satinan - bssn · pembangunan industri di seluruh wilayah indonesia melalui pembangunan wilayah...
TRANSCRIPT
PRESIDENREPUBLIK INOONESIA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 2 TAHUN 2018
TENTANG
KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2O15-2OL}
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
SATINAN
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 12 ayat (5)Undang-undang Nomor 3 Tahun 2074 tentang rerindustriandan_Pasal 3 ayat (4) peraturan pemerintah Nomor 14 Tahun?,01I tgltang Rencana Induk er*U.rgr.r., IndustriNasional Tahun 2ors-2ogs, perlu *"""t"it"" peraturanPresiden tentang Kebijakan Iniustri Nasional Tahun 2ors-2019;
Mengingat : 1.
2.
Pasal 4 Vyat (1) UlqTg-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun l941tUndang-Undang Nomor g Tahun 2Ol4 tentangPerinduslrian (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2Ot4 Nomor 4, Tam6ahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor Sa9\;Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015 tentangRencana Induk pembangunan Industri Nasionar Tahun2015-2035 (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 20 15 Nomor 46, tambahan Lembar"r, w"g"r,Republik Indonesia Nomor 56Tl);
3.
MEMUTUSKAN
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
-2-MEMUTUSIGN:
MenetapKan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG KEBIJAKAN INDUSTRINASIONAL TAHUN 20 15-20 19.
Pasal I
Kebijakan Industri Nasional Tahun 2015-2019 yangselanjutnya disebut KIN 2015-2019 ditetapkan untukjangka waktu 5 (lima) tahun.
KIN 2015-2019 sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sejalan dengan Rencana Pembangunan JangkaMenengah Nasional Tahun 201$-2019 dan merupakanarah dan tindakan untuk melaksanakan pencapaianpembangunan industri tahap I Tahun 2015-2019 yangditetapkan dalam Rencana Induk PembangunanIndustri Nasional Tahun 20 15-2035.
KIN 2015-2019 sebagaimana dimaksud pada ayat (2)memuat:
a. sasaran pembangunan industri;b. fokus pengembangan industri;c. tahapan capaian pembangunan industri;
d. pengembangan sumber daya industri;
e. pengembangan sarana dan prasarana industri;
f. pemberdayaanindustri;
g. pengembangan industri prioritas dan industri kecildan industri menengah;
h. pengembangan perwilayahan industri; serta
i. fasilitas fiskal dan nonfiskal.
KIN 2015-2019 sebagaimana dimaksud pada ayat (3)tercantum dalam Lampiran dan merupakan bagianyang tidak terpisahkan dari Peraturan Presiden ini.
(1)
(2)
(3)
(4)
Pasal 2
PRESIDENREPUBLIK INOONESIA
(1)
(21
(3)
(4)
(s)
-3-
Pasal 2
KIN 2015-2019 sebagaimana dimaksud dalam pasal 1dijabarkan ke dalam Rencana Kerja pembangunanIndustri.Rencana Kerja Pembangunan Industri sebagaimanadimaksud pada ayat (1) disusun untuk jangka waktu I(satu) tahun.
Rencana Kerja Pembangunan Industri sebagaimanadimaksud pada ayat (1) disusun oleh menteri yangmenyelenggarakan urusan pemerintahan di bidangperindustrian berkoordinasi dengan instansi terkait danmempertimbangkan masukan dari pemangkukepentingan terkait.Rencana Kerja Pembangunan Industri sebagaimanadimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh mentEri yangmenyelenggarakan urusan pemerintahan di bidangperindustrian.
Rencana Kerja Pembangunan Industri sebagaimanadimaksud pada ayat (4) dilaksanakan oleh menteri yangmenyelenggarakan urusan pemerintahan di biiangperindustrian, menteri, dan pimpinan lembagapemerintah non kementerian terkait.Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahandi bidang perindustrian melakukan pemantauan danevaluasi atas pelaksanaan Rencana Keija pembangunanIndustri sebagaimana dimaksud pada ayat (S).
pasal 3
Menteri dT pimpinan lembaga pemerintahnonkementerian dalam menetapkan rcf iiat<an sektoralyang _tertait dengan bidang perindustiian mengacupada KIN 2Ot5-20I9.
$:i,.I"": dan bupati/wati kota datam menJrusunRencana-Pembangunan Jangka Menengah Daerah yangterkait dengan bidang perindustrian -sejalan a""g"iRencana pembangunan " IndustriProvinsi/ Kabupaten/ Kota aan XIIV 20 lS_2O lg.
(6)
(1)
(2)
(3) KrN.
PRESIDENREPUBLIK INOONESIA
-4-(3) KIN 2015-2019 menjadi dasar pemerintah pusat dalam
pemberian fasilitas penanaman modal sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.
pasal 4
Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang perindustrian melakukan pemanta;an dan evaluasiterhadap pelaksanaan KIN 20 lS-2O 19.
pasal 5
Kebijakan Industri Nasional Tahun 2015 dan Tahun 2016telah disusun dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.
pasal 6
Pada saat Peraturan presiden ini mulai berlaku:a. semua peraturan perundang_undangan yang
merupakan peraturan pelaksanaan dari peraturanPresiden Nomor 28 Tahun 200g tentang KebijakanIndustri Nasional dinyatakan masih teiip berlakusepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalamPeraturan Presiden ini; dan
b. Peraturan Presiden Nomor 2g Tahun 2OOg tentangKebijakan Industri Nasional dicabut dan dinyatakaitidak berlaku.
pasal 7
Peraturan Presiden inidiundangkan.
mulai berlaku pada tanggal
Agar .
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
-5-
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Peraturan Presiden ini denganpenempatannya dalam Lembaran Negara RepublikIndonesia.
Ditetapkan di Jakartapada tanggal 2 Februari 2018
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd
JOKO WIDODO
Diundangkan di Jakartapada tanggal 6 Februari 2Ol8
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIAREPUBLIK INDONESIA,
ttd
YASONNA H. LAOLY
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2OL8 NOMOR 8
Salinan sesuai dengan aslinyaKEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
Aysllen Deputi Bidang perekonomian,ukum dan Perundang-undangan,
Dna Djaman
PRESIDENREPU BLIK IN DON ESIA
LAMPIRANPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIANOMOR 2 TAHUN 2018TENTANG KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONALTAHUN 2OL5-2019
KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2OI5-201g
SASAMN PEMBANGUNAN INDUSTRI
Memperhatikan sasaran pembangunan industri nasional jangka panjangpada Rencana Induk pembangunan Industri Nasional 1nri,rruf zois-iossdan sasaran pembanguna":_Elgi nasional pada Rencana n Jr"-U."g""."Jangka Menengah Nasional
LRPJMN) 2OlS-iOlg, sasaran p.*U""E-,i"""industri nasional periode 2OlS-2Olg ditetapkan sebagai berii<ut:1' Meningkatkan laju pertumbuhan industri pengolahan nonmigas sekitar
5,5o/o - 6,20/o,
2. Meningkatkan pera.l , _
industri pengolahan nonmigas dalamperekonomian menjadi lg,2o/o - tg,4yo.3. Mengurangi ketergantungan terhadap impor.4. Meningkatkan ekspor produk industri.5. Meningkatkan persebaran dan pemerataan kegiatan industri.6. Meningkatkan peran industri kecil dan industri menengah.7. Meningkatkan inovasi dan pemanfaatan teknologi.8. Meningkatkan penyerapan tenaga kerja.9. Memperkuat struktur industri.10. Meningkatkan nilai tambah sumber daya alam.1 1 . Memperkokoh konektivitas ekonomi nasional.Kebijakan Industri Nasional Tahun 2ors dan Tahun 2016 telahdilaksanakan sesuai dengan amanat RIPIN 20 1s-2035 dan RPJMN 2ors -2079 yang meliputi:(1) Pengembangan perwilayahan industri di luar pulau Jawa;(2) Penumbuhan populasi industri; dan(3) Peningkatan daya saing dan produktivitas.
Beberapa .
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
-2-Beberapa capaian pembangunan industri nasional pada Tahun 2015 danTahun 2016 berturut-turut sebagai berikut:(1) Pertumbuhan industri pengolahan nonmigas sebesar S,os o/o dan
4,42o/o;
(21 Kontribusi terhadap PDB Nasional sebesar l8,l9o/o dan l8,2Oo/o;
(3) Ekspor produk industri pengolahan nonmigas sebesar USD 108,60miliar dan USD 109,76 miliar;
(4) Kontribusi terhadap total ekspor nasional sebesar 7o,9o/o dan 76,00/o;dan
(5) Realisasi nilai investasi Tahun 2015 di industri pengolahan nonmigasmencapai Rp236 triliun yang terdiri dari Penanaman Modal DalamNegeri (PMDN) sebesar Rp89 triliun dan Penanaman Modal Asing (PMA)sebesar Rp147 triliun. Sedangkan Tahun 2016 total nilai investasimencapai Rp332,06 triliun dengan perincian nilai investasi PMDNsebesar Rp106,78 triliun dan nilai investasi PMA sebesar Rp225,28triliun.
Sasaran kuantitatif pembangunan industri nasional periode 2O|7-2OI9disusun berdasarkan perkembangan kondisi perekonomian terkini denganmenggunakan tahun dasar PDB 2010 yang penggunaannya ditetapkanpada awal Tahun 2015 oleh Badan Pusat Statistik setelah diterbitkannyaPeraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana IndukPembangunan Industri Nasional Tahun 2015-2035. Penggunaan tahundasar PDB 2010 menyebabkan perubahan pada input data untuk mod"etlingdan forecasting, sehingga beberapa sasaran kuantitatif pembangunanindustri nasional dalam KIN Tahun2Ol7-2019 berbeda dengan RIPIN 2015-2035 yang menggunakan tahun dasar PDB 2000. Sasaran kuantitatifpembangunan industri nasional period e 2OLT -2019 ditetapkan seperti padaTabel 1.1 berikut.
Tabel 1.1 Sasaran Pembangunan Industri Nasional Tahun 2oL7-2olg
No.Indikator
Pembangunan Industri Satuan 2017 2018 2019
1. Pertumbuhan industripengolahan nonmigas % 5,2-5.4 5,4-5,8 5,7-6,2
2. Kontribusi industripengolahan nonmigasterhadap PDB
o/o 18,4-L9,7 18,6- 19,1 18,9-19,4
3. Kontribusi
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
-3-
No. IndikatorPembangunan Industri Satuan 20t7 20t8 2019
3. Kontribusi eksporproduk industriterhadap total ekspor
o/o 76,9-77,O 77,3-77,5 77,6-79,O
4. Jumlah tenaga kerja disektor industri
jutaorang L6,2-16,3 L6,5-16,7 16,g-L7,1
5. Persentase tenaga kerjadi sektor industriterhadap total pekerja
% 13,4- 13,5 13,7- 13,9 L4,L-L4,2
6. Rasio impor bahanbaku sektor industriterhadap PDB sektorindustri nonmigas
o/o 36,1-39,6 32,9-35,3 29,g-32,3
7. Nilai Investasi sektorindustri
Rptriliun 325-350 395-420 480-500
8. Persentase nilai tambahsektor industri yangdiciptakan di luarPulau Jawa
o/o 29,4-29,5 28,9-29,o 29,4-3O,O
sasaran tersebut ditetapkan dengan memperhatikan sasaran RIPIN 2015-2035 dan capaian-pemb..rgrr.i industri fi" tahun 2oLs-2o16 sertaperkembangan terakhir parameter-parameter yang mempengaruhi sasaranpembangunan industri. Parameterlparameteidiriaksud^ aifrengaruhi olehkondisi sebagai berikut:1. stabilitas politik dan ekonomi yang mendukung peningkatanpertumbuhan ekonomi nasional;2. Perkembangan.ekonomi globar rang dapat mendukung pertumbuhan
ekspor nasional khususnya produk lrrar.tri;3. Landasan hukum terkait pembagian kewenangan lintaskementerian/lembaga tentang pembiriaan, pengembangan danpengaturan industri;4. Terbangunnya infrastruktur .yang dapat mendukung peningkatanproduksi dan kelancaran distriLusf5' Kebijakan terkait sumber daya aram yang mendukung pelaksanaanprogram hilirisasi industri secara optimal; a1n6' Terbentuknya rembaga pembiayaan pembangunan industri.
II. FOKUS
PRESIDENREPUBLIK INOONESIA
-4-II. FOKUS PENGEMBANGAN INDUSTRI
Kebijakan pengembangan industri nasional merupakan bagian kebijakanperindustrian yang diamanatkan dalam RIPIN 2015-2035 dan RPJMN2Ol5-2O19. Prinsip kebijakan pengembangan industri hanrs mendorongpertumbuhan industri serta peningkatan daya saing industri nasional.
Kebijakan pengembangan industri nasional difokuskan pada:
1. Peningkatan nilai tambah sumber daya alam pada industri huluberbasis agro, mineral, serta migas dan batubara dalam rangkapendalaman struktur industri melalui penguatan rantai nilai industridan pembangunan industri hulu yang diintegrasikan dengan industriantara dan industri hilirnya;
2. Peningkatan kapabilitas industri melalui peningkatan kompetensisumber daya manusia dan penguasaan teknologi; serta
3. Pembangunan industri di seluruh wilayah Indonesia melaluipembangunan wilayah pusat pertumbuhan industri (WPPI), kawasanperuntukan industri (KPI), kawasan industri, dan sentra industri kecildan industri menengah (Sentra IKM).
M. TAHAPAN CAPAIAN PEMBANGUNAN INDUSTRI
RIPIN 2015-2035 menetapkan bahwa arah rencana pembangunan industriselama periode 2O|5-2OL9 adalah meningkatkan nilai tambah sumber dayaalam pada industri hulu berbasis agro, mineral dan migas, yang diikutidengan pembangunan industri pendukung dan andalan secara selektifmelalui penyiapan sumber daya manusia yang ahli dan kompeten di bidangindustri, serta meningkatkan penguasaan teknologi. Pelaksanaanpembangunan industri dalam bentuk pengembangan sumber dayaindustri, pengembangan sarana dan prasarana industri, pemberdayaanindustri, pengembangan industri prioritas dan industri kecil dan industrimenengah, pengembangan perwilayahan industri dan fasilitas fiskal dannonfiskal selama periode 2Ol5-20L9 sebagai berikut:1. Pengembangan Sumber Daya Industri
Sumber daya industri mencakup sumber daya manusia (SDM) industri,sumber daya alam (SDA), teknologi, kreativitas dan inovasi, sertasumber pembiayaan.a. Pembangunan Sumber Daya Manusia Industri
Pembangunan SDM Industri dilakukan melalui pembangunaninfrastruktur ketenagakerjaan berbasis kompetensi, peningkatankompetensi SDM industri, dan peningkatan produktivitas SDMindustri.
b. Pemanfaatan
PRESIDENREPUBLIK IN DON ESIA
-5-b. Pemanfaatan, Penyediaan, dan penyaluran Sumber Daya Alam
Pemanfaatan, penyediaan, dan penyaluran SDA dilakukan meraruipemetaan potensi dan kebutuhan SDA, penJrusunan ketentuanperaturan perundang-undangan yang menjamin kepastian pasokanbahan baku untuk. industri dalam .r"g"ri ".".." berkelanjutan,pengembangan kemitraan antara industii dengan produsen 6ahanbaku dan pembangunan industri berbasis SDA.
c. Pengembangan dan pemanfaatan Teknologi IndustriPengembangan dan pemanfaatan teknologi industri dilakukanmelalui penguatan infrastruktur penelitia; dan pengembangan,peningkatan adopsi dan alih teknologi, serta pemanfaatin t.hiogiindustri dalam negeri.
d. Pengembangan dan Pemanfaatan Kreativitas dan InovasiPengembangan dan pemanfaatan kreativitas dan inovasi dilakukanmelalui penyediaan
. ruang, wilayah dan infrastruktur bagipengembangan kreativitas dan inovasi, pengembangan sentiaindustri kreatif, pelatihan teknorogi dan - desainl fasilitasiperlindungan hak kekayaan intelelitual, dan promosi ataupemasaran produk industri kreatif.
e. Penyediaan Sumber pembiayaan IndustriPenyediaan sumber pembiayaan yang kompetitif bagi industridilakukan antara lain. melalui pembentukan lembaga plmbiayaanpembangunan industri.
2. Pengembangan Sarana dan prasarana IndustriPengembangan Sarana dan prasarana Industri meliputi standardisasiindustri, infrastruktur industri, dan sistem informasi industri nasional(srrNAS).
a. Standardisasi IndustriPengembangan standardisasi industri dilakukan meraluipenlrusunan dan penetapan standar industri, penge-banganinfrastruktur standardisasi, serta pengakuan ir"i."rfi" f^"i_lrecognitionl atas hasil pengujian raboritorium dan sertifikasi p;;;k.
b. Infrastruktur IndustriInfrastruktur industri mencakup energi dan lahan industri.Penyediaan energi d akukan
-melalui" penJrusunan rencanapenyediaan energi,. pembangunan pembangkit liltrik serta j";;;;;transmisi dan distribusinya, pengembangln. sumber .";;;i G;;terbarukan, diversifikasi dan konsJrvasi enirgr, serta pengembangan
industri pendukung pembangkit energi.
Penyediaan
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
-6-Penyediaan lahan industri dilakukan merarui penetapan kawasanperuntukan industri dalam rencana tata ruang wilayah (RTRW)kabupaten/ kota, .dan pembangunan kawasan industri denganmemanfaatkan kelembagaan bank tanah (land Aan4. eenftJiianlahan industri juga disertai dengan penyediaan air untuk r."u"t"rr.r,industri yang dilakukan melalui pen5aminan sumber aaya air bagiWPPI, pengembangan, pemanfaatan-dan pengelol"u" .;irirrgu" ui.untuk kebutuhan kawasan industri, dan pingo-lahan aii limb"ah.
c. Sistem Informasi Industri NasionalPengembangan SIINAS Tahun 2OlZ_2Olg dilakukan melaluipen1rusunan rencana induk, pengembangan sistem informasi,pengolahan data dan penyebaran informasi, serta kerjasamainterkoneksi.
3. Pemberdayaan IndustriPemberdayaan industri mencakup pengembangan industri hijau,pembangunan industri strategis,
-p..rirrg'i.at , penggunaan produkdalam. negeri (p3DN), kerjasama intlrnasi'onal
""it" iE"g"-u"I" J""penyelamatan industri.a. Industri Hijau
Pengembangan industri hijau d,akukan melalui penetapan standarindustri hijau, pembangunan dan pengembangan iembaga sertifikasiindustri hijau, peningkatan komplterisi audiior i"d"";i tt;;;;;;pemberian insentif untuk industri hijau.
b. Industri Strategis
Pembangunan industri strategis dilakukan melalui penetapanindustri strategis, . pengaturan kepemilikan, penyertaan modalpemerintah, produksi, distribusi, Larga dan p"rrg"*.".r, .".Lpemberian fasilitas kepada industri stralegis.
c. Peningkatan penggunaan produk Dalam NegeriP3DN dilakukan melalui peningkatan Tingkat Komponen DalamNegeri (TKDN) produk dalam negeli, penyusunan daftai inventarisasibarang/iasa produksi dalam negeri, pemberian i""""tif, plf.t;;;;;;audit kepatuhan kewajiban p..ri.rgl*t"., penggunaan produk dalamnegeri, dan pemberian penghargaan Cinta Xarya Bangsa.
d. Kerjasama .
PRESIDENREPIJBLIK IN DON ESIA
4.
-7 -
d. Kerjasama Internasional
Kerjasama internasional bidang industri dilakukan melaluiperlindungan industri nasional dari dampak persaingan global,peningkatan akses industri nasional terhadap pasar dan simUeidaya industri di luar negeri, pengembangan jiringan rantai suplaiglobal, dan peningkatan kerjasama investasi di sektor industrldengan mengutamakan pemanfaatan bahan baku produk lokal.
e. Pengamanan dan Penyelamatan IndustriPengamanan industri dari dampak buruk perubahan kebijakan,regulasi, iklim usaha, dan persaingan global dilakukan melaiuiprogram restrukturisasi industri dan perlindungan denganmekanisme tarif dan nontarif.Penyelamatan industri dari kerugian yangkonjungtur perekonomian dunia dilakukanstimulus fiskal dan kredit program.
Pengembangan Industri Prioritas dan IndustriMenengah
a. Pengembangan Industri Prioritas
Berdasarkan RIPIN 2015-2035 telah ditetapkan l0 (sepuluh) industriprioritas yang dikelompokkan dalam industri andalan, industripendukung, dan industri hulu, sebagai berikut:1) Industri andalan, meliputi:
a) industri pangan;
b) industri farmasi, kosmetik, dan alat kesehatan;c) industri tekstil, kulit, alas kaki, dan aneka;d) industri alat transportasi;
e) industri elektronika dan telematika/ ICIf) industri pembangkit energi;
2) Industri pendukung, meliputi:a) industri barang modal, komponen, bahan penolong, dan jasa
industri;
3) Industri hulu, meliputi:a) industri hulu agro;
b) industri logam dasar dan bahan galian bukan logam;c) industri kimia dasar berbasis migas dan batubara.
diakibatkan olehdengan pemberian
Kecil dan Industri
b. Pengembangan
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
5.
-8-b. Pengembangan Industri Kecil dan Industri Menengah
Pengembangan industri kecil dan industri menengah ditqjukanuntuk pengembangan pemasaran, peningkatan pertumbuhan danproduktivitas IKM dengan memanfaatkan intemet of things (Industry4.0/ melalui platform digital (e-smart IKM) dan sebagai pendukungpencapaian sasaran pembangunan 10 (sepuluh) industri prioritas.
Pengembangan Perwilayahan IndustriPerwilayahan industri mencakup pengembangan Wilayah pusatRrtrmbuhan Industi (WPP[), pengembangan Kawasan Ferunhrkan Industi (I,p[),pembangunan Kawasan Industri, dan pengembangan Sentra IKM.
a. Pengembangan WPPI dilakukan melalui penetapan WppI sebagaikawasan strategis nasional, pen5rusunan master plan,pengintegrasian pengembangan WPPI ke dalam RencanaPembangunan Industri Provinsi/IGbupaten/Kota, pembangunanberbagai infrastruktur pendukung, pembangunan sumber dayaindustri, peningkatan kerjasama antar daerah, promosi investasidan pemberian insentif.
b. Pengembangan KPI dilakukan melalui penetapan KpI dalam RTRWKabupaten/Kota, dan pembangunan infrastruktur, penyediaanenergi, sarana dan prasarana dalam mendukung pengembanganKPI.
c. Pembangunan kawasan industri baru yang diprioritaskan di luarPulau Jawa dan peningkatan daya saing kawasan industri yangsudah ada.
d. Pengembangan Sentra IKM dilakukan melalui pemetaan lokasi,pembentukan kelembagaan, pengadaan tanah, dan pembangunarrinfrastruktur.
Fasilitas Fiskal dan Nonliskal
Fasilitas fiskal adalah pemberian fasilitas melalui pendapatan ataupengeluaran negara berupa insentif bea masuk, pajak, serta pemberiansubsidi. Fasilitas nonfiskal adalah seluruh fasilitas yang diberikanpemerintah yang tidak terkait secara langsung dengan pengJluaran danpendapatan negara. Termasuk ke dalam fasilitas nonfilkal adalahkemudahan perizinan, prioritas pelayanan, dan perlindungan denganmekanisme non tarif.
6.
IV. PENGEMBANGAN
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
-9-IV. PENGEMBANGAN SUMBER DAYA INDUSTRI
Pengembangan sumbe.r daya industri meliputi pembangunan sDM industri,pemanfaatan, penyediaan dan_ penyaluran SDA, f,engembangan danpemanfaatan teknologi, pengembangan dan pemaniaatan- kreati,)ltas daninovasi, serta penyediaan sumber p"--biuyaur.1. Pembangunan Sumber Daya Manusia Industri
sDM Industri meliFuti: (a) wirausaha industri (pelaku usaha industri);(b) tenaga kerja industri (tenaga kerja profesio"ui ai uia""gi"ar"tri); (")pembina industri.(aparatur yang memiiiki kompeten"i Ji ui?"rrg1"a""tridi pusat dan di daerah); aan 1a1 konsultan industri 1o-.i.rg "t",perusahaan yu1g,
, memberikan layanan konsultasi, advokasi,pemecahan masalah bagi industri).
Kegiatan pembangunan sDM industri difokuskan pada rencanapembangunan tenaga kerja industri. pembangu.r..r^ i.rr"g; t.4.industri bertujuan unruk menyiapkan tenaga kerja industri kompetenyang siap kerja sesuai dengan kibutuhan"p"r"""t""" i"ir"tri .tu,perusahaan kawasan industri, meningkatka" pr.a"ttiritu" tenagakerja industri, meningkatkan penyerapa., tenaga klrja di sektor industriserta memberikan perlindungan dan- kesejaht-eraan tagi tenaga kerjaindustri.
a. Sasaran
Sasaran pembangunan SDM industri selama periode 2OlZ _2olgadalah paling sedikit sebagai berikut:1) Pemenuhan kebutuhan tenaga kerja sektor industri;2) Penumbuhan wirausaha baru industri kecil dan industri
menengah;
3) Pembangunan infrastruktur ketenagakerjaan berbasiskompetensi meliputi Standar fo*p.tCrr"i "*.iJ" iasionatIndonesia,(pK-fNI), Lembaga Sertifikasi profesi lii! al"l.t""Tempat uji Kompetensi lrur1, serta tenaga asesor lisensidan/atau asesor kompetensi;4) Sertilikasi tenaga kerja dan calon tenaga kerja industri;5) pembangunan lembaga pendidikan vokasi atau akademikomunitas bidang induitri berbasis t<ompeten"i pJu ".tiii weerdan/ atau kawasan industri;6) Penyediaan SDM pembina industri yang kompeten;7) Peningkatan kompetensi wirausaha industri; dan8) penyediaan tenaga konsultan diagnosis atau penyuluh IKM.
b. Kebijakan
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
-10-
b. Kebijakan dan program OperasionalDalam_ rangka memenuhi. kebutuhan tenaga kerja industri yangmemiliki kompetensi di bidang teknis dan"manajerial aiperfrlkaiberbagai.program pengembanlan baik dalam jangk. *".r.rgJmaupun jangka panjang yang meliputi:1) Pembangunan infrastruktur tenaga kerja industri berbasis
kompetensi
Pembangunan infrastruktur tenaga kerja industri berbasiskompetensi untuk tenaga kerja iridustri'dimaksudka.,,rrrirtmeningkatkan kualitas tenaga-kerja industri d"" ;"G;;k;;kesesuaian antara sistem pengupahln dengan produktivitas kerjaguna memberikan perlindungan dan kese]ahteraan U.git.".g^kerja industri. program pembangunan infristruktur t"rig. t..]"industri berbasis kompeiensi me-liputi :
(a) Pemetaan kebutuhan SKKNI, LSp, TUK dan asesor kompetensibidang industri;
(b) Penyusunan dan penetapan SKKNI melalui:(1) Pelatihan penyusunan SKKNI;(2) Penyusunan SKKNI sektor industri;(3) Pendampingan penyusunan SKKNI sektor industri;(4) Fasilitasi pra konvensi dan konvensi SKKNI sektorindustri;
(c) Pembentukan asesor kompetensi dan asesor lisensi;(d) Peningkatan kapasitas LSp dan TUK yang sudah ada danpembentukan LSp dan TUK baru di bidang i-ndustri;(e) Pembangunan sistem sertifikasi kompetensi; dan(f) Pembangunan lembaga pendidikan berbasis kompetensi.
2) Pembangunan SDM Industri berbasis kompetensi dilakukandengan. _bekerjasama antara pemerintah pusat, pemerintahprovinsi/kabupaten/kota, KADIN, ."o"i*i industr.i, ;.;$*;profesi dan perusahaan industri. erogram pembangunan SDMIndustri berbasis kompetensi dilakukai melalui:(a) Pemetaan kebutuhan-. tenaga kerja industri menurut sektor
9T j".ruarrg kuatifrkasi/ke.".rik"---kr"lifikasi nasionalIndonesia (KKNI);(b) Pelatihan calon asesor kompetensi dan asesor lisensi;(c) Pelatihan dengan,sistem " three in ond (pelatihan, Sertifikasidan penempatan) bagi tenaga ke4a lnauiiri;
(d) Sertilikasi .
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
- 11-
(d) Sertilikasi kompetensi bagi peserta dan lulusan lembagapendidikan vokasi;
(e) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan wirausaha industriberbasis kompetensi;
(f) Pendidikan gelar bagi aparatur pembina industri;(g) Pendidikan dan pelatihan pembina industri berbasis
kompetensi;
(h) Penyelenggaraan pelatihan konsultan diagnosis IKM; serta(i) Pemagangan industri.
3) Pembangunan dan pengembangan lembaga pendidikan vokasidan lembaga pendidikan da., p.Ltih.., U".f,u"i. kompetensiProgram Pembangunan dan pengembangan lembaga pendidikanvokasi dan..-lembaga p.r,hidilan ain pelatif,an berbasisKompetensr ctllaksanakan melalui:(a) Pemetaan kebutuhan (jumlah, jenis, dan lokasi) lembagapendidikan vokasi serta lembagi pendidikan dan' pelatihin
berbasis kompetensi sesuai denlan."r"..u kebutuhan SDMindustri;(b) Pembentukan proqram pendidikan dan pelatihan danpenJrusunan kurikulum berbasis kompetensi;(c) Penyusunan dan .penyempurnaan modui pendidikan danpelatihan berbasis kompetensi;(d) Pembangunan sarana.dan prasarana (laboratorium , worksLop,
teach.ing factory) lembaga pendidikan vokasi serta f._U"1"pendidikan dan pelatihan;(e) " Link and matcv antara lembaga pendidikan dan pelatihandengan dunia usaha industri;(f) Peningkatan jenjang pendidikan pada pendidikan vokasiindustri;(g) Pengembangan program studi baru sesuai kebutuhan duniausaha industri;(h) Pembentukan LSp dan TUK pada lembaga pendidikan sertalembaga pendidikan dan pelatihan il;Ji;(i) Pembangunan pendidikan vokasi pada wppl dan kawasanindustri; serta
fi) Pembangunan unit inkubasi industri pada lembagapendidikan vokasi dan balai penJidiilan a"., pelatihanindustri.
4) Sertilikasi .
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
_t2-
4) Sertifikasi Kompetensi Tenaga Kerja IndustriFasilitasi penyelenggaraan sertifikasi kompetensi bagi calon}""ry1 kerja dan tenaga kerja sektor industri serta penlmpatankerja bagi lulusan pendidikan vokasi industri dan pendidikan danpelatihan industri berbasis kompetensi dilakukarrmelalui:(a) Penyusunan pangkalan data kompetensi tenaga kerja sektor
industri;(b) Kerjasama dengan asosiasi industri dan pelaku industri dalam
rangka mendorong sertifikasi kompetensi bagi tenaga kerjaindustri.
2. Pemanfaatan, Penyediaan, dan penyaluran Sumber Daya AlamPemanfaatan, penyediaan, dan penyaluran SDA mencakup pemetaanpotensi dan kebutuhan SDA, serta pen5rusunan peraturan perundang_undangan dengan tujuan menjamin penyediaarr d"., p"rry.lr.r.n SDiuntuk memenuhi kebrrtuhan bahan baku, bahan p".roiorri, energi, danair baku bagi industri nasional.
a. Sasaran
Berkaitan dengan pemanfaatan, penyediaan, dan penyaluran SDA,sasaran yang akan dicapai selama periode 2OlZ -2olg adal"h,l) tersusunnya peta potensi dan kebutuhan SDA untuk industri;2) pemenuhan kebutuhan bahan baku industri dan energi dalam
rangka hilirisasi industri berbasis sDA seperti disajik-an padaTabel 4.1. dan Tabel 4.2. berikut.
Tabel 4.1. Kebutuhan SDA sebagai bahan bakudibangun dalam rangka kebijakanberbasis SDA tahun 2OLZ_2olg.t
industri yang akanhilirisasi industri
Industri Lokasi KapasitasProduksl
BahanBaku
KebutuhanBahan Baku
SumberBahaaBaku
Keterangan
Besi Bqja Batu Licin-KalimantanSelatan
50O ributon pertahun
Bijih besi l juta tonper tahun
KalimantanSelatan,SumateraBarat, Aceh
Limestone.
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
-13-
Industri Lokasi KapasitasProduksi
BahanBaku
KebutuhauBahan Baku
SumberBahanBaku
Keterangan
Limestone 50 ribu tonper tahun
KalimantanSelatan
Besi Baja Lumajang-Jawa Timur
500 ributon pertahun
Pasir Besi
Limestone
l juta tonper tahun
50 ribu tonper tahun
Lumajang-JawaTimur,PantaiSelatanPulau Jawa
Jawa Timur
Benefisiasi,Pelet Besi
Solok,Aceh,KalimantanSelatan
300 ributon pertahun
Biji besi l juta tonper tahun
Sumatera,Kalimantan
Alumina Mempawa-KalimantanBarat
Ketapang-KalimantanBarat
1,2 juta tonper tahunSmelterGradeAlumina(sGA)
2 juta tonper tahunSGA
Bauksit 1,4 juta tonper tahun
4 juta tonper tahun
KalimantanBarat
Aluminium KualaTanjung-SumateraUtara
250 ributon pertahun
Alumina 500 ribu tonper tahun
Mempawa-KalimantanBarat
Tembaga
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
-14-
Industri Lokasi KapasitasProduksi
BahanBaku
KebutuhanBahan Baku
SumberBahanBaku
Keterangan
Tembaga Gresik-Jawa Timur
500 ributon Cucathode,fiibe, cableper tahun
KonsentratTembagadan Silika
masmg-masing 2juta ton pertahun dan400 ribu tonper tahun
1,5 juta tonper tahun
Papua, NTB(Tembaga)
Ferronikel HalmaheraTimur-MalukuUtara
270 ributonFeronikelper tahun
Bijih Nikel HalmaheraTimur-MalukuUtara
Untukmendukungproduksi600 ribuTonStainlessSteel
Ferronikel Pomala,KabupatenKolaka-SulawesiTenggara
27O rlbuton pertahunFeronikel
urlrh Nikel 1,5 juta tonper tahun
Pomala-SulawesiTenggara
Ferronikel Konawe-SulawesiTenggara
250 ributon pertahun
Iluih Nikel 2,5 juta tonper tahun
Konawe-SulawesiTenggara
l,'erronike Morowali-SulawesiTengah
900 ributonFeronikelper tahun
Bijih Nikel 9 juta tonper tahun
Morowali-SulawesiTengah
Untukdiolahmenjadijuta tonSfafnlessSteel
Ferronikel . .
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
-15
Industri Lokasi KapasitasProduksi
BahanBaku
KebutuhanBahan Baku
SumberBahanBaku
Keterangan
Ferronikel Bantaeng-SulawesiSelatan
65 ribu tonFeronikelper tahun
100 ributon nickelpig ironpertahun
Bijih Nikel
Bijih Nikel
650 ribu tonper tahun
500 ribu tonper tahun
SulawesiTenggara
Pupuk TelukBintuni-PapuaBarat
ammonia1,3 juta tonper tahun
Gas Bumi 180MMSCFDper tahun
KawasanTelukBintuni-PapuaBarat
Sebagiandigunakanuntukbahan bakuproduksiurea 2,3juta ton pertahun
Petrokimia methanol1,5 juta tonper tahun
202MMSCFD
KawasanTelukBintuni(BlokAsap)-PapuaBarat
Digunakanuntukproduksiethglene6.600 tonper tahun,
poli-propylene320 ribu tonper tahun,
poliethglene240 ribu tonper tahun,
dimethglether 32Oribu ton pertahun
Petrokimia
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
-16-
Keterangan
Refinery
Petrokimia MuaraEnim-SumateraSelatan
methanol600 ributon pertahun
Batubara 4,2 juta tonper tahun
MuaraEnim-SumateraSelatan
Digunakanuntukproduksipolgolefin300 ribu tonper tahun
Mesuji-Lampung
methanol3,6 juta tonper tahun
10 juta tonper tahun
Mesuji-Lampung
Petrokimia Berau-KalimantanTimur
ammonia300 ribu-400 ributon pertahun
Batubara 0,5-0,6 jutaton pertahun
KawasanIndustriBerauNusantara-KalimantanTimurmethanol
800 ribu-1juta ton pertahun
2,2-27 jutaton pertahun
PremiumdanPertamax200 ribu-300 ribubpd
Crude Oil
CPO .
