sebaran temporal parameter kimia dan fisika perairan

11
Copyright @ 2019, Jurnal Riset Akuakultur, p-ISSN 1907-6754; e-ISSN 2502-6534 17 Jurnal Riset Akuakultur, 14 (1), 2019, 17-27 # Korespondensi: Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan. Jl. Br. Gondol Kec. Gerokgak Kab. Buleleng, Kotak Pos 140, Singaraja 81101, Bali, Indonesia. Tel. + 62 362 92278 E-mail: [email protected] Tersedia online di: http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/jra SEBARAN TEMPORAL PARAMETER KIMIA DAN FISIKA PERAIRAN PANTAI YANG BERDEKATAN DENGAN BEBERAPA LOKASI BUDIDAYA LAUT DI BALI UTARA Afifah Nasukha # , Reagan Septory, Sudewi, Ananto Setiadi, dan Ketut Mahardika *) Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan Jl. Br. Gondol Ds. Penyabangan Kec. Gerokgak Kab. Buleleng, Kotak Pos 140, Singaraja, Bali 81155 (Naskah diterima: 25 Maret 2019; Revisi final: 21 Mei 2019; Disetujui publikasi: 14 Juni 2019) ABSTRAK Air limbah budidaya diketahui mengandung berbagai senyawa organik dan anorganik yang dapat memberikan pengaruh langsung terhadap penurunan kualitas perairan di sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran nilai amonia secara temporal sebagai dampak aktivitas budidaya di wilayah Bali Utara. Kegiatan pengambilan sampel air dilakukan per bulan dari Februari hingga November 2018 di empat lokasi perairan, yakni dua lokasi buangan air hatcheri (Desa Gerokgak, Desa Penyabangan), satu perairan lokasi budidaya pembesaran (Teluk Kaping di Desa Sumberkima), dan satu lokasi kontrol (Desa Pemuteran). Dari setiap lokasi dipilih daerah budidaya terpadat di darat dan ditentukan tiga titik sampling di perairan dengan jarak 50 m, 100 m, dan 300 m dari bibir pantai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa amonia pada ketiga lokasi budidaya terlihat pada besaran yang relatif sama (0,1-1,9 mg/L), sedangkan kontrol terlihat mempunyai nilai yang cenderung sedikit lebih rendah (< 0,01-1,8 mg/L). Amonia berada pada kisaran yang cukup tinggi (> 0,5 mg/L) pada bulan Februari hingga April 2018 di keempat lokasi sampling. Tren nilai amonia yang relatif tidak berbeda di antara titik sampling (50 m, 100 m, dan 300 m) mengindikasikan bahwa kualitas air di perairan Bali Utara cukup merata, dengan input N dan cenderung tinggi dan cukup konsisten hingga jarak 300 m dari bibir pantai. KATA KUNCI: kualitas air; limbah budidaya laut; perairan Bali Utara; sebaran amonia ABSTRACTS: Temporal distribution of chemical and physical parameters of water quality in coastal waters adjacent to different mariculture sites, Northern Bali. By: Afifah Nasukha, Reagan Septory, Sudewi, Ananto Setiadi, and Ketut Mahardika Aquaculture wastewater contains organic and inorganic materials which, in many cases, contribute directly in the degradation of water quality of the neighboring area. This study aimed to determine the temporal distribution of chemical and physical parameters of water quality in Northern Bali coastal waters adjacent to mariculture sites with emphasize in ammonia distribution. Water samplings were carried out from February to November 2018 in three locations near three mariculture sites (Gerokgak, Penyabangan, Kaping Bay) and one control location (Pemuteran). The densest mariculture activity in the three sites was selected as the sampling area in which three sampling locations were determined at a distance of 50 m, 100 m, and 300 m perpendicularly from the sites. The results showed that ammonia levels in waters adjacent to the three mariculture sites have relatively similar variation between 0.1 and 1.9 ppm. However, the control area has lower ammonia levels (between 0.01 and 1.8 ppm). The level of ammonia concentration increased considerably from February to April in all sampling stations reaching more than 5 ppm which is above the maximum threshold for mariculture activity. The other parameters (DO, pH, salinity, and TSS) were found to be consistent and within the standard required for mariculture activity. This study recommends that reduced stocking density, stocking time outside of the months when ammonia content is high, and improvement of mariculture waste treatment could effectively improve water quality and subsequently increase fish production in the area. KEYWORDS: water quality; wastewater marine culture; North Bali water; ammonia distribution

Upload: others

Post on 24-Oct-2021

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SEBARAN TEMPORAL PARAMETER KIMIA DAN FISIKA PERAIRAN

Copyright @ 2019, Jurnal Riset Akuakultur, p-ISSN 1907-6754; e-ISSN 2502-6534 17

Jurnal Riset Akuakultur, 14 (1), 2019, 17-27

# Korespondensi: Balai Besar Riset Budidaya Laut danPenyuluhan Perikanan. Jl. Br. Gondol Kec. GerokgakKab. Buleleng, Kotak Pos 140, Singaraja 81101, Bali, Indonesia.Tel. + 62 362 92278E-mail: [email protected]

Tersedia online di: http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/jra

SEBARAN TEMPORAL PARAMETER KIMIA DAN FISIKAPERAIRAN PANTAI YANG BERDEKATAN DENGAN BEBERAPA LOKASI BUDIDAYA LAUT

DI BALI UTARA

Afifah Nasukha#, Reagan Septory, Sudewi, Ananto Setiadi, dan Ketut Mahardika

*) Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan PerikananJl. Br. Gondol Ds. Penyabangan Kec. Gerokgak Kab. Buleleng, Kotak Pos 140, Singaraja, Bali 81155

(Naskah diterima: 25 Maret 2019; Revisi final: 21 Mei 2019; Disetujui publikasi: 14 Juni 2019)

