sejarah perkembangan kesusastraan arab klasik...

28
SEJARAH PERKEMBANGAN KESUSASTRAAN ARAB KLASIK DAN MODERN oIeh: Dr. Fadlil Munawwar Manshur, M.S. (Dosen Jurusan Sastra Asia Barat Fakultas Ilmu Budaya UGM) Makalah ini dipresentasikan pada "Seminar lntemasional Bahasa Arab dan Sastra Islam: Persoalan Metode dan Perkembangannya" yang diselenggarakan oleh Ikatan Pengajar Bahasa Arab se-Indonesia (IMLA) di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, 23-25 Agustus 2007

Upload: vanhanh

Post on 06-Mar-2019

269 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SEJARAH PERKEMBANGAN KESUSASTRAAN ARAB KLASIK …repository.ugm.ac.id/33018/1/9._SEJARAH_PERKEMBANGAN_KESUSASTRAAN... · beradab itu adalah kemampuan mengkreasi budaya dan mewujudkannya

SEJARAH PERKEMBANGAN

KESUSASTRAAN ARAB KLASIK DAN MODERN

oIeh:Dr. Fadlil Munawwar Manshur, M.S.

(Dosen Jurusan Sastra Asia BaratFakultas Ilmu Budaya UGM)

Makalah ini dipresentasikan pada"Seminar lntemasional Bahasa Arab dan Sastra Islam:

Persoalan Metode dan Perkembangannya"yang diselenggarakan oleh

Ikatan Pengajar Bahasa Arab se-Indonesia (IMLA)di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

Bandung, 23-25 Agustus 2007

Page 2: SEJARAH PERKEMBANGAN KESUSASTRAAN ARAB KLASIK …repository.ugm.ac.id/33018/1/9._SEJARAH_PERKEMBANGAN_KESUSASTRAAN... · beradab itu adalah kemampuan mengkreasi budaya dan mewujudkannya

PANITiA MUNAS In DAN PINBf V 2007~ jAJI ~..JJ~J:=taJ I ~ L2:;1

IITII-tl\OUl MUOARRISIIN U AL LUCHAH AL 'ARABIYAH OMLA)Sckrctariat: Program Pcndidikan Bahasa Arab Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Unz'vers/'Ias P didik I d '~. . ,en z / all n nnesza

II Dr. Sct iabudlii 110, 229 BandLing 40154; Telp.: 022-2013163 ext 2408' Fax' 022-2015411' e-tviail: iml b d @ Ir-r-r-r-r-r--: ' '" ,-, a_ nn ling Q ya 100"

Bandung, 16 Agustus 2007

Nomor :026/PAN-MUNAS 1l1-PINBA V/IMLA/VlII/2007Lamp, :1 (Satu) berkasHal :Permohonan Menjadi Pemakalah pada Seminar Intemasional Bahasa Arab

dalam Rangka Muktamar Nasional Ill dan P1NRA V lMT.A ?nr)7

Kcpa da YtlL Dr.H.Fadlil Munawwar Manshur, MSJu rusan Asia Barat / Bahasa Arab Fa kultas Ilrnu BudayaUniversitas Cajah MadaYGYAKARTA

Dengan ini Panitia Mu'tamar Nasional III dan Pekan Ilmiah Nasional V

Itihadul Mudarrisiin Ii Allughah al A'rabiyah (IMLA), mengundang Bapak

untuk rnenjadi Pemakalah pada Seminar Intemasional Bahasa Arab dalam

Rangka Muktamar Nasionalll Ldan PINBA V IMLA 2007,

Pada acara tersebut, kegiatan utamanya adalah Seminar lnternasional

Bahasa Arab dengan pembicara para pakar bahasa Arab dari Timur Tengah,

Negara Sahabat dan dari Indonesia, serta Pemilihan Pengurus IMLA Pusat

Periode 2007- 20 II, Peserta yang diundang adalah Pengajar Bahasa dan Sastra

Arab Perguruan Tinggi se-lndonesia, Pondok Pesantren dan SLTA Se Jawa

Barat, Pengurus IMLA Pusat dan Daerah. Jumlahnya kurang lebih 300 orang,

Tcmpat Pernbukaun dan Pelaksanaan Sidang-sidang di D1VLAT

TELKOM JI. Gegerkalong Hilir No, 47 Bandung. Adapun waktunya Insya Allah

akan dilaksanakan pada tanggal 23-25 Agustus 2007,

Demikian surat ini kami sampaikan dan semoga mendapat perhatianBapak pada waktunya. Terirnakasih

Ketua

&PA NITIA MUNAS III~

lOUR DAN PINBA V 200'!l . I

~y.J1 ;.ill«);.)l )lj( ---vI\

Drs.H. IDudung Rahmat Hidayat, M,Pd

~

Page 3: SEJARAH PERKEMBANGAN KESUSASTRAAN ARAB KLASIK …repository.ugm.ac.id/33018/1/9._SEJARAH_PERKEMBANGAN_KESUSASTRAAN... · beradab itu adalah kemampuan mengkreasi budaya dan mewujudkannya

~j.-~~~

-~

~71..~~

ra--::J~

.~~

~-~~Ji

1------1-

Page 4: SEJARAH PERKEMBANGAN KESUSASTRAAN ARAB KLASIK …repository.ugm.ac.id/33018/1/9._SEJARAH_PERKEMBANGAN_KESUSASTRAAN... · beradab itu adalah kemampuan mengkreasi budaya dan mewujudkannya

SEJARAH PERKEMBANGAN KESUSASTRAAN ARABKLASIK DAN MODERN

1. Pendahuluan

Sastra adalah bagian dari entitas budaya yang praktiknya tercennin dalam

karya-karya sastra. Semua kebudayaan dan peradaban di dunia mengalami suatu

periode perubahan yang mendalam (Peursen, 1990:72), tennasuk kebudayaan dan

peradaban bangsa Arab dengan segala totalitasnya. Para penulis Arab telah banyak

mewamai peradaban manusia dengan keahlian dan kecakapan khas mereka dalam

bersastra. Peradaban itu berkaitan dengan term kolektif untuk menunjukkan kondisi

suatu masyarakat yang beradab (Weintraub, 1969:27). Di antara ciri masyarakat

beradab itu adalah kemampuan mengkreasi budaya dan mewujudkannya dalam

entitas budaya yang adiluhung. Dalam perjalanan sejarahnya, masyarakat Arab

mampu mengkreasi budaya sehingga dapat mencapai tingkat peradaban yang tinggi,

yang tercermin, antara lain, pada produk budayanya yang berwujud karya sastra

berbentuk puisi, prosa, dan drama.

Sastra Arab, sebagai entitas budaya, sudah tentu mencenninkan pikiran dan

perasaan bangsa Arab dengan segala kelebihan dan kekurangarmya. Dalam konteks

kelebihan bangsa Arab, maka tidak ada pencapaian kebudayaan dan peradaban

manusia yang mampu menunjukkan nilai-nilainya yang paling otentik dan khas

kecuali apa yang telah dicapai oleh kesusastraan Arab. Puisi adalah diantara bentuk­

bentuk dominan karya bangsa Arab dan secara spesifik yang membedakarmya

dengan bangsa lain. Pembicaraan ini mendapatkan pembenararmya dengan adanya

fakta tentang pengaruh besar sastra Arab - dalam struktur maupun fungsi - atas sastra

lain yang secara langsung bersentuhan dengannya, seperti, sastra Persia, Turki,

Indostanik, dan yang secara tidak langsung di antaranya adalah sastra (puisi)

Gregorian, sastra Ibrani Abad Pertengahan, dan bahkan sastra Barat sekalipun. Sastra

Arab meninggalkan jejaknya sampai menjelang permulaan era puisi-puisi tradisi

Romawi (Cantarino, 1975).

Jika diperhatikan klasifikasi puisi formal Yunani, maka puisi Arab tampak

sangat lyricue bila dibandingkan dengan puisi Yunani yang lebih naratif dan

cenderung dramatique. Puisi Arab lebih memiliki fungsi sosial daripada individual

karena kehadiran audiens dipertimbangkan di dalarrmya, terlebih kabilah yang

Page 5: SEJARAH PERKEMBANGAN KESUSASTRAAN ARAB KLASIK …repository.ugm.ac.id/33018/1/9._SEJARAH_PERKEMBANGAN_KESUSASTRAAN... · beradab itu adalah kemampuan mengkreasi budaya dan mewujudkannya

menjadi asal daerah sang penyair. Puisi Arab walaupun pada hakikatnya bukan

sebuah epique, tetapi dia memiliki kualitas untuk disebut sebagai epique. Terlebih

dari style dan term yang dikandungnya. Puisi epique (asy-si'rul-qashashy) adalah

ungkapan kejadian yang diceritakan dalam bahasa puisi, baik yang bermetrurn

maupun yang tidak bermetrum (Zaydan, 1996:53).

Puisi epique Arab dapat dilihat pada tema-tema kisah kepahlawanan dan

keberanian anggota kelompok kabilah tertentu dalam menaIitang realitas kehidupan

gurun yang keras. Adapun tema-tema kematian banyak mendapatkan perhatian dan

diekspresikan dalam puisi-puisi elegi. Puisi elegi berisi renungan mengenai aspek­

aspek tragis dalam hidup manusia, bertepatan dengan meninggalnya seorang kekasih

atau peristiwa menyedihkan (bdk. Hartoko, 1986:37). Tema-tema kesenangan hidup

duniawi seperti cinta, anggur, judi, perburuan, dan ketangkasan berkuda juga

menjadi tema-tema yang tidak jarang dieksplorasi dalam puisi epique (Badawi,

1975:2). Dalam konteks ini, tujuan ekspresi puisi adalah kreasi suprapersonal dan

nilai-nilai abadi (Steiner, 1977:2) dari pengarangnya, yaitu nilai-nilai yang tumbuh

subur dalam kebudayaan bangsa Arab.

