sap hospitalisasi
DESCRIPTION
taskTRANSCRIPT
SATUAN ACARA PENYULUHAN
MENGATASI DAMPAK HOSPITALISASI PADA ANAK
DI RUANG KENANGA RSHS BANDUNG
Disusun Oleh :Kelompok 2
Mita Andriyani 220112150011Lusiyana 220112150015Neng Tuti haryati 220112150116Dewi Yulia F 220112150093Melda Iskawati 220112150118Toayah Indah sari 220112150041Euis Fitriana dewi 220112150065
PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXX
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
BANDUNG
2015
SATUAN ACARA PENYULUHAN
MATERI : Mengatasi dampak hospitalisasi pada anak
SASARAN : Keluarga pasien di ruang rawat inap Kenanga 2 RSHS
HARI/TANGGAL : Kamis / 19 November 2015
WAKTU : 1 x 40 menit
TEMPAT : Ruang Perawatan Kenanga 2
PEMBERI MATERI: Mahasiswa PPN Angkatan XXX FIK UNPAD Kelompok 2
TUJUAN INSTITUSIONAL (TI)
Memberikan pelayanan Prima (SIGAP) yang berkualitas
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)
Setelah mengikuti penyuluhan ini, sasaran dapat memahami tentang dampak
hospitalisasi pada anak dan mengetahui bagaimana cara mengatasinya.
KARAKTERISTIK PESERTA PENYULUHAN
Keluarga klien yang anaknya di rawat di ruang Kenanga 2
ANALISA TUGAS
KNOW
Definisi hospitalisasi
Reaksi anak, orang tua dan saudara kandung terhadap hospitalisasi anak
Cara mengatasi dampak hospitalisasi
DO
Menerapkan cara mengatasi dampak hospitalisasi pada anak
SHOW
Peserta terlihat memperhatikan dan antusias mengikuti penyuluhan
Mengajukan pertanyaan apabila ada hal-hal yang tidak dimengerti dari
materi yang diberikan
Berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)
Setelah mengikuti penyuluhan, peserta didik diharapkan mampu :
1. Menjelaskan definisi hospitalisasi
2. Menyebutkan reaksi anak, orang tua dan saudara kandung terhadap
hospitalisasi anak
3. Menjelaskan cara mengatasi dampak hospitalisasi
POKOK BAHASAN
Mengatasi dampak hospitalisasi pada anak
SUB POKOK BAHASAN
1. Definisi hospitalisasi
2. Reaksi anak, orang tua dan saudara kandung terhadap hospitalisasi anak
3. Cara mengatasi dampak hospitalisasi
ALOKASI WAKTU
Pra-kegiatan : 5 menit
Apersepsi : 5 menit
Penyajian Materi : 20 menit
Penutup / Evaluasi : 10 menit
Total waktu : 40 menit
STRATEGI INSTRUKSIONAL
1. Menggali pengetahuan awal peserta didik tentang definisi hospitalisasi, reaksi
anak, orang tua dan saudara kandung terhadap hospitalisasi, dan cara
mengatasi dampak hospitalisasi pada anak
2. Menjelaskan materi pengajaran
3. Menggunakan media pengajaran: infocus dan Leaflet untuk mempermudah
pemahaman peserta didik
4. Memberikan kesempatan bertanya pada peserta didik untuk bertanya
5. Mengadakan evaluasi
MATERI (terlampir)
KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
Taha
p
Kegiatan Pemberi
Materi
Kegiatan
Peserta DidikMetode
Media/
alatWaktu
Pra-
kegiat
an
Persiapan alat,
klien dan
lingkungan.
Perkenalan
Menjelaskan
tujuan
Menjelaskan
cakupan matei
yang akan
diberikan
Klien dan
keluarga :
dijelaskan
akan
dilakukan
pendidikan
kesehatan
Lingkungan:
membuat
lingkungan
senyaman
mungkin
Menyimak
Menyimak
Menyimak
Ceramah
Ceramah
5’
Apers
epsi
Menanyakan hal-
hal apa yang
diketahui peserta
penyuluhan
tentang definisi
hospitalisasi,
reaksi anak, orang
tua dan saudara
kandung terhadap
hospitalisasi, dan
cara mengatasi
Menjawab
pertanyaan
Tanya
jawab
5’
dampak
hospitalisasi pada
anak
Penya
jian
Mater
i
Menyampaikan
materi dan
simulasi
Memberikan
kesempatan
kepada klien
untuk bertanya
Menyimak
dan
mendengarka
n dengan baik
Bertanya pada
pemberi
materi
Cerama
h
Tanya
jawab
Leaflet
dan
infocus
20’
Evalu
asi
dan
Penut
up
Melakukan
evaluasi
Memberikan
kesempatan pada
salah satu peserta
untuk merangkum
dan
menyimpulkan
materi yang telah
diberikan
Menutup acara
Mengikuti
evaluasi
Menjawab/
Mengungkap
kan ide /
pendapat
Tanya
jawab
Diskusi
10’
MEDIA PENGAJARAN
In focus
Leaflet
METODE
Ceramah
Tanya jawab
Simulasi
SUMBER
Hurlock, EB. 2004. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Supartini,Y. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
Wong, DL. Alih Bahasa Ester,M. 2004. Pedoman Klinis Keperawatn Pediatrik.