ABSTRAK

Air limbah budidaya diketahui mengandung berbagai senyawa organik dan anorganik yang dapatmemberikan pengaruh langsung terhadap penurunan kualitas perairan di sekitarnya. Penelitian ini bertujuanuntuk mengetahui sebaran nilai amonia secara temporal sebagai dampak aktivitas budidaya di wilayah BaliUtara. Kegiatan pengambilan sampel air dilakukan per bulan dari Februari hingga November 2018 diempat lokasi perairan, yakni dua lokasi buangan air hatcheri (Desa Gerokgak, Desa Penyabangan), satuperairan lokasi budidaya pembesaran (Teluk Kaping di Desa Sumberkima), dan satu lokasi kontrol (DesaPemuteran). Dari setiap lokasi dipilih daerah budidaya terpadat di darat dan ditentukan tiga titik samplingdi perairan dengan jarak 50 m, 100 m, dan 300 m dari bibir pantai. Hasil penelitian menunjukkan bahwaamonia pada ketiga lokasi budidaya terlihat pada besaran yang relatif sama (0,1-1,9 mg/L), sedangkankontrol terlihat mempunyai nilai yang cenderung sedikit lebih rendah (< 0,01-1,8 mg/L). Amonia beradapada kisaran yang cukup tinggi (> 0,5 mg/L) pada bulan Februari hingga April 2018 di keempat lokasisampling. Tren nilai amonia yang relatif tidak berbeda di antara titik sampling (50 m, 100 m, dan 300 m)mengindikasikan bahwa kualitas air di perairan Bali Utara cukup merata, dengan input N dan cenderungtinggi dan cukup konsisten hingga jarak 300 m dari bibir pantai.

KATA KUNCI: kualitas air; limbah budidaya laut; perairan Bali Utara; sebaran amonia

ABSTRACTS: Temporal distribution of chemical and physical parameters of water quality in coastal watersadjacent to different mariculture sites, Northern Bali. By: Afifah Nasukha, Reagan Septory, Sudewi,Ananto Setiadi, and Ketut Mahardika

Aquaculture wastewater contains organic and inorganic materials which, in many cases, contribute directly in thedegradation of water quality of the neighboring area. This study aimed to determine the temporal distribution ofchemical and physical parameters of water quality in Northern Bali coastal waters adjacent to mariculture sites withemphasize in ammonia distribution. Water samplings were carried out from February to November 2018 in threelocations near three mariculture sites (Gerokgak, Penyabangan, Kaping Bay) and one control location (Pemuteran).The densest mariculture activity in the three sites was selected as the sampling area in which three sampling locationswere determined at a distance of 50 m, 100 m, and 300 m perpendicularly from the sites. The results showed thatammonia levels in waters adjacent to the three mariculture sites have relatively similar variation between 0.1 and 1.9ppm. However, the control area has lower ammonia levels (between 0.01 and 1.8 ppm). The level of ammoniaconcentration increased considerably from February to April in all sampling stations reaching more than 5 ppm whichis above the maximum threshold for mariculture activity. The other parameters (DO, pH, salinity, and TSS) were foundto be consistent and within the standard required for mariculture activity. This study recommends that reduced stockingdensity, stocking time outside of the months when ammonia content is high, and improvement of mariculture wastetreatment could effectively improve water quality and subsequently increase fish production in the area.

KEYWORDS: water quality; wastewater marine culture; North Bali water; ammonia distribution

Page 2: SEBARAN TEMPORAL PARAMETER KIMIA DAN FISIKA PERAIRAN

18 Copyright @ 2019, Jurnal Riset Akuakultur, p-ISSN 1907-6754; e-ISSN 2502-6534

Kajian sebaran temporal amonia dan kualitas fisika perairan ..... (Afifah Nasukha)

PENDAHULUAN

Kawasan pantai utara Pulau Bali, khususnya diKecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng, dikenalsebagai salah satu sentra budidaya laut terbesar diIndonesia. Komoditas utama budidaya yangdikembangkan yakni ikan kerapu dan kakap, dengannilai produksi di tahun 2016 berkisar 190,5 ton untukbenih kerapu; 47 ton untuk kerapu pembesaran; dan652,6 ton untuk kakap ukuran konsumsi (DinasPerikanan dan Kelautan Kabupaten Buleleng, 2017).Secara umum, luas lahan potensial untuk budidaya lautdi Buleleng diperkirakan mencapai ± 1.050 ha, namunbaru termanfaatkan untuk budidaya seluas 151,15 ha(14,39%); sehingga peningkatan kapasitas produksibudidaya masih potensial untuk dikembangkan. Namundemikian, peningkatan volume produksi budidaya lautberdampak secara langsung pada potensi eksploitasisumber daya air input sekaligus kenaikan volume airlimbah sisa kegiatan budidaya.

Air limbah budidaya mengandung material organikdan anorganik yang dihasilkan dari sisa pakan,metabolit, dan eksresi ikan budidaya, serta residupenggunaan bahan kimia seperti pupuk, obat, dandesinfektan (Caroll et al., 2003; Zhou et al., 2015).Salah satu material yang ditenggarai paling berbahayadari limbah budidaya adalah amonia nitrogen (NH

3-N)

(Handy & Poxton, 1993). Kadar ammonia tertentu padaair budidaya dapat menyebabkan efek stres dan toksikuntuk ikan (Samocha et al., 2004). Sedangkan diperairan, pelepasan unsur nitrogen dari amonia akanmengakibatkan pengingkatan dan akumulasi kadarsenyawa anorganik terlarut (nitrit NO

2-N dan nitrat

NO3-N). Secara konsisten, hal ini memicu eutrofikasi

perairan, potensi blooming plankton, menjadi pemicuracun bagi sebagian organisme akuatik, hinggameningkatkan prevalensi patogen dan penyakit ikantertentu di perairan tersebut (Boyd, 2003; Costanzoet al., 2004; Samocha et al., 2004).

