sak hhd
DESCRIPTION
HHDTRANSCRIPT
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
HIPERTENSI HEART DISEASE (HHD)
RUMAH SAKIT DR MOEWARDI
ASTER 5
2013
STANDAR ASHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI HEART DISEASE (HHD)
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Hipertensi adalah keadaan menetap tekanan sistolik melebih dari 140 mmHg
atau tekanan diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg. (FKUI, 2001 : 453)
Tekanan darah berasal dari mekanisme pompa jantung yang mendorong
sejumlah volume darah dengan tekanan yang tinggi agar darah sampai keseluruh
organ tubuh melalui pembuluh darah. Jadi tingginya tekanan darah ditentukan oleh
jumlah darah yang dipompakan jantung (curah jantung) dan diameter pembuluh
darah (resistensi perifer).
Penyakit jantung hipertensi atau Hipertensi heart disease (HHD) adalah istilah
yang diterapkan untuk menyebutkan penyakit jantung secara keseluruhan, mulai dari
left ventricle hyperthrophy (LVH), aritmia jantung, penyakit jantung koroner, dan
penyakit jantung kronis (CHF), yang disebabkan karena peningkatan tekanan darah,
baik secara langsung maupun tidak langsung.
2. Penyebab
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar
yaitu : ( Lany Gunawan, 2001 )
a. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya dan merupakan bagian terbesar sekitar lebih dari 90% penderita
hipertensi. Meskipun belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian
telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi.
Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih
besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
Ciri perseorangan
Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
Kebiasaan hidup
Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
Kegemukan atau makan berlebihan
Stress
Merokok
Minum alkohol
Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain. Sekitar 5 -
10 % penderita hipertensi.
Ginjal
Glomerulonefritis
Pielonefritis
Nekrosis tubular akut
Tumor
Vascular
Aterosklerosis
Hiperplasia
Trombosis
Aneurisma
Emboli kolestrol
Vaskulitis
Kelainan endokrin
DM
Hipertiroidisme
Hipotiroidisme
Saraf
Stroke
Ensepalitis
SGB
Obat – obatan
Kontrasepsi oral
Kortikosteroid
3. Patofisiologi
Patofisiologi dari penyakit jantung hipertensi adalah satu hal komplek yang
melibatkan banyak faktor yang saling mempengaruhi, yaitu hemodinamik, struktural,
neuroendokrin, seluler, dan faktor molekuler
a. Hipertrofi ventrikel kiri
Hipertrofi ventrikel kiri (left ventricular hypertrophy / LVH) terjadi pada 15-
20% penderita hipertensi dan risikonya meningkat dua kali lipat pada pasien obesitas.
Hipertrofi ventrikel kiri merupakan pertambahan massa pada ventrikel (bilik) kiri
jantung. Hal ini merupakan respon sel miosit terhadap stimulus yang menyertai
peningkatan tekanan darah. Hipertrofi miosit terjadi sebagai mekanisme kompensasi
peningkatan tekanan afterload. Stimulus mekanis dan neurohormonal yang menyertai
hipertensi akan mengaktivasi pertumbuhan sel miokard, ekspresi gen dan berujung
kepada hipertrofi ventrikel kiri. Selain itu aktivasi sistem renin-angiotensin akan
menyebabkan pertumbuhan intestitium dan komponen sel matriks.
Berbagai bentuk hipertrofi ventrikel kiri telah diidentifikasi, di antaranya
hipertrofi ventrikel kiri konsentrik dan hipertrofi ventrikel kiri ekstenstrik. Pada
hipertrofi ventrikel kiri konsentrik terjadi peningkatan massa dan ketebalan serta
volume dan tekanan diastolik. Pasien dengan hipertrofi ventrikel kiri konsentrik
umumnya memiliki prognosis yang lebih buruk. Adapun pada hipertrofi ventrikel kiri
eksentrik terjadi peningkatan hanya pada lokasi tertentu, misalnya daerah septal.
