sanitasi tempat
TRANSCRIPT
SANITASI TEMPAT-TEMPAT UMUM
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Definisi Tempat-Tempat Umum (TTU) adalah suatu tempat dimana umum (semua orang) dapat
masuk ke tempat tersebut untuk berkumpul mengadakan kegiatan baik secara insidentil maupun terus
menerus, (Suparlan 1977).
Tempat-tempat ibadah merupakan salah satu sarana tempat-tempat umum yang dipergunakan untuk
berkumpulnya masyarakat guna melaksanakan kegiatan ibadah. Masalah kesehatan lingkungannya
merupakan suatu masalah yang perlu di perhatikan dan ditingkatkan. Dalam hal ini
pengelola/pengurus tempat-tempat ibadah tersebut perlu dan sangat perlu untuk diberikan
pengetahuan tentang kesehatan lingkungan yang berhubungan dengan tempat-tempat umum (tempat
ibadah) guna mendukung upaya peningkatan kesehatan lingkungan melalui upaya sanitasi dasar,
pengawasan mutu lingkungan tempat umum, termasuk pengendalian pencemaran lingkungan.
Masjid adalah suatu tempat termasuk fasilitasnya, dimana umum, pada waktu – waktu tertentu
berkumpul untuk melakukan ibadah keagamaan Islam.
Masjid-masjid besar di Indonesia pada umumnya dibangun dengan konsep masjid berkubah
berbentuk setengah bola atau dome. Semestinya, pada saat merancang masjid, desain akustik tidak
boleh dikesampingkan karena berpengaruh terhadap kualitas bunyi yang diterima pendengar
diakibatkan dari suara dengung di dalam ruang masjid. Kegiatan yang sering dilakukan di dalam
masjid adalah kegiatan yang menimbulkan kejelasan penyampaian suara, seperti sholat berjamaah dan
ceramah agama.
Dasar pelaksanaan Penyehatan Lingkungan Masjid adalah Kep. Menkes 288/Menkes/SK/III/2003
tentang Pedoman Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum.
Jadi sanitasi tempat-tempat umum adalah suatu usaha untuk mengawasi dan mencegah kerugian
akibat dari tempat-tempat umum terutama yang erat hubungannya dengan timbulnya atau menularnya
suatu penyakit.
Tempat-tempat umum merupakan tempat kegiatan bagi umum yang mempunyai tempat, sarana dan
kegiatan tetap yang diselenggarakan oleh badan pemerintah, swasta, dan atau perorangan yang
dipergunakan langsung oleh masyarakat (Adriyani, 2005).
Setiap aktifitas yang dilakukan oleh manusia sangat erat interaksinya dengan tempat-tempat umum,
baik untuk bekerja, melakukan interaksi sosial, belajar maupun melakukan aktifitas lainnya.
Menurut Chandra (2006), tempat-tempat umum memiliki potensi sebagai tempat terjadinya
penularan penyakit, pencemaran lingkungan ataupun gangguan kesehatan lainnya.Kondisi lingkungan
tempat-tempat umum yang tidak terpelihara akan menambah besarnya resiko penyebaran penyakit
serta pencemaran lingkungan sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan dengan menerapkan
sanitasi lingkungan yang baik.tempat-tempat umum perlu dijaga sanitasinya, seperti halnya
transportasi baik darat,air dan udara.Pasalnya, tempat-tempat umum itu menjadi semacam indikator
berbagai bidang, terutama sosial dan ekonomi(Rosyadi,2002).tempat-tempat umum memiliki
berbagai kegiatan yang sangat penting. Salah satu hal utama dalam bidang sosial,tempat-tempat
umum misalnya transportasi air (pelabuhan) bisa dimanfaatkan sebagai tempat untuk memperoleh
akses jalur transportasi dari satu pulau ke pulau yang lainnya maupun dari satu negara ke negara yang
lain. Dapat dimungkinkan dari kegiatan tersebut, lingkungan pelabuhan akan tercemar dengan mudah
baik karena aktifitas manusia maupun karena faktor alam atau dari lingkungan itu sendiri. Kondisi
lingkungan yang telah tercemar dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan terutama kepada
masyarakat yang sering mengakses pelabuhan. Apabila hal ini dibiarkan terus menerus maka akan
terjadi permasalahan kesehatan yang cukup serius. Standar sanitasi tempat-tempat umum dengan
standar internasional harusnya lebih baik dari manajemen sanitasi tempat-tempat umum pada
umumnya guna mengantisipasi permasalahan kesehatan lingkungan di tempat-tempat umum.