Beberapa penelitian telah dilakukan untukmenginvestigasi kualitas air di kawasan perairan BaliUtara, di antaranya: analisis limbah kegiatanpembenihan di Gerokgak (Ismi et al., 2012); analisisbahan organik di Teluk Pegametan (Nasukha et al.,2018) dan dampak budidaya laut terhadap komunitasorganisme perairan di Teluk Kaping (Slamet et al.,2012). Akan tetapi, penelitian tersebut masihmenyisakan beberapa gap, yakni: pelaksanaanpenelitian yang masih terpisah di beberapa lokasi danpada waktu yang berbeda; belum diketahuinyaperubahan persebaran dan kadar kualitas air dari in-land budidaya ke perairan laut setempat; dan belumterlihat hubungan antara adanya masukan limbahbudidaya terhadap perubahan kualitas air secara tem-poral.

Tujuan penelitian ini adalah mengukur kandunganamonia dan kualitas air perairan di Bali Utara,mendeteksi sebaran lokasinya, serta mengidentifikasiperubahan parameter-parameter kualitas air tersebutsecara temporal pada tahun 2018. Hasil penelitian inidiharapkan dapat sebagai informasi terbaru mengenaikondisi perairan Bali Utara dan menjadi data dasardalam pengendalian pencemaran dan pengelolaanperairan demi mendukung kegiatan budidaya yang lebihbertanggung jawab terhadap lingkungan perairansekitar.

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlangsung setiap bulan di perairanlaut Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng ProvinsiBali dari bulan Februari hingga November tahun 2018.Survei lokasi yang dilakukan di bulan Januari 2018untuk menentukan lokasi titik sampling. Tiga kawasandengan aktivitas budidaya terpadat dan satu lokasikontrol terpilih untuk penelitian ini, dengankarakterisasi dan pertimbangan sebagai berikut:

1. Stasiun-1, terletak di perairan Desa Gerokgak.Daerah ini merupakan kawasan aktivitaspembenihan ikan laut dengan 61 usaha budidayabandeng, kerapu, dan udang (Dinas Kelautan danPerikanan Kabupaten Buleleng, 2017).

2. Stasiun-2, terletak di perairan Desa Penyabangan.Daerah ini mempunyai aktivitas budidaya terpadatdi Bali Utara, dengan jumlah panti pembenihansebanyak 142 usaha untuk budidaya ikan bandengdan kerapu (Dinas Kelautan dan PerikananKabupaten Buleleng, 2017).

3. Stasiun-3, terletak di perairan Teluk Kaping di DesaSumberkima dengan luasan 595 ha (Hanafi et al.,2006); sebagai daerah sentra pembesaran ikan airlaut (metode keramba jaring apung/KJA) dengankomoditas utama budidaya ikan kerapu dan kakap.Total KJA kini mencapai 860 unit tersebar hampirdi seluruh teluk.

4. Stasiun-4, yang terletak di perairan DesaPemuteran, dipilih sebagai daerah kontrol karenabukan merupakan kawasan budidaya, sertamerupakan kawasan terumbu karang danekowisata laut yang dilindungi.

Penentuan Titik Sampling

Penentuan titik koordinat sampling dilakukandengan menggunaan alat Global Positioning System (GPSGarmin 680). Kawasan perairan Stasiun-1 dan Stasiun-2 merupakan daerah laut terbuka, sehinggapengambilan sampling dilakukan pada titik perairansejauh 50 m, 100 m, dan 300 m dari bibir pantai yang

Page 3: SEBARAN TEMPORAL PARAMETER KIMIA DAN FISIKA PERAIRAN

Copyright @ 2019, Jurnal Riset Akuakultur, p-ISSN 1907-6754; e-ISSN 2502-6534 19

Jurnal Riset Akuakultur, 14 (1), 2019, 17-27

terdapat kegiatan budidaya inland terpadat (Gambar1). Pemilihan koordinat sampling perairan sejauh 50m didasarkan pada estimasi letak outlet yang dimilikioleh sebagian besar panti pembenihan, sehinggadiduga sebagai lokasi utama terdampak dari adanyabuangan limbah budidaya. Pemilihan koordinat sam-pling sejauh 100 m dilakukan dengan pertimbangansebagai lokasi inlet dari sebagian besar pantiperbenihan, yang nantinya mampu memberikaninformasi mengenai kondisi kualitas air yang akandigunakan dalam proses pembenihan atau budaya lautdi kawasan tersebut. Koordinat 300 m ditambahkanmulai bulan Mei untuk memperluas area deteksisebaran dampak air limbah budidaya.

Stasiun-3 merupakan daerah teluk dengan kondisiaktual pasang surut sebanyak dua kali dalam sehari(semidiurnal) dan fluktuasi air harian rata-rata tidaklebih dari 1 m (Sutarmat et al., 2014). Pada stasiun inidipilih tiga titik koordinat sampling yang beradasekitar 20 m dari tiga KJA yang sedang beroperasi.

Stasiun-4 hanya mempunyai satu titik koordinat sam-pling, yakni pada titik sejauh ± 100 m dari bibir pantai.Perairan ini mempunyai kondisi perairan kawasanterumbu karang yang diduga tidak mempunyai inputpotensi pencemaran dari limbah budidaya (Stasiun-4).

Pengamatan Kualitas Air

Pengambilan sampel dilakukan sebanyak tiga kaliuntuk masing-masing titik koordinat. Parameterutama untuk deteksi dampak limbah budidaya perairanadalah pengujian amonia. Parameter penunjang terdiriatas: 1) faktor fisika air, yakni suhu, oksigen terlarut,pH, salinitas, total suspended solids (TSS); dan 2) faktorkondisi lokasi seperti kedalaman, kekeruhan,intensitas cahaya yang dicatat selama pelaksanaan sam-pling. Pengujian beberapa parameter tersebutdilakukan dengan metode sebagaimana pada Tabel 1.Pengambilan sampel air untuk analisis amoniadilakukan langsung saat pelaksanaan sampling. Sampel

Gambar 1. Lokasi stasiun sampling di perairan pantai utara Bali; 1) Desa Gerokgak, 2) Desa Penyabangan,3) Teluk Kaping (Desa Sumberkima), 4) Desa Pemuteran.