D
Industri Lokasi KapasitasProduksl
BahanBaku
KebutuhanBahan Baku
SumberBahanBaku
Petrokimia uatubara
Petrokimia
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
-t7-
Industri Lokasi KapasitasProduksi
BahanBaku
KebutuhanBahan Baku
lluta tonCPO pertahun;
100 ribu tonCPKO pertahun
CPO: Total1,5 juta tonper tahun;
CPKO: 100ribu Ton
SumberBahanBaku
Keterangan
CPO Refinery
Biomaterial
SeiMangkei-SumateraUtara
1.O00 tonCPO perhari
3.00O tonper tahun
UPU danCPKO
tandankosongsawit dankayukelapasawit
SumateraUtara
CPO diolahmenjadiFattyAlcoholdengankapasitas120 ribu tonper tahun,
tandankosong dankayu diolahmenjadipaper boarddengankapasitas 3ribu ton pertahun
Green Diesel Pelintung-Dumai-Riau
100 ributon pertahun
CPO Riau
Oleochemical 150 ributon pertahun
RefinedCPO
Surfaktan 10 ribu tonper tahun
MethglEster
Mmyal(GorengMerah
10 ribu tonper tahun
CPO
HengolahanLimbahPadatMinyakGoreng
10 ribu tonper tahun
LimbahSBE
IJTO
Lubrican25 ribu tonper tahun
Fattg AcidAsam Oleat
Biodiesel
PRES IOENREPUBLIK INDONESIA
-18-
Industri Lokasi KapasitasProduksl
BahanBaku
KebutuhanBahan Baku
SumberBahanBaku
Keterangan
Biodiesel Bontang-KalimantanTimur
300 ributon pertahun
CPO 650 ribu tonper tahun
KalimantanTimur
Fatty Amine 50 ribu tonper tahun
Fatty acidbased danammonia
MinyakGoreng
300 ributon pertahun
CPO
Rumput Laut
AlkaliTreatedGlacillaria(Arc)
Bone(Sulsel)
6 ribu tonper tahun
Glacillaia 36 ribu tonper tahun
SulawesiSelatan
Masihdalam tahapfeasibilitgstttdg
KapsulRumput Laut
Jawa Timur 54.750.000butirkapsul pertahun
Euchema 250 ton pertahun
Kalimantan,Sulawesi,Maluku,NTB, NTT
BenangKaret
DeliSerdang
50 ribu tonper tahun
Latex 850 ribu tonper tahun
Kab. DeliSerdang,SumateraUtara
SarungTanganKaret
Medan 5 miliarpasang pertahun
Latex 17.500 tonper tahun
Medan,SumateraUtara
Retread BanPesawatTerbang
Tangerang 8 ribu banper tahun
Crumbrubber
60 ton pertahun
SumateraSelatan,Jambi,Lampung
Dockfender Medan 3.5OO tonper tahun
Crumbrubber
1.700 tonper tahun
SumateraUtara
Bankendaraan
Palembang 140 ribuTon pertahun
Crumbrubber
40 ribu tonper tahun
100 ribu tonper tahun
Palembang,SumateraSelatan
Butadiena
#D
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
19-
BanKendaraan
KalimantanBarat
70 ribu tonper tahun
Crumbrubber
Butadienarubber
20 ribu tonper tahun
50 ribu tonper tahun
KalimantanBarat
*) Tidak termasuk kebutuhan(existing industryl.
bahan baku untuk industri yang sudah ada
Tabel 4.2. Kebutuhan Energi untukrangka kebijakan hilirisasi*)
Industri yang akan dibangun dalamindustri berbasis SDA tahun 2OlZ-2olg
Industri Lokasi KapasitasProduksi
KebutuhanEnergi *|
Besi Baja Batu Licin-KalimantanSelatan
500 ribu ton pertahun
400 Mw
Besi Baja Lumajang-JawaTimur 500 ribu ton pertahun
400 Mw
Benefisiasi PeletBesi
Solok, Aceh,Kalimantan Selatan
300 ribu ton pertahun
100 Mw
Alumina wtempawah-Kalimantan Barat
Ketapang-KalimantanBarat
I,2 juta ton SGAper tahun
2 juta ton SGA pertahun
550 MW
900 Mw
Aluminium . .
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
-20-
Industri Lokasi KapasitasProduksi
KebutuhanEnergi *|
Aluminium Kuala Tanjung-Sumatera Utara
250 ribu ton pertahun
250 MW
Tembaga Greslk-Jawa Timur
Pasuruan-Jawa Timur
500 ribu ton Cucatlwde, fiibe, cableper tahun
100 ribu ton Cucathode, tube, cableper tahun
750 Mw
150 MW
Feronikel Halmahera Timur-Maluku Utara
270 ribu tonFeronikel pertahun
350 Mw
Feronikel Pomala, KabupatenKolaka-SulawesiTenggara
270 ribu tonFeronikel pertahun
350 MW
Feronikel Konawe 250 ribu ton NickelPig Ironper tahun
300 Mw
Feronikel Morowali-SulawesiTengah
900 ribu tonFeronikel pertahun
1200 Mw
Feronikel uantaeng-SulawesiSelatan
65 ribu tonFeronikel pertahun
100 ribu ton NPIper tahun
100 Mw
Pupuk Teluk Bintuni-papuaBarat
Ammonia 1,3 jutaton per tahunUrea 2,3 juta tonper tahun
1.400 Mw
Petrokimia Methanol l,5 jutaton per tahunEthglene 6.6O0 tonper tahun
700 Mw
Propylene . . .
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
-2t -
*) sumber kebutuhan energi dipenuhi dari Batubara
b. Kebijakan dan program OperasionalKebijakan pemanfaatan, penyediaan, dan penyaluran SDA dilakukanmelalui pelaksanaan kebijat.., dan progr.L op.rasional sebagaiberikut:
1) Penerapan t"il kelola yang baik (good. gouemance) dalampemanfaatan SDA mencakup pen)rusunan rencana, manqiemenpengolahan, serta p".rr..ri"it"r, yang efisien dan ramahlingkungan;
Propylene 455 ributon per tahun
Polgpropylene 32Oribu ton per tahunPolgethglene 24Oribu ton per tahunDimethyl Ether 320ribu ton per tahun
Petrokimia Muara Enim-SumateraSelatan
Methanol600 ributon per tahunPolyolefin 300 ributon per tahun
Mesuji-Lampung Methanol3,6 jutaton per tahun
Petrokimia Berau-KalimantanTimur
Ammonia 300 ribu-400 ribu ton pertahun
Methanol800 ribu-1 juta ton pertahun
Refinery Premium danPertamax 200.000-300.000 bpd
2) Penerapan. .
*. ",
JrTnt t,loot5
* . r, o
-22-
2) Penerapan kebijakan pembatasan ekspor SDA dan/atau prioritaspenggunaan SDA untuk kebutuhan dalam negeri melaluip,enetapan kebijakan bea keluar, kuota ekspor, dan/ataudomestic market obligation (DMO);
3) Jaminan penyediaan dan penyaluran SDA melalui pemetaanketersediaan dan penyusunan neraca ketersediaan SDA;
4) Penyusunan rekomendasi bagi:
(a) penetapan jaminan penyediaan dan penyaluran SDA; serta(b) penetapan kebijakan impor SDA tertentu untuk kebutuhan
industri nasional;
5) Pengembangan jaringan infrastruktur penyaluran SDA;
6) Fasilitasi pembangunan kawasan industri untuk industripengolahan berbasis SDA;
7) Intermediasi antara pemitik tambang dan industri melaluipembangunan pilot plant industri pemurnian logam;
8) Pemberian fasilitas tax halidag untuk pembangunan industripemurnian logam terintegrasi hulu dan hilirnya;
9) Diversifikasi sumber energi dan penggunaan SDA sertapeningkatan penggunaan SDA terbarukan;
10) Penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan pemanfaatanSDA dan pembangunan industri berbasis SDA dalam rangkapemanfaatan potensi SDA pada suatu wilayah;
l1) Investasi dan/atau kerjasama dengan negara lain dalampengadaan SDA;
12) Fasilitasi dan dukungan, termasuk penyertaan modalpemerintah, bagi pembangunan dan pengembangan industriberbasis SDA di antaranya:
(a) industri petrokimia hulu di Teluk Bintuni papua Barat, MuaraEnim Sumatera Selatan, Mesuji Lampung, dan BerauKalimantan Timur;
(b) industri pupuk di Papua Barat;(c) industri besi baja di Kaiimantan Selatan;(d) industri alumina di Kalimantan Barat dan aluminium di
Sumatera Utara;(e) industri feronikel di Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Selatan, dan Maluku Utara;
(f) industri .
q#
PRESIDENREPIJ BLIK INDONESIA
-23-
(f) industri pengolahan tembaga di Jawa Timur;
(g) industri pengolahan CPO dan CPKO di Sumatera Utara, Riau,dan Kalimantan Timur;
(h) Industri pengolahan karet di Sumatera Utara, SumateraSelatan, Banten, dan Kalimantan Barat; dan
(i) Industri pengolahan rumput laut di Jawa Timur, KalimantanTimur, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan;
13) Koordinasi antar kementerian dan lembaga pemerintahanberkaitan dengan upaya penyediaan dan penyaluran SDA sebagaibahan baku dan sumber energi bagi industri nasional.
3. Pengembangan dan Pemanfaatan Teknologi Industri
Pengembangan, penguasaan, dan pemanfaatan teknologi industribertujuan untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, nilai tambah,daya saing, dan kemandirian industri nasional. Penguasaan teknologidilakukan secara bertahap sesuai dengan perkembangan ilmupengetahuan dan kebutuhan industri dalam negeri agar daPat bersaingdi pasar dalam negeri dan pasar global.
Perusahaan industri didorong dan diarahkan untuk melakukanpemetaan, evaluasi, uji coba, adopsi, dan adaptasi teknologi industriyang diperlukannya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.
a. Sasaran
Untuk mendorong kemajuan industri nasional dan mendukungpeningkatan teknologi industri pada periode selanjutnya, sasaranpengembangan teknologi periode 2Ol7-2O19 difokuskan padapemenuhan kebutuhan teknologi bagi pengembangan 10 (sepuluh)industri prioritas sebagai berikut:
1) Industri panean: teknologi ekstraksi, isolasi, purifikasi, dankristalisasi; teknologi konversi (kimia/fisik) dan biokonversi(fermentasi); teknologi preservasi (pembekuan, pengeringan,pengawetan); teknologi formulasi, miinglblending, ekstrusi;teknologi kemasan; dan fabrikasi peralatan industri berbasisteknologi dan sumber daya lokal.
2) Industri Farmasi. Obat Tradisional. Kosmetik, dan AlatKesehatan: teknologi produksi bahan baku farmasi dan kosmetik(sintesa kimia, bahan alam, dan bioteknologi), teknologi produksiproduk biologik (sediaan tertentu), teknologi ekstraksi minyakatsiri dan bahan alam lainnya pada industri farmasi dankosmetik; perancangan produk, pengukuran skala mikro,electromagnetics, mikro elektronika, teknologi biomedis, otomasidan robotika pada industri alat kesehatan.
3) Industri
PRESIDENREPUBLIK IN DO N ESIA
-24-
3) Industri Tekstil. Kulit. Alas Kaki, dan Aneka:(1) teknologi pengolahan material bahan baku dan bahan
pewarna; high speed eJficient cutting, trimming dan seuing;pengolahan kulit secara sehat dan ramah lingkungan, bahanpewarna ramah lingkungan, perlakuan kain hemat energi,perancangan produk anstomize dan computer-aided design andmanufactuing, teknologi finishing produk kayu, desain produkkayu CAD/CAM;
(2) teknologi fabrikasi barang plastik dan karet untuk keperluanumum dan teknologi daur ulang;
(3) teknologi pemanfaatan hasil ikutan ternak (kulit, tanduk,gading, tulang dan bulu ayam) menjadi produk kerajinan.
4) Industri Alat Transportasi: teknologi mesin kendaran bermotorffibakar minyak, gas dan listrik, pouertrain (transmisi) presisi dan efisien, mesin kapal propulsi yangefisien, pengendalian keselamatan pada alat transpoitasi,dnue/ Ilg bg uire, pemurnian air laut untuk kapal, komunikasig_lobal positioning system (GPS) via satelit, perancangan produkdan CAD/CAM, otomasi dan robotika paila proseS produksi,pengukuran presisi, mateial coating tahan air laut, materialkomposit keramik ringan dan kuat.
s) Indust{i Ele\tronika dan Telematika: aplikasi cerdas padaperangkat telepon gengganl-lErangk-at -rumah
tangga - dan
6)
7l
perkantoran; kompohen - mikro ele[tronika fast processino;i<omunikasi
' nirkabel dan optikal; creatiue' desi.gn; ,opidprototgping; pengukuran presisi; cloud storage; dan- real timecontrol.
In4u+ri p=eqtangkit teknologi pengukuran presisi, bahanbaku konduktor dengan ketahanan tinggi, pengolalian (treatmentlbahan baku konduktor, bahan kimia un[uk -baterai kimia dansolar cell, sistem pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), paduantembaga, dan rekayasa nuklir (Ttssion).
Industri Baranq Modal. Komponen. dan Bahan Penolone:(1) untuk industri mesin terdiri dari teknologi retrofitting mesin
perkalas konvensional , numerical controt-led proess,- flexiblemanufacturing system, machining center yang terintegrasidengan automated guided uehicle (AGV) dan automatedstrorage and retrieual sgstem [4SRS), pengukuran danpermesinan presisi; Leating, aoling dan pressuring yangelrsren; sensor dan actuator sensitif, bahan bakuberkemampuan tinggi (durablel, hidrolika dan pneumatic yangelisien, sistem penyimpanan dan pengambilan terotomasi,automated guided uehicle, perlakulian -logam khusus, danmodular designi dan
(2) untyk industri komponen terdiri dari teknologi kompondingengineering plastic and rubber, desain mold un{uk endineerindplastic and rubber, teknologi pembuatan additiue, dAe stufidan pigmen; dan teknologi peirbuatan katalis unti:k indusiiipetrokimia.
8) Industri
8)
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
_ )q _
Industri Hulu Aqro:(l) untuk industri Oleofood, Oleokimia, dan Kemurgi terdiri dari
teknologi produksi (ekstraksi, purifikasi, miing/blending,hidrogenasi, esterifikasi, formulasi) oleofood skala mini danmenengah, teknologi pemisahan, isolasi, hidrogenasi,esterifikasi dan pemurnian specialtg /ats, dan teknologikonversi dan pemurn ian (refineryl oleokimia yang efisienuntuk produksi biodiesel, jetfuel, biolube dan biosurfaktan;
(2) industri pakan terdiri dari logistik dan teknologi penyimpananbahan baku pakan, teknologi formulasi dan granulasi pakan,dan teknologi kemasan;
(3) industri barang dari kayu, pulp dan kertas terdiri dari teknikdisain furnitur, teknologi moulding dan finishing komponenberbasis kayu, teknolo gi. biopulping dan biobleaching (skalapilot plant).
Industri Loeam Dasar dan Bahan Galian Bukan Loeam:(l) untuk industri besi dan baja dasar terdiri dari teknologi coal
based iron making, Rotary Hearth Fumace (RHF), gas baseddirect reduction, coal based direct reduction, grate kiln, shafifumae, traueling grate, rotary kiln, dan pengembanganteknologi Lokal (lab-pilot scalel pembuatan baja (Electic ArcFumace-EAF, Basic Oxygen Fttmace-BOF dan Rolling, Forging,Drawing, Extrusionl;
(2) untuk industri pengecoran logam besi baja terdiri dariteknologi induction fumace, Voanum Oxggen Decarburizer-YODdan Argon Oxggen Decarburizer-AOD (untuk stainless steel danspecial steel), uaanm induction furnace, electro slag remelting,RH dan uacultm uecarburizeri
(3) untuk industri logam dasar bukan besi terdiri dari teknologiRK-EF (untuk Feronikel, Nickel Matte), Stainless Steel, HydroMetalurgi, Continous-Fltmace, Submerg e d F-umace, Top BlownRotary Converting (TBRC) Process (Precious Metatl, HydroMetalurgi, dan Bayer (CGA dan SGA), dan Induction Fumaceuntuk pengecoran logam bukan besi dan baja;
(4) untuk industri logam mulia, tanah jarang (rare earthl, danbahan bakar nuklir terdiri dari teknologi pemisahan fisik{cominution, magnetic separation, floatasi, spectfrc grauitg,jigsinsl; dan
(5) untuk industri bahan galian bukan logam terdiri dari teknologitunnel kiln (industri keramik, produksi silika murni, dan rotarykiln hemat energi dan ramah lingkungan (industri semen).
e)
10) Industri .
PRESIDENREFUBLIK INDONESIA
-26-
10) Industri Kimia Dasar:(1) untuk industri kimia hulu terdiri dari teknologi konversi gas
ke olefin, methanol ke gasoline, batubara ke olefin danamoniak, batubara/biomassa ke energi hijau, CpO danbiomass ke produk petrokimia;
(2) untuk industri kimia organik terdiri dari teknologi produksikimia organik, biobased PET, biobased ethglene glgcol,biobased PTA, purifted terphtalate acid, dan isobuthanol,biabased super absorbent polymer, asam akrilat dari CPO, danbahan kimia dasar turunan BTX (Benzen Toluen Xglen) untukbahan baku sediaan farmasi;
(3) untuk industri pupuk terdiri dari teknologi produksi pupukmajemuk, teknologi peningkatan efisiensi pabrik pupuk, danteknologi sloto release feftilizen
(4) untuk industri resin sintetik dan bahan plastik terdiri dariteknologi produksi resin sintetik dan bahan plastik melaluilisensi dan reuerse engineering;
(5) untuk industri karet aiam dan sintetik terdiri dari teknologicompounding darr rubber engineering, teknologi pengembanganproduk karet alam dan produk turunannya, teknologi produksitepung karet alam dari lateks;
(6) untuk industri barang kimia lainnya terdiri ataspengembangan teknologi produksi propelan.
b. Kebijakan dan Program OperasionalPengembangan dan pemanfaatan teknologi industri dilakukanmelalui tiga kebijakan utama yaitu:(a) penguatan infrastruktur penelitian dan pengembangan;(b) peningkatan adopsi dan alih teknologi; dan(c) pemanfaatan teknologi industri dalam negeri.Pengembangan dan pemanfaatan teknologi selama periode 2017-2019 dilakukan pelaksanaan program sebagai berikut:1) Penguatan infrastruktur penelitian dan pengembangan
(a) Peningkatan sinergi program kerjasama penelitian danpengembangan antara balai-balai industri dengan lembagariset pemerintah, lembaga riset swasta, perguruan tinggi, dandunia usaha:(1) Penyusunan rencana strategis, peta jalan penelitian dan
prioritas teknologi balai-balai penelitian di KementerianPerindustrian;
(2) Pemetaan potensi teknologi di lembaga riset pemerintah,lembaga riset swasta, perguruan tinggi, dan dunia usaha;
(3) Pemetaan
PRESIDENREPUBLIK IN DO N ESIA
-27 -
(3) Pemetaan mitra .dan fokus kerjasama penelitian teknologi
balai-balai penelitian di Kemenierian perindustrian;(4) Penyusunan nota kesepahaman kerjasama peneritian
teknologi dengan pihak terkait;(5) Kdasama penelitian, pembuatan prototipe, dan/atau
aplikasi teknologi.(b) Mendorong relokasi unit research and. deuelopmenf (R&D) milikperusahaan industri penanaman modal asing pUal metatuiskema insentif pajak:
(l) Pemetaan dan penentuan potensi rerokasi unit R&D milikperusahaan industri pMA;(2) Penyusunan regulasi rerokasi unit R&D milik perusahaan
industri pMA melalui skema insentif pajak;(3) Pelaksanaan relokasi unit R&D milik penrsahaan industri
PMA yang siklus umur teknologinya singkat atau berubahcepat.
2) Peningkatan adopsi dan alih teknologi(a) Implementasi pengembangan teknologi baru melalui p ilot plant
atau sejenisnya:(l) Penentuan teknologi. atau produk baru yang perlu
dikembangkan sebagai pilot plant atau nn*"npUit1i[i.J[,silimn waferl semimndudar, solar ell,
^ini A"tt"rA, jirndlemiaal).
(2) Penyusunan rencana rinci dan uji kelayakanpembangunan pilot plant atau research plait.
(3) Pembangunan, monitoring, dan evaluasi pilot plant atauresearch plant.
(b) Pemberian jaminan atas resiko pemanfaatan teknologi yangdikembangkan berdasarkan hasil penelitian danpengembangan di dalam negeri:(1) Pemetaan teknologi hasil penelitian dan pengembangan
dalam negeri bagi indusiri prioritas a"., "p"rre.rt i"r,teknologi yang dinilai layak untuk dikembangkan;(2) Uji coba teknologi hasil penelitian dan pengembangan
dalam negeri;tS) l-erylmp1ngan .regulasi dan sistem untuk penjaminanreslko teknologi terhadap pemanfaata:a;iiii"u"i,?il'iE.ue.a""^IrJ;"-*h;:i'*"o:::if,'""f ,r ffpengembangan dalam negeri;(4) Pemberian jaminan risiko terhadap pemanfaatan teknologiyang dikembangkan berdasarkan hasil penelitian da'npengembangan dalam negeri.
(c) Meningkatkan .
PRESIOENREPUBLIK iNDONESIA
-28-
(c) Meningkatkan kontribusi hasil kekayaan intelektual (desain,paten, dan merek) dalam produk industri untuk meningkatkannilai tambah:(1) Pemetaan potensi hasil kekayaan intelektual dalam produk
industri untuk meningkatkan nilai tambah;(2) Penyusunan dan sosialisasi regulasi dan sistem untuk
peningkatan kontribusi kekayaan intelektual dalampeningkatan nilai tambah;
(d) Audit terhadap teknologi yang dinilai tidak layak (boros energi,beresiko pada keselamatan dan keamanan, serta berdampiknegatif pada lingkungan):(1) Penyusunan kriteria dan batasan kelayakan industri
berdasarkan aspek energi, resiko pada keselamatan dankeamanan, serta dampak pada lingkungan;
(2) Pemetaan kondisi industri dan teknologi tidak layak;(3) Penyusunan regulasi, sistem dan kelembagaan audit
teknologi terhadap teknologi yang dinilai tidaklayak;(4) Pelaksanaan audit teknologi terhadap teknologi yang
dinilai tidak layak untuk industri.(e) Mendorong tumbuhnya pusat-pusat inovasi (enter of
excellence) pada Wilayah pusat peitumbuhan indusiri (WppI):(l) Penyusunan rencana pengembangan WppI;(2) Identifrkasi potensi penumbuhan pusat inovasi di WppI;(3) Penge_mbangan pusat-pusat inovasi (center of excellence)
pada WPPI.(f) Mendorong terjadinya transfer teknologi dari perusahaan atau
tenaga kerja asing yang beroperasi di dalam negeri:(l) Penyusunan regulasi dan prosedur transfer teknologi dari
perusahaan atau tenaga kerja asing yang beropeisi didalam negeri;
(2) Monitoring dan evaluasi transfer teknologi dariperusahaan atau tenaga kerja asing yang beropierasi didalam negeri.
(g) Peningkatan transfer teknologi melalui proyek putar kunci(htm.keg projeci apabila belum tersedia teknologi yangdiperlukan di dalam negeri:(l) Pemetaan perlunya proyek putar kunci;(2) Penyusunan rencana alih teknologi (ienis, metoda, dan
tenggat waktu) pada proyek putar kunci;(3) Pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi transfer teknologi
melalui proyek putar kunci.
3) Pemanfaatan .
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
-29-
3) Pemanfaatan teknologi industri dalam negeri(a) Pemberian insentif bagi industri yang melaksanakan kegiatan
R&D dalam pengembangan industri dalam negeri:(l) Penyusunan re-gulasi mengenai penyediaan insentif bagi
pelaksanaan R&D oleh industri;(2) Perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi atas
penyediaan insentif b"gi kegiatan R&Doleh industri.(b) Pemberian insentif dalam bentuk royalti kepada unit R&D dan
peneliti yang hasil temuannya dimanfaatkan secara komersialdi industri:
(1) Penyusunan regulasi pemberian royalti kepada lembagaR&D dan- peneliti dalam negeri yang hasil temuannyadimanfaatkan secara komersial pada industri;
(2) Perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasipemberian royalti kepada lembaga R&D dan peneliti.
(c) Pemberian penghargaan bagi rintisan, pengembangan, danpenerapan teknologi industri:(l) Penyusunan kriteria pemberian penghargaan bagi rintisan,
pengembangan, dan penerapan teknologi industii di dalamnegeri.
(2) Pemberian penghargaan bagi rintisan, pengembangan, danpenerapan teknologi industri di dalam negeri.
4. Pengembangan dan pemanfaatan Kreativitas dan InovasiPengembangan dan pemanfaatan kreativitas dan inovasi dimaksudkanuntuk
- memberdayakan budaya industri atau kearifan lokal yang
tumbuh di masyarakat.
a. Sasaran
Pengembangan dan pemanfaatan kreativitas dan inovasi dilakukanmelalui penyediaan
.fasititas berupa ruang/wilayat , p."i"gkai.r,daya kreasi, perlindungan atas i:ak ket<iyaan" in[elett,al,
-Jan
bantuan pemasaran produk industri kreatif.Sasaran penyediaan fasilitas dalam rangka pengembangan danpemanfaatan kreativitas dan inovasi pating seaikit'selama" periode2O|7-2OL9 adalah sebagai berikut:1) Pembangunan pusat animasi atau pusat inovasi;2) Pengembangan sentra industri kreatif;3) Pelatihan teknologi dan desain bagi IKM;
4) Fasilitasi
PRESIDENREPUBLIK IN DON ESiA
-30-4) Fasilitasi perrindrrngan_ hak kekayaan intelektual (HKI) meriputipaten, desain industri, hak cipta, dan merek; serta.5) Penyelenggaragl. kegiatan promosi dan pemasaran produkindustri kreatif di dalim atau luar negeri.
b. Keb{jakan dan program OperasionalKebijakan dan
. program operasional pengembangan danpemanfaatan kreativitas dan inovasi adalah ."u"gii u".,.iii
1) Pembangu nan techno. park, pusat animasi, dan/atau pusatinovasi bekerjallma dengan industri, perguruan tinggi, lembagapenelitian dan pengembangan, serta pemeiintafr aaeia-tr; .
2) Pemberian bantuan mesin peralatan, bahan baku/penolonodesain, tenasa ahli, dan fasilitasi [*i;iil;, "";;,2pembangunan Unit pelayanan Teknis (UpT);
-
3) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan teknologi dan desain;4) Pendampingan dan advokasi berkaitan dengan pendayagunaan
dan perlindungan HKI; serta5) Penyediaan sarana promosi, temu bisnis, kompetisi produkkreatif dan inovatif; dan/atau keikutsertaan dalam pameranlokal, nasional, dan internasional.
5. Penyediaan Sumber pembiayaan
Penyediaan sumber pembiayaan dimaksudkan untuk menjaminketersediaan pembiavain inveitasi p"d";;l;, inaustrl J.ngan ;il;;;,bunga kompeiitif.
a. Kebutuhan pembiayaan Investasi Industri pengolahan Nonmigas
flncapaian target pertumbuhan industri nasional periode 2OlZ_2019 memerlukan dukungan penyediaan iana investasi ;;;;";l;j"pertumbuhan rata-rata sekitir i\o/o pe, tahun. Kebutufrai a#.investasi di sektor indu,stri diproyeksik-an meningkat dari sekitar Ro32s -3s0 triliun pada tahun. 26 r z m."j ;i ";ii;;ii; ;;o_ sd.fiilipada tahun 2019. pemenut a" t eUuii:t an investasi tersebut danatbersumber dari penanamanl\rtodal Asi"g pM;j ;;;;;ilil;i;Modal Dalam Negeri (PMDN). e."ifit""l pemerintah dalampenyediaan sumber- pembiayaan ahrarrtan ' "","ri
- *"-"iJirrkebutuhan terseb rt deng"r, -.tit"tt "., fir. p"_.rrgLu kepentingandi bidang pembiayaan.
b. Kebijakan dan program penyediaan sumber pembiayaanKebijakan pemerintah l"rg dibutuhkan agar tersedianva
B:Hi?I.." inves tasi di selto r-indu
"t i n,"""r"rtT .o"i"'n" ll,#J"l
1) Penanaman
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
-31 -
1) Penanaman . modal pemerintah dalam pembangunan industri
nulu dan lndustri strategis;
2) Pemberian subsidi bunga pinjamantertentu;
Fasiiitasi pemerintah untuk mendapatkan sumber pembiayaanyang kompetitif di antaranya milalui pemberian .;"*i"."pemerintah, dan penjualan obligasi untuk pembangunanindustritertentu;
Fasilitas. *..., pembiayaan kepada IKM dalam rangkamemperoleh modal investasi dan modal kerja berupa penyediaaninformasi skema pembiayaan, baik perblnk"r, -".rpr., ,ronperbankan dan penyusunan Studi Kelayakan;Penyediaan fasilitas Kredit Usaha Rakyat (KUR) bagi IKM denganbunga di bawah l0%;Membuka peluang IKM untuk mendapatkan sumber pembiayaanmelalui reksadana;
Dukungan pemerintah dalam penyediaan modal ventura bagiIKM;
8) Meningkatkan akses . industri menengah pada sumberpembiayaan pasar modal melalui eaukasi, p.i.y".r"o
"raltkeuangan, formalisasi usaha serta keringanan persyaratan danbiaya;
9) Membentuk lembaga penilaian/pemeringkatan industri untukmemudahkan akses pembiayaan industriiserta1 O) Pembentukan lembaga pembiayaan. pembangunan industri yangberfungsi sebagai lembaga pemtiayaan l'nvestasi di bie;;;industri.
V. PENGEMBANGAN SAMNA DAN PMSARANA INDUSTRIPengembangan sarana dan prasarana industri mencakup standardisasiindustri, infrastruktur induslri, a"" .r"i.- informasi industri nasionar.Pengembangan sarana. dan prasarana inaust.i tersebut dimaksudkanuntuk mendukung peningkatan daya saing inaustri nasional.1. Standardisasi Industri
Pengembangan standardisasi industri ditujukan untuk meningkatkandaya saing industri nasional, -."j;;; keamanan, kesehatan dankeselamatan atas penggunaa., p.Jduk industri, p"f..i..i""*-i""e"ilingkungan hidup, pengimbangan industri fri:..i, -a." ilJ-:rraUnpersaingan usaha yang sehat.
3)
4)
s)
6)
bagi industri prioritas
a. Sasaran.
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
-32-
Sasaran
Pengembangan standardisasi industri meliputi perencanaan,pembinaan dan pengawasan atas Standar Nasional Indonesia (SNI),Spesifikasi Teknis (ST) dan pedoman Tata Cata (pTC),
'yan[dilaksanakan dalam bentuk pen5rusunan dan pemberlatuan'SNi, Sidan/atau PIC, dan penyediaan infrastruktur itandardisasi, dengansasaran untuk tahun 2OlZ-20L9 pating sedikit sebagai berikut: -1) Penyusunan rancangan SNI, ST dan/atau pTC;
2) Pemberlakuan SNI, ST dan/atau pTC secara wajib;3) Pembentukan lembaga sertifikasi produk dan penilaian
kesesuaian;
4) Penyediaan laboratorium penguji, lembaga inspeksi, dan/ataulaboratorium kalibrasi penilai kesesuaian;
5) Penambahan auditor/asesor, petugas penguji, petugas inspeksi,dan petugas kalibrasi penilai kesesuaian; serta
6) Penambahan Petugas pengambil Sampel (ppS), petugas pengawas
P_El{.f Industri (ppSI) dan penyidik Regawai wege.i"Sipil lrriu"t.i(PPNS-I) pengawas penerapan SNI, ST dan/atau-ftC. '
b. Kebijakan dan Program Operasional
Pengembangan standardisasi industri dilakukan melaluipe-n5rusunan dan penetapan standar industri, pengembanganinfrastruktur standardisasi, serta pengakuan 6"i.uriu 6"friitrecognitionl atas hasil pengujian raboratorium dan sertifikasi produk,l:Tq"" -rincian kebijakan dan program operasional perioal ZOn_2019 sebagai berikut:1) Penyusunan dan penetapan standar industri dalam rangka
peningkatan daya saing industri, meliputi:(a) Pemetaan standardisasi produk dan komponen untuk tujuan
efisiensi produksi;(b) Pemetaan potensi standardisasi industri terhadap jumlah dan
kualitas komite teknis yang tersedia;(c) Pembentukan komite teknis untuk melengkapi cakupan
standardisasi industri di dalam negeri;(d) Peningkatan kapasitas dan kualitas komite teknis dalamperumusan dan pengembangan standar di industri;(e) Penguatan kelembagaan dan SDM dalam penerapan danpemberlakukan standardisasi industri;
(f) Pemberian . .
2l
PRESIDENREPUBLIK INOONESIA
33-
(f) Pemberian fasilitas bagi perusahaan industri kecil danindustri menengah baik fiskal maupun nonfiskal dalampenerapan standardisasi;
(g) Pengukuran kemampuan industri (sektor dan perusahaanindustri) dalam negeri dalam pemenuhan standaiwajib;
(h) Pengembangan insentif nonfiskal untuk peningkatankemampuan industri (sektor dan perusahaan industri)tahmnegeri dalam pemenuhan standar wajib.
Pengembangan infrastruktur untuk menjamin kesesuaian mutuproduk. industri dengan kebutuhan dan permintaan pasar,meliputi:(a) Identifikasi kapasitas lembaga penilaian kesesuaian dan
laboratorium uji penguji, lembaga inspeksi, laboratoriumkalibrasi untuk pelaksanaan penilaian kesesuaian;
(b) Pengembangan lembaga penilaian kesesuaian untukmenjamin mutu produk industri dan pemenuhan permintaanpasar;
(c) Pengembangan regulasi, kelembagaan, dan sistem untukpengawasan standar industri;
(d) Penyediaal dan pengembangan laboratorium pengujian:Flqa. industri di perguruan tinggi, lembaga penelitian, dandi WPPI;
(e) Pemetaan kompetensi komite teknis, auditor/asesor, petugaspenguji, petugas inspeksi, petugas kalibrasi, pps, pFSI d-anPPNSJ;
(0 Pembentukan SDM auditor/asesor, petugas penguji, petugasinspeksi, petugas kalibrasi, pps, ppSI -a""
FpNS_f -ai
Kementerian Perindustrian dan kementerian atau lembagalain;
(g) Peningkatan kompetensi komite teknis, auditor/asesor,petugas penguji, petugas inspeksi, petugas kalibrasi, ppSidan PPNS-I.
Pengakuan bersama (mutual reagnition) atas hasil pengujianlaboratorium dan sertilikasi produ( meliputi:(a) Peningkatan kerjasama antarnegara dalam rangka saling
pengakuan terhadap hasil pengujian laboratorium dansertifikasi produk;
(b) Peningkatan kemampuan pengujian laboratorium dansertifikasi produk agar setara atau lebih baik dari negara laindi tingkat Asia.
3)
2. Infrastruktur .
2.
*. "
u J.T,i t,',?otf;
^ .., o
-34-
Infrastruktur IndustriDua komponen utama infrastruktur industri yang perlu disediakanfalam r.al8ka pembangunan industri nasional ahatiir energi dan lahanindustri. Penyediaan energi dan lahan industri dilakukan bragi industriyang berada di dalam dan/ atau di luar kawasan industri.a. Sasaran
Penyediaan energi dilakukan untuk mendukung pencapaian targetpertumbuhan sektor industri yang diperkirakan akan memerluk-antambahan pasokan energi listrik, gas dan batubara masing_masingmenjadi 115.000 cwh, 600.000 miliar MBTu dan 45.000-ribu toipada2Ol9.
Penyediaan iahan industri serama 2orz-2org dilakukan untukmemenuhi pembangunan kawasan industri prioritas di luar Jawa,dan lahan non kawasan industri yang birada pada kawasanperuntukan industri. penyediaan lahan industri tersebutmemerlukan tambahan pasokan air baku sebesar 1.113,39 juta meper tahun.
Kebutuhan tenaga listrik dan air baku untuk mendukungpembangunan kawasan industri secara rinci disajikan pada TabeT5.1.
b. Kebijakan dan Program Operasional
Penyediaan kebutuhan energi bagi industri dilakukan melaluikebijakan dan program berikut:1) Jaminan kepastian pasokan energi bagi industri, meliputi:
(a) koordinasi antar kementerian/Iembaga terkait penyediaanenergi bagi industri, dan;
(b) prioritas penggunaan sumber energi bagi pemenuhankebutuhan daiam negeri.
2) Pembangunan pembangkit dan infrastruktur energi;
Tabel 5.1. Rencana Kebutuhan Energi dan Air Baku KawasanIndustri 2OlZ_2019
Kawasan Industri
Teluk Bintuni, papua Barat
2. Buli. .
PRESIOENREFUBLIK INDONESIA
-35-
No. Kawasan IndustriLuas
(Ha)
KebutuhanListrik(Mwatt)
KebutuhanAir Baku
0utamaltahun)
2.Buli, Halmahera Timur,Maluku Utara 300 60 7,20
3. Bitung, Sulawesi Utara 534 106,80 t2,824. Konawe, Sulawesi Tenggara 5.500 1.100 1325. Morowali, Sulawesi Tengah 1.200 240 28,9O6. Palu, Sulawesi Tengah 1.500 300 367. Bantaeng, Sulawesi Selatan 3.000 600 728. Ketapang, Kalimantan Barat 1.000 200 24
9. Mandor, Landak, KalimantanBarat 336 67,2O 8,06
10.Batulicin, Tanah BumbuKalimantan Selatan 560 tL2 13,44
11.Jorong, Tanah LautKalimantan Selatan 6.370 1,274 l52,go
t2. Tanggamus, Lampung i.000 200 24
13.Kuala Tanjung, Batu BaraSumatera Utara 1.000 200 24
t4. Sei Mangkei, SimalungunSumatera Utara 1.933,8 386,76 46,41
15. Kendal, Jawa Tengah 2.700 540 64,8t16. JIIPE, Gresik, Jawa Timur t,767 352,2 42,27
t7. Kawasan Industri TerpaduWilmar, Serang, Banten
t.74a 349,6 41,95
18.Kawasan Industri Dumai,Riau
1.785 357 42,84
19.Kawasan Industri TanjungButon, Siak, Riau
5.503,62 L.1OO,72 132,1O
20.
Kawasan Industri danPelabuhan Internasional(KIPI), Mangkupadi, TanahKuning, Kalimantan Utara
3.t45,2a 856,53 75,49
21. Kawasan .
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
Kawasan IndustriKebutuhanAir Baku
(iutama/tahun)
Kawasan Industri Berau,Kalimantan Timur
l. I 13,39
3) Diversifikasi dan penghematan penggunaan energi oleh sektorindustri, meliputi:(a) penyediaan insentif bagi restrukturisasi mesin industri yang
mendukung penghemaian penggunaan energi;(b) fasilitasi dan insentif bagi pengolahan limbah menjadi sumberenergi;
(c) fasilitasi kegiatan.penelitian dan pengembangan di bidangpenggunaan energi baru dan terbarukan serta penghemataipenggunaan energi di sektor industri.
