salah satu tanda baiknya islam seseorang
TRANSCRIPT
“SALAH SATU TANDA BAIKNYA KEISLAMAN SESEORANG”
Penulis:
Khalid bin Su’ud al-Bulaihid
Penerjemah:
Ahmad Afandi1
Abu Hurairah meiwayatkan dari Rasulullah SAW, “Termasuk dari tanda baiknya keislaman
seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat.” (Hadits hasan. HR. Tirmidzi dan
rawi lain)
Hadits di atas merupakan landasan utama moral, beraktifitas yang bermanfaat dan
meninggalkan yang tidak bermanfaat. Status hadits di atas masih diperselisihkan. Ada yang
mengatakan tidak sampai pada derajat muhtaj bih. Tetapi yang banyak dianut adalah pendapat
yang mengatakan hadits mursal dengan makna yang dapat dipegang, juga diperkuat dengan dalil
dari al Quran dan Sunnah.
Dari hadits di atas, kita dapat menyimpulkan beberapa hal: pertama, menunjukkan tabiat
mulia dan orang yang memilikinya telah mencapai kesempurnaan iman, yakni dengan
meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat dalam urusan agama dan dunianya. Dengan
demikian dia akan meninggalkan hal-hal yang dilarang, syubhat, makruh dan berlebih-lebihan.
Yang paling nampak dalam hal ini adalah menjaga lisan dari ucapan yang tidak berguna. Musnad
telah menjelaskan hal itu, “Termasuk dari tanda baiknya keislaman seseorang adalah sedikit
berbicara tentang hal-hal yang tidak bermanfaat.” Dengan kata lain, seseorang yang melakukan
hal itu menunjukkan baiknya keislamannya. Al Hasan pernah mengatakan, “Termasuk dari tanda
jauhnya seorang hamba dari Allah adalah dia menyibukkan diri dalam hal-hal yang tidak
bermanfaat.” Suatu saat Lukman pernah ditanya, “Apa yang kamu lakukan? Kami tidak melihat
kaummu berbuat yang berlebihan?” Lukman menjawab, “Berkata jujur, melaksanakan amanah
dan meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat.”
Kedua, menunjukkan bahwa dalam menganut agama Allah, manusia terbagi dalam dua
kelompok; orang yang keislamannya baik dan orang yang keislamannya buruk. Ada beberapa hal 1 Mahasiswa Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. E-mail: [email protected], cp: 085743904236/ 085292134678. Penerjemah terbuka untuk berdiskusi seputar Hukum dan Hukum Islam.
yang menjadi ukuran baik buruknya keislaman seseorang. Dikatan baik bila berkata jujur,
proteksi diri dan bersungguh-sungguh dalam ketaatan serta melaksanakan amanat. Dikatakan
jelek bila berkata bohong, berkhianat, melanggar janji, terang-terangan melakukan maksiat dan
mengabaikan kewajiban. Jika memperbaiki keislamannya, maka dosa-dosanya dahulu diampuni.
Tetapi jika bertambah buruk, maka akan disiksa sesuai perbuatannya, dulu dan sekarang.
Abdullah meriwayatkan, “Seseorang dating pada Rasulullah lalu bertanya, “Ya Rasulullah,
apakah seseorang disiksa akibat perbuatannya di masa jahiliyah?” Rasul menjawab,
“Barangsiapa memperbaiki keislamannya, maka dia tidak akan disiksa akibat perbuatannya di
masa jahiliyah. Dan barangsiapa yang bertambah buruk, maka dia disiksa akibat dosanya yang
dahulu dan sekarang.” (HR. Bukhari dan Muslim) dalam shahih Muslim terdapat tambahan
tentang baiknya keislaman seseorang, dilipatgandakannya kebaikan dan dihapuskannya
keburukan seseorang.
Ketiga, menunjukkan betapa pentingnya waktu dan produktifitas menurut agama Islam.
Menyibukkan diri dengan sesuatu yang tidak bermanfaat berarti telah menyia-nyiakan dan
membuang waktu. Produktif berarti berbuat sesuatu yang bermanfaat dan menghasilkan. Banyak
dari kita yang tidak menyadari betapa besarnya nikmat Allah berupa waktu. Nabi SAW
menegaskan, “Ada dua nikmat yang banyak diabaikan manusia; kesehatan dan waktu.” (HR.