Figure 1. Selected sampling stations in North Bali coastal water; 1) Gerokgak, 2) Penyabangan, 3) Kaping Bay,4) Pemuteran (as control).

Sumber (Source): Google earth (2018)

Page 4: SEBARAN TEMPORAL PARAMETER KIMIA DAN FISIKA PERAIRAN

20 Copyright @ 2019, Jurnal Riset Akuakultur, p-ISSN 1907-6754; e-ISSN 2502-6534

Kajian sebaran temporal amonia dan kualitas fisika perairan ..... (Afifah Nasukha)

air disimpan ke dalam botol tertutup dan dalamkondisi dingin di coolbox. Sampel selanjutnya dianalisisdi Laboratorium Kimia, Balai Besar Budidaya Laut danPenyuluhan Perikanan, sebagaimana tertera padaTabel 1.

Analisis Data

Data yang diperoleh melalui kegiatan samplingsetiap bulan ditabulasi dan dipresentasikan dalambentuk tabel dan diagram. Hasil yang didapatkan dibandingkan berdasarkan kriteria nilai standar bakumutu menurut beberapa referensi untuk budidaya ikanlaut. Data dibahas secara deskriptif mengenai kondisiperairan dan berbagai perubahan yang terjadi di lokasipelaksanaan sampling.

HASIL DAN BAHASAN

Parameter utama amonia menunjukkan modelperubahan nilai yang relatif sama di ketiga perairanterdampak air limbah budidaya. Di Gerokgak danPenyabangan, nilai amonia mempunyai kisaran yangcukup tinggi (1,23 ± 0,05 dan 1,87 ± 0,10 mg/L) padatiga bulan awal (Februari, Maret, April), lalu mengalamipenurunan nilai (< 0,01 ± 0,005 dan 0,5 ± 0,21 mg/L) hingga bulan Agustus, dan sedikit meningkat padabulan September hingga akhir tahun (Gambar 2). Padaperairan Gerokgak dan Penyabangan di titik sampling50 m, 100 m, dan 300 m, besaran amonia terlihatmempunyai nilai yang tidak berbeda. Hal inimengindikasikan bahwa paparan N organik terjadisecara merata dan konsisten dari titik di manaterdapat pipa buangan limbah (± 50 m) hingga perairansejauh 300 m di kedua perairan.

Gerokgak dan Penyabangan merupakan lokasi pusat

pembenihan bandeng dan kerapu di Bali Utara. Industribudidaya yang telah berlangsung selama lebih dari 30tahun diduga menjadi penyebab diperolehnyakonsistensi nilai amonia yang berada di atas standarbaku untuk budidaya air laut oleh FAO (1989) (< 0,5mg/L), maupun menurut Kep.Men. LH No. 51 Tahun2004 untuk biota laut (< 0,3 mg/L). Dilaporkan olehIsmi et al. (2012) bahwa minimal 50% volume airbudidaya (sekitar 21.200 m3) secara konsisten dialirkandari panti pembenihan di kedua perairan tersebutsetiap harinya. Konsekuensinya terhadap perairanadalah tingginya kadar parameter air laut (salinitas,BOD

5, nitrat, dan fosfat) dan indeks diversitas

organisme perairan yang berada dalam kategori rendahhingga sedang (Ismi et al., 2012; Slamet et al., 2012).

Di Teluk Kaping, kadar amonia terlihat mempunyaibesaran yang cenderung lebih tinggi (0,07 ± 0,05hingga 1,87 ± 0,12 mg/L) apabila dibandingkanGerokgak dan Penyabangan (Gambar 2). Kondisiperairan yang tertutup dan dengan kondisi kegiatanbudidaya yang padat (830 petak KJA per luasan 595ha) diduga menjadi pemicu jenuhnya kadar bahanorganik di perairan. Penelitian Sutarmat et al. (2014)mengenai beban limbah KJA di Teluk Pegametanmengidentifikasi bahwa kandungan N dan P pakan yangterserap di karkas ikan (31% TN dan 15% TP) jauh lebihkecil dibandingkan jumlah yang hilang ke perairan (69%TN dan 85% TP). Dengan demikian, apabila nilaikandungan N dan P pada pakan komersial sebesar9,14% dan 1,54% maka diestimasikan bahwa dari setiap1 kg pakan ikan kerapu yang diberikan, akan terbuangsekitar 0,063 kg TN dan 0,013 kg TP ke perairansekelilingnya. Howarth & Marino (2006) menambahkanbahwa unsur nitrogen merupakan unsur utama danpaling berpengaruh dalam meningkatkan pengkayaan

Tabel 1. Daftar parameter kualitas air dan metode pengujian yang dilakukan dalam kegiatan samplingpenelitian

Table 1. Parameters and measurement methods of water quality used in the study

PengujianTesting

Metode pengukuranMeasurement method

Amonia (Ammonia ) (NH3)Analisis laboratorium, Metode Nessler, adaptasi ASTM Manual of Water and Environmental Technology, HANNA HI 96733 Amonia Photometer

Suhu permukaan laut (Sea surface temperature /SST) Metode Real time, Logger HOBO Onset base U4

Total Suspended Solid (TSS) Analisais laboratorium, Metode gravimetric (APHA, 2005)

Oksigen terlarut (Dissolved oxygen ) In situ, DO meter LUTRON DO-5510 HA

pH In situ, pH meter HANNA HI 910807

Salinitas (Salinity ) In situ , Refraktometer merk OTAGO

Kekeruhan (Turbidity ) In situ, Turbidity meter LUTRON TU-2016

Kedalaman (Depth ) In situ, Depth Sounder, SPEEDTECH SM5 Depthmate Portable

Intensitas cahaya (Light intensity ) In situ, Lux meter, merk Lutron LX1330

Page 5: SEBARAN TEMPORAL PARAMETER KIMIA DAN FISIKA PERAIRAN

Copyright @ 2019, Jurnal Riset Akuakultur, p-ISSN 1907-6754; e-ISSN 2502-6534 21

Jurnal Riset Akuakultur, 14 (1), 2019, 17-27

Gambar 2. Tren kadar amonia selama bulan Februari hingga November 2018 di keempat stasiun sampling;Gerokgak (A), Penyabangan (B), Teluk Kaping (C), dan Pemuteran (D).