4) Pengembangan industri pendukung pembangkit energi.Penyediaan lahan industri, termasuk di dalamnya penyediaan airbaku untuk kebutuhan industri, aif"f."f.""' melalui kebijakandan program berikut:l) Pe-ngembangan kawasan peruntukan industri termasukinfrastruktur di dalam aan ai ir., L.,,r.""n peruntukanindustri;2) Penyusunan rencana pembangunan kawasan industrimeliputi analisis kelayakan dan plnyusunan rencana induk;3) Pembangunan kawasan industri termasuk infrastruktur baikdi dalam dan di luar kawasan inaustri;4) Koordinasi antar kementerian/lembaga dan pemerintahdaerah _terkait penetapan r..*."u" l"*ntukan industridalam RTRW kabupaten/kota da; ;;;;lesaian p.;;;d;terkait peruntukan dan pembebasan iahJn.5) Pembentukan kelembag3ar-r dT regulasi bank tanah bagipembangunan kawasan industri;
Jaminan pasokan sumber daya air bagi kebutuhan industri;Pengembangan, pemanfaatan, dan pengelolaan jaringan air;
6)
7)
8) Pengolahan air limbah.
3. Sistem
q,DPRESIOEN
REPU BLIK INDONESIA
-37-
3. Sistem Informasi Industri Nasional
Pengembangan SIINAS ditujukan untuk menjamin ketersediaan,kualitas dan akses terhadap data dan informasi industri; *"*p"r""p"tpengumpulan dan diseminasi data; serta meningkatkan efektivit." d".,efesiensi pelayanan publik dalam mendukung f,embangunan industrinasional.
a. Sasaran
sasaran penyelenggaraan STINAS pada periode 2or7-2org adalahsebagai berikut:(1) terlaksananya penyampaian data industri dan data kawasan
industri secara online;
(2) tersedianya data perkembangan dan peluang pasar, serta dataperkembangan teknologi industri;
(3) tersedianya sistem informasi yang sesuai dengan kebutuhanpemangku kepentingan;
(4) tersedianya infrastruktur teknorogi informasi dan tata kelola yanghandal;
(5) terkoneksinya S-IINA_S dengan sistem informasi yangdikembangkan oleh kementerian atau lembaga p"*".i.rt"hnonkementerian, pemerintah daerah provinsi, perierintah daerahkabupaten/ kota, dan dunia usaha;
(6) tersedianya model sistem industri sebagai dasar dalampen1rusunan kebijakan nasional;
(7) tersosialisasikannya SIINAS kepada seluruh pemangkukepentingan;
(8) terpublikasikannya laporan hasil analisis data industri secaraberkala.
b. Kebijakan dan program OperasionalKebijakan dan pfogram operasional pembangunan danpengembangan SIINAS periode 2OlT_2Olg adalah sebalai berikut:Tahap Pengembangan Sistem (2OLT _2O lB) meliputi:(1) Penyiapan infrastruktur yang meliputi pengemba rrgan data
center, pusat pemulihan bencana (disaster reauery centerl, danpenyediaan jaringan internet.
(2) Penyiapan
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
-38-
(2) Penyiapan aplikasi SIINAS yang di dalamnya terdiri dari: modul e_reporttng bagi Perusahaan Industri dan perusahaan KawasanIndustri; modul untuk pemerintah provinsi, dan kabupaten/ kota;modul interkoneksi dengan lembaga pemerintah; modul informasipeluang pasar dan perkembangan teknologi industri; modulinformasi industri bagi kementerian/lembaga dan perwakilan RIdi luar negeri; modul business intellegene, d.ecision supportsAstem, expert sgstem, knowledge management; aptikasi berbasisperangkat mobile.
(3) Pengembangan dan pengelolaan basis data:
1) Basis data perusahaan industri;2l Basis data perusahaan kawasan industri;3) Basis data perkembangan dan peluang pasar yang meliputi:
data ekspor dan impor produk industri, kebijakan industridan perdagangan, informasi dagang, dan pameran dagang dinegara mitra;
4) Basis data perkembangan teknologi industri yang meliputi:riset terapan di bidang industri; Hak Kekayaan Intelektual;audit teknologi industri; kerjasama pengembangan teknologi,lisensi teknologi, akuisisi teknologi, kerjasama putar kunci;serta jenis teknologi, negara asal, dan tahun pembuatan;
5) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan peningkatankompetensi SDM pengelola SIINAS;
6) Penyetenggaraan sosialisasi SIINAS.
Tahap Pengolahan Data dan Penyebarluasan Informasi (2017-2019) meliputi:
(l) Penyusunan dan publikasi analisis industri yang meliputi:profil industri, perkembangan industri, perkembanganinvestasi dan sumber pembiayaan industri, perwilayahanindustri, sarana dan prasarana industri, sumber dayaindustri, kebijakan industri dan fasilitasi pemerintah di sektorindustri;
(2) Pengembangan model perhitungan sistem industri yangmeliputi: penyusunan struktur biaya sektor industri,pengembangan model anaiisa dampak perubahan hargaenergi dan nilai tukar mata uang dunia terhadap kinerjaindustri, dan pengembangan model proyeksi pertumbuhanindustri, investasi, ekspor, dan impor.
Tahap.
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
-39-
Tahap pengembangan Interkoneksi (2OLZ_2O2OI dilakukanmelalui kerjasama interkoneksi dengan kementerian/lembaga,pemerintah daerah, lemb"ga internasional, dan dunia usaha.
VI. PEMBERDAYAAN INDUSTRI
Pemberdayaan industri meriputi industri hijau, industri strategis, p3DN,kerjasama internasional di bidang industri, pingamanan dan penleiamatanindustri serta kebijakan afirmatif IIitr,I. -Berikut adaiah" progr"*pengembangan industri hijau, industri strategis, p3DN, ke4asamainternasional di bidang industri serta pengamanan dan penyelimatanindustri, sedangkan untuk progra- p.rg.-*b"ngan IKM aiu.ai[a" p"aabagian tersendiri.
1. Industri Hijau
Pengembangan industri hijau ditujukan untuk mewujudkan industriyang berkelanjutan dalam rangka efisiensi dan efektiviias penggunaansumber daya alam. secara berkeranjutan. pengembangan induJii hilaudilakukan melalui penerapan standar industri hiJau yang secarabertahap diterapkan secara wajib.a. Sasaran
Pengembangan . industri hijau diarahkan pada penyediaaninfrastruktur kelembagaan sertifi kasi industri hijau dan *..rdo.o.rgpenerapan prinsip-prinsip industri hijau dalam produksi industridengan sasaran pengembangan selama periode iOtZ_ZO|S adalahsebagai berikut:l) Penyusunan aturan, pedoman umum dan pedoman teknis
berupa: peraturan terkait konvensi Minamata; peraturanmengenai pengurangan penggunaan persistent organic'pollutants(POPs); peraturan perundangan mengenai p"rrgli^pr""r, b.h.r,perusak ozon (BpO); peraturan pengendalian pincimaran, satuperaturan mengenai penyediaan kebutuhan air industri; danpedoman teknis konservasi energi;
2) Penyediaan infrastruktur industri berupa penJrusunan standarindustri hijau; pengembangan dan penetapan lembaga sertifikasiindustri hijau; dan pembentukan komite p..,g.6L-i.;u"gusertifikasi industri hijau;
3) Penyediaan SDM terkait industri hijau terdiri dari SDM kompetendi bidang sistem informasi dan monitoring ger"k"r, .,rr.r"t -i""^,
auditor industri hijau, dan manajer energi; -4) Mendorong penerapan prinsip industri hijau oreh industri meraruipenyediaan informasi mengenai minfaat industri hijau;pemberian penghargaan dan plnyelen ggaraar- pameran industri
hijau.
b. Kebijakan
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
-40-
b. Kebijakan dan Program Operasional
Kebijakan dan program operasional pengembangan industri hijauselama periode 2Ol7-2O19 adalah sebagai berikut.
ll Benchmarking standar industri hijau di negara lain;
2) Penetapan panduan umum pen5rusunan standar industri hijau;
3) Penyusunan, penetapan dan pemberlakuan standar industrihijau untuk kelompok-kelompok industri (mengacu kepadaklasilikasi baku lapangan usaha);
4) Penetapan peraturan mengenai pengawasan atas pelaksanaanstandar industri hijau yang bersifat wajib;
5) Kesepatan pengakuan bersama mengenai standar industri hijaudengan negara lain;
6) Penyusunan pedoman umum pembentukan lembaga sertifikasi,standard operating procedure (SOP) sertifikasi, modul pelatihandan standar kompetensi auditor industri hijau;
7) Penunjukkan lembaga sertifikasi serta penetapan pedomanakreditasi dan pengawasan lembaga sertifikasi industri hijau;
8) Pelatihan auditor industri hijau;
9) Penyediaan insentif bagi industri hijau.
2. Industri Strategis
Industri strategis adalah industri prioritas yang memenuhi kebutuhanpenting bagi kesejahteraan rakyat atau menguasai hajat hidup orangbanyak, meningkatkan atau menghasilkan nilai tambah sumber dayaalam strategis, atau mempunyai kaitan dengan kepentingan pertahanandan keamanan.
a. Sasaran
Sasaran pembangunan industri strategis 20 17 -2019 adalah:
1) Berkembangnya industri hulu dan antara dalam rangkameningkatkan nilai tambah sumber daya alam strategis,mengurangi ketergantungan pada impor bahan baku, dansekaligus memperkuat struktur industri nasional;
2) Berkembangnya teknologi tinggi untuk meningkatkan efisiensi,mutu dan daya saing produk hasil industri yang memilikikeunggulan kompetitif;
3) Berkembangnya industri yang dapat meningkatkan ketahananpangan; dan
4) Berkembangnya .
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
_41 _
4) Berkembangnya industri yang dapat meningkatkan pertahanandan keamanan.
b. Kebijakan dan program Operasional
Pengembangan industri strategis dilaksanakan dalam bentukkebijakan dan program operasional sebagai berikut:1) Pengkajian potensi industri strategis yang perlu dikembangkan;2) Penetapan jenis industri strategis;3) Penyusunan pra-Feasibilitg Studg (FS) pembangunan industri
strategis;
4) Pembentukan usaha patungan antara pemerintah dan swastadalam pembangunan industri pupuk dan industri petrokimiaberbasis gas bum! di Teluk Biniuni, dan Industri petrot<imiaberbasis gasifikasi batubara di Muara Enim;
5) Pembentukan usaha patungan antara pemerintah dan swastadalam pembangunan industri kedirgantaraan;
6) Penyertaan modal seluruhnya oleh pemerintah pada industripetrokimia berbasis nafta di Bontang dan Balikpapan sertaindustri propelan di Subang;
7) Pengaturan kebijakan distribusi produk industri smelter berbasismineral logam (besi, alumunium, tembaga dan nikel) secarabertahap guna mendorong tumbuhnya industri antara danindustri hilir di dalam negeri;
8) Pembentukan usaha patungan antara pemerintah dan swastadalam pembangunan industri antara berbasis mineral lojam(besi, alumunium, tembaga dan nikel);
9) Promosi investasi untuk pembiayaan pembangunan industristrategis;
10) Pemberian fasilitas fiskar dan nonfiskar kepada industri strategisyang melakukan:(a) pendalaman struktur;(b) penelitian dan pengembangan teknologi;(c) pengujian dan sertifikasi; atau(d) restrukturisasi mesin dan peralatan.
3. Peningkatan Penggunaan produk Dalam Negeri (p3DN)P,rogram P3DN ditujukan .untuk,meningkatkan penggunaan produkdalam negeri, memberdayakan industri d"alam neglri aI., *..r,p".tu"tstruktur industri nasional.
a. Sasaran
b.
PRESIDENREPUBLIK IN DON ES IA
-42-
Sasaran
Program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN)
selama periode 2Ol7 -2019 dilaksanakan untuk mencapai sasaran
sebagai berikut:
1) Peningkatan penggunaan barang/jasa produksi dalam negeri' dalam- p".,g"da"t barang/jasa pemerintah (belanja lembaganegara, kementerian, lembaga pemerintah non kementerian,
"^tr"., kerja perangkat daerah, serta badan usaha milik negara'
badan usaha milili daerah, dan badan usaha swasta dalampengadaan barang/jasa yang pembiayaannya berasal dari APBN
dan APBD) paling sedikit meliPuti:
(a) Pengadaan pembangkit listrik 35 ribu MW;
(b) Pembangunan infrastruktur mencakup telekomunikasi, jalan,jembatan, pelabuhan, airport, dan bendungan;
(c) Pengadaan barang dan jasa pada kegiatan usaha hulu migas;
(d) Pembangunan dan perluasan pabrik atau peralatan oleh
badan usaha.
2) Peningkatan kemampuan produksi dan peningkatan TKDN' produ"k industri dalam negeri yang memasok kebutuhan
pengadaan barangl jasa pemerintah;
3) Peningkatan kecintaan dan kebanggaan dalam penggunaan
produk dalam negeri oleh masyarakat.
Kebijakan dan Program Operasional
Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri selama periode 20 17-
2019 liupayakan melalui penerapan kebijakan sebagai berikut:
1) Harmonisasi peraturan perundang-undangan terkait P3DN;
2) Penetapan batas minimum nilai TKDN pada industri tertentu;
3)Penetapanpreferensihargadankemudahanadministrasidalampengadaan barang/jasa pemerintah;
4) Pemberian insentif bagi perusahaan industri dan perusahaankawasan industri yang mengoptimalkan penggunaan barangdan/atau jasa dalam negeri; serta
5) Audit pelaksanaan kebijakan P3DN pada pengadaan barang/jasapemerintah.
Kebijakan P3DN di atas dilaksanakan dalam bentuk programoperasional sebagai berikut:
1) Pemutakhiran .
o, ",
JrTnt =,',?55*.., o
-43_
1) Pemutakhiran database kemampuan industri daram negeri untukmensuplai kebutuhan pengadaan pemerintah;
2) Pemutakhiran standardisasi produk terkait dengan pengadaanpemerintah;
3) Koordinasi dengan kementerian/lembaga terkait pengadaanpemerintah;
4) Fasilitasi pertemuan -dunia usaha dengan kementerian/lembaga
dalam rangka pengadaan pemerintah;5) Meningkatkan efektivitas peran Tim Nasional p3DN dan Tim
P3 DN Kementerian / Lembaga/ Daerah / Inst ansi (K / L I D I Il;6) Mendorong penyusunan rencana aksi Tim Nasional p3DN dan
Tim P3DN K/LIDlI7) Menyempurnakan e.-catalog pengadaan pemerintah dengan
memasukkan kriteria capaian nilai TKdN sehingga daltarinventarisasi barang/jasa produksi dalam negeri -."r]I d".1.- ,_catalog pengadaan barang/jasa pemerintah;
8) Penyusunan roadmap p3DN sektor industri;9) Evaluasi pelaksanaan program p3DN dalam pengadaan
barang/jasa pemerintah;
l0) Audit kepatuhan pelaksanaan p3DN pada kementerian danlembaga negara, pemerintah daerah, d'an badan
"".t " y^.rgmemanfaatkan DIpA .APBN/APBD, serta proyek_proyek yaniditetapkan oleh pemerintah;
i 1) Evaluasi manfaat kebijakan p3DN dalam pengadaan barang/ jasapemerintah bagi produsen dalam negeri;
12) Promosi dan sosialisasi p3DN daiam rangkadan masyarakat untuk mencintai tanmenggunakan produk dalam negeri; serta
13) Pemberian penghargaan p3DN kepada kementerian/lembaga,pemerintah daerah, badan usaha milik negara, badan usaha miiikdaerah, dan swasta.
4. Kerjasama Internasional di Bidang IndustriKerjasama internasionar di bidang industri dilakukan untuk melindungirlan meningkatkan akses pasar pioduk inau.t"i aar"m;.-*l.;;;ilit"akses terhadap sumbei
. daya industri yang dapat "meningkatkan
produktivitas dan daya saing, mengintegrasika--n industri a"f"rfi _.g"rike dalam jari.rg"., .".rtai p."Iot gtou? ali -""i"gtatkan investasi.
mendorong swastabangga dalam
a. Sasaran
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
-44-
a. Sasaran
Kebijakan dan program kerjasama internasional di bidang industripada periode 2OLZ-2Olg sebagai berikut:1) Peningkatan jumlah negara pasar utama produk industri;2) Adanya memorandum. kesepahaman (MoU) dengan para pihak diluar negeri berkaitan dengan peningkatan akses-industri ,""iorr"i
terhadap sumber daya industri g1o6al;
3) Meningkatnya jumlah produk industri nasional ke dalam rantaipasok global; serta
4) Penyelenggaran fora investasi di luar negeri.
b. Kebijakan dan program OperasionalKebijakan berkaitan.dglg* kerjasama internasional di bidangindustri selama periode ZO1Z _ZOtg adalah sebagai berikut:1) Perlindungan dan peningkatan akses produk industri nasional dipasar dalam negeri dan internasional;2) Peningkatan promosi produk industri nasional di luar negeri danmenarik investasi asing di sektor industri; dan3) Penanganan perjanjian internasional bidang industri danpenJrusunan posisi runding.
l:lF:Tbi"*"n .kerjasama internasional di bidang industriollaksanakan melalui program operasional berikut:1) Program. peningkatan akses industri nasional terhadap pasar
internasional:
(a) penyusunan posisi runding yang mendorong peningkatanakses industri nasional ke p=asa. [lobal dan *i-"tsiri"f[a.,manfaat kerjasama inteinasion=al bagi t.rn.;"u"
- aa.,perkembangan industri nasional;
(b) penanganan hambatan. atas kebijakan negara mitra yangmenghambat akses produk industri;
(c) pengembangan jejaring kerja dengan mitra di ruar negeriuntuk memperluas penjajakan kerjisama bidang i";;"t.f-- -
(d) penyesuaian standar kualitas produk dan kompetensi jasadengan standar negara tujuan;
(e) promosi produk industri nasional di negara_negara yangberpotensi bagi pemasaran produk industri nasional.2) Program peningkatan akses industri nasionar terhadap sumberdaya industri global dalam bentuk:
(a) identifikasi .
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
-45-
(a) identilikasi kebutuhan sumber daya industri di dalam negeridan ketersediaan sumber daya industri di negara mitra; dln
(b) penyelenggaraan forum koordinasi yang memungkinkante{adinya hubungan dan kerjasama anta.i industri nasionaldengan pemilik sumber daya industri di negara mitra.
Pengembangan jaringan rantai pasok global antara lainmembangun jejaring kerja dengan negara dan mitra industri, danmendorong industri nasional untuk meningkatkan pemanfaatanrantai pasok global.Peningkatan kerjasama investasi di luar ne geri dilakukanmelalui:(a) Penyusunan perencanaan kebutuhan investasi industri
melibatkan instansi pemerintah, asosiasi, dan dunia usahaterkait;
(b) Koordinasi implementasi rencana investasi di sektor industridengan instansi terkait; serta
(c) Promosi investasi Industri di luar negeri melalui pelaksanaanforum investasi industri.
5. Pengamanan dan Penyelamatan IndustriTerhadap industri dalam negeri yang mengalami kerugian akibatkebijakan, regulasi dan iklim usaha sirta akibat persaiilan global,dilakukan tindakan pengamanan industri. sementara untuk inAustriyang terkena dampak akibat pengaruh konjungtur perekonomian duniadilakukan tindakan penyelamatan induitri.-Tindakan pengamananindustri akibat kebijakan, regulasi dan iklim usaha dilakukai melaluipenerapan kebijakan perlindungan melaiui pemberian stimulus fiskalmaupun nonfiskal. Sedangkan tindakan pengamanan industri akibatpersaingan global dilakukan melalui instrumen kebijakan tarif dan nontarif serta dapat didukung dengan program restrukturisasi industriuntuk meningkatkan daya saing induitri dalam negeri. Tindakanpenyelamatan dilakukan dalam bentuk pemberian stimulus fiskal dankredit program.
a. Sasaran
Pengamanan dan penyelamatan industri dilaksanakan untukmemperkuat ketahanan industri dalam negeri dengan memberi{u-kqngq langsung pemerintah, baik berupa pemberlan stimulusfiskal, instrumen kebijakan tarif dan non tarit programrestrukturisasi industri, serta pemberian kredit p.og."-.
3)
4\
b. Kebijakan
PRESIDENREPUBLIK IN DO N ESIA
-46-
b. Kebijakan dan Program Operasional
Tindakan pengamanan industridilakukan melalui kebijakan danberikut:
selama periode 2OL7-2019program operasional sebagai
1) Fasilitasi dan advokasi dukungan stimulus liskal dan nonhskalbagi industri yang mengalami kemgian akibat kebijakan, regulasi,dan iklim usaha;
2) Advokasi dan pendampingan terhadap industri dalam negeridalam menghadapi hambatan akses industri di negara tujuanekspor;
3) Advokasi dan pendampingan industri dalam negeri dalam rangkapengamanan industri yang terkena dampak persaingan globalmelalui perlindungan tarif dan non tarif serta dukungan programrestrukturisasi industri; dan
4) Pengembangan sistem informasi ketahanan industri.Tindakan penyelamatan industri pada tahun 2Ol7-2019 dilakukanmelalui:1) Penyediaan stimulus fiskal kepada industri; dan2) Penyediaan kredit program.
PENGEMBANGAN INDUSTRI PRIORITAS DAN INDUSTRI KECIL DANINDUSTRI MENENGAH
Selain kebijakan yang diuraikan di atas, untuk industri prioritas dilakukanprogram yang bersifat khusus untuk mendorong industri yangbersangkutan tumbuh dan berkembang menjadi penggerak utamapertumbuhan industri nasional.Untuk masing-masing kelompok industri prioritas ditetapkan produk yangmenjadi fokus pengembangan selama periode 2Ol7 -2019 dan paling sedikitinstansi yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan dan program spesiflk.
1. Pengembangan Industri PrioritasProgram spesifik untuk masing-masing industri prioritas ditetapkansebagai berikut.
A. Pembangunan Industri Pangan Tahun 2017-2019Program pengembangan Industri Pangan difokuskan pada industri-industri berikut:a. Industri Pengolahan Ikan: ikan awet (beku, kering, dan asap),
fillet, aneka olahan ikan bernilai tambah tinggi (sunmr, breadedand pastry based product), rumput laut dan hasil laut lainnya(termasuk carrageenan, minyak ikan, suplemen dan panganfungsional lainnya).
b. Industri .
b.
c.
d.
REPUJintt,',?Sf;*r'o
_47_
Industri Pengolahan Daging: produk kegiatan rumah potong danpengepakan daging unggas, produk keglatan rumah potonf aanpengepakan daging bukan unggas, [roduk pengoiah"ri d^r,pengawetan daging unggas dan daging bukan ,.rgg.".Industri Bahan Penyegar: bubuk coklat, lemak coklat, anekamakanan dan minuman dari cokrat, suplemen dan panganfungsional berbasis kakao.Industri Pengolahan Minyak Nabati: forttfied cooking oil (naturaldan non-natural), pangan fungsional
-berbasis minyak naiati.
Industri Pengolahan Buah-Buahan dan sayuran: buah/sayurandalam kaleng, fruit/ uegetable lager, "ril"rrr.., dan p"rrg.r,fungsional berbasis buah/sayuran dan/atau limbah indu-stripengolahan buah.
f3d-us-tri Tepung: pati dari umbi-umbian, sagu dan biomassalimbah pertanian, aneka produk pangan darurit.Industri gula berbasis tebu: gura pasir, gula cair dan asamorganik dari limbah industri gula.
f.
g.
Tabel 7.1 Kebijakan dan program pengembangan Industri pangan
Keb{jakan danProgram
Kebijakan Pembangunan SDM Industri
Penyediaan sDM ahli dan berkompeten -"l.lri p.rrorp",SKKNI dan pendidikan dan pelatihanlndustri
1. Pelatihan SDMindustri pangan
KementerianPerindustrian,KementerianPertanian,KementerianKelautan danPerikanan
2. Pen5rusunan,penerapan danrevisi SKKNIpembentut ariTempat UjiKompetensi(TUK) dan
KementerianPerindustrian,KementerianPertanian,KementerianKelautan danPerikanan,
Lembaga
No.
2017 20,1,9 2019
a.
J_ J- J-
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
Kebijakan danProgram
LembagaSertifikasiProfesi (LSP)industri panganprioritas
Badan NasionalSertifikasi Profesi
3. IdentifikasikebutuhankompetensiSDM industri
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tin
4. Bantuan mesindan peralatanindustri pangandalam rangkapeningkatanketerampilan
KementerianPerindustrian,KementerianPertanian,KementerianKelautan danPerikanan, BadanPengkajian danPenerapan Teknologi,Lembaga IlmuPengetahuanIndonesia,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
5. Pelatihan dansertifikasikompetensiSDM industripangan
KementerianPerindustrian,KementerianKelautan danPerikanan, BadanNasional SertifikasiProfesi
6. Penguatan danpembentukanLSP industripangan prioritas
KementerianPerindustrian,KementerianKelautan danPerikanan,Badan NasionalSertifikasi Profesi,
Kementerian.
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
49-
No. Kebiiakan danProgram Instansi TCrkait
KementerianKetenagakerjaan
7. Akreditasi dansertifikasi LSpindustri panganprioritas
KementerianPerindustrian, BadanNasional SertifikasiProfesi, KementerianKetenagakerjaan
8. Programpendidikan danpelatihan SDMindustri rumputlaut
KementerianPerindustrian,KementerianKetenagakerjaan,Kementerian Kelautandan Perikanan,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
Kebijakan Pemanfaatan, penyediaan, dmPemetaan dan peng.*b..rg"industri pangan untuk menjamin keteisediaan bahan baku1. Pemetaan
potensi danpeningkatanproduksi bahanbaku industripangan
KementerianPerindustrian,KementerianPertanian,KementerianKelautan danPerikanan
2. Pembangunansarana gudangbahan bakuindustri pangandi dalamkawasanindustri/sentraproduksi
KementerianPerindustrian,KementerianPertanian,KementerianKelautan danPerikanan,KementerianLingkungan Hidupdan Kehutanan,
Kementerian. . .
20t7
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
Kebijakan danProgram Instansi Terkait
Kementerian BadanUsaha Milik Negara
3. Bantuan mesin,peralatanpengemasanuntukmeningkatkankualitas bahanbaku buah dansaJruran
KementerianPerindustrian,KementerianPertanian, BadanTenaga NuklirNasional,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
4. Bantuan mesindan peralatanproduksi bahanbaku industripengolahanrumput laut,susu, dan buah
KementerianPerindustrian,KementerianPertanian,KementerianKelautan danPerikanan,KementerianKoperasi dan UKM
Pembangunanpabrikpengolahantepung nongandum
KementerianPerindustrian,KementerianPertanian,KementerianKelautan danPerikanan, BadanPengkajian danPenerapan Teknologi,Lembaga IlmuPengetahuanIndonesia,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
6. Promosi . .
No.
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
-51 -
No.Kebijakan dan
Program
,Tahun '
Pelaksanaan Instansi Terkait20t:7 ,2019 20t9'
6. Promosipeningkatanpenggunaantepung nongandum
J- J'
KementerianPerindustrian,KementerianPertanian,KementerianKelautan danPerikanan
7. Bantuan mesindan peralatanproduksitepungkomposit
t- J_
KementerianPerindustrian,KementerianPertanian,KementerianKelautan danPerikanan, BadanPengkajian danPenerapan Teknologi,Lembaga IlmuPengetahuanIndonesia,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
8. Penerapan SNIindustri pangan
J- J_ J_
KementerianPerindustrian,KementerianPerdagangan,KementerianPertanian,KementerianKelautan danPerikanan,Badan StandardisasiNasional, BadanPengawas Obat danMakanan
9. Revitalisasi
PRES I DENREPUELIK INDONESIA
No. Kebljakan dan
9. Revitalisasipabrik gulaberbasis tebu
KementerianPerindustrian,KementerianPertanian,Kementerian BadanUsaha Milik Negara
10. Persiapan danpembangunanpabrik gulabaru di luarPulau Jawa
KementerianPerindustrian,KementerianPertanian,Kementerian Agrariadan Tata Ruang,Badan KoordinasiPenanaman Modal,KementerianLingkungan Hidupdan Kehutanan
1 1. Pengendalianekspor bahanbaku industripangan
KementerianPerindustrian,KementerianPerdagangan,KementerianPertanian,KementerianKelautan danPerikanan,KementerianKeuangan
12. Pengaturan beakeluar untukbiji kakao
KementerianPerindustrian,KementerianPerdagangan,KementerianPertanian,KementerianKeuangan
c. Kebijakan
PRESIDENREPUELIK INDONESIA
Kebljakan danProgram Instansi Terkait
Kebijakan Pengembanga' du., p.*@bangan dan pemanfaatan teknologil"d*t.i-p^"g""lembaga penelitian dan laboratoriurn' uji
l. Pelatihanteknologi prosesdan rekayasaproduk industripangan
KementerianPerindustrian,KementerianPertanian,KementerianKelautan danPerikanan,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi,Lembaga IlmuPengetahuanIndonesia
2. Penerapan hasilpenelitian danpengembangandi bidang pangan
KementerianPerindustrian,KementerianPertanian,KementerianKelautan danPerikanan,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi,Badan Pengkajiandan PenerapanTeknologi, LembagaIlmu PengetahuanIndonesia
3. PembangunanTSRDC:pembangunanfisik
KementerianPerindustrian,KementerianKelautan danPerikanan,
Kementerian
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
-54-
No. Kebijakan danProgram
TahunPelaksanaan Instansi Terkait
2017 2018 2019
Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi,Pemerintah Daerah
4. Pembangunanindustripengolahan buahdan panganfungsionalPenyusunanDED danPembangunanPilot Plant
^r ^r
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
5. Pembangunanindustripengolahan buahdan panganfungsionalberbasispembangunanfisik
J- J_ J_
KementerianPerindustrian,KementerianPertanian,KementerianKeuangan,KementerianPerencanaanPembangunanNasional/Bappenas
d. Kebijakan Standardisasi Industri
Meningkatkanmutu produk
efisiensi proses pengolahan dan penjaminan
1. Bimbingan I
penerapan dan Ipembinaan ikeamanan I
pangan melalui | .fCara Produksi
I
Pangan Olahan I
yang Baik I(cPPoB) |
I Kementerian
I Perindustrian,
lKementerianI Pertanian,
J- | KementerianI Kesehatan,I Kementerian RisetlTeknologi danI Pendidikan Tinggi,
Badan
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
Kebijakan danProgram Instansi Terkait
Badan PengawasObat dan Makanan,Badan StandardisasiNasional
2. Bimbingan danpendampinganbagi IKM PangandalampenerapanCPPOB dansertifikasi halal
KementerianPerindustrian,KementerianPertanian,KementerianKesehatan,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi,Badan PengawasObat dan Makanan,Badan StandardisasiNasional,Kementerian Agama
3. Bantuanperalatan ujilaboratoriumdan penguatankapasitas dankualitas assesordan auditormutu
KementerianPerindustrian,KementerianPertanian,KementerianKelautan danPerikanan,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi,Komite AkreditasiNasional
4. Bantuan mesinperalatanpeningkatanmutu produkolahan panganskala IKM
KementerianPerindustrian,KementerianPertanian,KementerianKelautan danPerikanan,
Kementerian
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
56-
No. Kebdakan danProgram Instansi Terkait
Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi,Lembaga IlmuPengetahuanIndonesia
5. Revisi SNIindustri produkpangan
KementerianPerindustrian,KementerianPertanian,KementerianKelautan danPerikanan, BadanStandardisasiNasional
6. Perumusan,pemberlakuandan pengawasanSNI wajibproduk pangan
KementerianPerindustrian,KementerianPertanian,KementerianKesehatan,KementerianKelautan danPerikanan, BadanStandardisasiNasional
Kebijakan Infrastruktur Industri
Pengembangan sistem logistik p.oart p"rrg",1. Pembangunan
sarana dansistem logistikindustri pangan
KementerianPerindustrian,KementerianPerdagangan,
Kementerian
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
No. Kebiiakan danProgram
KementerianKeuangan,KementerianPekerjaan Umumdan PerumahanRakyat, KementerianPerhubungan,Pemerintah Daerah
Kebijakan Insentif Nonliskal
dalam dan luar negeri
Meningkatkan kerjasama industri pffi111,
p.:-o:i dan perluasan pasarproduk industri pangan di
l. Partisipasi padasidang ICO,ICCO, Codex,ACCSQ, ACC,ISO, APCC dansidang terkaitstandar panganlainnya
KementerianPerindustrian,KementerianPertanian,KementerianKesehatan,KementerianPerdagangan,Kementerian LuarNegeri, BadanPengawas Obat danMakanan, BadanStandardisasiNasional
2. Koordinasi dannegosiasi untukmengurangi beamasuk produkpangan olahandi negara-negaratujuan ekspor
KementerianPerindustrian,KementerianPertanian,KementerianKelautan danPerikanan,Kementerian LuarNegeri, KementerianPerdagangan
3. Promosi
2018
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
58-
No. Kebijakan danProgram Instansi Terkait
3. Promosi produkindustri panganpada forumpameran dalamdan luar negeri
KementerianPerindustrian,KementerianPertanian,KementerianKelautan danPerikanan,Kementerian LuarNegeri
4. PelaksanaanHari Kakao(Cocoa Dag) danHari Kopi
KementerianPerindustrian,KementerianPertanian,KementerianPerdagangan,KementerianKoordinator BidangPerekonomian,Pemerintah Daerah
5. PelaksanaanHari lkan
KementerianPerindustrian,KementerianKelautan danPerikanan,KementerianPerdagangan,KementerianKoordinator BidangPerekonomian,Pemerintah Daerah
6. Fasilitasikeikutsertaanindustri pangandalam pamerandi luar dandalam negeri
KementerianPerindustrian,KementerianPertanian,
Kementerian
TahunPelaksanaan
2017 20i18_ 2019
J_
,l- J- J_
J_ J-
./- .t- .r
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
No. Kebiliakan danProgram
KementerianKelautan danPerikanan,Kementerian LuarNegeri, KementerianPerdagangan
7. Promosiinvestasi
KementerianPerindustrian,KementerianPertanian,KementerianKelautan danPerikanan, BadanKoordinasiPenanaman Modal
8. Bantuan mesindan peralatanpengolahanpangan skalaIKM
KementerianPerindustrian,KementerianPertanian,KementerianKelautan danPerikanan,KementerianKoperasi dan UKM,Badan Pengkajiandan PenerapanTeknologi
Kebijakan Insentif Fiskal
Diberikan sesuai dengan ketentuan p...tr.".rlr*.rd.rrgundangan
B. Pembangunan
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
_60_
B. Pembangunan Industri Farmasi, obat Tradisional, Kosmetik, danAlat Kesehatan Tahun 2OlZ-2OlgP_rogram pengembangan Industri Farmasi, Obat Tradisional,Kosmetik, dan Alat Kesehatan dilakukan pada:a. Industri Farmasi, obat Tradisional, dan Kosmetik: sediaan herbaldan bahan alam lain_nya, garam farmasi, gorongan nfolo"porrn,
amlodipine, .glucose pharmiceuticar grad e 6i, i"truun1, i*oi"ittin,glimepiide/metformine, parasetaior, prlart biologik, r.t"ir,produk herbal/natural, produk kosmetik, bahan baku tambahanpembuatan obat (excipient), bahan baku kimia industri kosmetik.
b. Industri Alat Kesehatan: dispos abre and. consumabres prodacts,\ospital fumiture, implan ortoped.i, electromedicat d"euices,diagnostic instrument, pACS (pictuie Aichiuing and communicationSgstem), softuare and IT, diagnostics reagents.