Walaupun hipertrofi ventrikel kiri bertujuan untuk melindungi terhadap stress yang
ditimbulkan oleh hipertensi, namun pada akhirnya dapat menyebabkan disfungsi
miokard sistolik dan diastolik.
b. Abnormalitas atrium kiri
Abnormalitas atrium kiri meliputi perubahan struktural dan fungsional, sangat
sering terjadi pada pasien hipertensi. Hipertensi akan meningkatkan volume diastolik
akhir (end diastolic volume / EDV) di ventrikel kiri sehingga atrium kiri pun akan
mengalami perubahan fungsi dan peningkatan ukuran. Peningkatan ukuran atrium kiri
tanpa disertai gangguan katup atau disfungsi sistolik biasanya menunjukkan hipertensi
yang sudah berlangsung lama / kronis dan mungkin berhubungan dengan derajat
keparahan disfungsi diastolik ventrikel kiri. Pasien juga dapat mengalami fibrilasi
atrium dan gagal jantung.
c. Gangguan katup
Hipertensi berat dan kronik dapat menyebabkan dilatasi pada pangkal aorta sehingga
menyebabkan insufisiensi katup. Hipertensi yang akut mungkin menyebabkan
insufisiensi aorta, yang akan kembali normal jika tekanan darah dikendalikan. Selain
menyebabkan regurgitasi (aliran balik) aorta, hipertensi juga akan mempercepat
proses sklerosis aorta dan regurgitasi katup mitral.
d. Gagal jantung
Gagal jantung merupakan komplikasi yang sering terjadi pada hipertensi
kronis. Pasien dengan hipertensi dapat menunjukkan gejala-gejala gagal jantung
namun dapat juga bersifat asimptomatis (tanpa gejala). Prevalensi (gagal jantung)
disfungsi diastolik asimptomatis pada pasien hipertensi tanpa disertai hipertrofi
ventrikel kiri adalah sebanyak 33 %. Peningkatan tekanan afterload kronik dan
hipertrofi ventrikel kiri dapat mempengaruhi fase relaksasi dan pengisian diastolik
ventrikel.
Disfungsi diastolik sering terjadi pada penderita hipertensi, dan terkadang
disertai hipertrofi ventrikel kiri. Hal ini disebabkan oleh peningkatan tekanan
afterload, penyakit arteri koroner, penuaan, disfungsi sistolik dan fibrosis. Disfungsi
sistolik asimptomatis biasanya mengikuti disfungsi diastolik. Setelah beberapa lama,
hipertrofi ventrikel kiri gagal mengkompensasi peningkatan tekanan darah sehingga
lumen ventrikel kiri berdilatasi untuk mempertahankan cardiac output. Dalam waktu
yang lama, fungsi sistolik ventrikel kiri akan menurun. Penurunan ini mengaktifkan
sistem neurohormonal dan renin-angiontensin, sehingga meretensi garam dan air dan
meningkatkan vasokonstriksi perifer, yang akhirnya malah memperburuk keadaan dan
menyebabkan disfungsi sistolik.
Apoptosis (kematian sel terprogram yang dirangsang oleh hipertrofi miosit dan
ketidakseimbangan stimulus dan inhibitornya) diduga memainkan peranan penting
dalam peralihan fase “terkompensasi” menjadi fase “dekompensasi”. Peningkatan
mendadak tekanan darah dapat menyebabkan edema paru tanpa adanya perubahan
fraksi ejeksi ventrikel kiri. Secara umum dilatasi ventrikel kiri (asimtomatik atau
simtomatik) dapat memperburuk keadaan dan meningkatkan risiko kematian.
Disfungsi ventrikel kiri serta dilatasi septal dapat menyebabkan penebalan ventrikel
kanan dan disfungsi diastolik.
e. Iskemia miokard
Pada pasien hipertensi dapat timbul iskemia miokard yang bermanifestasi
sebagai nyeri dada / angina pektoris. Hal ini dikarenakan hipertensi menyebabkan
peningkatan tekanan di ventrikel kiri dan transmural, peningkatan beban kerja yang
mengakibatkan hipertrofi ventrikel kiri. Suplai oksigen yang tidak sanggup memenuhi
kebutuhan otot jantung yang membesar akan menyebabkan nyeri dada. Hal ini
diperparah jika terdapat penyulit seperti aterosklerosis.
f. Aritmia jantung
Aritmia jantung yang sering ditemukan pada pasien hipertensi adalah fibrilasi
atrium, kontraksi prematur ventrikel dan takikardia ventrikel. Berbagai faktor
berperan dalam mekanisme arituma seperti miokard yang sudah tidak homogen,
perfusi buruk, fibrosis miokard dan fluktuasi pada saat afterload.
Sekitar 50% pasien dengan fibrilasi atrium memiliki penyakit hipertensi.