Tema-terna puisi yang ditulis berhubungan erat dengan model metrurn yang

dipakai, yang pada umurnnya sangat rurnit. Seperti halnya konsep formula dalarn

tradisi lisan (puisi) Yugoslavia, dalam puisi Arab dikenal juga formula, yaitu

kumpulan kata yang sering digunakan pada kondisi metrurn yang sarna untuk

menyatakan sebuah gagasan esensial (Lord, 1981). Formula dalam puisi Arab dapat

dilihat pada penggunaan satu metrurn dan satu rima. Hal ini menjadi bukti yang jelas

betapa penting pola bunyi dalam puisi Arab, apalagi bahasa yang digunakan dalarn

puisi adalah bahasa khusus yang berbeda dengan bahasa sehari-hari (Scholes,

1977:22) yang tentu saja diperlukan pemahaman yang khusus pula karena bunyi kata

dalam tradisi lisan mempunyai arti yang berbeda-beda,

Keunikan puisi Arab terlihat pula apabila puisi panjang (kasidah) yang sering

kali menjadi tampak pendek bila dibandingkan dengan puisi-puisi Eropa. Satu baris

dalam puisi Arab, biasanya dibagi menjadi dua, dengan pembagian metrurn yang

sarna, dan secara umum dengan pola rima di permulaan puisi, khususnya dalam

kasidah. Kasidah tidak seperti potongan qith 'a yang sangat panjang dengan struktur

2

Page 6: SEJARAH PERKEMBANGAN KESUSASTRAAN ARAB KLASIK …repository.ugm.ac.id/33018/1/9._SEJARAH_PERKEMBANGAN_KESUSASTRAAN... · beradab itu adalah kemampuan mengkreasi budaya dan mewujudkannya

yang terbagi-bagi. Pada zaman pra-Islam, puisi, yang disebut mu 'allaqdt, sebagian

besar ditulis dalam model kasidah.

Oleh penulisnya, pembukaan kasidah-kasidah tersebut sering diawali dengan

kata nasib yang maknanya berhubungan dengan rasa cinta dan kasih sayang atau

menaruh iba pada diri sendiri. Untuk melupakan bayangan wajahkekasihnya itu, dia

melakukan perjalanan panjang melintas dan menembus gurun dengan ontanya.

Penyair mengakhiri puisinya dengan kata-kata pujian yang diperuntukkan bagi

dirinya sendiri atau kabilahnya, bersamaan dengan itu, ia menyindir atau

memperolok musuh-musuhnya atau musuh kabilahnya (Badawi, 1975:3). Formula

nasib ini masih digunakan oleh para penyair Arab pada masa Umayyah karena

dipandang sebagai ciri khas puisi Arab yang mengutamakan ungkapan perasaan yang

dalam dan jujur (Zaydan, 1996:252).

2. Keunikan Puisi Arab

Pada zaman Arab pra-Islarn, puisi Arab menjadi fondasi utama dan

dipandang sebagai sandaran dalam kaidah berpuisi. Dari sudut pandang prosodic,

secara praktik, semua memang merujuk pada masa tersebut. Model puisi yang lazim

pada masa itu adalah puisi dengan enam belas metrum dengan struktur bergabung,

tanpa rima, yang penggunaannya hanya dalam puisi-puisi serius saja. Itu pun dengan

rima tunggal (monorhym). Akan tetapi, kemudian terdapat sedikit inovasi, khususnya

yang terjadi di wilayah Spanyol Islam pada abad ke-ll, dengan model puisi strophic

atau stanzaic yang di sana lebih dikenal dengan nama muwashshah. Puisi-puisi

dengan terna cinta dan kasih sayang, yang penuh dengan imagery gurun banyak

disukai oleh sebagian besar penyair, dan gaya ini terus berlangsung sampai pada

dekade pertama abad ke-20. Genre yang sering ditulis dan menjadi domain puisi

zaman pra-Islam adalah : puji-pujian (fakhr) , madich, satire .{hija '), elegi (ritsd '),

deskripsi (wash/) dan puisi-puisi cinta (ghazal). Puisi religius atau puisi asketik

(zuhd) adalah satu pengecualian walaupun sebenamya terdapat banyak puisi yang

berbicara tentang moralitas seperti yang ditulis oleh Ka'ab bin Zuhayr pada zaman

pra dan awal kelahiran Islam (Badawi, 1975:3).

Dengan kelahiran Islam, sebagai agama baru, muncul beberapa perubahan.

Sebagaimana yang juga terjadi pada puisi pada awal masa Anglo Saxon Kristen,

3

Page 7: SEJARAH PERKEMBANGAN KESUSASTRAAN ARAB KLASIK …repository.ugm.ac.id/33018/1/9._SEJARAH_PERKEMBANGAN_KESUSASTRAAN... · beradab itu adalah kemampuan mengkreasi budaya dan mewujudkannya

yang saat itu Kristus dan murid-muridnya dipandang dan digambarkan dalam tenn­

term pagan. Kelahiran Muhammad saw telah menandai dimulainya era baru yang

mengubah tatanan hidup dan ideologi bangsa Arab yang dimulai dari Mekkah dan

Madinah dengan Alquran sebagai fondasi tatanan masyarakat baru tersebut (Bakalla,

1984:136). Kedatangan Islam dengan Alquran sebagai fondasi utamanya, mampu

memberikan pengaruh terhadap perkembangan puisi pada saat itu karena para

penyair muslim generasi pertama adalah orang-orang Arab yang berkarya dalam

sebuah tradisi yang telah mempunyai konvensi dan aturan yang mapan. Para penyair

itu terpengaruh oleh sastra dan keindahan Alquran (al-Khuly dan Zayd, 2004:87).

Perkembangan penting setelah berdirinya agama baru tersebut adalah

munculnya model puisi-puisi baru, yaitu puisi cinta, yang walaupun ditulis dengan

penuh perasaan, tetapi secara umum ia bebas dari tendensi dan emosional serta

khayalan biasa. Sejumlah penyair mulai menggabungkan diri dalam model puisi baru

ini. Puisi ini adalah prototype bagi puisi-puisi cinta Abad Pertengahan Eropa yang

kemudian lebih dikenal dengan nama al-Hawal-Udzry (diambil dari nama suku,

Udzra), Mereka adalah Kuthayyir 'Azza, Jamil Buthayna, Ghaylan Mayya, dan

Layla Majnun, Satu dari mereka, Layla Majnun, menjadi subjek legenda penting dan

menarik bagi drama Arab modem.

Dalam puisi-puisi cinta, .biasanya sang penyair banyak menggambarkan

wanita-wanita cantik dan ideal. Di antara tema-temanya adalah saling kepercayaan,

adanya seorang utusan, pengkhianatan, dan pertengkaran. Sebagaimana

dikemukakan oleh Professor Arberry, terna-tema konvensional ini berkembang

terutama dalam puisi-puisi zaman Abbasiyyah. Ungkapan yang seringkali digunakan

di antaranya adalah: 'hati yang terbakar dan mata yang menangis darah, tatapan mata

sang kekasih laksana pedang yang menusuk hati'. Hiperbola dan tema-tema sejenis

mirip dengan puisi cinta konvensional gaya Elizabeth. Dalam hal ini, memang puisi

Arab secara dominan ditandai dengan perasaan Cathifah) dan imajinasi (al-khaydli

(Sa'iy, 1985:73) penyaimya yang menggambarkan realitas zamannya.

Pada abad ke-l l , di Spanyol Islam, khususnya puisi cinta Ibnu Zaydun

terlihat sangat mencolok dengan penulisan yang dipadukan dengan kelembutan dan

keindahan perasaan (Badawi, 1975:4) yang dalam ilmu sastra disebut estetika. Jan

Mukarovsky menyebut estetika sebagai ilmu yang membahas tentang keindahan

4

Page 8: SEJARAH PERKEMBANGAN KESUSASTRAAN ARAB KLASIK …repository.ugm.ac.id/33018/1/9._SEJARAH_PERKEMBANGAN_KESUSASTRAAN... · beradab itu adalah kemampuan mengkreasi budaya dan mewujudkannya

(Burbank and Steiner, 1978:29). Dalam hal ini, sesungguhnya fondasi sastra Arab

adalah keindahan (al-jamal) seperti halnya fondasi ilmu adalah kebenaran (al­

chaqiqah) dan fondasi moral adalah kebaikan (al-khayr) (ath-Thanthawy, 1992:150).

Jadi, perkembangan sastra Arab di Spanyol Islam telah mengenal konsep estetika

yang dengannya karya-karya sastra Arab, termasuk kasidah, tampil dengan kata-kata

yang indah, yang mengungkap pikiran dan perasaan pengarangnya tentang

kecakapan, moralitas, dan kebajikan.

Kasidah, yang dinilai sebagai puisi serius dengan rima dan metrurn tunggal,

serta majaz-rnajaz gurunnya tetap menjadi model puisi ideal bagi banyak penyair.

Demi alasan yang lebih baik ataukah sebaliknya, para penyair pada masa awal

Dinasti Umayyah memperlihatkan satu kecenderungan bahwa mereka meniru dan

terpengaruh dengan model puisi zaman pra-Islam, yang di dalamnya banyak berisi

pujian dan sanjungan atas patron mereka.

Masa Dinasti Umayyah juga melahirkan penyair-penyair Naqa'id, seperti

Jarir dan Farazdaq yang sampai beberapa tahun saling berdebat lewat puisi-puisi

mereka. Pada masa Dinasti ini, muncul tema-terna politik dan polemik yang

menggambarkan pergulatan politik dan aliran keagamaan. Pada masa ini, Islam

mencapai prestasi pembebasan wilayah yang luar biasa sehingga memunculkan

puisi-puisi yang bertema pembebasan, dakwah Islam, dan tasawuf. Para penyair yang

terkenal pada masa Dinasti Umayyah disebut al- 'Udzriyyiin, antara lain Dzur­

Rimach, Farazdaq, Jarir, Akhthal, dan Qays Ibnu al-Mulawwich. Nama yang terakhir

terkenal dengan sebutan Majnfm Layla (Mucharnmad, 1982:152;

www.geocities.com) atau populer juga dengan nama Layla Majnun, sebuah karya

sastra Persia, yang berasal dari kesusastraan Arab.