Jakarta: EGC.
LAMPIRAN 1
HOSPITALISASI
DEFINISI
Suatu proses karena suatu alasan darurat atau berencana mengharuskan
anak untuk tinggal di rumah sakit menjalani terapi dan perawatan sampai
pemulangan kembali ke rumah. Selama proses tersebut bukan saja anak tetapi
orang tua juga mengalami kebiasaan yang asing, lingkungan yang asing, orang tua
yang kurang mendapat dukungan emosi akan menunjukkan rasa cemas. Rasa
cemas pada orang tua akan membuat stress anak meningkat. Dengan demikian
asuhan keperawatan tidak hanya terfokus pada anak tetapi juga pada orang tuanya
Berbagai perasaan yang sering muncul pada anak yaitu cemas, marah,
sedih, takut dan rasa bersalah perasaan tersebut dapat timbul karena menghadapi
sesuatu yang baru dan belum pernah dialami sebelumnya, rasa tidak aman dan
tidak nyaman, perasaan kehilangan sesuatu yang biasa dialaminya, dan sesuatu
yang dirasakan menyakitkan. Tidak hanya anak orang tua juga mengalami hal
yang sama.
Apabila anak stress selama dalam perawatan, orang tua menjadi stress pula
dan stress orang tua akan membuat tingkat stress anak semakin meningkat. Anak
adalah bagian dari kehidupan orang tuanya sehingga apabila ada pengalaman yang
mengganggu kehidupannya maka orang tua pun merasa sangat stress.
REAKSI ANAK, ORANG TUA DAN SAUDARA KANDUNG TERHADAP
HOSPITALISASI ANAK
Reaksi Anak Terhadap Hospitalisasi
Reaksi tersebut bersifat individual dan sangat tergantung pada usia
perkembangan anak, pengalaman sebelumnya terhadap sakit, sistem pendukung
yang tersedia dan kemampuan koping yang dimilikinya, pada umumnya,reaksi
anak terhadap sakit adalah kecemasan karena perpisahan, kehilangan, perlukaan
tubuh, dan rasa nyeri.
Reaksi anak pada hospitalisasi:
1. Masa bayi (0-1 th)
Dampak perpisahan Pembentukan rasa percaya diri dan kasih sayang.Usia anak >
6 bln terjadi stanger anxiety/cemas
Menangis keras
Pergerakan tubuh yang banyak
Ekspresi wajahyang tak menyenangkan
2.Masa todler (2-3 th)
Sumber utama adalah cemas akibat perpisahan. Disini respon perilaku anak
dengan tahapannya, yaitu:
Tahap protes, perilaku yang ditunjukkan adalah: menangis, menjerit,
menolak perhatian orang lain.
Putus asa menangis berkurang, anak tak aktif, kurang menunjukkan minat
bermain, sedih, apatis
Pengingkaran/denial, perilaku yang ditunjukkan adalah: mulai menerima
perpisahan, membina hubungan secara dangkal, anak mulai menyukai
lingkungannya.
3. Masa prasekolah ( 3 sampai 6 tahun )
Reaksi terhadap perpisahan yang ditunjukkan anak usia prasekolah adalah:
Menolak makan
Sering bertanya
Menangis perlahan
Tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan
Perawatan di rumah sakit juga membuat anak :
Kehilangan kontrol
Pembatasan aktivitas Sering kali dipersepsikan anak sekolah sebagai
hukuman. Sehingga ada perasaan malu, takut sehingga menimbulkan
reaksi agresif, marah, berontak, tidak mau bekerjasama dengan perawat.
4.Masa sekolah 6 sampai 12 tahun
Perawatan di rumah sakit memaksakan meninggalkan lingkungan yang
dicintai, keluarga, kelompok sosial sehingga menimbulkan kecemasan.
Kehilangan kontrol berdampak pada perubahan peran dalam keluarga, kehilangan
kelompok sosial, perasaan takut mati, kelemahan fisik. Reaksi nyeri bisa
digambarkan dengan verbal dan non verbal
5.Masa remaja (12 sampai 18 tahun )
Anak remaja begitu percaya dan terpengaruh kelompok sebayanya. Saat
masuk RS cemas karena perpisahan tersebut. Pembatasan aktifitas di RS membuat
anak kehilangan control terhadap dirinya dan menjadi bergantung kepada keluarga
dan petugas kesehatan di RS.