Bukhari)
Keempat, menghiasi diri dengan sifat mulia ini membutuhkan tekad yang kuat, prinsip,
kesungguhan dan kesabaran. Karena seseorang jika tidak disibukkan dengan kebaikan dan
sesuatu yang bermanfaat, berarti dia disibukkan dengan keburukan dan sesuatu yang tidak
bermanfaat. Kesibukan yang paling baik adalah membaca al Quran, menelaah hadits,
mempelajari pendapat ulama dan biografi orang shalih, selalu ingat dan mendekatkan diri kepada
Allah dengan melaksanakan hal-hal yang disunahkan, silaturrahmi, berkurban, berbuat baik serta
berdakwah. Yang mencakup keseluruhannya adalah ilmu yang bermanfaat, amal shalih dan
sesuatu yang berguna dalam agama dan dunianya.
Kelima, banyak hikmah dan faedah mengapa Islam melarang berbuat sesuatu yang tidak
bermanfaat. Banyak sekali akibat yang ditimbulkan, di antaranya:
1. menyebabkan kita terjerumus dalam hal-hal yang dilarang; merusak kehormatan,
berburuk sangka dan sebagainya.
2. menyebabkan terjadinya permusuhan dan kebencian di kalangan umat Islam.
3. iman menjadi semakin lemah.
4. berat untuk berbuat taat dan lalai beramal shalih.
5. mengabaikan hal-hal yang mulia dan terjerumus dalam hal-hal yang buruk dan hina.
Keenam, banyak hal-hal yang tidak bermanfaat, di antaranya:
1. obrolan berlebih dalam pertemuan-pertemuan. Rasulullah SAW melarang ‘qil’ dan
‘qal’, yakni percakapan yang tidak bermanfaat.
2. meluangkan waktu melakukan hal-hal tersier dan berlebihan dalam urusan dunia.
3. membahas rumah tangga dan privasi seseorang tanpa alasan yang dibenarkan.
4. menyelidiki dan mengorek-ngorek rahasia seseorang dan menyebarkannya, terlebih jika
orang itu adalah wali dan ulama.
5. loba menceritakan kisah-kisah buruk dan mengganjal, sekalipun dengan tujuan
memberi nasehat.
6. sibuk membaca cerita yang mengundang syahwat, majalah porno dan buku-buku bid’ah
dan kebatilan.
7. sibuk dan menghabiskan waktu untuk mencari berita politik dan berita global tanpa
suatu tujuan dan manfaat.
8. menyaksikan acara yang tabu dan seronok.
9. sibuk menuruti keinginan nafsu dan membelanjakan harta dalam skala besar untuk
tujuan profit dan menumpuk harta.
10. berburu dan membunuh binatang tanpa suatu keperluan. Menghabiskan siang dan
malam dalam perburuan yang menjauhkannya dari tempat-tempat ibadah.
11. melatih merpati dan burung-burung lain untuk permainan dan kebanggaan. Ulama salaf
melarang hal ini.
Ketujuh, yang menjadi prinsip dan pedoman dalam menentukan apakah sesuatu hal itu
bermanfaat atau tidak adalah dalail syariat dan kaidah umum, bukan keinginan manusia dan
kebiasaan buruk mereka. Terkadang seseorang meninggalkan suatu kewajiban atau kesunahan
karena beranggapan bahwa hal itu tidak bermanfaat, padahal syariat yang menentukan wajib dan
sunahnya. Misalnya, amar makruf, dakwah, mendidik anak, membantu kepentingan umat
muslim dan hal-hal lain yang anjurkan syariat. Pada masa sekarang, ada pula yang mengerjakan
sesuatu dengan anggapan bahwa hal itu bermanfaat, padahal sebenarnya tidak sama sekali. Oleh
karena itu, banyak orang yang terjerumus pada anggapan dan prasangka mereka, sehingga
membuat waktu dan hartanya sia-sia, berduka dan terjerat. Sedangkan umat Islam akan selalu
menyibukkan diri dengan mempelajari kebaikan dan mengamalkannya.
Kedelapan, permainan dan gurauan tidak semuanya sia-sia dan tidak bermanfaat. Banyak
pula yang disyariatkan. Seperti menghibur diri, menenangkan jiwa, mengobati hati, membuat
gembira anggota keluarga dengan hal-hal yang diperbolehkan sesuai kabutuhan. Rasulullah
SAW juga seringkali bersenda gurau dan bermain-main bersama keluarga dan sahabatnya, baik
di dalam atau di luar tanah haram. Permainan dan gurauan yang diperbolehkan syariat harus
memenuhi kriteria berikut:
1. tidak mengandung unsur-unsur yang dilarang agama.
2. tidak menghalangi seseorang mengerjakan kewajiban, dzikir dan shalat.
3. tidak menyebabkan terjadinya permusuhan dan kebencian di kalangan umat Islam.
4. tidak sering melakukannya, hanya kadang-kadang dan sesuai kebutuhan.
5. tidak mengandung bahaya dan mengundang ketakutan umat islam.