Kisah Layla Majnfm sangat populer dan mendapat sambutan besar di dunia

Timur, khususnya di Timur Tengah dan Asia Tengah yang meliputi negara-negara

Arab, Turki, Iran, Afghanistan, Tajikistan, Kurdistan, India, Pakistan, dan

Azerbaijan. Pada Abad Pertengahan, kisah Layla Majnfm memberikan pengaruh

besar terhadap tradisi sastra Barat, dan pada abad ke-13 Masehi, sastra epic Jerman

karya Gottfried Strassburg yang berjudul "Tristan und Isolde" dan juga fabel Prancis

karya Shakespeare abad ke-16 Masehi, yang berjudul "Aucassin et Nicolette",

mendapat pengaruh besar dari kisah LaylaMajnOn (Guinhut, 1998:1). Para sastrawan

5

Page 9: SEJARAH PERKEMBANGAN KESUSASTRAAN ARAB KLASIK …repository.ugm.ac.id/33018/1/9._SEJARAH_PERKEMBANGAN_KESUSASTRAAN... · beradab itu adalah kemampuan mengkreasi budaya dan mewujudkannya

Arab, seperti Dzur-Rimach, Farazdaq, Jarir, Akhthal, dan Qays Ibnu al-Mulawwich

(Brockelmann, 1937:87) banyak membawa perubahan dalam kehidupan kesusastraan

Arab, khususnya puisi yang sangat digemari oleh para bangsawan Arab Dinasti

Umayyah.

Pada masa Umayyah tugas utarna penyair istana (pourt of court) adalah

menggubah puisi yang berkisah tentang pre stas i yang telah dicapai oleh para

pembesar kerajaan dan mengabadikan nama mereka di dalamnya. Tentu saja, muncul

beragam macam suara yang tidak sependapat dengan fenomena ini. Bagi mereka, ini

adalah sesuatu yang tidak relevan dan absurd menerapkan model puisi zaman pra­

Islam dalam kehidupan modern. Lebih-lebih dengan adanya perluasan wilayah

Abbasiyyah bersamaan dengan tingkat kehidupan dan peradaban yang telah

mengalami kernajuan. Si 'penyair udik', Abu Nawas adalah satu dari mereka itu. la

adalah penyair yang biasa membaca puisi sambiI minum khamr (anggur), walaupun

sesungguhnya, menurut Dr. Syauqy Dhayf, ia bukanlah penyair pertama Arab yang

suka melakukan hal itu (' Asyiyyi, 1973 :29).

Pembukaan puisi dengan mengeksploitasi kenikmatan anggur biasa

digunakan sebagai ganti pembukaan puisi yang selalu dimulai dengan kata-kata

perkabungan. Akan tetapi, reaksi melawan kecenderungan umum yang konvensional

ini tarnpaknya hanya berjalan setengah hati. Abu Nawas sendiri tetap mengikuti

praktik tradisional dalam banyak karya puisinya, seperti memunculkan tema-tema

yang bersifat oposisi biner antara realisme dan imajinasi, antara kebendaan dan

kerohanian, dan pujian yang berlebihan terhadap seseorang atau sesuatu yang

menjadi objeknya (al-Ayyuby, 1984:378).

Sebagian besar penyair di separuh abad pertama kekuasaan Islam adalah

orang Badui, dengan segala atribut klasik mereka. Sebuah fakta yang tidak

terelakkan adalah bahwa banyak dari pangeran dinasti Umayyah yang berimajinasi

dan suka berperilaku seolah mereka adalah para pemuka suku Arab Badui ketika

sedang berada dalam tenda-tenda padang pasir. Bila mereka sedang berburu,

sebagian besar bangsa Arab mumi zaman Islam menghindari lingkungan padang

pasir; mereka lebih memilih tinggal di wilayah perkotaan dan menetap di tempat itu

sehingga berpengaruh pada masuknya orang-orang non-Arab ke dalam agama barn,

Islam, dan membangun sebuah kebudayaan dan kekuatan barn pula (Beeston, 1977).

6

Page 10: SEJARAH PERKEMBANGAN KESUSASTRAAN ARAB KLASIK …repository.ugm.ac.id/33018/1/9._SEJARAH_PERKEMBANGAN_KESUSASTRAAN... · beradab itu adalah kemampuan mengkreasi budaya dan mewujudkannya

Oleh karena itu, segera setelah kekuatan politik dinasti Umayyah mulai

goyah, kekuatan barn ini mulai mempersiapkan langkah, menciptakan aliran-aliran

barn dalam puisi dengan sentuhan dan konsep lebih modem daripada sebelurnnya.

Bassar Ibnu Burdin (selanjutnya disebut Bassar) berada di garda depan gerakan ini.

Banyak dijumpai perubahan fundamental dalam bait-bait puisi cinta yang ditulisnya.

Dalam hal ini, Bassar berusaha keras mecoba menemukan cara-cara barn dalam

penulisan puisi. Hal itu ditandai dengan penghematan dalam penggunaan kata serta

pengungkapan perasaan jiwa yang berbeda dari puisi orang Badui.

Usaha Bassar ini hampir mirip dengan reaksi yang ditunjukkan oleh Cowper

dan Wordsworth ketika menentang gaya puisi Agustian yang muluk-rnuluk.

Tindakan ini telah membuat Bassar memperoleh popularitas yang besar, khususnya

di kalangan generasi muda. Akan tetapi, popularitas itu tidak serta merta

menawarkan kehidupan yang lebih baik kepadanya. Karena kebutuhan hidupnya,

sebagai seorang penyair profesional, sebenamya ia bergantung pada pemberian atau

hadiah yang diberikan oleh sang patron atas puisi pujian yang dibacakan untuknya,

sementara mereka biasanya lebih menyukai puisi-puisi gaya tradisional daripada

modem. Sebenamya, bagi sang penyair sendiri menulis puisi tradisional ataupun

modem bukan satu masalah yang berarti karena mereka bisa menulis kedua model

itu.

Ada sebuah puisi yang dimulai dengan kata Bakkira Shachibayya. Melalui

PUlSl ini sebenamya sang penyair bermaksud menunjukkan keahliannya dalam

memanipulasi gaya lama sekaligus menunjukkan keakrabannya dengan 'keanehan'

gaya tersebut. Akan tetapi, gaya demikian jarang dipakai dalam puisi-puisi cinta.

Bassar, penyair tunanetra dari Basra ini, sebenamya ketika melukiskan kehidupan

gurun, dia tidak mengalaminya secara langsung, tetapi hanya menggubah dari karya

master pendahulunya. Para pembaca puisi Arab di Eropa yang memahami betul

keunggulan puisi Badui tentu akan mengesampingkan peran penyair lain (Beeston,

1977).

Dalam kaitannya dengan upaya memahami puisi-puisi Bassar, temyata

Kamus Bahasa Arab Modern karya Hans Wehr telah memuat seluruh kosa kata

penting yang dibutuhkan dalam membaca puisi modem Bassar, Menguraikan makna

puisi bagaimanapun akan selalu berbenturan dengan problem kosa kata (Beeston,

7

Page 11: SEJARAH PERKEMBANGAN KESUSASTRAAN ARAB KLASIK …repository.ugm.ac.id/33018/1/9._SEJARAH_PERKEMBANGAN_KESUSASTRAAN... · beradab itu adalah kemampuan mengkreasi budaya dan mewujudkannya

1977). Kamus Hans Wehr tersebut sampai abad ke-20 masih tetap dijadikan rujukan

bagi perkembangan leksikologi dan leksigrafi Arab, bahkan dicetak ulang berkali­

kali, yaitu pada tahun 1961, 1966, 1971, dan 1974, diterbitkan oleh Libraire du Liban

Beirut dan Macdonald & Evans Ltd. London, dan diedit oleh 1. Milton Cowan,

seorang leksikolog dari Ithaca, New York Amerika Serikat (bdk. Wehr, 1980).

Pada sisi yang lain, puisi Arab yang paling baik adalah puisi yang mampu

menunjukkan unsur musikalitas sehingga siapa pun yang mendengarnya akan

terbawa oleh alunan irama serta ritmenya. Dengan demikian, upaya menguraikan

makna puisi Badui adalah pekerjaan yang rumit. Puisi Bassar terkadang

menggunakan kata kiasan yang terlalu tinggi padahal puisi Badui biasanya tidak

demikian. Sebagian puisi Bassar juga tetap menggunakan gaya lama, yaitu satu kata

dipakai untuk menggambarkan beragam image (Beeston, 1977).

Dominasi model puisi tradisional ini, secara tidak langsung, mendapat banyak

dukungan di lapangan sastra, budaya, dan sosial karena kecenderungan umum dalam

pikiran orang Arab adalah memegang tradisi lama. Apa pun alasan yang

dikemukakan, semua bersumber dari keterbatasan tema dan ide. Sebagai hasilnya,

banyak penyair yang akhimya terjebak dalam gaya dan bentuk semata. Dalam tradisi

dimana rhythm dan suara (pola bunyi) memainkan perannya yang penting, maka

mempertimbangkan struktur dan gaya menjadi faktor yang tidak terelakkan. Dengan

demikian, hal ini juga bermakna bahwa tugas seorang penerjemah puisi Arab

menjadi sangat berat dan sulit. Bagaimanapun, selama berabad-abad, prinsip yang

berlaku bagi penyair adalah bahwa mereka tidak hanya mengungkapkan apa yang

dirasakan dan dipikirkan, tetapi lebih dari itu, mereka harus menuliskan puisi-puisi

itu dalam bentuk dan susunannya yang paling indah. Hal ini dipandang sebagai

perkembangan positif, setidaknya dalam lapangan kritik sastra.