Jadi sanitasi tempat-tempat sangatlah penting dijaga sanitasinya agar tidak menimbulkan
berbagai masalah kesehatan,misalnya menimbulkan penyakit berbasis lingkungan,untuk itu penulis
terdorong untuk melakukan penulisan mengenai surveilans epidemiologi agar mengubah pemikiran
masyarakat akan arti dan kegunaan dari surveilans epidemiologi.
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui tentang kesehatan lingkungan terutama sanitasi tempat-tempat umum.
2. Tujuan khusus
a) Untuk mengetahui sanitasi pada lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan di tempat-tempat
umum
b) Untuk mengetahui sanitasi pengelolaan sampah yang memenuhi syarat kesehatan di tempat-
tempat umum
c) Untuk mengetahui sanitasi kualitas bangunan yang terpelihara dengan baik yang memenuhi
syarat kesehatan di tempat-tempat Umum
d) Untuk mengetahui jaminan rasa aman pada masyarakat pengunjung dan masyarakat sekitarnya di
tempat-tempat umum
e) Untuk mengetahui jaminan rasa nyaman pada masyarakat pengunjung dan masyarakat sekitarnya
di tempat-tempat umum
f) Untuk mengetahui jaminan rasa santai pada masyarakat pengunjung dan masyarakat sekitarnya di
tempat-tempat umum
g) Untuk mengetahui jaminan rasa terlindungi pada masyarakat pengunjung dan masyarakat
sekitarnya di tempat-tempat umum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Sanitasi
Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap
berbagai faktor lingkungan sedemikian rupa sehingga munculnya penyakit dapat dihindari. Sehingga
dapat dikatakan bahwa sanitasi adalah suatu usaha pengendalian faktor-faktor lingkungan untuk
mencegah timbulnya suatu penyakit dan penularannya yang disebabkan oleh faktor lingkungan
tersebut, sehingga derajat kesehatan masyarakat dapat optimal (Depkes RI, 2002).
Sanitasi Tempat-Tempat Umum
Tempat-tempat umum memiliki potensi sebagai tempat terjadinya penularan penyakit, pencemaran
lingkungan, ataupun gangguan kesehatan lainnya. Pengawasan atau pemeriksaan sanitasi terhadap
tempat-tempat umum dilakukan untuk mewujudkan lingkungan tempat-tempat umum yang bersih
guna melindungi kesehatan masyarakat dari kemungkinan penularan penyakit dan gangguan
kesehatan lainnya (Chandra, 2007).
Sanitasi tempat-tempat umum, merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup mendesak.
Karena tempat umum merupakan tempat bertemunya segala macam masyarakat dengan segala
penyakit yang dipunyai oleh masyarakat. Oleh sebab itu tempat umum merupakan tempat
menyebarnya segala penyakit terutama penyakit yang medianya makanan, minuman, udara dan air.
Dengan demikian sanitasi tempat-tempat umum harus memenuhi persyaratan kesehatan dalam arti
melindungi, memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Mukono, 2005).
Definisi sanitasi menurut WHO adalah usaha pencegahan/ pengendalian semua faktor lingkungan
fisik yang dapat memberikan pengaruh terhadap manusia terutama yang sifatnya merugikan/
berbahaya terhadap perkembangan fisik , kesehatan dan kelangsungan hidup manusia.
Definisi Tempat-Tempat Umum (TTU) adalah suatu tempat dimana umum (semua orang) dapat
masuk ke tempat tersebut untuk berkumpul mengadakan kegiatan baik secara insidentil maupun terus
menerus, (Suparlan 1977).
Suatu tempat dikatakan tempat umum bila memenuhi kriteria :
1. Diperuntukkan masyarakat umum.
2. Mempunyai bangunan tetap/ permanen.
3. Tempat tersebut ada aktivitas pengelola,pengunjung/ pengusaha.
4. Pada tempat tersebut tersedia fasilitas :
a. Fasilitas kerja pengelola.
b. Fasilitas sanitasi, seperti penyediaan air bersih, bak sampah, WC/ Urinoir, kamar mandi,
pembuangan limbah.