Tabel 7.2 Kebijlk"l. dan program pengembangan Industri Farmasi,obat Tradisional, Kosmetik, dan Rrai Kesehatan
Kebijakan danProgram Instansi Terkait
Kebijakan Pembangunan SDM IndustriPeningkatan kompetensi SDM i"d*: |"_:fe_tik
melatui pendidikan dan pelatihan, pemagangan,
1. Pelatihan atauworkshoppeningkatanketerampilantenaga kerjaindustri farmasi
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
2. Pelatihan .
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
-61
Kebijakan danProgram Instansi Terkait
2. Pelatihan/worlcshop ujiklinik tenagakerja industrifarmasi
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
3. Sertifikasikompetensitenaga kerjaindustri farmasi
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan, BadanNasional SertifikasiProfesi
4. PembangunanTempat UjiKompetensi(TUK) untuktenaga kerjaindustri farmasi
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan, BadanPengawas Obat danMakanan, BadanNasional SertifikasiProfesi
Penyediaansaranaprasarana ujiklinis farmasi
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan, BadanPengawas Obat danMakanan
6. Pelatihan.
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
No.Kebijakan dan i
Program20Lp 2AL9
6. Pelatihan tenagakerja industritentang CaraPembuatan Obatyang Baik(CPOB) padaindustri vaksin,industri produkbiologis, danindustri sediaanfarmasi
KementerianPerindustrian,
Kesehatan, BadanPengawas Obat danMakanan
7. Pen5rusunanSKKNI tenagakerja industrifarmasi
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan,KementerianKetenagakerjaan,Badan PengawasObat dan Makanan,Badan NasionalSertifikasi Profesi
. PembangunanCenter ofExcellenceindustri farmasi
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan, BadanPengkajian danPenerapan Teknologi,KementerianPertanian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
Pembangunanakademikomunitasindustri farmasi
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan,
Kementerian
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi,Pemerintah Daerah
10. Sertifikasi untuktenaga kerjaindustri terkaitkemampuan ujiklinik kosmetik
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan,Badan PengawasObat dan Makanan,Badan NasionalSertifikasi Profesi
l l.Pendidikan danpelatihanteknologiproduksikosmetik bagiIKM
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan
12. Pendidikan danpelatihan CaraProduksiKosmetika yangBaik (CPKB)kepada IKM
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan, BadanPengawas Obat danMakanan
13. PembangunanTempat UjiKompetensi(TUK) untuktenaga kerjaindustrikosmetik
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan, BadanNasional SertifikasiProfesi
14. Pembangunan
PRESIDENREPU BLIK INOONESIA
14. Pembangunansarana danprasarana untukmelakukan ujiklinis kosmetik
KementerianKesehatan,KementerianPerindustrian, BadanPengawas Obat danMakanan
15. Pembentukanlembagasertifikasi profesiuntuk tenagakerja industriyang terlibatdalam uji klinikproduk kosmetik
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan, BadanNasional SertifikasiProfesi
16.Pendidikan danpelatihan SDMriset untukindustrikosmetik
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan, BadanPengkajian danPenerapan Teknologi,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
lT.Pelatihan tenagakerja Industrikimia dasarbahan bakuKosmetik
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan, BadanPengawas Obat danMakanan,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
18. Pembangunan
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
No. Kebijakan danFtogram
18. Pembangunanakademikomunitasindustrikosmetik
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi,Pemerintah Daerah
19.Pendidikan danpelatihan SDMuntukpengembanganriset bioteknologi
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan,KementerianPertanian,Badan Pengkajian danPenerapan Teknologi,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
Obat Tradisional
0.Pelatihan tenagakerja industriobat tradisionaltentang CaraPembuatan ObatTradisional yangBaik (CPOTB)
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan, BadanPengawas Obat danMakanan,KementerianPertanian
1. Sertifikasi SDMtentangkemampuan ujiklinik jamu danobat tradisional
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan,KementerianPertanian,
Badan
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
Kebijakan danProgram
Badan NasionalSertilikasi Profesi
22.Pendidikan danpelatihan SDMriset tentangproduk herbal
KementerianPerindustrian, BadanPengkajian danPenerapan Teknologi,KementerianKesehatan
.Pembangunanakademikomunitasindustri obatherbal danbahan alamlainnya
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan,Kementerian RisetTeknoiogi danPendidikan Tinggi,Pemerintah Daerah
4.PenyusunanSKKNI tenagakerja industriobat tradisional
KementerianPerindustrian,KementerianPertanian, BadanNasional SertilikasiProfesi
.PembangunanCenter ofExcellenceindustri jamudan obattradisional
KementerianPerindustrian,KementerianPertanian,KementerianKesehatan, BadanPengkajian danPenerapan Teknologi,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
26. Pendidikan.
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
No. Kebijakan danProgram
26.Pendidikan danpelatihanproduksi produkherbal
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan, BadanPengkajian danPenerapan Teknologi,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
Kebij akan Pemanfaatan, e"ry"dffiPemetaan. dan pengembangu., pot"r"iJ"ry.diau.r, Eah^.,rarmasl, obat tradisional, dan kosmetik dari dalam negeri
1. Penyediaanbahan bakuindustri farmasi
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan,KementerianPertanian
Penyelenggaraankemitraan(antara plasmadengan industriagrokultur)dalam rangkapemenuhankebutuhanbahan bakuindustri farmasi
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan,KementerianPertanian
Pembangunanindustri kimiadasar bahanbaku industrifarmasi
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral
4. Fasilitasi
-67-
PRESIDENREPU BLIK INDONESIA
Kebijakan danProgram Instansi Terkait
Fasilitasipenelitan danpengembanganpenggunaantanaman herbaluntuk keperluanbahan bakufarmasi
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
. Pembuatandatabasebahanbaku farmasi
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan, BadanPusat Statistik
Studi kelayakanpembangunanpabrik bahanbaku farmasi
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
FasilitasiEngineerhg,hocarement andConstructian(EPC) dan DetailEngineeringDesign (DED)industri bahanbaku farmasi(sintesa kimia)
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan
Pengoperasianpabrik bahanbaku farmasi(sintesa kimia)
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan
9. Studi.
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
-69
No.Kebijakan dan
Program
TahunPelaksanaan Instansi Terkait
20.LV 20L8 20t9
9. Studi kelayakanindustri farmasiberbasis produkbiologik (enzim,antibody,hormone, danvaksin)
J-
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
10. Pembangunanindustri produkbiologik: EPCdan DED
"t- t-KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan
11. Pembangunanindustri bahanbaku obattradisional(BBOT) simplisiadan ekstrak: EPCdan DED
J- J_
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan
L2. Start up danpengoperasianindustri farmasiberbasis produkbiologik
J'
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan, BadanPusat Statistik
13. Pembangunanindustripetrokimia hulu(fenol)
J-
KementerianPerindustrian
14. Pembangunanindustripetrokimia hulu(amoniak)
KementerianPerindustrian
15. Commissioning .
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
70
No.Kebijakan dan
Program .
TahunPelaksanaan
i..Instansi Terkait
2017 20L8 2019
15. Commissionfngpabrik bahanbaku farmasi(sintesa kimia) .r
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan, BadanPengawas Obat danMakanan
16. Pembangunanpilot projectindustri obatkanker berbasisBoron 10
J-
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan, BadanPengawas Obat danMakanan , BadanTenaga NuklirNasional,Kementerian BadanUsaha Milik Negara,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
t7. Pembangunansarana danprasarana pilotproject, uji nonklinik, uji fungsikomponen alatBoron NeutronCapfure CancerTherapy (BNCC?)
J-
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan, BadanTenaga NuklirNasional, BadanPengawas Obat danMakanan, BadanPengawas TenagaNuklir, KementerianRiset Teknologi danPendidikan Tinggi,Kementerian BadanUsaha Milik Negara
18. Validasi . .
PRESIDENREPUBLIK IN DO NESIA
Kebljakan danProgram
18. Validasiproduksi obatkanker skalapilot, uji nonklinik dan ujifungsi alatBNCCT
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan, BadanTenaga NuklirNasional, BadanPengawas Obat danMakanan, BadanPengawas TenrgaNuklir, KementerianRiset Teknologi danPendidikan Tinggi,Kementerian BadanUsaha Milik Negara
19. Validasiproduksi obatkanker skalapilot, uji klinik,pengoperasianalat BNCCT
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan, BadanTenaga NuklirNasional, BadanPengawas Obat danMakanan, BadanPengawas TenagaNuklir,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi,Kementerian BadanUsaha Milik Negara
20. PenyusunanKodeksKosmetikaIndonesiasebagai standarmutu bahanbaku kosmetik
KementerianKesehatan,KementerianPerindustrian
21. Pemetaan.
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
Kebijakan danProgram Instansi Terkait
2018
21. Pemetaanpotensi untukbahan bakukosmetik
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan,KementerianPertanian, BadanPusat Statistik
22. Pemenuhanbahan bakuindustrikosmetik
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan,KementerianPertanian
23. Pembangunankemitraanantara plasmadengan industriagrokulturuntukkebutuhanbahan bakuindustrikosmetik
KementerianPerindustrian
24. Penelitian danpengembanganpenggunaantanaman herbaluntukkeperluanbahan bakukosmetik
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
25. Pembangunanindustri kimiadasar bahanbaku industrikosmetik
KementerianPerindustrian
26. Pembuatan
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
26. Pembuatandatabasebahanbaku kosmetik
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan, BadanPusat Statistik
27. Studi kelayakanpembangunanpabrik bahanbaku kosmetik
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
28. Fasilitasi EpCdan DDDindustri bahanbaku kosmetik
KementerianPerindustrian
29. Promosiinvestasipembangunanindustri bahanbaku kosmetik
KementerianPerindustrian, BadanKoordinasiPenanaman Modal
30. Pemetaanpotensi untukbahan bakuindustri obattradisional
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan,KementerianPertanian, BadanPusat Statistik
31. Pembuatandatabase batranbaku industriobat tradisional
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan, BadanPusat Statistik
32. Pemenuhan
#D
-73-
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
-74-
No.
' : "i'2017
"20Le32. Pemenuhanbahan bakuindustri obattradisional "t- ,l- J_
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan,KementerianPertanian
33. Penelitan danpengembanganpenggunaantanaman herbaluntukkeperluanbahan bakuindustri obattradisional
^r J- J-
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
34. Fasilitasikerjasamaantara plasmadengan industriagrokulturuntukkebutuhanbahan bakuindustri obattradisional
J' J- J_
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan
35. Studi kelayakanpembangunanpabrik bahanbaku industriobat tradisional
.r
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
36.Promosi...
20tr8]
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
No. Kebijakan danProgram
36. Promosiinvestasipembangunanindustri bahanbaku obattradisional
KementerianPerindustrian, BadanKoordinasiPenanaman Modal
37. Fasilitasi EpCdan DEDindustri bahanbaku obattradisional
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan
38. Comrssioningdanpengoperasianpabrik bahanbaku industriobat tradisional
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan, BadanPengawas Obat danMakanan
Kebijakan Pengembangan dan pemarf""t.., @Pemetaan dan pengembangan t"t rro1. Kerjasama antar
negara dalampenguasaanteknologiproduksi produkfarmasi
KementerianPerindustrian,Kementerian LuarNegeri, KementerianKesehatan, BadanPengawas Obat danMakanan,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
2. Penguatan.
-75-
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
-76
No.Kebijakan dan
Program
TahunPelaksanaan Instansi Terkait
,20t7 2018 2019
2. PenguatanprogramAcademg -Busfness -Gouernment -Community -Media (ABGCM)
J_ J- J-
KementerianKesehatan,KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi,KementerianPerdagangan
3. MenjadikanBUMN farmasisebagai pionirdalammengembangkanobat esensial,vaksin, produkbiofarmasi,natural, dan API-chemical based
J- J' J_
Kementerian BadanUsaha Milik Negara,KementerianKesehatan,KementerianPerindustrian
4. Melakukankolaborasi untukmengkoordinirpenyelenggaraanpenelitian darihulu ke hilir danpenggunaanhasil penelitianfarmasi
J_ ^l- J_
KementerianKesehatan, BadanPengawas Obat danMakanan,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi,KementerianPerindustrian
5. Mengupayakanpengembangantenaga ahli danmendirikanfasilitas R&D,baik untuk studiklinik dan non-klinik
^r J' J-
Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi,KementerianKesehatan,KementerianPerindustrian
6. Pemetaan
PRESIDENREPU BLIK INDONESIA
No. Kebljakan danProgram
Pemetaan tenagaahli Indonesiayang berada didalam dan luarnegeri besertaspesiaiisasikeahlian, sertamenjajakiprogrammemanggilkembali tenagaahli Indonesiayang berada diluar negeri(scientist poolingprogram)
Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi,Kementerian LuarNegeri, KementerianKeuangan,KementerianPerindustrian
Kebijakan pengembanga., du., pffiInovasi
Pengembangan. dan p"*.rrfu"tffirnoustrl larmasi melalui pengembanga o center of excellence danpenguatan industri pendukung
1. Penelitian danpengembanganproduk farmasiberbasisbiologik,berbasis herbal,dan berbasiskimia
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
2. Pembuatan
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
Kebijakan danProgram
2. Pembuatanbasis data patenobat-obatanyang akan habismasaberlakunya
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan, BadanPusat Statistik
3. Kedasamapenelitiandengan lembagapenelitian danperguruantinggi untukmenindaklanjutipaten yangakan habisdalam 2 (dua)tahun ke depan
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
4. Pemberianperalatanlaboratoriumdalammelakukan risetfarmasi untukprodukbioteknologi danherbal denganperalatan risetyang terbaru
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
5. Mendorong danmenggerakanindustri farmasidalam negeriuntukmemproduksiobat yangsudah habismasa patennya
KementerianKesehatan,KementerianPerindustrian,Kementerian Hukumdan HAM
6. Mendorong. .
-78-
2018
PRESIDENREPUBLIK INOONESIA
Kebiiakan danProgram
6. Mendorongpercepatanprosespenetapanpaten produkobat dan bahanbaku obat
Kementerian Hukumdan HAM,KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan
7. Penelitian danPengembanganprodukkosmetikberbasis polimer
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
8. Dukunganpembiayaanbagi penelitiankosmetik
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan, BadanPengkajian danPenerapan Teknologi,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
9. Penelitian danpengembanganprodukkosmetik halalberbasis herbal
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
Bioteknologi . .
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
Kebijakan danProgram
l0.Tindak lanjuthasil kajian danriset mengenaiprodukbioteknologiyang akandikembangkan
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan, BadanPengawas Obat danMakanan,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
1 1. Kajian rencanapengembanganprodukbioteknologipada skala lab
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan, BadanPengawas Obat danMakanan,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
12.Kajian rencanapengembanganproduk jamumenjadi ObatHerbalTerstandar sertapenetapantindak lanjutkqjian tersebut
KementerianKesehatan,
eknologi danPendidikan Tinggi
e. Kebijakan
No.
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
Kebijakan danProgram
Kebijakan Infrastruktur IndustriIntegrasi kebijakan industri f"r*ffiff]1}: , -p"llcyatal kompetensi ian ---'pemuansunan
1. Pembangunaninfrastrukturindustri farmasi
KementerianPerindustrian,KementerianPekerjaan Umumdan PerumahanRalqyat, KementerianEnergi dan SumberDaya Mineral
2. Fasilitasipemenuhanpersyaratansarana sesuaistandar CoodManufacturingPractices (GMp)atau CPOB
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan, BadanPengawas Obat danMakanan
3. Pembangunaninfrastrukturtambahanuntuk industrikosmetik
KementerianPerindustrian,KementerianPekerjaan Umumdan PerumahanRakyat, KementerianEnergi dan SumberDaya Mineral
4. Fasilitasi .
#",DPRESIDEN
REPUBLIK IN DO N ESIA
Kebijakan danProgram
4. Fasilitasipembangunaninstalasitambahanuntuk industribahan bakualam dan bahanbaku kimiakosmetik
KementerianPerindustrian,KementerianPertanian
Obat Tradisional5. Studi
penerapanstandarfarmakopeherbalIndonesia untukdiaplikasikanpadapembangunaninfrastrrrkturindustri obattradisional
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
6. Pembangunaninfrastrukturindustri obattradisional
KementerianPerindustrian,KementerianPekerjaan Umumdan PerumahanRalryat, KementerianEnergi dan SumberDaya Mineral
7. Pengawasankesesuaianinfrastrukturindustri denganmengikuti aspekCPOTB padaindustri obattradisional
KementerianPerindustrian, BadanPengawas Obat danMakanan,KementerianKesehatan
f. Kebljakan .
PRESIDENREPUELIK INDONESIA
Kebijakan danProgram Instansi Terkait
Kebijakan Insentif Fiskal
(Diberikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang_undangan)
Kebijakan Insentif Nonfiskal
Identifikasi, koordinasi, implementasi, dan evaluasi terkaidengan insentif nonfiskal bagi industri farmasi dan kosmetik
l. Mengadakanpameranproduk dalamnegeri
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan,KementerianPerdagangan
2. Fasilitasiketerkaitan dansinergi antaraindustri besar,menengah, dankecil
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan
3. Mendorongpenggunaanbahan bakufarmasi hasilproduksi dalamnegeri melaluifasilitasi bahanbaku farmasiproduksi dalamnegeri masukke dalam e-catalog
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan, LembagaKebijakanPengadaanBarang/JasaPemerintah
4. Fasilitasi
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
-84
I
No.
,i
Kebjjakan,danProgr4m
2017 2018 ?oLe4. Fasilitasi
kemudahanperizinanindustri farmasi
J- J_ J_
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan, BadanPengawas Obat danMakanan, BadanKoordinasiPenanaman Modal
5. Pengendalianimpor bahanbaku farmasiyang telahdapatdiproduksi olehindustri dalamnegeri
,l' ,l- .r
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan,KementerianPerdagangan,KementerianKeuangan
6. Fasilitasimodernisasimesin danperalatanindustri farmasi
"r J- J_
KementerianPerindustrian
Kosmetik
7. Memberikanpenyuluhansecara periodikkepadamasyarakatmengenaikeamanan,mutu, danmanfaatkosmetika sertadaya saingindustrikosmetikadalam negeri
J_ J_ J_
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan, BadanPengawas Obat danMakanan
8. Meningkatkan . .
'' '.' "raltun '
,Pelaks,irniai{
PRESIDENREPUBLIK INOONESIA
Kebljakan danProgram
8. Meningkatkandan membantupengawasanterhadapprodukkosmetik ilegalbaik di dalamnegeri maupundi luar negeri
KementerianPerindustrian, BadanPengawas Obat danMakanan,KementerianPerdagangan
9. Fasilitasiterutama bagiIKM agar dapatmengikutipamerankosmetik di luarnegeri
KementerianPerindustrian
10. Fasilirasimodernisasimesin danperalatanindustri jamudan obattradisional
KementerianPerindustrian
II. Industri Alat KesehatanKe bij akan pembangunan
SD M I;d,, "
hi--
Peningkatant.*u@alat kesehatan melalui penguasaan teknologi maju1. Pendidikan dan
pelatihantenaga kerja
KementerianPerindustrian,Kementerian
industri .
-85-
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
Kebijakan danProgram
industri alatkesehatan
KementerianKetenagakerjaan,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
2. Sertifikasitenaga kerjaindustri alatkesehatan
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan,KementerianKetenagakerjaan,Badan NasionalSertifikasi Profesi
3. Pendidikan danpelatihanperancanganproduk-produkalat kesehatan
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
4. Pen5rusunanSKKNI industrilwspitalfumiture,implan ortopedi,disposable andconsumable,dentalfurniture,danelectromedicatdeuice
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan,KementerianKetenagakerjaan,Badan NasionalSertifikasi Profesi
5. Pembangunanakademikomunitasindustri alatkesehatan
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
6. Pelatihan
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
-87
Kebiiakan dan'Program '
'2;A,71
6. Pelatihanpemenuhan SNIbagi industrialat kesehatan
KementerianKesehatan, BadanStandardisasiNasional,KementerianPerindustrian
bijakan Pemanfaatan, penyediaan, 4." p""y"I.r." SDA
Pengembanganpengembangan
potensi bahan baku dalamproduk industri alat kesehatan
negeri untuk
1. Pemetaankebutuhan danketersediaanbahan bakudan teknologipada industrialat kesehatan
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan
2. Penelitian danpengembanganbahan bakuuntuk industrialat kesehatan
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan
3. Pen5rusunanregulasi danstudi kelayakanuntuk industripengolah bahanbaku bagiindustri alatkesehatan
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
4. Pengembanganindustri bahanbaku alatkesehatan
KementerianKesehatan,KementerianPerindustrian
5. Pembuatan .
#D
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
Kebijakan danProgram
5. Pembuatandatabasebahanbaku alatkesehatan
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan
bijakan Pengembanga., a"r, n.*@rtan penguasaan teknologi industri alat kefokus pada bahan baku, Iesain dan G"a""uk industri alat kesehatan
l. Pengembanganlaboratorium ujiproduk alatkesehatan
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
2. Revisi roadmapindustri alatkesehatan yangtelah disusunolehKementerianPerindustriandanKementerianKesehatan
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan
3. Pelatihanindustri,perbaikansistemmanajemen danpeningkatanteknologiindustri tier I,II, dan III
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
4. Peningkatan
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
No. Kebijakan danProgram
4. Peningkatanperalatan ujiyang diperlukanuntuk PusatPengembanganTeknologi danIndustri AlatKesehatan
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
5. Pembuatanprototipe danproduk alatkesehatan yangdibutuhkanoleh pasar
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
6. Penerapanteknologi baru
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan
7. Pengadaaanmesin danperalatan ujipadalaboratorium uji
KementerianPerindustrian
Kebijakan Pengembangan dan pem"rrf.ffirnovasl
Peningkatan kemampuan kreativita. aunkesehatan melalui inbustri pendukung
inovasi industri alat
1. Pelatihan danbimbinganteknis untukkomponenhospitalfurnihre,implan ortopedi,
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
consumable . . .
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
Kebiiakan danPrograrn Instansi Terkait
conatmable,dental fumiturqsurgicalinstrument, danelectromedicaldeuice melaluiprosespengelasan danmetalworking
2. Pelatihaninovasi untukdiversifikasikomponen dansuku cadangalat kesehatan
KementerianPerindustrian
3. Pembuatanprototipe implanortopedibekerjasamadenganperguruantinggi
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
4. Pembuatanprototipeelectromedicaldeuice
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
5. PeningkatankemampuanIKM pendukungindustri alatkesehatan
KementerianPerindustrian
6. Penelitian
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
-91
No.Kebdakan dan
Program Instansi Terkait20L7 20I8 20L9
6. Penelitian danpengembanganproduk alatkesehatanberbasis riset J- J_ J-
KementerianKesehatan,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi,Badan Penelitian danPengembanganTeknologi
7. Pemberianperalatanlaboratoriumdalammelakukan risetalat kesehatandenganperalatan risetyang baru
^r J' .r
KementerianKesehatan,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
8. Pen5rusunanregulasikerjasamaAcademician,Business,Gouernment,Community(ABGC)
^r J_ J_
KementerianKesehatan,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi,KementerianPerindustrian
e. Kebijakan Standardisasi Industri
Pengembangan standar produk aupeningkatan daya saing industri alat kesehatan
1. PenyusunanRSNI produkindustri hospitalfumiture, implanortopedi,disposable andconsumable,surgicalinstntment,
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan, BadanStandardisasiNasional
dental .
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
Kebijakan danProgram Instansi Terkait
dentalfumiture,electromedicaldeube dan inuitro diagnosticdeuice
. Fasilitasipendaftaranpaten produkindustri alatkesehatan
KementerianPerindustrian,Kementerian Hukumdan HAM
Penerapan SNIwajib produkindustri hospitatfumiture, implanortopedi,disposable andconsumable,dentalfumihre,daneLectromedicaldeuice
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan,KementerianPerdagangan
Pembentukanlembaga uji bagiIKM produsenalat kesehatan disentra IKM
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
5. FasilitasipemenuhanpersyaratanCPAKB bagisarana produksialat kesehatan
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan
Sertifikasi ISO13485 bagiindustri alatkesehatan
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan,
Badan . .
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
Kebijakan danProgram
Kebijakan Infrastruktur Industri
infrastruktur industri terkait d""g." i"d""tri
1. Penyediaan alatuji PPTI
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
bijakan Insentif Nonliskal
Pengembangan kebijakan l"*"tif lo"n"t utdaya saing industri alat kesehatan
l. Peningkatanpenggunaanproduk dalamnegeri untukproduk alatkesehatandalam negeri difasilitaspelayanankesehatan
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan
2. SertifikasiTKDN industrihospitalfumiture,implan ortopedi,disposable andconsumable,surgicalinstntment,dentalfumiture,electromedicaldeuice, dan in
KementerianPerindustrian
uitro.
PRESIDENREPU BLIK IN OO N ESIA
No. Kebljakan danProgram
Penyediaanboothpameranuntuk industrihospitalfumiture,implan ortopedi,disposable andconsumable,surgicalinstrument,dentalfumihre,electromedicaldeuice dan inuitro diagnosticdeuice
KementerianPerindustrian
4. Promosi alatkesehatanproduksiIndonesia keluar negeri
KementerianPerdagangan,Kementerian LuarNegeri, KementerianKesehatan,KementerianPerindustrian
5. Bantuan mesindan peralatanuji untukindustrihospitalfumiture,implan ortopedi,disposable andansumable,surgicalinstrument,dental furniture,
KementerianPerindustrian
electromedical .
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
-95-
C. fgglan'unan Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki, dan Aneka Tahun2017-2019
l3gr^T pengembangan Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki, dan Anekadifokuskan pada industri_industri Uerit<ui:'a. Industri Tekstil: serat tekstil, rajut, garmen fesyen, tekstil khusus.b. Industri Kulit dan Alas Ihki: alas kaki, produk kulit khusus(adu anced materiat), kulit sintetis, bahan iculit non-konvensional.c. Industri Furnitur dan Barang Lainnya dari Kayu: kerajinan, ukir_ukiran dari kayu, furnitur t .y,r, a." .ot r.
Kebijakan danProgram Instansi Terkait
electromedicaldeuice dan inuitro diagnosticdeuice
Kebijakan Industri Hijau
l:il::ii", penerapan, d.', "r.rr@oagl mclustri alat kesehatan
l. Penyusunan,penerapan,monitoring, danevaluasistandarindustri hijaupada industrialat kesehatan
KementerianPerindustrian
Kebijakan Insentif Fiskal
(Diberikan sesuai denga., t"t"@undangan)
d. Industri
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
-96-
d. Industri Piastik, pengolahal Karet, dan Barang dari Karet: plastikuntuk keperluan umum, plastik untuk keperlian khusus d;;;lain untuk kesehatan, otomotif, dan elektronik), karet untukkeperluan umum, karet.untuk t epertuarr-Lfrr".,. 1"rrt"* f"i.,untuk kesehatan, otomotif, dan elektronik).Tabel 7.3 Kebijakan dan.program pengembangan Industri Tekstil,Kulit, Alas Kaki, dan Aneka
Kebijakan danProgram Instansi Terkait
bij akan Rem binffi nED tvr r n-dGtriPeningkatan U.fo
[:i::-i"::,: -kaki merarut li;ij;il't;;l sesuai SKKNT,training asesor pelaksana sertifikasi,
.J." p"i"iit ."pengelolaan
1. PenyusunanSKKNI industritekstil dan produktekstil, kulit, danalas kaki
KementerianPerindustrian,KementerianKetenagakerjaan,Badan NasionalSertifikasi Profesi
2. Pelatihan SDMindustri tekstildan produktekstil, kulit danalas kaki
KementerianPerindustrian,KementerianKetenagakerjaan
3. PembentukanTUK melaluibantuan mesindan peralatan
KementerianKetenagake4jaan,Badan NasionalSertifikasi profesi
4. Penyediaantenaga instruktursertifikasi SDM
KementerianPerindustrian,KementerianKetenagakerjaan,Badan NasionalSertifikasi profesi
5. Sertilikasi .
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
Kebijakan danProgram
5. Sertifrkasikompetensi SDM
KementerianPerindustrian, BadanNasional SertifikasiProfesi
6. PenyusunanStandar BiayaKeluaran (SBK)peiatihansertifikasikompetensi SDM
KementerianPerindustrian,KementerianKeuangan
7. Pelatihan AssesorPelaksanaSertilikasiKompetensi
KementerianPerindustrian,KementerianKetenagakerjaan,Badan NasionalSertifikasi Profesi
8. Pelatihanmanajemenpengelolaanusaha dalamrangkapemanfaatanteknologi tinggi
KementerianPerindustrian
9. Penerapan SkKNIwajib bagiindustri TPI danalas kaki
KementerianPerindustrian,KementerianKetenagakerjaan,Badan NasionalSertifrkasi Profesi
10. PengawasanPenerapan SKKNIwajib bagiindustri TpI danalas kaki
KementerianPerindustrian,KementerianKetenagakedaan,Badan NasionalSertifikasi Profesi
b. Kebijakan
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
Kebijakan Pemanfaa
Pelaksanaan pra stu
!tha.!e.na Glgal (MEG), pabrik zatwarna'tekstil dan penJrusunan
profil investasinya, perluas an material ce"te, f.ufii, siitakebijakan dan koordinasi dengan pihak terkaitl. Investasi Industri
MEG danDissotuing pulp
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral,KementerianPertanian, BadanKoordinasiPenanaman Modal
Investasi industriperwarna tekstil
KementerianPerindustrian, BadanKoordinasiPenanaman Modal
3. Penyediaan kulitsintetik nasionalsebagai bahanbaku industrialas kaki danindustri barangjadi kulit
KementerianPerindustrian,KementerianPertanian
Pembatasanekspor kulitmentah dankemudahandalam imporbahan baku kulit
KementerianPerindustrian,KementerianPerdagangan,KementerianPertanian
Mengatasihambatankualitas bahanbaku terkaitpersyaratankesehatan hewan
KementerianPerindustrian,KementerianPerdagangan,KementerianPertanian
c. Kebijakan .
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
-99-
No. Keb[jakan danProgram
2nfi 2018 20L9c. Kebijakan Pengembangan dan pemanfaaian Teknologi Industri
Pengembangan dan pemanfaatan teknotogi industriindustri tekstil, kulit, dan alas kaki
pada
1. Pengembanganpotensi industrialas kaki dan kulitdi daerah
KementerianPerindustrian,Pemerintah Daerah
2. Peningkatankemampuandesain produkmelalui pelatihandan kerjasamadengan pihakmitra
KementerianPerindustrian
3. Melaksanakanbimbingan teknisdan asistensiuntuk perolehansertifrkat HKIdesain produk
KementerianPerindustrian,Kementerian Hukumdan HAM
4. Revitalisasi danmonitoringmesin/ peralatanuntuk balaipenelitian danpengembangan
KementerianPerindustrian,KementerianKeuangan
5. PembentukanPusat InovasiBisnis melaluikerjasama denganpihak terkait
KementerianPerindustrian,KementerianPertanian
6. Kolaborasi klasterindustri alas kakinasional melaluipenguatan peranIKM dalam klasterindustri alas kaki
KementerianPerindustrian
7. Bimbingan . . ,
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
-100-
Kebijakan danProgram
7. Bimbingan teknisdan asistensiserta pelatihanmanajemen dalampenggunaan mesinberteknologi tinggi
KementerianPerindustrian
Kebijakan p"rrg"lnovasr
Pengemb"ngantekstil, kulit, dan alas kaki1. Pengembangan
danpemberdayaanpusat desain danpengembanganindustri tekstil,kulit dan alaskaki
KementerianPerindustrian
2. Monitoring danevaluasipelatihan danbimbingan teknismelalui FGD,worlcshop, dankonsinyering
KementerianPerindustrian
3. Lomba desainproduk tekstildan alas kaki
KementerianPerindustrian
4. Pelatihan desainproduk dandesain strukturtekstil dan alaskaki
KementerianPerindustrian
e. Kebijakan
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
101 -
Kebijakan danProgram Instansi Terkait
KebijakanstanaffiPengembanganpengembangan
standar danindustri tekstil,
standardisasi untuk mendkulit, dan alas kaki
1. PembangunanInfrastrukturlembaga ujikesesuaian
KementerianPerindustrian, BadanStandardisasiNasional, KomiteAkreditasi Nasional
FasilitasiKonsensus RSNIdan pendaftaranHKI
KementerianPerindustrian, BadanStandardisasiNasional
3. Penerapan danPengawasan SNIWajib ProdukIndustri Tekstil
KementerianPerindustrian,KementerianPerdagangan,Kepolisian NegaraRepublik Indonesia
Penanganansafeguards, antidumping dantindakanpengamananlainnya yangdiajukan olehindustri dalamnegeri maupunmenghadapituduhan dari luarnegeri
KementerianPerindustrian,KementerianPerdagangan,KementerianKeuangan,Kementerian LuarNegeri
f.Kebijakan...
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
Kebijakan danProgram
Kebijakan Infrastruktur IndustriPengembangan infrastruktkaki
1. Pendirian LogisticBase for Cotton danperluasan bufferstock kapas melaluipengadaan gedung,peralatan kantordan sisteminformasi sertaperaiatan lab ujimutu kapas untukbuffer stockbahanbaku kapas (
base for cotton)
KementerianPerindustrian,Kementerian BadanUsaha Milik Negara,KementerianKeuangan,KementerianPerencanaanPembangunanNasional/Bappenas,KementerianPertanian
Pendirian materialcenter alas kakidan perluasanbuffer stock kulitmelalui pengadaangedung, peralatankantor, dan sisteminformasi kulit
KementerianPerindustrian,KementerianPertanian,KementerianKeuangan
PengembanganProductDeuelopment andDesign Center(PDDC) untukproduk tekstil danproduk tekstil (TpT)
KementerianPerindustrian
Bantuanmesin/ peralatandalam rangkapenguataninfrastrukturProduct
KementerianPerindustrian
Design .
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
_ 103_
Kebijakan danProgram Instansi Terkait
. Pengembanganlembaga penilaiankesesuaian
KementerianPerindustrian,Komite AkreditasiNasional
Bantuanmesin/peralatanpengembanganergonomical designindustri atas kaki
KementerianPerindustrian
bijakan Lokasilndustri
tri tekstil, kulit, dan alas kaki
t:,c.,l"i kebijakan prkl clengan potensi daerah dan pengembangan sentra u.
1. Pengembanganindustri tekstil,kulit, dan alaskaki di berbagaidaerah yangpotensialutamanya yangterkait denganWPPI
KementerianPerindustrian,KementerianKoperasi dan UKM,Pemerintah Daerah
Identilikasi danpersiapan daerahpotensial untukpengembangansentra
KementerianPerindustrian,Pemerintah Daerah
h. Kebijakan.
PRESIDENREPUBLIK IN DO N ESIA
Kebijakan danProgram
Kebijakan Insentif Nonfi skalKebijakan insentiftekstii, kulit, dan alas kaki melalui t
"4a.""-a a"ngan i
ljillllkewajiban penggunaan, preferensi khusus, pemberianrn_sentrt untuk pengembangan desain, dan fasilitasi pendaftaran
1. KewajibanPenggunaanMEG danDbsoluing pulpdalam negeripada industripoliester danrayon
KementerianPerindustrian,KementerianPerdagangan,KementerianPertanian
Kewajibanpenggunaan zatwarna tekstilyang berorientasiindustri hijaudan pabrikaksesoris tekstildalam negeripada industritekstil
KementerianPerindustrian,KementerianPerdagangan
3. Businessmatching industrikain denganindustri garmendalam negeridalam rangkapemetaan supplgdemand
KementerianPerindustrian
Kewajibanpenggunaanproduk garmendalam negeripada instansipemerintah
KementerianPerindustrian,Kementerian BadanUsaha Milik Negara,
Lembaga . . .
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
No. Kebliakan danProgram
Lembaga KebijakanPengadaanBarang/JasaPemerintah
Fasilitasi promosidan kemudahanperizinan bagiindustri garmenpengguna kainproduksi dalamnegeri
KementerianPerindustrian, BadanKoordinasiPenanaman Modal,KementerianPerdagangan,Pemerintah Daerah
Penyusunanregulasi terkaitPendaftaranNomor indukTandaPendaftaranMesin (TPM)sebagai identitasmesin TPI
KementerianPerindustrian,KementerianKeuangan, BankIndonesia
7. Pemberianpreferensikhusus untukpenggunaan kulitsintetik dalamnegeri bagiindustri alas kakidan industribarang jadi kulitdaiam negeri
KementerianPerindustrian,KementerianPertanian,KementerianPerdagangan
Pemberianinsentif terhadappengembangandesain Industrialas kaki dalamnegeri
KementerianPerindustrian,KementerianKeuangan
9. Pemberian
PRES IDENREPU BLIK INDONESIA
- 106-
Kebijakan danProgram Instansi Terkait
Pemberianpreferensikhusus untukindustri alas kakiyang melakukanorientasi padapemenuhankebutuhanbahan baku kulitdomestik
KementerianPerindustrian,KementerianPertanian,KementerianPerdagangan,KementerianKeuangan
10. Promosi industrialas kaki didalam dan diluarnegeri sertapartisipasi dalamperundinganinternasional
KementerianPerindustrian,KementerianPerdagangan,Kementerian LuarNegeri
bijakan Industri ttffiunan, penerapan, dan evaluasi s@i tekstil, kulit, dan alas kaki
l. Penyusunan danpenerapan standarindustri hijau bagiindustri tekstil,kulit, dan alaskaki
KementerianPerindustrian,KementerianLingkungan Hidupdan Kehutanan
Pemberianinsentif kepadaindustri tekstil,kulit, dan alaskaki di daiamnegeri yang telahmenerapkanstandar industrihijau
KementerianPerindustrian,KementerianLingkungan Hidupdan Kehutanan,KementerianKeuangan
3. Pelatihan . .
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
-ro7-
lNo.Kebijakan dan
Program
TahunPelaksanaan
2017 2018 20t93. Pelatihan teknik
produksi berbasisindustri hijau
KementerianPerindustrian,KementerianLingkungan Hidupdan Kehutanan
4. Pemberianbantuanmesin/peralatanpengolahanlimbahpenyamakan kulit
KementerianPerindustrian,Pemerintah Daerah
J. Kebijakan Insentif Fiskat
(Diberikan sesuai dengan ketentua@undangan)
k. Kebijakan promosi dan perluasan@dalam dan luar negeri
1. PembentukanNational Brandinguntuk produkgatmen, fashion,dan alas kaki
KementerianPerindustrian
2. Promosi NationalBranding melaluipendirian boothpameran diBandara SoekarnoHatta, Juanda,Ngurah Rai danbandarainternasionallainnya
KementerianPerindustrian,Kementerian BadanUsaha Milik Negara,KementerianPerhubungan
II. Industri .
PRESIDENREPU BLIK INDONESIA
Kebijakan danProgram
Kebijakan Pembangunan SDM IndustriMeningkatkan ke
r-T,l]I-* darl. desain untuk meningkatkan daya saing dan
1. Pelatihankompetensi SDMfurnitur bidangteknik produksi
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
2. PelatihanKompetensi SDMfurnitur bidangdesain
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
3. Pelatihan asesoiSKKNI furniturdan auditor SNI
KementerianPerindustrian,KementerianKetenagakerjaan,Badan NasionalSertifikasi Profesi,KementerianPerdagangan
4. Sertilikasi SDMberdasarkanSKKNI furnitur
KementerianPerindustrian, BadanNasional SertifikasiProfesi
5. Perlindungan HKIhasil lombadesain dan pusatdesain berbasispasar global
KementerianPerindustrian,Kementerian Hukumdan HAM
6. Penyusunan/revisi SKKNIBidang furnitur
KementerianPerindustrian,Badan StandardisasiNasional
7. Implementasi .
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
7. Implementas-SKKNI furnitur
KementerianPerindustrian, BadanStandardisasiNasional
8. PembangunankmbagaSertifikasi profesidan TUK industrifurnitur
KementerianPerindustrian,Badan StandardisasiNasional
9. Pembangunanlaboratorium ujimutu kayu
KementerianPerindustrian,Badan StandardisasiNasional,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
10. Pendirian BalaiPenelitian danPengembanganIndustri furnitur
KementerianPerindustrian,KementerianKoperasi dan UKM,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
11. Pembangunansekolah kejuruanbidangpengolahan kayu,rotan danfurnitur
KementerianPerindustrian,KementerianPendidikan danKebudayaan,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
bijakan per,
Penjaminan Ukemitraan serta integrasi antara sisi hulu a.r,
"i"i frifi.1. Pembangunanpusat Kementerian
Perindustrian,
legal
-109-
TahunPelaksanaan
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
- 110 -
No. Kebijakan danProgram
20t8legal dan buffersfock bahan baku
KementerianPerdagangan,KementerianLingkungan Hidupdan Kehutanan
2. Penyusunan danpenerapan SNIkayu dan produkkayu untukmendukungindustri furnitur
KementerianPerindustrian, BadanStandardisasiNasional,KementerianPerdagangan,KementerianLingkungan Hidupdan Kehutanan
Kebijakan p"
Penerapan tek@lain dari bambu, kiyu sawit, kayu
bahantaffi1. Pembangunan
pilot projectpenerapan kayualternatif
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi,KementerianLingkungan Hidupdan Kehutanan
2. Revitalisasi rnesinindustri furnitur
KementerianPerindustrian,Lembaga IlmuPengetahuanIndonesia, BadanPengkajian danPenerapan Teknologi,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
d. Kebijakan. . .