Figure 2. Variations of ammonia values from February to November 2018 in four sampling sites: Gerokgak (A),Penyabangan (B), Kaping Bay (C), and Pemuteran (D).

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

Febr

uari

Mar

et

Apri

l

Mei

Juni Juli

Agus

tus

Sept

embe

r

Oct

ober

Nov

embe

rAmm

onia

(Am

mon

ium

) (m

g/L)

Bulan (Months)

50 100 300

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

Febr

uari

Mar

et

Apri

l

Mei

Juni Juli

Agus

tus

Sept

embe

r

Oct

ober

Nov

embe

r

Amm

onia

(Am

mon

ium

) (m

g/L)

Bulan (Months)

50 100 300

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

Febr

uari

Mar

et

Apri

l

Mei

Juni Juli

Agus

tus

Sept

embe

r

Oct

ober

Nov

embe

rAmm

onia

(Am

mon

ium

) (m

g/L)

Bulan (Months)

1 2 3

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

Febr

uari

Mar

et

Apri

l

Mei

Juni Juli

Agus

tus

Sept

embe

r

Oct

ober

Nov

embe

rAmm

onia

(Am

mon

ium

) (m

g/L)

Bulan (Months)

Pemuteran

Page 6: SEBARAN TEMPORAL PARAMETER KIMIA DAN FISIKA PERAIRAN

22 Copyright @ 2019, Jurnal Riset Akuakultur, p-ISSN 1907-6754; e-ISSN 2502-6534

Kajian sebaran temporal amonia dan kualitas fisika perairan ..... (Afifah Nasukha)

bahan organik dan memicu adanya eutrofikasi untuklokasi pesisir dan teluk.

Perairan Pemuteran sebagai kontrol tercatatmempunyai pola nilai amonia tahunan yang serupadengan ketiga stasiun lainnya, tapi besaran perbulannya tercatat relatif lebih rendah (< 0,01 ± 0,006-1,72 ± 0,23 mg/L). Lonjakan kadar amonia juga terjadipada bulan April mengindikasikan bahwa perairanPemuteran juga mengalami tren tahunan yang samadengan perairan lainnya. Lokasi perairan Pemuteranyang berada di antara Teluk Kaping dan Penyabangandisinyalir berpengaruh terhadap kondisi ini. Namundemikian, pengkajian lebih lanjut sangat diperlukanuntuk menjawab asumsi bahwa sebaran limbahbudidaya telah berdampak juga di Pemuteran ataupunmerata di pesisir Kecamatan Gerokgak.

Secara temporal, kadar amonia di keempat lokasisampling tampak mempunyai tren yang konsisten,dengan nilai tertinggi pada bulan April dan terendahpada bulan Agustus. Data suhu perairan Bali Utara yangdikoleksi dari logger juga menunjukkan pergerakanpola yang sama dengan nilai amonia (Gambar 3). Suhuperairan Bali Utara mulai meningkat di pertengahanbulan Januari (28 ± 0,84°C) hingga bulan April (30 ±1,0°C). Selanjutnya suhu mengalami penurunan hingganilai terendah di bulan Agustus (28,22 ± 0,36°C). Padaakhir bulan Agustus terjadi pengulangan tren kenaikanhingga bulan Desember 2018. Kurva bulanan amoniayang terlihat cenderung mengikuti tren suhu bisa secaraeksplisit menyatakan pentingnya pengaruh suhu(sebagai variabel tetap) dalam memengaruhipenguraian kandungan organik yang masuk keperairan.

Periode bulan Februari-April dan bulan Agustus-Oktober diketahui merupakan peralihan siklus anginBarat ke Timur, yang membawa perubahan musim didaratan Indonesia (Emiyati et al., 2014). Sedangkan diperairan, perubahan temporal ini akan memengaruhiserangkaian parameter fisika air. Dimulai dariperubahan arus dan pasang surut, dan selanjutnyamelalui perubahan suhu dan proses pembilasanperairan akan menentukan kualitas air perairan secaralangsung (Krivokapic et al., 2011; Wei et al., 2010).Perubahan kondisi ini menyebabkan kecenderunganterjadinya stres pada organisme setempat danmeningkatkan potensi jumlah bakteri patogen diperairan (Boyd, 2003; Tammi et al., 2015). Terbuktibahwa dalam waktu tiga tahun terakhir, telahdilaporkan adanya insidensi berbagai penyakit ikan diBali Utara, di antaranya adanya infeksi virus VNN,iridovirus, cacing insang, dan lintah di TelukPegametan (Mahardika et al., 2018a; 2018b).Ditambahkan bahwa infeksi virus VNN dan iridovirusselalu terjadi sepanjang tahun di hatcheri di Bali Utaramaupun di KJA, dan infeksi tertinggi tercatat padabulan Februari, Agustus dan September (Sembiring etal., 2017).

Sebagian besar parameter kualitas air (kelarutanoksigen, pH, bahan organik, dan anorganik) di perairanlaut dipengaruhi langsung oleh perubahan suhu.Kondisi fisik perairan Bali Utara sesuai titik samplingdapat dilihat sebagaimana di Tabel 2. Datamenunjukkan bahwa keempat stasiun samplingmempunyai nilai parameter pH, oksigen terlarut,salinitas, dan TSS yang hampir sama. pH perairanmenunjukkan kondisi normal hampir di semua lokasi

Jan Feb Maret April Oct Sept Agt Juli Juni Mei Nov Des

Bulan

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

Tem

pera

ture

(C)

Gambar 3. Tren suhu permukaan air dari pengambilan logger di perairan Bali selama bulan Februari hinggaNovember 2018.

