sa_kasus jasa maklon great rivers

Upload: frida-adnantara

Post on 19-Jul-2015

407 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Kasus PT. Great River Internasional.Tbk Bapepam-LK telah menyidiki Laporan Keuangan Great River tahun 2003. Penyidikan difokuskan pada tahun itu, karena laporan keuangan tahun 2003 disajikan untuk penerbitan obligasi perseroan yang gagal bayar. Seperti diketahui, akuntan publik Great River yang mengaudit laporan keuangan tahun 2003, menyatakan alasan dugaan overstatement karena pencatatan untuk akun penjualan menggunakan metode makloon. Dengan metode ini, perusahaan menyertakan dana bahan baku yang dikeluarkan oleh pemesan sebagai bagian dari pendapatan. Perusahaan menerima order pembuatan pakaian dari luar negeri dengan bahan baku dari pihak pemesan. Jadi Great River hanya mengeluarkan ongkos operasi pembuatan pakaian. Tapi saat pesanan dikirimkan ke luar negeri, nilai ekspornya dicantumkan dengan menjumlahkan harga bahan baku, aksesori, ongkos kerja, dan laba perusahaan. Akuntan Publik yang melakukan audit atas laporan keuangan Great River tahun 2003 mengikuti metode pencatatan akuntansi yang telah diberlakukan oleh auditor dan akuntan periode sebelumnya. Metode pencatatan ini membuat auditor investigasi Aryanto, Amir Jusuf dan Mawar (AAJM) menyebutkan adanya kelebihan pencatatan (overstatement) atau penggelembungan akun penjualan. Disini dijelaskan bahwa:1. Auditor ( dalam hal ini KAP Johan Malonda & Rekan ) dapat mengetahui adanya

overstatement dari Sales, Account Receivable, dan Asset , seperti :a) Penggunaan Metode Makloon dalam pengakuan Sales Jasa maklon menurut UU

Nomor 17 Tahun 2000 ( UU PPh) Jasa maklon ( contract manufacturing/toll manufacturing adalah semua jasa dalam rangka proses penyelesaian suatu barang tertentu yang proses pengerjaannya dilakukan oleh pihak pemberi jasa (disubkontrakkan ), sedangkan spesifikasi, bahan baku dan atau barang setengah jadi dan atau bahan penolong/pembantu yang akan diproses sebagian atau seluruhnya disediakan oleh penggunaan jasa, dan kepemilikan atas barang jadi pada pengguna jasa. ataub) Definisi dan Karakteristik Jasa Maklon (KEP-170/PJ/2002). Jasa maklon adalah

semua pemberian jasa dalam rangka proses penyelesaian suatu barang tertentu yang proses pengerjaannya dilakukan oleh pihak pemberi jasa (disubkontrakkan), sedangkan spesifikasi, bahan baku, barang setengah jadi, bahan penolong/ pembantu yang akan diproses sebahagian atau seluruhnya disediakan oleh

pengguna jasa, dan kepemilikan atas barang jadi berada pada pengguna jasa. Transaksi maklon dilakukan oleh dua pihak, yaitu Pengguna Jasa (pemilik barang) dan Pihak Pemberi Jasa (subkontraktor). Dengan kata lain, suatu pemberian jasa dapat dikatakan jasa maklon apabila memenuhi persyaratan : Spesifikasi barang ditentukan oleh pemilik barang/pengguna jasa. Sebagian atau seluruh barang disediakan dan dimiliki pengguna jasa. Dengan metode ini, perusahaan menyertakan dana bahan baku yang dikeluarkan oleh pemesan sebagai bagian dari pendapatan. Perusahaan menerima order pembuatan pakaian dari luar negeri dengan bahan baku dari pihak pemesan. Jadi Great River hanya mengeluarkan ongkos operasi pembuatan pakaian. Tapi saat pesanan dikirimkan ke luar negeri, nilai ekspornya dicantumkan dengan menjumlahkan harga bahan baku, aksesori, ongkos kerja, dan laba perusahaan. Catatan : selama mengaudit buku Great River, pihaknya tidak menemukan adanya penggelembungan account penjualan atau penyimpangan dana obligasi. Namun dia mengakui metode pencatatan akuntansi yang diterapkan Great River berbeda dengan ketentuan yang ada. "Kami mengaudit berdasarkan data yang diberikan klien," perlakuan akuntansi atas jasa maklon, yang diakui sebagai biaya bila klien membeli bahan baku atau barang setengah jadi sendiri ( bukan bahan yang disediakan customer ). Dan karena disubkontrakkan maka seharusnya pendapatannya meliputi ongkos kerja, biaya-biaya, dan mark-up.2. Menurut KAP kami, auditor yang telah memenuhi syarat SPAP tidak selalu dapat

disalahkan, karena dalam menjalankan tugasnya, akuntan publik tidak luput dari kesalahan. Kegagalan audit yang dilakukan dapat dikelompokkan menjadi ordinary negligence, gross negligence, dan fraud. Ordinary negligence merupakan kesalahan yang dilakukan akuntan publik, apabila ketika menjalankan tugas audit, dia tidak mengikuti pikiran sehat (reasonable care). Dengan kata lain auditor telah mematuhi standar yang berlaku, namun ada kalanya auditor menghadapi situasi yang belum diatur standar. Dalam hal ini auditor harus menggunakan common sense dan mengambil keputusan yang sama seperti seorang (typical) akuntan publik bertindak. Sedangkan gross negligence merupakan kegagalan

akuntan publik dalam mematuhi standar profesional dan standar etika. Apabila akuntan publik gagal mematuhi standar minimal (gross negligence) dan pikiran sehat dalam situasi tertentu (ordinary negligence), yang dilakukan dengan sengaja demi motif tertentu maka akuntan publik dianggap telah melakukan fraud yang mengakibatkan akuntan publik dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana. Akan tetapi, apabila auditor telah melaksanakan standarnya, namun bukti-bukti yang diperiksa oleh auditor ternyata telah dimanipulasi oleh perusahaan dan akhirnya terkait dengan pemberian opini auditor yang tidak sesuai, maka auditor tidak dapat sepenuhnya disalahkan. Terlepas dari apakah auditor dapat disalahkan atau tidak apabila telah mentaati syarat SPAP, kita harus tahu bahwa akuntan publik memiliki suatu kewajiban hukum, yaitu bertanggung jawab atas setiap aspek tugasnya sehingga jika memang terjadi kesalahan yang diakibatkan oleh kelalaian pihak auditor, maka akuntan publik dapat dimintai pertanggung jawaban secara hukum sebagai bentuk kewajiban hukum auditor.