risalah - berkas.dpr.go.idberkas.dpr.go.id/armus/file/lampiran/leg_1-20190916-111931-1004.p… ·...
TRANSCRIPT
-
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
RISALAH
RAPAT PANITIA KHUSUS
RUU TENTANG KEPABEANAN DAN RUU TENTANG CUKAI
Tahun Sidang Masa Persidangan R a p a t
Jenis Rapat Dengan
Sifat Rapat
Hari, tanggal p u k u 1
T e m p a t
Ketua Rapat
Sekretaris
A c a r a
H a d i r
1. A. Anggota Tetap Pansus :
1. H. Jusuf Tal ib, S.H. 2. Drs. Johny Alwi Banyo 3. Loekman R. Boer 4. H. Syaiful Anwar Husein 5. Drs. H. Yahya Nasution 6. Drs. H. Loekman 7. Drs. H. Asnawi Hus1n 8. H. Adimir Adin, M.A.
1995 - 1996
II
Ke-Rapat Kerja Pansus -7 Menteri Keuangan
Terbuka
Kamis, 7 Desember 1995 09.10 s/d 11.40 WIB Ruang Kaca Grahatama Gedung MPR/DPR Rl H. Jusuf Talib, S.H.
Subijanto Sudardjo, S.H.
1. laporan Panitia Kerja RUU tentang Kepabeanan dan RUU tentang Cukai.
2. Kesimpulan Musyawarah Fraksi-fraksi.
3. Pengambilan Keputusan/Pengesahan RUU tentang Kepabeanan dan RUU tentang Cukai.
4. Sambutan Pemerintah.
Anggota Pansus
53 dari 57 orang Anggota Tetap 23 dari 26 orang Anggota Pengganti
Peaterintah :
Menteri Keuangan beserta Stat.
9. H. M. Hatta Mu~tafa, S.H. 10. H. Agus Tagor 11. Ir. H. Awal Kusumah, M.Sc 12. Drs. Soebagjo 13. Tjahjo Kumolo, S.H. 14. Ny. Mustokoweni Murdi, S.H. 15. Widjanarko Puspoyo, M.A. 16. Soebagjo, S.H.
1 7 • . ••.•••
-
- 2 -
17. Soekotjo Said, S.E. 18. Mochamad Suparni, B.A. 19.Ir.Ny. Bambang Sigit Prakoeswo 20. Ir. Herman Widyananda, S.E. 21. H. Abdullah Zainie, S.H. 22. Drs. H. Awang Faroek Ishak 23. Dra.Ny. Emilia Lun Hadaitullah 24. H. Husni Thamrin, S.H. 25. Drs. Made Sudiartha 26. Ben Messakh, S.E. 27. Ir. Umbu Mehang Kunda 28. Drs. Sabar Koembino 29. Iskandar Mandji 30. Moeharsono Kartodirdjo 31. H. Oeng Rumadji, S.H. 32. Drs. Hari Eko Sumisto 33. A. R a c h i m 34. Djoko Sasetijo, S.E. 35. R.M. P u r b a 36. Drs. M. Ali Talha 37. M. Hatta Usman, S.E. 38. Drs. M. Situmorang 39. Suharto, S.IP
B. Anggota Pengganti Pansus 1. Novyan Kaman, S.H. 2. H. NanangSudjana, S.H. 3. Drs. Paskah Suzetta 4. Drs. Didiet Haryadi Priyohutomo 5. GBPH. H. joyokusumo 6. Achmad Saad Hardjono 7. Drs. Hasoloan J. Hutagaol,S.Th. 8. Drs. H. Abdurrachim 9. Y. Sudarko Prawiroyudo
10. Faisal Bedy 11. s u g 0 t 0 12. Jusman Tahar, S.E.
2. Pemerintah :
40. Alimarwan Hanan, S.H. 41. Drs. H.M. Mukrom As'ad 42. H. Jusuf Syakir 43. H. Muhsin Bafadal, S.H. 44. H. Muhammad Syafie Nongke 45. Drs. H. Yafie Thahir 46. Drs. Ignatius Suwardi 47. Drs. Noor Achari 48. D j u p r i, S.H. 49. Drs. H. Subagyo 50. Aberson Marle Sihaloho 51. Setyadji Lawi 52. H. Oimmy Haryanto 53. Drs. Markus Wauran
13. Djoko Sardjono 14. H. Andaya Lestari 15. Ora. Siti Soendari 16. Drs. Supriadi 17. H. Asrori Saleh, B.A. 18. Dra.Hj. Khofifah 19. H. Masrur Javas 20. H. Sulaiman Biyahimo 21. Handjojo Putro, S.H. 22. H. Marwan Adam 23. Tiop Harun Sitorus
1. Mar'ie Muhammad Menteri Keuangan R.I. 2. DR. Dono Iskandar Djojosubroto Sekretaris Jenderal Oep.Keuangan 3. Soehardjo Dirjen Bea dan Cukai 4. Enday Abdurrachman Kapuslat Bea dan Cukai 5. Permana Agung Dir. Bea dan Cukai 6. Daeng Nazier - Idem -7. Roy. R. Lino - Idem-8. Sutardi - Idem -9. Moh. Zein - Idem -
10. Roedi - Idem -11. Para pejabat Departemen Keuangan, Pabean dan Cukai.
KETUA ....... .
-
l
- 3 -
KETUA RAPAT (H. YUSUF THALIB, SH) :
Saudara Menteri Keuangan beserta jajaran yang kami hor
llld L i I
Rekan-rekan Anggota Pansus RUU Tentang Kepabeanan dan
RUU Tentang Cukai yang kami horrnati,
Rekan-rekan wartawan yang kami hormati,
Ijinkan dengan berucap bissmilihirokhmanirokhim Rapat
Kerja Pansus RUU Tentang Kepabeanan dan RUU Tentang Cukai
kami buka dan dinyatakan terbuka.
Sesuai dengan jadwal acara yang telah disusun maka pada
pagi hari ini insya Allah kita akan merampungkan jadwal acara
sebagai berikut
1. Laporan Panja RUU Kepabeanan dan Panja RUU Cukai
kepada Pansus.
2. Pendapat akhir mini dari Fraksi-fraksi,
3. Pengambilan keputusan atau pengesahan RUU tentang
Kepabeanan dan RUU tentang Cukai pada tingkat Pansus,
4. Sambutan Pemerintah yang dalam hal ini yang akan
disampaikan oleh yang terhomat Saudara Menteri Keuangan atas
telah disetujuinya kedua RUU tersebut pada tingkat Pansus,
dan yang terakhir sepatah dua patah kata dari Pimpinan Pan-
sus.
Dapat kami laporkan bahwa sampai dengan jam sekarang
dari 83 orang Anggota telah hadir 59 Anggota.
Selanjutnya untuk memanfaatkan waktu yang sebaik-baiknya
dengan segala hormat kami persilakan yang ditunjuk sebagai
juru bicara atau pelapor dari Panja RUU Kepabeanan, kami
persilakan dengan hormat untuk menyampaikan laporannya.
FABRI (LOEKMAN R. BOER, SH) :
Yang terhormat Saudara Ketua dan Pimpinan Pansus yang
kami hormati.
Yang terhormat Saudara Menteri Keuangan bersama seluruh
jajaran Departemen Keuangan,
Yang terhoamt Saudara Anggota Pansus serta para hadirin
yang berhagia.
Assalamu'Alaikum Wr. Wb.
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadi-
ran Tuhan Yang Maha Esa yang telah rnelimpahkan hidayah dan
-
- 4-
inayah-Nya kepada kita sekalian, sehingga kita bisa mengha-
dari sidang Plena Panitia Khusus RUU tentang Kepabeanan dan
RUU tentang Cukai pada hari ini.
Selanjutnya memenuhi ketentuan Pasal 76 Peraturan Tata
Tertib Dewan dan penugasan Siang Pansus ini untuk mnelaporkan
pembahasan secara lebih mendalam materi RUU tentang Kepabea-
nan berkenaan dengan pembahasan perumusan maupun sinkronisasi
diantara pasal-pasal dapat kami sampaiakan secara singkat
sebagai berikut :
Sesuai jadwal kerja yang telah disepakati bersama pada
tanggal 2 Oktober yang lalu, waktu yang diberikan kepada
Panitia Kerja untuk merampungkan seluruh materi RUU tentang
Kepabeanan
21 hari
digunakan
mulai tanggal 13 Nopember sampai 6 Desember
dengan rincian 13 hari Rapat Panitia Kerja
12 hari untuk membahas materi dan 1 hari
a tau
yang
untuk
menerima laporan tim perumusan dan sikronisasi dan 6 hari
dipergunakan untuk rapat rapat tim perumus dan tim sinkroni-
sasi dan 2 hari tentang bersama RUU Cukai.
Selanjutnya dalam upaya memenuhi jadwal tersebut Patia
Kerja telah menetapkan mekanisme rapat yang pada dasarnya
tetap mengacu kepada keputusan Pansus. Setelah melalui pemba-
hasan yang cukup panjang dan melelahkan serta adanya kerja
sama yang baik dari seluruh Anggota Panja dan Pemerintah.
Penugasan Pansus dapat diselesaikan sesuai jadwal yang telah
ditetapkan.
Hadirin yang karni hormati,
Sebelum kami menyampaikan secara kronologis pembahasan
RUU tentang Kepabeanan pada tingkat Panitia Kerja Tim Perumus
dan Tim Sinkronisasi terlebih dahulu kami sampaikan hal-hal
yang berkenaan dengan kenaggotaan dan tugas Panita Kerja Tim
Perumus dan Tim Sinkronisasi.
Keanggotan Panitia Kerja sesuai dengan keputusan rapat
tanggal 11 Nopember 1995 Anggota Panita Kerja RUU Kepabeanan
berjumlah 44 Anggota dengan rincian dari FKP 20 Anggota,
FABRI 10 Anggota, FPP 7 Anggota dan FPDI 7 Anggota dan Pemer-
intah dalam hal ini diwakili oleh Dirjen Bea dan Cukai beser-
ta Staf, sedang Pimpinan dari Panitia Kerja adalah Drs. H
Yahya Nasution, dari FPDI dalam hal ini kita panggil opung
dan kemudian kami sendiri Loekman R. Boer dari FABRI.
-
L
- 5 -
Sedang Tim Perumus dan Tim Sinrkonisasi pada tanggal 25
Nopember 1995 panita kerja telah membentuk tim perumus yang
beranggotakan 9 anggota dan tim sinkronisasi beranggotakan 7
anggota yang masing-masing berkomposisi sebagai berikut :
Tim
FPP 1
Anggota
Perumus dari FKP 3 Anggota, FABRI 2 Anggota, dari
Anggota dari FPDI 1 Anggota dan dari Pemerintaha 2
dan dipimpin oleh Tim Perumus dari FKP Sdr. Novyan
Kaman, SH yang kami hormati.
Kemudian Tim Sinkronisasi berkomposisi 2 Anggota dari
FKP, 1 Anggota dari FABRI, 1 Anggota dari FPP dan 1 Anggota
dari FPDI dan 2 Anggota dari pemerintah diketuai oleh Dsaudar
Djoko Sardjono dari FABRI.
Selain itu dalam upaya mempercepat proses penyelesaian
telah disepakati bersama bahwa konsideran menimbang dan
penjelasan umum dibahas oleh tim kecil yang beranggotakan 7
Anggota yang terdiri 2 FKP, 1 FABRI, 1 FPP dan 1 FPDI dan 2
dari Pemerintah dan diketuai oleh Saudara Achmad Saad Haryono
dari FKP.
Sedangkan tugas Panitia Kerja sebagaimana yang dibentuk
oleh alat kelangkapan Dewan dalam hal ini Pansus adalah
membahsa secara mendalam materi RUU yang belum diselesaikan
oleh Pansus dengan memberikan mandat penuh.
Tugas Tim Perumus adalah merumuskan materi yang substan-
sinya telah memperoleh persetujuan Pansus maupun Panja, baik
dari aspek kaidah hukum maupun kaidah bahasa Indonesia.
Sedangkan Tim Sinkronisasi adalah mensinkronkan seluruh
materi yang dicakup tentang Kepabeanan dan sinkronisasi 2 RUU
tentang Kepabenan dan Cukai.
Selanjutnya perkenankanlah kami melaporkan hasil Rapat
Panitia Kerja sebagai berikut :
1. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa materi RUU
tentang Kepabeanan yang masih memerlukan pendalam berjumlah
165 rnateri dan yang mernerlukan perurnusan ulang berjurnlah 114
materi. Dalarn materi tersebut telah rnernperoleh pernbahasan dan
kajian secara rnendalarn dan telah diperoleh kesepakatan seba-
gai berikut :
Disetujui tetap sesuai RUU 78 materi, disetujui dengan
penyempurnaan rumusan 95 materi, substansi disetujui dan
rumusan diserahkan kepada timus sebanyak 25 rnateri.