Dalam analisis style, bahasa puisi, terutama metafora dan majaz, para kritikus

Arab Abad Pertengahan sampai pada kesimpulan bahwa sebenamya banyak karya

yang ditulis dengan bahasa yang halus dan modem. Seorang kritikus Anglo­

American seperti LA. Richards bahkan sudah menujukkan adanya hal tersebut pada

delapan atau sembilan abad yang lalu. Akan tetapi, dalam penulisan kreatif, perhatian

penyair serta gaya yang dimilikinya banyak termanifestasikan dalam aliran penulisan

yang disebut badi'. Kata badi' sendiri secara harfiah berarti baru, tetapi kata itu biasa

8

Page 12: SEJARAH PERKEMBANGAN KESUSASTRAAN ARAB KLASIK …repository.ugm.ac.id/33018/1/9._SEJARAH_PERKEMBANGAN_KESUSASTRAAN... · beradab itu adalah kemampuan mengkreasi budaya dan mewujudkannya

digunakan untuk menunjukkan sebuah style puisi yang tinggi. Dalam konteks ini,

penyair modern meneoba untuk mengungkapkan individualitas dan orisinalitasnya

berhadapan dengan unsur-unsur lama. Di tangan para penyair besar seperti Abu

Tammam (805 Masehi) dan al-Mutanabby (915 Masehi), puisi-puisi panjang berubah

menjadi style yang heroik, yang menggambarkan maksud (intention) pengarangnya

untuk menggelorakan semangat kepahlawanan bagi para prajurit dalam perluasan

wilayah Islam ke berbagai kawasan.

3. Sastra Arab: antara Kemunduran dan Kemajuan

Perkembangan penting lain dalam puisi Arab sebagai akibat dari perluasan

wilayah kekuasaan Islam seeara geografis adalah perkembangan dan perluasan

wawasan orang-orang Arab. Berhubungan dengan ini, ada dua hal yang perlu

diperhatikan. Pertama adalah muneulnya genre deskriptif, terutama dalam puisi-puisi

Abu Nawas dan model puisi-puisi alam yang menggambarkan pemandangan gurun

yang banyak dijumpai di wilayah Spanyol Islam, Sisilia, dan Afrika Utara. Kedua,

adalah berkembangnya puisi sufistik yang meneapai puncaknya dalam karya penyair

Mesir, Ibnul-Farid (1182-1235) dan penyair Andalusia Ibnu Araby (1165-1240).

Pada masa Mamlfik dan Utsmany, para penyair lebih terfokus pada bentuk dan eara

ekspresi, kelihaian verbal mereka pada akhimya mengalami degradasi dan jatuh

dalam akrobat kata-kata semata (Badawi, 1975:6).

Sebagian sejarawan sastra bersepakat bahwa sastra Arab pada masa Utsmany

- periode yang dimulai dengan penaklukan Utsmany atas SOOah (I510) dan Mesir

(1517) sampai pada masa ekspedisi Napoleon ke Mesir (1798) - dicatat sebagai masa

kemunduran kebudayaan Arab. Akan tetapi, tentu saja periode ini tidaklah betul­

betul mengalami kemunduran total sebagaimana tertulis dalam banyak buku sejarah.

Sarjana seperti Gibb dan Bowen teguh dengan pendiriannya bahwa "menolak semua

nilai penting sastra Arab abad ke-18 sungguh sangat tidak beralasan". Bahkan Gibb

dan Bowen mengakui sastra Arab tetap sangat menarik walaupun pada saat kondisi

masyarakat yang melahirkannya mengalami kelelahan. Upaya penegakan kembali

sastra Arab dengan gerakan yang seeara luas dikenal dengan Nabda atau al-Inbi 'dts

yang bermakna Renaissance, untuk pertama kalinya dimulai di Lebanon, SOOah, dan

9

Page 13: SEJARAH PERKEMBANGAN KESUSASTRAAN ARAB KLASIK …repository.ugm.ac.id/33018/1/9._SEJARAH_PERKEMBANGAN_KESUSASTRAAN... · beradab itu adalah kemampuan mengkreasi budaya dan mewujudkannya

Mesir. Dari ketiga negara tersebut gerakan ini menyebar luas ke belahan dunia Arab

yang lain (Badawi, 1975:6).

Akan tetapi, dalam perkembangan sastra Arab berikutnya, ternyata di Suriah

keadaannya menjadi terbalik dan cukup memprihatinkan. Hal ini bisa dilihat pada

stagnasi kehidupan sastra Arab yang ditandai, antara lain, dengan tidak adanya

majalah sastra, kecuali hanya "ath-Thali'ah" yang diterbitkan oleh para lulusan

perguruan tinggi Eropa. Selain itu, novel-novel pun tidak banyak bermunculan,

kalaupun ada, para penulisnya sulit mendapatkan penerbit yang berminat

mempublikasikannya. Para sastrawannya (penyair) seolah-olah sedang "tidur

panjang" (an-naumuth-thowils sehingga tiap lima tahun hanya bisa terbit satu

kasidah yang bermutu (ath-Thanthawy, 1992:166-167).

Pada abad ke-18, gejala stagnasi itu makin tampak ketika negara-negara

Arab berada dalam wilayah provinsi kekaisaran Utsmany yang mulai mengalami

kemunduran sehingga wilayah ini terisolasi dari gerakan intelektual yang terjadi di

Barat. Provinsi-provinsi pada kekaisaran ini hidup dalam keterkungkungan dan

keterbelakangan budaya. Pada saat yang bersamaan terjadi ketidakstabilan politik di

wilayah-wilayah kekuasaan Turki yang menyebabkan urusan pendidikan menjadi

terbengkalai, jumiid, dan hanya mementingkan pendekatan teosentris belaka. Tidak

ada ide-ide barn dan inisiatif yang dilahirkan. Kedudukan bahasa Arab selama

kekuasaan Turki digantikan dengan bahasa Turki sebagai bahasa resmi

pemerintahan. Dengan demikian, kebudayaan Arab mengalami kelumpuhan,

termasuk di dalamnya adalah sastra. Tidak banyak karya yang mampu dihasilkan.

Semua terjebak dalam romantika kejayaan masa lalu, sebagai akibatnya adalah

keterputusan generasi. Pandangan-pandangan lama sastra Abad Pertengahan tetap

mendominasi lapangan sastra. Tidak ada pembaruan dalam bersastra, hampir

semuanya adalah peniruan-peniruan gaya atau model-model lama (Badawi, 1975:7).

Sebagian besar puisi Arab abad ke-l S diramaikan dengan kata-kata yang

bemuansa ' akrobat' . Apa yang dilakukan penyair adalah untuk menarik dan

memberikan kesan bagi audiensnya, dengan cara memanipulasi kata-kata tertentu

dan menambahkan beberapa efek khusus. Mereka berlomba-lomba satu sarna lain

dalam membuat puisi-puisi dengan cara barn ini, yaitu setiap kata dalam puisi ini

dibuat sarna, atau kata-kata tersebut dimulai dengan huruf-huruf yang sarna, atau

10

Page 14: SEJARAH PERKEMBANGAN KESUSASTRAAN ARAB KLASIK …repository.ugm.ac.id/33018/1/9._SEJARAH_PERKEMBANGAN_KESUSASTRAAN... · beradab itu adalah kemampuan mengkreasi budaya dan mewujudkannya

setiap huruf dan kata dibubuhi titik-titik. Ada juga yang menuJis puisi dengan cara

memulainya dari belakang. Fenomena gaya penuJisan yang tidak serius ini juga

dijumpai dalam badi' (Badawi, 1975:7). Kondisi sastra Arab pada masa yang

memprihatinkan itu disebut sebagai kitsch, yaitu seni semu, yang oleh Eco, seorang

linguis Italia, disebut "sebuah dusta struktural" (bdk. Hartoko, 1986:73). Artinya,

dusta yang dibuat secara sengaja oleh penyair karena kebuntuan pikiran dan daya

imajinasinya yang dangkal sehingga puisi-puisi yang dihasilkannya tidak bermutu.

4. Sastra Arab dan Sastra Eropa : Dua Entitas yang saling Mempengaruhi

Dalam konteks teori puisi, LA. Richard, seorang penganut madzhab New

Criticism, mengatakan bahwa intention (maksud) pengarang dalam karya sastra

(puisi) itu penting. Pemyataan ini mengisyaratkan bahwa kedirian dan maksud

pengarang dalam analisis teks sastra patut dipertimbangkan. Oleh karena itu, untuk

menilai penampilan penyair, maka intention memainkan peranan penting karena

pembaca akan mengetahui apa yang dimaksudkan oleh penyair (Lambropoulus &

Miller, 1987:103). Dalam buku yang berjudul Principles ojLiterary Criticism yang

dipublikasikan pertama kali pada tahun 1924, Richards berpolemik secara radikal

dengan T.S. Eliot tentang keterlibatan pengarang dalam analisis teks sastra

(Jefferson, 1987:73-74). Dalam polemik itu, T.S. Eliot yang juga seorang Anglo­

American (Erlich, 1964:253) mengatakan bahwa tidaklah relevan apabila maksud

pengarang dihubungkan dengan karyanya (Olsen, 1987:28), artinya, para tokoh cerita

di dalam karya itu tidak mungkin dapat diidentifikasi melalui pengarangnya

(Chatman, 1980:147). Dalam konteks ini, Eliot meniadakan kedirian dan intention

pengarang dalam karya yang diciptanya. Konsep meniadakan keterlibatan dan

intention pengarang dalam memahami sebuah teks sastra disebut intentionalJallacy,

sebuah konsep yang dimunculkan oleh W.K. Wimsatt dan -Monroe C. Beardsley

(LambropouJos & Miller, 1987:103).

Perdebatan teori sastra seperti yang terjadi di Barat, juga muncul di dunia

sastra Arab karena para penulis Arab banyak yang meresepsi teori-teori sastra Barat.

Hal ini dapat dilihat pada buku karya Syafi' as-Sayyid (2005) yang berjudul

Nazhariyyatul-Adab, Dirdsatun fil-Maddrisin-Naqdijyatil-Chaditsah yang dengan

jelas dan detail membahas tentang polemik antara madzhab sastra yang memandang

11

Page 15: SEJARAH PERKEMBANGAN KESUSASTRAAN ARAB KLASIK …repository.ugm.ac.id/33018/1/9._SEJARAH_PERKEMBANGAN_KESUSASTRAAN... · beradab itu adalah kemampuan mengkreasi budaya dan mewujudkannya

intention pengarang itu penting dengan yang menganggap intention tidak perlu ada

dalam anal isis sebuah teks sastra Budaya "menerima dan memberi" antara tradisi

Arab dan Barat dalam dunia sastra merupakan suatu hal yang menarik, tennasuk

dalam pengembangan teori sastra Arab. Pada awalnya, Barat banyak meresepsi

karya-karya sastra Arab yang dipandang masterpiece yang kemudian ditiru model

dan konsepnya oleh para penulis sastra Barat. Kemudian lahirlah karya-karya sastra

Barat yang dipandang masterpiece, yang juga diresepsi oleh penulis sastra Arab.