Reaksi yang muncul:
Menolak perawatan / tindakan yang dilakukan.
Tidak kooperatif dengan petugas kesehatan atau menarik diri dari keluarga
sesama pasien dan petugas kesehatan (isolasi).
Perasaan sakit akibat perlukaan menimbulkan respon anak: bertanya-
tanya, menarik diri, menolak kehadiran orang lain.
Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi
Perasaan yang muncul dalam hospitalisasi:
Perasaan cemas dan takut, preilaku yang sering ditunjukkan orang tua
berkaitan dengan adanya perasaan cemas dan takut ini adalah sering
bertanya atau bertanya tentang hal yang sama secra berulang pada orang
yang berbeda, gelisah, ekspresi wajah tegang, dan bahkan marah.
Perasaan sedih: Kondisi terminal perilaku isolasi /tidak mau didekati orang
lain.
Perasaan frustasi: Kondisi yang tidak mengalami perubahan perilaku tidak
kooperatif, putus asa, menolak tindakan, menginginkan pulang paksa.
Reaksi saudara kandung terhadap perawatan anak di RS
Marah, cemburu, benci, dan rasa bersalah. Rasa marah timbul karena
jengkel terhadap orang tua yang dinilai tidak memperhatikannya.Cemburu atau iri
timbul karena dirasakan orang tuanya lebih mementingkan saudaranya yang
sedang ada di RS, dan ia tidak dapat memahami kondisi ini dengan baik. Perasaan
benci juga timbul tidak hanya pada saudaranya, tetapi juga pada situasi yasng
dinilainya sangat tidak menyenangkan. Selain perasan tersebut rasa bersalah juga
dapat muncul karena anak berpikir mungkin saudaranya sakit akibat
kesalahannya.
DAMPAK HOSPITALISASI
Dampak hospitalisasi yang dialami bagi anak dan keluarga akan
menimbulkan stress dan tidak merasa aman. Jumlah dan efek stress tergantung
pada persepsi anak dan keluarga terhadap kerusakan penyakit dan pengobatan.
Hospitalisasi bagi keluarga dan anak dapat dianggap sebagai :
1. Pengalaman yang mengacam
2. Stressor
Keduanya dapat menimbulkan krisis bagi anak dan keluarga
Bagi anak hal ini mungkin terjadi karena:
1. Anak tidak memahami mengapa dirawat / terluka
2. Stress dengan adanya perubahan akan status kesehatan, lingkungan dan
kebiasaan sehari-hari
3. Keterbatasan mekanisme koping
Reaksi anak terhadap sakit dan hospitalisasi dipengaruhi :
1. Tingkat perkembangan usia
2. Pengalaman sebelumnya
3. Support system dalam keluarga
4. Keterampilan koping
5. Berat ringannya penyakit
Stress yang umumnya terjadi berhubungan dengan hospitalisasi
1. Takut
Unfamiliarity
Lingkungan rumah sakit yang menakutkan
Rutinitas rumah sakit
Prosedur yang menyakitkan
Takut akan kematian
2. Isolasi
Isolasi merupakan hal yang menyusahkan bagi semua anak terutama
berpengaruh pada anak dibawah usia 12 tahun. Pengunjung, perawat dan dokter
yang memakai pakaian khusus ( masker, pakaian isolasi, sarung tangan, penutup
kepala ) dan keluarga yang tidak dapat bebas berkunjung.
3. Privasi yang terhambat
Terjadi pada anak remaja; rasa malu, tidak bebas berpakaian
Faktor-Faktor yang mempengaruhi Hospitalisasi pada anak
1. Berpisah dengan orang tua dan sibling
2. Fantasi-fantasi dan unrealistic anxieties tentang kegelapan, monster,
pembunuhan dan diawali oleh situasi yang asing binatang buas
3. Gangguan kontak sosial jika pengunjung tidak diizinkan
4. Nyeri dan komplikasi akibat pembedahan atau penyakit
5. Prosedur yang menyakitkan.
6. Takut akan cacat atau mati.
CARA MENGATASI DAMPAK HOSPITALISASI PADA ANAK
Fokus intervensi keperawatan adalah meminimalkan stressor,
memaksimalkan manfaat hospitalisasi, memberikan dukungan psikologis pada
anggota keluarga, mempersiapkan anak sebelum masuk rumah sakit.
Upaya meminimalkan stresor atau penyebab stress
Mencegah atau mengurangi dampak perpisahan
1. Melibatkan orang tua berperan aktif dalam perawatan anak
2. Modifikasi ruang perawatan
3. Mempertahankan kontak dengan kegiatan sekolah, misalnya surat menyurat
dan bertemu teman sekolah.