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
- lii -
Kebijakan danProgram
Kebrjakan t rr*.-Inovasl
1. Pembangunanpusat inovasikayu nasional
KementerianPerindustrian,KementerianLingkungan Hidupdan Kehutanan,Pemerintah Daerah
bijakan StanairAGail rnaGGPendampinga" Omendapatkan sertifikasi dan veiifikasi fegifitas tayu lSvf,Xy
1. Pendampingandan bantuanbiaya sertifikasiSVLK IKMFurnitur
KementerianPerindustrian,KementerianLingkungan Hidupdan Kehutanan,KementerianKoperasi dan UKM
bij akan Ins.nEf No.,fr skiiPromosi aan fl"rluasan pisaiindustri furnitur dalam negeril. Promosi dan
pameran industrifurnitur di dalamdan luar negeri
KementerianPerindustrian,Kementerian LuarNegeri, KementerianLingkungan Hidupdan Kehutanan,KementerianPerdagangan
KebijakanRe-ffiPeningkatan komdari karet melalui pelatihan, pemagangan, dan sertifikasil"liilllX, o"oa kompeten si pi..r,"l"., g?,,;' ;;"."i"., ke masan,
Plastik .
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
-112-
Kebijakan danProgram
1. pelatihan danworlcshop untukkegiatanpengembanganSDM industriplastik hilir
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
2. Sertifikasi SDMindustri plastikhilir
KementerianPerindustrian,KementerianKetenagakedaan,Badan NasionalSertifikasi profesi
3. eimbing.n teknGdan pelatihanManajemen MutuISO 9001: 2008industri barangplastik
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
4. Pen5rusunanSKKNI industriplastik hilir
KementerianPerindustrian, BadanNasional SertifikasiProfesi, KementerianKetenagakerjaan
5. Pen5rusu:ran-kurikulumpelatihan untukIKM dan industrikreatif plastik
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
6. Aimbingin tekniidan pelatihandesain kemasanplastik
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
7. Bimbingan
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
- 113 -
20t77. Bimbingan teknis
dan pelatihanformulasipembuatan desainkemasan plastikkosmetika
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
8. Pen5rusunanSKKNI industriplastik
KementerianPerindustrian,KementerianKetenagakerjaan,Badan NasionalSertifikasi Profesi
9. Pelatihan/worlcshop untukpengembanganSDM industrikaret
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
10. Sertifikasi SOU KementerianPerindustrian
11. Bimbingan teknisdan pelatihanManajemen MutuISO 9001: 2008industri barangkaret
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
12. Bimbingan teknisdan pelatihanFormulasiPembuatanKompon Karet,FormulasiPembuatan AnekaBarang Karet
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
13. Penyusunan. .
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
-tL4-
Kebijalan danProgfam
13. PenyusunanSKKNI industribarang karet
KementerianPerindustrian,KementerianKetenagakerjaan,Badan NasionalSertifikasi Profesi
bijakan Pemanfa
!a3l [email protected] Karet dan barang dari karet dari dalam negeri
l. EPC teknologiproduksi industriplastik hilir
KementerianPerindustrian
brjakan t..rt.Pengembangan d
111.1i.."* dari karet dengan p.i;;i;Jpil; pengemb
l. Pembangunanindustri daurulang sampahplastik kota
KementerianPerindustrian,Pemerintah Daerah
Penelitian danpengembanganproduksi fiber daripolimer
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
3. Studi kelayakanpembangunanindustri fiber
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
4. Promosi .
fl,D
PRES IDENREPUBLIK INDONESII\
115 -
Kebijakan, danProgram
Promosi investasipembangunanindustri fiber
KementerianPerindustrian, BadanKoordinasiPenanaman Modal
5. Pembangunanindustrivulkanisir(retread) banpesawat terbang
KementerianPerindustrian,KementerianPertanian,Pemerintah Daerah
6. Pengembanganteknologi industribarang karetuntukmendukungKebijakan TolLaut
KementerianPerindustrian,KementerianPertanian,KementerianPerhubungan
7. Studi kelayakanpembangunanindustridockfender karet
KementerianPerindustrian,KementerianPertanian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
8. Pembangunanpilot plantindustridockfenderkaret
KementerianPerindustrian,KementerianPertanian,Pemerintah Daerah
9. Promosi investasiindustridockfenderkaret
KementerianPerindustrian,KementerianPertanian, BadanKoordinasiPenanaman Modal
10. Pembangunan
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
116 -
No.Tatrun
Pefaks,alraln,2olt 2078; 2Ap
10. Pembangunanpilot plantindustri tepungkaret
J_
KementerianPerindustrian,KementerianPertanian,Pemerintah Daerah
d. Kebijakan Pengembangan dan pemInovasi
Pengembangan dan pemanfaatan kplastik dan karet melalui pengembangan center of Exceilence (co\dan penguatan industri pendukung
Plastik
1. Kerjasamadenganperguruan tinggidan lembaga risetuntukpengembanganproduk plastik
J- ^l- J_
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
2. Tindak lanjuthasil penelitiandanpengembanganproduk industriplastik hilir
J-
KementerianPerindustrian
3. Studi kelayakanpendirian CoEindustri plastikhilir
J_
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
4. PembangunanCoE industriplastik hilir J-
KementerianPerindustrian,Pemerintah Daerah,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
5. Penghargaan. .
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
-tt7-
Kebijakan danProgram Instansi Terkait
5. Penghargaan bagipengembanganproduk barudan/atauteknologi prosesbaru dalamindustri plastikhilir
KementerianPerindustrian
6. Studi kelayakanpusat risetpengembanganteknologi prosesdan rekayasaindustri plastik
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
7. Pembangunanpusat riset daninovasi plastik
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
8. Workshopproduksi mesindan peralatanplastik
KementerianPerindustrian
9. Kerjasamadenganperguruan tinggidan lembaga risetuntukpengembanganproduk karet hilir
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
10. Membuat studikelayakanpendirian pusatrisetpengembanganteknologi prosesdan
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
rekayasa. . .
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
- 118 -
No. Kebijakan danProgram Instansi Terkait
rekayasa produkpengolahan karetdan barang darikaret
1 1. Fasilitasipendirian pusatriset dan inovasikaret
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
12. Workslrcpproduksi mesindan peralatankaret
KementerianPerindustrian
Kebijakanstaffi
dan plastik di dalam negeri
Pengembangan sta
ff:*:,T:3:s,?i1l_tstri karet dan plastik serta barang dari karet
1. Implementasi SNIWajib IndustriPlastik
KementerianPerindustrian,Badan StandardisasiNasional
Pengawasanimplementasi SNIWajib IndustriPlastik
KementerianPerindustrian,KementerianPerdagangan
Men5rusun SNIproduk plasticbioplastic/biodegradableplastik
KementerianPerindustrian, BadanStandardisasiNasional
Fasilitasipengembangansertifikasi produkplastik
KementerianPerindustrian
5. Mendukung
PRES IOENREPUBLIK IN DON ESIA
- l19 -
Kebijakan danProgram
Mendukungpersiapaninfrastruktursertilikasi eco-product (ea-labet)
KementerianPerindustrian
Menyusun SNIbarang karet
KementerianPerindustrian, BadanStandardisasiNasional
Menerapkan SNIpada industribarang karet
KementerianPerindustrian,KementerianPerdagangan
Mendukungpersiapaninfrastrukturpengujian barangkaret
KementerianPerindustrian
Kebljakan tnfrastruktili tnaustriinfrastruk
I . Bantuan alat ujilaboratoriumbarang plastik
KementerianPerindustrian, BadanPengkajian danPenerapan Teknologi
Bantuan Alat UjiLaboratoriumbbplastic,/biodegradableplastik
KementerianPerindustrian
Bantuan Alat UjiLaboratoriumBarang Karet
KementerianPerindustrian, BadanPengkajian danPenerapan Teknologi
g. Kebijakan.
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
- 720
Kebijakan danProgram Instansi Terkait
Kebijakan tnsentif NonffitatIdentifikasi,dengan insentif nonfiskal baii industribarang dari plastik dan karet
dan evaluasi lerkaitplastik dan karet serta
1. Pameran Industri KementerianPerindustrian
PenyelenggaraanPameran IndustriPlastik
KementerianPerindustrian
3. Promosi untutkemasanbioplastic/biodegradableplastik
KementerianPerindustrian
4, Sosialisasipenggunaanplastik ramahlingkungan
KementerianPerindustrian,Pemerintah Daerah
5. Pengembangansentra industriplastik danindustri karet
KementerianPerindustrian,Pemerintah Daerah
Peningkatankapasitasproduksi pabrikplastik
KementerianPerindustrian
Promosi i"restasiterkaitpembangunanindustri plastikhilir
KementerianPerindustrian, BadanKoordinasiPenanaman Modal
8. Fasilitasi .
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
72r -
Kebijakan danProgram Instansi Terkait
Fasilitasipembangunanindustri plastik diluar Fulau Jawa
KementerianPerindustrian,Pemerintah Daerah
Penyaluraninsentifoperasional paplastik
KementerianPerindustrian
10. Promosi inuestaEberkenaan denganindustri plastikhulu (resinplastik)
KementerianPerindustrian, BadanKoordinasiPenanaman Modal
1 1. EPC sektoillasUt-hulu (resinplastik)
KementerianPerindustrian
L2. Start up pabrikIndustri plastikHulu (resinplastik)
KementerianPerindustrian
13. Kerjasama denganIKM untukpengembanganproduk plastikkomponen dalamindustri otomotifdan elektronik
KementerianPerindustrian
14. Fasilitasipameran industrikaret
KementerianPerindustrian
15. Partisipasipameran industrikaret
KementerianPerindustrian
16. Penyelenggaraan
{DPRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-122-
No. Kebijakan danProgram Instansi Terkait
16. Penyelenggaraanpameran industrikaret
KementerianPerindustrian
17. Fasilitasipembangunanpilot plantindustri busakaret
KementerianPerindustrian
18. Promosi investasiindustri busakaret
KementerianPerindustrian, BadanKoordinasiPenanaman Modal
19. Studi kelayakanpembangunanindustri karetuntuk additiueaspal
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
. Kajian kebutuhanbahan bakuindustri karetadditiue untukaspal
KementerianPerindustrian
1. Fasilitasipembangunanpilot plantindustri karetuntuk additiueaspal
KementerianPerindustrian
22. Promosi investasiindustri karetuntuk additiueaspal
KementerianPerindustrian
23. Promosi GrrElt""iuntuk industriadhesiue danindustri coating
KementerianPerindustrian
24. Memberikan .
TahunPelaksanaan
2017
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
-123-
D' Pembangunan Industri Alat Transportasi Tahun 2ol7-2olg
,H::?f fl:H?T ?:1,-tr .
in du s tri al at tran sp o rta s i difoku s kan pad a
a' Industri Kendaraan Bermotor: komponen otomotif, penggerakmula BBM, gas, dan ristrik, transmis i (pouter train),dan alat beratb. Industri Kereta Api: kereta api diesel dan kereta api tistrik.c. Industri perkapalan: kapal
laut, komponen kapal (mekanikar danelektronik), dan p.r**.i"n kapal.d' Industri Kedirgantaraan: pesawat terbang propeler, komponenpesawat, dan perawatan pesawat.
No. Kebijakan dan
24. Memberikaninsentifpembangunanuntuk industrikaret
KementerianPerindustrian
pengembangan/pembangunanindustri karet hilir
KementerianPerindustrian
26. Penyaluraninsentifoperasional untukindustri karet hilir
KementerianPerindustrian
Promosi inuGiEsiindustri anekabarang karet
KementerianPerindustrian, BadanKoordinasiPenanaman Modal
Kebijakan InsenEf Fmal
ketentua(Diberikan ie"uai-Gnganundangan)
Tabel
{D
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
-124-
Tabel 7 '4 Kebijakan gu, program pengembangan Industri AlatTransportasi
.,,Kebijakan dan
Prograrn
Kebijakan pembangunan SDM IndustriPeningkatan kompetensi S
L,:,:ffi^:u 5:::1lll rKy, prorr"io""i, Ln ieneliti) melaluipelatihan, pemasansan, a"r,- ""iiiril;' allr"ilrl;i"$*:jkompetensi perancangan, pengecoran, pemesinan/fabrikasi,pengelasan, dan mekatronika.
1. Pen5rusunanSKKNI dansertifikasi SDMindustri alattransportasi
KementerianPerindustrian, BadanNasional SertifikasiProfesi, KementerianKetenagakerjaan
Penyaluranpemagangankonsultan IKMpada sentrakhusus IKMindustri alattransportasi
KementerianPerindustrian,Pemerintah Daerah
3. Penyediaantenaga potensial(profesional danperekayasa) yangmemilikikompetensi tinggidi pusat - pusatpertumbuhanindustri yangberpotensi untuktumbuhnyaindustri alattransportasi
KementerianPerindustrian,Pemerintah Daerah,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
4. Peningkatan . .
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
-t25-
No.Kebdakan dan
Progr1m
TahunPelaksauaan
2017 20L8 '.20t9
4. Peningkatankemampuanperancangan/desain/rekayasaindustri alattransportasidalam negeri
J- J- J_
KementerianPerindustrian, BadanPengkajian danPenerapan Teknologi
b. Kebijakan Pemanfaatan, penyediaan, dan penyaluran sDA
Pemetaan dan pengembangan potensi penyediaan bahan baku!uju, paduan baia, logam lain, dan bukan 1og.* (plastik, karet,dan resin) dari dalam negeri untuk mem.rrulii kebutuhanindustri alat transportasi.
1. Peningkatanpasokan dalamnegeri bahanbaku baja,paduan baja,logam lain, danbukan logam(plastik, karet,dan resin) bagiindustri alattransportasi
J_
KementerianPerindustrian
2. PeningkatanTKDN produkindustri alattransportasisecaraberkelanjutanmelaluipenyediaanbahan baku baja,paduan baja,logam dan nonlogam
^r ,l- J_
KementerianPerindustrian,Kementerian BadanUsaha Milik Negara,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral
3. Pembangunan
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
-126-
No. Kebijakan danProgram Instansi Terkait
3. Pembangunanindustri penyediabahan bakuindustri alattransportasi didalam negeritermasukpenguatankerjasamadengan balaibesar
KementerianPerindustrian, BadanPengkajian danPenerapan Teknologi,Kementerian BadanUsaha Milik Negara,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan tinggi
4. Penyediaanbahan baku danbahan bakaruntuk kebutuhankhusus industrialat transportasidi masa depan(baterai, magnet,propelan, dan fuelcell.l
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan tinggi
5. Penyusunankebijakanpemanfaatan SDAdalam negeriuntuk memenuhikebutuhanindustri alattransportasisecaraberkelanjutan
KementerianPerindustrian
6. Implementasi,monitoring danevaluasi terhadappelaksanaankebijakanpemanfaatan SDAdalam neseri
KementerianPerindustrian
untuk
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
-t27-
Kebrjakan danProgram Instansi Terkait
untuk memenuhikebutuhanindustri alattransportasisecaraberkelanjutan
ijakan Pengembangan dan pemanfaatan Teknologi Industri
transportasi, lembaga penelitian,prioritas pada teknologi engine,komunikasi GPS, manufaktur,pengujian, dan material
bangan dan pemanfaatan teknologi pada industridan laboratorium uji denganpouer train, safetg, control,otomasi, pengukuran dan
1. Pengembanganteknologi alattransportasiberbahan bakarberbasis biofuel,gas alam, LPG,dan hidrogen
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
2. Implementasimonitoring danevaluasiterhadappelaksanaankebijakanpengembangankendaraanbermotorberbahan bakarberbasis biofuel,gas alam, danhidrogen (/uelcell)
KementerianPerindustrian,KementerianPerhubungan,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral
3. Fasilitasi kerjasama penelitianbalai, perguruantinggi dan
KementerianPerindustrian,
industri
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
-r28-
No.Kebijakan dan
Program
industri alattransportasitentangpengembanganteknologi paduanlogam bernilaitambah tinggi
Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi,Kementerian BadanUsaha Milik Negara
4. Bantuan alat daninfrastrukturuntuk penguatanbalai danperguruan tinggiuntukmendukungpengembanganteknologi industrialat transportasi
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
5. Dukunganimplementasihasil penelitianyang mendukungpengembanganteknologi diindustri alattransportasi
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
Kebijakan Pengembangan dan pemanfaat." xr".tiuit",Inovasi:
Pengembangan dan pemanfaatan kr""ffi{at transportasi melalui pengembangan Center ofCoE) dan penguatan industri pendukuig
1. Peningkatankemampuankreativitas daninovasi IKMuntukmenduku
KementerianPerindustrian
industri
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
- t29
No.Kebijakan dan
Program .
Instansi Terkait,
industri alattransportasi
2. Penyusunanregulasi pusatdesain danpengembanganfCoE dalamrangkapeningkatankreativitas daninovasi sertapeningkatanTKDN industrialat transportasi
KementerianPerindustrian,Kementerian Hukumdan HAM
3. Pengembangandanpemberdayaanpusat desain danpengembanganlCoE industri alattransportasi
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
4. Penyusunanregulasi untukpenggunaandesain alattransportasinasional untukpengadaanpemerintahdalam rangkapeningkatanTKDN
KementerianPerindustrian,Kementerian BadanUsaha Milik Negara,Lembaga KebijakanPengadaanBarang/JasaPemerintah
5. Penyusunan
2iAfi
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
130 -
No.Kebijakan dan
Progqam,:
Instansi Terkait
Pen5rusunanregulasistandardisasiukuran dandesain kapaltertentu (yangpopulasinyabesar), keretaapi, karoseri danpesawat nasionaltermasukfasilitasi untukadopsi desaindan teknologimanufaktur daripihak principal
KementerianPerindustrian,Kementerian Hukumdan HAM,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
6. Pembuatan danpenetapan desainkapal dalamrangkastandardisasiukuran kapal,kereta api,karoseri danpesawat untukkebutuhandalam negeri
KementerianPerindustrian,KementerianPerhubungan,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi,Kementerian BadanUsaha Milik Negara
Kebdakan Standardisasi Industri
standar dan standardisasi untuk mendukuindustri alat transportasi di dalam negeri
Pengembanganpengembangan
1. Penyusunan danpenerapan SNI dibidangtransportasi danalat transportasitermasukpenetapanstandar wajib
KementerianPerindustrian,KementerianPerhubungan, BadanStandardisasiNasional
2. Bimbingan
2018
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
-131 -
No. Kebijakan danProgram Instansi Terkait
2. Bimbingan teknisindustri alattransportasidalampemenuhanstandar (produk,komponen,proses dan
KementerianPerindustrian
3. Fasilitasilaboratorium uji,lembagapenelitian danpengembangan,lembagasertifikasi profesidan UPT untukpemenuhan SNIuntuk produk,komponen,proses dansistem alat
KementerianPerindustrian,Badan Pengkajiandan PenerapanTeknologi
Kebij akan Infrastruktur IndustriIntegrasi kebij akan irdrrrtri@nasional tentang transportasi dan perwilavat1. Pengembangan
regulasiinfrastrukturtransportasinasional yangterintegrasidenganpengembanganpusat-pusatpertumbuhanindustri dalamrangka
KementerianPerindustrian,KementerianPerencanaanPembangunanNasional/ Bappenas,KementerianPekerjaan Umumdan PerumahanRalgrat, KementerianPerhubungan,Pemerintah Daerah
kebijakan
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
- 132
Kebijakan danProgram Instansi Terkait
kebijakan industrialat transportasidanpengembanganalat transportasiang diperlukan
Kebijakan Penerapan Sustain oab tnar"t gPenSrusunan, penerapan dan evaluasi .t.rrd.r-l^tofnoindustry bagi industri alat transportasi
1. Penyusunan,penerapan,monitoring danevaluasikebijakanpenerapansustainableindustry padaindustri alat
KementerianPerindustrian
2. Penyusunandesain produkdan prosesindustri alattransportasi yangberorientasi padapemenuhanstandarsustainable
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
Kebijakan Insentif Nonfiskal
Identifikasi, koordinasi,dengan insentif nonfiskal
implementasi, dan .u.lr".i-t"rk"itbagi industri alat transportasi
1. Penyusunan danimplementasikebijakan terkaitdengan
KementerianPerindustrian,Badan KoordinasiPenanaman Modal
produk
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
-133-
Kebijakan danProgram Instansi Terkait
produk dalamnegeri olehindustrikomponen danperakitan alattransportasidalam negerimelaluikoordinasidengan BadanKoordinasiPenanamanModal
2. Reuiew dananalisa dampakpenerapankebijakan terkaitpenggunaankomponen lokalbagi pelakuindustrikomponen danperakitan alattransportasi
KementerianPerindustrian
3. Studi kelayakanmesin produksisebagai agunanbagi industri alattransportasidalam rangkapembiayaanindustri
KementerianPerindustrian,KementerianKeuangan, OtoritasJasa Keuangan
4. Implementasi danevaluasi regulasiterkaitpenggunaaanmesin produksisebagai agunan
KementerianPerindustrian,KementerianKeuangan, OtoritasJasa Keuangan
dalam
No.
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
-134-
No.
I
Kebijakan danProgram
TahunPelaksanaan Instansi Terkait
2017 2018 20L9
dalam rangkapembiayaanindustri
5. Pemberianinsentif nonfiskalbagi industri alattransportasi yangmenerapkanindustri hijau
.t- J_
KementerianPerindustrian
6. Evaluasi danpen)rusunanregulasikebutuhankualifikasi tenagakerja alih dayapada industri alattransportasi
J_ J_ J_
KementerianPerindustrian,KementerianKetenagakerjaan
7. Pemberianinsentif nonfiskaluntukpengembangandesign center
J_
KementerianPerindustrian
8. Bimbingan teknispada industripendukung alattransportasidalam rangkameningkatkanefisiensi danproduktivitas
"t-
KementerianPerindustrian
9. Men5rusunkebijakanpengembanganindustri alattransportasiantar modasesuai dengan
KementerianPerindustrian,KementerianPerhubungan,Kementerian BadanUsaha Milik Negara,
poslsl . . .
E' Pembangunan Industri Elektronika dan Telem atika/Information and"Communication Technologg Tahun 20 LT _2O lgProgram pengembangan Industri Elektronika dan Telematika (lcT)difokuskan pada industri-industri berikut:a. Industri Elektronika: smart home appliances, komponen
elektronika (tanpa komponen fabrika si/ fibtess).b. Industri Komputer: komputer.c. Industri Peralatan Komunikasi: transmisi telekomunikasi dansmart mobile phone.
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
- 135-
No. Kebijakan danProgram
TahunPelaksanaan Instansi Terkait
2017 2018 2019
posisigeostrategisIndonesia untukmemperkuatdaerah-daerahatau desa
KementerianPekerjaan Umumdan PerumahanRakyat
i lndustri Hrjau
Pen5rusunan, penerapan, dan evaluasi standar industri t ii*, u"giindustri alat transportasi
1. Pembuatandesain produkdan prosesindustri alattransportasi yangberorientasi padapemenuhanstandar industrihijau
J'
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
j. Kebijakan Insentif Fiskal
(Diberikan sesuai dengan ketentuan peraturan perunaang-undangan)
Tabel. . .
Tabel 7.5
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
_136_
Kebijakan dan Program Pengembangan IndustriElektronika dan Telematika/ tCT
No.Kebijakan dan
Program
Tahr.lnPelaksanaan Instansi Terkait
2017 2018 20L9
a. Kebijakan Pembangunan SDM Industri
Peningkatan kemampuanelektronika dan telematika(aduanced technologg)
dan kompetensidalam penguasaan
SDM industriteknologi maju
1. PeningkatankemampuanSDM industrielektronika dantelematikamelaluipelatihan,pemagangan,dan pendidikan
t-
KementerianPerindustrian
2. Pen5rusunanSKKNI di bidangindustrielektronika dantelematika
J_ J_ .,1-
KementerianPerindustrian, BadanNasional SertifikasiProfesi, KementerianKetenagakerjaan
3. Pelatihan danpemagangan diCoE industrielektronika dantelematika
J_
KementerianPerindustrian
4. Lombaperancanganperangkat lunakaplikasi tingkatdunia
.r J_ J-
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
5. PeningkatankemampuanSDM dalambidangelektronika dantelematika
KementerianPerindustrian,KementerianPertahanan
untuk . . .
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
-137-
No.Kebijakan dan
Program
TahunPelaksanaan Instansi Terkait
2017 20t8 2019
untukkeperluanpertahanan dankeamanan
6. PengembanganSDM konsultanteknologi untukbimbinganteknis IKMkomponenelektronika dantelematika
J- J_ ,r
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
b. Kebijakan Pemanfaatan, penyediaan, dan penyaluran SDA
Pengembanganpengembangan
potensi bahan baku dalamproduk industri elektronika dan
negeri untuktelematika
1. Pen5rusunan petapotensi industrikomponenelektronika dantelematikanasionaltermasuk petakebutuhanteknologi danbahan bakuterkait yangdiperlukan
,l- ,r J_
KementerianPerindustrian
2. Pemetaan potensitanah jarang (rareearth) yang dapatdigunakansebagai bahanbaku komponenelektronika dantelematika
.r J_ J_
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral
3. Penyusunan .
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
-138-
No. Kebijakan danProgram
TahunPelaksanaan Instansi Terkait
2AL7 2018 2019
3. Pen5rusunanregulasi, studikelayakan dandesain rinciindustri pengolahbahan bakuindustrielektronika dantelematika
J- ^r
KementerianPerindustrian,Kementerian BadanUsaha Milik Negara
4. Pemetaan potensisumber bahanbaku untukproduksi bateraidan magnet
J_ J_ J-
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral, KementerianRiset Teknologi danPendidikan Tinggi
c. Kebijakan Pengembangan dan pemanfaatan t"t notogi trrar.triPeningkatan penguasaan teknologi industri elektronid dantelematika dengan fokus pada aplikasi cerdas, processor cepat,wireless, fiber optic, cloud. storage, prototgping, dan ii"romachining
1. Pembangunansistempendukungkegiatancompetitiueintelligene,termasukupdating danmaintenance
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi,KementerianPerdagangan
2. Competitiueintelligencemelaluiobservasipameranindustriinternasional
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi,KementerianPerdagangan
dan
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
- 139
No.Kebijakan dan
Program
TahunPelaksanaan Instansi Terkait
20t7 2018 2019
dan literaturbidangelektronika dantelematika
3. Workslappotensi teknologibidangelektronika dantelematika
J- J-
KementerianPerindustrian
4. Peningkatankemampuanlembaga risetdalam bidangelektronika dantelematikadalammenghasilkanprodukberteknologimaju
J- J- J_
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi,Kementerian BadanUsaha Milik Negara
5. Perancanganprototipe danprodukelektronika dantelematikaberdasarkanhasil kajianpenguasaanteknologi danpotensi pasar
J_ .l- J_
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
6. Pengadaanperalatan danalat uji yangberpotensiuntukdikembangkanmenjadi CoEindustri
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi,Kementerian BadanUsaha Milik Negara
elektronika . . .
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
- t40
No.Kebijakan dan
Progra,m
TahunPelaksanaan Instansi Terkait
20t7 2018 2019
elektronika dantelematika milikpemerintah
7. Pengembanganprototipe produkelektronika dantelematikaberteknologitinggi dengantingkatkandungandalam negeriyang tinggi
J_
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
8. PengembanganCoE bidangelektronika dantelematika milikpemerintah
J- ,r J_
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
9. Peningkatankemampuanlembaga risetdalampengembanganproduk bateraisecarakomprehensifuntuk berbagaikeperluantermasuktelepon seluler,laptop, danmobil listrik
J- J-
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi,Kementerian BadanUsaha Milik Negara
1O. Pengembangansistem (konten)elektronika dantelematika
KementerianPerindustrian
untuk .
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
t4t -
No.Kebijakan dan
Program
TahunPelaksanaan Instansi Terkait
20t7 2018 20L9
untuk keperluankomersial
11. Perancangandan fasilitasiproduksi produkradar, satelitdan stasiun relaipada BUMNbidangtelekomunikasi
J_ J- J_
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi,Kementerian BadanUsaha Milik Negara
t2. Perencanaandanpembangunanminiplant skalariset pembuatansilicon wafer(foundry) dipusat penelitianatau universitasyang telahmenguasaiteknologi maju(mikro, nano,bio, info dancogno) dalamperancanganintegrated ciratit0c, VLSI)
J- J_ J_
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
13. Perancanganperalatanproduksi produkelektonika dantelematika yangdiproduksisecara efisien
J_ J_
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi,Kementerian BadanUsaha Milik Negara
14.Promosi...
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
- t42
No.Kebdakan dan
Program
TahunPelaksanaan Instansi Terkait
2017 2018 20,1,9
14. Promositeknologi majuindustrielektronika dantelematikadalam negeripada foruminternasional
J- J_ J-
KementerianPerindustrian,KementerianPerdagangan
15. Pengembanganproduk motorelektrik efisienuntuk berbagaikeperluan
J_ J-
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi,Kementerian BadanUsaha Milik Negara
ldKebijakan Pengembangan Inovasi dan Kreativitas
Peningkatan kemampuan inovasi dan kreativitas bagi industripendukung
1. Pengembangansentra IKMkhusus produkdan komponenelektronika dantelematika,termasukindustri animasidan jasaperawatanprodukelektronika dantelematika
J_ ^l-
KementerianPerindustrian,Pemerintah Daerah
2. Peningkataninovasi dankreativitasdalammelakukan
KementerianPerindustrian
reuerse. . .
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
143 -
No.Kebijakan dan
Program Instansi:Terkait
reuerseengineeing bagiindustrielektronika dantelematikanasional
3. Peningkatankemampuanpemesinanmikro (micro-machining) padaindustripendukungkomponenelektronika dantelematika
KementerianPerindustrian
Kebijakan Standardisasi Industri
Pengembangan standar produk dan komponen dalam ranpeningkatan daya saing industri elektronika dan telematika
1. StandardisasiProduk IET,termasukpenerapanstandar wajib
KementerianPerindustrian, BadanStandardisasiNasional
2. Pen5rusunanstandar produkdan komponenelektronika dantelematikadengan TKDNproduk dankomponen yangtelah dapatdihasilkan didalam negeri
KementerianPerindustrian
3. Penyediaan.
2017 2018 20L9
J- t- "r
e.
J_ ^r J_
J_ J_
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
-144-
No.Kebijakan dan
Program
' TahunPelaksanaan Instansi Terkait
20L7 2018 2019
3. Penyediaan alatpengujianstandar produkdan komponenelektronika dantelematika
J- J_
KementerianPerindustrian
f. Kebij akan I nfrastruktur Industri
Pengembangan infrastrukturelektronika dan telematika
terkait dengan industri
1. Pengembangantechnoparkelektronika dantelematikatermasukfasilitasiperalatanberteknologimaju
J- t- J_
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi,Kementerian BadanUsaha Milik Negara
2. Pembangunaninfrastrukturtelekomunikasidengan cakupannasional (radar,stasiun relay,dan satelit)
,l- J_ .t-
KementerianPerindustrian,KementerianKomunikasi danInformatika,Kementerian BadanUsaha Milik Negara
3. Pengembanganfasilitaspengolahanlimbah produkelektronika dantelematika secaraberkelanjutan
J-
KementerianPerindustrian
g. Kebijakan
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
-145-
No. Kebijakan danProgram
TahunPelaksanaan Instansi Terkait
2017 2018 '2019
g. Kebijakan Lokasi
Pengembangan sentra khusus
1. Pengembangansentra IKMkhusus industripendukungelektronika dantelematika
J_ J_
KementerianPerindustrian,Pemerintah Daerah
I'Kebijakan Insentif Nonliskal
Pengembangan kebijakan insentif nonfiskal dalam rangkapeningkatan daya saing industri elektronika dan telematika
1. Pemberianinsentifpeningkatan dayasaing industrielektronika dantelematikatermasuk dalampeningkatanTKDN
,r J_ J_
KementerianPerindustrian,KementerianKomunikasi danInformatika
2. Pemberianinsentif untukpengembanganbahan bakuproduk dankomponenelektronika dantelematika
J- J_
KementerianPerindustrian
3. Evaluasi regulasiyang berpotensimenghambatperkembangandaya saingindustrielektronika dan
KementerianPerindustrian
telematika
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
_t46_
No.Kebijakan dan :
Program
Pemberianinsentif nonfiskalbagi industrielektronika dantelematika yangmengembangkanindustri hijau
KementerianPerindustrian
5. Bantuan teknisdan peralatanuntukpeningkataninovasi dankreativitas dalammelakukanreuerseengineeingbagiindustrielektronika dantelematikanasional
KementerianPerindustrian
. Promosikemampuanindustri animasidalam negeripada foruminternasionai
KementerianPerindustrian
7. Bimbingan teknisbagi industrielektronika dantelematika dalamrangkapeningkatanefisiensitermasuk jasaindustri
KementerianPerindustrian
Kebijakan
PRESIDENREPUBLIK TNDONESIA
-147-
F. Pembangunan Industri Pembangkit Energi Tahun 2OlZ_2}lgProgram pengembangan industri pembangkit energi difokuskan padaindustri alat kelistrikan terutama industri motor atau generatorlistrik, baterai, dan solar cell.
Tabel 7.6 Kebijakan dan program pengembangan IndustriPembangkit Energi
No.Kebijakan dan
Program
TahunPelaksanaan Instansi Terkait
20L7 2018 20L9
1. Kebijakan Insentif Fiskal
(Diberikan sesuai dengan ketentuan peraturan p.*"a.urrg_undangan)
Kebijakan danProgram Instansi Terkait
bijakan Pembangunan SDM Industri
Peningkatan kemampuan dan kompetensi SDM indupembangkit listrik melalui penguasaan teknologi
1. Pengembangankerjasamainternasionaluntukpeningkatan SDMbidang energiketenagalistrikan
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral
2. Pelatihan,pemagangan, danbimbingan teknisuntuk komponenpembangkitlistrik pada PLTU,PLTA, PLTP,PLTG, dan pLTcU
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral
3. Penyusunan
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
-148-
No. Kebljakan danProgram Instansi Terkait
3. PenyusunanSKKNI di bidangindustripendukunguntukpembangunanpembangkitenergi
KementerianPerindustrian, BadanNasional SertifikasiProfesi, KementerianKetenagakerjaan
4. PengembanganSDM dalamperancanganproduk industripembangkitenergiberteknologitinggi
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
5. Peningkatankemampuan SDMpemasangan danpersiapan(installation andcommissioning),designengineeing,mekanik danrefrigerasi, prosespanas, dan frontline managementproduk industrimesin dalammendukungpembangkitenergiberteknologitinggi
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
6. Penyusunan .
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
-t49-
No.Kebijakan dan
Program
TahunPelaksanaan Instansi Terkait
20L7 2018 2AL9
6. PenyusunanSKKNI bidangpekerjaanpemasangan danpersiapan(installation andcommissf oningl,designengineering,mekanik danrefrigerasi, prosespanas, danfrontline management
J-
KementerianPerindustrian, BadanNasional SertifikasiProfesi, KementerianKetenagakerjaan,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral
b. Kebijakan Pemanfaatan, Penyediaan, dan penyaluran SDA
Pengembanganpengembangan
potensi bahan baku dalam negeri untukproduk industri pembangkit listrik.
1. Penyediaanbahan baku danteknologi padaindustri mesinpendukungpembangkitenergi
J- ^r J-
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral
2. PeningkatanKemampuanIndustri dalamnegeri yaituuntuk komoditiT\rrbin, Balanceof Plant (BOP),Boiler, EPC,elektrikal/instntment,panel,transformator
KementerianPerindustrian
3. PenSrusunan .
{DPRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-150-
No. Kebijakan danProgram Instansi Terkait
Pen5rusunanregulasipenggunaansumber energiuntuk PLTU,PLTA, PLTP,PLTG, danPLTGU
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral
4. Pen5rusunanregulasiPembangunanTower SUTET
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral
. Penyusunanroadmapkebutuhantenaga penggerak(gas, batu bara,biomass, angin,air)ketenagalistrikan
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral, DewanEnergi Nasional
Evaluasiroadmap mesinperalatan listrikdan revisi
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral
Pen5rusunanPeraturanPresiden tentangoptimalisasipenggunaanproduk dalamnegeri dalampembangunanpembangkitlistrik
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral, KementerianKoordinator BidangKemaritiman
8. Peningkatan
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
151 -
No. Kebijakan danProgram Instansi Terkait'
8. Peningkatankonversi BBM keBBG melaluifasilitasipengadaanbantuan alat ujiuntuk komponenconuerter kif danpenyempurnaEmnya
KementerianPerindustrian,Lembaga IlmuPengetahuanIndonesia,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral
Pendataankandunganunsur tanahjarang sebagaibahan bakarnuklir (radioaktif)
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral, DewanEnergi Nasional,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
10. Penelitian lanjuttentangkandungan danpengolahan bijihmenjadikonsentratneodymiumdan/ataudysprosiumsebagai bahanbaku magnetunggul.
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral, KementerianRiset Teknologi danPendidikan Tinggi,Dewan EnergiNasional
1 1. Penyusunan petapotensi bahanbaku danindustrikomponenelektronikakhusus untuk
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral, KementerianRiset Teknologi danPendidikan Tinggi,
produksi. . .