Figure 3. Variation of sea surface temperature (SST) recorded by a temperature logger in North Bali water fromFebruary to November 2018.

34

33

32

31

30

29

28

27

26

25

24

Suhu

(Te

mpe

ratu

re)

(°C)

Jan Febr. Maret April Mei Juni Juli Agust. Sept. Okt. Nov. Des.

Bulan (Months)

Page 7: SEBARAN TEMPORAL PARAMETER KIMIA DAN FISIKA PERAIRAN

Copyright @ 2019, Jurnal Riset Akuakultur, p-ISSN 1907-6754; e-ISSN 2502-6534 23

Jurnal Riset Akuakultur, 14 (1), 2019, 17-27

Tabe

l 2.K

isar

an n

ilai b

erba

gai p

aram

eter

kua

litas

air

di e

mpa

t lo

kasi

sam

plin

g di

per

aira

n Ba

li U

tara

sel

ama

Febr

uari

hin

gga

Nov

embe

r 20

18Ta

ble

2Th

e ra

nges

of w

ater

qua

lity

para

met

ers

in c

oast

al a

rea

adja

ncen

t to

the

four

mar

icul

ture

site

s fr

om F

ebru

ary

and

Nov

embe

r 20

18

Page 8: SEBARAN TEMPORAL PARAMETER KIMIA DAN FISIKA PERAIRAN

24 Copyright @ 2019, Jurnal Riset Akuakultur, p-ISSN 1907-6754; e-ISSN 2502-6534

Kajian sebaran temporal amonia dan kualitas fisika perairan ..... (Afifah Nasukha)Ta

bel 2

.Lan

juta

nTa

ble

2.Co

ntin

ued

* N

A:da

ta t

idak

ter

sedi

a (n

ot a

vaila

ble)

Page 9: SEBARAN TEMPORAL PARAMETER KIMIA DAN FISIKA PERAIRAN

Copyright @ 2019, Jurnal Riset Akuakultur, p-ISSN 1907-6754; e-ISSN 2502-6534 25

Jurnal Riset Akuakultur, 14 (1), 2019, 17-27

Gambar 4. Level kedalaman perairan di keempat lokasi sampling di perairan Bali selama bulan Februarihingga November 2018 di keempat stasiun sampling; Gerokgak (A), Penyabangan (B), TelukKaping (C), dan Pemuteran (D).

Figure 4. Measurement depths in each sampling station in the waters adjacent to the four mariculture sites:Gerokgak (A), Penyabangan (B), Kaping Bay (C), dan Pemuteran (D).

sampling, yakni pada kisaran 7 hingga 8,5 (FAO, 1989).Kenaikan pH perairan akan mempunyai pengaruhtersendiri sebagai katalis terhadap pelepasan amoniadi kolom air (Kibria et al., 1997). Pada bulan Februariterjadi sedikit penurunan pH dan kenaikan suhuperairan, yang diduga memberikan kontribusi terhadapterhambatnya pelepasan ion N ke udara sehingga nilaiamonium perairan mengalami kenaikan.

Kelarutan oksigen di sepanjang tahun 2018 tercatatpada kisaran 5-6 mg/L. Perairan Gerokgak danPenyabangan di titik 50 m dan 100 m mempunyaitendensi kelarutan oksigen yang lebih rendahdibandingkan titik 300 m. Sedangkan Teluk Kapingdan Pemuteran tercatat stabil pada nilai 5-6 mg/L. Nilaitersebut terlihat pada kondisi batas aman dari standarKep.Men. LH No. 51 Tahun 2004 (> 4 mg/L) danPeraturan. Gubernur Bali Nomor 8 Tahun 2007 (idealpada > 6 mg/L). Salinitas perairan juga berada di dalambatas standar baku antara 28 ppt hingga 34 ppt disemualokasi sampling sebagaimana batas baku menurutRadiarta et al. (2014), yakni 28-34 ppt.

Secara umum, nilai TSS berada dikisaran jauh dibawah 10 mg/L (Radiarta et al., 2014). Hanya pada bulanJuni dan Oktober, nilai TSS di Teluk Kaping tercatatlebih tinggi dari standar batas normal. Kenaikan angkaTSS cukup sering terjadi di Teluk Kaping sebagai akibataktivitas budidaya pembesaran yang padat sepertipemberian pakan dan atau pencucian jaring. Pencatatanintensitas cahaya dilakukan pada pukul 09.00 hingga12.00 siang hari disaat kondisi cerah (cenderung panas/terik) tidak mendung/hujan, dan tercatat intensitascahaya matahari lebih dari 10.000 lux.

Kondisi Lokasi Perairan

Perairan Desa Gerokgak dan Desa Penyabanganpada jarak 50 m dan 100 m dari tepi pantai mempunyaisubstrat yang landai dengan kedalaman sekitar 2 mdan 5 m. Kedua wilayah tersebut merupakan perairanterbuka yang memungkinkan adanya aliran angin danpergantian air yang lebih tinggi. Sedangkan daerahPemuteran dan Teluk Kaping mempunyai kedalamandi atas 15 m dengan kondisi perairan tertutup(Gambar 4), maka cukup ideal sebagai tempat

0

5

10

15

20

25

50 A 50 B 50 C 100 A 100 B 100 C 300

Keda

lam

an (D

epth

) (m

)

Titik sampling (Sampling point)

Min Max Average

0

5

10

15

20

25

50 A 50 B 50 C 100 A 100 B 100 C 300

Keda

lam

an (D

epth

)(m)

Titik sampling (Sampling point

Min Max Average

0

5

10

15

20

25

30

KP 1 KP 2 KP 3

Keda

lam

an (D

epth

) (m

)