Walaupun penyebab pastinya belum diketahui, namun penyakit arteri koroner dan
hipertrofi ventrikel kiri diduga berperan dalam menyebabkan abormalitas struktural
di atrium kiri. Fibrilasi atrium dapat menyebabkan disfungsi sistolik dan diastolik
serta meningkatkan risiko komplikasi tromboembolik seperti stroke.
Kontraksi prematur ventrikel, aritmia ventrikel dan kematian jantung
mendadak ditemukan lebih sering pada pasien dengan hipertrofi ventrikel kiri.
Penyebab aritmia seperti ini diduga akibat proses penyakit arteri koroner dan fibrosis
miokard yang berjalan bersamaan.
4. Manifestasi klinik
Pada tahap awal, seperti hipertensi pada umumnya kebanyakan pasien tidak ada
keluhan. Bila simtomatik, maka biasanya disebabkan oleh:
Peninggian tekanan darah itu sendiri seperti berdebar-debar, rasa melayang
(dizzy) dan impoten
Cepat capek, sesak napas, sakit dada, bengkak kedua kaki atau perut. Gangguan
vaskular lainnya adalah epistaksis, hematuria, pandangan kabur karena
perdarahan retina, transient cerebral ischemic
Penyakit dasar seperti pada hipertensi sekunder: polidipsia, poliuria, kelemahan
otot pada aldosteronisme primer, peningkatan berat badan cepat dengan emosi
yang labil pada sindrom Cushing. Feokromositoma dapat muncul dengan
keluhan episode sakit kepala, palpitasi, banyak keringat, dan rasa melayang saat
berdiri (postural dizzy)
5. Klasifikasi
6. Komplikasi
Penyakit ini termasuk penyakit kronis yang dapat menyebabkan berbagai macam
komplikasi antara lain :
Stroke
Gagal jantung
Gagal Ginjal
Gangguan pada Mata
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Urinalisis: protein, leukosit, eritrosit dan silinder
Pemeriksaan darah lengkap: hemoglobin / hematokrit, elektrolit darah: kalium,
BUN / kreatinin, Gula darah puasa, serta pemeriksaan total kolesterol
Pemeriksaan TSH: bisa meningkat pada pasien dengan hipotiroidisme dan
menurun pada hipertiroidisme
b. Pemeriksaan Radiologi
EKG: menunjukan hipertropi ventrikel kiri (LVH) pada sekitar 20 – 50%
kasus
Foto dada: memperlihatkan adanya kardiomegali, tambahan untuk dilatasi
LVH, pada penyakit dengan stadium lanjut, serta penumpulan sudut
kostofrenikus pada pasien yang mengalami efusi pleura
CT scan, MRI, dan MRA (magnetic resonance angiografi) abdomen dan dada:
memperlihatkan adanya massa adrenal atau membuktikan adanya koarktasio
aorta . CT scan dan MRI jantung, walaupun tidak dilakukan secara rutin telah
membuktikan secara eksperimental terjadinya LVH
TTE (transthoracic echocardiography) bisa sangat berguna dalam mengenali
gambaran penyakit jantung hipertensi, dengan indikasi konfirmasi gangguan
jantung atau murmur atau hipertensi dengan kelainan katup.
8. Penatalaksanaan Medis
a. Bed rest tidak total
b. Diet rendah lemak, rendah garam dan tinggi serat.
c. Olahraga teratur dan Penurunan berat badan bagi yang obesitas
d. Pemberian obat Hipertensi
Pengobatan penyakit jantung hipertensi dapat menggunakan berbagai
kelompok obat antihipertensi seperti thiazide, beta-blocker dan kombinasi alpha
dan beta blocker, calcium channel blockers, ACE inhibitor, angiotensin receptor
blocker dan vasodilator seperti hydralazine. Hampir pada semua pasien
memerlukan dua atau lebih obat antihipertensi untuk mencapai tekanan darah
yang diinginkan.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian meliputi : (Marilynn E. Doenges, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan
pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3, EGC, Jakarta).
1. Pengkajian
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Kelemahan, letih, nafas pendek
Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung takipnea.
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi, arteroklerosis, penyakit jantung kroner, katup dan
penyakit serebrovaskuler epide talpasi.
Tanda : Kenaikan tekanan darah dan hipertensi postural
c. Eliminasi
Gejala : Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam,
lemak dan kolesterol, obesitas, adanya edema.
Tanda : Mual, muntah, perubahan berat badan.
d. Neurosensoris
Gejala : Keluhan pusing, gangguan penglihatan, peranan kekuatan.