Kembali pada masalah individualitas dan orisinalitas puisi Arab, yang

berkaitan erat dengan tarik-rnenarik antara mempertahankan konvensi lama dengan

menganut model baru, dapat dikatakan bahwa kernenangan-kemenangan dalam

peperangan banyak yang diabadikan dalam puisi-puisi model baru. Al-Mutanabby

juga berupaya keras untuk keluar dari konvensi lama. Abul-' Ala 'al-Ma'am, seorang

penyair .buta Suriah (973-1058), dengan sangat percaya diri, mampu keluar dari

konvensi-konvensi lama dalam berpuisi, ia tidak lagi menuliskan kata-kata pujian

untuk sang patron dalam pembukaan puisinya sebagaimana yang lazim dilakukan

oleh para penyair pada masa itu. Dia banyak menuliskan pandangannya tentang

hidup dan mati manusia serta keyakinan-keyakinannya dalam puisi yang beragam

modelnya. Puisi yang ditulisnya terkadang hanya terdiri atas dua sampai tiga baris

saja. Sikap rasionalistik, skeptik, pesimistik, kejujuran, dan keberaniannya menolak

konvensi lama telah membuat ia dikenal luas di kalangan penyair modern (Badawi,

1975:6).

Dalam keterkaitan masalah sastra Arab ini, maka siapa pun harus menengok

kembali pada masalah-masalah yang pernah menjadi wacana pada zaman Yunani,

yaitu tradisi Aristotelian karena pengaruhnya begitu besar terhadap pennulaan dan

perkembangan teori puisi Arab. Sebagaimana dimaklumi bahwa karya-karya penting

Aristoteles telah banyak yang disalin ke dalam bahasa Arab. Akan tetapi, bila

dicermati lebih mendalam, karya-karya besar Aristoteles yang popu1er di kalangan

bangsa Arab dan yang disalin itu bukan karya-karya sastra, tetapi karya filsafat dan

ilrnu pengetahuan. Disiplin puitika Arab dikembangkan dan berasal dari beragam

pendekatan yang berbeda, dan pada dasarnya, merupakan hasil usaha yang dibuat

oleh ahli filologi yang mempertimbangkan dan mengkaji komposisi puisi-puisi Arab.

Di bawah pengaruh tradisi Aristotelian, bagaimanapun, para sastrawan Arab semakin

12

Page 16: SEJARAH PERKEMBANGAN KESUSASTRAAN ARAB KLASIK …repository.ugm.ac.id/33018/1/9._SEJARAH_PERKEMBANGAN_KESUSASTRAAN... · beradab itu adalah kemampuan mengkreasi budaya dan mewujudkannya

handal dalam mengembangkan definisi puisi dan memformulasikan pengamatan

rnereka sendiri melalui cara yang berbeda dengan pengayaan kosa kata yang lebih

logis. Menurut Cantarino (1975), walaupun pandangan mereka tentang hakikat

[enomena puisi sangat luar biasa, tetapi terkadang kesimpulannya kurang

rneninggalkan kesan, kehilangan sentuhan tradisional, terjebak pada retorika, dan

konkretisasi puisi yang terlalu formal.

Lebih jauh Cantarino (1975) melontarkan kritiknya bahwa di bawah pengaruh

tradisi Aristotelian, kemudian menjadikan sarjana-sarjana Barat sebagai acuan,

rnembuat esai-esai sastra Arab seringkali berakhir sebagai enumerasi dari varietas

Aristotalica semata. Kemungkinan bahwa pendapat ini benar sangatlah kecil karena

hal itu berarti menolak atau mengabaikan fakta bahwa sarjana-sarjana Arab berusaha

keras menganalisis kualitas komposisi puisi Arab dari perspektif terminologi

Aristotelian yang dipahami dalam term mereka sendiri. Menolak fakta ini berarti

rnenolak seluruh alasan inteligensi dan prestasi yang telah dicapai oleh sebagian

besar penulis dan filosof Arab temama dalam sejarah kebudayaan mereka. Dengan

demikian, juga menolak kontribusi berharga yang telah disumbangkan dalam analisis

puis i .

Di bawah pengaruh tradisi Aristotelianlah para penulis Arab mampu

rnengembangkan teori analisis puisi. Ketidakmampuan mengubah kecenderungan

puisi atau retorika dalam kritik sastra Arab tidak perlu menjadi alasan menolak gaya

berpikir Aristotelian. Para kritikus sastra Arab, di satu pihak, secara intensif terns

melakukan pengamatan dan studi komposisi puisi dalam rangka mencari formulasi

filosofis dan teoretis, tetapi di pihak lain mereka tidak mencoba menyusun teori-teori

estetika dalam komposisi dan studinya.

Salah satu problem yang sering ditemui para sarjana dalam menganalisis teori

puisi Arab adalah lemahnya sistem dalam pengkajian teks-teks tertulis yang

dilakukan oleh para kritikus Arab. Para sarjana itu tampaknya kurang berminat

daharri mengungkapkan subjek bahasan secara organik dan menarik. Hal ini patut

disayangkan karena bertolak belakang dengan prestasi intelektual dan budaya yang

telah dicapai. Dengan kondisi seperti ini, banyak topik yang dalam pandangan

stru.k:turalisme, semestinya mendapat pembahasan serius, tetapi akhirnya terkesan

hanya dianggap sambil lalu. Problem lain yang lebih pelik adalah adanya

13

Page 17: SEJARAH PERKEMBANGAN KESUSASTRAAN ARAB KLASIK …repository.ugm.ac.id/33018/1/9._SEJARAH_PERKEMBANGAN_KESUSASTRAAN... · beradab itu adalah kemampuan mengkreasi budaya dan mewujudkannya

ketidakmampuan para kritikus sastra menganalisis puisi Arab dengan teori-teori

baru. Analisis teks-teks puisi Arab masih sering menambahkan konsep-konsep baru

dengan tanpa menolak konsep-konsep lama. Hal ini terus saja berlanjut tanpa

perubahan di sepanjang sejarah kritik sastra Arab (Cantarino, 1975).

Dari tinjauan kronologis, produktivitas teori sastra Arab membentuk sebuah

kurva dan setara dengan studi-studi lain di dunia Arab, mempresentasikan dari apa

yang disebut sebagai zaman keemasan Islam (the golden age); dari abad ke-9 sampai

dengan abad ke-12 Maseru. Dimulai dengan permulaan pertumbuhan yang sangat

cepat, kemudian datar, dan pelan-pelan mengalami kemunduran. Kelahiran kembali

dunia Arab, yang jejak-jejaknya masih dapat disaksikan sampai saat ini, dalam

budaya dan kesadaran sastra mereka, bukanlah kelanjutan dari warisan besar sejarah

mereka, tetapi lebih merupakan produk dari pengaruh peradaban Barat, dan hal ini

diakui oleh para pemikir Arab sendiri. Demikian juga, teori sastra Arab modem lebih

merupakan hasil resepsi dari tradisi sastra Eropa daripada kelanjutan dari sastra

tradisional Arab (Cantarino, 1975).

5. Resepsi Sastra Arab dalam Sastra Eropa

Sebagian besar karya sastra Arab telah banyak yang disalin ke dalam bahasa

Barat. Karya ini setidaknya memberikan kesempatan kepada para pembaca untuk

mengetahui lebih mendalam mengenai kritik sastra Arab. Tidak lama berselang

setelah kemunculannya di Inggris pada tahun 1956, drama karya John Obsorme,

Lock Back in Anger, telah mengalami pengalihan ke dalam bahasa Arab dan

diproduksi menjadi serial sandiwara radio. Pada saat itu, beragam kelompok drama

lokal Cairo sangat gencar menampilkan drama-drama terjemahan karya para

sastrawan besar dunia, mulai dari Sheakspeare, Chekov, Sartre, Arthur Mill,

Durrenmatt, Ionesco, dan Samuel Beckett. Karya-karya sastra Barat seperti novel

Jerman "Isolde Blanchemein" dan novel Prancis "Flo ire et Blanche Fleur" adalah

cerita-cerita yang mirip dengan novel karangan al-Qasim yang berasal dari tradisi

puisi dramatique Arab. Puisi dramatique (asy-syi'rut-tamtsilyi diartikan sebagai

ungkapan kejadian yang berisi nasihat dan hikmah kehidupan manusia (asy-Syak'ah,

1974:713; Zaydan, 1996:55) yang dalam tradisi sastra Arab biasanya diungkapkan

melalui sarana puisi dan prosa.

14

Page 18: SEJARAH PERKEMBANGAN KESUSASTRAAN ARAB KLASIK …repository.ugm.ac.id/33018/1/9._SEJARAH_PERKEMBANGAN_KESUSASTRAAN... · beradab itu adalah kemampuan mengkreasi budaya dan mewujudkannya

Karya sastra Arab monumental yang mendapat sarnbutan besar masyarakat

Barat adalah Kasidah Burdah yang ditulis oleh al-Bushiry pada abad ke-l J Masehi.

Kasidah ini menjadi bukti akan keutamaan sastra Arab di mata sastra Eropa dan

dunia. Kasidah Burdah adalah sebuah puisi panjang yang berisi sejarah kehidupan

dan kepribadian Nabi Muhammad saw yang digemari oleh tiap generasi bangsa

Muslim dan non-Muslim, yang disarnbut oleh bangsa Arab sendiri dan bangsa non­

Arab yang tersebar di lima benua : Asia, Afrika, Eropa, Amerika, dan Australia.