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
-t52-
Kebdakan danProgram Instansi Terkait
bijakan Pengembangan dan pemanfaatan r"@Peningkatan penguasaan teknologitelematika dengan fokus pada bahandan solar cell, sistem PLTS, danengineering)
industri elektronika danbaku konduktor, baterei,
rekayasa nuklir (nuclea
1. Optimalisasipenggunaanproduk dalamnegeri untukpembangunanpembangkit listrik35 ribu MW dansistem transmisidan distribusiinfrastrukturketenagalistrikan
KementerianPerindustrian,KementerianKoordinator BidangKemaritiman,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral
2. Pengembangankomponenpembangkit listriktenaga surya
KementerianPerindustrian
3. Pengembanganminiplant industrisel surya pada
KementerianPerindustrian,
lembaga
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
-153-
Kebljakan danProgram Instansi Terkait
lembagapenelitian atauuniversitas yangtelah menguasaiteknologi ataumemiliki HKIdalampembuatan selsurya
Kementerian Riset'eknologi dan
4. Pengembangandan pemanfaatanpembangkitlistrik tenagasurya
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral
Fasilitasiperalatan dan ujiprototipe produkpembangkitlistrikberdasarkanhasil kajianteknoiogi danpotensi pasar
KementerianPerindustrian, BadanPengkajian danPenerapan Teknologi
6. Evaluasi hasiluji prototipe danprogrampromosi kepadainvestor danawal produksimasal sertapengenalankepada pasar
KementerianPerindustrian,Kementerian BadanUsaha Milik Negara,Badan Pengkajian danPenerapan Teknologi
7. Pelatihan,utorkshop, danbantuanperalatan untuk
KementerianPerindustrian,
peningkatan
No.
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
154 -
No.Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
peningkatankemampuanlembaga risetdan koordinasirencanapenelitianperancangan selsurya (solar cell)
Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
8. Penyusunanregulasi,feasibilitg stttdgsertapembangunanPLTN
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral, BadanTenaga NuklirNasional, DewanEnergi Nasional
9. Pen5rusunanperjanjiankerjasama dalampembangunanPLTN denganinstansi terkaitdan sfakeholder
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral, BadanTenaga NuklirNasional, BadanKoordinasiPenanaman Modal,Badan PengawasTenaga Nuklir
10. Verifikasi dansertifikasi TKDNindustri dalamrangkamendukungpembangunaninfrastrukturketenagalistrikan35 ribu MW
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral
1 1. Pengembangan
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
-155-
No. Kebiiakan danProgram
2.OL7' 2018 2019
1 1. Pengembangankabel khususdan magnetberdaya tinggiuntukpengembang€rnmotor listrik
J- J- J_
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
12. Bantuan mesindan peralatanPLTP J_ ^r ,l-
KementerianPerindustrian, BadanPengkajian danPenerapan Teknologi
13. FasilitasipembangunanInfrastrukturKetenagalistrikan35 ribu MW diwilayahKalimantanBarat,KalimantanSelatan, SulawesiUtara, danIndonesia Timurlainnya
,r .r J_
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral, KementerianBadan Usaha MilikNegara, KementerianPekerjaan Umum danPerumahan Ralryat,Kementerian Agrariadan Tata Ruang/BPN,KementerianLingkungan Hidupdan Kehutanan
14. Menyusun danmenetapkankebijakan untukrevisi PeraturanMenteriPerindustrianNomor 54lM-rND/PER/3/2OL2 sertaevaluasipersyaratanteknis dan denda
^r J_
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral
15. Studi . .
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
-156-
No.Kebijakan dan
Program
TahunPelaksanaan Instansi Terkait
2017 2018 2019
15. Studi Kelayakanpembiayaankonsorsiumindustri "merahputih" danpembentukanperjanjiankerjasama yangdiperlukan
,r
KementerianPerindustrian
16. Alih teknologiindustripembangkitlistrik (termasukkomponen danconuerter kitldari negara-negara di Eropa(Jerman, Italia),Jepang, Korea,dan Cina
^r J_ J_
KementerianPerindustrian ,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral
d. Kebijakan Pengembangan Inovasi dan Kreativitas
Peningkatan kemampuan inovasi dan kreativitas untuk reuerseengineeing dan industri pendukung
1. Peningkataninovasi dankreativitasdalammelakukanreuerseengineering bagiindustripembangkitIistrik nasional
"t-
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
2. Peningkatan
PRESIDENREPUBLIK INOONESIA
- 157
No.Kebijakan dan
Program
TahunPelaksanaan Instansi Terkait
2017 2018 2019
2. Peningkatankreativitas daninovasi IKMpendukungindustripembangkitlistrik termasukjasa industri
J_
KementerianPerindustrian
le. Kebijakan Standardisasi Industri
Pengembangan standarpeningkatan daya saingperangkat distribusinya
produk dan komponen dalam ..ngf."industri pembangkit energi termasuk
1. Penyusunan RSNIproduk industriketenagalistrikan
J_ "r J_
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral, BadanStandardisasiNasional
2. Integrasipen)rusunanstandar produkdan komponenpembangkitlistrik dandistribusi denganTKDN produk dankomponen yangtelah dapatdihasilkan didalam negeri
J_ J_ J_
KementerianPerindustrian
3. Pemenuhankebutuhaninfrastrukur danalat pengujianstandar produkdan komponen
KementerianPerindustrian
industri . . .
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
158 -
No.Kebijakan dan
Frogram Instansi Terkait
industripembangkitenergi
4. Pen5rusunan RSNIUnjuk Kerja PLTU< 100MW dankomponen (KWHmeter, panellistrik, boiler,generator, turbin)
KementerianPerindustrian,Badan StandardisasiNasional,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral
Kebijakan Insentif Nonfi skal
Pengembangan kebijakan insentif ,orrn@peningkatan daya saing industri pembangkit energi "1. Peningkatan daya
saing industripembangkitlistrik termasukpeningkatanTKDN
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral, KementerianBadan Usaha MilikNegara, KementerianRiset Teknologi danPendidikan Tinggi
2. Pameran di Eropadan Asia
KementerianPerindustrian
3. Penyediaanperalatan risetterkaitpembangkitanenergi terutamadari sumberterbarukan
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral, LembagaIlmu PengetahuanIndonesia, BadanTenaga NuklirNasional
4. Insentif . .
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
159 -
No.Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
4. Insentif untukpengembanganbahan bakuproduk dankomponenelektronika dantelematika
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral, KementerianRiset Teknologi danPendidikan Tinggi,KementerianKeuangan
5. Identifikasi,koordinasi,perbaikan danimplementasiregulasi yangberpotensimenghambatpengembanganindustripembangkitenergi termasukpenggunaansumber energiterbarukan danaspek pelestarianlingkungan hidup
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral, KementerianPekerjaan Umum danPerumahan Ralgrat,Kementerian Kelautandan Perikanan
6. Penyusunanregulasi danpemberianinsentif nonfiskalbagi industripembangkitenergi yangmengembangkanindustri hijau
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral
7. Bantuan . .
TahunPelaksanaan
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
-160-
No. Kebijakan danProgram lnstansi Terkait
7. Bantuan teknisdan peralatanuntukpeningkataninovasi dankreativitas dalammelakukanreuerseengineering bagiindustripembangkitenergi nasional
KementerianPerindustrian,Kementerian BadanUsaha Milik Negara
8. Bimbingan teknisbagi industripembangkitenergi dalamrangkapeningkatanefisiensitermasuk jasaindustri
KementerianPerindustrian,Kementerian BadanUsaha Milik Negara
Kebijakan Insentif Fiskal
(Diberikan sesuaiundangan)
dengan ketentuan peraturan perundang-
G. Pembangunan Industri Barang Modal, Komponen, Bahan penoiong,dan Jasa Industri Tahun 2OlZ-2OLg
Program pengembangan Industri Barang Modal, Komponen, BahanPenolong, dan Jasa Industri difokuskan pada industri-industriberikut:
a. Industri Mesin dan perlengkapan: mesin computer Numeicalcontrol (cNC), industial tools, otomasi proses produksi untukelektronika dan pengolahan pangan.
b. Industri
b.
R E P u JtT,: t,'S55*
. r, o
-161 -
Industri Komponen: kemasan, pengolahan karet dan barang darikaret (antara lain ban pneuma{ic, bin ruar, dan ban dalamil banvulkanisir ukuran besar untuk pesawat d,an offroad.,barang'i<aretuntuk keperluan industri dan tomponen otomotif, zat aditit, )atpewarna tekstil (dge stuffl, plastik dan karet @igmentl serta bahankimia anorganik (antari tain yodium dan miieiar taut).Industri Bahan penolong: katalis dan pelarut (soluent).Jasa -Industri: perancangan pabrik, jasa proses industri, danpemeliharaan
Tabel 7.7 KebijlkT dan program pengembangan Industri BarangModal, Komponen, Bahan penolong, Ir.., Jasa Industri
c.
d.
Kebijakan danProgram Instansi Terkait
Kebijakan Pembangunan SDM Industri
Peningkatan kompetensi SDM i"f3!P", .pemagangan, dan sertifikasi dengan prioritas padakompetensi perancangan, pengecoran, p.*..il";)ffirt"#;pengelasan, mekatronika, dan ISO900O.
1. Peningkatankemampuan SDMindustri barangmodal, komponen,dan jasa industrimelalui pelatihan,pemagangan, danpendidikan
KementerianPerindustrian,KementerianKetenagakerjaan
2. Peningkatanjumlah SDMtersertifikasiSKKNI di bidangindustri barangmodal, komponen,dan jasa industri
KementerianPerindustrian,KementerianKetenagakerjaan,Badan NasionalSertifikasi Profesi
3. Pengembangan
I.
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
-162-
No.Kebijakan dan
Program Instansi Terkait20L7 2018 20L9
3. PengembanganSDM perancanganproduk, designand engineeing,fabrlkasi, metalutorking,pengecoran,pengelasan, danmekatronika disektor barangmodal, alat/ mesinpertanian dan alatberat
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
4. Pelatihan danBimbingan teknisISO 9001 untuksektor industribarang modal,komponen, alatmesin pertanian,dan alat berat
KementerianPerindustrian
5. Identifikasikebutuhankonsultan IKMdan peneliti sektorindustri barangmodal, komponen,alat mesinpertanian dan alatberat
KementerianPerindustrian,KementerianKetenagakerjaan
6. Pelatihan danpemagangankonsultan IKMdan peneliti sektorindustri barangmodal, komponen,alat mesin
KementerianPerindustrian
pertanian
PRES IDENREPUBLIK INOONESIA
-163-
No.Kebijakan dan
Program
TahunPelaksanaan Instansi Terkait
2AL7 2018 2AW
pertanian dan alatberat
7. Pelatihan danpemagangantingkat lanjutrancang bangundan fabrikasimesin CNC,industrial tools,otomasi prosesproduksi, danperancanganpabrik
J- J_ ^r
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi,
8. Pelatihan danpemagangantingkat lanjutpemeliharaandalam rangkapenumbuhan danpengembangansektor jasaindustri
J_ t- .l-
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
b. Kebijakan Pemanfaatan, Penyediaan, dan Penyaluran SDA
Pemetaan dan pengembangan potensi penyediaan bahan bakubaja, paduan baja, logam lain, dan bukan logam (plastik, karet,dan resin) dari dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan industribarang modal dan komponen
1. Pen5rusunandatabase industribarang modal dankomponenberbahan bakubaja, paduan bajadan logam lain
KementerianPerindustrian
2. Identifikasi
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
-164-
No.Kebijakan dan
Program
TahunPelaksanaan Instansi Terkait
20t'7 2018 20,L9
2. Identifikasikebutuhanpenggunaanbahan baku baja,paduan baja, danlogam lain untukproduksi barangmodal dankomponen
J_ J- J-
KementerianPerindustrian
3. Monitoring,evaluasi danupdating databaseindustri komponendalam negeri,dalam rangkapeningkatanpenggunaanbahan baku dalamnegeri di industribarang modal dankomponen
J- t- .r
KementerianPerindustrian
4. Penyesuaian beamasuk (MFN)untuk industribarang modal,komponen, alatmesin pertanian,dan jasa industri
J_
KementerianPerindustrian,KementerianKeuangan
5. Penerapan MFNbaru untukindustri barangmodal, komponen,alat mesinpertanian, danjasa industri
J_
KementerianPerindustrian,KementerianKeuangan
c. Kebijakan
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
- 165-
Kebijakan danProgram Instansi Terkait
Kebijakan Pengembangan dan pemanfaatan Teknologi IndustriPengembangan kerjasama teknis dengan negara mitra untukpengembangan industri barang modal dan komponen sertapeningkatan kemampuan lembaga penelitian dalarn negeri
1. Identifikasikemampuanteknologi industribarang modaldalam negeri
KementerianPerindustrian
Kerjasamakemitraanpeningkatanteknologi industribarang modal dankomponen
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi,Kementerian BadanUsaha Milik Negara
3. Kerjasama teknisdengan mitraterkaitpengembanganproduk industribarang modal dankomponen
KementerianPerindustrian,KementerianKeuangan,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
Kerjasamapenelitianteknologi danpengembanganproduk industribarang modal dankomponen
KementerianPerindustrian,Kementerian BadanUsaha Milik Negara,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
5. Identifikasiteknologi industribarang modaldalam negeriuntuk penJrusunanrencana
KementerianPerindustrian,Kementerian BadanUsaha Milik Negara
revitalisasi . . .
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
- L66
No.Kebijakan dan
Program InstansilTerkait
revitalisasiindustri barangmodal
6. Penyusunanregulasi penetapanrevitalisasiindustri barangmodal danpenJrusunanrencanapembiayaan
KementerianPerindustrian,Kementerian BadanUsaha Milik Negara
7. Revitalisasiindustri barangmodal dalamnegeri
KementerianPerindustrian
8. Pelatihan danbimbingan teknispenerapanteknologi barukepada produsenbarang modal dankomponen
KementerianPerindustrian
Pengembanganproduk industribarang modaluntuk industripengolahanpangan danfarmasi
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi,Kementerian BadanUsaha Milik Negara
d. Kebijakan
20t8
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
L67
NoKebijakan dan
Program
, Tahun, t'
Pelaksanaan Instansi Terkait2017 2018 20L9
d. Kebijakan Pengembangan dan Pemanfaatan Kreativitas danInovasi
Pengembangan dan pemanfaatan kreativitas dan inovasi industrimelalui pengembangan center of excellence dan penguatanindustri pendukung
1. Pelatihan danbimbingan tekniskepada IKMprodusen barangmodal dankomponen dalamrangkameningkatkankreativitas daninovasi
t- .t- ,l-
KementerianPerindustrian
2. Monitoring danevaluasi pelatihandan bimbinganteknis
J_ J_ "l-
KementerianPerindustrian
3. Pengembanganpusat desain,rekayasa danproduksi produkbarang modal dankomponen yangdidukung produkberteknologi tinggi
J- J_ ,r
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi,Kementerian BadanUsaha Milik Negara
e. Kebijakan Standardisasi Industri
Pengembangan standarpengembangan industrinegeri
dan standardisasibarang modal dan
untuk mendukungkomponen di dalam
1. Penyusunan RSNIproduk industribarang modal dankomponen
J_ J_ t-KementerianPerindustrian, BadanStandardisasiNasional
2. Penerapan .
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
-168-
Kebijakan danProgram Instansi Terkait
2. Penerapan SNIwajib produk dankomponen industribarang modal
KementerianPerindustrian, BadanStandardisasiNasional,KementerianPerdagangan
3. Pengembanganstandar produkbarang modal yanghemat energi danramah lingkungan
KementerianPerindustrian, BadanStandardisasiNasional
Kebij akan Infrastruktur Industri
Integrasi kebijakan industri barang modal 4"" k"-p"*" dkebijakan nasional tentang transportasi dan perwila.
1. Pengembanganalat mesinpertanian dalamnegeri untukpengembangandanpembentukanAlsintan Center
KementerianPerindustrian,KementerianPertanian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi,Pemerintah Daerah
2. Pen5rusunankesepakatankerjasamapengembangandanpembangunanAlsintan Center didaerah yangdinilai potensial
KementerianPerindustrian,KementerianPertanian, PemerintahDaerah
3. Pengadaan mesinperalatan bengkeluntuk AlsintanCenter di
KementerianPerindustrian,Pemerintah Daerah
beberapa
PRES IOENREPUBLIK INDONESIA
169 -
No.Kebrjakan dan
Program
TahunPelaksanaan Instansi Terkait
20L7 2018 2079
beberapa daerahyang dinilaipotensial
4. Penyusunanregulasi untukpeningkatanperan dan kinerjapenerimabantuan mesinperalatan
J- J- ^r
KementerianPerindustrian,KementerianPertanian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi,Pemerintah Daerah
ob. Kebijakan Lokasi
Pengembangan kawasan industri khusus untuk industri barangmodal dan komponen
1. Identifikasipotensi WPPIuntuk industribarang modaldan komponenberbahan bakustafnless steel
J_
KementerianPerindustrian,Pemerintah Daerah
2. Pendirianindustri barangmodal dankomponenberbahan bakustainless steeluntuk industripengolahanpangan danfarmasi di WPPIyang potensial
J_ J- J_
KementerianPerindustrian,KementerianKesehatan
h.Kebijakan...
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
-170-
Kebijakan danProgram Instansi Terkait
Kebijakan Insentif Nonfi skal
evaluasi terkaitmodal, komponen,
Identifikasi, koordinasi,dengan insentif nonfiskaldan jasa industri
implementasi, danbagi industri barang
1. Pemberianbantuan alat ujidan alat produksipada industrikomponen untukpeningkatan dayasaing industribarang modal
KementerianPerindustrian
Pengembanganmould and diescenter melaluistudi kelayakan,bantuanperalatan,bimbingan teknisdan networkingdengan industriterkait (alattransportasi,elektronika,pembangkitenergi, dan alatkesehatan)
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
Identifikasi potensijasa industriuntuk mendukungpeningkatanefisiensi dan dayasaing industrinasional
KementerianPerindustrian
4. Identifikasi .
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
-t7t-
Kebijakan danProgram Instansi Terkait
Identifikasi danpenyusunanregulasi yangmendukungtumbuh danberkembangnyajasa industri didalam negeri
KementerianPerindustrian
Kebij akan Industri Hijau
Pen5rusunan,bagi industri
penerapan, danbarang modal dan
evaluasi standarkomponen
industri hrjau
1. Penerapanteknologi ramahlingkungan
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
Diseminasiinformasi terkaitteknologi ramahlingkungankepada produsenmesin peralatan
KementerianPerindustrian
3. Pen5rusunan lisfindustripermesinan yangmenerapkanteknologi ramahlingkungan dandiajukan untuksertifikasi industrihijau
KementerianPerindustrian
j. Kebijakan .
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
-t72-
Kebijakan danProgram Instansi Terkait
ijakan Insentif Fiskal
(Diberikan sesuaiundangan)
dengan ketentuan peraturan
Kebijakan Pembangunan SDM Industri
Peningkatan kompetensi sDM industri komponen dan bahanpenolong melalui pelatihan
1. Melakukankerjasama denganperguruan tinggidan lembagapenelitian danpengembanganuntukpenguasaanteknologi industrikomponen danbahan penolong
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
Kebij akan Pemanfaatan, penyediaan, aurr@Pemetaan dan pengembangan potensi p.ffidari dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan industrikomponen dan bahan penolong
Industri Komponen
1. Promosi investasiuntukmembangunindustri kimiaanorganik
KementerianPerindustrian, BadanKoordinasiPenanaman Modal
2. Fasilitasi EPCindustri bahankimia anorganik
KementerianPerindustrian
c. Kebijakan
II. Industri Komponen dan Bahan penolonq
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
-r73-
No.Kebijakan dan
Program ,
TahunPelaksanaan Instansi Terkait
20t7 2018 20L9
c. Kebijakan Pengembangan dan Pemanfaatan Kreativitas danInovasiPengembangan dan pemanfaatan kreativitas dan inovasi industrikomponen dan bahan penolong melalui pengembangan center ofexcellence dan penguatan industri pendukung
Industri Komponen
1. Implementasiroadmap R&Dproduk plastik,roadmap R&Dkaret engineenng,roadmap R&Dkatalis, danroadmap R&D zataditif
.,1- .,1-
KementerianPerindustrian
2. Penyusunanroadmap R&Ddges dan pigment J-
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
3. Implementasiroadmap R&Ddyes dan pigment
t' J-KementerianPerindustrian
4. Mengadakankerjasamapenelitian bahankimia anorganikdengan perguruantinggi dan lembagapenelitian danpengembangan
J- J_ J_
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
5. Membuat kajianpendirian pusatriset mandiriuntuk industrikomponen
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
Industri . . .
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
174 -
No. Kebijakan danProgram Instansi Terkait
Industri Bahan penolong
6. Membuat kajianpendirian pusatriset mandiriuntuk industribahan penolong
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
7. Pembangunanpilot plant bahanpenolong berbasissilika untukindustri ban,keramik dan kaca
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
Kebij akan Infrastruktur Industri
Integrasi kebijakan industri komponen dan b"h"" p.""I""gdengan kebijakan nasional tentang pembangunan infrastruktur1. Pendirian
infrastrukturindustri kimiaanorganik
KementerianPerindustrian,Pemerintah Daerah
Kebijakan Insentif Nonliskal
Identifikasi, koordinasi, dan evaluasi terkaitkomponen dan bahanngan insentif nonfiskal
implementasi,bagi industri
Industri Komponen
1. PemberdayaanCoE Petrokimiauntuk menjadipusat koordinasiprogram penelitianskala lab untukproduk plastik
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
2. Pemberdayaan
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
- 175
Kebijakan danProgram Instansi Terkait
PemberdayaanCoE Petrokimiauntuk menjadipusat koordinasiprogram penelitianskala lab untukproduk karetengineering
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
3. PemberdayaanCoE Petrokimiauntuk menjadipusat koordinasiprogram penelitianskala lab untukzat aditif
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
Promosi investasipendirian industribahan kimiaanorganik
KementerianPerindustrian, BadanKoordinasiPenanaman Modal
Industri Bahan Penolong
PemberdayaanCoE Petrokimiauntuk menjadipusat koordinasiprogram penelitianskala lab untukproduk katalis
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
Kebijakan Insentif Fiskal
(Diberikan sesuai dengan ketentuan p.r"trr.^rr-p"*rrd^[undangan)
H. Pembangunan .
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
-t76-
H. Pembangunan Industri Hulu Agro Tahun 2O|7-2OL9
Program pengembangan industri hulu agro difokuskan padaindustri-industri berikut:
a. Industri Oleofood: olein, steain, glycerol, palmfatty aciddbtillate,co co butter sub stifute, mar garin, shortening, sp e cialtg /ats lain nya;
b. Industri Oleokimia: asam lemak nabati, fatty alcolwls, fattg amine,methgl ester sulfunat (bio-surfactant), bio-lubricant (rolling oils),gliserin yang berbasis kimia (glycerine based chemicals), minyakatsiri, isopropil palmitat (lPP) dan isopropil Miristat (lPM), asamstearat lstearic acidl;
c. Industri Kemurgi: biodiesel (fattg acid methyl ester/FAMS, bio-avtur lbio jet fuelf , biomass dan biogas, bioethanol.
d. Industri Pakan: ransum dan suplemen pakan ternak danaquaanlfure;
e. Industri Barang dari Kayu: komponen berbasis kayu (woodworking, laminated, and finger joint);
f. Industri Pulp dan Kertas: long fiber dan dissoluing pulp.
Tabel 7.8 Kebijakan dan Program Pengembangan Industri Hulu Agro
No.Kebijakan dan
Program
TahunPelaksanaan Instansi Terkait
2017 2018 2019
a. Kebijakan Pembangunan SDM Industri
Pengembangan Sumber Daya Manusia yang ahli danberkompeten melalui pendidikan dan pelatihan standar industri
1. Penerapan SKKNIdan sertifikasiSDM industripulp dan kertas
J- .r J-
KementerianPerindustrian, BadanNasional SertifikasiProfesi
2. Evaluasipenerapan SKKNIdan sertifikasiSDM industripulp dan kertas
KementerianPerindustrian, BadanNasional SertifikasiProfesi
3. Penerapan
PRES I DENREPIJBLIK INDONESIA
-t77-
No.Kebijakan dan
Program
TahunPelaksanaan Instansi Terkait
20t7 2018 2019
3. Penerapan SKKNIdan sertifikasiSDM bidangindustri oleokimiadan kemurgi
t- J_
KementerianPerindustrian, BadanNasional SertifikasiProfesi
4. PembentukanLembagaSertifikasi Profesidan TUK untukSKKNI industripakan
.r
KementerianPerindustrian, BadanNasional SertifikasiProfesi
5. Pelatihan dansertifikasi SDMsesuai SKKNIindustri pakanternak
J_ .r
KementerianPerindustrian, BadanNasional SertifikasiProfesi
b. Kebijakan Pemanfaatan, Penyediaan, dan Penyaluran SDA
Penjaminan ketersediaan bahan baku (kualitas, kuantitas, dankontinuitas)
1. Pen5rusunankebijakanpenyediaan danpenyaluranbahan bakuuntuk industrioleofood,oleokimia, dankemurgi
KementerianPerindustrian,KementerianPertanian,KementerianKeuangan,KementerianPerdagangan,Kementerian BadanUsaha Milik Negara
2. Pembangunanpabrik pakanberbasis limbahperikanan,peternakan, danpertanian
KementerianPerindustrian,KementerianPertanian
3. Pembangunan
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
_178_
Kebijakan danProgram
2019
3. Pembangunansarana logistikdi dalamkawasanindustri
KementerianPerindustrian,KementerianPekerjaan Umumdan PerumahanRalqyat, KementerianPerhubungan,Pemerintah Daerah
bijakan Pengembanga' d.r, p.rnurr@
feninsJg-tan. kemampuan penguasaan a.r, 1..rffirnovasl tel(nologl
I . Penyelenggaraanbimbingan teknisstandardisasiindustri oleofood,oleokimia,kemurgi, danpakan ternak
KementerianPerindustrian
2. Pembangunanbalaipengembanganindustri oleofood,oleokimia,kemurgi, dan
KementerianPerindustrian
3. Penerapanproduksi bersihdi industri kelapasawit
KementerianPerindustrian,KementerianLingkungan Hidupdan Kehutanan,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
4.Pemanfaatan..,
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
-L79-
Kebijakan danProgram Instansi Terkait
4. Pemanfaatank"yu alternatif
KementerianPerindustrian,KementerianLingkungan Hidupdan Kehutanan,KementerianPertanian
Kebijakan Pengembangan Inovasi a"" X.."tirit*Perlindungan hak kekayaan irrt.trktuat 1HXt1
. Perlindungan HKIhasilinovasi/kreativitaspenelitian danpengembanganindustri
KementerianPerindustrian,Kementerian Hukumdan HAM,KementerianKoperasi dan UKM
Kebijakan Standardisasi Industri
Peningkatan efisiensiproduk
proses pengolahan dan penjaminan mutu
1. Peningkatankompetensi SDMbidang konservasienergi dan bidangSML ISOL4OOO:24004 diindustri karetremah.
KementerianPerindustrian, BadanStandardisasiNasional,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
2. Penyusunan/revisi SNI produkindustri hasilhutan danperkebunan
KementerianPerindustrian,KementerianPerdagangan,KementerianPertanian, BadanStandardisasiNasional
3. Pembinaan
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
-180-
No.Kebijakan dan
Program
TahunPelaksanaan Instansi Terkait
2017 20r8 20L9
3. Pembinaanstandardisasiproduk biofuel(biodiesel,bioethanol,bioautur)
KementerianPerindustrian,KementerianPertanian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral, KementerianPerdagangan, BadanStandardisasiNasional
f. Kebijakan Insentif Nonfi skal
Pengembangan sistem logistik, penerapan harga keekonomianproduk, serta memfasilitasi pro-o"i d"r, p-erluasan pasarproduk industri hulu agro berwawasan lingkungan di dalamdan luar negeri
1. Pen5rusunanbusfness planPengembangankawasan industrikhusus kelapasawit untukKalimantanBarat,KalimantanTimur, danSumatera Utara
,l- J- ,r
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi,Pemerintah Daerah
2. Koordinasipengembangankawasan industrihilir kelapa sawitdi provinsiKalimantanBarat,KalimantanTimur, danSumatera Utara
.r J_ ^l-
KementerianPerindustrian,Pemerintah Daerah
3. Penentuan
PRES I DENREPUELIK INDONESIA
-181 -
No.Kebijakan dan
Program
TahunPelaksanaan Instansi Terkait
2017 2018 20L9
3. Penentuan HargaIndeks Pasarindustri huluagro untukpeningkatan iklimusaha/lnvestasi
^r J_ J_
KementerianPerindustrian,KementerianPerdagangan,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral
4. Penyusunankebijakanpenetapan danpenerapan HargaPatokan Ekspor(HPE) dan HargaIndeks Pasar(HIP) untukproduk industrihulu agro
J- {
KementerianPerindustrian,KementerianPertanian,KementerianPerdagangan,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral
5. PenyusunanDokumen TeknisLestariBerkelanjutanIndustri Oleofood,Oleokimia danKemurgi
J- ^r ^r
KementerianPerindustrian,KementerianLingkungan Hidupdan Kehutanan,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
6. Promosi produkindustri huluagro (pulp dankertas, kelapasawit, minyakatsiri danturunannya) dipasar global
J_ "l- J-
KementerianPerindustrian,KementerianPerdagangan,Kementerian LuarNegeri
7. Penyelesaian isuanti dumping dananti negatiuecampaign produkhilir minyak sawit
KementerianPerindustrian,KementerianPertanian,
di Fora. . .
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
-182-
I. Pembangunan Industri Logam Dasar dan Bahan Galian Bukanl,ogam Tahun 2OlZ-2Otg
I.qS.u* pengembangan Industri Logam Dasar dan Bahan GaiianBukan Logam difokuskan pada i"au.i.ili"austri berikut:a. Industri pengolahan dan pemurnian Besi dan Bqfa Dasar: iron orepellet, lumps, fi.nes, sponge iron, ptg t oi, ie\ iel ar., b;"i';;;;nickel.pig ion, feronikeipaauan L."i'i6ioo ailoy), baja untukkeperluan khusus (antara lain untuk i"..fr"t"i,,p.;i;#;;otomotif, industri kapal, corten sreei untuk co ntainer,' dl)t -
----,
No. Kebijakan danProgram
di ForaInternasional
KementerianPerdagangan,Kementerian LuarNegeri
8. Partisipasi padasidang ITRC,ANRPC, ACCSQWoodbaseFLEGTVPA, dansidang terkaitstandar industrihulu agro lainnya
KementerianPerindustrian,KementerianPerdagangan,
Kementerian LuarNegeri, BadanPengawas Obat danMakanan, BadanStandardisasiNasional
Kebijakan Industri Hijau
1. Penerapanindustri hijau diindustri pulp dankertas
KementerianPerindustrian,KementerianLingkungan Hidupdan Kehutanan
Kebijakan Insentif Fiskal
(Diberikan sesuai denga" k@undangan)
b. Industri
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
_183_
b. Industri Pengolahan dan pemurnian Logam Dasar Bukan BesiAlumina: sGA (smelter Grad.e AluminZl dan alumina cGA(chemical Grade .Alumina), alumunium, alumunium allog, billet(pipe and tube, wir7, kaber) dan srab (pelat), checkerprate, i-ndustripesawat terbang, industri kapal, pure nickel, feronikel, industrisfafnless steel, industri dekoratif, nictcet matte, nickel hgdroxide,Fe Ni slonge, Luppen Fe Ni, d,an nuggetFe Ni, tembagi[rtoa.,copperlbross sheet biltet (pipe and-iube, utire, kabef, industripertahanan selongsong peluru, industri eiektrik komponen;
c. Industri logam mulia, tanah jarang (rare earthl, dan bahan bakarnuklir: logam muria, konsentrat logam tanah jarang, industriotomotif, industri pesawat terbang, industri katalis' ,"y*ry,industri elektronik, industri power plant instalasi nuklir;d. Industri bahan galian non logam: semen, keramik, kaca/gelas,
kaca/gelas pharmaceuticar grad.e, reyraitory, zirkonia, zirkonsilikat, bahan kimia zirkon, zirkon'opoiitr"r. !
Tabel 7.9 Kebijakan dan programDasar dan Bahan Galian
Pengembangan Industri LogamBukan Logam
Kebijakan danProgram Instansi Terkait
Kebijakan Pembangunan SDM fndustriPeningkatan kompetensi SDM irdr"i*::^T,tr}l: peningkatan manajem." ;;;;^i.".,, pelatihanoperator dan teknisi peralatan industri pengorahan danpemurnian.
Pelatihan dansertifikasi operator
pengolahan danpemurnian
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi,KementerianPendidikan danKebudayaan,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral,KementerianKetenagakerjaan
b. Kebijakan. .
TahunPelaksanaan
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
184 -
Kebijakan danProgram Instansi Terkait
Kebijakan Pemanfaatan, penyediaan, dan penyaluran SDA
Pemetaan dan pengembangan potensi penyediaanpasir besi maupun bahan pendukung sebagaiindustri iron ore pellet
bijih besi ataubahan baku
1. Fasilitasipelaranganekspor iron oredan iron sandbesi lateritic
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral, KementerianBadan Usaha MilikNegara
2. Fasilitasi kerjasama pemilik IUpdan pemilikindustripengolahan danpemurnian
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral, PemerintahDaerah
3. Kebijakan yangmendorongindustri bajadalam negerimenyerap fronore, pellet, spongeproduksi dalamnegeri
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral
. Fasilitasipengelompokanslag sebagailimbah khususuntuk dapatdimanfaatkan diindustri semendan industrilainnya
KementerianPerindustrian,KementerianLingkungan Hidupdan Kehutanan
5. Fasilitasi . .
No.
'2017 2:,018 20L9
b.
J_
.r J_ ^r
J_
J- J_ J-
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
- 185
No.Kebijakan dan
Program
TahunPelaksanaan Instansi Terkait
20L7 2018 20L9
5. Fasilitasipembiayaankegiataneksplorasi
J_ J_ J_
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral, KementerianKeuangan,Kementerian BadanUsaha Milik Negara,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
6. Fasilitasipembiayaanpembangunanpengolahan danpemurnian pasirbesi dan biji besiskala pilot dandemo plant
t- J- J_
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi,Lembaga Riset,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral
7. Fasilitasipembangunanlembaga risetnasional fenomateial dan nonferro materialbase.
,r
KementerianPerindustrian
c. Kebijakan Infrastruktur Industri
lntegrasi kebijakan industri berbasis pasir besi dan bijih besi
1. Fasilitasipembangunanpembangkittenaga listrik danpeningkatan dayapembangkitberbasis batubara
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral, PemerintahDaerah
2. Fasilitasi
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
-186-
No.Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
2. Fasilitasipembangunanpelabuhan dekattambang
KementerianPerindustrian,KementerianPerhubungan,Kementerian BadanUsaha Milik Negara,Pemerintah Daerah
3. Fasilitasipembangunanpenghubungpelabuhan fialan,modatransportasi daninfrastrukturterkait lainnya)dengan lokasiindustripengolahan ataulokasi tambangdengan tonaseyang besar
KementerianPerindustrian,KementerianPekerjaan Umumdan PerumahanRakyat, KementerianBadan Usaha MilikNegara, PemerintahDaerah
Kebijakan Lokasi
1. Integrasikebijakanpengembanganindustripengolahan bijihbesi, pasir besidan besi lateriticdi daerah yangmempunyaipotensi untukdikembangkanantara lain diBatu Licin danJorong(KalimantanSelatan),
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral, PemerintahDaerah
Kulon Progo
2,Olg
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
L87 -
No. Kebijakan danProgram Instansi Terkait
Kulon Progo (DIY),Solok (SumateraBarat), PulauSebuku -(KalimantanSelatan),Lumajang (JawaTimur), Sampit(KalimantanTengah) danSukabumi (JawaBarat)
2. Dukungan daerahdalam rangkapemanfatan lahanyangmengandungbahan bakuuntuk industri
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral, PemerintahDaerah
Kebijakan Insentif Fiskal
(Diberikan sesuai dengan ketentuan prr"trr"., p.*undangan)
Kebijakan Pembangunan SDM Industri
Peningkatan kemampuan dan komp"t"rr.@alat kesehatan melalui penguasaan teknologi m"aju
1. Pelatihanoperatorperalatanpengolahan danpemurnian
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi,KementerianPendidikan danKebudayaan,
Kementerian
2018
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
-188-
Kebijakan danProgram Instansi Terkait
Kementerian Energidan Sumber DayaMineral,KementerianKetenagakerjaan
Kebijakan Pemanfaatan, penyediaan, a., ffiPeme-taan dan pengembangan potensi p."@untuk industri baja khusus dan jaminan- penyerapan produkbaja khusus oleh industri dalam negeri
1. Fasilitasipenyediaanbahan bakuindustri bajakhusus: FeCr,FeSi, FeMn, FeNi,FeMo, SiMn, FeV,FeTi, allogingelement
KementerianPerindustrian,Kementerian BadanUsaha Milik Negara
2. Fasilitasitumbuhnyaindustri dalamnegeri yang dapatmenyerap: FeCr,FeSi, FeMn, FeNi,FeMo, SiMn, FeV,FeTi, StainlessSteel, allogingelement yangdiproduksi didalam negeri
KementerianPerindustrian,Kementerian BadanUsaha Milik Negara
Kebijakan tarifatau standardalam rangkamengendalikanimpor bajakhusus agarterjadi
KementerianPerindustrian,KementerianPerdagangan
penyerapan
PRESIDENREPU BLIK IN DO N ESIA
-189_
No. Kebijakan danProgram Instansi Terkait
penyerapanindustri bajakhusus produkdalam negeriuntuk otomotif,konstruksi, RelKereta, cortensteel, stainlesssteel (series 200,300 dan 400),limonite base
Kebijakan Infrastruktur Industri
Integrasi kebijakan industri Uui. knr"r" a*g"" k"bijnasional tentang transportasi dan perwiiayahan industriI . Fasilitasi
pembangunanpembangkittenaga listrik diBatam(Kepulauan Riau),KalimantanSelatan, Bantul-Yogjakarta,Sampit-KalimantanTengah,Morowali-Sulawesi Tengahdan peningkatandaya pembangkitCilegon (Banten)berbasis batubara
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral, PemerintahDaerah
Fasilitasipembangunanpenghubungpelabuhandengan lokasiindustri
KementerianPerindustrian,KementerianPerhubungan,
Kementerian
pengolahan . .