-
- 6 -
Dengan demikian maka tugas yang diserahkan kepada Tim
Perumus menjadi bertambah, telah diadakan sinkronisasi naskah
RUU Tentang Kepabeanan yang semula terdiri dari 18 Bab, 119
Pasal, 206 Ayat telah mengalami perubahan menjadi 18 Bah, 118
Pasal dan 2095 Ayat. Berdasarkan pengamatan selama berlang-
sungnya selama rapat-rapat panja terdapat materi yang memer-
lukan waktu pembahasan cukup lama, alot dan memerlukan tenaga
dan pikiran seluruh anggota bahkan diperlukan pengendapan
untuk beberapa hari dalam upaya mencari pemecahan.
Materi-materi tersebut antara lain, pertama pemeriksaan
barang import dan eksport. Materi yang mengatur mengenai
pemeriksaan terhadap barang import dan eksport semula diatur
dalam Pasal 3 RUU Kepabeanan. Telah memperoleh penjelasan
dari Pemerintah di Pansus dan dilanjutkan forum lobby antara
Pemerintah, Pimpinan Pansus, Ketua Fraksi telah disepakati
Pasal 3 RUU dijadikan 2 Pasal yaitu Pasal 3 tentang import
dilakukan pemeriksaan pabeaan dan pemeriksaan fisik dilakukan
secara selektif, sedang Pasal 4 baru terhadap eksport dilaku-
kan penelitian dokumen, sedangkan pemberitahuan fisik dilaku-
kan ecara selektif. Sedangkan Pasal 4 baru terhadap eksport
dilakukan penelitian dokumen, sedangkan pemeriksaan fisik
hanya dilakukan dalam hal-hal tertentu.
Adapun tata cara maupun hal-hal tertentu akan diatur
selanjutnya oleh Menteri. Mareri ini selain mengalami pemba-
hasan paa rapat Pansus, forum loby juga mengalamai pembahasan
pada rapat Panja.
Kedua mengenai pembukuan, sebagaimana diatut dalam Pasal
49 sampai dengan Pasal 52 bagi importir, eksportir, pengusaha
tempat penimbunan sementara, pengusaha tempat penimbunan
berikat, pengusaha pengurusan jasa kepabeanan atau pengusaha
perusahaan pengangkutan diwajiban untuk menyelenggarakan
pembukuan dan menyimpan catatan dan surat menyurat yang
bertalian dengan import dan eksport untuk selama jangka waktu
10 tahun. Permasalahan ini mendapat perhatain rapat Panja terutama
berkenaan dengan pemakaian istilah pasca audit yang pada
akhirnya istilah tersebut diganti dengan audit dibidang
kepabeanan.
Ketiga larangan pembatasan dan pengendalian eksport atau
import barang-barang basil pelanggaran hak atas kekayaan
intelektual.
-
- I -
Materi yang diatur dalam Bab X Pasal 53 sampai Pasal 64
adalah mengenai larangan pembatasan dan pengendalian
atau eksport barang-barang hasil pelanggaran merk
cipta. Menyadari begitu luas hak yang daitur oleh
kayaan intelektual dan dilain pihak memerlukan
disegala bidang secara mendalam, maka dalam UU
diatur hal-hal yang berkenaan dengan pelanggaran
merk dan hak cipta.
impoert
dan hak
hak ke-
persiapan
ini baru
terhadap
Untuk mengantasipasi perkembangan hal-hal lain dikemud-
ian hari ditambahkan satu Ayat pada Pasal 64 yang selanjutnya
diatur oleh Peraturan Pemerintah.
Yang keempat, ketentuan pidana dalam Pasal 102 sampai
dengan Pasal 111 para pelaku pelanggaran dikenakan sanksi
administrasi dan pidana dalam bentuk denda berupa uang dan
penjara atau kuranga. Dengan pertambangan bahwa pelanggaran
rnaupun pidana tersebut mempunya darnpak yang cukup luas bagi
perekonornian nasional. Maka Panja sepakat untuk menetapkan
sanksi secara berpariasi sesuai dengan pelanggaran yang
dilakukan.
Selain itu kami laporkan dalam rapat Pansus yang terho-
ramt ini, bahwa Psetelah Panja mengadakan pendalaman secara
seksama Pasal demi pasal, butir derni butir rnaupun penjelasan
pasal terdapat rnateri yang masih mernerlukan persetujuan rapat
Pansus ini karena materi tersebut tidak terrnasuk materi yang
ditugaskan kepada Panja.
Akan tetapi dikarenakan rnateri tersebut rnempunyai kaitan
yang erat dengan pasal atau materi yang dibahas maka telah
diadakan penyempurnaan-penyempurnaan untuk selanjutnya untuk
dirnitakan pengesahan dari Rapat Pansus pada hari ini.
Saudara Menteri yang kami horrnati, Pirnpinan Pansus
Anggota Pansus yang kami muliakan serta wartawan dan
sekalian yang berbahagia.
Materi tersebut antara lain adalah Pasal 37 yang
serta
hadirin
sernula
berbunyi dalam bea masuk yang terhutang diperhitungkan berda-
sarkan satuan ukuran yang berbeda dengan yang digunakan
menurut UU ini, bea masuk yang terutang dihitung menurut
perbandingan.
Ayat (2)-nya berbunyi : untuk keperluan perhitungan bea
masuk atas pecahan satuan ukuran atau rupiah dilakukan pembu-
-
- 8 -
latan dan Ayat (3)-nya ketentuan tentang tata cara pembulatan
sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) diatur lebih lanjut oleh
Menteri.
Dalam uapay kepastian hukum, dalam RUU ini telah dite-
tapkan adanya jumlah tertentu maka dari itu Paal 37 Ayat (1)
dirasakan tidak diperlukan lagi. Demikian juga Ayat (3)
sedangkan dalam Ayat (2) dipindahkan menjadi Ayat (2) pada
Pasal 35.
Dengan demikian Pasal 35 RUU yang sernula hanya terdiri dari 2
Ayat telah berubah menjadi Pasal 36 baru dengan 3 ayat yaitu:
Ayat (1) bea masuk, denda adminsitrasi dan denda adrninsitrasi
yang terutang pada negara menurut UU ini dibayarkan di kas
negara atau ditempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh
Menteri.
Ayat (2) bea masuk, denda administrasi dan bunga seba-
gaimana dimaksud pada ayat (1) jumlahnya dibulatkan dalam
rupiah penuh.
Ayat (3) ketentuan tentang tata cara pembayaran, peneri-
maan, penyetoran bea masuk dan denda adminsitrasi dan bunga
sebagaimana dimaksud pada Ayat {1} serta pembulatan sebagai-
mana dimaksud ayat (2) diatur lebih lanjut oleh Menteri.
Hal lain yang mengalami penyempurnaan juga dalarn judul Bab
XVI ketentuan lain menjadi ketentuan lain-lain.
Terhadap materi-materi lainnya setelah rnelalui pembaha-
san yang cukup mendalam baik di Panja maupun di Timus terda-
pat beberapa Pasal dan judl-judul yang mengalami penambahan
atau pengurangan ayat atau kalimat seperti :
Pada perubahan judul Bab X Pasal 46, 53, 57, 64 dan sebagai-
nya yang terakhir adalah Pasal 114 baru maupun penggabungan
seperti pasal pada Pasal 96 dan Pasal 97.
Demikian secara kronologis hasil pembahasan Pantia Kerja dan
sebelurn kami meningkat pada lajur selanjutnya ijinkalah karni
menyampaikan sekilas jalannya rapat tim perurnusan dan tim
sinkronisasi.
Sesuai dengan yang telah digariskan oleh Pansus maupun
Panja, tugas tim perumus adalah merumuskan materi dan yang
substansinya telah disepakti baik oleh Pansus ataupu oleh
Panja dan tim sinkronisasi adalah mensinkronkan materi yang
dituangkan dalam ayat, pasal atau bab dari RUU tentang Kepa-
beanan maupun sinrkonisasi dengan RUU tentang Cukai.
-
- 9 -
Dengan bantuan konsep Pemerintah rumusan yang telah
disiapkan oleh Pemerintah tersebut sertah kehadiran ahli
bahsa Indonesia , Tim Perurnus dan Tim Sinkronisasi telah
bekerja secara marathon dan telah dapat menepati waktu yang
ditetapkan.
Pada Sinkranisasi kedua RUU tentang Kepabeanan dan Cukai
disamping penyerasian kansideran juga pada pasal-pasal dan
penjelasan pasal dari 31 pain yang disinkronkan untuk RUU
Kepabeanan terdapat penyempurnaan pasal dan penjelasan yaitu
Pasal 1.10, Pasal 93, 94 ayat (1}, Pasal 95 Ayat (1} dan (2)
Pasal 68, Pasal 99 Ayat (2) Ayat (3), Pasal 100, Pasal 103,
Pasal 108 dan Pasal 115.
Dalam penambahan ayat atau angka sebagai berikut pada
Pasal 27 ayat {1) ditampab pain e, dan pasal 93 dan Pasal 94
masing-masing ditambah satu ayat.
Itulah keseluruhan apa yang kami utarakan diatas mohon
persetujuan Pansus untuk penyempurnaan dari RUU ini.
Suasana pembahasan, dengan dilandasi semangat untuk mengha-
silkan suatu UU tentang Kepabeanan yang terbaik disatu pihak
memenuhi tuntutan perkembangan pembangunan dan dilain pihak
memenuhi tuntutan arus perdagangan dunia serta terpenuhinya
aspek hukum bahasa dan kepatutan seluruh anggota Panja dalam
berdiskusi telah berupaya seoptimal mungkin dengan mengajukan
argumentasi secara teoritis, yuridis, praktis serta didukung
pula oleh data-data yang akurat.
Pemikiran-pemikiran tersebut kadang-kadang atau seolah-
olah sulit untuk dipertemukan narnun dengan sikap bijak dan
arif atas sebagai negarawan yang dimiliki oleh seluruh anggo-
ta Panja dan Pernerintah akhirnya seluruh permasalahan melalui
rnusyawarah mupakat dapat diselesaikan dengan baik.
Keempat penutup, yang terhormat saudara Ketua Pimpinan
Pansus, yang terharmat saduara Menteri keuangan beserta staf,
yang terhormat Saudara Anggota Pansus beserta hadirin yang
rnulia.
Demikian laporan hasil Panja tim perumus maupun tim
sinkronisasi. melalui kesernpatan yang berbahagia ini kami
atas nama Pimpinan Panja mengucapkan terima kasih kepada
seluruh Anggata Panja RUU tentang Kepabeanan yang telah
bekerja secara terus menerus siang dan malarn tanpa mengenal
lelah untuk rnenyelesaikan tugas yang dibebankan oleh Pansus.
-
- 10 -
Secara khusus kami sampaikan penghargaan yang tinggi dan
terima kasih kepada seluruh staf Departemen Keuangan, Direk-
torat Jenderal Bea dan Cukai yang telah membantu tugas-tugas
Pantia Kerja, Tim Perumus dan Tim Sinkronisasi sehingga
rapat-rapat dapat berjalan dengan lancar. Tentu ucapan terima
kasih ini perlu pula kami sampaikan kepada Sekretariat Jen-
deral DPR-RI atas terlaksana tugas-tugas Kepanjaan ini.
Semoga kerja keras Bapak-bapak/Ibu-ibu, Saduara-saudara
sekalian memperoleh limpahan rachmat dari Allah SWT.
Selanjutnya kami aras nama Pimpinan Panja RUU tentang
Kepabeanan mengajak kita semua untuk ealing memaafkan dan
sekiranya dalam kita berdiskusi terdapat hal-hal yang kurang
berkenan dihati bapak-bapak/Ibu-ibu anggota panja dan Pemer-
intah. Khususnya kami sebagai Pimpinan Panja secara pribadi
meminta maaf sekiranya dalam melaksanakan tugas memimpin
Panja ini terdapat kekurangan dan kekhilapan. Akhirnya dengan
segala hormat kami atas nama seluruh Anggota Panja RUU Kepa-
beanan menyampaikan secara resmi naskah lengkap RUU tentang
Kepabeanan hasil Panja untuk memperoleh pengesahan Rapat
kerja Pansus yang terhormat ini untuk selanjutnya dapat
diteruskan ke Sidang Paripurna Dewan seperti yang telah
dijadwalkan.
Sekian terima kasih.
KETUA RAPAT
Dengan ucapan terima kasih yang sebear-besarnya kepada
Bapak Loekrnan Boer selaku Ketua Panja yang telah menyampaikan
laporan hasil Kerja dari Panja RUU Kepabeanan rnaka selanjut-
nya kami persilakan dengan hormat pelapor dari Pimpinan Panja
RUU tentan Cukai, kami persilakan.
FKP (JOHNY ALWI BANYO)
Assalamu•alaikum Wr. Wb.