Titik Teluk Kaping (Kaping Bay point)

Min Max Average

0

5

10

15

20

25

30

Pemuteran

Keda

lam

an (D

epth

)(m

) Min Max Average

Page 10: SEBARAN TEMPORAL PARAMETER KIMIA DAN FISIKA PERAIRAN

26 Copyright @ 2019, Jurnal Riset Akuakultur, p-ISSN 1907-6754; e-ISSN 2502-6534

Kajian sebaran temporal amonia dan kualitas fisika perairan ..... (Afifah Nasukha)

pembesaran budidaya laut (misal metode kerambajaring apung). Halide (2008) menyatakan bahwaaktivitas budidaya sebaiknya dilakukan kedalamanminimal 10 m hingga 30 m, dengan asumsi bahwaperairan cukup stabil dan masih mampu untukmelakukan self refining dan tidak terlalu terpengaruholeh ombak, angin, dan arus yang tinggi. Lebih jauhdilaporkan bahwa aktivitas budidaya yang terlalu lamadi suatu perairan akan menimbulkan titik jenuh(tresholds of suitability site) terhadap kesehatanlingkungan perairan setempat.

KESIMPULAN

Hasil pengamatan di tiga lokasi perairan di sentrabudidaya laut di Kecamatan Gerokgak, Balimenunjukkan bahwa parameter amonia menunjukkannilai yang berada di atas standar baku mutupemanfaatan air laut untuk kegiatan budidaya.Sedangkan nilai parameter pH, DO, salinitas, dan TSSdi tahun 2018 tercatat masih berada dalam kondisibaik. Pembatasan jumlah produksi dan pemanfaatanair laut yang lebih rendah, khususnya di periode Maret,April, September, dan Oktober, diperkirakan menjadisolusi yang paling optimal. Para pembudidayahendaknya mulai menginisiasi sistem pengolahan/pembuangan air limbah, seperti penggunaan baksedimentasi ataupun IPAL sederhana. Peran instansiterkait seperti Dinas Perikanan Kabupaten Bulelengmenjadi sangat penting untuk melakukan penertibandan pengontrolan usaha sesuai dengan perijinan danbatas produksi di kawasan tersebut.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini dibiayai oleh APBN Balai BesarBudidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan (BBRBLPP) DIPATahun Anggaran 2018. Penulis mengucapkan terimakasih kepada teknisi litkayasa kesehatan danlingkungan BBRBLPP (Bapak Muslim Romdlianto, BapakAgus Supriyatna, Ibu Ni Kadek Ariani, Bapak MuhamadAnsari, dan Bapak Kadek Sulandra) yang telahmembantu pelaksanaan penelitian ini.

DAFTAR ACUAN

APHA. (2005). Standard methods for the examinationof water and wastewater. In Franson, M.A. (Ed.).American Public Health Association, Washington,D.C., USA.

Boyd, C.E. (2003). Guidelines for aquaculture effluentmanagement at the farm-level. Aquaculture, 226(1-4), 101-112.

Caroll, M.L., Cochrane, S., Fieler, R., Velvin, R., &White, P. (2003). Organic enrichment of sedimentsfrom salmon farming in Norway: Environmental

factors, management practices, and monitoringtechniques. Aquaculture, 226, 165-180.

Costanzo, S.D., O’Donohue, M.J., & Dennison, W.C.(2004). Assessing the influence and distributionof shrimp pond effluent in a tidal mangrove creekin North-East Australia. Marine Pollution Bulletin,48, 514-525.

Dinas Perikanan dan Kelautan, Kabupaten Buleleng.(2017). Data statistik Dinas Perikanan KabupatenBuleleng Tahun 2017. Pemerintah KabupatenBuleleng. https://bulelengkab.go.id/assets/instansikab/126/bankdata/data-statistik-dinas-perikanan-kabupaten-buleleng-15.pdf. Diaksespada 20 November 2018.

Emiyati, Kuncoro, T.S., Manopo, A.K.S., Budhiman,S., & Hasyim, B. (2014). Analisis multitemporalsebaran suhu permukaan laut di perairan Lombokmengunakan data penginderaan jauh modis.SIMNAS Penginderaan Jarak Jauh. hlm. 470-479.

FAO. (1989). Site selection criteria for marine FinfishNetcage Culture in Asia. UNDP/FAO regional seafarming development and demonstration project.Network of Aquaculture Centres in Asia. FAO Doc.NACA-SF/WP/89/13. Tersedia online http://ww w.f ao .o rg /doc rep / f i e l d /0 03 / AC 262 E/AC262E00.htm#TOC.

Hanafi, A., Andriyanto, W., Syahidah, D., & Sukresno,B. (2006). Characteristic and carrying capacity ofKaping Bay, Buleleng Regency, Bali for marineaquaculture development. Prosiding KajianKeragaan dan Pemanfaatan Perikanan Budidaya,hlm. 83-95.

Handy, R.D. & Poxton, M.G. (1993). Nitrogen pollu-tion in mariculture: toxicity and excretion of ni-trogenous compounds by marine fish. Rev. FishBiol. Fish, 3, 205-241.

Howarth, R.W. & Marino, R. (2006). Nitrogen as thelimiting nutrient for Eutrophication in coastalmarine ecosystems: Evolving views over three de-cades. Limnol. Oceanography, 51(1 part 2), 164-376.

Ismi, S., Arthana, I.W., & Suyasa, I.W.B. (2012). Studidampak perbenihan ikan laut terhadap penurunankualitas lingkungan di Kecamatan GerokgakKabupaten Buleleng. ECOTROPHIC: Jurnal IlmuLingkungan (Journal of Environmental Science) 3(1),35-40. Tersedia online di: https://ojs.unud.ac.id/index.php/ECOTROPHIC/article /view/2476

Kementerian Lingkungan Hidup [KLH]. (2004).Keputusan Menteri Negara Kependudukan danLingkungan Hidup No. 51 tahun 2004, tanggal 8April 2004 tentang baku mutu air laut. KementerianLingkungan Hidup. Jakarta, 11 hlm.