Jadi sanitasi tempat-tempat umum adalah suatu usaha untuk mengawasi dan mencegah kerugian
akibat dari tempat-tempat umum terutama yang erat hubungannya dengan timbulnya atau menularnya
suatu penyakit. Untuk mencegah akibat yang timbul dari tempat-tempat umum.
Usaha-usaha yang dilakukan dalam sanitasi tempat-tempat umum dapat berupa :
1. Pengawasan dan pemeriksaan terhadap factor lingkungan dan factor manusia yang melakukan
kegiatan pada tempat-tempat umum.
2. Penyuluhan terhadap masyarakat terutama yang menyangkut pengertian dan kesadaran masyarakat
terhadap bahaya-bahaya yang timbul dari tempat-tempat umum.
Peran sanitasi tempat-tempat umum dalam kesehatan masyarakat adalah usaha untuk menjamin :
1. Kondisi fisik lingkungan TTU yang memenuhi syarat :
a. Kualitas kesehatan.
b. Kualitas sanitasi.
2. Psikologis bagi masyarakat :
a. Rasa keamanan (security) : bangunan yang kuat dan kokoh sehingga tidak menimbulkan rasa takut
bagi pengunjung.
b. Kenyamanan (confortmity) : misalnya kesejukkan.
c. Ketenangan (safety) : tidak adanya gangguan kebisingan, keramaian kendaraan.
Sedangkan yang disebut sanitasi tempat-tempat umum adalah suatau usaha untuk mengawasi dan
mencegah kerugian akibat dari tidak terawatnya tempat-tempat umum tersebut yang mengakibatkan
timbul dan menularnya berbagai jenis penyakit.
Sasasan khusus yang harus diberikan dalam pengawasn tempat-tempat umum meliputi :
1. Manusia sebagai pelaksana kegiatan (kebersihan secara umum maupun personal hygiene
2. Alat-alat kebersihan
3. Tempat kegiatan
Kenapa sanitasi di tempat-tempat umum sangat diperlukan ? :
1. Adanya kumpulan manusia yang berhubungan langsung dengan lingkungan
2. Kurangnya pengertian dari masyarakat mengenai masalah kesehatan
3. Kurangnya fasilitas sanitasi yang baik
4. Adanya kemungkinan besar terjadinya penularan penyakit
5. Adanya kemungkinan terjadinya kecelakaan
6. Adanya tuntutan physical dan mental confort
B. ASPEK PENTING DALAM PENYELENGGARAAN SANITASI TEMPAT-TEMPAT UMUM
1. Aspek teknis/hukum (Peraturan dan perundang-undangan sanitasi)
2. Aspek sosial, yang meliputi pengetahuan tentang : kebiasaan hidup, adat istiadat, kebudayaan,
keadaan ekonomi, kepercayaan, komunikasi, dll
3. Aspek administrasi dan management, yang meliputi penguasaan pengetahuan tentang cara
pengelolaan STTU yang meliputi : Man, Money, Method, Material dan Machine
HAMBATAN YANG SANGAT SERING DIJUMPAI DALAM PELAKSANAAN SANITASI DI
TEMPAT-TEMPAT UMUM :
PENGUSAHA
1. Belum adanya pengertian dari para pengusaha mengenai peraturab per undang-undangn yang
menyangkut usha STTU dan kaitannya dengan usaha kesehtan masyarakat
2. Belum mengetahui / kesadaran mengenai pentingnya usaha STTU untuk menghindari terjadinya
kecelakaan atau penularan penyakit
3. Adanya sikap keberata dari pengusaha untuk memenuhi persyaratan-persyaratan karena
memerlukan biaya ekstra
4. Adanya sikap apatis dari masyarakat tenang adanya peraturan/persyaratan dari STTU
PEMERINTAH
1. Belum semua peraltan dimiliki oelh tenaga pengawas pada tingkat II dan kecamatan
2. Masih terbatasnya pengetahan petugas dalam melaksanakan pengawasan
3. Masih minimnya dana yang dialokasikan untuk pengawasan STTU
4. Belum semua kecamatan/tingkat II memiliki saran transportasi untuk melakukan kegiatan
pengawasan
LANGKAH-LANGKAH DALAM IMPLEMENTASI USAHA STTU
1. Identifikasi masalah (problem identification)
2. Pemeriksaan Sanitasi Tempat-Tempat Umum (sanitary inspection)
3. Follow Up
4. Evaluasi
5. Pencatatan dan pelaporan
