan
pengendalian internal, yaitu:
1) Melakukan tanya jawab dengan personel klien yang tepat
2) Menguji dokumen, catatan dan laporan
3) Mengamati aktivitas terkait pengendalian
4) Mengerjakan ulang prosedur klien
BAB 10 DAMPAK TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP PROSES AUDIT
Penggunaan TI dapat meningkatkan pengendalian internal dengan menambah prosedur pengendalian baru yang
dilakukan oleh computer dan dengan mengganti pengendalian baru yang biasa dilakukan secara manual yang
rentan kesalahan manusia. Perubahan yang terjadi, yaitu:
1) Pengendalian computer menggantikan pengendalian manual
2) Menyediakan informasi dengan kualitas yang lebih tinggi
MENILAI RISIKO TEKNOLOGI INFORMASI
Risiko-risiko khusus terkait dengan sistem TI, yaitu:
1) Risiko terhadap perangkat keras (hardware) dan data
Meskipun TI memiliki keunggulan dalam pemrosesan secara signifikan, tetapi juga dapat menciptakan risiko-
risiko, yaitu:
a) Ketergantungan terhadap kemampuan kerja perangkat keras dan lunak
b) Kesalahan sistemik dan kesalahan acak
c) Akses yang tidak diotorisasi
d) Kehilangan data
2) Berkurangnya jejak audit
Salah saji mungkin tidak dapat dideteksi dengan meningkatnya penggunaan TI karena (1) hilangnya jejak audit
yang nyata, dan juga (2) berkurangnya keterlibatan manusia serta (3) kurangnya otorisasi tradisional.
3) Kebutuhan akan pengalaman di bidang TI dan pemisahan tugas-tugas TI
Sistem TI mengurangi (1) pemisahan tugas dan (2) menciptakan suatu kebutuhan tambahan akan pengalaman
di bidang TI.
Pengendalian Internal Khusus untuk TI
Pengendalian Internal Khusus untuk TI terbagi menjadi dua kategori, yaitu:
1) Pengendalian Umum
Auditor mengevaluasi pengendalian umum (semua aspek dalam fungsi TI) untuk perusahaan secara
keseluruhan meliputi:
a. Pengaturan Fungsi TI – Anggapan direksi dan manajemen senior memengaruhi pentingnya TI
b. Pemisahan tugas-tugas Ti – Pemisahaan fungsi-fungsi pada tiap aktivitas
c. Pengembangan Sistem – membeli dan mengembangkan perangkat lunak serta uji coba
d. Pengamanan fisik dan online terhadap akses pada perangkat lunak, keras, dan data terkait
e. Rencana cadangan dan kontijensi – perencanaan untuk gangguan yang tidak pasti yang akan mempengaruhi
TI perusahaan
f. Pengendalian perangkat keras – pengendalian untuk mendeteksi dan melaporkan kerusakannya
2) Pengendalian Aplikasi
Auditor harus mengevaluasi pengendalian aplikasi (untuk memproses transaksi-transaksi) untuk setiap
kelompok transaksi atau akun. Pengendalian aplikasi hanya dapat menjadi efektif jika pengendalian umumnya
efektif. Pengendalian aplikasi terbagi menjadi tiga kategori, yaitu:
a. Pengendalian Input
Dirancang untuk menyakinkan bahwa informasi yang dimasukkan ke dalam computer adalah sah, akurat
dan lengkap.
b. Pengendalian Proses
Pengendalian proses dilakukan untuk mencegah dan mendeteksi kesalahan ketika pemrosesan data
transaksi
c. Pengendalian Output
Pengendalian output lebih menekankan pada pendeteksian kesalahan setelah pemrosesan selesai dilakukan
daripada mencegah kesalahan atau mengkaji keandalan data oleh seseorang yang memiliki pengetahuan dan
pengetahuan mengenai output.
Dampak TI dalam Proses Audit
1) Pengaruh PU terhadap Risiko Pengendalian
Auditor harus mengevaluasi efektivitas PU sebelum mengevaluasi pengendalian aplikasi, meliputi:
a. Pengaruh PU terhadap Aplikasi Sistem secara Keseluruhan
PU tidak efektif menghasilkan potensi salah saji material pada seluruh aplikasi sistem.
b. Pengaruh PU terhadap Perubahan Perangkat Lunak
Perubahan perangkat lunak mempengaruhi kepercayaan terhadap pengendalian otomatis.
c. Mendapatkan Pemahaman Atas Pengendalian Umum Klien
Pemahaman dapat dilakukan dengan (1) melakukan wawancara dengan personel TI dan para pengguna
utama, (2) Memeriksa dokumentasi sistem, dan (3) Mengkaji hasil perincian kuesioner yang diisi oleh para
staf TI.
2) Dampak dari Pengendalian TI terhadap Risiko Pengendalian dan Pengujian Substantif
Pengendalian umum memengaruhi tujuan audit dalam beberapa siklus, jika pengendalian umum tidak efektif,
kemampuan auditor untuk mengandalkan pengendalian aplikasi untuk mengurangi risiko pengendalian dalam
semua siklus akan menurun.