REPUBLIK IN DO N ESIA
No. Kebijakan danProgram
pengolahan ataulokasi tambangdengan tonaseyang besar (ialan,modatransportasi daninfrastrukturterkait lainnya)
dan PerumahanRakyat, PemerintahDaerah
3. Fasilitasikebijakan energidan air yangkompetitif bagiindustripengolahan danpemurnian bajakhusus
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral, KementerianPekerjaan Umumdan PerumahanRallyat
Llg-r_1si kebl]akan pengembangan indust.i U.i. t t r"rs aengan
rtensr daerah maupun peluang pasar
I. Batam(Kepulauan Riau),Cilegon (Banten),Jawa Barat, JawaTimur, Surabaya,KalimantanSelatan, Bantul-Yoryakarta,Morowali(SulawesiTengah), SulawesiSelatan
KementerianPerindustrian,Pemerintah Daerah
e. Kebil'akan
Instansi Terkait
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
-191 -
Kebijakan danProgram Instansi Terkait
Kebijakan Insentif Fiskal
(Diberikan sesuai dengan ketentuan p.."t rr".,
bijakan Pembangunan SDM Industri
kompetensi SDM industri industrininium meliputi peningkatan manajemen perusitihan operator dan teknisi industri pengolahan
1. Pelatihan dansertilikasi teknisilaboratorium danqualitg control
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi,KementerianPendidikan danKebudayaan,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral,KementerianKetenagakerjaan
2. Pelatihanoperatorperalatanpengolahan danpemurnian
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi,KementerianPendidikan danKebudayaan,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral,KementerianKetenagakerjaan
b. Kebijakan
III. Industri Pensolahan Bauksit dan Industri peneolahanAluminium
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
Kebijalan danProgram Instansi Terkait
bijakan Pemanfaatan, penyediaan, d.;E"y.l,*"" SDAPemetaan dan pengemb".rg"., pot.rr"i p..r[di""., b.hlnbauksit rlari dalam negeri untul mem.rruhi kebutuhan in
1. Pembatasanekspor bauksitdenganmemprioritaskankewajibanpemenuhankebutuhan dalam
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral, KementerianPerdagangan
Pembatasankapasitaseksploitasibauksit sesuaidengan kapasitaspengolahandalam negeri
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral
3. Jaminan produkalumina dalamnegeri diserapoleh industrialuminium(untuk SmelterGrade Alumina-SGA) maupunindustrikimia/kosmetikdalam negeri(Chemical GradeAlumina-CGA)
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral, KementerianBadan Usaha Milik
Kebijakansinergis antaraindustri produsenalumina dalamnegeri danindustri
KementerianPerindustrian,Kementerian BadanUsaha Milik Negara
aluminium
PRESIOENREPUBLIK IN DON ESIA
- 193-
No. Kebijakan danProgram Instansi Terkait
5. Fasilitasi kerjasama antaraindustripertambangan,industripengolahan danpemurnian danindustri yanglebih hilirAluminium danAluminium Allog,industri fabrikasi
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral
Fasilitasipembiayaankegiataneksplorasibauksit danindustrialuminium
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral, KementerianKeuangan
bijakan Infrastruktur Industri
kebijakan industri pengolahan tauksii mauffin kapasitas industri aluminium yang telah ada
1. Pembangunanpembangkitdengan dayaminimal 300 MWyang berbasisbatubara diKalimantan Baratserta menambahdaya pembangkitpada industripengolahanaluminium diSumatera Utara
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral, PemerintahDaerah
sebesar .
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
-194-
No. Kebijakan danProgram Instansi Terkait
sebesar 600 MWberbasis batubara
2. Peningkatankemampuanpelabuhan diKalimantan Barat
KementerianPerindustrian,KementerianPerhubungan,Kementerian BadanUsaha Milik Negara,Pemerintah Daerah
3. Fasilitasipembangunanpenghubungpelabuhandengan lokasiindustripengolahan ataulokasi tambangdengan tonaseyang besar
KementerianPerindustrian,KementerianPekerjaan Umumdan PerumahanRa1ryat, KementerianBadan Usaha MilikNegara, PemerintahDaerah
Dukungan daerahmengandung bahan
dalam rangka pemanfaatanbaku untuk industri
1. Kuala Tanjung(Sumatera Utara),alumunium
KementerianPerindustrian,Kementerian Agrariadan Tata Ruang,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral, KementerianPekerjaan Umumdan PerumahanRalryat, KementerianPerhubungan,Pemerintah Daerah
2. Menpawah
Kebijakan Lokasi
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
- 195-
No.Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
2. Menpawah(KalimantanBarat), aluminaSGA
KementerianPerindustrian,Kementerian Agrariadan Tata Ruang,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral, KementerianPekerjaan Umumdan PerumahanRalryat, KementerianPerhubungan,Pemerintah Daerah
3. Tayan(KalimantanBarat), aluminaCGA
KementerianPerindustrian,Kementerian Agrariadan Tata Ruang,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral, KementerianPekerjaan Umumdan PerumahanRa1ryat, KementerianPerhubungan,Pemerintah Daerah
Kebijakan Insentif Fiskal
ketentuan peraturan p.*rr&o.rg-(Diberikan sesuai denganundangan)
bijakan Pembangunan SDM IndustriPeningkatan kompetensiindustri pengolahan dan
SDM industri industripemurnian
berbasis nikel
t. Pelatihanoperatorperalatan
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi,
pengolahan
IV. Industri Berbasis Nikel
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
-196-
Kebijakan danProgram Instansi Terkait
pengolahan danpemurnian
KementerianPendidikan danKebudayaan,KementerianKetenagakerj
ijakan Pemanfaatan, penyediaan, a"r, nory"tro' SOedan pengembangan potensi penyedi".., b.h* b"kngolahan bijih nikel
1. Pembatasanekspor bijih nikeldenganmemprioritaskankewajibanpemenuhankebutuhan dalamnegeri
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral, KementerianPerdagangan
2. Pembatasanekspor nickel pigiron, ferronikel,dan nickel matte
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral, KementerianPerdagangan
Pembatasankapasitaseksploitasi bijihnikel sesuaidengan kapasitas
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral
Fasilitasi kerjasama antarapemegang IUPdengan pemilikindustripengolahan harusdilakukan
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral
5. Jaminanpenyerapanferronikel, nickel
KementerianPerindustrian,
pig iron .
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
-197-
No. Kebiiakan danProgram Instansi Terkait
pig iron, ataunickel matteproduksi dalamnegeri olehindustri baja danindustri stainlesssfeel dalam negeri
Kementerian Energidan Sumber DayaMineral, KementerianBadan Usaha MilikNegara
Fasilitasipembangunanindustri stainlesssteel integrasidengan Industrihilir dan industripengguna nickelbase
KementerianPerindustrian,KementerianKeuangan
Fasilitasipembiayaankegiataneksplorasi
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral, KementerianKeuangan
Kebijakan Infrastruktur Industri
tegrasi kebijakan industri p"rrgoluhan biiih .rikJ1. Pembangunan
pabrikpengolahan bijihnikel di SulawesiTengah, SulawesiTenggara, danHalmahera Timur
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral, PemerintahDaerah, KementerianBadan Usaha MilikNegara
2. Pembangunanpembangkit listrikberbasis batubaradengan kapasitassekitar 1.000 MW
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral,
di Sulawesi
PRESIDENREPU BLIK INDO N ESIA
-r98-
Kebijakan danProgram Instansi Terkait
di SulawesiTengah danSulawesiTenggara serta1.120 MW diHalmahera Timur
Kementerian BadanUsaha Milik Negara,Pemerintah Daerah
3. Fasilitasipembangunanpelabuhan dekattambang
KementerianPerindustrian,KementerianPerhubungan,Kementerian BadanUsaha Milik Negara,Pemerintah Daerah
4. Fasilitasipembangunandengan tonasebesar yangmenghubungkanpelabuhandengan lokasiindustripengolahan ataulokasi tambang
KementerianPerindustrian,KementerianPekerjaan Umumdan PerumahanRalryat, KementerianPerhubungan,Kementerian BadanUsaha Milik Negara,Pemerintah Daerah
daerah dalam rangk" p"*".rf.ut".,- l.h.r,3 bahan baku untuk industri
1. Sulawesi Tengah,SulawesiTenggara, danHalmaheraTimur.
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral,Kementerian Agrariadan Tata Ruang,Pemerintah Daerah
e. Kebijakan
PRESIDENREPU BLIK INDONESIA
Kebijakan danProgram Instansi Terkait
bij akan Insentif Nonfiskal
lentifikasi, koordinasi, implementasi, d^., "u.lrasi ter.
engan insentif nonfiskal bagi industri pengolahan bijih nikell. Kebijakan
pembatasanimpor nikei untukmenjaminpenyerapanproduk smelternikel danpeningkatankapasitasproduksi industristainless steeldalam negeri
KementerianPerindustrian,KementerianPerdagangan,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral
2. Membuka pasarekspor baru bagiproduk tembagayang dihasilkansmelter baru
KementerianPerindustrian,KementerianPerdagangan
3. Fasilitasinonfiskalpembangunanindustri stainlesssteel yangterintegrasidengan industrihilir dan/atauindustripenggana nickelbase
KementerianPerindustrian,KementerianKeuangan
sesuai dengan ketentuan peraturan perun
V. Industri
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
-200-
Kebijakan danProgram Instansi Terkait
Kebijakan Pembangunan SDM Industri
Peningkatan kompetensi SDMmeliputi pelatihan operatorpengolahan dan pemurnian
industri industri berbasis tembagadan teknisi peralatan industri
t. Pelatihanoperatorperalatanpengolahan danpemurnian
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi,KementerianPendidikan danKebudayaan,KementerianKetenagakerjaan
Kebijakan Pemanfaatan, penyediaan, dan penyaluran sDA
penyediaan bahanbagi industri pengolahan
alam negeri yang akan dibangun
Pemetaan dan pengembangan potensi!,jih tembaga dan konsentrat tembaga
1. Pelaranganekspor bijihtembaga danlumpur anoda
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral, KementerianPerdagangan
2. Pembatasanekspor konsentrattembaga
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral, KementerianKeuangan,KementerianPerdagangan
3. Jaminan .
TahunPelaksanaan
V. Industri Berbasis Tembaea
PRESIDENREPUBLIK IN DON ES IA
Kebijakan danProgram
Jaminan pasokankonsentrattembaga produksidalam negeriuntuk smelteryang akandibangun (DMO)
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral
Jaminanpenyerapanproduk tembagaoleh industridalam negeri
KementerianPerindustrian
5. Pembatasanimpor tembagakatoda danproduk tembaga
KementerianPerindustrian,KementerianPerdagangan
Fasilitasi kerjasama antaraindustripertambangan,industripengoiahan,pemurnian atausmelter danindustri yanglebih hilir produktembaga
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral
7. Pembatasanimpor tembagakatoda danproduk tembaga
KementerianPerindustrian,KementerianPerdagangan
8. Fasilitasipemanfaatanpengolahan danpemurnian anodaslime produksiemas, perak. dan
KementerianPerindustrian,KementerianPerdagangan, BadanPengkajian dan
PGM
PRESIDENREPU BLIK INDONESIA
Kebijakan danProgram
PGM (Pt,Pd,Se,Tedn.)
Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
bijakan Infrastruktur Industri
tegrasi kebijakan industri pengolahan konsentrat dan industriyang membanfaatkan produk samping smelter tembaga
1. Pembangunansmelter tembagakapasitassejumlahproduksikonsentratnasional
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral, KementerianBadan Usaha MilikNegara, PemerintahDaerah
2. Pembangunanindustripengolahanlumpur anodakapasitasproduksi lumpuranoda nasional
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral, KementerianBadan Usaha MilikNegara, PemerintahDaerah
3. Pembangunan/peningkatankapasitas pabrikpupuk denganbahan bakusulfat dari smelterbaru
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral, KementerianBadan Usaha MilikNegara, PemerintahDaerah
4. Pembangunan/peningkatankapasitas pabriksemen denganbahan baku terak
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral,
tembaga
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
No. Kebijakan danProgram
tembaga darismelter baru
Kementerian BadanUsaha Milik Negara,Pemerintah Daerah
5. Pembangunanpembangkit listrikberbasis batubaradilokasipembangunansmelter di Papuadan NusaTenggara Timurdengan kapasitas600 MW
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral, PemerintahDaerah
tegrasi kebijakan pengembangan industri p..rgolahan temb,Ln. industri yang memanfaalkan produl slamping smel
baga dan dukungan daerah dalam iangka pemarilaata.,g mengandung bahan baku untuk industri
1. KalimantanTimur, SulawesiSelatan, JawaTimur, NusaTenggara Timur,Papua
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral,Kementerian Agrariadan Tata Ruang,Pemerintah Daerah
Kebijakan Insentif Nonfi skal
Identifikasi, koordinasi, i*pt"ffi.*:i.",11ytif nonfi skai bagi. perluasan pasar produk tembagayang dihasilkan smelter baru jika'kapasitas melebihikebutuhan dalam negeri
l. Membuka pasarekspor baru bagiproduk tembagayang dihasilkansmelter baru
KementerianPerindustrian,KementerianPerdagangan
2. Fasilitasi .
PRESIDENREPUBLIK IN DON ES IA
Kebijakan danProgram
Fasilitasipembangunanindustri produktembaga yangterintegrasi kehiiir
KementerianPerindustrian,KementerianKeuangan
Kebijakan Insentif F iskal
(Diberikan sesuai dengan ketentuan p.r.t.o""unctangan)
bijakan Pembangunan SDM Industri
Peningkatan kompetensi SDM industri lrg.* -"1- d." t"g"*tanah jarang
i. Pelatihanoperatorperalatan
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi,KementerianPendidikan danKebudayaan,KementerianKetenagakerjaan
bijakan Pemanfaatan, p"rry.di.urr, d".rEnyr.l rE., SDAPemetaan dan pengembangan potensi p".yiJE"r, U.fr"., b.t.untuk industri pengolahan logam muliai"" to!.- tanah jarangl. Pelarangan
ekspor minerallogam mulia dantanah jarang
KementerianPerindustrian,KementerianPerdagangan,KementerianKeuangan
2.Pelarangan...
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
Kebijakan danProgram lnstansi Terkai
2. Pelaranganekspor tailingindustri timah
KementerianPerindustrian,KementerianPerdagangan,KementerianKeuangan
3. Fasilitasipembangunanpabrikpengolahanlumpur anodamenjadi emas
KementerianPerindustrian,Kementerian BadanUsaha Milik Negara,Pemerintah Daerah
4. Fasilitasipembangunanpabrik konsentrattanah jarangdengan bahanbaku tailingindustri timah.
KementerianPerindustrian,Kementerian BadanUsaha Milik Negara,Pemerintah Daerah
5. Fasilitasi tataniaga penjualanlumpur anodadari smelterGresik dansmelter tembagabaru sebagaibahan bakuindustri logammulia
KementerianPerindustrian,Kementerian BadanUsaha Milik Negara
6. Jaminan tailingindustri timah diBangka-Belitungsebagai bahanba-ku Industrikonsentrat tanahjarang
KementerianPerindustrian,Kementerian BadanUsaha Milik Negara
7. Fasilitasi
-$-,DPRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
No. Kebijakan danProgram Instansi Terkait
7. Fasilitasi kerjasama antarapemilik smeltertambaga denganpemilik industripengolahanlumpur anoda
KementerianPerindustrian
8. Fasilitasi kerjasama antarapemilik industrikonsentrat tanahjarang denganindustri timah
KementerianPerindustrian
9. Fasilitasipembiayaankegiataneksplorasi untukmendapatkansumber daya dancadangan logamtanah jarang
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral, KementerianKeuangan
Infrastruktur Industri
bijakan infrastruktur untuk pengembangan industridan logam tanah jarang
l. Pembangunanpembangkit listrikberbasis batubaradi Bangka-Belitung danJawa Timur
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral, PemerintahDaerah
Fasilitasipembangunaninfrastrukturyangmenghubungkanlokasi industri
KementerianPerindustrian,KementerianPerhubungan,
pengolahan
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
Kebijakan danProgram Instansi Terkait
pengolahan ataulokasi tambang
KementerianPekerjaan Umumdan PerumahanRalryat, PemerintahDaerah
Kebijakan Insentif Fiskal
(Diberikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang_undangan)
bijakan Pembangunan SDM Industri
tan keahlian/keterampilan
Peningkatan kompetensi SDM industri berbasis keramik, .ir"..,,kaca, dan bahan galian non logam lainnya lebih difokuskan pada
l. Penyusunan danpenetapanSKKNI industrisemen
KementerianPerindustrian, BadanNasional SertifikasiProfesi
Fasilitasipelaksanaansertifikasikompentensiuntuk tenagakerja industrisemen
KementerianPerindustrian, BadanNasional SertifikasiProfesi
PemberlakuanSKKNI wajibindustri semen
KementerianPerindustrian, BadanNasional SertifikasiProfesi, KementerianKetenagakerjaan
. Penyusunan danpenetapanSKKNI industrikeramik
KementerianPerindustrian, BadanNasional SertifikasiProfesi
5. Fasilitasi .
VIL Industri Berbasis Bahan Galian Non Loeam
PRESIDENREPIJ BLIK INDONESIA
-204-
No.Kebijakan dan
Program
TahunPelaksanaan Instansi Terkait
20t7 20t8 2019
5. FasilitasipembentukanLembagaSertifikasiProfesi dan TUKindustri keramik
KementerianPerindustrian, BadanNasional SertifikasiProfesi
6. Fasilitasipelaksanaansertilikasikompetensiuntuk tenagakerja industrikeramik
KementerianPerindustrian, BadanNasional SertifikasiProfesi
7. PenerapanSKKNI industrikeramik
KementerianPerindustrian, BadanNasional SertifikasiProfesi
8. Penyusunan danpenetapanSKKNI industrikaca
KementerianPerindustrian, BadanNasional SertilikasiProfesi
9. FasilitasipembentukankmbagaSertifikasiProfesi dan TUKindustri kaca
KementerianPerindustrian, BadanNasional SertilikasiProfesi
10. Fasilitasipelaksanaansertifikasikompetensiuntuk tenagakerja industrikaca
KementerianPerindustrian, BadanNasional SertifikasiProfesi
11. Penerapan .
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
-209-
No.Kebijakan dan
Program
TahunPelaksanaan Instansi Terkait
2017 2018 2019
11. PenerapanSKKNI industrikaca J_ J_
KementerianPerindustrian, BadanNasional SertifikasiProfesi
12. FasilitasiPelatihanPetugasPengawasStandar Produk(PPSP) di pabrikuntuk komoditisemen, keramik,kaca, refraktori,dan bahangalian non logamlainnya
J_ J_ J_
KementerianPerindustrian
13. Fasilitasipelatihanpetugaspenghitungemisi gas rumahkaca padaindustri keramikdan kaca
J- J_
KementerianPerindustrian,KementerianLingkungan Hidupdan Kehutanan
14. Fasilitasipelatihan SDMindustrirefraktori
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
15. MemfasilitasipembentukanLembagaSertifikasiProfesi dan TUKindustrirefraktori
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
16. Pemberlakuan. .
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
-2to-
No.Kebijakan dan
Program
TahunPelaksanaan Instansi Terkait
20L7 2018 20L9
16. PemberlakuanSKKNI wajibrefraktori
J- J-KementerianPerindustrian
b. Kebijakan Pemanfaatan, Penyediaan, dan Penyaluran SDA
Pemetaan dan pengembangan potensi penyediaan bahan bakuyang utama adalah penyediaan keberadaan karst untuk industrisemen serta sumber energi (gas dan batubara) dengan harga
1. JaminanpenyediaanDMO batubaradengan hargarupiah untukindustri semen
J'
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral, KementerianPerdagangan
2. Jaminanpasokan karstuntuk industrisemen
J- J-
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral, KementerianLingkungan Hidupdan Kehutanan,Pemerintah Daerah
3. Jaminanpenyediaan gasdengan hargakompetitif untukindustri keramik
J- J_
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral
4. Koordinasi danfasilitasipenyediaan gasuntuk industrikaca
J- J_ J_
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral
5.Jaminan...
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
-2tt-
No.Kebijakan dan
Program
TahunPelaksanaan Instansi Terkait
2017 2018 2019
5. Jaminanpenyediaan gasdengan hargakompetitif untukindustri kaca
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral
6. Pemetaanindustri danpotensi bahanbaku industribahan galiannon logamlainnya
KementerianPerindustrian
7. Fasilitasijaminan bahanbaku tanah liatdan batu kapur
KementerianLingkungan Hidupdan Kehutanan,Pemerintah Daerah
8. Fasilitasikebutuhanbahan bakarbatubara danbahan bakaralternatif
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral
9. Koordinasi danfasilitasi denganinstansi terkaitmengenaijaminanketersediaanenergi untukindustri
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral
10. Penggunaanenergi alternatifaltematiue fueland raw mateiral(AFR) dan re.frsederiuedfuel(RDF) serta
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral
konservasi
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
-2t2-
No. Kebijakan danProgram
TahunPelaksanaan Instansi Terkait
20t7 2018 20L9
konservasienergi di PabrikSemen
c. Kebijakan Pengembangan dan Pemanfaatan Teknologi Industri
Pengembangan dan pemanfaatan teknologi pada industrikeramik, semen, dan kaca dif;ku;kan padapengembangan/penambahan teknologi yang telah ada maupunpenguasaan teknologi baru
1 . Fasilitasiperizinanimportasi digitalprinting untukindustri keramik
KementerianPerindustrian,KementerianPerdagangan
2. Fasilitasi alihpenguasaanteknologi
KementerianPerindustrian
3. Riset danpengembangankaca untukteknologiotomotif danbangunan
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
4. Fasilitasipengembanganteknologi prosespada industribahan galiannon logamlainnya
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
5. Fasilitasipengembanganteknologi tunnelkiln keramik
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
6. Fasilitasi .
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
-213-
No.Kebijakan dan
Frogram
TahunPelaksanaan Instansi Terkait
2017 2018 2019
6. Fasilitasipengembanganteknologipembuatan kacaPCB
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
7. Fasilitasipengembanganteknologi prosesproduksi semendan diversilikasiProduk
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi,Badan StandardisasiNasional
8. Fasilitasipengembanganteknologi prosesproduksirefraktori
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
d. Kebijakan Standardisasi industri
Pengembangan standar dan standardisasi untuk mendukungpengembangan industri keramik, semen, kaca dan bahan galiannon logam lainnya berupa penerapan dan monitoring SNI
1. Monitoring danpengawasan SNIwajib semen
KementerianPerindustrian,KementerianPerdagangan
2. Monitoring danpengawasan sNIwajib keramik
KementerianPerindustrian
3. Monitoring danpengawasan SNIWajib kaca
KementerianPerindustrian
4. Penyusunan
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
-214-
No.Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
Penyusunan RSNIuntuk baranggalian non logamlainnya
KementerianPerindustrian, BadanStandardisasiNasional
5. Penyusunan SNIwajib produkrefraktori
KementerianPerindustrian
6. FasilitasipenJrusunanperaturan menteritentangpenerapan danpemberlakuanSNI wajib produkrefraktori
KementerianPerindustrian,
Fasilitasi alat ujipendukungpenerapan SNIwajib
KementerianPerindustrian
bijakan Infrastruktur IndustriIntegrasi kebijakan industri k.."-it, ."rrr.r1 k*{ a.*F:]:= l:".logam tainnya meliputi koordinasi J!.,gu,
".l. Koordinasi dan
fasilitasimengenaijaminanketersediaanenergi untukindustri semen
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral
. Koordinasi danfasilitasimengenai
KementerianPerindustrian,
ketersediaan
PRESIDENREPUBLIK IN DO NESIA
-2ts-
Kebliakan danProgram Instansi Terkait
ketersediaanenergi untukindustri keramik
Kementerian Energidan Sumber DayaMineral
3. Pembangunanjalan dari sumbergas menujupelabuhan untukmenunjangindustri keramik
KementerianPerindustrian,KementerianPekerjaan Umumdan PerumahanRakyat, KementerianPerhubungan,Pemerintah Daerah,Kementerian BadanUsaha Milik Negara
Koordinasi danfasilitasimengenaijaminanketersediaanenergi untukindustri kaca
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral
5. Koordinasi danfasilitasimengenaijaminanketersediaanenergi untukindustri bahangalian non logamlainnya
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral
Fasilitasipengembanganinfrastrukturguna menekanbiaya logistiksemen
KementerianPerindustrian,KementerianPekerjaan Umumdan PerumahanRakyat
7. Fasilitasi
PRESIDENREPUBLIK IN DO N ESIA
-216-
No.Kebijakan dan
Program
TahunPelaksanaan
20t7 2018 2019
7. Fasilitasipengembanganinfrastrukturkhususnyasosialisasipenggunaan jalanbeton
KementerianPerindustrian,KementerianPekerjaan Umumdan PerumahanRakyat
f. Kebijakan Insentif Nonfiskal
Identifikasi, koordinasi, implementasi, dan evaluasi terkaitdengan insentif nonfiskal bagi industri keramik, semen, kaca, danindustri bahan galian non logam lainnya
1. Insentif untukpabrik semen diluar pulau Jawadan pembelianmesin produksiramahlingkungan
KementerianPerindustrian,KementerianPerdagangan,KementerianKeuangan
2. PemberlakuanImportirTerdaftar (IT)dan ImportirProdusen (IP)dalam rangkapengendalianimpor bagiindustri keramik
KementerianPerindustrian,KementerianPerdagangan
3. Pemberlakuan ITdan IP dalamrangkapengendalianekspor bagiindustri bahangalian non logamlainnya (marmerdan batuanlainnya)
KementerianPerindustrian,KementerianPerdagangan
4. Pemberlakuan
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
2t7 -
Kebijakan danProgram Instansi Terkait
4. Pemberlakuan ITdan IP dalamrangkapengendalian
KementerianPerindustrian,KementerianPerdagangan
5. Melakukanbusfnessmatching denganKementerianterkait dalamrangka P3DN
KementerianPerindustrian,Kementerian/Lembaga
6. Melakukansurvei TKDN
KementerianPerindustrian
7. Fasilitasipengembanganpabrik pengolahpasir silikauntuk produksikaca
KementerianPerindustrian,Pemerintah Daerah
8. Fasilitasipengembanganpabrikpengolahan
rypsum
KementerianPerindustrian
9. Fasilitasipembuatanpabrik produksibarang antaraberupa unglazed.ceramic (granito)
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
10. Fasilitasipembuatanpabrik produksibarang antaraberupa unglazedceramic (ienistile)
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
g. Kebijakan.
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
- 218
Kebiiakan danProgram Instansi Terkait
Kebijakan Industri Hijau
l.lyr.ylan, penerapan, dan evalu..i rt.r@industri keramik, semen, kaca, dan industri bahan galia., .ro-r,logam lainnya
l. Monitoringpenerapanpenurunan emisigas rumah kacapada industrisemen
KementerianPerindustrian,KementerianLingkungan Hidupdan Kehutanan
2. Penerapanindustri hijaupada industrikeramik
KementerianPerindustrian,KementerianLingkungan Hidupdan Kehutanan
3. Penerapanindustri hijaupada industrikaca
KementerianPerindustrian,KementerianLingkungan Hidupdan Kehutanan
4. Penerapanindustri hijaupada industribahan galiannon logamlainnya
KementerianPerindustrian,KementerianLingkungan Hidupdan Kehutanan
5. Pen5rusunanpetunjuk teknisperhitunganemisi gas rumahkaca padaindustrikeramik dankaca
KementerianPerindustrian,KementerianLingkungan Hidupdan Kehutanan
6. Monitoring.
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
-219-
No.Kebijakan dan
Program
TahunPelaksanaan Instansi Terkait
2017 20t8 20t9
6. Monitoringpenerapanpenurunan emisigas rumah kacapada industrikeramik dankaca
KementerianPerindustrian,KementerianLingkungan Hidupdan Kehutanan
7. Penerapanindustri hijaupada industrirefraktori
KementerianPerindustrian,KementerianLingkungan Hidupdan Kehutanan
8. Penyusunanpetunjuk teknisperhitunganemisi gas rumahkaca padaindustrirefraktori
KementerianPerindustrian,KementerianLingkungan Hidupdan Kehutanan
9. Monitoringpenerapanpenurunan emisigas rumah kacapada industrirefraktori
KementerianPerindustrian,KementerianLingkungan Hidupdan Kehutanan
h. Kebijakan Insentif Fiskal
(Diberikan sesuai dengan ketentuan peraturan p".""a"rrg-undangan)
Kebijakan Lokasi1
1. Dukungan I
daerah dalam Irangka I rpemanfaatan | "lahanyang
I
lKementerianI Perindustrian,
J- I Kementerian AgrariaI dan Tata Ruang,
mengandung.
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
-220-
No.Kebiiakan dan
Program
TahunPelaksanaan Instansi Terkait
2017 20t8 20L9
mengandungbahan bakuuntuk industri:Jawa Barat,Banten, JawaTengah, JawaTimur, Sulawesi
KementerianPekerjaan Umumdan PerumahanRalryat,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral, PemerintahDaerah
J. Pembangunan Industri Kimia Dasar Berbasis Migas dan BatubaraTahun 2Ol7-2019
Program pengembangan Industri Kimia Dasar Berbasis Migas danBatubara difokuskan pada industri-industri berikut:
a. Industri Petrokimia Hulu: etilena, propilena, butadiene, p-xylena,metanol, ammonia, crude C-4, pgrolgsis gasoline, raffinate;
b. Industri Kimia Organik: carbon black, asam tereftalat, asam asetat,akrilonitril, bis fenol A;
c. Industri Pupuk pupuk tunggal (basis nitrogen), pupuk majemuk;
d. Industri Resin Sintetik dan Bahan plastik: lora-densitypolyethglene (LDPE), high-densitg polgethylene (HDPE),polgpropylene (PP), nilon, polgethglene terephthalate (pET), akrilik,p olg uingl chloride (PY Cl ;
e. Industri Karet Alam dan Sintetik: butadiene rubber (BR), styrenebutadiene rubber (SBR) , engineering natural rubber compound,solution stryrene butadiene rubber (SSBR) , neodimium catalistbutadiene rubber (NdBR) ;
f. Industri Barang Kimia Lainnya: propelan
Tabel .
q,D*.",J.Tntt,'*oSf;"r'o
-221 -
Tabel 7. 10 Kebijakan dan program pengembangan Industri KimiaDasar Berbasis Migas dan Batubara
Kebijakan danProgram Instansi Terkait
bijakan Pembangunan SDM Industri
Peningkatan kompetensi SDM industri melalui pelatihan,pemagangan, dan sertifikasi dengan prioritas pada kompetensi
ustri petrokimia, industri karet, industri plaitik, dan indria dasar
I. Industri Petrokimia Hulu
1. Pelatihan SDMindustripetrokimiatingkat dasar
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
2. Pelatihan SDMindustripetrokimia,tingkat menengah
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
PembentukanAkademiKomunitasIndustriPetrokimia
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi,Pemerintah Daerah
Pengoperasiandan memonitorpelaksanaanAkademiKomunitasIndustriPetrokimia
KementerianPerindustrian,Kementerian Riset
,f lTeknologi danPendidikan Tinggi,Pemerintah Daerah
5. FGD.
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
Kebijakan danProgram Instansi Terkait
FGD peningkatankemampuanteknologi prosesdan rekayasaproduk industripetrokimia
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
6. Pelatihan SDMindustri plastiktingkat dasar
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
7. Pelatihan SDMindustri plastiktingkat menengah
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
8. Pelatihan SDMindustri karettingkat dasar
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
9. Pelatihan SDMindustri karettingkat menengah
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
IV. Industri Kimia Orsanik10. Pelatihan
assesor industrikimia dasar
KementerianPerindustrian,
Kementerian
No.
II. Industri Resin Sintetik dan Bahan plastik
PRESIDENREPUBLIK IN DON ESIA
No.Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
I 1. PenyusunanSKKNI industrikimia dasar
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
V. Industri Pupuk
12. Pelatihan SDMindustri pupukorganik
KementerianPerindustrian
Kebijakan Pemanfaatan, penyediaan, dan penyaluran SDA
Pemetaan dan pengembangan potensi penyediaan bahanpetrokimia, kimia organik, dan propilan untuk memkebutuhan industri peirokimia berbasis migas batubara
I. Industri Petrokimia Hulu1. Fasilitasi
investor dalammelakukanEPC PetrokimiaTeluk Bintuni
KementerianPerindustrian,Kementerian BadanUsaha Milik Negara
2. Monitoring danevaluasipengelolaankawasanindustri diTeluk Bintuni
KementerianPerindustrian,Satuan Kerja KhususPelaksana KegiatanUsaha Hulu Minyakdan Gas,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral, KementerianKoordinator BidangPerekonomian,KementerianKeuangan
3. Monitoring .
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
-224-
Kebijakan danProgram Instansi Terkait
3. Monitoring danevaluasikecukupanbahan bakugas untukindustripetrokimia
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral, SatuanKerja KhususPelaksana KegiatanUsaha Hulu Minyakdan Gas Bumi
4. PenlrusunanMasterplanpembangunanindustripetrokimiaterpadu diMasela(Maluku)
KementerianPerindustrian,Pemerintah Daerah
5. PenyusunanMasterplanpembangunanindustripetrokimiaterpadu dengankilang minyakdi Bontang danT\rban
KementerianPerindustrian,Pemerintah Daerah
6. Pembangunanpabrikpetrokimiaberbasisgasifikasibatubara
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral, KementerianKeuangan
7. Pen5rusunanstudikelayakanindustripetrokimiaberbasis
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral,
coal.
2018
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
-225-
No.Kebijakan dan
Program
TahunPelaksanaan Instansi Terkait
2017 2018 20L9
coal basedmethane (CBM
Satuan Kerja KhususPelaksana KegiatanUsaha Hulu Minyakdan Gas Bumi
8. Pen5rusunanDED industripetrokimiaberbasis CBM
J-
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral, SatuanKerja KhususPelaksana KegiatanUsaha Hulu Minyakdan Gas Bumi
9. Tindak lanjuthasil studikelayakan danDDD industripetrokimiaberbasis CBM
J_
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral, SatuanKerja KhususPelaksana KegiatanUsaha Hulu Minyakdan Gas Bumi
10. PenSrusunanstudikelayakanindustripetrokimiaberbasis shalegas
,l-
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral, SatuanKerja KhususPelaksana KegiatanUsaha Hulu Minyakdan Gas Bumi
11. Pen5rusunanDED industripetrokimiaberbasis shalegas
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral,
Satuan
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
-226-
No. Kebijakan danProgram
TahunPelaksanaan Instansi Terkait
2017 2018 20L9
Satuan Kerja KhususPelaksana KegiatanUsaha Hulu Minyakdan Gas Bumi
2. Tindak lanjuthasil studikelayakan danDED industripetrokimiaberbasis shalegas
J_
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral, SatuanKerja KhususPelaksana KegiatanUsaha Hulu Minyakdan Gas Bumi
II. Industri Kimia Oreanik
3. Sosialisasi danimplementasikebijakanindustri kimiaorganikmendekatisumber bahanbaku
J_ J_ .r
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral, Satuan KerjaKhusus PelaksanaKegiatan Usaha HuluMinyak dan Gas Bumi
4. Menjaminkeberlangsunganpasokan bahanbaku untukindustri propelan
J_ J_ J_
KementerianPerindustrian
5. Monitoring rantaipasok industripropelan danmengadakanuorkshopteknologi
KementerianPerindustrian,Kementerian BadanUsaha Milik Negara,LembagaPenerbangan danAntariksa Nasional,
Badan
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
227 -
Kebijakan danProgram Instansi Terkait
Badan Pengkajiandan PenerapanTeknologi,KementerianPertahanan,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
16. Koordinasidengan instansiterkaitpemanfaatankondensat bagipengembanganindustri nasional
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral, PemerintahDaerah
17. Fasilitasipembangunanpabrik bahanbaku obatberbasis migas
KementerianPerindustrian
18. Operasionalisasipabrik bahanbaku obatberbasis migas
KementerianPerindustrian
19. Monitoring danimplementasikebijakantentangpenggunaanbatubarasebagai sumberbahan baku danenergi/utilitas
KementerianPerindustrian
c. Kebijakan
No.