Yang terhoarnt saudara Ketua dan wakil Ketua Pansus,
Yang terhoamt Saudara Menteri keuangan beserta sataf,
Yang terhormat Saudara Anggota Pansus,
Yang terhormat rekan-rekan wartawan serta hadirin yang
berbahagia.
-
- 11 -
Terlebih dahulu saya mengajak hadirin untuk memanjatkan
puji syukur kehadira Allah SWT yang telah melimpahkana rach-
mat-Nya kepada kita sehingga kita masih dalam keadaan sehat
wal'afiat dan dapat menghadari Rapat Kerja Pansus pada hari
ini.
Selanjutnya syukur allhamdulillah pada hari ini Panja
RUU Tentang Cukai telah selesai melaksanakan tugas yang
dibebankan oleh Pansus untuk merampungkan tugas pembahasan
perumusan dan sinkornisasi materi RUU tentang Cukai yang
terdiri dari 16 Bab 74 Pasal 166 Ayat serta 92 butir.
Sebelum kami laporkan secara lengkap proses
basil kerja Panja akan sampaikan hal-hal
pembahasan dan
yang berkenaan
dengan mekanisme panitia kerja RUU tentang Cukai.
Sebagaimana telah kita sebapakati bersama bahwa Rapat
panita Kerja tim perumus dan tim sinkronisasi direncanakan
pada ranggal 13 Nopember sampai dengan tanggal 7 Desember
1995 akan tetapi dengan memperhatikan keputusan rapat Bamus
tanggal 30 Nopember 1995 yang memajukan tingkat IV RUU Ten-
tang Kepabeanan dan RUU Tentang Cukai dari tanggal 14 Septem-
ber 1995 menjadi 12 Desember 1995 maka Rapat pansus yang
sedianya dilaksanakan pada tanggal 8 Desember telah diajukan
menjadi 7 Desmeber 1995.
Selain itu perlu kami sampaikan bahwa setiap usul peru-
bahan materi kepada pengusul dimita untuk diminta memberikan
penjelasan alasan perobahand dengan maksud untuk menyamakan
pola pikir untuk akhirnya diambil satu keputusan.
Adapun metode pembahasan dilakukan secara berurutan menurut
sistematika RUU agar tidak ada materi yang tidak terlewatkan.
Hadirin yang kami hormati,
De11gan mengacu kepada Jadwal acara yang ditetapkan pada
tanggal 2 Oktober 1995 Panita Kerja telah mempergunakan waktu
14 hari kerja untuk merampungkan seluruh materi RUU tentang
Cukai sejak tanggal 13 sampai dengan 25 Nopember dan 30
Nopernber 1995 serta tanggal 6 Desmeber 1995 untuk rnendengar-
kan laporan dari tim sinkronisasi dan tim perumus.
Selain itu agar pembahasan seluruh materi dapat dusele-
saikan tepat waktu ditetapkan mekanisme kerja Panja, tim
perumus dan tim sinkronisasi serta dibentuk tim kecil untuk
menabahsa konsideran menimbang, mengingat dan penjelasan
umum.
-
- 12 -
Mekanisme yang dipergunakan dalam Rapat Panja tetap
mengacu kepada kesepakatan dalam Rapat Pansus hanya pada
rapat Panja dimungkinkan adanya penundaan pembahasan apabila
belum diperoleh kesepakatan untuk selanjutnya dibahas kembali
setelah seluruh Pasal dibahas, dan apabila dalam
berikutnya masih juga belum diperoleh mupakat maka
melalui forum liby.
pembahasan
ditempuh
Saudara Ketua, Sadara Menteri, Rekan-rekan Anggota
Pansus serta hadirin sekalian yang saya hormati.
Mendahulu secara kronologis hasil pembahasan RUU Tentang
Cukai pada Rapat Panja, Tim Perumus dan Tim Sinkronisasi kami
sampaikan terlebih dahulu anggota yang terlibat secara lang-
sung dalam setiap rapat yakni :
Yang pertama Panitia Kerja sesuai keputusan Rapat pansus
tanggal 11 Nopmeber 1995 anggota panita kerja berjumlah 39
anggota dengan kompoisi sebagai beriktu :
FKP 20 anggota, FABRI 7 anggota, FPP 7 Anggota, dan FPDi 5
Anggota, Pemerintah diwakili oleh Kepala Badan Analisa Keuan-
gan dan Moneter yang selanjutnya diangkat sebagai Sekretaris
Jenderal Departemen Keuangan beserta staf.
Pimpinan pantian kerja adalah kami sendiri Drs. Alwy Banyo
dari FKP dan H Syaiful Anwar Husein dari FPP.
Tim Perumus dan Tim Sinkronisasi pada tanggal 25 Nopember
1995 panita Kerja telah menentukan Tim perumusan yang berang-
gotakan 9 orang dan sinkronisasi yang beranggotakan 5 orang
masing-masing dengan kompsosi sebagai berikut :
Tim Perumus FKP 3 orang, FABRI 2 orang, FPP 1 orang, FPDI 1
orang, Pemerintah 2 orang, Ketua Tim Perumus adalah yang
terhormat Ben Mesakh, SE dari FKP.
Tim Sinkronisasi ; FKP 2 orang, FABRI 1 orang, FPP 1 orang,
FPDI 1 orang dari Pemerintah 2 orang, Ketua Tim Sinkronisasi
adalah yang terhormat Sdr. Drs. Achmad Supriadi dari FABRI.
Sedangkan tim kecil yang membahas konsideran menimbang,
-
- 13 -
mengingat dan pen]el.asan umum beranggotakan 7 orang yaitu 2 dari
FKP, 1 dari FABRI, 1 dari FPP, 1 dari PDI dan dari Pernerintah 2 orang, Ketua Tim Kecil adalah yang terhormat Saudara Drs. Made Sudiartha dari FKP.
b. Tugas,
Adapun tugas Panitia Kerja sebagai panitia yang dibentuk
oleh PANS US adalah membahas secara pemdalarn rna ter i RUU yang
belum diselesaikan di Tingkat PANSUS dengan diberikan rnandat
penuh.
Tugas Tim Perumus adalah merurnuskan materi yag substansinya
telah mernperoleh persetujuan PAN'SUS rnaupun PANJA baik aspek
kaidah hukurn maupun bahasa Indonesia.
Sedangkan tugas Tim Sinkronisasi adalah mensinkronisasikan materi terrnasuk tata letak dari Bab, Bagian, Paragraf maupun
Pasal diatur RUU tentang Cukai dan juga mensinkronkan RUU
tentang Kepabeanan mengenai substansi atau pasal yang sama.
Untuk rnemberikan garnbaran secara jelas mengenai proses
pernbahasan RUU tentang Cukai kami sarnpaikan laporan sebagai
berikut, pertarna rnateri yang dibahas.
Materi yang di tugaskan oleh PANSUS kepada PANJA a tau masih
rnernerlukan pendalarnan kurang lebih 199 materi yang
substansinya tetap, tetapi masih memerlukan perumusan lebih
lanjut berjumlah kurang lebih 58 rnatei·i ditambah dengan
pennjelasan.
Setelah diadakan pembahasan secara mendalam materi-materi
tersebut sebagai kesepakatan sebagai berikut :
1. disetujui sesua1 RUU, 2. substansi tetap rumusan tetap disempurnakan atau dirumuskan
menjadi dua ayatl 3. dihapus karena telah tertarnpung di pasal lain a tau telah
diatur ul~h RUU tentang Kepabeanan,
4. disetujui untuk diserahkan kepada Timus,
5. substansi tetap disinkronisasikan dengan RUU tentang
Kepabeanan.
D~nyan kes~pakatan tersebut maka tugas Tim Perumus bertambah
menjadi 80 maleri dan 53 materi penjelasan, demikian pula tugas
Tim Sinkronisasi. Ber·uatiarkau hatiil Tim Per·umus dan Tim Sinkronisasi yang
rneliputi tugas perumusan dan tata letak substansi RUU tentang
-
- 14 -
Cukdi i tu sendir i rnaupun setelah disinkronisasikan dengan RUU
tentang Kepabeanan.
RUU tentang Cukai telah mengalarni perobahan menjadi 16 Bab, 72 Pasal, 157 Ayat dan 77 Butir dari semula yang terdiri dari 16
Bab, 74 Pasal, 166 Ayat dan 92 Butir, kedua materi yang mernperoleh perhdlian.
Dari seluruh materi yang dibahas kami sampaikan beberapa materi yang memerlukan waktu, pikiran maupun energi para Anggota PANJA antara lain ;
1. penambahan atau pengurangan jenis barang kena cukai,
Materi tersebut diatur Pasal 4 Ayat (2) dengan rumusan sebagai berikut Penambahan atau pengurangan jenis barang kena cukai diatur lebih lanjut dengan
peraturan pemerintah.
Dengan mempertimbangkan bahwa penambahan atau pengurangan tersebut merupakan penambahan dan pemurahan obyek cukai yang memebani rakyat maka oleh PANJA di diusulkan untuk diatur dengan undang-undang.
Setelah melalui pembahasan yang mendalan dan penundaan akhirnya melalui Lobby yang disahkan dalam
rapat PANJA disepakati bahwa rumusan tetap seperti RUU, dan usulan PANJA disetujui untuk dirumuskan dalam Penjelasan yang intinya adalah bahwa penarnbahan dan pengurangan jenis barang kena cukai dikemukakan oleh Pemerintah pada DPR dalam rangka pembahasan dan penyusunan RAPBN.
2. Penetapan tarif barang kena cukai,
Semula tidak dibedakan antara harga jual pabrik dan harga jual eceran tetapi dihitung berdasarkan tarif setinggi-tingginya 150% dari harga dasar dan berlaku
sernua untuk barang kena cukai. Atas dasar pernikiran perlu adanya perbedaan tarif
atas da8ar pengenaan terhadap harga dasar yang digunakan, maka setelah melalui forum Lobby disepakati
sebagai her ikut 250% at as harga dasar apabila harga
dasar yang digunakan adalah harga jual pabrik, 55% atas
-
- IS -
hdrgd dasar apai>ila harga dasar yang digunakan adalah
harga jual eceran.
Demikian pula untuk barang kena cukai yang diimport
dibedakan menjadi 250% dar i harga dasar apabila harga
dasar yang digunakan adalah nilai pabean di tambah bea
masuk dan 55% dari harga dasar apabila harga dasar yang
digunakan adalah harga jual eceran.
Ketentuan-ketentuan ini di atur dalam Pasal 5 Ayat
(1) dan Ayat (2) RUU tentang Cukai yang telah disepakati
oleh PANJA.
3. Penundaan pembayaran pita cukai,
Konsep naskaf RUU penundaan pembayaran, pemesanan
pita cukai diber ikan tenggang waktu selama tiga bulan
sejak tanggal pemesanan.
Dengan mempertimbangkan bahwa pada dasarnya
pembualan ouatu Undang-undang disesuaikan dengan situasi
dan kondisi dalam pelaksanaannya dilapangan serta
terjaminnya kepastian hukum maka disepekati untuk tetap
sesuai dengan rumusan konsep RUU dengan menghapus kata-
kata "pengusaha tempat penyirnpanan".
Walaupun sempat mengalami penundaan karena
sebelurnnya telah disepakati bahwa penundaan pembayaran
dihitung empat puluh lima (45) hari sejak diterimanya
pita cukai.
4. Pembaharuan ijin,
Pernbaharuan i j in unt uk menj alankan us aha sebagai
pengusaha pabrik barang kena cukai bagi yang meninggal
dunia, telah diperpanjang paling lama dua be las bulan
(12) dari rancangan semula tiga (3) bulan.
Perpanjangan tersebut dimaksudkan untuk memberikan
kesempatan bagi ahli waris yang telah menerima musibah
terutama bagi pengusaha kecil dan berlokasi didaerah
terpencil untuk mempersiapkan berbagai persyaratan untuk
memperoleh ijin baru yang tidak hanya berasal dari satu
instansi.
-
- lb -
5. Ketentuan pidana,
Derl.il.ik loldk ddr·i lindak pidana ler·hadap baran~
kena cukai selain merugikan negara tetapi juga
kepentingan masyarakat luas.
PANJA berpendapat bahwa selain menetapkan pidana denda dengan batas-batas pidana maksimum yang cukup tinggi kepada pelaku juga dikenakan pidana penjara sehingga dalam rumusan RUU diterapkan sanksi pidana komulatif atau pun alternatif komulatif.
Dengan pula diperkenalkan adanya penggantian pidana
penj ara dengan denda tanpa menghapuskan denda
administrasi atau pidana denda yang dijatuhkan bagi badan hukum perseroan, perusahaan, kerpumpulan, yayasan atau koperasi apabila kepadanya diancam dengan pidana
penjara dan pidana denda.