C. JENIS-JENIS TEMPAT UMUM YANG SANGAT MEMERLUKAN PENGAWASAN
* Hotel
* Restourant
* Kolam renang
* Pasar
* Bioskop
* tempat-tempat rekreasi
* tempat-tempat ibadah
* pertokoan
* Pemangkas rambut
* salon
* Stasiun kereta api atau bus
* rumah sakit
D. PEMERIKSAAN SANITASI TEMPAT-TEMPAT UMUM
1. Pemeriksaan Sanitasi Tempat Ibadah (MASJID DJAMIQ LEBAI SANDAR - AMPENAN)
a. Pengertian Masjid
Masjid adalah suatu tempat termasuk fasilitasnya, dimana umum pada waktu-waktu tertentu
digunakan untuk melakukan ibadah keagamaan Islam.
b. Persyaratan Kondisi Masjid
1) Persyartan Kesehatan Lingkungan dan bangunan Umum :
a) Lokasi masjid tidak terletak di daerah banjir dan sesuai dengan perencanaan tata Kota Ampenan
b) Bersih dan tertata rapi dan system drainase berfungsi dengan baik.
c) Tidak terdapat genangan air di lingkungan/ halaman masjid.
d) Terdapat pagar yang kuat dan terpelihara dengan baik.
e) Lantai masjid bersih, kuat, kedap air, tidak licin dan permukaanya rata.
f) Dinding masjid bersih berwarna terang dan permukaan yang selalu kontak dengan air kedap air.
g) Atap ruangan masjid harus kuat, tidak tidak bocor serta tidak memungkinkan terjadinya
genangan air.
h) Langit-langit masjid harus memiliki tinggi dari lantai minimal 2,5 meter, kuat serta berwarna
terang.
i) Pencahayaan dalam ruangan masjid harus cukup terang.
j) Memiliki ventilasi yang dapat mengatur sirkulasi udara baik ventilasi alami maupun buatan,
sehingga kondisi ruangan menjadi terasa nyaman.
k) Alat sholat bersih dan tidak lembab, selalu dibersihkan dan dijemur secara periodic, bebas dari
kutu busuk dan serangga lainnya. sepanjang bagian depan shaf dipasang kain putih yang bersih
dengan lebar 30 cm2 yang digunakan untuk tempat bersujud.
2) Fasilitas Sanitasi :
a) Tersedia air bersih dalam jumlah yang cukup, kualitas air memenuhi persyaratan air bersih atau air
minum dan tersedia setiap saat, dan air wudhu keluar dari kran-kran khusus.
b) Air kotor/ limbah mengalir dengan lancar, saluran bersambung dengan saluran pembuangan air
kotor umum yang kedap air. Apabila tidak ada, ditampungan dalam bak yang tertutup dan kedap
air.
c) Tersedia tempat sampah yang tertutup, rapat, kedap air dan mudah dibersihkan, mudah diangkat,
jumlah dan kapasitas disesuaikan dengan kebutuhan, serta disediakan TPS yang memenuhi syarat.
2. Pemeriksaan Sanitasi Tempat Umum (TERMINAL MANDALIKA - BERTAIS)
Terdapat beberapa terminologi tentang terminal. Berdasarkan Undang-Undang No. 14 Tahun 1992
Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, terminal merupakan prasarana transportasi jalan untuk
barang serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum yang merupakan satu wujud
simpul jaringan transportasi. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1993 Tentang angkutan
jalan umum, terminal adalah sarana transportasi untuk keperluan memuat dan menurunkan orang atau
barang serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum yang merupakan satu
simpul jaringan transportasi. Berdasarakan kedua terminologi diatas, terminal adalah prasarana
transportasi jalan untuk keperluan memuat dan menurunkan orang dan/atau barang serta mengatur
kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum, yang merupakan salah satu wujud simpul jaringan
transportasi (Kepmenhub 35/2003). Keberadaan terminal merupakan salah satu prasarana utama
dalam pelayanan angkutan umum. Keberadaan terminal berperan dalam menentukan tingkat kinerja
dari pelayanan angkutan umum dalam suatu wilayah (Menteri Pekerjaan Umum, 2010).