Kasidah Burdah adalah salah satu karya sastra yang populer selarna berabad­

abad (Nasr, 1994: 114) yang mendapat sarnbutan besar dalarn sejarah perkembangan

sastra dunia sepanjang zaman (Glasse, 1996:65). Tidak ada satu pun puisi lain dalarn

bahasa Arab yang marnpu menandingi kemashuran Kasidah Burdah. Lebih dari 90

komentar (syarah) atas puisi itu telah disusun. Bait-bait Kasidah Burdah masih

sering dijadikan mantera, bahkan kaum Drusis hingga saat ini selalu membaea puisi­

puisi itu dalarn upaeara pemakarnan (Hitti, 2005:883).

Popularitas Kasidah Burdah dapat dilihat pada sarnbutan besar atasnya yang

berupa terjemahan dan komentar dalarn bahasa-bahasa dunia : Inggris, Prancis,

Jerman, Belanda, Italia, Spanyol, Persia, Turki, Rusia, Cina, Berber, Urdu, Swahili,

dan bahasa-bahasa yang digunakan oleh bangsa Nordic, yaitu Norwegia, Swedia,

Denmark, Islandia, dan Finlandia (asy-Syantanawy, 1.1.:524, Hitti, 2005:883,

islarnierxtbooks.com/rus, www.sandalaco.uk/chinese, www.al-ghazali.org.2004).

Selain itu, karya sastra Arab terkenal seperti Alfu Laylah wa Laylah (Seribu

Satu Malam) mulai diterjemahkan ke dalarn berbagai bahasa Eropa pada tahun 1704

dan telah mengalarni eetak ulang sebanyak 30 kali. Setelah itu, novel Arab yang

sangat populer ini mengalarni proses penerjemahan di Eropa sebanyak 300 kali.

Novel ini telah banyak mengilharni para novelis Eropa dalarn memproduksi karya­

karya sastranya. Tidak ketinggalan juga karya Boccacio, seorang penulis Italia, yang

telah menghimpun seratus cerita, banyak dipengaruhi oleh Alfu Laylah wa Laylah,

bahkan Gibb menyatakan bahwa kalaulah tidak ada kisah Alfu Laylah wa Laylah,

maka orang-orang Eropa, terutama Inggris, tidak akan bisa membaca dua novel

terkenal, yaitu Gulliver's Travels dan Robins Karzou (asy-Syak'ah, 1974:723).

Di samping itu, Cervantes dengan karyanya yang terkenal Don Quixote

adalah contoh nyata sebuah novel heroik (Weimann, 1984:83) yang mendapat

15

Page 19: SEJARAH PERKEMBANGAN KESUSASTRAAN ARAB KLASIK …repository.ugm.ac.id/33018/1/9._SEJARAH_PERKEMBANGAN_KESUSASTRAAN... · beradab itu adalah kemampuan mengkreasi budaya dan mewujudkannya

pengaruh dari sastra Arab Andalusia (Spanyol Islam). Simbol-simbol budaya

Spanyol Islam tampak kental dalam Don Quixote, dan hal ini tidaklah mengherankan

karena interaksi dan akulturasi budaya antara Spanyol Islam dengan Eropa sangat

intensif. Pengaruh sastra Arab dalam sastra Eropa dapat dilihat pula pada karya

sastrawan Spanyol, Don John Manuel, yang menu lis novel berjudul El Conde

Lucanor. Dalam lembaran awal novelnya itu, dengan jelas Don John Manuel

menggambarkan kehidupan renik-renik budaya Arab di Spanyol (asy-Syak'ah,

1974:715-716). Hal ini menunjukkan bahwa betapa sastra Arab mendapat tempat

yang baik di mata sastrawan-sastrawan Eropa, yang berarti di antara kedua bangsa ini

telah tercipta dialog intelektual melalui wacana resepsi dan transformasi budaya.

Di bidang drama, pengaruh sastra Arab dan pemikiran Islam pada drama

Eropa dapat dilihat pada karya dramawan Italia, Dante (abad 13-14 Masehi), yang

sangat terkenal, yaitu Diviana Comedia (Divine Comedy). Pada masa itu, Dante dan

Diviana Comedia-nya lebih dikenal di dunia Arab daripada di Eropa sendiri.

Sambutan masyarakat Arab begitu antusias karena dalam karya drama itu termuat

simbol-simbol Islam yang dikemas oleh Dante sedemikian rupa sehingga seolah-olah

isi ceritanya bemafaskan Islam padahal sesungguhnya cerita itu diangkat dari ide-ide

Katolik (Catholic ideas) (bdk. Chatman, 1980:149). Pada masa itu, kesusastraan

Arab dan pemikiran Islam di Spanyol, Prancis selatan, dan sebagian wilayah Italia

selatan sedang mengalami kemajuan karena bahasa Arab digunakan sebagai bahasa

ilmu, bahasa kebudayaan dan peradaban (asy-Syak'ah, 1974:719).

Diviana Comedia dipandang oleh masyarakat Arab sebagai karya sastra

Eropa yang "bernafaskan" Islam karena di dalam ceritanya dilukiskan perjalanan

manusia ke tiga tempat di akhirat yang ada di dalam ajaran Islam, yaitu neraka,

tempat tertinggi (al-'Araf), dan surga. Dante seolah-olah melakukan perjalanan

sendiri ke langit (akhirat) untuk mencari kekasih yang dicintainya, yaitu Beatrice,

yang akhimya ditemukanlah kekasihnya itu di surga. Selain itu, Dante juga

dipengaruhi oleh Plathios, seorang sastrawan Spanyol, yang menulis kisah Isrd dan

Mi'rdj Nabi. Pola kisah perjalanan ke akhirat dalam Diviana Comedia mirip dengan

pola kisah perjalanan Nabi ketika mi'rdj (asy-Syak'ah, 1974:720-722). Kerniripan

cerita dalam Diviana Comedia dengan ajaran kehidupan akhirat dalam Islam menjadi

16

Page 20: SEJARAH PERKEMBANGAN KESUSASTRAAN ARAB KLASIK …repository.ugm.ac.id/33018/1/9._SEJARAH_PERKEMBANGAN_KESUSASTRAAN... · beradab itu adalah kemampuan mengkreasi budaya dan mewujudkannya

bukti nyata bahwa Dante memiliki pengetahuan tentang Islam yang didapatnya dari

hasil dialog budaya antara ide-ide Katolik dengan ide-ide Islam.

Di samping itu, ada hal yang menarik lagi adalah novel Vathek karya

Beckford, sastrawan Inggris, yang alur ceritanya di samping bergaya Inggris dan

Prancis, juga dipengaruhi oleh gaya sastra Arab, Yunani klasik, Latin, dan Romawi

(asy-Syak'ah, 1974:724). ladi, novel Vathek ini adalah contoh sebuah akulturasi

budaya Eropa dengan hipogramnya adalah Yunani, Romawi, dan Latin dengan

budaya Arab yang hipogramnya adalah Islam.

Karya sastra Arab yang bemuansa filosofis, dan menjadi terkenal di dunia

Barat, adalah novel Hayy bin Yaqzhdn karya Ibnu Thufayl, seorang sastrawan Arab

Islam Spanyol yang hidup pada abad ke-12 Masehi. Keunggulan novel ini terletak

pada ketajaman dan keluasan berpikir tokoh-tokoh ceritanya, komposisinya yang

akurat, konsep-konsep filsafatnya yang canggih, dan imajinasinya yang segar. Novel

ini pertarna kali diterjernahkan ke dalam bahasa Ibrani oleh Musa bin Norboun pada

tahun 1439, sedangkan ke dalam bahasa Latin dan Inggris diterjemahkan pada tahun

1708.

Pengaruh novel Hayy bin Yaqzhdn terhadap sastra Eropa dapat dilihat pula

pada karya novelis Inggris, Danial de Foe, yang menulis novel panjang terkenal,

yaitu Robins Karzou. Danial de Foe dalam novelnya itu menulis cerita yang berbasis

pada pemikiran Ibnu Thufayl tentang filsafat. Dialog antartokoh dalam Robins

Karzou mirip dengan Hayy bin Yaqzhdn yang sarat dengan kata-kata filosofis yang

sulit dipahami oleh pembaca biasa. Hal yang membedakan adalah tokoh utama

dalam Hayy bin Yaqzhdn lebih memerankan diri sebagai seorang filosofyang ideal is,

sedangkan tokoh utama pada Robins Karzou lebih memerankan diri sebagai laki-laki

yang berwawasan pragrnatis, tetapi memiliki pemikiran yang filosofis (asy-Syak'ah,

1974:723)."

Selain itu, puisi model empat baris (poetry quaterly) gaya Lebanon sepanjang

tahun 1957-1969 banyak yang diterbitkan dalam bentuk asli dan terjemahannya

secara bersamaan oleh para sastrawan Prancis dan Inggris. Puisi itu seringkali tertata

secara berdampingan dengan teks aslinya dalam bahasa Arab. Akan tetapi, terkadang

juga tidak berdampingan dengan teks aslinya, seperti pada kasus John Wain. Satu

dari fitur bentuk review sastra Arab, seperti dalam majalah bulanan di Lebanon, Al-

17

Page 21: SEJARAH PERKEMBANGAN KESUSASTRAAN ARAB KLASIK …repository.ugm.ac.id/33018/1/9._SEJARAH_PERKEMBANGAN_KESUSASTRAAN... · beradab itu adalah kemampuan mengkreasi budaya dan mewujudkannya

Adab (1953) adalah penulisan summary dari karya-karya utama sastra Barat dan

peristiwa budaya yang terjadi di negara tersebut. Al-Majalla (1957-1971) sebuah

majalah bulanan di Cairo, memberikan banyak ruang bagi review mendalam karya­

karya sastra Barat. Selain itu, juga tidaklah mengejutkan kalau al-Ahrdm, sebuah

surat kabar terbesar di Cairo, merelakan banyak halaman yang dimilikinya untuk

mendiskusikan novel Perancis atau puisi terjemahan karya Mayakovsky atau

Yevtushenko (Badawi, 1975: 1). Selain itu, dalam bidang sastra dan drama, Lessing

(1721-1781), seorang kritikus sastra asal Prancis, Goethe (1749-1832) dan Shiller

(1759-1805), dua sastrawan Jerman, termasuk tokoh-tokoh yang menjadi rujukan

teori sastra dan drama Arab modern (as-Sayyid, 2005:9).