Selain hal diatas kami laporkan pula bahwa setelah diadakan
sinkronisasi terdapat beberapa materi pasal yang lebih ketat
apabila dijadikan ayat dari beberapa pasal seperti pada Pasal 20
dan pada Pasal 31. Demikian pula penyatuan sanksi administrasi atas pelanggaran
yany dilakukan terhadap kegiatan yang bersifat administratif
rnasing-masing di atur pada Ayat (2) dari Pasal 51 sampai dengan Pasal 45.
Selanjutnya pada saat dilakukan sinkronisasi dengan RUU
tentang Kepabeanan terdapat substansi yang disetujui untuk
disinkornisasikan, sehingga beberapa pasal diserasikan antara kedua RUU untuk menghindarkan penafsiran yang berbeda.
Selain itu terdapat beberapa materi pasal RUU Cukai yang
dihapus atas pertimbangan bahwa materi tersebut lebih tepat di
atur dalam RUU Kepabeanan.
3. Suasana pembahasan,
Selama pembahasan RUU Cukai tingkat Panitia Kerja (PANJA)
seluruh anggota PANJA berperan secara aktif untuk menghasilkan
suatu produk hukum yang terbaik berbagai aspek jur idis,
akademis, praktis dan diharapkan dapat memenuhi kehendak
masyarakat.
-
- 17 -
Hal yang demikidn ditunjang pula oleh sikap Pemerintah
yctng akomudatif yang mernudahkan rumusnya suatu pasal yang
menjadi usulan PANJA, walau pun tidak bisa dihindari adanya
perbedaan pendapat.
Namun den~an adanya tekad yang sama serta kearifan
seluruh anggota PANJA maka perbedaan pendapat tersebut
akhirnya dapat dipertemukan walau pun setelah melalui
penundaan maupun forum Lobby.
4. Penutup,
Yang terhormat Sudara Ketua dan Wakil Ketua,
Yang terhormat Saudara Menteri Keuangan beserta staf,
Yang terhormat Saudara Anggota PANSUS,
Serta hadirin yang berbahagia,
Pada kesempatan PANSUS ini, kami atas nama Pimpinan PANJA
mengucapkan terima kasih kepada seluruh Anggota PANJA RUU
tentan~ Cukai yang telah bekerja terus menerus siang dan malam
menyelesaikan tugas yang dibebankan.
Dernikian juga kami ucapkan terima kasih kepada Saudara
Menteri Keuangan beserta seluruh jajarannya 1ebih khusus
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang tekah membantu
menyediakan data dan segala fasilitas untuk kelancaran
pembahasan RUU ini, dan tidak lupa pula kepada Sekretariat Jenderal DPR-RI yang telah membantu tugas-tugas Pantia Kerja,
Tim Perumus dan Tim Sinkronisasi sehingga rapat-rapat berjalan
sesua~ yang ki ta harapkan, harapan kami semoga ker ja keras
Bapak-bapak dan Ibu-ibu dan Saudara-saudara sekalian
memperoleh ridho Allah subhana wathaallah.
Sebelum mengakhiri laporan kami, ijinkanlah kami atas
nama Pimpinan PANJA RUU tentang Cukai mengajak kita semua
untuk saling memaafkan sekiranya dalam pembahasan RUU tentang
Cukai secara simultan dilakukan bersamaan dengan pembahasan
RUU tentang Kepabeanan terdapat hal-hal yang kurang berkenan
dihati Bapak-bapak dan Ibu-ibu sekalian.
Demikianlah laporan kami dan atas nama seluruh Anggota
PANJA dengan ini secara resmi, kami sampaikan naskah RUU
tentang Cukai untuk memperoleh Keputusan PANSUS untuk
diteruskan pada Sidang Paripurna DPR-RI guna mendapatkan
per~etujuau Dewan.
Terima kasih, walbillahi Taufik walhidayah,
Wassalamu'alaikum Waromahtullahi Wabarohkatuh.
-
- 18 -
KETUA RAPAT :
Terima kasih kepada Pak Drs. Johny Alwi Banyo yang telah menyampaikan laporan PANJA RUU tentang Cukai.
Selanjutnya sesuai dengan jadual pendapat akhir mini Fraksi-
fraksi, namun sebelumnya kami ajukan satu saran atau meminta
persetujuan kepada Fraksi-fraksi, mengingat keseluruhan materi
muatan RUU tentang Kepabeanan dan keseluruhan materi muatan RUU
tentang Cukai telah dibaca secara lengkap oleh keseluruhan anggota sejak mulai rapat-rapat Tim Perumus, Tim Sinkronisasi dan dilanjutkan kemarin dengan rapat PANJA.
Apakah dapat disetujui bahwa keseluruhan muatan RUU tentang Kepabeanan dan keseluruhan rnuatan RUU tentang Cukai dianggap
telah dibaca, sehingga tidak perlu dibaca lagi secara lengkap
pada hari ini.
FI\P
Kami mintakan persetujuan Fraksi-fraksi, kami mulai dengan
FKP ( H. ABDULLAH ZAINIE, S.H. ) Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarohkatuh, Bapak Pimpinan,
Bapak Menteri Keuangan dan Wakil Pernerintah, dan Rekan-rakan PANSUS yang kami hormati, Menjawab pertanyaan dari Pirnpinan PANSUS, apakah kita dapat
menyanggap naskah yang ada didepan ini sudah terbaca, ini
jawabnya angel-angel gampang.
Tetapi kalau kita lihat dari prosedur pembahasan dan proses penyelesaian dar i pada kedua RUU ini, maka kami mengansumsikan bahwa apa yang sudah terdapat didepan kita sernua ini yaitu naskah
yang sudah ada disini, itu adalah naskah yang sama denqan yang
kemarin sudah ditandatangani oleh Fraksi-fraksi. Fraksi-fraksi kemarin pada waktu selesai rapat PANJA sudah
menandatangai lembar perlembar dari pada RUU ini. Jadi kami kira
oleh karena sudah tandatangani dan ini sama apa yang
di tandatangai kemar in kami beranggapan bahwa naskah ini sudah dianggap dibaca oleh FKP.
Terima kasih,
Wassalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarohkatuh.
KETUA RAPAT : Terima kasih, selanjutnya FPDI kami silakan
FPDI ( SETYADJI LAWI, B.A. ) : Terima kasih Saudara Pimpinan, Membaca bebcrapa pasal yang menjadi perhatian kita
-
- 19 -
waktu dibicarakan di Tin1 Sinkoronisasi, Tim Perumus dan ~ebagainya dan sudah persis seperti apa yang kami tandatangani,
Fraksi menanddtangai dinatikah-naskah itu, sepanjang 1n1 sudah lengkap seperti itu dan kami rasa begitu, karni setuju untuk tidak
usah dibaca kembali.
Terima kasih.
KETUA RAPAT : Terima kasih, selanjutnya dari FABRI kami persilakan
FABRI ( R. M. PURBA Saudara Pimpinan, Saudara Menter i yang ter·hurmat, dan Rapat PANSUS yang kami hor-mati,
Sarna dengan pendapat dari FKP bahwa tentunya yang dirurnuskan
dalam naskah sekarang ini adalah apa yang kemarin telah
ditandatangani lembar perlembar di PANJA. Dengan demikian maka bayi FABRI merasa menyatakan bahwa
naskah ini tidak perlu dibac .... n lagi dan dianggap sudah dibaca.
Terima kasih.
KETUA RAPAT :
1rerima kasih, selanjutnya dari FPP
FPP { H. JUSUF SYAKIR j ; Saudara Ketua,
Kami setuju sudah dinyatakan dibaca, karena kami kemarin sudah mernpelajari dan membuktikan paraf dan tandatangan dimasing-masing-lembar.
Terima kasih.
KETUA RAPAT : Terima kasih, saya kira untuk afdholnya juga kami tanyakan
kepada Pemerintah.
PEMERINTAH ( MENTER! KEUANGAN) : Terima kasih Saudara Pimpinan, dan
Para Anggota PANSUS yang karni hormati,
Assalamu'alaikum Waromahtullahi Wabarakatuh,
Dari pihak kami juga sudah meneliti lembar perlembar oleh Staf yang terkait, dengan demikian juga kami menganggap bahwa hal itu telah dibaca seluruhnya.
Terima kasih.
-
- 20 ~
KETUA RAPAT ; Baik, dengan demikian ketielur-uhan mater i muatan RUU tentang
Kepabeanan dan RUU tentang Cukai disetujui dianggap telah dibaca
secara lengkap,
( RAPAT SETUJU
Terima kasih.
Selanjutnya sesuai jddual acara, ddalah pendapat akhir m~n1 Frctktii-fraksi unluk menyarnbil keputu~an atau pengesahan kedua RUU
tersebut pada Tingkat PANSUS. Dengan hormat kami persilakan FKP
FKP ( Ir. Ny.BAMBANG SIGIT PRAKOESWO ) : Assalamu'alaikum Waromahtul1ahi Wabarahkatuh,, Ketua Panitia Khusus Rancangan Undang-undang Tentang Kepabeanan dan Cukai,
Yang terhormat Saudar. Aenteri Keuangan yang mewakili
Pemerintah, dan Para Anggota Panitia Khusus yang saya hormati,
Perkenankanlah kami mengajak Sidang PANSUS dan para hadirin
yang saya muliakan untuk memanjatkan puji syukur kehadapan Allah subhahana Wataallah bahwa kepada kita telah diberikan kekuatan lahir dan batin sehingga kita tetap mampu dan berhasil mencapai tahap akhir penyelesaian pembahasan RUU tentang Kepabeanan dan RUU tentang Cukai dengan baik dan sesuai harapan kita semua,
semoga apa yang telah ki ta hasilkan sampai tahap ini nantinya
akan berakhir dengan rnemuaskan dan pada saatnya dapat disahkan
dan diundangkan sebagai produk hukum nasional.
Sidang PANSUS yang kami muliakan,
Dalam pengantar musyawarah yang lalu FKP telah mengemukakan persoalan yang mendasar di bidang kepabeanan maupun cukai dan yang telah mendapatkan tanggapan baik dari Pemerintah maupun FRaksi-fraksi. Sehingga terurnus secara arif di dalam konsideran dan pasal-pasal rancangan undang-undang dan penjelasannya secara
jelas. Untuk itu kiranya patut diucapkan syukur, demikian juga
penghargaan dan hormat setin~gi-tingginya kepada seluruh Fraksi
dan Pemerintah.
Sekalipun dernikian pada kesempatan ini perkenankanlah FKP
rnenyampaikan beberapa pokok menegasan sikap yang merupakan
landasan pikir dan perjuangan yang telah secara konsisten
-
- 21 -
d i l a k u k an d ala m be r bag a i for· u m . A l:i a s k e ad i 1 an 111 au pun a s a s
perlindungan bagi kepentingan rakyat telah dapat dirumuskan pula
secara lug as dan j elas keberpihakannya kepada rakyat, sehingga
d e n y an d e m .i k i a n s e c a r· a f o r m a 1 m a t e r i a 1 p e r j u n g a n F j{ P
alhamdhulillah lelah dapat diakomodir di dalarn rancangan undang-
unJdny ini. FKP berpendapat bahwa terwujudnya Undang-undang tentang
Kepabeanan dan Rancangdn Undang- undang ten tang Cukai merupakan
langkah mdju Jdlaw pembi:1Il-:JU!lan hukum dan perundangdn unluk
mewuj udkan l:il H t iii• hukum nasional yang mengabdi kepada kepentingan
nasional berlandaskan Pctncasila dan Undang-undang Dasar 1945 1 sehingga ,produk Undany-undang in.i j elas merupakan penyempurnaan
dar·i urdona.si yang selctmct l.Il.i menjadi dasar hukum pelaksanaan
ke~abeanan dan cukai.
FKP menyadari sepenuhnya bahwa untuk terlaksananya Undang-
unddny secara efeklif dan efesien sangat ditentukan oleh sumber day a manusia dparatur be a dan cukai. Oleh karena i tu program pendctyagunaan aparatur perlu diarahkan pada peningkatan kualitas
kemampuan profesional yang b~ ~juan membentuk aparat yang lebih
berperilaku dan berjiwa pengabdian 1 jujur dan berdisiplin serta
bertanggungj awab 1 berkeadilan dan berwibawa sehingga mampu
menegakkan peraturan dan sekaligus rnemberikan pelayanan dan
per lindungan kepada masyarakat. Di samplng i tu juga diperlukan
penatadn kewenangan yang rasional dlantara jajaran dan perangkat aparatur negara terkait melalui koordinasi untuk mewujudkan
kerjasana dan sinergi yang menghasilkan gerak aparat yang efektif dan efesien dalarn mencapai sasaran pembangunan.