Kategori Terminal
Terminal adalah bagian dari infrastruktur transportasi yang merupakan titik lokasi perpindahan
penumpang ataupun barang. Pada lokasi itu terjadi konektivitas antar lokasi tujuan, antar modal, dan
antar berbagai kepentingan dalam sistem transportasi dan infrastruktur. Pengelolaan pada berbagai hal
tersebut perlu diperhatikan dan dikembangkan untuk pengembangan manajemen terminal. Kegiatan
pengelolaan, regulasi (peraturan) dan norma-norma yang disepakati akan menentukan perkembangan
terminal secara terarah (coach terminal).
Terminal dibagi beberapa kategori yang meliputi (Menteri Pekerjaan Umum, 2010):
- Terminal Penumpang adalah Prasarana Transportasi jalan untuk keperluan menurunkan dan
menaikan penumpang, perpindahan intra/atau moda transportasi serta mengatur kedatangan
pemberangkatan kendaraan angkutan penumpang umum. Terminal penumpang dapat dikelompokan
atas dasar tingkat penggunaan terminal kedalam tiga tipe sebagai berikut :
a. Terminal penumpang tipe A berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota antar
propinsi dan/atau angkutan lintas batas negara, angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan
angkutan pedesaan.
b. Terminal penumpang tipe B berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota dalam
propinsi, angkutan kota dan/atau angkutan pedesaan.
c. Terminal penumpang tipe C berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan pedesaan.
Fasilitas Sanitasi Terminal
Fasilitas sanitasi terminal dapat dikelompokkan atas fasilitas utama dan fasilitas pendukung, semakin
besar suatu terminal semakin banyak fasilitas yang bisa disediakan. Fasilitas-faslitas tersebut antara
lain (Menteri Pekerjaan Umum, 2010):
1. Tempat parkir kendaraan umum selama menunggu keberangkatan, termasuk di dalamnya tempat
tunggu dan tempat istirahat kendaraan umum.
2. Bangunan kantor terminal.
3. Tempat tunggu penumpang dan/atau pengantar.
4. Menara pengawas.
5. Pelataran parkir kendaraan pengantar dan/atau taksi.
6. Kamar kecil/toilet.
Persyaratan Minimum Sanitasi Terminal
Secara garis besar persyaratan sanitasi terminal dikelompokkan menjadi 2 bagian besar, yaitu bagian
luar terdiri dari tempat parkir, pembuangan sampah, dan penerangan; dan bagian dalam terdiri dari
gedung perkantoran, ruang tunggu, jamban dan urinoir, tempat cuci tangan, pembuangan air hujan dan
air kotor, pemadam kebakaran, dan kotak P3K yang dikelompokkan menjadi kelompok kecil, antara
lain (Chandra, 2007):
Persyaratan Minimum Sanitasi Terminal Bagian Luar :
Tempat Parkir
Fasilitas parkir adalah lokasi yang ditentukan sebagai tempat pemberhentian yang bersifat tidak
sementara untuk melakukan kegiatan pada suatu kurun waktu. Tujuan fasilitas parkir adalah
memberikan tempat istirahat kendaraan (Direktorat Perhubungan Darat, 1998).
Persyaratan tempat parkir pada terminal (Chandra, 2007):
a. Terdapat tempat parkir kendaraan umum yang bersih.
b. Tidak terdapat sampah berserakan, genangan air, dan lain-lain.
Pembuangan Sampah
Menurut definisi WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi,
atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.
Pembagian Sampah
Sampah padat dapat dibagi menjadi beberapa kategori, seperti berikut (Chandra, 2007):
1. Berdasarkan zat kmia yang terkandung di dalamnya.
a. Organik, misalnya, sisa makanan, daun, sayur, dan buah.
b. Anorganik, misalnya, logam, pecah-belah, abu, dan lain-lain.