Pada zaman dan sisi yang lain, pencarian bentuk atau model drama Arab tidak

hanya diupayakan oleh golongan muda sebagai ujung tombaknya, tetapi juga oleh

seorang tokoh tua dari Mesir, Taufiq al-Chakim. Sebagai dramawan sekaligus

sastrawan, Taufiq al-Chakirn adalah penulis Arab yang mampu memotret realitas

sosial masyarakat Arab melalui novel dan karya-karya dramanya. Di samping itu, ia

juga mampu mendialogkan perasaan dan pikiran masyarakat Arab melalui teks-teks

dramanya itu (Muchammad, 1982: 192). Pengamatan sekilas atas drama Arab

modern, sebagairnana yang muncul di Cairo, sudah menciptakan gambaran betapa

mudahnya unsur luar, terutama model-model Barat, memberikan pengaruhnya pada

kebudayaan Arab. Hal ini juga tampak dalam karya sastra lain yang dapat dilihat

pada sebuah terjemahan novel karya Boris Pasternak, Dr. Zhivago, dan sebagian

besar karya Jean Paul-Sartre serta Albert Camus telah tersedia dalam bahasa Arab.

Pada mulanya Albert Camus (selanjutnya disebut Camus) memasuki

kalangan eksistensialis di bawah pengaruh Jean-Paul Sartre. Eksistensialisme

berpandangan bahwa manusia itu ada dulu dan esensinya tumbuh kemudian. Akan

tetapi kemudian Camus "melepaskan diri" dari eksistensialisme Sartre karena

perbedaan pandangan antara keduanya. Bagi Sartre, hidup ini hanya mempunyai nilai

bila manusia memberikan nilai itu, sedangkan bagi Camus, manusia sendirian tidak

mempunyai nilai, tetapi nilai itu diperoleh karena solidaritas dan sirnpati. Mengenai

Camus sendiri dapat dikategorikan sebagai pemikir keturunan Arab karena ia lahir di

Mondovie, Aljazair dan dibesarkan di Aljir. Ia meninggal di Villeblevin, Prancis

pada tanggal 7 November 1913 (Hoed, 1992:18). Dalam hal ini, tidak sedikit penulis

18

Page 22: SEJARAH PERKEMBANGAN KESUSASTRAAN ARAB KLASIK …repository.ugm.ac.id/33018/1/9._SEJARAH_PERKEMBANGAN_KESUSASTRAAN... · beradab itu adalah kemampuan mengkreasi budaya dan mewujudkannya

Arab yang terpengaruh, terutama, oleh pemikiran Camus yang tercermin dalam

novel-novel Arab modem dengan menampilkan tokoh-tokoh cerita yang berpikiran

eksistensialis.

Sudah tentu, terjalinnya hubungan kebudayaan antara Arab dengan Barat

telah menjadi fakta kultural yang tidak terelakkan. Fakta menunjukkan bahwa

sebagian besar sastrawan besar Arab modem, tanpa kecuali, langsung atau tidak

langsung, terpengaruh oleh kebudayaan Barat (Badawi, 1975:2). Hal ini dapat

dipahami apabila meminjam pemikiran Madzhab Marburg, yang dipelopoi oleh

Ricket, yang menyatakan bahwa tidak ada realitas yang independen. Realitas tidak

dapat dikenal pada dirinya sendiri, atau dalam ungkapan Immanuel Kant, realitas

tidak cukup hanya dipahami dari dirinya sendiri (thing in itself) (Peursen, 1990:11).

Artinya, perkembangan sastra Arab tidak dapat dilepaskan dari realitas yang lain,

yaitu realitas pengaruh sastra Barat, apalagi ketika Prancis menjajah Mesir dari tahun

1798-1801, temyata negara itu telah menanarnkan pengaruh yang besar atas

perkembangan pemikiran sastra Arab modem (as-Sayyid, 2005:59).

6. Pengaruh Pemikiran Barat terhadap para Penulis Sastra Arab

Di antara sastrawan-sastrawan Arab (Mesir) terkemuka yang dipengaruhi

oleh pemikiran Barat adalah Abdur-Rachman Syukry (1887-1956), Abbas Machmfid

'Aqqad (1779-1964), dan Ibrahim Abdul-Qadir al-Mazany (1890-1949) (as-Sayyid,

2005:9). Dalam madzhab sastra Arab, ketiga sastrawan ini termasuk dalam kelompok

pre-romantics (Badawi, 1975) yang menghidupkan pembaruan pemikiran sastra

Arab di Mesir dengan mendirikan perkumpulan yang disebut "Jamd 'atut-Diwdn ".

Perkurnpulan sastra ini didirikan sebagai respons terhadap perkumpulan sastra Arab

mahjar di Amerika Serikat yang bemama "ar-Rdbithatul-Qalamiyyah" yang

didirikan oleh Jibran Khalil Jibran (1871-1931), Michael Nu'aymah (1889-1988),

Nasib 'Aridhah (1887-1946), Rasyid Ayyub (1871-1941), dan Elya Abu Madha

(1890-1941).

Pemikiran sastrawan Arab yang tergabung dalam Jamd 'atut-Diwdn lebih

cenderung ke madzhab Romantics, yaitu penonjolan kekuatan perasaan dalam teks

sastra, sedangkan pemikiran sastrawan Arab yang tergabung dalam ar-Rdbithatul­

Qalamiyyah Iebih condong ke formalisme, yaitu paham yang mereduksi teks sastra

19

Page 23: SEJARAH PERKEMBANGAN KESUSASTRAAN ARAB KLASIK …repository.ugm.ac.id/33018/1/9._SEJARAH_PERKEMBANGAN_KESUSASTRAAN... · beradab itu adalah kemampuan mengkreasi budaya dan mewujudkannya

dari aspek-aspek nonsastra (bdk. Scholes, 1977: 170). Jamd 'atut-Diwtin lebih

memfokuskan perhatiannya pada terna-tema : keindahan, kemuliaan, kejayaan, dan

hal-hal yang berkaitan dengan ungkapan perasaan. Madzhab yang pertana ini lebih

dekat pada pandangan Wordsworth yang mengatakan bahwa puisi adalah ungkapan

spontanitas perasaan yang kuat dan tajam (dalam Belsey, 1980:8) Adapun ar­

Rabithatul-Qalamiyyah lebih mengutamakan perhatiannya pada upaya pembaruan

gaya bersastra yang tidak terikat pada tradisi Romantics. Perkumpulan sastra yang

kedua ini didirikan pada bulan April 1920 di kota New York yang diketuai oleh

Jibran dan Nu'aymah sebagai penasihatnya, sedangkan Jamd 'atut-Diwdn didirikan di

Cairo, Mesir. Dua perkumpulan sastra yang berada di dua negara yang berbeda

kebudayaannya itu menjadi pusat kegiatan dan produksi karya sastra Arab modem

yang karya-karyanya tersebar ke dunia Barat dan ke dunia Timur (as-Sayyid,

2005: 130-131).

Penolakan para penyair sastra Arab mahjar terhadap madzhab Romantics

paralel dengan pandangan penulis sastra Spanyol abad ke-18 Masehi, Jose Ortega y

Gasset, yang juga antiromantics dan aristocratic. Ortega menolak keras hegemoni

definisi sastra hanya dari perspektif elite intelektual saja. Ortega juga

mengkhawatirkan munculnya karya sastra elitis yang diproduksi oleh sebuah

hegemoni kultural yang disebut "kebudayaan tanpa hari kemarin" C'culture without

yesterday"), yaitu kondisi budaya yang tidak memiliki visi historis dari warisan

budaya bangsanya (Weimann, 1984:83). Dalam konteks ini, teori sastra Arab yang

dipelopori oleh para sastrawan Arab mahjar itu menolak definisi sastra yang sudah

sekian lama didominasi oleh madzhab Romantics, dan pemaknaan karya sastranya

cenderung dalam hegemoni para penafsir elite intelektual saja.

Selain itu, perkembangan teori sastra Arab modem dapat dilihat, antara lain,

pada karya-karya Dr. Syauqy Dhayf yang berjudul "al-Fannu wa Madzahibuhu fisy­

Syi 'ril- 'Araby" ("Seni dan Madzhab-Madzhabnya dalam Puisi Arab") dan "al-Fannu

wa Madzdhibuhu fin-Natsril- 'Araby" ("Seni dan Madzhab-Madzhabnya dalam Prosa

Arab), dan karya Dr. Darwisy al-Jundy yang berjudul "ar-Ramziyyatu fil- 'Adabil­

'Araby" ("Simbolisme dalam Sastra Arab) (al-Ayyuby, 1984:379). Selain

perkembangan teori, kemajuan sastra Arab modemdapat juga dilihat pada novel­

novel yang membicarakan sastra realisme, antara lain novel (i) "Zaynab" karya

20

Page 24: SEJARAH PERKEMBANGAN KESUSASTRAAN ARAB KLASIK …repository.ugm.ac.id/33018/1/9._SEJARAH_PERKEMBANGAN_KESUSASTRAAN... · beradab itu adalah kemampuan mengkreasi budaya dan mewujudkannya

Muchammad Chussayn Haykal, (ii) "al- 'Ayyam" karya Thaha Chusayn, (iii)

"<Ushfiaun minasy-Syarqi" karya Taufiq al-Chakim, dan (iv) "t Adibun fis-Suqi"

karya Umar Fakhury. Novel-novel tersebut berisi cerita tentang kehidupan sosial dan

moral masyarakat Arab modern (al-Ayyuby, 1984:380). Tulisan-tulisan tentang teori

sastra dan karya-karya sastra Arab ini, dilihat dari latar belakang pendidikan

para penulisnya, adalah buah pikiran konvergensial antara tradisi sastra konvensional

Arab dengan tradisi sastra Barat.

Dalam konteks ini, Taufiq al-Chakim mampu menjembatani karya seni

sebagai das Sol/en dengan realitas sosial sebagai das Setn sehingga antara keduanya

mempunyai hubungan fungsional. Perdebatan antara karya seni dengan realitas sosial

menjadi ciri utama masa Romantics Arab. Di Barat, perdebatan tentang hubungan

antara seni, khususnya sastra dan drama, dengan realitas sosial mencapai puncaknya

ketika seni mencapai otonomi dan menolak untuk tunduk pada norma dan aturan

sosial yang berIaku (Jauss, 1982:14). Oposisi dan kritik terhadap karya seni yang

tidak memperhatikan realitas sosial, dalam dunia sastra Arab, dilakukan oleh para

sastrawan yang hijrah ke Amerika Serikat seperti Jibran Khalil Jibran, Nasib

'Aridhah, Michael Nu'aymah, Rasyid Ayyub, dan Elya Abu Madha (Badawi,

1975: 181-182).

7. Kesimpulan

Para sastrawan Arab mahjar ini menginginkan terciptanya otonomi sastra dan

drama yang tidak begitu saja tunduk pada norma dan aturan sosial yang berIaku pada

masyarakat Arab. Jadi, puisi-puisi Arab mahjar lebih cenderung pada realisme, yaitu

penghampiran karya sastra pada kenyataan sosial. Dalam konteks ini, realisme

diartikan sebagai "objectivity" yang dioposisikan maknanya dengan hal-hal yang

bersifat subjektif. Jadi, pengarang harus menyisihkan .subjektivitasnya dan

menghindarkan diri dari hal-hal yang bersifat individual. Selain itu, karya-karya

sastra yang berkutub pada realisme, sesungguhnya, selalu dioposisikan dengan

madzhab romantic fiction. Berdasarkan pemikiran ini, puisi-puisi sastra Arab

mahjar diposisikan sebagai kekuatan "oposisi" terhadap madzhab romantic fiction

itu.

21

Page 25: SEJARAH PERKEMBANGAN KESUSASTRAAN ARAB KLASIK …repository.ugm.ac.id/33018/1/9._SEJARAH_PERKEMBANGAN_KESUSASTRAAN... · beradab itu adalah kemampuan mengkreasi budaya dan mewujudkannya

Dari sejarah perkembangan sastra Arab tersebut terlihat bahwa karya prosa,

puisi, dan drama Arab modem lebih cenderung pada pemotretan realitas sosial

daripada ekspresi idealisme para pengarangnya. Jadi, sastra realisme menjadi tampak

dominan dalam perkembangan sastra Arab modem itu. Dalam tataran serniotik,

tampak jelas bahwa sastrawan Arab lebih condong ke praktik solipcism, atau disebut

textual subjectivism, yang berpandangan bahwa teks sebuah karya sastra hanya dapat

dipahami dan dikembangkan melalui subjektivitas pembacanya. Artinya, pembaca

menginginkan adanya keterkaitan antara teks sastra dengan realitas sosial, yang pada

gilirannya sastra Arab tidak hanya berada dalam dunia imajinasi belaka. Sastra Arab

harus menjadi kontributor dan pemberi solusi atas persoalan nyata yang dihadapi

bangsa Arab, sekecil apa pun kontribusi dan solusi itu.

22

Page 26: SEJARAH PERKEMBANGAN KESUSASTRAAN ARAB KLASIK …repository.ugm.ac.id/33018/1/9._SEJARAH_PERKEMBANGAN_KESUSASTRAAN... · beradab itu adalah kemampuan mengkreasi budaya dan mewujudkannya

DAFTARPUSTAKA

'Asyiyyi, Ilyas, 1973. Abu Nuwds. Darul-Kitabil-Lubnany, Bayrut.

al-Ayyuby, Yasin. 1984. Madzdhibul- 'Adab. Ma 'dlimun wan- 'Ikdsdt, al­Kaldsikiyyah, ar-Ramanthiqiyyah, al-Wdqi'iyyah. Darul-Tlrni lil-Malayin,Bayrut.

Badawi, M.M. 1975. Modern Arabic Poetry. Cambridge University Press,Cambridge.

Bakalla, M.H. 1984. Arabic Culture Through its Language and Literature. KeganPaul International, London, Boston, Melbourne and Henley.

Beeston, A.F.L. 1977. Selections from the Poetry of Bassdr. Cambridge UniversityPress, Cambridge.

Belsey, Catherine. 1980. Critical Practice. Methuen & Co., London and New York.

Brockelmann, C. 1937. Geschichte Der Arabischen Litteratur. Supplementband 1.E.J.Beill, Leiden.

Burbank and Steiner, John, Peter. 1978. Structure, Sign, and Function. SelectedEssays by Jan Mukaiovsky. Yale University Press, New Haven and London.

Cantarino, Vincente. 1975. Arabic Poetics in The Golden Age. EJ. Brill, Leiden.

Chatman, Seymour. 1980. Story and Discourse, Narrative Structure in Fiction andFilm. Cornell University Press, Ithaca and London.

Erlich, Victor. 1964. Russian Formalism, History - Doctrine. Mouton Publishers,The Hague, Paris, New York.

Glasse, Cyril. 1996. Ensiklopedi Islam. Terjemahan dari The Concise EncyclopaediaofIslam. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Guinhut, Jean-Pierre. 1998. "The Man Who Loved Too Much, The Legend of Leyliand Majnfm" dalam www.librarycomell.edu/-colldev/I?ideastlmajnun.htm.

Hartoko Dick dan B. Rahmanto. 1986. Pemandu di Dunia Sastra. Penerbit Kanisius,Yogyakarta.

Hitti, Philip K. 2005. History of The Arabs. Diterjemahkan oleh Cecep LukrnanYasin dan Dedi Slamet Riyadi dari judul History of The Arabs: From theEarliest Times to the Present. P.T. Serambi llmu Semesta, Jakarta.

Hoed, Benny H. 1992. Kala dalam Novel, Fungsi dan Penerjemahan-nya. GadjahMada University Press, Yogyakarta.

23

Page 27: SEJARAH PERKEMBANGAN KESUSASTRAAN ARAB KLASIK …repository.ugm.ac.id/33018/1/9._SEJARAH_PERKEMBANGAN_KESUSASTRAAN... · beradab itu adalah kemampuan mengkreasi budaya dan mewujudkannya

Jauss, Hans Robert, 1982. Aesthetic Experience and Literary Hermeneutics.University of Minnesota Press, Minneapolis.

Jefferson, Ann, David Robey, 1987. Modern Literary Theory. B.T. Batsford Ltd.,London.

al-Khuly, Amin dan Nashir Chamid Abu Zayd. 2004. Metode Tafsir Sastra.Diterjemahkan oleh Khairon Nahdiyyin dari judul asli Naqdul-Khithdb ad­Diniy dan Mandhijut-Tajdid fin-Nachwi, wal-Baldghah, wat-Tafsir, wal­Adab. Adab Press, Fakultas Adab lAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Lambropoulus, Vassilis, Miller, David Neal. 1987. Twentieth Century LitetaryTheory. State University of New York Press, Albany.

Lord, Albert B. 1981. The Singer ofTales. Harvard University Press, Massachusetts.

Martin, Wallace. 1986. Recent Theories of Narrative. Cornell University Press.Ithaca and London.

Mucharnmad, Ibrahim Abdur-Rachman. 1982. An-Nazhariyyatu wat-Tathbiq fil­Adabil-Muqdran. Darul-'Audah, Bayrfrt.

Nasr, Seyyed Hossein. 1994. Menjelajah Dunia Modern. Terjemahan dari A YoungMuslim's Guide to the Modern World. Mizan, Bandung.

Olsen, Stein Haugom. 1987. The End of Literary Theory. Cambridge UniversityPress, Cambridge, London, New York, New Rochelle, Melbourne, Sydney.

Peursen, C.A. van. 1990. Fakta, Nilai, dan Peristiwa. Tentang Hubungan antaraIlmu Pengetahuan dan Etika. Diterjemahkan oleh A. Sonny Keraf dari judulasli Facts, Value, Events. P.T, Gramedia, Jakarta.

Sa'iy, Achmad Bassam. 1985. Al-Wdqi'iyyatul-Isldmiyyah fil- 'Adabi wan-Naqdi.Darul-Manarah, Jeddah.

as-Sayyid, Syafi'. Nazhariyyatul-Adab, Dirdsatun fil-Maddrisin-Naqdiyyatil­Chaditsah. Maktabatul-Adab, al-Qahirah.

Scholes, Robert. 1977. Structuralism in Literature. Yale Upiversity Press, NewHaven and London.

Seung, T.K. 1982. Semiotics and Thematics in Hermeneutics. Columbia UniversityPress, New York.

Steiner, Peter, John Burbank. 1977. The Word and Verbal Art, Selected Essays byJan Mukarovsky. Yale University Press, New Haven and London.

asy-Syak'ah. Musthafa, 1974. Al-Adabu, Maukibul-Chadhdratil-Isldmiyyah. Darul­Kitabil-Lubnany, Bayrut,

asy-Syantanawy, Achmad. b.s. Dd 'lratul-Ma 'drifil-Isldmiyyah. Darul-Fikr, Bayrfit.

24

Page 28: SEJARAH PERKEMBANGAN KESUSASTRAAN ARAB KLASIK …repository.ugm.ac.id/33018/1/9._SEJARAH_PERKEMBANGAN_KESUSASTRAAN... · beradab itu adalah kemampuan mengkreasi budaya dan mewujudkannya

ath-Thanthawy, ' Aly. 1992. Fikrun wa Mabdchitsun. Darul-Manarah, Jeddah.

Wehr, Hans. 1980. A Dictionary of Modern Written Arabic. Libraire du Liban,Macdonald & Evans Ltd., Beirut & London.

Weimann, Robert. 1984. Structure and Society in Literary History, Studies in theHistory and Theory of Historical Criticism. The John Hopkins UniversityPress, Baltimore and London.

Weintraub, Karl 1. 1969. Visions ofCulture. University of Chicago Press, Chicago &London.

Zaydan, Jurjy. 1996. Tdrikhul-Addbil-Lughatil- 'Arabiyyah. Al-Mujallidul-Awwal.Darul-Fikri, Bayrfrt.

www.geocities.com.islamicrxtbooks.comlruswww.sandalaco.uk/chinesewww.al-ghazali.org.2004www.1911encyclopedia.-2004www.uni-koeln.de.2004

25