Tanda : pandangan kabur, lemas
e. Nyeri/Ketidaknyamanan
Gejala : Angina, sakit kepala, nyeri abdomen.
Tanda : takipnea, wajah meringis kesakitan
f. Keamanan
Gejala : Riwayat infeksi virus, bakteri, jamur, penurunan sistem imun.
Tanda : Demam.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada Hypertensi Heart Disease menurut
Marilynn E. Doenges, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3, EGC, Jakarta.
a. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokontriksi, iskemia miokardia, hipertrofi/irigiditas (kekakuan)
ventricular.
b. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
d. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pemasukkan
berlebihan
e. Koping individual inefektif berhubungan dengan krisis situasional/maturasional,
perubahan hidup beragam.
f. Kurang pengetahuan mengenai kondisi rencana pengobatan berhubungan dengan
kurang pengetahuan, keterbatasan kognitif, menyangkal diagnosa
3. Intervensi
a. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokontriksi, iskemia miokardia, hipertrofi/irigiditas (kekakuan)
ventricular.
Tujuan : mempertahankan tekanan darah dalam rentang yang dapat diterima
individu.
Intervensi :
1. Pantau Tekanan darah
Rasional : Perbandingan dari TD memberikan gambaran yangn lebih lengkap
tentang keterlibatan/bidang masalah
2. Catat keberadaan, kualitas denyut nadi vena dan arteri
Rasional : Denyutan karotis, jugularis, radialis dan femoralis mungkin
teramati/terpalpasi.
3. Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas
Rasional : S4 umum terdengar pada pasein hipertensi berat karena adanya
hipertrofi atrium (peniingkatan volume/tekanan atrium), perkembangan S3
menunjukkan hipertrofi ventrikel dan kerusakan fungsi. Adanya krales, mengi,
dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal
jantung kronik.
4. Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler
Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat
mungkin berkaitan dengan vasokontriksi/mencerminkan
dekompensasi/penurunan curah jantung.
5. Catat adanya edema
Rasional : Dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal atau
vascular.
6. Berikan lingkungan yang nyaman dan batasi pengunjung
Rasional : Membantu untuk mengurangi rangsangan simpatis, meningkatkan
relaksasi
7. Pertahankan ADL pasien
Rasional : Menurunkan stress dan ketegangan yang mempengaruhi tekanan
darah dan perjalanan penyakit hypertensi.
8. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat – obatan
Rasional : Obat-obatan diberikan untuk mengurangi kedaruratan hipertensi.
b. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
Tujuan : Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol.
Intervensi :
1. Mempertahankan tirah baring selama fase akut
Rasional : meminimalkan stimulasi atau meningkatkan relaksasi
2. Berikan tindakan non-farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala (teknik
relaksasi)
Rasional : Menurunkantekanan vaskular serebral dan yang memperlambat
respons parasimpatis dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya
3. Hilangkan/minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit
kepala, mis ; mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkuk
Rasional : Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit
kepala pada adanya peningkatan tekanan vascular serebral.
4. Bantu ADL sesuai indikasi/kebutuhan.
Rasional : Pusing dan penglihatan kabur sering berhubungan dengan sakit
kepala.
5. Berikan cairan/makanan lunak, perawatan mulut yang teratur.
Rasional : Meningkatkan kenyamanan umum.
6. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian analgetik atau antiansietas
misal : diazepam sesuai indikasi.
Rasional : Menurunkan/mengontrol nyeri dan menurunkan rangsangan saraf
simpatis, diazepam mengurangi ketidaknyamanan yang diperberat oleh stress.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
Tujuan : Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan.
Intervensi :
1. Kaji respons pasien terhadap aktivitas, perhatikan vital sign sebelum dan
sesudah aktivitas
Rasional : Dapat membantu dalam mengkaji respons fisiologis
2. Instruksikan kepada pasien tentang teknik menghemat energi
Rasional : Mengurangi penggunaan energi, membantu keseimbangan suplai
O2.
3. Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas/perawatan diri bertahap jika dapat
ditoleransi.
Rasional : Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung
tiba-tiba.