Mencegah perasaan kehilangan control
1. Hindarkan pembatasan fisik jika anak dapat kooperatif.
2. Bila anak diisolasilakukan modifikasi lingkungan
3. Buat jadwal untuk prosedur terapi, latihan, bermain
4. Memberi kesempatan anak mengambil keputusan dan melibatkan orang tua
dalam perencanaan kegiatan
Meminimalkan rasa takut terhadap cedera tubuh dan rasa nyeri
1. Mempersiapkan psikologis anak dan orang tua untuk tindakan prosedur yang
menimbulkan rasa nyeri
2. Lakukan permainan sebelum melakukan persiapan fisik anak, menghadirkan
orang tua bila memungkinkan
3. Tunjukkan sikap empat
4. Pada tindakan pembedahan elektif bila memungkinkan menceritakan tindakan
yang dilakukan melalui cerita, gambar. Perlu dilakukan pengkajian tentang
kemampuan psikologis anak menerima informasi ini dengan terbuka
Memaksimalkan manfaat hospitalisasi anak
1. Membantu perkembangan anak dengan memberi kesempatan orang tua untuk
belajar.
2. Memberi kesempatan pada orang tua untukbelajar tentang penyakit anak.
3. Meningkatkan kemampuan kontrol diri.
4. Memberi kesempatan untuk sosialisasi.
5. Memberi support kepada anggota keluarga.
Memberikan dukungan pada anggota keluarga lain
1. Berikan dukungan kepada keluarga untuk mau tinggal dengan anak di RS
2. Beri dukungan kepada keluarga untuk menerima kondisi anaknya dengan
nilai-nilai yang diyakininya
3. Fasilitasi untuk menghadirkan saudara kandung anak apabila diperlukan
keluarga dan berdampak positif pada anak yang dirawat maupun saudara
kandungnya.
Mempersiapkan anak untuk mendapat perawatan di rumah sakit
1. Siapkan ruang rawat sesuai dengan tahapan usia anak.
2. Mengorientasikan situasi rumah sakit. Pada hari pertama lakukan tindakan:
- Kenalkan perawat dan dokter yang merawatnya.
- Kenalkan pada pasien yang lain.
- Berikan identitas pada anak.
- Jelaskan aturan rumah sakit.
- Laksanakan pengkajian.
- Lakukan pemeriksaan fisik.
Bermain selama di rumah sakit
Bermain merupakan kegiatan
Menyenangkan / dinikmati
Fisik
Intelektual
Emosi
Sosial
Untuk belajar
Perkembangan mental
Bermain dan bekerja
Tujuan bemain di rumah sakit
Untuk dapat melanjutkan tumbuh kembang yang normal selama di rawat
Untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan dan fantasinya melalui
permainan
Prinsip bermain di rumah sakit
Tidak membutuhkan banyak energy
Waktunya singkat.
Mudah dilakukan
Aman
Kelompok umur.
Tidak bertentangan dengan terapi.
Melibatkan keluarga.
Fungsi bermain
Aktifitas sensori motorik
Perkembangan kognitif
Sosialisasi
Kreatifitas
Perkembangan moral therapeutic
Komunikasi.
Klasifikasi bermain
1. Sosial affective play
Belajar memberi respon terhadap lingkungan, misalnya: Orang tua
berbicara/memanjakan —- anak senang,tersenyum,mengeluarkan suara,dll
2. Sense of pleasure play
Anak memperoleh kesenangan dari suatu obyek disekitarnya, misalnya
bermain air/pasir
3. Skill play
Anak memperoleh keterampilan tertentu, misalnya: mengendarai
sepeda,memindahkan balon,dll
4. Dramatic play/tole play
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya berperan sebagai:
Perawat,dokter,ayah,ibu,dll
Karakteristik Sosial1.Solitary playDilakukan oleh balita ( todler)
Bermain dalam kelompok 1 thn merupakan asyik dengan permainannya sendiri yang berlainan
Dilakukan oleh balita atau pre school
Bermain dalam kelompok, permainan sejenis,tak ada interaksi,tak tergantung
Bermain dalam kelompok,aktivitas sama,tetapi belum terorganisasi denganbaik
Belum ada pembagian tugas, bermain sesuai dengan keinginannya
Bermain dalam kelompok,aktivitas sama,tetapi belum terorganisasi dengan baik
Belum ada pembagian tugas, bermain sesuai dengan keinginannya
School age/ adolescantPermainan terorganisasi terencana, ada aturan-aturan tertentu
Faktor-faktor yang mempengaruhi bermain1. Tahap perkembangan anak2. Status kesehatan3. Jenis kelamin4. Alat permainan