201820L7
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
-228-
Kebijakan danProgram Instansi Terkait
Kebijakan Pengembangan dan pemanfaatan Teknologi Industri
teknologi pengembangan dan operasional
Pengembangan dan pemanfaatan teknologi pada indupetrokimia berbasis migas batubara dengan prioritas pi
I. Industri Petrokimia Hulu
1. Evaluasi danmonitorin g pilotplant propilenberbasis CPO
KementerianPerindustrian
2. Studipeningkatankapasitas pilotplant gasifikasibatubaramenjadi skalaindustri
KementerianPerindustrian
3. Studipeningkatankapasitas pilotplant sAngasmenjadi metanolmenjadi skalaindustri
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
4. Tindak lanjuthasil studipeningkatankapasitas pilotplant sAngasmenjadi metanolmenjadi skalaindustri
KementerianPerindustrian
5. Studi
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
- 229
Kebijakan danProgram Instansi Terkait
5. Studipeningkatankapasitas pilotplant metanol toolefin menjadiskala industri
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
6. Tindak lanjuthasil studipeningkatankapasitas pilotplant metanol toolefin menjadiskala industri
KementerianPerindustrian
7. Sosialisasi danimplementasikebijakanpenggunaankondensatsebagai bahanbaku industripetrokimia
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral
8. Implementasidan monitoringkebijakanpenggunaankondensatsebagai bahanbaku industripetrokimia
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral
II. Industri Kimia Oreanik
9. Pen5rusunankajian teknologiproduk kimiaorganik
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
IO. FGD
TahunPelaksanaan
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
230 -
No. Kebijakan danProgram Instansi Terkait
10. FGD dansosialisasi hasilkajian teknologidengan industrikimia organik
KementerianPerindustrian
1 1. Penyusunanstudi kelayakanpembangunanindustri kimiaorganik (BisfenolA, etilen glikol,dan propilenglikol)
KementerianPerindustrian
12. Promosiinvestasi untukmembangunindustri kimiaorganik (BisfenolA, etilen glikol,dan propilenglikol)
KementerianPerindustrian, BadanKoordinasiPenanaman Modal
13. Penyusunanstudi kelayakanpembangunanindustri kimiaorganik(akrilonitril,kaprolaktam,dan metil estersulfonat)
KementerianPerindustrian
14. Promosiinvestasi untukmembangunindustri kimiaorganik(akrilonitril,kaprolaktam,
KementerianPerindustrian, BadanKoordinasiPenanaman Modal
dan .
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
-23r-
Kebijakan danProgram Instansi Terkait
15. Penyusunankajian teknologiuntuk produkresin sintetikdan bahanplastik
KementerianPerindustrian
16. FGD dansosialisasi hasilkajian teknologidengan industriresin sintetikdan bahanplastik
KementerianPerindustrian
17. Pengoperasianpilot plantpolimer EOR
KementerianPerindustrian
18. Evaluasi pilotplant polimerEOR danpembuatanstudi kelayakanscale up pilotplant polimerEOR
KementerianPerindustrian
19. Pembangunandanpengoperasianpabrik polimerEOR
KementerianPerindustrian
IV. Industri
No.
III. Industri Resin Sintetik dan Bahan plastik
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
-232-
No. Kebijakan danProgram Instansi Terkait
20. Fasilitasievaluasi pflotplant gasifikasibatubara untukindustri pupuk
KementerianPerindustrian
21. Kajianpeningkatankapasitasgasifikasibatubara dariskala pilotmenjadi skalaindustri
KementerianPerindustrian
V. Industri Barane Kimia Lainnva
22. Kerjasamapenelitianpropelan ramahlingkungan
KementerianPerindustrian
23. Perumusan danpenetapankebdakanpemakaianteknologi danproduk dalamnegeri dalampembangunandanpengembanganindustripropelan
KementerianPerindustrian
d. Kebijakan
IV. Industri Pupuk
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
-233-
No.Kebijakan dan
Program
TahunPelaksanaan Instansi Terkait
2017 2018 2019
d. Kebijakan Pengembangan dan Pemanfaatan Kreativitas danInovasi
Pengembangan dan pemanfaatan kreativitas danpetrokimia berbasis migas batubara melaluicenter of exdlence (Co$ dan penguatan industri
inovasi industripengembanganpendukung
I. Industri Petrokimia
1. Pembuatan pilotplant indirectgasification daribiomassa di CoEpetrokimiaBanten
J-
KementerianPerindustrian
2. Pengoperasiandanpengembanganpitot plantindirectgasification daribiomassa di CoEpetrokimiaBanten
.t- J_
KementerianPerindustrian
3. Fasilitasioperasional CoEindustripetrokimiaBanten sebagaiPusatPengembangandan lnovasiTeknologi
"r .l- J_
KementerianPerindustrian
4. Fasilitasi hasilpengembangandan inovasiteknologi di CoEuntukditerapkan diindustripetrokimia
KementerianPerindustrian
5. Pengembangan
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
- 234
Kebijakan danProgram Instansi Terkait
5. Pengembanganhasil kajianteknologi prosesdan rekayasaproduk industripetrokimia
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
6. Implementasidan monitoringkebijakankerjasama huluhilir petrokimia
KementerianPerindustrian
7. Workshopteknologi di CoEpetrokimia(gasifikasibatubara)
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral
8. Pengembangankemitraanantara industridenganperguruan tinggidan lembagapenelitian danpengembangandalam rangkapengembanganteknologi dandiversifikasiproduk karetalam danturunannya
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi
Kebijakan Infrastruktur Industri
migas batubaenergi, insen
Integrasi kebij akan industri petrokimi; b".b"".i"dengan kebijakan nasional tentang kebutuhanindustri, dan penguatan infrastruktur
Industri
{D
No.
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
-235-
No. Kebijakan danProgram
TahunPelaksanaan Instansi Terkait
2017 2018 2079
Industri Petrokimia Hulu
Fasilitasipemenuhankebutuhanenergi untukindustri
KementerianPerindustrian
f. Kebijakan Lokasi
lntegrasi kebij akan pengembangan industri petrokimia berbasismigas batubara dengan potensi daerah
1. Banten KementerianPerindustrian,Pemerintah Daerah
2. Jawa Barat KementerianPerindustrian,Pemerintah Daerah
3. SumatraSelatan J_ J-
KementerianPerindustrian,Pemerintah Daerah
4. KalimantanTimur J- J- J_
KementerianPerindustrian,Pemerintah Daerah
5. KalimantanSelatan ./-
KementerianPerindustrian,Pemerintah Daerah
6. SulawesiTengah
^l- J_KementerianPerindustrian,Pemerintah Daerah
7. Maluku KementerianPerindustrian,Pemerintah Daerah
8. Papua Barat KementerianPerindustrian,Pemerintah Daerah
g. Kebijakan
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
-236-
No.Kebijakan dan
Program
TahunPelaksanaan Instansi Terkait
20L7 2018 2019
ob' Kebijakan Insentif Nonfi skal
Identifikasi, koordinasi, implementasi, dan evaluasi terkaitdengan insentif nonfiskal bagi industri petrokimia berbasismigas dan batubara.
I. Industri Pe.trokimia Hulu
1. Insentifpenggunaanbahan bakualternatif padaindustripetrokimia
J_
KementerianPerindustrian
2. Monitoring danevaluasikemitraanantara industridenganperguruantinggi, lembagapenelitian danpengembangandalam risetbahan bakualternatifindustripetrokimia
J_ J-
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
3. Implementasidan monitoringkebijakankerjasama hulu-hilir petrokimia
J_ J_
KementerianPerindustrian,KementerianPerdagangan
4. FasilitasipengoperasianTPPI Tuban J_
KementerianPerindustrian,Kementerian Energidan Sumber DayaMineral,
Kementerian
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
-237 -
No.Kebijakan dan
Program lnstansi Terkait
KementerianKeuangan,Kementerian BadanUsaha Milik Negara,Satuan Keda KhususPelaksana KegiatanUsaha Hulu Minyakdan Gas
5. Tindak lanjuthasil re-evaluasipengoperasianTPPI T\rban
KementerianPerindustrian
6. Monitoringoperasional TPPITuban
KementerianPerindustrian
7. Tindak lanjuthasil kajian awaluntukpengembanganindustriaromatik diCilacap
KementerianPerindustrian,Kementerian BadanUsaha Milik Negara
8. Monitoring dataindustripetrokimia
KementerianPerindustrian
9. Fasilitasipengembanganproduk aromatikdi Cilegon
KementerianPerindustrian
10. Fasilitasipengembanganproduk olefin
KementerianPerindustrian
1 1. Fasilitasipengembangan/perluasankapasitasproduksi pabrik
KementerianPerindustrian, BadanKoordinasiPenanaman Modal,Kementerian Energi
butadiene . .
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
-238-
No.Kebijakan dan
Program
TahunPelaksanaan Instansi Terkait
2017 20L8 20L9
butadiene danpabrik ethglberlzene danstyrene monomer
dan Sumber DayaMineral, KementerianKeuangan
II. Industri Kimia Orsanik12. Fasilitasi
pemasaranproduk kimiaorganikproduksi dalamnegeri
KementerianPerindustrian
13. Kajian produkdan teknologiindustri asamfosfat
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
14. Penyusunanstudi kelayakanindusri asamfosfat
,l-
KementerianPerindustrian
15. Promosiinvestasiindustri asamfosfat
J_
KementerianPerindustrian, BadanKoordinasiPenanaman Modal
16. Promosiinvestasi untukmembangunindustri kimiaorganik (akrilikdanpolikarbonat)
J_
KementerianPerindustrian, BadanKoordinasiPenanaman Modal
17. Promosiinvestasi untukmembangunindustri kimiaorganik (epoksiresin danpolivinil alkohol)
J_ J_
KementerianPerindustrian, BadanKoordinasiPenanaman Modal
III. Industri . .
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
-239-
No. Kebijakan danProgram Instansi Terkait
III. Industri Punuk18. Pembangunan
Hlot Plantindustri NPK
KementerianPerindustrian
19. Tindak lanjutdan evaluasipilot plantindustri NPK
KementerianPerindustrian
20. Fasilitasipenggantianpabrik pupukurea yangberusia di atas25 tahun(Kujang 1C)
KementerianPerindustrian,Kementerian BadanUsaha Milik Negara
21. Fasilitasipembangunanpabrik pupukurea di PapuaBarat
KementerianPerindustrian,Kementerian BadanUsaha Milik Negara
22. Sosialisasistrategipenurunankonsumsi gasbumi di industripupuk
KementerianPerindustrian
23. Fasilitasikerjasamaantara produsendenganpengguna resinsintetik danbahan plastik
KementerianPerindustrian
24. Fasilitasi
IV. Industri Resin Sintetik dan Bahan plastik
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
- 240
No.Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
24. Fasilitasipameran, temupelaku usaha,dan kerjasamaindustri resinsintetik danbahan plastik
KementerianPerindustrian
25. Penyusunanstudi kelayakanpembangunanindustri resinsintetik danbahan plastik(epoksi resindan polivinilalkohol)
KementerianPerindustrian
26. Menyusun SNIIndustri resinsintetik danbahan plastik
KementerianPerindustrian, BadanStandardisasiNasional
27. Fasilitasipengembanganteknologipembuatanengineeringrubber dari karetalam olehperguruan tinggidan lembagariset
KementerianPerindustrian,Kementerian RisetTeknologi danPendidikan Tinggi
28. Evaluasi insentifuntuk industristgrenebutadiene rubber(sBR)
KementerianPerindustrian,KementerianKeuangan
29. Promosi
iene Rubber
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
-241-
No.Kebijakan dan
Program
TahunPelaksanaan Instansi Terkait
20t7 20t8 2019
29. Promosiinvestasipembangunanindustri IR danABS
t- t- ,r
KementerianPerindustrian, BadanKoordinasiPenanaman Modal
30. Penyusunanstudi kelayakanpembangunanindustriethglenepropglene rubber(EPDM)
.t-
KementerianPerindustrian
31. Promosiinvestasipembangunanindustri EPDM
J_ .rKementerianPerindustrian, BadanKoordinasiPenanaman Modal
32. Penyusunanroadmapkerjasamaantara produsendan konsumenkaret sintetik
J- J_
KementerianPerindustrian
33. Pelaksanaanroadmap,monitoring sertaevaluasi
.t-
KementerianPerindustrian
VI. Industri Baranq Kimia Lainnva
34. Pembangunanindustripropelan
J_ J_
KementerianPerindustrian
h. Kebijakan Insentif Fiskal
(Diberikan sesuaiundangan)
dengan ketentuan peraturan perundang-
2. Pengembangan
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
-242-
2. Pengembangan Industri Kecil dan Industri Menengah
Pengembangan industri kecil dan industri menengah (lKM) ditujukanuntuk pengembangan pemasaran, peningkatan pertumbuhan danproduktivitas IKM dengan memanfaatkan intemetof things (Industry 4.0)melalui platform digital (e-smart IKM) dan sebagai pendukungpencapaian sasaran pembangunan 10 (sepuluh) industri prioritas.a. Sasaran
Pengembangan dan peningkatan produktivitas dan daya saing IKMdilakukan melalui penguatan kelembagaan dan penyediaan fasilitasdengan sasaran paling sedikit sebagai berikut:
l) Sasaran penguatan kelembagaan selama periode 2OL7 -2OLgmeliputi:
(a) penguatan kelembagaan sentra IKM existing;(b) revitalisasi dan pembangunan UPI;(c) penyediaan tenaga penyuluh lapangan; dan
(d) penyediaan konsultan IKM.
2) Penumbuhan wirausaha industri kecil dan industri menengahbanr.
3) Sasaran pemberian fasilitas kepada IKM selama periode 2017-2019 mencakup:
(a) peningkatan kompetensi pelaku usaha atau pekerja IKM;(b) bimbingan teknis bagi unit usaha IKM;
(c) bantuan dan/atau fasilitasi pengadaan bahan baku untukIKM;
(d) bantuan mesin dan peralatan kepada unit usaha IKM;(e) pengembangan produk IKM;
(0 bantuan pencegahan pencemaran lingkungan hidup IKM;(g) bantuan informasi pasar, promosi dan pameran IKM;(h) fasilitasi akses pembiayaan IKM;
(i) pembangunan sentra khusus IKM yang berpotensi mencemarilingkungan;
0) fasilitasi kernitraan IKM dengan industri besar;(k) fasilitasi pendaftaran HKI bagi IKM; dan
0) fasilitasi penerapan standar mutu IKM.
b. Kebijakan
*. r, J.Tnt t,',3o=)".
r, o
-243-
b. Kebijakan dan Program Operasional
Kebijakan dan program operasional pengembangan industri kecildan menengah industri (IKM) meliputi perumusan kebijakan danpenguatan kelembagaan, penumbuhan wirausaha baru, danpemberian fasilitas:
1) Perumusan Kebijakan dan Penguatan Kelembagaan
(a) Evaluasi dan revisi kebijakan yang menghambat danmengurangi daya saing industri kecil;
(b) Pembentukan kepengurusan, tata kerja organisasi dan forumsentra/UPT, bimbingan teknis dan manajerial, upgrading, dansertifikasi kompetensi bagi konsultan IKM;
(c) Fasilitasi kerjasama dengan lembaga pendidikan dan lembagapenelitian; dan
(d) Fasilitasi kerjasama IKM dengan kamar dagang dan industri,serta asosiasi profesi.
2) Penumbuhan Wirausaha Baru
(a) Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan, dan pemaganganuntuk menciptakan wirausaha baru; dan
(b) Fasilitasi penyelenggaraan inkubator bisnis bagi wirausahabaru.
3) Pemberian Fasilitas
(a) Penyediaan insentif kepada industri besar yang bermitradengan IKM dalam rantai nilai industrinya;
(b) Fasilitasi peningkatan akses IKM terhadap sumberpembiayaan melalui pembangunan dan penguatan jaringanIKM dengan sumber pembiayaan, subsidi bunga pinjaman,dan pendampingan dalam pemenuhan syarat untukmemperoleh kredit bank;
(c) Bimbingan teknis dan pendampingan Hak KekayaanIntelektual bagi IKM serta fasilitasi advokasi/ bantuan hukumbagi IKM terkait dengan perlindungan Hak KekayaanIntelektual;
(d) Penyediaan informasi pasar, desain/ penciptaan produdbranding limage) dengan bantuan tenaga ahli, dan promosiserta pemasaran di pasar domestik dan ekspor yang potensial;
(e) Fasilitasi pelaku usaha dan/atau tenaga kerja IKM untukmengikuti uji kompetensi berbasis SKKNI sesuai denganbidang kerja dan tugasnya;
(f) Pemagangan
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
-244-
(f) Pemagangan dan pendampingan manajemen usaha,penguasaan teknologi, proses produksi dan tata letakmesin/ peralatan, sistem mutu dan standar mutu, desainproduk, desain kemasan, dan/atau Hak KekayaanIntelektual;
(g) Bantuan kemudahan mendapatkan bahan baku dan bahanpenolong, pengenatan bahan baku/penolong alternatif,bantuan mesin dan peralatan, dukungan pembiayaan bagipengadaan mesin dan peralatan;
(h) Fasilitasi penelitian dan pengembangan produk, pembuatanpurwarupa @rototgpel produk, desain produk dan kemasan;
(i) Pemberian konsultansi, bimbingan, advokasi dalam rangkasertifikasi produk penggunaan tanda (SppT) SNI, spesifikasiteknis dan/atau pedoman tata cara, sertifikat standarproduk;
(,) Bantuan penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan(AMDAL), bimbingan dan penyediaan informasi penerapanproduksi ramah lingkungan, fasilitasi pembangunan fasilitaspengolahan limbah bersama dan/ atau sertifikasi industrihijau;
(k) Bantuan pemasaran melalui pembukaan akses kepadaIndustri (subkontrak), temu usaha dengan pasar modern,eksportir, dan pembeli dari luar negeri serta keikutsertaandalam pameran lokal, nasionai maupun internasional;
(l) Pembangunan kawasan industri khusus bagi IKM yangberpotensi mencemari lingkungan, dan relokisi IKM yangberpotensi mencemari lingkungan ke dalam kawasan industriyang sudah ada; serta
(m) Fasilitasi penyusunan proposal, kontrak, profil usaha,bantuan hukum/advokasi, dan pen5rusunan perjanjiankerjasama subkontrak.
VIII. PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN INDUSTRIPengembangan perwilayahan industri ditujukan untuk menumbuhkanpusat-pusat industri baru guna penyebaran dan pemerataan pembangunanindustri terutama ke luar pulau- Jawa melaiui p".rg"-b..rg., WeeI,pengembangan KpI, pembangunan kawasan industri,
".it" peng"embangandan pembangunan sentra IKM.
a. Sasaran
b.
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
-245-
Sasaran
Pengembangan perwilayahan industri periode 2ol7-2Tlg dilakukanuntuk meningkatan persebaran, pemerataan dan penataan usahaindustri ke seluruh nusantara yang tercermin pada peningkatanpertumbuhan sektor industri di luar Jawa sehingga pada tahun 2019penciptaan nilai tambah sektor industri di luar Jawa mencapai sekitar29,4o/o - 30,0% dari nilai tambah industri nasional.Kebijakan dan program operasional
Penyebaran dan pemerataan pembangunan industri ke seluruh wilayahNegara Kesatuan Republik Indonesia dilakukan meialui kebijakan ianprogram berikut:
l) Penetapan 10 (sepuluh) Wilayah pengembangan Industri (WpI) yangdilakukan melalui:
(a) pengelompokkan satu atau beberapa provinsi ke dalam satu Wpl;(b) pengelompokkan WPI menjadi Wpl maju, WpI berkembang, WpI
Potensial I dan WPI potensial II untuk pemberian insentifperpajakan.
2) Pengembangat 22 (dua puluh dua) Wilayah pusat pengembanganIndustri (WPPI) (Tabel 8. l) yang dilakukan melalui:(a) penetapan WPPI sebagai Kawasan Strategis Nasional;(b) pengintegrasian pengembangan WppI ke dalam Rencana
Pembangunan Industri provinsi/Kabupaten/Kota;
(c) penyusunan master plan dan rencana aksi pengembangan WppI;(d) penjaminan ketersediaan dan penyaluran sumber daya alam
untuk kelancaran distribusi dan kontinuitas pasokan;(e) pembangunan infrastruktur untuk mendukung Wppl dengan
menjamin ketersediaan infrastruktur industri seperti laf,anindustri, jaringan energi dan kelistrikan, jaringan telekomunikasi,jaringan sumberdaya air, fasilitas sanitasi, dan jaringantransportasi;
(f) pembangunan sarana dan prasarana pengembangan SDM sepertipusat pendidikan dan pelatihan industri;
(g) fasilitasi pembangunan SDM yang meliputi tenaga kerja industri,wirausaha industri dan konsultan industri;
(h) penyiapan kebutuhan. SDM dan teknologi untuk mendukungpusat-pusat pertumbuhan industri;
(i) pembangunan sarana dan prasarana pengembangan riset danteknologi;
fi) pembangunan
PRESIDENREPUBLIK IN DON ES IA
-246-
fi) pembangunan standardisasi industri melalui penyediaan,peningkatan dan pengembangan sarana dan prasaranalaboratorium pengujian standar industri;
(k) penguatan kerjasama antar WPPI melalui forum koordinasiPemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/ Kota terkaitWPPI;
(1) peningkatan promosi investasi industri untuk masuk dalamWPPI;
(m) pemberian fasilitas bagi investasi bidang industri yang masukdalam WPPI melalui perbedaaan perlakuan insentif pajak,perbedaan biaya listrik, perbedaan biaya logistik, pemberianfasilitas kepabeanan, pemberian fasilitas keimigrasian, dankemudahan perizinan; serta
(n) penguatan konektivitas antar WPPI.
3) Pengembangan KPI dengan mendorong industri setiapkabupaten/kota dibangun dalam KPI melalui:(a) penentuan kriteria teknis dalam penetapan Kpl dalam Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota;(b) reuiew pengembangan KPI: identifikasi lokasi Kpl pada tingkat
kecamatan dan memfasilitasi penyusunan Rencana Detail TataRuang;
(c) penjaminan pemanfaatan KPI; dan(d) penjaminan infrastruktur dalam mendukung pengembangan KpI
seperti jaringan energi, jaringan kelistrikan, jaringan sumberdaya air, dan jaringan transportasi.
4) Pembangunan kawasan industri dengan fokus pembangunan 14kawasan industri di luar Jawa (Tabel 8.2.) dengan rincian programsebagai berikut:(a) penyusunan rencana pembangunan kawasan industri:
identifikasi kelayakan lokasi kawasan industri, penyusunanmaster plan, rencana strategis dan Detailed Engineeing Design(DED) pembangunan kawasan industri;
(b) penyediaan lahan melalui pemanfaatan bank tanah (tand bankluntuk pembangunan kawasan industri;
(c) pembangunan infrastruktur industri untuk mendukung kawasanindustri seperti jaringan energi dan kelistrikan, jaringantelekomunikasi, jaringan surnber daya air dan jaminan p.rokanair baku, sanitasi, dan jaringan transportasi;
(d) pembangunan
Tabel 8.1. Daerah--Daerah yang Ditetapkan sebagai wppl sebagai LokusPengembangan Industri prioritas Nasional
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
-247 -
(d) pembangunan infrastruktur penunjang seperti perumahan,pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan,kesehatan, pemadam kebakaran, dan tempat pembuangansampah;
(e) pembangunan sarana dan prasarana pengembangan Riset,Teknologi dan Inovasi (RISTEKIN);
(f) peningkatan daya saing dan revitalisasi kawasan industri yangsudah beroperasi; dan
(g) pembentukan Badan Layanan Umum (BLU) untuk pengelolaankawasan industri yang diinisasi oleh pemerintah.
5) Pembangunan dan pengembangan sentra IKM dilakukan melaluikedasama Pemerintah pusat dengan pemerintah Kabupaten/Kotadengan tahapan sebagai berikut:a) pemetaan potensi pembangunan Sentra IKM;b) penyusunan rencana pembangunan Sentra IKM;c) pembentukan kelembagaan sentra IKM oleh pemerintah
Kabupaten /Kota;d) pengadaan tanah untuk pengembangan Sentra IKM oleh
Pemerintah Kabupaten/ Kota;
e) pembangunan infrastruktur untuk mendukung sentra IKM;
0 pembangunan Sentra IKM; dang) pembinaan dan pengembangan Sentra IKM.
Industri Prioritas Nasional
a. Industri Logam Dasar dan BahanGalian Bukan Logam
b.lndustri Hulu Agro
c. Industri PanganTelukBintuni
Papua Barat a.Industri Kimia Dasar BerbasisMigas dan Batubara
b.Industri Hulu Agro
c. Industri Pangan
3. Halmahera
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
-248-
NoLokasi
Kabupaten/Kota
Provinsi Industri Prioritas Nasional
3. HalmaheraTimur-HalmaheraTengah -PulauMorotai
Maluku Utara a. Industri Logam Dasar dan BahanGalian Bukan Logam
b. Industri Pangan
4. Bitung-Manado-Tomohon-Minahasa-MinahasaUtara
Sulawesi Utara a.lndustri Hulu Agro
b.Industri Pangan
D. Kendari-Konawe-KonaweUtara-KonaweSelatan-Kolaka-Morowali
SulawesiTenggara-SulawesiTengah
a.lndustri Logam Dasar dan BahanGalian Bukan Logam
b.Industri Hulu Agro
c. Industri Pangan
6. Palu-Donggala-ParigiMountong-Sigi
SulawesiTengah
a.lndustri Logam Oasir dan gahanGalian Bukan Logam
b.lndustri Hulu Agro
c. Industri Pangan
7. Makassar-Maros-Gowa- Takalar-Jeneponto-Bantaeng
SulawesiSelatan
a.Industri Logam Dasar dan Bahe.nGalian Bukan Logam
b.lndustri Hulu Agro
c. Industri Pangan
d.Industri Tekstil, Kulit, Alas Kakidan Aneka
8. Pontianak-Landak-Sanggau-Ketapang -Sambas-Bengkayang
KalimantanBarat
a. Industri Logam Dasar dan BahanGalian Bukan Logam
b.lndustri Hulu Agro
c. Industri Pangan
d. Industri
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
249 -
Industri Prioritas Nasional
d.lndustri Tekstil, Kulit, Alas Kaki
TanahBumbu-Kotabaru
KalimantanSelatan
a.Industri Logam Dasar dan BahanGalian Bukan Logam
b.lndustri Hulu Agro
c. Industri Pangan
Samarinda-Balikpapan-KutaiKertanegara-Bontang-Kutai Timur
KalimantanTimur
a.Industri Kimia Dasar BerbasisMigas dan Batubara
b.Industri Logam Dasar dan BahanGalian Bukan Logam
c. Industri Hulu Agro
d.lndustri Pangan
Tarakan-Nunukan
KalimantanUtara
a.Industri Kimia Dasar BerbasisMigas dan Batubara
b.Industri Logam Dasar dan BahanGalian Bukan Logam
c. Industri Hulu Agro
d.lndustri Pangan
BandaAceh- AcehBesar danPidie -Bireun-Lhokseumawe
a. Industri Kimia Dasar BerbasisMigas dan Batubara
b.Industri Hulu Agro
c. Industri Pangan
Medan-Binjai-DeliSerdang-SerdangBedagai -Karo-Simalungun-Batubara
Sumatera Utara a. Industri Logam Dasar dan BahanGalian Bukan Logam
b.Industri Hulu Agro
c. Industri Pangan
d.Industri Tekstil, Kulit, Alas Kakidan Aneka
14. Dumai .
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
-250-
NoIokasi
Kabupaten/Kota
Provinsi Industri Prioritas Nasional
t4. Dumai-Bengkalis-Siak
Riau a.Industri Kimia Dasar BerbasisMigas dan Batubara
b.lndustri Hulu Agro
c.lndustri Pangan
15. Batam-Bintan
Kepulauan Riau a. Industri Kimia Dasar BerbasisMigas dan Batubara
b. Industri Barang Modal, Komponen,Bahan Penolong dan Jasa Industri
c. Industri Elektronika danTelematika
d. Industri Alat Transportasi
16. Banyuasin -Muara Enim
SumateraSelatan
a. Industri Kimia Dasar BerbasisMigas dan Batubara
b.lndustri Hulu Agro
c. Industri Pangan
t7. LampungBarat-LampungTimur-LampungTengah-Tanggamus-LampungSelatan
Lampung a. Industri Alat Transportasi
b.lndustri Hulu Agro
c. Industri Pangan
18. Cirebon-Indrama5ru-Majalengka
Jawa Barat a.lndustri Kimia Dasar BerbasisMigas dan Batubara
b.lndustri Hulu Agro
c. Industri Pangan
d.Industri Tekstil, Kulit, Alas Kakidan Aneka
19. Kendal-Semarang-Demak
Jawa Tengah Industri Hulu AgroIndustri PanganIndustri Tekstil, Kulit, Alas Kakidan Aneka
4,
bc.
d. Industri
PRES IDENREPUBLIK INDONESIA
-251-
NoLokasi
Kabupaten/Kota
Provinsi Industri Prioritas Nasional
d. Industri Barang Modal, Komponen,Bahan Penolong dan Jasa Industri
e. Industri Elektronika danTelematika
f. Industri Alat Transportasi20. T\rban-
Lamongan-Gresik-Surabaya-Sidoado-Mojokerto-Bangkalan
Jawa Timur a.Industri Kimia Dasar BerbasisMigas dan Batubara
b.lndustri Hulu Agroc. Industri Pangand.lndustri Tekstil, Kulit, Alas Kaki
dan Anekae. Industri Barang Modal, Komponen,
Bahan Penolong dan Jasa Industrif. Industri Elektronika dan
Telematikag. Industri Alat Transportasi
21. Cilegon-Serang-Tangerang
Banten a. Industri Kimia Dasar BerbasisMigas dan Batubara
b.Industri Tekstil, Kulit, Alas Kakidan Aneka
c. Industri Barang Modal, Komponen,Bahan Penolong dan Jasa Industri
d.Industri Elektronika danTelematika
e. Industri Alat Transportasi22. Bogor-
Bekasi-Purwakarta-Subang-Karawang
Jawa Barat a.lndustri Panganb.lndustri Tekstil, Kulit, Alas Kaki
dan Anekac. Industri Barang Modal, Komponen,
Bahan Penolong dan Jasa Industrid.lndustri Elektronika dan
Telematikae. Industri Alat Transportasif. Industri Pembangkit Energi
Tabel. .
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
_252_
Tabel 8.2. Rencana Pembangunan Kawasan Industri dan KebutuhanLahan Tahun 2OLT-2OL9
No.
1. Teluk Bintuni, PapuaBarat
Industri Pupuk danPetrokimia
2.t12
2. Buli, HalmaheraTimur, Maluku Utara
Industri Ferronikel 300
3. Bitung, SulawesiUtara
Industri Agro danLogistik
534
4. Konawe, SulawesiTenggara
Industri Ferronikel 5.500
5. Morowali, SulawesiTengah
Industri Ferronikel 1.200
6. Palu, SulawesiTengah
Industri Rotan, Agro,dan IndustriLainnya
1.500
7. Bantaeng, SulawesiSelatan
Industri Ferronikel 3.000
8. Ketapang,Kalimantan Barat
lndustri Alumina 1.000
9. Mandor, Landak,Kalimantan Barat
Industri PengolahanKaret
336
10. Batulicin, TanahBumbu KalimantanSelatan
Industri Besi Baja 560
11. Jorong, Tanah LautKalimantan Selatan
Industri Besi Bajadan Industri Agro
6.370
t2. Tanggamus,Lampung
Industri Maritim 1.000
13. Kuala Tanjung, BatuBara Sumatera Utara
Industri Aluminium 1.000
L4. Sei Mangkei,SimalungunSumatera Utara
Industri PengolahanCPO
1.933.8
Selain . .
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
253 -
Selain pembangunan 14 kawasan industri diatas, selama 3 tahun kedepanakan dilakukan percepatan pembangunan 7 Kawasan Industri meliputiTanjung Buton (Riau), Dumai (Riau), Berau (Kalimantan Timur), TanahKuning (Kalimantan Utara), JIIPE-Gresik (Jawa Timur), Kendal (JawaTengah), dan Kawasan Industri Terpadu Wilmar-Serang (Banten) (Tabel8.3).
Tabel 8.3 Rencana Percepatan Pembangunan Kawasan Industri danKebutuhan Lahan Tahun 2Ol7-2O19
No,.
1. Kendal, Jawa Tengah 2.700
2. JIIPE, Gresik, Jawa Timur r.761
3. Kawasan Industri Terpadu Wilmar,Serang, Banten
r.748
4. Kawasan Industri Dumai, Riau 1.785
5. Kawasan Industri Tanjung Buton,Siak, Riau
5.503,62
6. Kawasan Industri dan PelabuhanInternasional (KIPI), Mangkupadi,Tanah Kuning, Kalimantan Utara
3.L45,28
7. Kawasan Industri Berau, KalimantanTimur
3.400
Ix. FASILITAS FISKAL DAN NONFISKAL
Dalam rangka mempercepat pembangunan Industri, Pemerintah Pusatdapat memberikan fasilitas industri berupa fasilitas fiskal dan fasilitasnonfiskal. Fasilitas fiskal adalah pemberian fasilitas melalui pendapatanatau pengeluaran negara berupa insentif bea masuk, pajak, sertapemberian subsidi. Fasilitas nonfiskal adalah seluruh fasilitas yangdiberikan pemerintah yang tidak terkait secara langsung denganpengeluaran dan pendapatan negara. Termasuk ke dalam fasilitas nonfiskaladalah kemudahan perizinan, prioritas pelayanan, dan perlindungandengan mekanisme non tarif.
Memperhatikan . . .
PRESIDENREPUBLIK INDONESIA
-254-
[.11._.3,tt:_ta_ntangan yang dihadapi dan sasaran yang akan dicapai5e __gepan, pembangunan industri nasional memerluka-n penyediaanfasilitas fiskal dan nonfiskal rebih efektif, aengan cakupan semakin luasdan
,besaran semakin meningkat dan pro-sedu. pi*..ri"ut.., --
t"urtseoerhana.
a. Sasaran
secara umum, penyediaan fasilitas liskar dan nonfiskal dilakukandengan tujuan mempercepat pembangunan industri. penyediaanfasilitas fiskal dan nonfiskal dilakukan de.-ngan sasaran antara lain:(1) Meningkatnya penanaman modal untuk memperoleh dan
meningkatkan nilai tambah sebesar_besarnya atas pemanfaatansumber daya nasionar daram rangka pendaraman struLtur i"ausiridan peningkatan daya saing ilnduitrii
(2) Meningkatnya penelitian dan pengembangan teknologi industri danproduk;
(3) Tumbuh dan berkem-bangnya industri yang berada di wilayahperbatasan atau daerah tertinggal;
(4) Meningkatnya penggunaan barang dan/atau jasa dalam negeri;(5) Meningkatnya kualitas sumber daya manusia di bidang industri;(6) Meningkatnya ekspor produk-produk industri;(7) Semakin banyaknya industri kecil dan industri menengah yang
menerapkan SNI, spesifikasi teknis, dan/atau pedoman iut" tu.uyang diberlakukan secara wajib;(8) semalin ootimarnya pemanfaatan sumber daya alam secara efisien,
ramah lingkungan, dan berkelanjutan;(9) Terwujudnya industri Hijau;
(lO)Meningkatnya penggunaan produk Industri kecil sebagai komponendalam proses produksi; dan
( 1 1) Meningkatnya daya saing industri tertentu.
b. Kebijakan dan program
Fasilitas fiskal dapat diberikan dalam bentuk skema berikut:(l) penangguhan atau pembebasan bea masuk;(2) tidak dipungut atau pembebasan ppN;
(3) pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan Badan;
(4) Kompensasi .
*.", J.Tntt,',?5|* u'o
-255-
(4) Kompensasi. kerugian bagi . pembangunan industri hulu yangberstatus industri stratigis yang dalam pembangurannyi
mengalami risiko goncangan eksternal;(5) Bantuan pembiayaan pembelian mesin dan peralatan dalam rangka
rangka revitalisasi industri tertentu, bantuan mesin dan pe.^UL.dan subsidi bunga pinjaman khususnya bagi IKM;
(6) Subsidi harga energi, harga bahan baku atau bahan penolong;(7) Pengenaan tarif tertentu atas pemanfaatan fasilitas yang disediakan
dan/atau diselenggarakan pimerintah (sewa lahan/lJkasi usahapada kawasan industri, pemasaran, pendidikan dan pelatihan SDM,teknologi, dan lain-lain)
Fasilitas nonfiskal diberikan daram bentuk kebijakan dan programberikut:
(1) pelatihan peningkatan pengetahuan dan keterampilan sumber dayamanusia industri;
(2) sertifikasi kompetensi profesi bagi sumber daya manusia industri;(3) pelimpahan hak produksi atas suatu teknologi yang lisensi patennya
telah dipegang oleh pemerintah pusat dan/a6u pemerintah Daera"h;(4) pembinaan keamanan dan pengamanan kegiatan operasional sektorIndustri guna keberlangsungan atau kelancaran kegiatan logistik
serta produksi bagi perusahaan industri atau perusahaan kawrasanindustri tertentu yang merupakan obyek vital nasional;
(5) sertifikasi produk dan/atau standar teknis bagi perusahaan Industriskala kecil dan menengah;
(6) pembangunan prasarana fisik bagi perusahaan industri skala kecildan menengah serta perusahaan kawas"n industri yarrg Ueraaa Jiwilayah perbatasan atau daerah tertinggal; serta
(7) penyediaan bantuan promosi hasil produksi bagi perusahaanindustri atau promosi penggunaan lokasi bagi pe.usihaan kawasanindustri.
Peningkatan cakupancakupan dan intensitaskepada sektor industriprogram berikut:(l) Peningkatan
industri;
dan besaran fasilitas fiskal dan perluasanfasilitas nonfiskal yang disediakan pimerintahdilakukan melalui pelaksanaan kebijakan dan
(2) Pemberian fasilitas fiskal - bagi industri prioritas yang memenuhipersyaratan tertentu
. (industri hijau, R&D dan- pe"ngemUa"ga"
teknologi yang dipatenk.r,, p..rggrri.an inpul toUf 7 f i<fray] s;;:*-
anggaran pemerintah untuk pembangunan sektor
(3) Sinkronisasi .
PRES I DENREPUBLIK INDONESIA
-256-
(3) Sinkronisasi kebijakan antar kementerian dan lembaga pemerintahdan pemerintah daerah, terutama berkaitan dengan peruntukanlahan, pembangunan sarana dan prasarana fisik, pendidikan,pelatihan dan sertifikasi SDM, pembiayaan, dan keamanan usaha.
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd
JOKO WIDODO
Salinan sesuai dengan aslinya
KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARAREPUBLIK INDONESIA
Asisten Deputi Bidang Perekonomian,Hukum dan Perundang-undangan,
-/Pfilu..r.r. DjamanI
l\kn