3) Pengauditan dalam lingkungan TI yang tidak terlalu Kompleks
Pada perusahaan-perusahaan yang lebih kecil seringkali mengaudit di sekitar computer (auditor tidak
menggunakan pengendalian otomatis) ketika pengendalian umum kurang efektif dibandingkan dengan
lingkungan TI yang lebih kompleks. Pemahaman atas pengendalian internal dan pengujian-pengujian dengan
cara yang sama seperti pengauditan secara manual.
4) Pengauditan dalam lingkungan TI yang terlalu Kompleks
Ketika organisasi memperluas penggunaan TI-nya, pengendalian internal seringkali dimasukkan ke dalam
aplikasi-aplikasi yang hanya tersedia secara elektronik atau biasa disebut pengauditan melalui computer.
Pendekatan tersebut dilakukan dengan:
a. Pendekatan Pengujian Data
Auditor memproses pengujian data mereka sendiri dengan menggunakan sistem computer klien dan
program aplikasi untuk menentukan apakah pengendalian otomatis sudah memproses data yang diuji
dengan tepat. Pertimbangan utama pengujian data adalah:
Pengujian data harus memasukkan semua kondisi yang ingin diuji oleh auditor
Program aplikasi yang diuji oleh harus sesuai dengan aplikasi yang digunakan oleh klien.
Data yang diuji harus dihapuskan dari catatan klien
b. Simulasi Paralel
Auditor menggunakan perangkat lunak yang dikendalikan auditor untuk melakukan operasi yang sama
dengan yang dikerjakan oleh klien, dengan menggunakan arsip data yang sama untuk menentukan
efektivitas pengendalian otomatis dan untuk mendapatkan bukti mengenai saldo secara elektronik
c. Pendekatan Modul Audit yang Melekat
Auditor memasukkan sebuah modul audit dalam sistem aplikasi klien untuk mengidentifikasi jenis transaksi
khusus. Contoh meminta modul terkait transaksi pembelian dari data elektronik klien.
BAB 11 KESELURUHAN PERENCANAAN DAN PROGRAM AUDIT
Jenis-Jenis Pengujian
1) Pengujian Pengendalian
Pemahaman auditor terhadap pengendalian internal digunakan untuk mengukur risiko pengendalian
untuk setiap tujuan audit terkait transaksi untuk mendapatkan pemahaman apakah pengendalian sudah
diterapkan. Pengujian pengendalian, baik secara manual maupun otomatis, dapat mencakup jenis bukti berikut
ini, yaitu:
a) Melakukan tanya jawab
b) Memeriksa dokumen, catatan dan laporan
c) Mengamati aktivitas terkait pengendalian
d) Mengerjakan ulang prosedur-prosedur klien
2) Pengujian Substantif Transaksi
Merupakan prosedur yang dirancang untuk menguji salah saji rupiah (sering kali disebut salah saji
moneter) yang secara langsung berpengaruh pada ketepatan saldo laporan keuangan. Pengujian substantive
transaksi digunakan untuk menentukan apakah keenam tujuan audit terkati transaksi telah terpenuhi untuk
setiap kelompok transaksi.
3) Prosedur Analitis
Prosedur analitis melibatkan perbandingan-perbandingan jumlah yang tercatat dengan ekspektasi yang
dikembangkan oleh auditor. Dua tujuan utama dari prosedur analitis dalam mengaudit saldo akun adalah
untuk:
a) Menandai adanya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan
b) Memberi bukti substantive
4) Pengujian Terinci Saldo
Memfokuskan pada saldoo akhir buku besar baik untuk akun-akun nerasa maupun laba rugi. Penekanan
utama sebagian besar pengujian atas perincian saldo adalah pada neraca.
EMPAT FASE UNTUK KESELURUHAN PROSES AUDIT
1) Merencanakan dan Merancang Sebuah Pendekatan Audit
2) Melakukan Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Transaksi
3) Melakukan Prosedur Analitis dan Pengujian Terperinci Saldo
4) Menyelesaikan Audit dan Menerbitkan Suatu Laporan Audit
Fase ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
a) Melakukan Pengujian Tambahan Untuk Tujuan Penyajian dan Pengungkapan – auditor melakukan
prosedur terkait dengan kewajiban kontijensi dan kejadian-kejadian setelah tanggal neraca.
b) Pengumpulan Bukti Akhir , terdiri dari:
Melakukan Prosedur analitis akhir
Mengevaluasi asumsi keberlangsungan usaha (going concern)
Mendapatkan surat representasi klien
Membaca informasi dalam laporan tahunan untuk meyakinkan bahwa informasi yang disajikan
konsisten dengan laporan keuangan
c) Menerbitkan Laporan Audit
d) Komunikasi dengan Komite audit dan Manajemen – mengkomunikasikan setiap kekurangan dalam
pengendalian internal yang signifikan.