2. Berdasarkan dapat atau tidaknya dibakar.
a. Mudah terbakar, misalnya, kertas plastik, daun kering, kayu.
b. Tidak mudah terbakar, misalnya, kaleng, besi, gelas, dan lain-lain.
3. Berdasarkan dapat atau tidaknya membusuk.
a. Mudah membusuk, misalnya, sisa makanan, potongan daging, dan sebagainya.
b. Sulit membusuk, misalnya, plastik, karet, kaleng, dan sebagainya.
4. Berdasarkan ciri atau karakteristik sampah.
a. Garbage, terdiri atas zat-zat yang mudah membusuk dan dapat terurai dengan cepat, khususnya jika
cuaca panas. Proses pembusukkan sering kali menimbulkan bau busuk. Sampah jenis ini dapat
ditemukan di tempat pemukiman, rumah makan, rumah sakit, pasar, dan sebagainya.
b. Rubbish, terbagi menjadi dua:
1) rubbish mudah terbakar terdiri atas zat-zat organik, misalnya, kertas, kayu, karet, daun kering, dan
sebagainya.
2) rubbish tidak mudah terbakar terdiri atas za-zat anorganik, misalnya, kaca, kaleng, dan sebagainya.
c. Ashes, semua sisa pembakaran dan industri.
d. Street sweeping, sampah dari jalan atau trotoar akibat aktivitas mesin atau manusia.
e. Dead animal, bangkai binatang besar (anjing, kucing, dan sebagainya) yang mati akibat kecelakaan
atau secara alami.
f. House hold refuse, atau sampah campuran (misalnya, garbage, ashes, rubbish) yang berasal dari
perumahan.
g. Abandoned vehicle, berasal dari bangkai kendaraan.
h. Demolision waste, berasal dari hasil sisa-sisa pembangunan gedung.
i. Sampah industri, berasal dari pertanian, perkebunan, dan industri.
j. Santage solid, terdiri atas benda-benda solid atau kasar yang biasanya berupa zat organik.
k. Sampah khusus, atau sampah yang memerlukan penanganan khusus seperti kaleng dan zat
radioaktif.
Pengelolaan Sampah
Ada beberapa tahapan di dalam pengelolaan sampah padat yang baik, diantaranya, tahap
pengumpulan dan penyimpanan di tempat sumber; dan tahap pengangkutan (Chandra, 2007).
Tahap Pengumpulan dan Penyimpanan di Tempat Sumber.
Sampah yang ada di lokasi sumber (kantor, rumah tangga, hotel, terminal dan sebagainya)
ditempatkan dalam tempat penyimpanan sementara, dalam hal ini tempat sampah. Sampah basah dan
sampah kering sebaiknya dikumpulkan dalam tempat yang terpisah untuk memudahkan
pemusnahannya.
Adapun tempat penyimpanan sementara (tempat sampah) yang digunakan harus memenuhi
persyaratan berikut ini:
a. Konstruksi harus kuat dan tidak mudah bocor.
b. Memiliki tutup dan mudah dibuka tanpa mengotori tangan.
c. Ukuran sesuai sehingga mudah diangkat oleh satu orang.
Hubungan Sampah dan Kesehatan Lingkungan
Pengelolaan sampah mempunyai pengaruh negatif terhadap masyarakat dan lingkungan yang tampak
pada 4 aspek (Mukono, 2005):
a. Aspek kesehatan.
1) Sampah dapat memberikan tempat tinggal bagi vektor penyakit seperti: serangga, tikus, cacing, dan
jamur.
2) Dari vektor yang tersebut di atas dapat menimbulkan penyakit antara lain:
a) Diare, kholera, typus, DHF (Dengue Haemorrhagic Fever).
b) Pes, murine typus.
c) Penyakit kulit dan candidiasis.
d) Taenia.
b. Aspek lingkungan.
1) Estetika lingkungan.
2) Penurunan kualitas udara.
3) Pembuangan sampah ke badan air akan menyebabkan pencemaran air.
c. Aspek sosial masyarakat.
1) Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat mencerminkan status keadaan sosial masyarakat.
2) Keadaan lingkungan yang kurang saniter dan estetika akan menurunkan hasrat turis untuk
berkunjung.