Pimpinan PANSUS, Saudara ~~nteri, dan
Para Anggota yang saya hormati,
Dalam RUU tentang Kepabeanan seluruh Fraksi telah
rnenyepakati bahwa asas selesesment berarti memberikan kewenangan kepada pengguna jasa kepabeanan untuk melengkapi member i tahuan
pabean dan per hi tung an serta pembayaran bea masuknya sendir i 1
dengan demikian tanggungjawab atas pelaksanaan kewajiban pabean
berada di tanyan angyota masyarakat, sedangkan fungsi pejabat bea
dan cukai rnelakukan penelitian, perneriksaan dan pengawasan.
Dalam Pasdl 3 RUU tentang Kepabeanan disebutkan bahwa
pemer· iksaan pabean dilakukan terhadap semua barang import dengan
penJe.l.asan bahwa pemerlKsaan dokumen dilakukan seluruhnya,
sedangkan pemeriksaan fisik dilakukan secara selektif jelas bahwa
RUU ini liddk secara pasti menyebutkan sistim pemeriksaan pabean,
apakah prins.ipment expection atau underraiwel inspection. Dengan
-
- 22 -
P~mahamdn tersebul maka RUU ini menyerahkan sepenuhnya kepada Menter·i Keuangan untuk mementukan metoda atau cara pemeriksaan pabean yang akan dipergunakan.
Dalam pada i tu FKP rnenganggap perlu menyampaikan sikapnya
terhadap pemriksaan pabean agar Pernerintah memperhatikan kecepatan arus barang dalam melaksanakan kewenangan pemerik-saannya dan melengkapi pemeriksaan tersebut dengan penawasan
melalui osclearend audiet yaitu pemeriksaan atas pembukuan, surat menyurat, calatan serta persedian barang.
Hal ber·ikut yang perlu dikemukakan adalah tentang Lembaga Banding, FKP menyambut dengan gembira keberadaan lembftga ini, sebab merupakan refleksi dari niat baik untuk negakkan keadilan terhadap kemungkinan adanya keputusan Direktorat Jenderal yang
tidak proposional, tidak adil dan tidak sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku. Walau pun demikian sebagai latar
belakang dipaharni pula bahwa keberadaan Lembaga Banding sebagai
institusi penegak keadilan bersifat sementara dengan pengertian
segera akan dibentuknya satu Badan Peradilan Pajak sebagaimana
dirnaksud Undang-unddng Nomor 9 Tdhun 1994 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan. Selanjutnya ijinkanlah kami menyinggung secara singkat
tentang sanksi admintrsai berupa denda adrninistrasi yang cukup
berat dan merupakan hal baru dalam RUU ini. Hal tersebut dilandasi atas keadilan dan keseimbangan serta kepastian penerimaan negara dan irnplikasinya terhadap pelaku ekonomi untuk
rnelaksanakan seluruh peraturan perundang-undangan ini secara benar.
Di bidang cukai kami berpendapat bahwa fisclosofi dasar yang rnelandasi pengenaan cukai mempunyai tekanan yang berbeda dengan
kepabeanan, oleh karena maksud utama pengenaan cukai adalah untuk
membatasi produksi dan komsumsi peredaran barang kena cukai, maka
akibat logisnya pelanggaran terhadap ketetuan Undang-undang
tentang Cukai dikenakan sanksi administrasi yang lebih berat dari
pada RUU ten tang Kepabean. Sehubungan dengan tar if cukia yang diusulkan oleh Pemer imtah setinggi-tinC44iJinya seratus lima puluh per sen ( 150%) dar i harga dasar. Setelah dilakukan pembahasan
secara rnendalam tentany aspek penerimaan negara dengan aspek
pembatan peredaran barang kena cukai dipihak lain, maka dalam RUU
tentang Cukai FKP menegaskan perlunya dilakukan pembatasan peng-
gunaan bahan-bahan yang dapat menggangu kesehatan masyarakat I
kearnanan dan ketertiban. OLeh karena i tu FKP mengusulkan agar
tarif cukai setinggi-tingginya dua ratus lima puluh persen (250%)
dari harga jual pabrik atau setara dengan lima puluh lima (55%)
dar i harga jual eceran 1 kedua car a per hi tung an tersebut adalah
1
1
1
1
1
1
1
-
- 23 -
merupakan patokan dasar bagi Pemerintah untuk menetapkan
selanjutnya. Namun yang terpenting adalah bahwa untuk menjamin
pengawasan terhadap pernasukkan uang negara ser t pernba tasan
produksi dan komsumsi oleh masyarakat, maka cara pengenaan cukai
dengan cara pelekatan pita cukai adalah yang paling dapat
menjamin dan memudahkan pengawasan. Untuk itu FKP mengharapkan
agar dimasa mendatang secara bertahap Pemerintah menggunakan cara
pelekatan pita cukai bagi seluruh jenis barang kena cukai selain
etil alkohol.
Dalam pengenaan tarif cukai tersebut FKP sependapat dengan
Fraksi-fraksi lain agar Pemerintah dapal rnenggunakannya searif
sebijaksana mungkin dengan mempertimbangkan rasa keadilan bagi
konsumen dan perlindungan bagi pengusaha kecil dengan menggunakan
strata yang tidak terlalu banyak bagi produk basil tembakau.
Sej~lan den~an pemikiran itu bahwa karena cukai karena beban
konsumen dan bukan pengusaha, rnaka FKP sependapat dengan
diberikannya fasilitas penundaan pembayaran bagi pembayaran pita
cukai selarna tiga (3) bulan, karena pada dasarnya adalah untuk
membantu pengusaha kecil.
-
I
r
ri\P.
rPDJ
- 24 -
Sclanjulnya izinkanlah kami menyinggung secara singkut lcntang Penyidikun.
K c llu a I{ 1111 can gun lJ n d aug-U u dang i n i me m lJ c r i k an w c w c 1111 n g k h u s u s kcpada Pegawai Ncgeri Sipi I tertcntu di I ingkungan Direktorut .Jcnderal Dca dan Cukai untuk bcrtindak scbagai Pcnyidik :;ebagaimana dirnaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 t.enlang llukum /\cara Pidana. Pcjabat Pcgawai Negcri Sipil yang bersaJtgkula.fl mcmbcrilahukan dimulainya pcnyidikan dan mcnyampaikun hasilnya kcpadu Pcnuntut Umum, Frak:>i Karyn t'embaugunan scpcndapal dcngara rumusan ini scbab k.ouko.rdan \h~ugan Undaug·-undang Nomor 9 Tahun 1994 t
-
- £:>5 -
Pansus sebagai berik.ut
I. YHYH
Berbicara teutang RW Kepabeanan dan CUkai yang diajukan Pemer.i.ntah kepada Dewan sebagaimana telah kita bahas bersama adalah merupakan kewajihan dan tugas konstitusional sesuai dengan sistim UUD 1945.llal ini juga merupakan bukti kesiapan kita sebagai negara bangsa
-
I I
- 26 -
cukai dengan pemilik barang inq;x>r atau kuasanya. Sudah merupakan naluri para {'engusaha atau siapa sajapun tmtuk selalu berusaha mem-perk.ec.il beban pengeluaran atau beban finansialnya. Sedangltan sesung-gulmya yang paling mengetahui nilai transaksi inq;x>rtasi itu adalah .iDportirnya sendiri akibat dari penerapan self assesment. Praksi PDI berpendapat, pada akhirnya yang menentukan keberhasilan pelaksanaan Pasal 3 ini adalah terpulang pada integritas atau kejujuran aparatur Bea dan Cukai. Maka dari itu Fraksi PDI uengharapkan agar upaya meningltatkan kadar ~jujuran pejabat Bea dan CUkai barus senantiasa dilakukan, antara lain d~ngan cara meiJI)erbaiki kesejahteraan dan meninglt.atkan kemaiii'WUl profesionalnya, serta menindak tegas setiap pelan9uaran atauptnl penyelewengan yang terjadi.
FraksJ POI borpendapat bahwa pemerlksaan fisik atas barang inq;x>r dapat dilalwkan secara selektif dengan konpmsasi harus dilakukan post clearenco audit. Oleh karerJa nilai transaksi iqlortasi sebenar-nya yang mengr~tahui adalah i.nportirnya sendiri, maka surat pemberi-tahuan pabean yang dibuat oleh i.JIIx>rtir atau Jwasanya harus dapat dibuktikan kebenarannya oleh pihak pembuat surat pemberitahuan pa-bean.
Pasal _1
Pasal 4- baru r;ebagai pengganti ruDIJSan pasal 3 ayat (2) RUU menetap-kan ketentuan terhadap barang ekspor. Pada prinsipnya terhadap barang ekspor hanya dilakukan penelitian dokumen. Hanya dalam hal tertentu saja dapat dilalwkan pemeriksaan fisik atas barang ekspor.
Fraksi PDI berperklapat ketentuan pap.al 4 baru RUU Kepabeanan ini sudah tepat. Walaupm sesungguhnya rullllSan pasal 3 ayat ( 2) RUU Kepabenan itulah yang jauh lebih maju dan prinsipial. Pemeriksaan pabean terutama fisik terhadap barang ekspor mamang tidak diperlu-kan, karena disaJ~~>i.ng dapat menghambat kelancaran barang ekspor yang justru sedang didorong habis-habisan untuk dit~kan juga terhadap barang ekspor memang tidak ai k.epada perbankan.
Pasal_6 baru (Pasal 4 RW) :
"Terhadap barang yang di:iqx>r atau diekspor, berlaku segala ketentuan yang diatur dalam U'ndang-undang ini.11 •
Fraksi PDI menyetujui. IUlllSan ketentuan Pasal ini atas dasar :
1. Pengalaman UU No. 14 Th. 1992 tentang LALU LINTAS JALAif RAYA, temyata karena tidak ada Pasal ketontuan bahwa terhadap lalu li ntas jal an raya berlaJm segala k.etentuan yang diatur dalam UUl.LJR maka pihak-pihak. terkait, seperti Kepolisian dan DLLAJR, me1·asa masih bisa menerapkan ketentuan-k()tentuan yang lain, yang belum termuat dalam UULI.JR, akibatuya realisasi pelaksanaan UULLJR hingga sekarang masih sering dijunpai "ketidak beresan" yang tempo-teupo meresahkan JP.asyarakat.
-
- 27 -
2.. Ternyata "bidang kerja" Kepabeanan cukup menggiurkan, sehingga sering menarilt mi.nat :i.n&tansi/pihalt lain wtuk juga "ambil bagian" seperlunya; mal'..a dengan adanya rumusan ketentuan Pasal 6 ini atau (PlUlal 4 RUU), altan terdapat Tertib HuJwm dan Kepastian Hukla.
Pasal 12
Pasal 12 RUU KepaQeanan menetapkan tarif setinggi-tingginya atas barang inpor adalah 40 (e~'at pul.uh) persen. Angka 40 (eupat puluh) persen in:i secungguhnya relatif sangat tinggi bila dibandingkan dengan tarif tertinggi 1Tang DJam diwujudkan 0 (nol) saiJilai 10 (sepu-luh) persen dalam lterangka porjanjian bai.k regional maupun interna-oional.. Tarif yang setinggi-tingginya 40 (enpat pulub) persen .i.tu akan memberikan poluang kevada Pemer.intab wttuk memberikan proteksi kepada produk-prodult tortentu milik tlari pengusaha tertentu. Fraksi PDI mengharapknn agar Pemerintah tidak menll8rgunakan tari.f bea masuk yang tertinggi itu apabila tidak untuk ''~ebesar-besar kemaknllran rakyat", kepentingan sosial dan ekonomi rakyat banyak:. Fraksi PDI berpendapat tarif boa ma3ult yang tinggi hanya akan meningkatkan upaya penyeluOOupan.
Pasa1 ~4
Pasal 54 RUU yang telilh diseu{>umakan tentang pengendalian i.mpor dan ekspor bcu:ang-lxu:auy hauil pelanggaiau merek dan hak cipta, yang nenjadi hasil pelanggaran Ilak atas Kekayaan Intelektual telah meap-erluas ruang ling)wp yang akan dikeudalikan. Fraksi PDI dapat meneri-rna perluasan r.uang lingkup pangendalian inlPOr dan eksr.:or barang-barang haoil pelahggaran hak: atas ltGJtayaan intelektual itu. Oleh karena dengan d(,'lftiJti.an kita telah dapat berperan serta menegakkan keadiluu hukum dalam melalwl~an kegiataa bisnis atau dtmia usaha.