Page 11: SEBARAN TEMPORAL PARAMETER KIMIA DAN FISIKA PERAIRAN

Copyright @ 2019, Jurnal Riset Akuakultur, p-ISSN 1907-6754; e-ISSN 2502-6534 27

Jurnal Riset Akuakultur, 14 (1), 2019, 17-27

Kibria G., Nugegoda D., Fairclough R., & Lam P. (1997).The nutrient content and release of nutrients fromfish food and faeces. Hydrobiologica, 357, 165-171.

Krivokapic, S., Pestoric, B., Bosak, S., Kuspilic, G., &Riser, C.W. (2011). Trophic State of Boka KotorskaBay (South-Eastern Adriatic Sea). Fresenius Environ-ment Bulletin, 20(8).

Mahardika, K., Mastuti, I., & Zafran. (2018a). Intensitasparasit insang (Trematoda Monogenea:Pseudorhabdosynochus sp.) pada ikan kerapu hibridamelalui infeksi buatan. Jurnal Riset Akuakultur, 13(2),169-177.

Mahardika, K., Mastuti, I., & Zafran, (2018b). Identifi-cation and life cycle of marine leech isolated fromhybrid grouper in the Northern Bali waters of In-donesia. Indonesian Aquaculture Journal, 13(1), 41-49.

Mayerle, R., Sugama, K., Runthe, K., Radiarta, I N., &Valejjo, S.M. (2017). Spatial planning of marinefinfish aquaculture facilities in Indonesia. Aquac-ulture zoning, site selection and area managementunder the ecosystem approach to aquaculture Fulldocument. Food and Agriculture Organization of UnitedNations/The World Bank, Rome, p. 222-252. Tersediaonline di: http://www.fao.org/3/a-i6834e.pdf

Nasukha, A., Septory, R., Wibawa, G.S., Sugama, K.,& Runthe, K. (2018). Sediment organic enrich-ment: study case at marine culture site, PegametanBay, Bali, Indonesia. Balai Besar Riset Budidaya Lautdan Penyuluhan Perikanan. Inpress.

Radiarta, I N., Erlania, Sugama, K., Yudha, H.T., & Wada,M. (2014). Frequent monitoring of water tempera-ture in Pegametan Bay, Bali: A preliminary assess-ment towards management of marine aquaculturedevelopment, Indonesian Aquaculture Journal, 9(2),177-185.

Radiarta, I N. & Erlania. (2015). Pemetaan kerambajaring apung ikan laut di Teluk Pegametan danTeluk Penerusan, Kabupaten Buleleng, Bali.Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2015,hlm. 675-682.

Salas, F., Teixeira, H., Marcos, C., Marques, J.C., &Perez-Ruzafa, A. (2008). Applicability of trophicindex TRIX in two transitional ecosystems: theMar Menor Lagoons (Spain) and the Mondegoestuary (Portugal). J. Int. Council for the Explora-tion of the Sea . Oxford [email protected].

Samocha, T.M., Lopez, I.M., Jones, E.R., Jackson, S.,& Lawrence, A.L. (2004). Characterization of in-take and effluent waters from intensive and semi-intensive shrimp farms in Texas. Aquaculture Re-search, 35, 321-339.

Saravi, H.N., Makhloug, A., Vahedi, F., & Pourgholam.(2012). Eutrophication trend of caspian sea waterbased on absolute trophic state scale index(TRIXCS) and unscaled index (UNTRIX). The FirstNational Conference of Phycology of Iran, 9(SpecialIssue/Spring).

Sembiring, S.B.M., Wibawa, G.S., Mahardika, K.,Widiastuti, Z., & Haryamti (2017). Prevalensiinfeksi viral nervous necrosis (VNN) dan Iridoviruspada hatcheri dan budidaya ikan laut. MediaAkuakultur, 13(2), 1-9.

Slamet, B., Arthana, I.W., & Suyasa, I.W.B. (2012). Studyon water quality of marine culture sites: Kapingand Pegametan Bay, Bali. ECOTROPHIC: Jurnal IlmuLingkungan (Journal of Environmental Science), 3(1),16-20. Tersedia online di: https://ojs.unud.ac.id/index.php/ECOTROPHIC/article/view/2481.

Sutarmat, T., Permana, G.N., Mahardika, K., Giri, IN.A., Pujiastuti, R., & Andriyanto, W. (2014).Pendugaan limbah nutrien nitrogen dan fosfor dariaktivitas budidaya ikan dalam keramba jarringapung di Teluk Pegametan. Laporan Teknis KegiatanKementerian Kelautan dan Perikanan. Balai BesarPenelitian dan Pengembangan Budidaya LautGondol (BBRPBL-Gondol).

Tammi, T., Pratiwi, N.T.M., Hariyadi, S., & Radiarta, IN. (2015). Aplikasi analisis klaster dan indeks TRIXuntuk mengkaji variabilitas status trofik di TelukPegametan, Singaraja, Bali. Jurnal Riset Akuakultur,10 (2), 271-281.

Wei, J., Zheng, H., Chen, H., Ooi, B.H., Dao, M.H.,Cho, W., Malanotte-Rizzoli, P., Tkalich, P., &Patrikalakis, N.M. (2010). Multi-layer model simu-lation and data assimilation in the SerangoonHarbor of Singapore. ISOPE. Proceedings of the In-ternational Offshore (Ocean) and Polar EngineeringConference, June 2010.

Zhou, L., Boyd, C., Brady, Y., Chappel, J., & Li, X. (2015).Investigation of ammonia niyrogen in aquaculture: themethodology, concentrations, removal and pond fer-tilization. Dissertation of Graduate Faculty of Au-burn University. Alabama, USA, 116 pp.