Persyaratan pembuangan sampah pada terminal (Chandra, 2007):
1. Tersedianya tempat pengumpulan sampah sementara sebelum dibuang.
2. Tempat pengumpulan sampah harus tertutup dan kedap air.
Persyaratan Minimum Sanitasi Terminal Bagian Dalam :
Ruang Tunggu
Bagi para calon penumpang bus, selama menungggu keberangkatan, keberadaan ruang tunggu yang
nyaman dengan berbagai ruang penunjang yang informatif sangatlah didambakan. Dengan ruang
tunggu yang terpadu dengan ruang-ruang penunjang lainnya tentu menyebabkan para calon
penumpang lebih bisa menikmati suasana terminal dengan nyaman dan beraktivitas dengan lebih
efisien. Oleh sebab itu penciptaann ruang tunggu terminal yang bisa menjawab pemikiran-pemikiran
di atas adalah dengan menampilkan sebuah ruang tunggu yang meningkatkan pelayanan publik dan
dapat mengikis image ruang tunggu terminal yang terkesan kurang aman, sumpek, gerah dan kumuh.
Penciptaan ini bertujuan untuk menciptakan/mendesain suatu interior ruang tunggu terminal yang
memanfaatkan penerapan warna dan bentuk-bentuk fasilitas yang mengesankan suatu interior ruang
tunggu terminal yang modern namun masih mengangkat krakter lokal daerah (
Persyaratan ruang tunggu terminal (Chandra, 2007):
1. Ruangan bersih.
2. Tempat duduk bersih dan bebas dari kutu busuk.
3. Penerangan yang cukup dan tidak menyilaukan.
4. Tersedia tempat sampah dan terbuat dari benda yang kedap air.
5. Lantai terbuat dari bahan kedap air, tidak licin, dan mudah dibersihkan.
(Padmanaba dkk ,2010).
Jamban dan Urinoir (Pengelolaan Kotoran Manusia)
Dalam ilmu kesehatan lingkungan dari berbagai jenis kotoran manusia, yang lebih dipentingkan
adalah tinja (feces) dan air seni (urine) karena kedua bahan buangan ini memiliki karakteristik
tersendiri dan dapat menjadi sumber penyebab timbulnya berbagai macam penyakit saluran
pencernaan (Suparmin, 2002).
Mengingat kuantitas dan karakteristik tinja yang dihasilkan manusia, maka diperlukan teknik
pembuangan yang memadai agar tinja tidak menimbulkan masalah kenyamanan ataupun kesehatan
bagi manusia.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
Beberapa masalah yang ditemukan pada program Kesling antara lain, belum optimalnya kegiatan
pengawasan sanitasi tempat-tempat umum, belum optimalnya pemeriksaan terminal, serta belum
berjalannya kegiatan pengawasan sanitasi tempat-tempat umum.
Prioritas masalah yang didapatkan pada program Kesehatan lingkungan adalah belum optimalnya
kegiatan pendataan dan pengawasan sanitasi tempat-tempat umum.
Penyebab masalah belum optimalnya kegiatan tersebut antara lain kurangnya jumlah petugas, tidak
tersedianya formulir yang lengkap dan peralatan pengukuran kualitas lingkungan, tidak tersedianya
pedoman umum, serta belum adanya alokasi dana khusus untuk kugiatan.
Evaluasi terhadap pelaksanaan rekomendasi tidak dapat dilakukan karena keterbatasan waktu.
SARAN
Sebaiknya Kepala Terminal memberdayaan petugas lain untuk membantu petugas Kesling dalam
pelaksanan kegiatan pendataan dan pengawasan sanitasi Tempat-Tempat Umum.
Petugas sanitasi agar dapat memanfaatkan sumber daya serta peralatan yang ada secara optimal untuk
menunjang kegiatan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Hilal, Nur.2008. Penyehatan Tanah dan Pengelolaan Ssampah Padat. JKL Purwokerto.
Aboejoewono, A. 1985. Pengelolaan Sampah Menuju ke Sanitasi Lingkungan dan Permasalahannya.
Candra Dermawan, 2006, Artikel Iptek - Bidang Teknologi Transportasi ITS: Sarana Transportasi
Lalu Lintas Darat Masa Depan.