Dalam ketentuan P'lnal 54 RUU Kepabeanan itu ditetapkan bahwa yang dapat metJaD.gguhJ~ semontara .. elmpor dan iut:'or barang-barang basil pelanggaran ha~~ atan keJtayn~ intelel'"lual adalah Ketua Pengadilan Negari atas pe:r:m.intaan/ t"ya:t·atan kepada penggugat untuk memberikan jaminan, tindaJmu pengaduan atas pelauggaran llak Atas Kekayaan Inte-lektual tcrseh.It menjadi tiduk akan semena-mena. Selain Ketua Pengad-i13tl Ncgeri, dongan alasan tindakan jabatan, Pejabat Bea dan CUkai juga df\Pat mena•·•gguhkan pengeluaran barang. impor atau e.kspor yang terdaJ..>a dan Cukai borwonang meuerik-. sa buku, c-:atatan, surab-menyurat yang bertalian dengan i.mpor atau ekspor, dan pe.rsedian bacang dari orang sebaga.imana di.maJmud dalam Pasal 50 unt.uk kepentingan audit dibidang kepabeanan.Fraksi PDI
-
r-1
I
I
- 28 -
berpeOOapat bahwa audit dibidang KepabeaJ tan ti.mbul sebagai konsekuen-si diber lalrukannya sistim self assesment dalam pengisian Sur at Pembe-ritahuan Pabean. Rumusan Pasal 86 diJnaksudkan untuk menegaskan kewenangan Pejabat Bea dan CUkai. melakukan pemeriksaan pembukuan atas barang inpor dan ekspor setelah J1\elll)erolch clearance dikeluarkan dati Kawasan Pabean. Jadi pemeriksaan peml.'ukuan itu hanya dimalarudkan ootuk memperoleh kebenaran atas transa1tsi inp>r 1 tmtuk membuktikan kebenaran pemberitahuar• pabean yang dilutung sendiri oleh pcmilik barang. Sedangkan pemeriksaan pembukuan atas barang ekspor 1 kepentingrumya bukan \Bltuk penetapan bea ekspor I oleh Jtarena terhadap barang ek.spor tidak dikenakan pembebanan bea atau pajak ekspor. Kepentingan utama pembukuan barang ek.spor adalah Wltuk penetapan pajakl khususnya PPh. Sebagaimana telah kita ketahui. bersama bahwa baik terbadap nilai transaksi impor mauptm ekspor ada kecendenmgan \.Ultuk merendahkan ni.lai transaksinya. Kalau terbadap impor tujuannya untuk meJll')erke-cil bea masuk. Sedangkan terhadap ekspor · ditujukan Wltuk meJII)erkecil pendapatan/ penghasilan kena pajak. Guna merekayasa maksud tersebut biasanya perusahaan yang bertirdak sebagai inlx>rtir atau eksportir di luar negeri itu ada1ah perusahaan yang menjadi milik dari importir atau eksportir dalam negeri ki.ta. Maka dari itu apabila pemeriksaan pembukuan, catatan-catatan dan surat menyurat termasuk bukti-bukti transfer dan L/C dari perbankan tidak dilakukan pemeriksaan secara kclll>rehensif 1 tujuan pemeriksaan tidak: aJc:an mencapai sasaran. Disaup-:i.ng itu yang juga harus menjadi kewaspadaan kita dengan sunggub-sungguh atas pelaksanaan Pasal 86 ini adalah terhlk.anya keseopJ.tan melak.ukan kolusi dan korupsi.
Da1am h\Jbungan itu ·Fraksi PDI menyarankan dan mengharapkan agar pengawasan dan pemeriksaan eksternal atas pelaksanaan wewenang Peja-bat Bea dan CUkai tmtuk melalwkan pemeriksaan buku dilaksanak.an secara optimal.
III. RUU DNTANG CUKAI
1. Konsideran Menimhang Motivasi yang di.pergunak.an dalam menyus1m RUU cukai adalah peraturan peruOOang-\Dldangan cuJtall yang selama ini dipez·gunakan sebagai dasar peJII.IllgUtan cukai 1 tidak sesuai lagi dcngan pcrkembangan huktUD dan perekonomian nasional. Fraksi PDI berpendapat bahwa aoti vasi ini sudah tepat oleh karena perkembangan hultLD dan perekonomian nasional. kita memmtut agar ada keterkaitan yaug erat antara perkernbangan huk1u dengan perekonomian global. Seluruh penmdang-Ul¥Jangan kita harus berdasarkan kepada_ Pancasila dan UUD 1945. Konstatasi· bahwa dasar hukum pemungutan cukai yang dilierlakukan selama ini adalah atas dasar 5 (lima) ordonansi yang di}iuat oleh Pemerintahan Hindia Belanda yang usianya rata-rata sudah 100 (seratus) tahun yang lalu sudah pasti tidak sesuai dengan ketentuan-ketentuan dasar atau pokok-pokok pik:i.ran yang tertera dan terkandtmg dalam Pancasila dan UUD 1945 yang bei'JIIlara pada perwujudan k.eadilan sosial bagi seluruh rakyat. SUbstansi konstatasi ini sepenuhnya dapat disetujui olch Fraksi PDI, dengan alasan karena sikap politik yang mendasar dan strategis bagi PDI sejak bordiri pada tahun 1973 adalah menumbuh kembangkan semangat Orde Baru untuk melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 seca:ra Dl.li1li dan konsekuen.
Dengan diberlakukarmya RUU CUkai 1 berarti :
-
- 29 -
a. Bar altllirnya Hu1t.Um Kolonial di bidang CUkai dengan segala peraturun pnlalc:an~mnya yang bersifat c.liskrimi.Itatif.
b. Kitu nemilild Undang-wulang di bidang CUkai yang telah menanpung ber·bagai kekosongan yang tidak diatur oleh perundang-umangan sobolumnya, dan terpenting adalah UOOang-undang ini bernafaslcan rums keadilan dan kr.seimbangan, berisi berbagai pri nrdp yang di b:-~;rusk~ sesuai tuntutan dan tantangan pembangu-nan s~rta memililti j'-1ngk.,uan antisipasi jauh k.edepan.
c. Munt.'"U 1 nya t. antangan dan hnrnpan baru dalam proses pentLangunan naslonaf k.b~:;usnya d.i bidong KouarJuan lt9gara yang hd:rua dijawab se~:ua arif dan bijaJ~ana agar m:'m!Alabkau basil yang positif dan konkrit, bail; kuantitatif maupun Jwalitatif.
2. Perwmbal~n atau 1~a:.1gan Bn.rang Kena CUkai Penambahan atau pengt~nr.n Bru:ang Kena C1.1k:ai seuagaiJ\lana diatur dalam Pasal ~ ayat { ~) RUU tentang CUkai pada priru;.ipnya bagi Ft·aksi PDI harus d·~ngan Un .. bng···undang. llal ini mengacu pada Pasal 23 UUD 1945. Oleh lt.ru:·nna Penambahnn Barang Kena Cuka.l a.d.alah puugutan yang membe-bani masyarakat, maka harus ditetapkan dengan Undang-undang. Begitu pula Barang Kena CUkai yang telah ditetapkan dalam Pasal 4 ayat (1) RUU tentang CUkai. Secara juridis-formal apabila ada Penambahan atau Pengurangan Barang Kona CUJta.i seb'-Igaimana diatur/ditetapkan pa.da Pasal 4 ayat (1), harus mE>lalui Uncl:my-·undang huJ'-&1 melalui Pe1aturan PeD:)r:intah yang d:i. dalam ponot;Jpat.ul~,-a tidak: melalui/tidak memerlukan Parsetujuan DPR. Nanrun demi.kian Fraksi PDI mengbormati kesepakatan bersama yang tolah
-
- 30 -•
perusahann dian I ru~anya 680 perusaha.c."'Ul Jtecil yang masih memerlu1t£Ul fasilit;.u~ penumlaun tersebut, mesld.pun demiltitln Fra1tsi PDI tetap mengharapkau kepada Pemerintah untuk menggunakan pentmdnan tlaktu itu sepen
-
- 31 -
Pemerintah meningkat~an mutu pengawasan yang makin tepat,
agar tidak terjadi lagi peredaran liar minuman-minuman keras yang
akhir-akhir inimakin marak sebagai hasil produksi liar dan penye-
lundupan.
Terakhir penutup atas dasar pandangan, saran dan pendirian-
psndirian tersebut diatas. ~
Kami atas nama FPDI dengan ini menyatakan menyetujui RUU
tentang Kepabeanan dan RUU tentang Cukai hasil kerja Panja
tersebut diteruskan pada pembicaraan tingkat VI Sidang Paripurna
untuk pengambilan Keputusan akhir.
Akhirnya FPDI sekali lagi menyampaikan terima kasih kepada
rekan-rekan FKP, FABRI, FPP dan Pemerintah serta seluruh staf
Sekretariat DPR-RI maupun Departemen Keuangan sebagai pendukung
dari pada Pansus in1 atas pengertian dan kerja samanya sehingga
berhasil menyusun Rancangan Undang-Undang tentang Kepabeanan dan
Rancangan Undang-Undang tentang Cukai sebagai hasil mufakat
bersama dalam suasana penuh kekeluargaan, apabila di dalam disku-
si-dis~usi dan dialog-dialog rekan-rekan kami FPDI ada ucapan
tingkah laku tindakan yang terlontar itu tidak disengaja, tetapi
itu memang sengaja untuk ebaikan kita bersama tertapi apabila itu
terasa menyinggung dan kurang berkenan dihati Bapak-bapak para
Anggota Panja maupun Pansus atas naman FPDI, kami mahan maaf yang
sebesar-besarnya, semoga Allah SWT selalu memberkati jerih payah
kita demi keJayaan nusa dan bangsa.
Merdeka !
Wassalamu'alikum Warahmatullahi Wabara~atuh.
KETUA RAPAT :
Terima kasih, juru bicara dari FPDI dan rupanya FPDI sudah
kehabisan warna merah, terima kasih sekali lagi.
Dan selanjutnya dengan hormat kami persilakan juru bicara
dari FABRI.
FABRI (R.M. PURBA)
Bapak P impinan yang ~:ami horma. ti.
Bapak Menteri dengan jajarannya.
Rekan ••••••.•
-
- 32 -
Rekan-rekan Anggeta Pansus.
Sebelum FABRI menyampaikan pendapat akhir mini,
sedikit jualan bebas, jadi pedagang. Saleh Pak.
KETUA RAPAT :
kami ada
Silakan, harga jual Pabrik atau hanya jual Eceran pak.
FABRI (R.M. PUR8A)
nanti kita pertimbangkan perlu diperiksa secara khusus atau
perlu dikasih pita Cukai.
KETUA RAPAT
Silakan.
FABRI (R.M. PURBA)
Oleh Bapak Ketua tadi disampaikan untuk menyampaikan pendapat
a.khir mini,
kan supaya
ka.lau istilah ini ada dala.m RUU FABRI pasti mengusul-
perkataa.n mini itu dicantumkan dalam Bab 1 Pasal 1
tentang Ketentua.n.
Karena kalau kita lihat alat angkut misalnya, itu kalau kita
urut da.ri besa.r ke kecil itu mulai dari bis Kota, atau Patas,
kemudian Metro mini, dari Metro mini lebih kecil lagi Mikrolet,
setelah Mikrolet, Baja.j.
Jadi Pendapat Akhir mini ini kalau disejajarkan dengan bis
maka kira-kira dia dibawah bis kota, tetapi di atas Mikrolet.
Ini kami sampaikan karena sebenarnya pernah kami jual dulu
oleh FABRI, pada periode yang la.lu. Dan sekarang kami ingin jua.l
lagi Pak.
Kalau kita amati proses pembahasan suatu Rancangan Undang-
Undang menjadi Undang-undang, dimana tahap pertama Rancangan
Undang-Undang disampaikan oleh Pemerintah dengan amanat Presiden
serta menunjuk Menteri yang mewakili Pemerintah, setelah sampai
di DPR-RI di bahas dalam Plena pada pembicaraan tingkat I itu-
diantar oleh Pemerintah dengan memberikan keterangan Pemerintah.
Kemudian kita memasuki pembicaraan tahap tingkat II Juga di
Plene DPRI disitu disampaikan pemandangan umum fraksi-fraksi,
yang sebenarnya pemandangan umum para Anggota dan dilanjutkan
dangan jawaban Pemerintah terhadap pemandangan umum, pemandangan
umum nanti akhirnya yang juga disampaikan di Plene fraksi adalah
pendapat akhir fraksi-fraksi.
J ad i .......... .
-
I
I
- 33 -
Jadi pemandangan umum para Anggota
fraksi ditutup dengan pendapat akhir
yang disampaikan per
fraksi-fraksi, setelah
pembicaraan tingkat II kita memasuki pembicaraan tingakt III, itu
diantar dengan pengantar musyawarah fraksi-fraksi, kemudian ada
mekanisme baru ada jawaban Pemerintah, jadi setelah diantar oleh
pengantra musyawarah fraksi-fra~si dan diberikan jawaban oleh
Pemerintah, Pansus mulai membahas dengan segala mekanismenya
sampai paa tingkat Panja, Timus, Sinkronisasi dan sebagainya.
Sehingga pada akhir pembahasan di tingkat Pansus kita namakan
dengan pendapat akhir mini, perkataan mini ini yang kami coba
untuk kita renungkan, apakah mini itu sama dengan ukuran bis
tadi, ataukah mini ini sama dengan rok mini, kalau ada mini,
nanti apakah ada pertanyaan tidak mini, atau maksi atau seba-
gainya. Jadi kalau kita kembali ke pembahasan Pansus diantar
dengan Pengantar Musyawarah, maka menurut kami setelah kita
bermusyawarah maka yang terakhir adalah hasilnya musyawarah, jadi
hasil musyawarah ini boleh kita katakan sebagai kesimpulan musya-
warah, oleh karena itu FABRI tidak menggunakan istilah Pendandat
Akhir Mini, tetapi mengguna~an istilah Kesimpulan Musyawarah,
karena kita memasuki Pansus dimulai dengan Pengantar
kita bermusyawarah, ada hasilnya yang kami namakan
musyawarah.
Musyawarah,
kesimpulan
Demikian pak, ini suatu jualan murah dan logis, tetapi kita
tidak perlu cukai, tidak perlu ada pemeriksaan, mohon barangkali
untuk Pansus-pansus berikutnya dapat kita pertimbangkan jualan
FABRI ini.
Demikian Pak ~:etua selanjutnya kesimpulan musyawarah FABRI
akan disampai~an oleh Saudara Yang terhormat Situmorang, terima
kasih pak.
FABRI (Drs.M. SITUMORANG)
Yang terhormat Saudara Pimpinan Pansus.
Yang terhormat Menteri Keuangan yang mewa~ili Pemerintah
beserta staf.
Yang terhormat Anggota Pansus.
Serta Hadirin yang berbahagia.
Pada kesempatan ini marilah kita panjatkan puji dan syukur
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya sehing-
ga kita dapat melaksanakan sidang Pansus pada hari ini dalam
keadaan sehat dan wal'afiat, setelah berhari-hari kita membahas
Rancangan ••••••••
-
- 34 -
Rancangan Undang-Undang tentang Kepabeanan dan Rancangan Undang-
Undang tentang Cukai bai~ diforum Pansus Panitia Kerja atau Panja
Tim Perumus sehingga T1m Sinhron1sasi, tibalah saatnya sekarang
pada tahap pengambilan keputusan tingkat Pansus.
FABRI berpendapat bahwa pembahasan itu disetiap forum telah
berjalan lancar dilandasi semang~t bermusyawarah yang tinggi
untuk mencapai mufakat, sehingga menghasilkan rumusan yang ter-
baik bagi Rancangan Undang-Undang ini.
Walaupun demikian tidak jarang terjadi pembahasan yang alot,
sehingga pembahasannya sering ditunda, penundaan pembahasan atau
pending ini terjadi karena masing-masing fraksi berkeinginan
merumuskan Rancangan Undang-Undang ini dengan muatan dan rumusan
yang terbaik demi kepentingan penegakan hak-hak negara di bidang
Kepabeanan dan Cukai dengan memperhatikan kepentingan masyarakat
luas, namun pada akhirnya semua fraksi dapat mencapai mufakat
yang bulat melalui mekanisme lobbi.
Pembahasan di forum Timus dan Sinkronisasi tidak banyak
mengalami hambatan, dan dapat berjalan lancar sesuai kewenangan
kedua forum tersebut, kegiatan Timus dan Sinkronisasi dapat
selesai sesuai jadwal yang telah ditetapkan sebelumnya.
Selanjutnya perkenankanlah kami, dalam kesempatan yang berba-
hagia ini mengulas sedikit beberapa hal atau permasalahan yang
berkembang selama pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang
Kepabeanan dan Rancangan Undang-Undang tentang Cukai ini, antara
lain ..
Pertama, Perihal pengertian atau istilah yang digunakan dalam
RUU tentang Kepabeanan dan RUU tentang Cukai, FABRI mengusulkan
sebanyak 5 butir istilah yang tercantum baik di dalam Satang
Tubuh maupun di dalam Penjelasan RUU tentang Kepabeanan dan
tentang RUU Cukai yang perlu dicantumkan dalam Bab Ketentuan Umum
Pasal 1.
Setelah melalui pembahasan Panja, maka sebanyak 4 butir dapat
disetujui yaitu pengertian Kantor Pabean, Pas Pengawasan Pabean,
Kewajiban Pabean, dan Pemberitahuan Pabean pada RUU tentang
Kepabeanan, Pada RUU tentang Cukai telah dilakukan penyempurnaan
pengertian tentang Tempat Penyimpanan.
FABRI berpendapat, dengan mencantumkan istilah-istilah di
atas diharapkan akan lebih memudahkan bagi masyarakat untuk dapat
mengerti dan memahami Rancangan Undang-Undang tentang Kepabeanan
dan Rancangan Undang-Undang tentang Cukai, sehingga dapat
diharapkan pelaksanaannya nanti akan lancar.
Kedua, .•.••••.
-
- 35 -
Kedua, perihal penjelasan yang bersifat normatif atau yang
bersifat mengatur dalam Rancangan Udnang-Undang tentang Kepabea-
nan dan Rancangan Undang-Undang tentang Cukai, dalam beberapa
rumusan penjelesan terdapat substansi yang bersifat megnatur atau
normatif, untuk itu FABRI mengusulkan agar esensi yang bersifat
normatif atau yang bersifat mengatur yang tercantum dalam penje-
lasan dimasukkan dalam Satang Tubuh,
FABRI menyadari bahwa bagian penjelasan tersebut muatannya
terlalu panjang untuk dirumuskan di dalam Satang Tubuh, sehingga
sebagian tetap dalam penjelasan pasal yang
rumusan kalimat yang isinya, memberikan
Batang Tubuh.
bersangkutan dengan
penjelasan terhadap
Ketiga, Perihal sangsi terhadap pelanggaran dalam Rancangan
Undang-Undang tentang Kepabeanan dan Rancangan Undang-Undang
t~ntang Cukai.
FABRI berpendapat, pemberian sangsi atas pelanggaran Undang-
undang ini baik sangsi adminsitrasi berupa denda, maupun sangsi
pidana harus mampu menimbulkan kepatuhan dan membuat jera si
pelaku, sangsi yang diberikan harus sesuai kesalahannya.
FABRI mengusulkan, perlu penyusaian penataan rumusan sangsi
yang tersebar di beberapa pasal, seperti halnya sangsi terhadap
tidak memenuhi kewajiban menyediakan buku dan catatan untuk
diperiksa, akhirnya dapat dicapai ~esepakatan untuk menyempurna-
kan Satang Tubuh pasal-pasal terkait dan memberikan penjelasan
yang cukup dalam penjelasan pasal.
Keempat, perihal kewenangan pejabat Bea dan Cukai untuk
meminta bantuan angkata bersenjata dan instansi lainnya, kewenan-
gan pejabat bea dan cukai untuk meminta bantuan angkatan bersen-
jata dan instansi lainnya baik dalam RUU tentang Kepabeanan
maupun dalam RUU tentang Cukai.
FABRI berpendapat perlu perubahan kata "berwenang" untuk
diganti dengan "dapat", usul ini mengacu kepada Undang-undang dan
ketentuan yang lain yang berkaitan dengan masalah pengarahan H.
Perkataan berwenang untuk dapat menimbulkan berbagai penaf-
siran, karena pengertiannya sangat luas dan dapat diartikan
mendapat hak dan kekuasaan untuk melakukan sesuatu.
FABRI menganggap, bahwa usulan rumusan Rancangan Undang-
Undang tentang Kepabeanan dan Rancangan Undang-Undang tentang
Cukai yang berbunyi "Dalam melaksanakan tugas berdasarkan undang-
undang •••.•••••
-
- 36 -
undang ini Pejabat Sea dan Cu~ai dapat minta bantuan Angkatan
Bersenjata dan instansi lainnya sudah tepat••.
FABRI memahami permintaan batuan ini dikaitkan dengan kondisi
Geagrafi negara kita yang memiliki garis pantaian yang sangat
panjang.
Kelima, perihal nyedi~ian dalam Rancangan Undang-Undang
tentang Kepabeanan dan Rancangan Undang-Undang Cukai.
Pasal 117 Rancangan Undang-Undang tentang Kepabeanan dan
Pasal 63 Rancangan Undang-Undang tentang Cukai memuat rumusan
mengenai kewenangan khusus sebagai penyidik PPNS dilingkungan Sea
dan Cukai sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun
1981 tentang Hukum Acara Pidana untuk melakukan penyidikan tindak
pidana di
memerlukan
penundaan.
menjelaskan
bidang Kepabeanan dan Cukai, pembahasan pasal ini
waktu yang panjang bahkan mengalami beberapa kali
Pada pembaha5an di furcm Pansus, Pemerintah telah
bahwa penerimaan bea masuk barang import, maupun
penerimaan cukai atas barang kena cukai, adalah merupkan
maan negara berupa Pajak, dimana Sea masuk dan juga
merupakan pajak tidak langsung, oleh karena itu perlakuan
peneri-
tersebut
terha-
dap pengamalan atau penjamin penerimaan negara terhadap be masuk
dan cukai tersebut perlu diperlakukan yang sama dengan Pajak.
Disamping itu penyidikan di bidang Kepabeanan dan di bidang
Cukai memerlukan keahlian khusus, karena Kepabeanan maupun Cukai
memiliki ciri-ciri khusus sebagai halnya pajak. Dari pertimbangan
tersebut forum Pansus maupun Panja RUU Kepabeanan dan Panja RUU
Cukai sepakat untuk membahas masalah penyidik mengacu kepada
Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 yang telah dirubah dengan Un-
dang-undang Nomor 9 Tahun 1994 tentang Ketentuan Umum dan Tata-
cara Perpajakan.
Walaupun demikian pembahansan Satang Tubuh dan Penjelesannya
belum berjalan mulus dan pembahasan di tingkat Pimpinan Pansus
dan Pimpinan Fraksi-fraksi bersama Pemerintah dengan semangat
musyawarah untuk mencapai mufakat untuk memperoleh rumusan yang
terbaik, bagi ~edua Racangan Undang-undang ini Panja dan Timus
masing-masing Rancangan Undang-Undang sepakat untuk merumuskannya
sebagaimana yang dirumuskan dalam Undang-undang tentang ketentuan
Umum dan tatacara Perpajakan.
Keena.m ....•.•••••
-
- 37 -
Keenam, masalah atau perihal Pemeriksanaan Pabean terhadap
para impor dan penelitian dokumen terhadap barang ekspor dalam
Rancangan Undang-Undang tentang Kepabeanan.
FABRI berpendapat, bahwa pengawasan kegiatan keluar masuk
barang ke dalam wilayah Indonesia merupakan upaya penega~an
kedaulatan negara, sehinggd perlu diadakan pemeriksa.
Pendapat yang sama juga disampaikan oleh FKP dan FPP, dalam
pembahasan substansi ini, akhirnya semua Fraksi dan Pemerintah
dapat menerima dasar pemikiran tersebut.
Namun demikian untuk mengantisipasi perdagangan bebas pada
masa yang akan datang dan memperlancar arus barang serta mening-
katkan eksport non migas, maka perlakuan pem~riksaan terhadap
ekspor dan impor dibedakan tanpa mengurangi kedaulatan negara.
Atas kesepakatan bersama diputuskan Pasal 3 Rancangan Undang-
Undang tentang Kepabea.nan dirubah dengan memecah menjadi 2 pasal
yaitu Pasal 3 baru, dan Pasal 4 baru.
Pasal 3 baru, mengatur perlakuan pemeriksanaan Pabean terha-
dap barang impor, melip~ti penelitian dokumen dan pemeriksaan
fisik barang secara selektif.
Sedangkan Pasal 4 baru, mengatur terhadap barang ekspor
merupakan penelitian dokumen, sedangkan dalam hal-hal tertentu,
Menteri dapat menetap~an pemeriksanaan fisik atas barang.
Ketuj uh, peri t-1a 1 pengawasan terha.dap pe 1 anggaran
kekayaan intelektual dalam RUU tentang Kepabeanan.
ha.k atas
FABRI mendukung sepenuhnya upaya Pemerintah melakukan pemba-
haruan hukum di b1dang Kepabeanan dalam bentuk Undang-undang
tentang Kepa.beanan. Materi rencangan Undang-undang tentangn
Kepabeanan ini diharapkan mengakomodasi ketentuan dalam WTO yang
telah diratifikasi dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994.
Oleh sebab itu FABRI berpendapat ca~upan tuqas Kepabeanan
dip~rluas tida~ hany~ memungut bea masuk dan mengawa.si arus
lalulintas barang, tetapi juga melakukan pengend~lian terhadap
impor a.tau ekspor bara.ng-barang hasil pelanggaran hak atas ke-
kayaan intelektual.
Dengan demikian FABRI mengusulkan rumusan Bab X muatannya
diperluas tidak hanya mengenai merek dan hak cipta, tetapi duru-
bah menjadi hak atas kekayaan intelektual, hal ini dimaksudkan
untuk mengantisipasi munculnya hak-hak lain dala.m lingkup hak
atas kekayaan intelektual yang perlu diawasi impor atau ekspor-
nya, pendapat yang sama juga disampaikan oleh FKP.
Kedepalan •....•.•.••••
-
- 38 -
Kedelapan, perihal tempat penyimpanan dalam Rancangan Undang-
Undang tentang Cukai, FABRI memberi perhatian khusus seperti dua
hal, yaitu eksistensi tempat penyimpanan dan faktor masih berhu-
tang cukai.
Dari rumusan pengertian tempat penyimpanan Pasal 1 Ayat (3)
dapat terlihat bahwa tempat penyimpan tersebut berada di luar
pabrik dalam kenyataannya berada jauh dari tempat kedudukan
pabrik, dan digunakan sebagai tempat penyimpanan etil alkohol
yang masih terutang cukai.
Menurut hemat FABRI ~einginan rumusan pengertian tempat
penyimpanan tersebut beda dengan ~ehendak Pasal 7 Ayat (1),
karena memungkinkan etil alkohol keluar dari pabrik tetapi masih
terhutang cukai, dari dua tempat yang berbeda ini yaitu pabrik
dan tempat penyimpanan baik lokasi maupun pengusaha penanggung
jawabnya tetapi mempunyai fungsi yang sama, yaitu sebagai tempat
penyimpanan etil alhohol yang terhutang cukai.
FABRI berpendapat bawha ~eadaan tersebut a~an menimbulkan
kerawanan dan membutuhkan pengawasan/pengamanan yang ketat hal
ini di dasarkan pada landasan RUU tentang Cukai itu sendiri yang
menggaris bawahi adanya dampak negatif etil alkohol bagi keseha-
tan, lingkungan hidup dan tertib sosial bila salah menggunakannya
sebagai bahan minuman keras.
Hal tersebut dapat terlihat dari banyaknya penggunaan etil
alkohol sebagai campuran minuman keras yang mudah diperoleh dan
dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat, pembahasan
untuk mencapai kesepakatan berlangsung cukup ketat, sehingga
diperlu~an penundaan hingga dua kali, dan akhirnya diperoleh
persamaan pendapat, yang dapat di pahami oleh FABRI, pemahaman
tersebut di dasarkan pada hal-hal sebagai berikut.
Keberadaan tempat penyimpanan dimaksudkan untuk mendekatkan
kebutuhan konsumen etil alkohol sebagai bahan penolong, peminda-
han etil alkohol yang masih terhutang cukai dari pabrik ketempat
penyimpanan dilakukan dengan pengamanan disamping dilindungi
dengan dokumen Cukai, pencantuman secara jelas fungsi tempat
penyimpanan dalam Satang Tubuh Undang-undang.
Kesembilan, perihal penundaan pembayaran cukai atas pemesanan
pita cukai dalam Rancangan Undang-Undang tentang Cukai.
FABRI pada mulanya mempertanyakan apakah perlu ada penundaan
pembayaran cukai atas pemesanan pita cukai selama-lamanya 3
bulan, sejak dilakukan pemesanan pita cukai yang seperti rumusan
Pasal ? .•••••••••
-
- 39 -
Pasal 7 Ayat (5) yang a~hi~nya setelah pembahasan menjadi Ayat
(6), setelah melalui pembahasan masing-masing F~aksi dan Pemerin-
tah FABRI dapat memahami dan menyetujui rumusan pasal tersebut,
dengan pertimbangan bahwa penundaan tersebut merupakan fasilitas
tenggang waktu pembaya~an yang diberikan Pemerintah kepada Pengu-
sahaagar pengusaha dapat menyediakan dana pemesanan dengan waktu
yang relatif cukup dan merupakan kepastian hukum baik Pemerintah
untuk menyed1akan pita cukai maupun bagi pengusaha, untuk meneri-
ma pita cukai yang dipesannya.
Demikianlah permasalahan yang menonjol yang telah mendapatkan
kesepakatan bersamadalam pembicaraan tingakt III.
Selanjutnya FABRI setuju Rancangan Undang-Undang tentang
Kepabeanan dan Rancangan Undang-Undang tentang Cukai ini diajukan
kepembicaraan tingkat VI pada Rapat Paripurna DPRI-RI, untuk
disetujui DPRI-RI.
Sidang Pansus yang be~bahagia.
Dengan be~akhirnya Pansus ini FABRI mengucapkan terima kasih
pada Saudara Pimpinan Sidang, Saudara Menteri Keuangan selaku
wakil Peme~intah, FKP, FPDI, dan FPP yang bersama-sama ke dalam
Pansus maupun dalam P~nja telah menghasilkan naskah Rancangan
Undang-Undang tentang ~epabeanan dan Rancangan Undang-Undang
tentang Cukai yang dapat menampung aspirasi masyarakat dan anti-
sipatif terhadap perkembangan pembangunan yang akan datang.
Ungkapan rasa te~ima kasih ini, kami sampaikan pula kepada
segenap jajaran Sek~at~iat Jende~al DPR-RI, jaja~an Departemen
Keuangan, Sekneg, Mas Media, dan semua pihak yang telah memberi-
kan sumbangan tenaga , pemiki~an atau sa~an-saran guna kelancaran
dan kebe~hasilan pembahasan Rancangan Undang-Undang ini.
Akhirnya pada kesempatan ini kami mahan maaf yang sebesa~
besarnya apabila terdapat ucapan tindakan dan lain-lain yang
kurang berkenan selama proses pembahasan Rancangan Undang-Undang
ini.
Demikianlah kesimpulan musyawarah sebagai kata akhir FABRI,
pada Sidang Pansus ini semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa
melimpahkan Rachmat taufik dan Hidayah-Nya kepada kita sekaian.
Jaka~ta, 7 Desember 1995
a.n. FABRI DPR-RI,
Te~ima kasih
K.E TUA ......•.••..
-
- 40 -
KETUA RAPAT :
Terima kasih Juru bicara dari FABRI termasuk salam
dar1 Situmorang hepada Aberson.
Mengenai tawaran dagangan dari FABRI tadi, saya kira
forumnya kita bicara disini namun perlu direnungkan perlu
asal muasal penggunaan istilah pendapat akhir mini itu dari
khusus
bukan
dikaji
mana
sejarah asal muasalnya yang pasti di tatif tida~ ada, apakah itu
merupakan satu konvensi dengan terminalogi yang tidak tepat saya
kira perlu ada kajian khu~us mengenai itu.
Tapi yang pasti benar forum ini adalah pendapat akhir Fraksi-
frkasi pada tingkat Pansus itu yang paling benar, jadi saya kira
pada waktunya saya kira perlu dibicarakan secara khusus sehingga
apakah itu convensi atau apakah itu bagaimana.
Saya kira dagangan tidak perlu ditawar pada hari ini, terima
kasih dari FABRI.
Dan selanjutnya dengan hormat kami persilahkan juru bicara
dari FPP.
i'JIJI.,,,,
-
- 41 -
FPP (H. MASRUR JAVAS)
Assalamu'alalkum warahmatu1ahi wabarakatuh
Yth. Saudara Pimpinan Pansus,
Yth. Saudara Menteri Keuangan,
Dan Anggata Pansus yang saya hormati.
Marilah kita bersama-sama membacakan segala puJl dan
syuKur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa yang telah memberi
nikmat kepada kita semua, sehingga kita tetap mengikuti sidang
Pansus sekarang ini dengan acara penyampaian kata akhir fraksi-
fraksi dalam Pansus.
Penyampaian kata akhir fraksi-fraksi adalah bagian paling
akhir dari rangkaian pelaksanaan tugas Pansus dalam melaksana-
kan kepercayaan Dewan, untuk melakukan pembahasan tingkat III
atas RUU tentang Kepabeanan dan RUU tentang Cukai.
Rasa syukur kepada Allah Yang Maha Esa atas segala hi-
dayah-Nya dan bimbingan-Nya kepada para anggota. Dan Pimpinan
Pansus, Panja, Timus, serta Tim Sinkronisasi dalam melaksana~an
tugasnya sehingga berhasil menyelesaikan pekerjaannya dengan
tepat pddd waktu yang direncand~an dan mampu menghasilkan
produk yang Insya Allah optimal dalam upaya kesempurnaannya.
Dan diharapkan optimal pula dalam pela~sanaannya.
FPP berkeing1nan agar Undang-undang tentang Kepabeanan
yancJ a~ an ~ l.td ·::;>'·Jh~ .:tn int mdmpu memenuhi ClZdS ~:eadtlan dan
memper t1a t i ~an sungguh--~.Lingguh .:lspek f.: ead i 1 an, netra l i tas,
pemberian insentif, kelayakan administrasi, kepentingan peneri-
maan negara, penerapan pengaw~san Wawasan Nusantara, dan prak-
tek kepabeanan Inlen1asional. era globalisasi perekonomian
dunia dengan ciri utama liberalisasi dalam perdagangan dan
investasi telah memunculkan aspek-aspek baru dalam perdagangan
lnternasional, di mana kepabeanan secara langsung dipengaruhi
dan karenanya harus mampu melakukan antisipasi.
lndiche tarif wet stbl. tahun 1803 nomor 35 rechten
ordonantie stbl. tahun 1882 nomor 240 dan tarif ordonantie
stbl. tahun 1910 nomor 628 yang dilahirkan oleh pemerintah
kolonial Belanda dan untu~ melindungi ~epentingan ekonomi
negeri Belanda sebagai penJajah bangsa ~ita, serta dilahirkan
dalam suasana perekonomi dunia yang terpisah-pisah dan masing-
masing terbatas, cenderung ingin melindungi masing-masing
kelompaknya sendiri secara sempit sudah tentu tidak sesuai lagi
dengan perkembangan sekarang dan yang akan datang.
-
- 42 -
Menurut FPP Undang -undang tentang ~epabeanan yang atan
kita lahirkan harus mampu mengang~at pere~onomian nasional kita
dengan tingkat efisiens1 yang tinggi dan terus mampu memperta-
hankan dan men1ngkatkannya se1aras dengan d1namika perekonomian
dun 1 a r an g j u g a t e r-u s rn en in g k a t e f is i ens in y a •
FPP juga menginginkan Undang-undang tentdng Kepabeanan dan
Cu~ai nantinya juga t1dd~ timbul dalam pelaksanaannya adanya
pengosongan pengaturan, k~rena ada aspek-aspek penting dalam
bidang l
-
- 43 -
tar1f umum maks1mum sudah mencapa1 tingkat 25 % dengan ditetap-
kan tarif maksimum dalam undang-undang ini sebesar 40 %, maka
masih terbu~a terus kemungkinan terhadap barang-barang tertentu
untul~ t 1 t me 1 di-. ul- dn p1211eya ~- k ..:ln hu~. um 1 any tergo long pe 1 anggaran
dan t1ndak pidana.
Dalam melaksanakan Undang-undang Kepabeanan ini, FPP
mengingatkan Pemerintah a~an perlu adanya antisipasi kemungki-
nan nan t 1n y a pene tap an t.Jr· if be a masuk 0 '%. (no 1 pros en) yang
dihubungk.an dengan sanksi admini£.trasi yang ditetapkan dalam
Undang-undang ini ditent~an berdasarkan prosentase atas bea
masuk yang harus dl.lunasi. Memang kalau kita hanya mendasarkan
pengen~an sanksi administrasi berupa denda, karena pelanggaran
atas pengelakan bea masuk tentu bila bea masuk nol prosen, maka
akan hilanglah pelanggaran untu~ mengelakkan pembayaran bea
masuk. Tapi pengaturan yang dimuat dalam Undang-undang
Kepabeanan
-
- 44 -
l
-
--~- ------- ------
- 45 -
rer-had.3p beber-~lpd peng2CUdltdn dtas Barang I
-
,.--
I
- 46 -
dil
-
- 47 -
ordonans~ cu~ai yang selama 1ni berlaku antara lain t
-
,.--
Esa.
--------
PEMERINTAH (DRS. MA'RIE MUHAMAD)
Pimpinan Pansus,
Dan para Anggota Pdnsus yang ~am1 hormati.
Assalamu'alaiukm warahmatulahi wabarakatuh.
Hari ini kembali kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha
Setelah melalui serangkaian Sidang Paripurna, Rapat
Pansus, Rapat-rapat Panja, Rapat Timus, dan Rapat Sinkronisasi
Dewan yang diwakili oleh Pansus ini beserta Pemerintah akhirnya
dapat menyelesaikan pembahasan Rancangan Undang-undang Kepabea-
nan dan Rancangan Undang-undang Cukai, bahkan lebih cepat dari
jadwal yang ditetapkan.
Hal ini dimungkinkan antara lain karena komitmen yang
sangat mendalam dari Dewan, para Anggota Dewan dan Pemerintah
mengenai perlunya landasan hukum kepabeanan dan landasan hukum
cukai yang lebih kukuh yang diperlukan oleh ba