4. Berikan bantuan sesuai kebutuhan
Rasional : Memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong
kemandirian dalam melakukan aktivitas.
d. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pemasukkan
berlebihan
Tujuan : mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dengan kegemukan
Intervensi :
1. Kaji pemahaman pasien tentang hubungan langsung antara hipertensi dan
kegemukan
Rasional : Kegemukan adalah risiko tambahan pada tekanan darah tinggi
karena disproporsi antara kapasitas aorta dan penignkatan curah jantung
berkaitan dengan peningkatan massa tubuh
2. Bicarakan pentingnya menurunkan masukkan kalori dan batasi masukan
lemak, garam dan gula sesuai indikasi
Rasional : Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya arterosklerosis
dan kegemukan yang merupakan predisposisi hipertensi dan komplikasinya
3. Tetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan.
Rasional : Motivasi untuk penurunan berat badan adalah internal. Individu
harus berkeinginan untuk menurunkan berat badan
4. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang penkajian ulang masukan kalori dan
pilihan diet.
Rasional : Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan
diet.
e. Koping individual inefektif berhubungan dengan krisis situasional/maturasional,
perubahan hidup beragam.
Tujuan : mengidentifikasi perilaku koping efektif dan konsekuensinya.
Intervensi :
1. Kaji keefektifan koping dengan mengobservasi perilaku
Rasional : Mekanisme adaftif perlu untuk mengubah pola hidup seseorang
mengatasi hipertensi kronik, dan mengintegrasikan terapi.
2. Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi,
peka rangsang, penurunan toleransi sakit kepala, ketidakmampuan untuk
mengatasi /menyelesaikan masalah.
Rasional : Manifestasi mekanisme koping mal-adaptif mungkin merupakan
indicator marah yang ditekan dan diketahui telah menjadi menjadi penentu
utama TD diastolic
3. Bantu pasien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan
strategi untuk mengatasinya
Rasional : Pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama dalam
mengubah respons seseorang terhadap stressor.
4. Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup
yang perlu
Rasional : Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistik untuk
menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya.
f. Kurang pengetahuan mengenai kondisi rencana pengobatan berhubungan dengan
kurang pengetahuan, keterbatasan kognitif, menyangkal diagnose
Tujuan : menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan.
Intervensi :
1. Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat
Rasional : Perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minat
pasien/orang terdekat untuk mempelajari penyakit
2. Tetapkan dan nyatakan batas TD normal. Jelaskan tentang hipertensi dan
efeknya pada jantung, pembuluh darah, ginjal dan otak.
Rasional : Memberikan dasar pemahaman tentang peningkatan tekanan darah
dan mengklarifikasi istilah medis yang sering digunakan.
3. Hindari menggunakan istilah tekanan darah ‘normal’ tapi gunakan istilah
terkontrol saat menggambarkan TD pasien dalam batas yang diinginkan
Rasional : Karena pengobatan untuk hipertensi adalah sepanjang kehidupan,
maka dengan menyampaikan ide terkontrol akan membantu pasien untuk
memahami kebutuhan untuk melanjutkan pengobatan / medikasi.
4. Jelaskan tentang obat yang diresepkan bersamaan dengan rasional, dosis, efek
samping yang diperkirakan serta efek yang merugikan serta kontraindikasi.
Rasional : Informasi yang adekuat dan pemahaman tentang efek samping
adalah umum dan sering menghilang dengan berjalannya waktu dengan
demikian meningkatkan kerjasama rencana pengobatan.
4. Evaluasi
a. Menunjukan tekanan darah yang terkontrol
b. Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol dan penurunan dispneu
c. Menunjukan peningkatan yang dapat diukur dalam toleransi aktivitas.
d. Menunjukkan keseimbangan masukan dan keluaran, berat badan stabil
e. Menunjukan perilaku untuk menanganani stress
f. Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan pengobatan
REFERENSI
1. Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. EGC: Jakarta.
2. Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Ed.3.EGC: Jakarta.
3. Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Ed. 3 Jilid 1. Media Aesculapius:
Jakarta.
4. Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit Ed. 6
Vol 1. EGC: Jakarta.
5. Slamet suyono, dkk. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Ed.3. Balai Penerbit
FKUI: Jakarta.
6. Rochaen, Heni et al. 2001. Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler. Edisi ke 1. Bidang
Pendidikan dan Pelatihan RS Jantung Harapan Kita: Jakarta.
7. Suyono, Slamet. 1996. Ilmu Penyakit Dalam Edisi III. FKUI : Jakarta.
8. Oswari E. 2003. Penyakit dan Penanggulangannya. FKUI : Jakarta.
9. Lynda Juall carpenito. 1999. Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi
keperawatan, Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2. EGC : Jakarta.
10. Boedihartono. 1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit : Jakarta.
11. Nasrul Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta.