gambaran tingkat depresi pada pasien...

106
GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM KARDINAH KOTA TEGAL Skripsi Diajukan untuk Memenuhi persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) OLEH: MUHAMAD ILHAM RAMDANI NIM: 1110104000008 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016 M/1437 H

Upload: vuphuc

Post on 14-May-2018

238 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES

MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM KARDINAH

KOTA TEGAL

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH:

MUHAMAD ILHAM RAMDANI

NIM: 1110104000008

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016 M/1437 H

Page 2: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

-- ~· .- ... ~-=-- - -..,...~-;~:-~~~ -~ ... P---- --- ·:-------·-' "'i .. ...... ; - '-~"'c-; · -:·:r:--..-.... ... ~- .. - .. - : ~ ....

LEMBARPERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar strata 1 (S 1) di Fakultas kedokteran dan Ilmu Kesehatan

universitas Islam Negeri (UIN) SyarifHidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesum

dengan ketentuan yang telah berlaku di Fakultas kedokteran dan Ilmu kesehatan

Universitas islam Negeri (UIN) Syarifhidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan

jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di

Fakultas kedokteran dan Ilmu Kesehatan univesitas Islam negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Juni 2016

11

Page 3: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

iii

SCHOOL OF NURSING

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

ISLAMIC STATE UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Undergraduated Thesis, Juny 2016

Muhamad Ilham Ramdani, NIM: 1110104000008

Overview Of Depression In Patients Type 2 Diabetes Mellitus In Kardinah Hospital Tegal

xviii + 74 pages, 3 tables, 1 charts. 5 attachments

ABSTRACT

Diabetes mellitus type 2 is a common health problem in Indonesia. Depressive symptoms are

common among adults with diabetes. Clinically significant depression is present in one of every

four people with type 2 diabetes mellitus. A diagnosis of type 2 diabetes mellitus increase the

risk of incident depression and can contribute to a more severe course of depression.

The aim of the study was to estimate the prevalence of depression in the population diagnosed

with diabetes type 2. Respondens were patient with type 2 diabates mellitus in hospital kardinah.

This research is quantitative descriptive. The sampling technique using accident sampling with

79 individuals with type 2 diabetes mellitus. The data was taken by instrument using Beck

Depression Inventory (BDI) scale. Data was analyzed by univariate test. The result of the

analysis 82,3% no symptom of depression and 17,7% have a depression.

Key Word: Depression, Type 2 Diabetes mellitus.

Bibliography: 46 (2001 - 2015)

Page 4: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

iv

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi, Juni 2016

Muhamad Ilham Ramdani, NIM: 1110104000008

Gambaran Tingkat Depresi Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Umum

Kardinah Kota Tegal

Xviii + 74 halaman, 3 table, 1 bagan, 5 lampiran

ABSTRAK

Diabetes mellitus type 2 adalam masalah kesehatan yang umum di Indonesia. Pada umumnya

gejala depresi biasanya muncul pada individu dewasa yang menderita diabetes mellitus. Secara

klinis satu dari empat individu yang menderita diabetes mellitus tipe 2 mengalami depresi. Dan

juga, diagnosa diabetes mellitus tipe 2 juga dapat meningkatkan insiden depresi yang dapat

menimbulkan depresi yang lebih parah.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat gambaran tingkat depresi pada populasi yang

menderita diabetes mellitus tipe 2. Responden penelitian ini adalah pasien diabetes mellitus tipe

2 yang rawat jalan di Rumah Sakit Umum Kardinah. Jenis Penelitian ini adalah deskriptif.

Teknik sampel yang digunakan adalah aksidental sampling dengan 79 responden. Pengumpulan

data penelitian menggunakan instrumen Beck Depression Inventory. Selanjutnya, data dianalisi

menggunakan analisis univariat. Hasil analisis didapatkan bahwa sebanyak 82,3% ttidak ada

gejala depresi sedangkan 17,7% mengalami depresi.

Kata Kunci: depresi, diabetes mellitus tipe 2.

Daftar pustaka: 46 (2001 - 2015)

Page 5: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT
Page 6: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT
Page 7: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT
Page 8: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

RIWAYAT HIDUP

Nama : Muhamad Ilham Ramdani

Tempat, Tanggal Lahir : Tegal, 2 Maret 1993

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Gg. AMD 28 No. 171 RT 004 RW 005 Kel. Balekambang

Kec. Kramat Jati Jakarta Timur

Telepon : 089609447843

E-mail : [email protected]

Riwayat pendidikan :

1. 1997 – 1998 : TK Pertiwi Pesurungan Kidul

2. 1998 – 2004 : MI Miftakhul Ulum Pesurungan Kidul

3. 2004 – 2007 : MTsN Model Babakan Tegal

4. 2007 – 2010 : SMAN 104 Jakarta

5. 2010 – 2016 : S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 9: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji kehadirat Allah SWT, Rabb semesta alam. Yang selalu mengasihi tanpa

pilih kasih dan selalu menyayangi dengan sayang yang tak terbilang. Syukurku ucapkan atas

segala nikmat dan rahmat-Nya hingga Seminar Proposal ini dapat terselesaikan. Shalawat dan

salam selalu tercurah kepada rosul akhir zaman, Baginda Besar Nabi Muhammad SAW, yang

telah membawa umatnya menuju cahaya kebenaran. Penyusunan skripsi ini semata-mata

bukanlah hasil usaha penulis, melainkan banyak pihak yang memberikan bantuan,

bimbingan, motivasi, dan petunjuk. Sekiranya patutlah bagi penulis untuk berterima kasih

yang tak terhingga kepada :

1. Bapak Prof. Arif Soemantri, M.KM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Ns. Maulina Handayani, S.Kep, MSc, selaku ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan (PSIK) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Karyadi, Ph.D, selaku dosen pembimbing I dalam penyusunan proposal

skripsi ini. Terima kasih atas waktu, kesabaran, motivasi, dan ilmu yang telah

diberikan.

4. Ibu Ns. Gusrina Komala Putri, S,Kep, MSN, selaku dosen pembimbing II dalam

penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas bimbingannya selama ini, masukan

masukan yang yang sangat membantu dan tentunya kesabaran menghadapi saya.

Page 10: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

ix

5. Bapak Sakhirin dan Ibu suci Nurani selaku orang tua saya yang telah jerih payah

untuk membesarkan saya hingga sekarang.

6. Seluruh teman – teman PSIK 2010. Kalian teman seperjuangan yang hebat dan

menyenangkan.

7. Segenap staf pengajar dan karyawan di lingkungan Program Studi Ilmu

Keperawatan yang telah memberikan ilmu kepada Saya selama masa perkuliahan

ini.

8. Segenap jajaran staf dan karyawan akademik serta perpustakaan Fakultas yang

telah banyak membantu dalam pengadaan referensi - referensi sebagai bahan

rujukan.

9. Seluruh petugas Rumah Sakit Umum kardinah yang bersinggungan dengan Saya

yang telah memberikan kesempatan pada peneliti untuk melakukan penelitian.

Pada akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulis ini masih jauh dari kata

sempurna, namun penulis harapkan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi yang

memerlukan.

Jakarta, Juni 2016

Penulis

Page 11: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

DAFTAR ISI

COVER………………………………………………………………………...... i

LEMBAR PERNYATAAN……………………………………………………….ii

ABSTRACT………………………………………………………………………iii

ABSTRAK………………………………………………………………………..iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN……………………………………v

LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………vi

RIWAYAT HIDUP……………………………………………………………...vii

KATA PENGANTAR…………………………………………………………..viii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………x

DAFTAR SINGKATAN…………………………………………………………xi

DAFTAR TABEL………………………………………………………………..xii

DAFTAR BAGAN………………………………………………………….......xiii

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………….…xiv

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………...1

A. Latar Belakang…………………………………………………………….1

B. Rumusan Masalah…………………………………………………………6

C. Pertanyaan Penelitian……………………………………………………...6

D. Tujuan Penelitian………………………………………………………….7

1. Tujuan Umum…………………………………………………………7

2. Tujuan Khusus………………………………………………………...7

E. Manfaat Penelitian………………………………………………………...7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………9

A. Diabetes Melitus…………………………………………………………..9

1. Pengertian Diabetes Melitus…………………………………………..9

2. Tipe –tipe Diabetes Melitus………………………………………….10

3. Etiologi Diabetes Mleitus……………………………………………12

4. Manifestasi Klinis……………………………………………………13

5. Patofisiologi………………………………………………………….15

Page 12: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

6. Komplikasi…………………………………………………………...16

7. Pemeriksaan Penunjang……………………………………………...18

B. depresi……………………………………………………………………19

1. Pengertian Depresi…………………………………………………...19

2. Gejala Depresi………………………………………………………..20

3. Etiologi Depresi……………………………………………………...21

4. Beck Depression Inventory…………………………………………..24

5. Berduka………………………………………………………………27

C. Psikososial dan Diabates Melitus………………………………………...34

1. Depresi dan Diabetes Melitus tipe 2…………………………………34

2. Kerangka teori………………………………………………………..44

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep………………………………………………………..47

B. Definisi operasional……………………………………………………...48

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian…………………………………………………….50

B. Populasi dan Sampel……………………………………………………..50

C. Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………………....52

D. Etika Penelitian…………………………………………………………..52

E. Insterumen Penelitian………………………………………………….....55

F. Uji Validitas dan Realibilitas…………………………………………….56

G. Prosedur Pengumpulan Data……………………………………………..58

H. Analisis Data……………………………………………………………..59

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian……………………………………..61

B. Hasil Analisis Univariat………………………………………………….63

BAB VI PEMBAHASAN

A. Analisis data Demografi………………………………………………….68

B. Analisis Variabel Independen……………………………………………70

C. Keterbatasan Penelitian…………………………………………………..71

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan………………………………………………………………73

B. Saran ……………………………………………………………………..73

Page 13: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 14: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

DAFTAR TABEL

Halaman

3.1 Definisi Operasional penelitian 48

5.1 Distribusi frekuensi responden menurut jenis kelamin 63

5.2 Distribusi frekuensi responden menurut pekerjaan 64

5.3 Distribusi frekuensi responden menurut lama menderita 64

5.4 Distribusi frekuensi responden tingkat depresi 65

Page 15: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

DAFTAR BAGAN

Halaman

2.1 Kerangka Teori 44

3.1 Kerangka Konsep 47

Page 16: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

DAFTAR SINGKATAN

DM = Diabetes Mellitus

WHO = World Health Organization

IDDM = Insulin Dependen Diabetes Mellitus

NIDDM = Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus

HLA = Human Leucocyte Antigen

KAD = Ketoasidosis Diabetic

LDL = Low Density Lipoprotein

DSM-IV-TR = Diagnostic And Statistical Manual Of Mental Disorder Fourth Edition Text

Revision

DA = Dopamin

DBH = Dopamin Beta Hidroksilase

BDI = Beck Depression Inventory

GAS = General Adaptation Syndrom

Page 17: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit metabolik

dimana tubuh tidak dapat mengendalikan glukosa akibat kekurangan

hormon insulin. Kekurangan hormon ini dalam tubuh bisa disebabkan

oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Berdasarkan kedua faktor

tersebut, diabetes melitus (DM) terbagi menjadi DM tipe I dan DM tipe

II. Diabetes Melitus Tipe I I dipengaruhi oleh faktor genetik dan

lingkungan seperti makanan dengan kadar glukosa tinggi yang

dikonsumsi secara berlebihan dan terus menerus sehingga terjadi

gangguan metabolisme glukosa dalam tubuh, di dukung dengan adanya

riwayat keluarga yang menderita DM. DM tipe II ini terjadi pada usia

dewasa dan usia lanjut (Guyton & Hall, 2007).

Data dari World Health Organization (2013) mencatat bahwa

Indonesia menempati urutan ke-4 dengan jumlah penderita diabetes

terbesar di dunia setelah India, China dan Amerika Serikat. WHO

memastikan peningkatan pada penderita Diabetes Melitus tipe II paling

banyak dialami negara – negara berkembang termasuk Indonesia.

Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO)

memprediksi jika pada tahun 2030 ada 21,3 juta penduduk Indonesia yang

akan terserang diabetes melitus (DM). Umumnya 90% pasien diabetes

melitus (DM) dewasa. Kelompok usia penderita diabetes mellitus tipe 2

terbanyak adalah 55-64 tahun yaitu 13,5%. Meningkatnya penderita

Page 18: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

2

diabetes mellitus tipe 2 disebabkan oleh peningkatan obesitas, kurang

aktifitas fisik, kurang mengkonsumsi makanan yang berserat, merokok,

dan tingginya lemak (Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes

Melitus, 2012).

Penyakit diabetes mellitus tipe 2 merupakan masalah yang cukup

besar sehingga memerlukan penanganan secara serius. Hal ini dikarenakan

dapat menimbulkan dampak negatif pada orang yang mengalaminya, yaitu

berdampak pada kondisi fisik dan psikologis. Diabetes mellitus tipe 2

dapat menyebabkan pola hidup berubah, kelemahan fisik, masalah

penglihatan, dan berpotensi terhadap kematian. Kesemua masalah fisik

yang muncul tentunya berpeluang terhadap timbulnya masalah emosional

pada penderita diabetes mellitus (Savitri, 2006).

Penelitian Smenkof, et al (2015) meunjukan bahwa satu dari setiap

empat orang yang menderita diabetes mellitus tipe II juga menderita

depresi. Faktor pencetus terjadinya distress pada penderita dikarenakan

kurangnya dukungan sosial, ketidakterimaan akan keadaan yang

dialaminya. Hal ini yang memunculkan rasa depresi pada penderita

diabetes mellitus tipe 2 sebagai respon rasa kehilangan dan berduka yang

dialaminya. Selain itu, depresi yang dialami oleh penderita diabetes

mellitus tipe 2 dapat meningkatkan resiko komplikasi pada diabetes

mellitus tipe II itu sendiri seperti, hiperglikemia, insulin, resistensi, dan

mikro dan makrovaskuler. Sebaliknya, diagnosis diabetes mellitus tipe II

meningkatkan resiko depresi pada seseorang atau bahkan membuat lebih

parah seseorang yg telah menderita depresi. Hubungan ini mencerminkan

Page 19: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

3

etiologi bersama yang terdiri dari interaksi dua arah yang kompleks

mencakup beberapa variabel, antara lain disregulasi neurohormonal,

obesitas, peradangan, perubahan struktur hipokampus (Smenkof, 2015).

Degmecic, dkk (2014) membuat rangkuman faktor psikososial

yang mempengaruhi prevalensi depresi pada pasien diabetes, ternyata

depresi pada diabetes mellitus tipe 2 lebih banyak dijumpai pada:

perempuan, ras minoritas, seseorang yang tidak menikah pada umur

pertengahan, status social, ekonomi rendah dan tidak bekerja (Degmecic,

2014).

Pendapat Degmecic dikuatkan kembali oleh penelitian Schmitz

Norbert (2014), dimana depresi semakin meningkat pada seseorang,

sebagai akibat adanya faktor risiko seperti sosiodemografi, penyakit

kronis, kurangnya komunikasi, dan kurangnya pengetahuan masayarakat

maupun tentang depresi (Schmitz, 2014).

Depresi adalah salah satu masalah terbesar gangguan psikologis

pada pasien diabetes mellitus tipe 2, dengan prevalensi antara 24% hingga

29%. Depresi pada diabetes mellitus tipe 2 juga sangat berhubungan

dengan ketidakmampuan mengkontrol glikemik, meningkatkan

komplikasi, meningkatkan kematian, menurunkan fungsi fisik dan fungsi

fikiran, meningkatkan biaya kesehatan. (starkstein, 2014).

Ironisnya, penanganan depresi pada penderita diabetes mellitus

tipe 2 tampaknya kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan

komplikasi diabetes yang lainnya. Kurangnya perhatian terhadap kondisi

tersebut tidak seharusnya terjadi mengingat depresi berhubungan dengan

Page 20: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

4

komplikasi diabetes dan kematian. Bukti menduga bahwa pengenalan dan

pengobatan untuk depresi kurang ideal dan khususnya pada setting

pelayanan primer dimana kebanyakan pasien dengan diabetes

mendapatkan perawatan secara fisik saja (Egede, 2012). Contohnya di

negara Palestina 294 yang di survei untuk melihat depresi dan data

demografi seperti usia, jenis kelamin, bodi massa indeks, tingkat

pendidikan dan lain lain pada pasian diabetes mellitus, hasilnya adalah

40% pasien yang diskrining memiliki potensi depresi namun tidak ada

yang mendapatkan penanganan. Padahal sebaiknya penilaian psikososial

harus menjadi bagian dari rutinitas klinis untuk evaluasi pasien di klinik

primer untuk meningkatkan kualitas hidup dan menurunkan hasil yang

merugikan pasien diabetes mellitus (Sweileh, 2014).

Reaksi-reaksi psikis yang mungkin muncul merupakan masalah

lain bagi tim kesehatan disamping masalah diabetes melitus itu

sendiri, yang selanjutnya akan mempengaruhi penanganan penderita.

Dari sudut pandang tenaga kesehatan hal ini berarti prevalensi gangguan

jiwa ringan dan merupakan resiko terjadinya gangguan jiwa berat.

Munculnya problema secara psikiatri tersebut berarti ilmu keperawatan

jiwa dapat memainkan peranannya dalam penanganan penderita, terutama

mereka yang mengalami problema psikiatri seperti di atas. Hal ini harus

disadari oleh para tim kesehatan terlebih agar dapat mengambil sikap

yang bijak dalam menghadapi penderita diabetes melitus, terlebih bila

dihubungkan dengan kencederungan meningkatnya prevalensi disbetes

melitus di Indonesia (Edurne, 2014).

Page 21: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

5

Pada penelitian Kuminingsih (2013) di RS Ungaran, didapatkan

proporsi depresi pada pasien diabetes mellitus tipe II sebesar 41% dan

hasil penelitian diatas tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Peyrot,

dkk (2009) yang mendapatkan prevalensi depresi pada pasien diabetes

mellitus sebesar 41,3%. Didapatkan angka 37,6% depresi pada nilai

HbA1c <9,5% angka 40,6% pada nilai HbA1c 9,5-12,0% serta 43,6%

pada nilai HbA1c >12,0%. Ini berarti control gula darah yang buruk

berhubungan dengan tingginya kejadian depresi.

Hasil studi pendahuluan di Rawat Jalan Rumah Sakit Umum

Kardinah Kota Tegal yaitu peneliti melakukan pengukuran tingkat depresi

kepada 5 pasien diabetes mellitus tipe 2 menggunakan kuesioner Beck

Depression Inventory (BDI). Didapatkan hasil bahwa 4 diantaranya pasien

diabetes mellitus tipe 2 tidak terdapat gejala depresi, sedangkan 1 lainnya

masing – masing mengalami depresi ringan dan sedang. Dari penjelasan

tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian tentang tingkat depresi pada

pasien diabetes mellitus tipe 2 di Rumah Sakit Umum Kardinah Kota

Tegal.

B. Rumusan Masalah

Seseorang yang menderita depresi sangat memerlukan peningkatan

pelayanan kesehatan karena beban emosional. Mengenali gejala depresi

pada individu dengan diabetes sungguh diperlukan oleh penderita DM

tipe II maupun sebaliknya, dan skrining untuk depresi pada penderita

diabetes sangat dianjurkan. Tetapi metode skrining depresi pada

Page 22: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

6

penderita DM tipe II dan intervensinya belum cukup memadai. Dari

permasalahan tersebut perlu dilakukan penelitian antara diabetes melitus

tipe 2 dan depresi. Oleh karena itu saya akan melakukan penelitian

dengan judul “Gambaran Tingkat Depresi Pada Pasien Diabetes Melitus

Tipe 2 Di Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah Kota Tegal”.

C. Pertanyaan penelitian

1. Bagaimana gambaran tingkat depresi pada individu yang menderita

diabetes mellitus tipe 2?

2. Bagaimana tingkat depresi pada pasien diabetes mellitus tipe 2 antara

laki – laki dan perempuan di RSUD Kardinah?

3. Bagaimana tingkat depresi pada pasien DM tipe II berdasarkan

berapa lama terdiagnosis. Di RSUD Kardinah?

4. Bagaimana tingkat depresi pada pasien DM tipe II berdasarkan

pekerjaan di RSUD Kardinah?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Melihat gambaran tingkat depresi pada individu yang menderita

Diabates Melitus Tipe II di RSUD Kardinah Kota Tegal.

2. Tujuan Khusus

a) Tingkat depresi pada pasien diabetes melitus tipe 2 di

RSUD Kardinah Kota tegal.

b) Tingkat depresi pada pasien diabetes melitus tipe 2 antara laki-laki

dan perempuan di RSUD Kardinah Kota tegal.

Page 23: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

7

c) Tingkat depresi pada pasien DM tipe II berdasarkan berapa lama

terdiagnosis di RSUD Kardinah.

d) Tingkat depresi pada pasien diabetes mellitus tipe 2 berdasarkan

pekerjaan.

E. Manfaat penelitian

1. Pelayanan Keperawatan

Dari penelitian ini diharapkan akan menemukan gambaran tentang

tingkat depresi pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Rumah Sakit

Umum Kardinah Kota Tegal. Hasil dari penelitian ini akan berguna

untuk memberikan gambaran tentang masalah psikososial pada

penderita Diabetes mellitus tipe 2.

2. Pengembangan Ilmu Keperawatan

Menambah khasanah referensi penelitian untuk mahasiswa –

mahasiswa lain dalam bidang ilmu keperawatan khususnya keperwatan

jiwa dan keperawatan medical bedah.

3. Pasien

Selain sebagai subjek penelitian, pasien juga akan mengetahui

bagaimana kondisi psikologisnya dan mengetahui bagaimana rencana

selanjutnya ketika pasien mengalami gangguan psikologis.

Page 24: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diabetes Melitus

1. Pengertian

Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen

yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau

hiperglikemia (Brunner & Suddarth, 2002). Diabetes melitus adalah

kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat peningkatan

kadar glukosa darah yang disebabkan oleh kekurangan insulin baik

absolut maupun relatif (Rochmah,2007).

Diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul

pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan

kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut

maupun relatif (arjatmo, 2002). Diabetes melitus merupakan

gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinis termasuk

heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat

(Silvia, 2005).

Diabetes melitus adalah gangguan hiperglikemia yang

disebabkan oleh ketidakadekuatan insulin (Allman et al, 2009).

Diabetes melitus merupakan suatu sindrom dengan terganggunya

metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh

berkurangnya sekresi insulin atau penurunan sensitivitas jaringan

terhadap insulin (Guyton & Hall, 2007).

Diabetes melitus adalah gangguan kronis metabolisme

Page 25: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

10

karbohidrat, lemak dan protein (Robbins, 2007). Diabetes melitus

merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang

disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah

akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Potter, 2005).

2. Tipe Diabetes Melitus

Ada beberapa tipe DM yang berbeda, penyakit ini dibedakan

berdasarkan penyebab, perjalanan klinis dan terapinya. Klasifikasi

DM menurut (Guyton & Hall 2007), adalah :

a) Diabetes Tipe I

Insulin dependen diabetes melitus (IDDM) terjadi karena

insulin yang diproduksi oleh sel pankreas (sel beta) mengalami

kerusakan. Penderita DM tipe I memproduksi insulin sedikit

sekali dan bahkan hampir tidak ada sehingga glukosa tidak dapat

masuk ke dalam sel-sel tubuh untuk digunakan sebagai energi.

Infeksi virus atau kelainan autoimun dapat menyebabkan

kerusakan sel beta pankreas pada banyak pasien diabetes tipe I,

meskipun faktor herediter berperan penting untuk menentukan

kerentanan sel-sel beta terhadap gangguan - gangguan tersebut

(Guyton & Hall 2007).

b) Diabetes Tipe II

Non insulin dependen diabetes melitus (NIDDM) atau

diabetes melitus tipe II terdapat dua masalah utama yang

berhubungan dengan insulin, yaitu: resistensi insulin dan

gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan

Page 26: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

11

reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya

insulin dengan reseptor tersebut terjadi suatu rangkaian reaksi

dalam metabolisme glukosa dalam sel. Resistensi insulin pada

diabetes melitus tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel

ini. Diabetes tipe II lebih sering dijumpai daripada tipe I, dan kira-

kira ditemukan sebanyak 90% dari kasus diabetes mellitus pada

umumnya. Pada kebanyakan kasus onset diabetes melitus tipe II

terjadi diatas umur 30 tahun, seringkali diantara usia 50 dan 60

tahun, dan penyakit ini timbul secara perlahan-perlahan. Oleh

karena itu sindrom ini sering disebut sebagai diabetes onset

dewasa. Akan tetapi akhir-akhir ini dijumpai peningkatan kasus

yang terjadi pada individu yang lebih muda, sebagian berusia

kurang dari 20 tahun dengan diabetes melitus tipe II. Tren

tersebut agaknya berkaitan terutama dengan peningkatan

prevalensi obesitas, yaitu faktor risiko terpenting untuk diabetes

melitus tipe II pada anak- anak dan dewasa (Guyton & Hall

2007).

c) Diabetes Gestasional

Diabetes Gestasional terjadi pada wanita hamil yang

sebelumnya tidak mengidap diabetes. Sekitat 50% pengidap

kelainan ini akan kembali ke status non diabetes setelah

kehamilan berakhir. Namun risiko mengalami diabetes tipe I pada

waktu mendatang lebih besar daripada normal. Penyebab diabetes

gestasional dianggap berkaitan dengan peningkatan kebutuhan

Page 27: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

12

energi dan kader estrogen, hormon pertumbuhan yang terus

menerus tinggi selama kehamilan. Hormon pertumbuhan dan

estrogen merangsang pengeluaran insulin dan dapat menyebabkan

gambaran sekresi berlebihan insulin seperti diabetes melitus tipe

II yang akhirnya menyebabkan penurunan responsivitas sel.

Hormon pertumbuhan memiliki beberapa efek anti insulin,

misalnya perangsangan glikogenolisis (penguraian glikogen) dan

penguraian jaringan lemak, semua faktor ini mungkin berperan

menimbulkan hiperglikemia pada diabetes gestasional (Guyton &

Hall 2007).

3. Etiologi

a) Diabetes Tipe I

Faktor genetik. Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I

itu sendiri, tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan

genetik kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetik

ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human

Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan

kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi

dan proses imun lainnya (Potter, 2005).

Faktor imunologi. Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya

suatu respon autoimun, respon ini merupakan respon abnormal

dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara

bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah

sebagai jaringan asing (Potter, 2005).

Page 28: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

13

Faktor lingkungan. Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi

sel beta.

b) Diabetes Tipe II

Usia. Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas

30 atau 40 tahun (Corwin, 2001).

Pola makan. Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar

kalori yang dibutuhkan oleh tubuh dapat memicu timbulnya DM

tipe II, hal ini pankreas mempunyai kapasitas disebabkan

jumlah/kadar insulin oleh sel maksimum untuk disekresikan.

Oleh karena itu, mengkonsumsi makanan secara berlebihan dan

tidak diimbangi oleh sekresi insulin dalam jumlah memadai dapat

menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat dan

menyebabkan DM (Corwin, 2001).

Faktor genetik. Seorang anak dapat diwarisi gen penyebab DM

orang tua. Biasanya, seseorang yang menderita DM mempunyai

anggota keluarga yang juga terkena penyakit tersebut. Jika kedua

orang tua menderita diabetes, insiden diabetes pada anak –

anaknya meningkat (Corwin, 2001).

4. Manifestasi Klinis

Menurut Brunner & Suddart (2005), tanda dan gejala atau

manifestasi klinik yang muncul pada penderita DM diantaranya

adalah:

Poliuria (peningkatan pengeluaran urin) dikarenakan ginjal tidak

dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar,

Page 29: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

14

mengakibatkan glukosuria yang disertai cairan dan elektrolit yang

berlebihan (brunner, 2005).

Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urin yang sangat

besar dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi eksternal. Rasa

lelah dan kelemahan otot akibat katabolisme protein di otit dan

ketidak mampuan sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa

sebagai energi. Gangguan aliran darah yang dijumpai pada pasien

diabetes lama juga berperan menimbulkan kelelahan (brunner, 2005).

Polifagia (peningkatan rasa lapar) glukosa yang tidak bisa digunakan,

akan menyebabkan menurunnya simpanan kalori, sehingga sel-sel

kelaparan. Sering terjadi penurunan berat badan. Peningkatan angka

infeksi akibat peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mukus,

gangguan fungsi imun, dan penurunan aliran darah pada penderita

diabetes kronik (brunner, 2005).

Kesemutan, kebas, kelemahan pada otot. Rabas vagina, kesulitan

orgasme pada wanita dan masalah impoten pada pria.

Penglihatan kabur mungkin akibat perubahan dalam lensa atau

akibat retinopati.

Luka yang tidak sembuh-sembuh.

Ketonuria (terdapat zat keton dalam jumlah yang berlebihan dalam

urin) hal ini dikarenakan glukosa tidak dapat digunakan sebagai

energi pada sel yang tergantung oleh insulin, sehingga lemak

digunakan sebagai sumber energi dengan proses lemak dipecah

menjadi badan keton dalam darah dan dikeluarkan oleh ginjal.

Page 30: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

15

Pruritus infeksi pada kulit terjadi karena infeksi yang diakibatkan

oleh bakteri dan jamur sering terlihat secara umum.

5. Patofisiologi

Diabetes melitus dapat disebabkan oleh beberapa penyebab,

diantaranya adalah kerusakan sel beta pankreas, genetik, lingkungan

(virus tertentu), usia, obesitas, kelompok etnik yang mempengaruhi

sel beta pankreas mengalami kemunduran atau ketidak mampuan

dalam menghasilkan insulin. Dimana insulin ini merupakan hormon

yang terjadi secara alamiah yang mengontrol penggunaan glukosa

sebagai energi sehari-hari, sehingga glukosa tidak sampai ke jaringan

atau sel. Produksi glukosa tidak terukur oleh hati dan glukosa dari

makanan tidak bisa disimpan dalam hati, dan tetap berada dalam

darah. Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak

dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar,

akibatnya, glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika

glukosa tersebut diekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan

disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan, keadaan ini

dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan

yang berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam

berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia). Defisiensi insulin juga

terganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan

penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera

makan (polifagia) akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala

Page 31: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

16

lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan, disamping itu akan

terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi

badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak

(Price, 2003).

Badan keton merupakan asam yang mengganggu keseimbangan

asam-basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis diabetik

yang diakibatkan dapat menyebabkan tanda-tanda. Dan gejala seperti

nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton,

dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran,

koma bahkan kematian (Price, 2003).

6. Komplikasi

Menurut Price & Sylvia (2003), komplikasi yang timbul dari diabetes

melitus adalah :

a) Akut

Hipoglikemia. Adalah keadaan kilnik gangguan saraf yang

disebabkan penurunan glukosa darah. Gejala ini ringan berupa

gelisah sampai berat berupa koma dan kejang. Penyebabnya

adalah obat-obat hipoglikemia oral golongan sulfoniluria,

khususnya glibenklamid.

Hipoglikemia juga bisa terjadi karena makan kurang dari aturan

yang ditetukan. Berat badan turun, sesudah olahraga, sesudah

melahirkan, sembuh dan sakit dan makan obat yang mempunyai

sifat serupa. Hipoglikemik timbul bila glukosa darah kurang

dari 50 mg/dl.

Page 32: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

17

Hiperglikemia. Adalah adanya masukan kalori yang berlebihan,

penghentian obat oral maupun insulin yang didahului oleh stres

akut. Tanda khas kesadaran menurunkan disertai dehidrasi berat.

Ketoasidosis Diabetik (KAD). Ganguan metabolik yang

mengancam hidup yang secara potensial akut yang terjadi sebagai

akibat defisiensi insulin lama dikarakteristikan dengan

hiperglikemia yang ekstrem (lebih dari 300 mg/dl). KAD

dimanifestasikan sebagai status berlanjutnya patofisiologi oleh

DM, pasien tampak sakit berat dan memerlukan intervensi

darurat untuk mengurangi kadar gula darah dan memperbaiki

asidosis berat, elektrolit dan ketidakseimbangan cairan. Faktor-

faktor pencetus KAD adalah obat-obatan (steroid, diuretik,

alkohol), penurunan masukan cairan, kegagalan masukan insulin

sesuai program, stres, emosi berat, kegagalan untuk mengikuti

modifikasi diet.

b) Kronik

Penyakit makrovaskular

Penyakit makrovaskular adalah karena aterosklerosis, terutama

mempengaruhi pembuluh darah besar dan sedang karena

kekurangan insulin. Lemak diubah menjadi glukosa untuk

energi. Perubahan pada sintesis dan katabolisme lemak

mengakibatkan peningkatan LDL (Low Density Lippoprotein)

okulasi vaskuler dari arterosklerosis dapat menyebabkan

penyakit arteri koroner. Penyakit vaskuler perifer dan penyakit

Page 33: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

18

serebral. Penderita DM dan kelainan makrovaskular dapat

memberikan gambaran kelainan pada tungkai bawah. Baik

berupa ulkus maupun gangren diabetik.

Penyakit Mikrovaskular

Terutama mempengaruhi pembuluh darah kecil dan disebabkan

oleh penebalan membran dasar kapiler dan peningkatan kadar

glukosa darah secara kronis. Hal ini dapat menyebabkan

diabetik retinopati, neuropati dan nefropati.

c) Pemeriksaan Penunjang

Menurut Rochmah (2007), pemeriksaan penunjang yang dilakukan

untuk mengetahui seseorang menderita diabetes melitus adalah:

Glukosa darah meningkat 100-200 mg/dl atau lebih, aseton plasma

atau keton positif, asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol

meningkat elektrolit,gas darah arteri : pH rendah dan penurunan

pada HCO3 (asidosis metabolik), trombosit : Ht mungkin

meningkat (dehidrasi), ureum/kreatinin : mungkin meningkat atau

normal (dehidrasi/penurunan fungfi ginjal), insulin darah :

mungkin menurun bahkan tidak ada (pada tipe I) atau normal

sampai tinggi (pada tipe II), urin : gula dan aseton positif, berat

jenis urin mungkin meningkat, kultur : kemungkinan adanya ISK

(infeksi saluran kemih), infeksi pernapasan dan infeksi pada luka.

Parkeni (2006) menetapkan kriteria diagnostik yang menyatakan

DM adalah: kadar gula darah sewaktu (plasma vena) > 200 mg/dl,

kadar glukosa darah puasa (plasma vena) > 126 mg/dl, kadar

Page 34: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

19

plasma > 200 mg/dl pada 2 jam sesudah beban glukosa 75 gram.

B. Depresi

1. Pengertian Depresi

Depresi adalah suatu pengalaman yang menyakitkan yaitu suatu

perasaan tidak ada harapan lagi. Individu yang mengalami depresi

pada umumnya menunjukkan gejala psikis, gejala fisik dan sosial

yang khas, seperti murung, sedih berkepanjangan, sensitif, mudah

marah dan tersinggung, hilang semangat, hilangnya rasa percaya diri,

hilangnya konsentrasi, dan menurunnya daya tahan (Videbeck, 2001).

Dalam Chaplin (2010) depresi didefinisikan pada dua keadaan, yaitu

pada orang normal dan pada kasus patologis. Pada orang normal,

depresi merupakan keadaan kemurungan (kesedihan, patah semangat)

yang ditandai dengan perasaan tidak puas, menurunnya kegiatan, dan

pesimis dalam menghadapi masa yang akan datang. Pada kasus

patologis, depresi merupakan ketidakmampuan ekstrem untuk

bereaksi terhadap perangsang, disertai menurunnya nilai diri,

delusi ketidakpastian, tidak mampu dan putus asa. Perbedaan

depresi normal dengan depresi klinis terletak pada tingkatannya,

namun keduanya memiliki jenis simtom yang sama. Tetapi depresi

unipolar atau mayor depresi mempunyai simtom yang lebih banyak,

lebih berat (severely), lebih sering, dan terjadi dalam waktu yang

lebih lama. Namun batas antara gangguan depresif normal

(‘normal’ depressive disturbance) dengan gangguan depresif klinis

Page 35: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

20

(clinically significant depressive disorder) masih kabur (Rosenhan

& Seligman, 2007).

Berdasarkan berbagai definisi dari faktor-faktor yang disebutkan di

atas, maka dapat disimpulkan pengertian depresi adalah suatu

keadaan dimana individu mengalami simtom-simtom perasaan sedih,

tertekan, kesepian, berkurang nafsu makan, membutuhkan usaha lebih

besar dalam melakukan sesuatu, kesulitan tidur, kesulitan untuk

memulai mengerjakan sesuatu, merasa tidak bersahabat, dan

merasa tidak disukai orang lain (maslim, 2004).

2. Gejala Depresi

Dalam DSM-V-TR (Diagnostic and Statistical Manual of Mental

Disorder fourth edition Text Revision) dituliskan kriteria depresi

mayor yang ditetapkan apabila sedikitnya lima dari gejala di bawah

ini telah ditemukan dalam jangka waktu dua minggu yang sama dan

merupakan satu perubahan pola fungsi dari sebelumnya, paling tidak

satu gejalanya ialah salah satu dari mood tertekan atau

hilangnya minat atau kesenangan (tidak termasuk gejala-gejala

yang jelas yang disebabkan kondisi medis umum atau mood delusi

atau halusinasi yang tidak kongruen) (Kaplan, 2010).

a) Mood tertekan hampir sepanjang hari, hampir setiap hari,

sebagaimana ditunjukkan oleh laporan subjektif atau

pengamatan dari orang lain. Ditandai dengan berkurangnya minat

dan kesenangan dalam semua, atau hampir semua aktivitas

hampir sepanjang hari, hampir setiap hari (ditunjukkan oleh

Page 36: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

21

pertimbangan subjektif atau pengamatan dari orang lain).

b) Berkurangnya berat badan secara signifikan tanpa diet atau

bertambahnya berat badan (seperti perubahan lebih dari 5%

berat badan dalam sebulan), atau berkurangnya atau

bertambahnya nafsu makan hampir setiap hari (pada kanak-kanak,

pertimbangkan juga kegagalan untuk mendapatkan tambahan berat

badan).

c) Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari.

d) Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari (dapat

diamati oleh orang lain, tidak hanya perasaan subjektif tentang

kegelisahan atau rasa terhambat).

e) Lelah atau kehilangan tenaga hampir setiap hari.

f) Perasaan tidak berharga atau rasa bersalah yang berlebihan atau

tidak sesuai (yang mencapai taraf delusional) hampir setiap

hari (tidak hanya menyalahkan diri sendiri atau rasa bersalah

karena sakitnya).

g) Menurunnya kemampuan berpikir atau konsentrasi, atau ragu-

ragu hampir setiap hari (baik atas pertimbangan subjektif atau

pengamatan dari orang lain).

h) Pikiran tentang kematian yang berulang (tidak hanya takut akan

kematian), atau usaha bunuh diri atau adanya suatu rencana

spesifik untuk bunuh diri.

Page 37: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

22

3. Etiologi Depresi

Kaplan & Saddock pada tahun (2010) menyatakan bahwa sebab

depresi dapat ditinjau dari beberapa aspek, antara lain: aspek biologi,

aspek genetik, aspek psikologi dan aspek lingkungan sosial.

a) Aspek Biologi

Penyebabnya adalah gangguan neurotransmiter di otak dan

gangguan hormonal. Neurotransmiter antara lain dopamin,

histamin, dan noradrenalin.

Dopamin dan norepinefrin. Keduanya berasal dari asam

amino tirosin yang terdapat pada sirkulasi darah. Pada neuron

dopaminergik, tirosin diubah menjadi dopamine melalui 2 tahap:

perubahan tirosin menjadi DOPA oleh tirosin hidroksilase (Tyr-

OH). DOPA tersebut akan diubah lagi menjadi dopamin (DA)

oleh enzim dopamin beta hidroksilase (DBH-OH). Pada

jaringan interseluler, DA yang bebas yang tidak disimpan pada

vesikel akan dioksidasi oleh enzim MAO menjadi DOPAC.

Sedangkan pada jaringan ekstraseluler (pada celah sinap) DA

akan menjadi HVA dengan enzim MAO dan COMT.

Serotonin. Serotonin yang terdapat pada susunan saraf pusat

berasal dari asam amino triptofan, proses sintesis serotonin sama

dengan katekolamin, yaitu masuknya triptofan ke neuron dari

sirkulasi darah, dengan bantuan enzim triptofan hidroksilase

akan membentuk 5-hidroksitriptofan dan dengan dekarboksilase

Page 38: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

23

akan membentuk 5-hidroksitriptamin (5-HT).

b) Aspek Genetik

Pola genetik penting dalam perkembangan gangguan mood, akan

tetapi pola pewarisan genetik melalui mekanisme yang sangat

kompleks, didukung dengan penelitian-penelitian sebagai berikut:

Dari penelitian keluarga secara berulang ditemukan bahwa

sanak keluarga turunan pertama dari penderita gangguan bipoler

I berkemungkinan 8-18 kali lebih besar dari sanak keluarga

turunan pertama subjek kontrol untuk menderita gangguan

bipoler I dan 2-10 kali lebih mungkin untuk menderita gangguan

depresi berat. Sanak keluarga turunan pertama dari seorang

penderita berat berkemungkinan 1,5-2,5 kali lebih besar daripada

sanak keluarga turunan pertama subjek kontrol untuk menderita

gangguan bipoler I dan 2-3 kali lebih mungkin menderita depresi

berat.

c) Aspek Psikologi

Sampai saat ini tak ada sifat atau kepribadian tunggal yang secara

unik mempredisposisikan seseorang kepada depresi. Semua

manusia dapat dan memang menjadi depresi dalam keadaan

tertentu. Tetapi tipe kepribadian dependen- oral, obsesif-

kompulsif, histerikal, mungkin berada dalam resiko yang lebih

besar untuk mengalami depresi daripada tipe kepribadian

antisosial, paranoid, dan lainnya dengan menggunakan

proyeksi dan mekanisme pertahanan mengeksternalisasikan yang

Page 39: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

24

lainnya. Tidak ada bukti hubungan gangguan kepribadian

tertentu dengan gangguan bipoler I pada kemudian hari. Tetapi

gangguan distimik dan gangguan siklotimik berhubungan

dengan perkembangan gangguan bipoler I di kemudian harinya.

d) Aspek Lingkungan sosial.

Berdasarkan penelitian, depresi dapat membaik jika klinisi

mengisi pada pasien yang terkena depresi suatu rasa

pengendalian dan penguasaan lingkungan.

4. Beck Depression Inventory (BDI)

BDI merupakan kues ioner untuk mengukur skala

depresi yang diciptakan oleh Aaron T Beck. Skala pengukuran depresi

didasarkan pada sebuah teori kognitif. Kuesioner BDI tidak hanya

menangkap perubahan dalam suasana hati, tetapi juga perubahan

dalam motivasi, fungsi fisik, dan fitur kognitif dari penderita depresi.

Beck mulai memperhatikan karakteristik yang terjadi pada

depresi. Dalam pengamatan Beck, depresi atau perubahan suasana

hati disebabkan oleh adanya gangguan berfikir. kuesioner BDI

merupakan skala pengukuran interval yang mengevaluasi 21 gejala

depresi, 15 diantaranya menggambarkan emosi, 4 perubahan sikap, 6

gejala somatik. Tujuannya adalah untuk mengukur gejala depresi dan

tingkat keparahannya pada orang dewasa. Setiap gejala dirangking

dalam skala intensitas 4 poin dan nilainya ditambahkan untuk memberi

total nilai dari 0 – 63, nilai yang lebih tinggi mewakili depresi yang

lebih berat. Pertanyaan dalam skala tersebut diisi sendiri oleh

Page 40: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

25

responden. (Holon, 2010)

Beck dilatih dalam model psikodinamik (seperti kebanyakan

psikiater di bagian tengah dari abad terakhir) dan memulai program

ambisius penelitiannya yang dirancang untuk menguji gagasan Freud

bahwa depresi merupakan konsekuensi dari kemarahan yang diarahkan

terhadap diri dengan sadar. Dalam serangkaian studi eksperimental dan

klinis, ia menemukan sedikit bukti dari kemarahan yang diasumsikan

oleh teori dinamis dalam perilaku pasien depresi; apa yang ia temukan

adalah sesuatu kerugian yang konsisten dan kegagalan pribadi.

Daripada membiarkan teori yang ada mendorong interpretasi, ia

mengusulkan reformulasi utama yang menyatakan bahwa masalah inti

dalam depresi bukanlah produk dari dorongan sadar dan pertahanan,

melainkan konsekuensi dari keyakinan terlalu negatif dan bias dalam

pengolahan informasi. Dengan demikian ia menekankan peran kausal

dari satu kelas gejala depresi, peran kausal yang sebagian besar telah

diabaikan oleh teoritis perspektif utama hari ini. Dalam retrospeksi,

mudah untuk melupakan betapa revolusioner perspektif ini terbukti.

Teori Psikodinamik yang berasal dari Freud menyatakan bahwa

penyebab depresi dan jenis-jenis psikopatologi terletak pada motivasi

bawah sadar yang tidak dapat langsung ditangani tanpa memicu

pertahanan pada pasien yang menyebabkan mereka untuk menolak

upaya perubahan yang diperlukan. Sebaliknya, teori bihavior, pesaing

utama pada saat itu, menyatakan bahwa psikopatologi merupakan

konsekuensi dari kekuatan luar yang terbaik yang dapat diatasi dengan

Page 41: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

26

penataan lingkungan eksternal. Baik menempatkan banyak gagasan

dan hal-hal yang pasien percaya, apa yang dia pikir atau diharapkan,

memainkan peran dalam kesusahan dan masalah dalam mengatasinya.

Formulasi kognitif oleh Beck mengenai psikopatologi benar-benar

revolusioner, dan teori kognitifnya membuka jalan bagi beberapa

pengobatan di era modern saat itu. Dilain sisi hal ini banyak yang

menolak, dan masyarakat yang lebih besar menganggap teorinya

merupakan menyimpang dijalan yang benar. Monografi Beck depresi,

diringkas dari yang awalnya susah banyak hal yang rumit menjadi

sederhana. Di dalamnya ia mengusulkan bahwa depresi adalah bagian

dari konsekuensi dari kecenderungan sistematis untuk melihat hal-hal

dengan cara yang negatif dan bias. Dia memperkenalkan konsep

tentang pandangan-pandangan negatif kognitif tentang diri, dunia, dan

masa depan, peran skema, kelompok keyakinan, dan kecenderungan

sehubungan dengan informasi. untuk memastikan bahwa setiap

modalitas memiliki kesempatan untuk diuji secara adil agar berhasil.

Kualitas dan imparsialitas investigasi tersebut telah memberikan

kontribusi besar terhadap dampak pada lapangan, dan kemudahan yang

telah mereka replikasi. Teori kognitif telah berkembang selama

bertahun-tahun, dan terapi kognitif telah direvisi berdasarkan kedua

temuan eksperimental dan wawasan klinis, yang memungkinkan untuk

digeneralisasi untuk berbagai gangguan lain di berbagai situasi klinis.

Bahkan ada bukti bahwa terapi kognitif dapat diajarkan kepada orang-

orang yang berisiko dalam pelayanan untuk mencegah munculnya

Page 42: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

27

tekanan berikutnya. Komitmennya terhadap prinsip-prinsip keilmuan

dan kesediaannya untuk tunduk keyakinannya potensi. Penegasan telah

memberikan kontribusi baik untuk membentuk pendekatan dan

keberhasilan yang telah menikmati (Holon, 2010).

5. Berduka

a. Definisi berduka

Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian

kehilangan. Stroebe (1987) (dalam moyle & Hogan, 2006)

menganggap berduka sebagai situasi objektif dari seorang individu

yang baru saja mengalami kehilangan dari sesuatu yang

sebelumnya ada menjadi tidak ada. Berduka mengacu pada respons

emosional terhadap kehilangan ini, termasuk beberapa reaksi

psikologis dan fisik (Buglass, 2010).

Definisi lain menyebutkan bahwa berduka, dalam hal ini

dukacita adalah proses kompleks yang normal yang mencakup

respons dan perilaku emosi, fisik, spiritual, social, dan intelektual

ketika individu, keluarga dan komunitas menghadapi kehilangan

actual, kehilangan yang diantisipasi, atau persepsi kehilangan

kedalam kehidupan mereka sehari-hari (NANDA, 2011). Dari

berbagai definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa berduka

merupakan suatu reaksi psikologis sebagai respon kehilangan

sesuatu yang dimiliki yang berpengaruh terhadap perilaku emosi,

fisik, spiritual social mauopun intelektual seseorang. Berduka

Page 43: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

28

sendiri merupakan respon yang normal yang dihadapi setiap orang

dalam menghadapi kehilangan yang dirasakan.

Berduka situasional sendiri diartikan sebagai suatu kondisi

ketika individu atau kelompok mengalami sejumlah reaksi dalam

merespon kehilangan yang bermakna yang berhubungan dengan

efek negative akibat peristiwa kehilangan sekunder, kehilangan

gaya hidup dan kehilangan normalitas sekunder. Peristiwa

kehilangan sekunder timbul akibat adanya nyeri kronis, penyakit

terminal, dan kematian. Kehilangan gaya hidup timul akibat

peristiwa melahirkan, perkawinan, perpisahan, anak meninggalkan

rumah, dan perceraian. Sedangkan kehilangan normalitas sekunder

mucul sebagai akibat cacat, bekas luka, dan penyakit (Carpenito,

2006).

b. Faktor penyebab berduka

Banyak situasi yang dapat menimbulkan kehilangan yang

dapat menimbulkan respon berduka pada diri sendiri (carpenito,

2006). Situasi yang paling sering ditemui adalah sebagai berikut:

1) Patofisiologi

Berhubungan dengan kehilangan fungsi atau kemandirian

yang bersifat sekunder akibat kehilangan fungsi neurologis,

kardiovaskuler, sensori, musculoskeletal, digestif, pernapasan,

ginjal dan trauma;

2) Terkait pengobatan

Berhubungan dengan peristiwa kehilangan akibat dialysis

Page 44: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

29

dalam jangka waktu yang lama dan [rosedur pembedahan

(masektomi, kolostomi, histerektomi);

3) Situasional (personal, lingkungan)

Berhubungan dengan efek negatif serta peristiwa

kehilangan sekunder akibat nyeri kronis, penyakit terminal,

dan kematian; berhubungan dengan kehilangan gaya hidup

akibat melahirkan, perkawinan, perpisahan, anak

meninggalkan rumah, dan perceraian; dan berhubungan

dengan kehilangan normalitas sekunder akibat keadaan cacat,

bekas luka, penyakit;

4) Maturasional

Berhubungan dengan perubahan akibat penuaan seperti

teman-teman, pekerjaan, fungsi dan rumah yang berhubungan

dengan kehilangan harapan dan impian.

Rasa berduka yang muncul pada setiap individu dipengaruhi

oleh bagaimana cara individu merespon terhadap terjadinya

peristiwa kehilangan. Menurut miller (1999) (dalam Carpenito,

2006), dalam menghadapi kehilangan, individu dipengaruhi oleh:

1) Dukungan sosial (support system)

2) Keyakinan religious yang kuat

3) Kesehatan mental yang baik

4) Banyaknya sumber yang tersedia terkait disfungsi fisik atau

psikososial yang dialami.

Page 45: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

30

c. Tahapan berduka

Terdapat beberapa teori mengenai tahap berduka. Salah

satunya adalah teori yang dikemukakan Kubler-Ross (1969)

(dalam Moyle & Hogan, 2006). Kerangka kerja yang ditawarkan

oleh Kubler-Ross adalah berorientasi pada perilaku dan

menyangkut lima tahap, yaitu sebagai berikut:

1) Fase pengingkaran (Denial)

Perasaan tidak percaya, syok, biasanya ditandai dengan

menangis, gelisah, lemah, letih dan pucat. Individu bertindak

seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan dapat menolak untuk

mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan. Pernyataan

seperti “tidak, tidak mungkin seperti itu” atau “tidak akan

terjadi pada saya!” umumnya dilontarkan klien;

2) Fase kemarahan (anger)

Perasaan marah dapat diproyeksikan pada orang atau beda

yang ditandai dengan muka merah, suara keras, tangan

mengepal, nadi cepat, gelisah, dan perilaku agresif. Individu

mempertahankan kehilangan dan mungkin ”bertindak lebih”

pada setiap orang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan

lingkungan. Pada fase ini individu akan lebih sensitive sehingga

mudah sekali tersinggung dan marah. Hal ini merupakankoping

Page 46: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

31

individu untuk meunutupi rasa kecewa dan merupakan

manifestasi dari kecemasannya menghadapi kehilangan;

3) Fase tawar menawar (Bargaining)

Individu mampu mengungkapkan rasa marah akan

kehilangan, ia akan mengekspresikan rasa bersalah, takut dan

rasa berdosa. Individu berupaya untuk membuat peprjanjian

dengan cara yang halus atau jelas untuk mencegah kehilangan.

Pada tahap ini, individu sering sekali mencari pendapat orang.

Peran perawat pada tahap ini diam, mendengarkan dan

memberikan sentuhan terapeutik;

4) Fase depresi (depression)

Fase ini terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul

dampak nyata dari makna kehilangan tersebut. Individu

menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara, putus asa,

perilaku yang muncul seperti menolak makan, susah tidur, dan

dorongan libido menurun. Peran perawat pada fase ini tetap

mendampingi individu dan tidak meninggalkannya sendirian;

5) Fase penerimaan (Acceptance)

Fase ini berkaitan dengan reorganiasi perasaan kehilangan,

pikiran yang berpusat pada objek kehilangan mulai berkurang.

Pera perawat pada tahap ini menemani klien apabila mungkin

bicara dengan pasien, dan menanyakan apa yang dibutuhkan.

Page 47: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

32

d. Tanda dan Gejala Berduka

Terdapat beberapa sumber yang menjelaskan mengenai

tanda dan gejala yang sering terlihat pada individu yang sedang

berduka. Menurut Buglass (2010), tanda dan gejala berduka

melibatkan empat jenis reaksi, meliputi:

1) Reaksi perasaan, misalnya kesedihan, kemarahan, rasa

bersalah, kecemasan, menyalahkan diri sendiri,

ketidakberdayaan, mati rasa, kerinduan;

2) Reaksi fisik, misalnya sesak, mual, hipersensitifitas terhadap

suara dan cahaya, mulut kering, kelemahan;

3) Reaksi kognisi, misalnya ketidakpercayaan, kebingungan,

mudah lupa, tidak sabar, ketidakmampuan untuk

berkonsentrasi, ketidaktegasan;

4) Reaksi perilaku, misalnya gangguan tidur, penurunan nafsu

makan, penarikan social, mimpi buruk, hiperaktif, menangis.

Tanda dan gejala berduka juga dikemukakan oleh Videbeck

(2001), yang mencakup kedalam lima respon yaitu respon kognitif,

emosional, spiritual, dan fisiologis yang akan dijelaskan dalam

tabel dibawah ini:

Respon Berduka Tanda dan Gejala

Respon kognitif a. Ganguan asumsi dan keyakinan;

b. Mempertanyakan dan berupaaya

menemukan makna kehilangan;

Page 48: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

33

c. Berupaya mempertahankan keberadaan

orang yang meninggal atau sesuatu yang

hilang;

d. Percaya pada kehidupan akhirat dan

seolah-olah orang yang meninggal adalah

pembimbing.

Respon Emosional a. Marah, sedih, cemas

b. Kebencian

c. Merasa bersalah dan kesepian

d. Perasaan mati rasa

e. Emosi tidak stabil

f. Keinginan kuat untuk mengembalikan

ikatan dengan individu atau benda yang

hilang

g. Depresi, apatis, putus asa selama fase

disorganisasi dan keputusasaan

Respon Spiritual a. Kecewa dan marah pada Tuhan

b. Penderitaan karena ditinggaljan atau

merasa ditinggalkan atau kehilangan

c. Tidak memiliki harapan, kehilangan

makna

Respon perilaku a. Menangis terisak atau tidak terkontrol

b. Gelisah

c. Iritanilitas atau perilaku bermusuhan

Page 49: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

34

d. Mencari ataumenghindari tempat dan

aktifitas yang dilakukan bersama orang

yang telah meninggal

e. Kemungkinan menyalahgunakan obat atau

alcohol

f. Kemungkinan melakukan upaya bunuh diri

atau pembunuhan

Respon Fisiologis a. Sakit kepala, insomnia

b. Gangguan nafsu makan

c. Tidak bertenaga

d. Gangguan pencernaan

e. Perubahan system imun dan endokrin

d. Akibat berduka

Setiap orang merespon peristiwa kehilangan dengan cara yang sangat

berbeda. Tanpa melihat tingkat keparahannya, tidak ada respon yang bisa

dikatakan maladaptive pada saat menghadapi peristiwa kehilangan akut.

Apabila proses berduka yang dialami individu bersifat maladaptif, maka

akan menimbulkan respon detrimental (cenderung merusak) yang akan

berkelanjutan dan berlangsung lama (Carpenito, 2006). Proses berduka

yang maladaptif tersebut akan menyebabkan berbagai masalah sebagai

akibat munculnya emosi negatif dalam diri individu. Dampak yang muncul

diantaranya perasaan ketidakberdayaan, harga diri rendah, hingga isolasi

sosial.

Page 50: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

35

C. Psikososial dan DM

1. Depresi dan DM tipe II

Hubungan antara pikiran (mind) dan tubuh (body) telah menjadi topik

perdebatan sejak dulu kala. Sudah dipastikan fungsi mental selalu

tergantung pada otak tapi keinginan untuk membahas kedua hal ini

secara terpisah terus berlannjut. Filsuf Prancis abad ke-17 Rene

Descartes (1596-1650) mempengaruhi pemikiran modern dengan

keyakinannya tentang dualisme atau keterpisahan antara pikiran dan

tubuh. Sekarang, para klinisi dan ilmuwan menyadari bahwa pikiran

dan tubuh sangat kuat terjalin tidak seperti yang dikirakan oleh model

dualistic yaitu bahwa faktor psikologis mempengaruhi dan dipengaruhi

oleh fungsi fisik. Dengan kata lain, kesehatan mental dan kesehatan

fisik tidak terpisahkan (Kendler, 2010).

Pembahasan tentang hubungan antara pikiran dan tubuh diawali

dengan mendalami peranan stress dalam fungsi fisik maupun mental.

Istilah stress menunjukan adanya tekanan atau kekuatan pada tubuh.

Dalam dunia fisik, batu dengan berat berton-ton yang berjatuhan pada

saat tanah longsor mengakibatkan stress, membentuk lekukan dan

lubang. Dalam bidang kesehatan jiwa, kita menggunakan istilah stress

untuk menunjukan suatu tekanan atau tuntutan yang dialami

individu/organisme agar ia beradaptasi atau menyesuaikan diri.

Sumber stress disebut stressor. Stressor menyangkut factor-faktor

psikologis seperti ujian sekolah, masalah hubungan sosial, dan

perubahan hidup seperti kematian orang tercinta, perceraian, dan

Page 51: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

36

menurunnya kondisi tubuh. Dalam batas tetentu stress sehat untuk diri

kita, stress membantu kita untuk tetap aktif dan waspada. Akan tetapi

stress yang sangat kuat atau berlangsung lama dapat melebihi

kemampuan kita untuk mengatasi (coping ability) dan menyebabkan

distress emosional seperti depresi atau kecemasan, atau keluhan fisik

seperti sakit kepala dan kelelahan. (Nevid, 2011)

Stress emosional berimplikasi secara luas pada masalah-masalah fisik

maupun psikologi. Berikut proses terjadinya depresi pada penyakit

menahun.

a. Gangguan penyesuaian

Gangguan penyesuaian adalah gangguan psikologis pertama

yang kita bahas, gangguan penyesuaian ini termasuk kelompok

gangguan yang paling ringan. Gangguan penyesuaian merupakan

suatu reaksi maladaptif terhadap suatu stressor yang dikenali dan

berkembang beberapa bulan sejak munculnya stressor. Reaksi

maladaptif ini terlihat dari adanya daya yang bermakna (signifikan)

dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau akademik, atau adanya kondisi

distress emosional yang melebihi batas normal. Reaksi maladaptif

dalam bentuk gangguan penyesuaian ini mugkin teratasi bila

stressor dipindahkan atau individu belajar mengatasi stressor

(Nevid, 2011).

Menggolongkan gangguan penyesuaian sebagai gangguan

mental memunculkan beberapa kesulitan karena tidak mudah

didefinisikan apa yang normal dan tidak normal dalam konsep

Page 52: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

37

ganguan penyesuaian. Bila sesuatu yang buruk terjadi pada hidup

kita, maka wajar bila kita merasa sedih. Bila ada krisis dalam

pekerjaan, saat dituduh melakukan kejahatan, mengalami

kebanjiran, gempa atau badai bisa dimengerti bila kita mengalami

kecemasan atau depresi. Sebaliknya, justru apabila kita tidak

bereaksi “maladaptif”, (misalnya cemas), paling tidak secara

temporer, karena terjadinya peristiwa peristiwa seperti tersebut

diatas, dapat menunjukan ada yang tidak wajar pada diri kita.

Namun, bila reaksi emosional kita berlebihan, atau kemampuan

kita untuk berfungsi mengalami penurunan atau hendaya,

(misalnya menghindari interaksi social, sulit bangun tidur,

tertinggal dalam pelajaran sekolah), maka kondisi ini bias

didiagnosis sebagai gangguan penyesuaian. Jadi, bila kita sulit

berkonsentrasi dalam mengerjakan tugas karena putus cinta dan

nilai akademik menurun, maka kita mungkin mengalami gangguan

penyesuaian. (Nevid, 2011).

b. Stress dan Penyakit

Sumber-sumber psikologi dari stress tidak hanya

menurunkan kemampuan kita untuk menyesuaikan diri, tetapi

secara tajam juga mempengaruhi kesehatan kita begitu juga

sebaliknya. Bidang ilmu psikoneuroimunologi mempelajari

hubungan antara factor-faktor psikologi, dengan cara kerja system

endokrin, system kekebalan tubuh, dan system saraf (Davison,

2006).

Page 53: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

38

a) Stres dan Sistem Endokrin

Stres mempunyai efek domino dalam system endokrin yaitu

sebuah system tubuh yang berupa kelenjar yang memproduksi

dan melepaskan sekresi yang disebut hormone, langsung ke

saluran darah. (kelenjar yang lain, seperti kelenjar ludah

memproduksi air liur, melepas sekresinya kedalam suatu

system pembuluh). System endokrin yang terdiri dari kelenjar-

kelenjar mendistribusikan hormone ke seluruh tubuh, beberapa

kelenjar endokrin terlibat dalam menampilkan respon tubuh

terhadap stres. Pertama, hipotalamus, suatu struktur kecil di

otak, melepas suatu hormone yang menstimulasi kelenjar

pituitary didekatnya untuk menghasilkan adrenocorticotrophic

hormone (ACTH). ACTH selanjutnya, menstimulasi kelenjar

adrenal yang berlokasi diatas ginjal. Dibawah pengaruh ACTH,

lapisan terluar kelenjar adrenal yang disebut korteks adrenal,

sekelompok steroid (misalnya, cortisol dan cortison), kortikol

steroid ini merupakan hormone yang mempunyai sejumlah

fungsi yang berbeda beda dalam tubuh. Hormone ini

mendorong perlawanan terhadap stres, membantu

perkembangan otot dan menyebabkan hati melepaskan gula,

yang merupakan tenaga dalam menghadapi stressor yang

megancam. Mereka juga membantu tubuh mempertahankan

diri dari reaksi alergi dan peradangan (inflammation) (Davison,

2006).

Page 54: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

39

Cabang simpatis dari susunan saraf otonom (ANS)

menstimulasi lapisan dalam dari kelenjar adrenal, disebut:

medulla adrenalis, untuk melepas zat kimia yang disebut

cathecolamine-epinefrin (adrenalin) dan noneprinefrin (non

adrenal). Zat ini berfungsi sebagai hormone setelah terlepas

didalam aliran darah. Nonepinefrin juga diproduksi di system

saraf dan berfungsi sebagai suatu neurotransmitter, gabungan

epinefrin dan nonepinefrin menggerakkan tubuh menghadapi

stressor dengan meningkatkan kerja jantung dan menstimulasi

hati untuk melepaskan persediaan gula, menjadi tenaga yang

bias digunakan untuk melindungi diri kita dalam situasi yang

mengancam.

Hormone-hormon stres yang diproduksi oleh kelenjar

adrenalin membantu tubuh menyiapkan diri mengatasi stressor

atau ancaman.apabila stressor sudah terlewati, tubuh kembali

ke keadaan normal. Selama stres yang kronis, tubuh terus

menerus memompa keluar hormon-hormon, yang dapat

menyebabkan kerusakan pada keseluruhan tubuh, termasuk

menekan kemampuan dari system kekebalan tubuh yang

melindungi kita dari berbagai infeksi dan penyakit. (Davison,

2006).

b) Depresi dan sistem kekebalan tubuh

Pengetahuan tentang kerumitan tubuh manusia dan

perkembangan ilmu pengetahuan yang begitu pesat membuat

Page 55: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

40

kita sadar bahwa kita tergantung pada ahli-ahli medis untuk

meghadapi dan melawan penyakit. Sebenarnya tubuh kita

mempunyai kekuatan untuk menghadapi penyakit melalui

fungsi system kekebalan. (Davison, 2006).

System kekebalan (immune system) adalah system

pertahanan tubuh melawan penyakit. Perlawanan terhadap

penyakit ini dilakukan dengan berbagai cara. Tubuh anda

secara konstan melakukan misi untuk mencari dan membunuh

mikroba. Berjuta sel darah putih yang disebut leukosit, adalah

pasukan system kekebalan tubuh dalam peperangan mikroskop

ini. Leukosit secara sistematis menyelebungi dan membunuh

pathogen seperti bakteri, virus dan jamur; sel-sel tubuh yang

sudah rusak; sel-sel kanker.

Leukosit mengenali pathogen-patogen yang menyerang ini

dari lapisan permukaan mereka yang disebut antigen, atau bias

dikatakan sebagai generator antibody. Beberapa leukosit

memproduksi antibody protein khusus yang melekat pada sel-

sel yang dianggap asing, menonaktifkan sel-sel tersebut,

memberi tanda bagian mana yang harus dihancurkan. (Nevid,

2011).

Limfosit khusus yaitu “memory lymphocytes” (limfosit

adalah suatu jenis leukosit) tidak bertugas menghancurkan sel-

sel asing, tapi berfungsi sebagai cadangan. Limfosit ini dapat

berada dalam aliran darah selama bertahun tahun dan

Page 56: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

41

membentuk pasokan untuk memberikan respons kekebalan

yang cepat terhadap penyerangan berikutnya. (Nevid, 2011).

Semakin banyak bukti menunjukan depresi membuat kita

rentan terhadap penyakit karena melemahnya system

kekebalan tubuh. Melemahnya system kekebalan tubuh

membuat kita rentan terhadap penyakit umum seperti demam

dan flu, dan meningkatkan risiko berkembangnya penyakit

kronis, termasuk kanker.

Adanya sumber stres fisik seperti udara dingin atau suara

keras, apalagi bila terjadi secara intens dan dalam jangka

waktu lama, akan dapat mengurangi fungsi kekebalan.

Demikian juga berbagai stressor psikologi mulai dari sulit tidur

sampai ujian.

c) Sindrom Adaptasi menyeluruh

Peneliti tentang stres Hans Selye (1976) menciptakan

istilah sindrom adaptasi menyeluruh GAS (general adaptation

syndrome) untuk menjelaskan pola respon umum terhadap

stres yang berlebihan dan berkepanjangan. Selye

mengemukakan bahwa tubuh kita bereaksi sama terhadap

berbagai stressor yang tidak menyenangkan, baik sumber stres

berupa serangan bakteri mikroskopi, penyakit karena

organisme. Model GAS menyatakan bahwa dalam keadaan

stres, tubuh kita seperti jam dengan system alarm yang tidak

berhenti sampai tenaganya habis. (Nevid, 2011).

Page 57: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

42

GAS terdiri dari tiga tahap: tahap reaksi waspada (alarm

reaction), tahap resistensi (resistancy stage), tahap kelelahan

(exhausting stage). Persepsi terhadap stressor yang muncul

secara tiba-tiba akan memicu munculnya reaksi kepadanya.

Reaksi menggerakan tubuh untuk mempertahankan diri.

Diawali oleh otak dan diatur oleh system endokrin dan cabang

simpatis dari system saraf otonom. Pada tahun 1929, walter

cannon, fisiolog dari Harvard university menyebut pola respon

ini sebagai reaksi berjuang atau melarikan diri (fight or flight).

Seperti telah dibahas sebelumnya, bagaimana system endokrin

merespon stres, pada saat tahap reaksi waspada, kelenjar

adrenal, dibawah kendali kelenjar pituari dalam otak,

memompa keluar kortikal steroid dan catecholamines yang

membantu pertahanan tubuh.

Apabila stressor bersifat persisten, kita akan mencapai

tahap resistansi (resistancy stage), atau tahap adaptasi pada

GAS. Respon-respon endokrin dan system simpatis (misalnya,

melepaskan hormone-hormon stres) tetap pada tingkat tinggi,

tetapi tidak setinggi sewaktu tahap reaksi waspada. Pada tahap

ini tubuh membentuk tenaga baru dan memperbaiki kerusakan.

Apabila stressor tetap berlanjut atau terjadi stressor baru yang

memperburuk keadaan, kita dapat sampai pada tahap kelelahan

(exhausting stage) dari GAS. Meskipun daya tahan terhadap

stres antarindividu berbeda, semua individu pada akhirnya

Page 58: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

43

kelelahan atau kehabisan tenaga. Tahap kelelahan ditandai oleh

dominasi cabang parasimpatis akhirnya dari ANS. Sebagai

akibatnya, detak jantung dan kecepatan nafas menurun.

Apakah kondisi tenang seperti ini menguntungkan kita? Tidak

demikian kenyataannya. Apabila sumber stres menetap, kita

mengalami apa yang disebut Selye sebagai “penyakit

adaptasi”. Penyakit adaptasi ini rentangnya panjang, mulai

reaksi alergi sampai sampai penyakit jantung, bahkan sampai

pada kematian. Dapat dengan jelas dipelajari disini bahwa stres

kronis dapat merusak kesehatan kita, membuat kita lebih

rentan terhadap berbagai jenis penyakit dan komplikasi dari

penyakit tersebut. (Nevid, 2011)

Page 59: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

44

d) Kerangka Teori

Skema 2.1

(Moyle & Hogan, 2006, Davison, 2006, Nevid, 201Keliat, 2006,Lumonga, 2009)

Proses patofisiologis

Stressor (DM tipe II)

mengakibatkan depresi

dan komplikasinya.

Proses patopsikologis

Fase pengingkaran (denial)

ditandai dengan perasaan tidak percaya, syok

(menangis, gelisah, lemah, letih dan pucat)

Fase kemarahan (Anger)

ditandai dengan muka merah, suara keras, tangan

mengepal, nadi cepat, gelisah, dan perilaku agresif.

Fase tawar menawar (bargaining)

Ditandai dengan mengungkapkan rasa marah,

mengekspresikan rasa bersalah, takut dan rasa

berdosa.

Fase depresi (depression)

Ditandai dengan sikap menarik diri, tidak mau

berbicara, putus asa, mucul perilaku penolakan seperti

makan, susah tidur, dorongan libido menurun.

Fase penerimaan (acceptance)

Ditandai dengan reorganisasi perasaan kehilangan,

pikiran berpusat pada objek kehilangan,

membutuhkan seorang pembimbing untuk menata

kehidupannya kembali baik tenaga kesehatan maupun

psikolog.

Gangguan penyesuaian

Mempengaruhi sistem hormon

Hipotalamus kel. Pituitary

(mengelurakan ACTH) kel.

Adrenal mengeluarkan (steroid

& kortison) perlawanan terhadap

ganguan penyesuaian jika

hal in berlangsung lama stres

kronis (depresi) menurunkan

fungsi kekebalan tubuh sehingga

membuat rentan terhadap

penyakit

Page 60: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

45

e) Penelitian Terkait

Dari hasil penelitian Anderson (2001) yang dilakukan

menunjukan terdapat 48% penderita diabetes melitus yang

mengalami depresi akibat dari penyakitnya. Gejala depresi sering

dijumpai pada penderita diabetes melitus dengan menunjukan

jumlahnya 13,6% berbanding dengan bukan penderita diabetes

mellitus dengan menunjukan jumlahnya 8,7% (Amato, 2009).

Selain itu, hasil penelitian dari International Diabetes Federation

(2005) menunjukan prevalensinya 60% penderita diabetes melitus

mengalami depresi sedang. Manakala pada penderita diabetes

melitus yang disertai dengan depresi mayor mempunyai kerentanan

untuk berulang menderita depresi apabila diikuti selama 5 tahun

(Lutsman, 2009).

Menurut penelitian Anderson (2012) mendapatkan prevalensi

depresi pada penderita diabetes melitus secara signifikan lebih

pada wanita diabetes 28% daripada pria diabates 18% apabila

dilakukan studi keatas 42 orang. Prevalensi seumur hidup

depresi pada masyarakat mencapai 5% sampai 12% pada pria,

dan 10% sampai 25% pada wanita.

Berdasarkan pula penelitian Aina (2006), menemukan 10%

menjadi 20% dari individu dengan diabetes melitus mengalami

depresi dan akan terjadinya peningkatan sehingga 30% pada

penderita diabetes melitus yang mempunyai riwayat depresi

sebelum ini.

Page 61: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

46

Hasil penelitian diatas menunjukan bahwa penderita diabetes

melitus sering mempunyai kerentanan untuk mengalami depresi

dan kasus ini akan meningkat dari tahun ke tahun.

Page 62: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

47

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan bagan yang menunjukan hubungan antar

variabel. Kerangka konsep merupakan skema yang diharapkan dapat

memberikan gambaran tentang pola fikir terkait cara dan proses penelitian

yang dilakukan dengan menempatkan bagian-bagian teori dalam variabel sesuai

dengan variabel yang diteliti. Penelitian ini memiliki tujuan umum untuk

mengetahui gambaran tingkat depresi dan pada pasien diabetes melitus tipe 2 di

RSUD Kardinah Kota Tegal.

Gambar 3.1

Kerangka konsep menurut tinjauan pustaka

Page 63: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

48

B. Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Cara dan alat ukur Hasil ukur Skala

Depresi Gangguan suasana perasaan,

kehilangan minat, menurunnya

kegiatan, pesimisme menghadapi

massa yang akan datang

Responden mengisi

kuesioner khusus tingkat

depresi yang disediakan

dan alat ukur yang

digunakan adalah beck’s

depression inventory

a. Nilai 0-9 menunjukkan

tidak ada gejala depresi.

b. Nilai 10-15

menunjukkan adanya

depresi ringan.

c. Nilai 16-23

menunjukkan adanya

depresi sedang.

d. Nilai 24-63

menunjukkan adanya

depresi berat (Holon, D

Steven. Aaron T. Beck:

The Cognitive

Revolution In Theory

And Therapy. USA.

2010).

Ordinal

Page 64: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

49

Jenis kelamin Identitas responden penelitian sesuai dengan kondisi biologis dan fisik

Kuesioner 1 = laki – laki 2 = perempuan

Nominal

Pekerjaan Kegiatan yang dilakukan oleh responden untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kelangsungan kehidupan

Kuesiner 1 = Pegawai negeri Sipil 2 = swasta 3 = wiraswasta 4 = lainnya

Ordinal

Page 65: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

50

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, menggambarkan

tingkat depresi pada pasien Diabetes Melitus tipe II. Data yang diambil

akan dianalisis secara univariat.

B. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek

yang mempunyai kuantitas dua karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Setiadi, 2007).

Populasi dalam penelitian ini adalah Semua penderita diabetes

melitus tipe 2 di Rawat Jalan Penyakit Dalam RSUD Kardinah Kota

Tegal.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau

sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi

(Hidayat, 2007). Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang

dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling

(Nursalam, 2008).

Sampel dalam penelitian ini adalah penderita diabetes melitus tipe 2

yang ada di bagian Rawat Jalan Penyakit Dalam RSUD Kardinah Kota

Tegal.

Page 66: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

51

3. Sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

aksidental sampling, artinya mencari penderita diabetes melitus tipe II

yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi yang telah

di tetapkan dalam kurun waktu tertentu (Setiadi, 2007).

a) Kriteria Inklusi

1) Terdiagnosis Diabetes Melitus tipe II.

2) Mampu membaca dan menulis

3) Sedia mengikuti prosedur penelitian dan menandatangani

Informed Concern

b) Kriteria Eksklusi

1) Timbul komplikasi yang berat akibat Diabetes Melitus tipe II

4. Besar Sampel

Untuk menentukan besaran sampel pada penelitian diatas yaitu

menggunakan rumus oleh Slovin sebagai berikut:

n = jumlah sampel

N = jumlah seluruh anggota populasi

E = error tolerance (toleransi terjadinya kesalahan,taraf

signifikansi kesehatan lazimnya 0,05)

Berdasarkan rumus Slovin diatas maka didapatkan sampel

untuk penelitian ini adalah sebanyak 79 orang dengan rincian sebagai

n = N/(1+Ne^2)

Page 67: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

52

berikut: populasi tiap bulan pasien diabetes mellitus tipe II yang periksa di

rawat jalan Rumah Sakit Umum Kardinah adalah 85, jika dihitung dengan

rumus Slovin maka didapat sampel 70,1 orang ditambah 10 persen dari

sampel untuk menghindari data eror atau bias. Jadi didapatkan 79

responden.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Rawat Jalan Penyakit Dalam RSUD

Kardinah Kota Tegal. Rantang waktu penelitian ini adalah 8 juni – 6 juli

2015

D. Etika Penilitian

Penelitian ini menggunakan manusia sebagai subjek sehingga

tidak boleh bertentangan dengan etik penelitian (Setiadi, 2007). Pada

penelitian ini, peneliti meyakinkan responden perlu mendapat

perlindungan dari hal – hal yang merugikan selama penelitian dengan

memperhatikan aspek – aspek self determination, privacy, anonymity,

confidentially, dan protection from discomfort (Polit, 2006)

Penggunaan prinsip etik merupakan hal yang perlu

dipertimbangkan dalam penelitian. Prinsip etik digunakan untuk

melindungi hak subyek penelitian.

Hak-hak subyek dalam penelitian telah dilindungi, dengan cara

menerapkan prinsip etika penelitian, yakni beneficience dan

maleficience, autonomy dan justice (Polit, 2006).

1. Prinsip Beneficience dan Maleficience

Prinsip beneficience mengandung arti bahwa penelitian yang

Page 68: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

53

dilakukan telah memberi dampak baik langsung maupun tidak

langsung terhadap responden. Sebelum diberikan informed concern

responden telah diberikan penjelasan secara rinci tentang penelitian

yang akan dilakukan (Polit, 2006).

Prinsip maleficience mengandung arti bahwa penelitian ini

tidak akan menimbulkan risiko yang membahayakan responen.

Responden telah dilindungi fisik dan psikologisnya sehingga tetap

merasa aman (Polit, 2006).

2. Prinsip Autonomy

Prinsip ini bertujuan memberikan perlindungan terhadap

harkat dan martabat responden. Penerapan prinsip autonomy

dilakukan dengan prinsip self determination yakni hak otonomi

responden untuk ikut atau tidak berpartisipasi dalam penelitian,

setelah sebelumnya diberikan penjelasan tentang prosedur, manfaat,

dan risiko dari penelitian yang dilakukan. Responden dapat

mengundurkan diri dari penelitian tanpa konsekuensi apapun.

Peneliti berupaya mengurangi penolakan responden dalam

penelitian ini dengan cara membina hubungan saling percaya dan

menjelaskan prosedur penelitian serta manfaatnya bagi responden

(Polit,2006).

Page 69: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

54

3. Prinsip justice

Makna dari prinsip justice ini adalah bahwa responden

dihargai atau dihormati serta dijaga privacy dan anonymity-nya.

Prinsip ini diterapkan dalam penelitian ini dengan cara tidak

mencantumkan identitas responden dalam semua berkas penelitian.

Data yang diperoleh dari setiap responden hanya diketahui oleh

peneliti dan responden yang bersangkutan, dengan cara

mencantumkan kode responden pada lembar data yang dikumpulkan

(Polit, 2006).

4. Informed Concent

Polit dan Hungler (2006) mengatakan bahwa informed

concern diartikan sebagai kondisi dimana responden sudah

mempunyai informasi yang cukup terkait penelitian yang akan

dilakukan, memahami informasi, memiliki kekuasaan untuk secara

sukarela memilih terlibat atau menolak ikut dalam penelitian.

Informed concern dapat dilakukan apabila lima elemen penting sudah

dilakukan antara lain:

Responden telah diberikan penjelasan tentang tujuan dari

penelitian yang akan dilakukan

Responden diberikan penjelasan tentang risiko dan potensi

ketidaknyamanan yang mungkin dialami selama penelitian.

Bentuk ketidaknyamanan seperti mengambil waktu responden,

menanyakan hal-hal yang bersifat pribadi dan kelelahan dalam

menjawab responden.

Page 70: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

55

Responden diberikan penjelasan tentang manfaat langsung dan

tidak langsung dari penelitian yang dilakukan

Responden diberikan penjelasan tentang prosedur yang akan

dilakukan dan peneliti memberikan jawaban semua

pertanyaan responden.

Responden dapat mengundurkan diri kapan saja tanpa

konsekuensi apapun.

E. Instrumen Peneltian

untuk memperoleh data atau informasi dari responden, peneliti

menggunakan instrument penelitian berupa lembar kuesioner. Kuesiner

adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan sengan cara

memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada

responden untuk dijawab. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data

yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan

tahu apa yang bisa diharapkan dari responden (Sugiyono, 2007).

Instrument dalam penelitian ini merupakan data primer yang

diambil melalui dua kuesioner, yaitu:

a. Instrumen pertama berupa pertanyaan megenai data demografi r

esponden yang terdiri dari usia, jenis kelamin, pekerjaan, lama

menderita diabetes mellitus tipe II.

b. Beck Depression Inventory (BDI)

Beck Depression Inventory merupakan instrumen untuk

mengukur derajat depresi dari Dr. Aaron T. Beck. Mengandung

skala depresi yang terdiri dari 21 Item yang menggambarkan 21

Page 71: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

56

kategori, yaitu: (1) perasaan sedih, (2) perasaan pesimis, (3) perasaan

gagal, (4) perasaan tak puas, (5) perasaan bersalah, (6) perasaan

dihukum, (7) membenci diri sendiri, (8) menyalahkan diri, (9)

keinginan bunuh diri, (10) mudah menangis, (11) mudah tersinggung,

(12) menarik diri dari hubungan sosial, (13) tak mampu mengambil

keputusan, (14) penyimpangan citra tubuh,(15) kemunduran

pekerjaan, (16) gangguan tidur, (17) kelelahan, kehilangan nafsu

makan, (19) penurunan berat badan, (20) preokupasi somatik, (21)

kehilangan libido.

Klasifikasi nilainya menurut Aaron T. Beck dalam Steven J. Holon

(2010) adalah sebagai berikut:

Nilai 0-9 menunjukkan tidak ada gejala depresi, nilai 10-15

menunjukkan adanya depresi ringan, nilai 16-23 menunjukkan adanya

depresi sedang, nilai 24-63 menunjukkan adanya depresi berat.

F. Uji Validitas Dan Realibilitas

1. Uji Validitas

Validitas merupakan ketepatan atau kecermatan pengukuran,

valid artinya alat tersebut dapat mengukur apa yang ingin diukur

secara tepat (Azwar, 2012). Untuk mengetahui validitas suatu

instrumen dilakukan dengan cara melakukan korelasi antarskor

masing-masing variabel dengan skor totalnya. Suatu variabel

dikatakan valid jika skor variabel tersebut berkorelasi secara

signifikan dengan skor totalnya (Setiadi, 2007).

Page 72: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

57

Pengambilan keputusan dilakukan dengan melihat hasil

perhitungan t hitung, apabila t hitung > t tabel, maka pertanyaan

tersebut valid, sedangkan apabila t hitung < t tabel, maka pertanyaan

tersebut tidak valid (Sugiyono, 2010).

Pada penelitian ini uji coba instrument dilakukan pada tanggal

13 hingga 20 Mei 2015. Uji coba dilakukan terhadap 25 pasien

diabetes mellitus tipe II yang sesuai kriteria inklusi dan kriteria

eksklusi di rawat jalan Rumah Sakit Umum Kardinah Kota Tegal

dengan hasil tiap – tiap item pertanyaan pada variable tingkat depresi

pada pasien diabetes mellitus tipe II yang menggunakan kuesioner

Beck Depression Inventory, berkisar antara 0,393 sampai 0,826. Nilai t

hitung ini kemudian dibandingkan dengan t tabel Pearson Product

Moment pada signifikan 5% dengan uji 2 ekor (two tailed) dan n = 25,

yaitu sebesar 0,381. Kesimpulannya adalah kuesioner Beck Depression

Invntory valid.

2. Uji Realibilitas

Reliabilitas artinya kestabilan pengukuran, alat dikatakan

reliabel jika digunakan berulang-ulang nilainya sama. Sedangkan

pertanyaan dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap

pertanyaan konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Setiadi, 2007).

Setelah mengukur validitas, peneliti perlu mengukur realibilitas data

apakah alat ukur dapat digunakan atau tidak. Pengukuran realibilitas

menggunakan bantuan software computer dengan rumus Alpha

Cronbach. suatu variable dikatakan reliabel jika alpha Cronbach >

Page 73: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

58

0,60.

Pada penelitian ini, uji reliabilitas pada variable tangkat depresi

pada pasien diabetes mellitus tipe II menghasilkan nilai α = 0,741.

Nilai alpha Cronbach > 0,60. Jadi, instrument ini dianggap reliabel,

dapat dipercaya dan dapat diandalkan.

G. Prosedur pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan bulan juni hingga juli 2015. Data

yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh

dengan menggunakan kuesioner. Ada beberapa tahap yang dilakukan

dalam pengambilan data dalam penelitian ini, yaitu :

1. Tahap pertama, peneliti menentukan permasalahan, subjek penelitian,

tempat penelitian, tujuan dan manfaat penelitian serta menentukan

judul penelitian. Peneliti mengajukan surat izin dari Fakultas untuk

diberikan kepada pihak Rumah Sakit Umum Kardinah Tegal.

2. Setelah perizinan penelitian disetujui oleh pihak Rumah Sakit Umum

Kardinah Tegal, peneliti terlebih dahulu melakukan studi pendahuluan

terkait penelitian yang akan dilakukan.

3. Selanjutnya, peneliti menyusun proposal skripsi dan melakukan ujian

seminar proposal skripsi.

4. Selanjutnya peneliti melakukan uji validitas dan realibilitas instrument

pada 25 pasien di rawat jalan Rumah Sakit Umum Kardinah Tegal.

5. Setelah instrument penelitian valid dan reliabel, peneliti melakukan

koordinasi dengan bagian rawat jalan Rumah Sakit Umum Kardinah

tegal untuk mendapatkan calon responden sesuai kriteria inklusi.

Page 74: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

59

6. Setelah peneliti mendapatkan calon responden sesuai dengan kriteria

yang telah ditentukan, peneliti melakukan informed consent terhadap

calon responden.

7. Setelah responden menandatangani lembar persetujuan, responden

diberikan penjelasan mengenai cara pengisian kuesioner.

8. Kuesioner yang telah diisi selanjutnya diolah dan dianalisi oleh

peneliti.

H. Analisi Data

1. Pengolahan Data dan Analisis Data

Seluruh data yang terkumpul baik data primer maupun

data sekunder akan diolah melalui tahap-tahap sebagai berikut:

a) Mengkode data (data coding)

Proses pemberian kode kepada setiap variabel yang telah

dikumpulkan untuk memudahkan dalam pengelolaan lebih lanjut.

b) Menyunting data (data editing)

Dilakukan untuk memeriksa kelengkapan dan kebenaran

data seperti kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian,

konsistensi pengisian setiap jawaban kuesioner. Data ini

merupakan data input utama untuk penelitian ini.

c) Memasukkan data (data entry)

Memasukkan data dalam program software computer

berdasarkan klasifikasi.

d) Membersihkan data (data cleaning)

Pengecekan kembali data yang telah dimasukkan untuk

Page 75: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

60

memastikan data tersebut tidak ada yang salah, sehingga dengan

demikian data tersebut telah siap diolah dan dianalisis.

2. Analisis data

a) Analisis Univariat

Analisis univariate merupakan analisis tiap variable yang

dinyatakan dengan menggambarkan dan meringkas data dengan

cara ilmiah dalam bentuk tabel atau grafik (Setiadi, 2007). Variabel

pada penelitian ini meliputi data demografi, variabel independen

yaitu tingkat depresi pasien diabetes mellitus tipe II.

Analisis yang dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi

dan persentase dari setiap variabel yang dikehendaki dari tabel

distribusi..

Page 76: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

61

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum (RSU) Kardinah Tegal merupakan Unit

Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) bidang kesehatan Kota Tegal. Sebagai

lembaga pelayanan kesehatan masyarakat, RSU Kardinah Tegal adalah

lembaga pemerintah yang memberikan pelayanan kepada masyarakat

dengan sumber dana Anggaran pemerintah Belanja Daerah (APBD) Kota

Tegal. RSU Kardinah merupakan Rumah Sakit milik negara yang

beralamat di Jl. KS. Tubun Kelurahan Kejambon, Kecamatan Tegal Barat,

Kota Tegal.

1. Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Kardinah Tegal

a. Visi Rumah Sakit Umum Kardinah Tegal

Menjadi Rumah Sakit bertaraf nasional, mandiri dengan

pelayanan prima.

b. Misi Rumah sakit Umum Kardinah Tegal

1) Mengembangkan manajemen rumah sakit yang efektif dan

professional (Good Corporate Governance);

2) Memberikan pelayanan prima kepada seluruh lapisan

masyarakat pengguna jasa rumah sakit dengan menjunjung

Page 77: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

62

tinggi standar etika profesi serta berkeadilan (Good Clinical

Governance);

3) Mengembangkan pelayanan kesehatan sesuai dengan

perkembangan teknologi kedokteran terkini berwawasan

lingkungan (Continuous Improvement).

c. Moto Rumah Sakit

Kesembuhan dan kepuasan anda adalah keutamaan bagi kami.

Rumah sakit memiliki berbagai pelayanan salah satunya adalah rawat

jalan poliklinik. Rumah Sakit Umum Kardinah memiliki dua belas rawat

jalan yang terdiri dari bagian spesialis anak, bagian gigi dan mulut,

bagian jantung dan pembuluh darah, bagian kesehatan jiwa, bagian kulit

dan kelamin, bagian mata, bagian obsgyn, bagian spesialis paru, bagian

penyakit dalam, bagian saraf, bagian THT, dan bagian bedah saraf.

Ruangan rawat jalan yang akan dijadikan tempat penelitian adalah

bagian penyakit dalam karena disana penderita DM tipe II dirawat. Jenis

pelayanan yang ada di rawat jalan yaitu diagnostic fisik penyakit dalam,

meliputi: endokrinologi metabolic dan diabetes mellitus, penyakit infeksi

tropic, penyakit gastroenterology dan hepatologi, penyakit rematologi,

penyakit geriatric, penyakit ginjal dan hipertensi, hematologi dan

onkologi. Kemudian pelayanan selanjutnya yaitu pemeriksaan

laboratorium dan penunjang diagnostic termasuk: endoskopi,

gastrointestinal dan ultrasonografi.

Page 78: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

63

B. Hasil Analisis Univariat

Analisis univariate dilakukan untuk menganalisis variable – variable

karakteristik individu yang ada secara unideskriptif dengan menggunakan

distribusi frekuensi dan proporsi. Analisis univariate pada penelitian ini

meliputi: data demografi pasien DM tipe II yang terdiri dari jenis kelamin,

usia, lama menderita, pekerjaan, dan tingkat depresi pada pasien DM tipe

II.

1. Data Demografi Pasien DM tipe II

a. Jenis kelamin

Pengelompokan responden berdasarkan kategori jenis kelamin

digambarkan pada table 5.2 berikut:

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin di

RSUD Kardinah Kota Tegal (n=79)

Jenis kelamin N %

Laki – laki 42 53,2

Perempuan 37 46,8

Total 79 100

Tabel diatas menunjukan bahwa rata – rata responden yang

menderita DM tipe II berdasarkan jenis kelamin yaitu laki laki

sebanyak 42 orang (53,2%) sedangkan perempuan yang menderita

DM tipe II sebanyak 37 orang (46,8%).

Page 79: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

64

b. Pekerjaan

Sebagian besar penderita DM tipe II di rawat jalan RSU kardinah

tegal bermacam – macam latar belakang pekerjaan yaitu Pegawai

negeri Sipil (PNS) sebanyak 24 orang (30,4%), swasta 19 orang

(24%) lalu wiraswasta sebanyak 21 orang (26,6%) dan lainnya

sebanyak 15 orang (19,0%). Berikut tabel penderita dm tipe II di

Rawat Jalan RSU kardinah tegal berdasarkan pekerjaan:

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pekerjaan di RSUD

Kardinah Kota Tegal (n=79)

Pekerjaan N %

PNS 24 30,4

Swasta 19 24,1

Wiraswasta 21 26,6

Lainnya 15 19,0

Jumlah 79 100

c. Lama Menderita

Penderita diabetes mellitus tipe II (DM tipe II) di rawat jalan RSU

Kardinah Kota Tegal berdasarkan lama menderita yaitu pasien

yang menderita selama 0 – 12 bulan sebanyak 16 orang 20,3%, 12

– 24 bulan sebanyak 28 orang 35,4%, dan antara 24 – 36 bulan

sebanyak 22 orang 27,8% serta antara 36 – 48 bulan lebih

sebanyak 13 orang 16,5%.

Page 80: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

65

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Lama Menderita di

RSUD Kardinah Kota Tegal (n=79)

Lama Menderita N %

0 – 12 bulan 16 20,3

12 – 24 bulan 28 35,4

24 – 36 bulan 22 27,8

36 – 48 bulan 13 16,5

Jumlah 79 100

2. Variabel Independen

Tingkat depresi pada pasien DM tipe II menurut kuesioner Beck

Depression Inventory dikategorikan menjadi 4, yaitu tidak ada gejala

depresi, depresi ringan, depresi sedang dan depresi berat. Tidak ada

gejala depresi jika jumlah skor 0 – 9, depresi ringan jika jumlah skor

10 – 15, kemudian jumlah skor 16 – 23 menunjukan depresi sedang

dan depresi berat jika jumlah skor 24 – 63. Hasil penelitian ini

menunjukan 65 orang tidak memiliki gejala depresi, 12 orang yang

mengalami depresi ringan, dan 2 orang yang mengalami depresi

sedang, sedangkan yang mengalami depresi berat tidak ada. Berikut

tabel yang menggambarkan tingkat depresi pada pasien DM tipe II:

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Responden Tingkat Depresi di RSUD

Kardinah Kota Tegal (n=79)

Tingkat depresi N %

Tidak ada gejala depresi 65 82,3

Depresi ringan 12 15,2

Depresi sedang 2 2,5

Depresi berat 0 0

Jumlah 79 100

Page 81: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

66

Jika dilihat lebih dalam lagi yang menderita depresi, maka didapatkan

data sebagai berikut: dimulai dari responden yang mengalami depresi

ringan. Menurut jenis kelamin laki – laki sebanyak 5 orang (41,67%),

sedangkan perempuan sebanyak 7 orang (58,43%). Jika dilihat secara

jenis pekerjaan maka untuk responden yang bekerja sebagai Pegawai

Negeri Sipil (PNS) sebanyak 4 orang (33,33%), Swasta 2 orang

(16,33%), Wiraswasta 4 orang (33,33%) dan lainnya 2 orang

(16,33%).

Responden yang mengalami depresi sedang sebanyak 2 orang dengan

jenis kelamin laki – laki, jenis pekerjaan pasien yaitu pertama

wiraswasta dan lainnya. Usia responden cenderung usia produktif yaitu

49 tahun dan 43 tahun.

Berikut data responden yang tidak mengalami depresi : Menurut jenis

kelamin laki – laki sebanyak 36 orang (55,4%), sedangkan perempuan

sebanyak 29 orang (44,6%). Jika dilihat secara jenis pekerjaan maka

untuk responden yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS)

sebanyak 20 orang (30,7%), Swasta 17 orang (26,2%), Wiraswasta 15

orang (23,1%) dan lainnya 13 orang (20%). Berdasarkan lama

menderita diabetes mellitus rentang lama 0-1 tahun 10 orang (15,4%),

antara 1-2 tahun 18 orang (27,7%), 2-3 tahun 21 orang (32,3%) dan 3-

4 tahun sebanyak 16 orang (24,6%).

Page 82: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

67

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Analisis Data Demografi

1. Gambaran Jenis Kelamin

Dalam penelitian ini subyek penelitian yang dipilih adalah DM

tipe II, didapatkan distribusi subyek penelitian berdasarkan jenis

kelamin adalah laki – laki sebanyak 42 orang (53,2%) sedangkan

perempuan sebanyak 37 orang (46,8%) hal ini menunjukan bahwa

yang datang ke Rawat Jalan RSUD kardinah saat penelitian ini

dilakukan lebih banyak laki – laki daripada perempuan.

Hal ini sesuai dengan Smenkof (2015) dimana penderita laki –

laki lebih banyak daripada perempuan yaitu sebanyak 62,3% laki laki

dan 37,7% perempuan. Akan tetapi, dalam penelitian yang dilakukan

oleh Shendro (2013) didapatkan penderita perempuan lebih banyak

daripada laki – laki. sesuai dengan data statistik penderita diabetes

mellitus tipe II di Jawa Timur saat ini dimana angka jumlah penduduk

perempuan lebih banyak daripada laki – laki yaitu sebanyak 62,3%

perempuan dan 37,7% untuk laki – laki.

Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Nadyah (2011) di

Poliklinik Endokrin RSU Prof. DR. R. D. Kandou Manado, dari 138

kasus 78 pasien adalah wanita (57%) dan 60 pasien (43%) adalah pria.

Ditambahkan lagi, Penelitian yang dilakukan oleh Dillard et all (2013)

menunjukan bahwa dari 294 pasien yang diteliti terdapat 164 pasien

(55,8%) adalah perempuan sisanya adalah laki. Laki.

Page 83: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

68

2. Gambaran Usia

Distribusi penderita DM tipe II berdasarkan usia adalah

keseluruhan rentang umur subyek penelitian termuda adalah 36 tahun

dan tertua 60 tahun dengan rata rata berusia 48 tahun.

Menurut Suyono dalam Zulianita (2008) diabetes mellitus tipe

II muncul pada usia diatas 40 tahun, karena pada usia 40 tahun keatas

tubuh mengalami banyak perubahan terutama pada organ pancreas

yang memproduksi insulin dalam darah.

Menurut Dilland et al (2013) dari 294 pasien yang diteliti usia

responden (73,5%) atau 216 berusia <65 tahun.

3. Gambaran Jenis Pekerjaan

Tampak subyek penelitian penderita DM tipe II berdasarkan

pekerjaan didapatkan Pegawai Negeri Sipil (PNS) 24 orang (30,4%),

swasta 19 orang (24,1%), Wiraswasta 21 orang (26,6%) dan lainnya 15

orang (19%). Artinya Pegawai Negeri Sipil saat dilakukan penelitian

terbanyak yang mendatangi Rawat Jalan RSUD Kardinah Kota Tegal

dibanding dengan status pekerjaan lainnya. Hal ini tidak menunjukan

PNS lebih rentan daripada status pekerjaan lainnya karena pekerjaan

tidak masuk sebagai factor – factor resiko Diabetes Melitus tipe II.

4. Gambaran Lama Menderita

Menurut subyek penelitian berdasarkan lama menderita DM

tipe II yaitu pasien yang menderita selama 0 – 12 bulan sebanyak 16

orang 20,3%, 12 – 24 bulan sebanyak 28 orang 35,4%, dan antara 24 –

36 bulan sebanyak 22 orang 27,8% serta antara 36 – 48 bulan lebih

Page 84: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

69

sebanyak 13 orang 16,5%. Minimal Sembilan bulan dan terlama empat

tahun dengan rata – rata 2,41 tahun.

B. Analisi Variabel Independen

1. Gambaran Tingkat Depresi Pasien Diabetes Melitus Tipe II

Hasil penelitian yang diperoleh oleh peneliti menunjukan bahwa

tingkat depresi pada pasien Diabetes Melitus tipe II (DM tipe II) sangat

rendah, yaitu 65 orang tidak memiliki gejala depresi (82,3%), 12 orang

yang mengalami depresi ringan (15,2%), dan 2 orang yang mengalami

depresi sedang (2,5%), sedangkan yang mengalami depresi berat tidak

ada (0%).

Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh

Kuminingsih (2013) di RSUD Ambarawa yaitu 20 orang mengalami

depresi ringan (37,7%), depresi sedang sebanyak 19 orang (35,8%) dan

depresi berat sebanyak 14 orang (26,4%). Kemudian diperkuat oleh

penelitian lain oleh Safitri, D (2013) dalam penelitiannya yang

dilakukan di RSUD Surakarta menunjukan pasien yang tidak

mengalami gejala depresi sebanyak 0%, 58,6% responden mempunyai

depresi tingkat ringan yaitu 51 orang, depresi tingkat sedang sebanyak

41,4% yiatu 38 orang dan depresi berat sebanyak 0% dengan total

responden 87 orang. Perbedaan diatas mungkin terjadi karena

perbedaan tempat penelitian, dan perbedaan instrument penelitian.

Penelitian yang dilakukan oleh Demecic et al (2014) bahwa

prevalensi depresi pada pasien diabetes mellitus tipe II sebanyak

Page 85: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

70

36,1% (baik yang moderate, sedang, dan berat) dari sampel.

Kemudian, Huang CJ et al (2012) dalam penelitiannya di Taiwan

menunjukan prevalensi depresi pada diabetes mellitus tipe II di Taiwan

lebih rendah daripada di negara negara barat. Hal ini mengindikasikan

pengaruh perbedaan kebiasaan dan kultur dari masing masing negara.

Berikutnya adalah dari 14 individu yang mengalami depresi baik

ringan maupun sedang yang berjenis laki – laki sebanyak 7 orang dan

yang berjenis kelamin perempuan 7 orang (53,2% dan 46,8%). Hal ini

menunjukan persentase penderita perempuan lebih banyak daripada

laki laki. Jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Siddiqui, 2014) bahwasanya depresi sering terjadi pada perempuan

dibandingkan dengan laki – laki (32,65% vs 24,69%). Prevalensi

depresi pada pasien diabetes mellitus berdasarkan kegiatanya yaitu ibu

rumah tangga sebanyak 38,89%, pekerja sebanyak 23,38%, orang yang

pensiun 24,14% dan pelajar 25%.

Menurut penelitian (waleed, 2014) yang dilakukan di Palestina

bahwa kebanyakan pasien yang menderita depresi adalah perempuan,

memiliki banyak penyakit, pengangguran, pendidikan yang rendah,

rendahnya kepatuhan terhadap pengobatan, dan individu yang nilai

BMI nya abnormal. selanjutnya, berdasarkan hasil analisis multivariat

yang dilakukannya hanya pendidikan yang rendah, pengangguran, dan

memiliki banyak penyakit, dan rendahnya tingkat kepatuhan terhadap

pengobatan yang memiliki nilai yang signifikan dibanding yang lain.

Page 86: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

71

Komplikasi diabetes mellitus tipe II sangat berkaitan dengan

depresi begitu juga sebaliknya. Disfungsi ereksi adalah salah satu

predictor terkuat dari komplikasi diabetes mellitus tipe II dengan

depresi menurut De groot et al (2001) dan Lustman et al (2000).

Penderita diabetes mellitus tipe II yang mengalami depresi tingkat

sedang adalah keduanya perempuan dengan masing – masing usianya

49 tahun dan 53 tahun. Lamanya menderita diabetes mellitus selama 2

tahun 6 bulan dan 1 tahun 9 bulan dengan pekerjaanya adalah ibu

rumah tangga dan PNS.

Menurut Richard 2014 dalam penelitiannya bahwa, populasi umum

yang memiliki faktor resiko untuk depresi pada diabetes mellitus

adalah wanita, status melahirkan, masalah ekonomi, dan memiliki

tingkat kegiatan rendah.

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan – keterbatasan yang dapat

mempengaruhi hasil penelitian, beberapa keterbatasan dalam penelitian ini

yaitu:

a. Waktu yang dilakukan oleh peneliti sangat singkat hanya 1 bulan saja

sehingga sampel atau responden yang didapat memiliki kemungkinan

belum dapat mewakili sebuah populasi yang ada.

b. Penelitian ini hanya menggunakan kuesioner dan tidak menggunakan

observasi pada pasien diabetes mellitus tipe II (DM tipe II) di Rawat

Jalan RSU Kardinah Kota tegal.

Page 87: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

73

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Gambaran demografi pasien diabetes mellitus tipe II (DM tipe II) di

RSUD Kardinah Kota Tegal yang menjadi responden dalam penelitian

ini, yaitu: rata – rata jenis kelamin responden adalah laki – laki sebanyak

42 orang, rata – rata usia responden 48 tahun dengan rentang usia mulai

dari 36 tahun hingga 60 tahun, pekerjaan responden terbanyak yaitu

Pegawai Negeri Sipil (PNS) 24 orang, dan rata - rata lama menderita

responden adalah 2,41 tahun.

2. Gambaran tingkat depresi pada pasien diabetes mellitus tipe II (DM tipe

2) di Rawat Jalan RSU kardinah Kota tegal yaitu sebanyak 65 orang

(82,3%) tidak ada gejala depresi, sedangkan sebanyak 12 orang (15,2%)

mengalami depresi ringan dan 2 orang (2,5%) mengalami depresi

sedang.

B. Saran

1. Bagi Pendidikan Ilmu Keperawatan

Perlu meningkatkan peran dalam mendidik dan komprehensif antara

keilmuan Keperawatan Jiwa dan Keperawatan Medikal Bedah sehingga

dalam melihat suatu masalah atau penyakit tidak dilihat dari satu sisi

saja tetapi dari berbagai sisi dan memiliki beberapa opsi dalam

menyelesaikan masalah tersebut.

Page 88: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

74

2. Bagi Rumah Sakit Umum Kardinah

a. Perlu ditingkatkan kerjasama antara rawat jalan bagian kesehatan

jiwa dan rawat jalan bagian penyakit dalam sehingga memberikan

pelayanan kesehatan yang komprehensif.

b. Perlu dibuat kegiatan untuk merangsang pasien peduli antara

kesehatan jiwa dan kesehatan fisik, seperti melakukan skrining

keadaan kesehatan jjiwa penderita diabetes mellitus di Rumah Sakit

Umum Kardinah Kota Tegal.

c. Perlu diadakan pendidikan kesehatan mengenai kesehatan jiwa

dapat memperburuk sebuah penyakit begitu juga sebaliknya sakit

fisik dapat mendatangkan masalah pada kesehatan jiwa pasien.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Penelitian yang lebih dalam, komprehensif, dalam melihat

hubungan depresi dan diabetes mellitus tipe II sehingga

mendapatkan cara mengatasi antara keduanya.

b. Penelitian dapat dilakukan dengan sampel yang lebih besar serta

perlu dilakukan disemua kota di seluruh Indonesia.

c. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kesehatan jiwa dan

kesehatan fisik bukan hanya pada lingkup depresi dengan diabetes

mellitus tipe II yang dilakukan oleh peneliti tetapi aspek yang lain.

Page 89: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

DAFTAR PUSTAKA

Allman, Eric; Berry, Diane, Laura. 2009. Depression And Coping Heart Failure

Patient: A Review Of the Literature Journal Of Cardiovascular Nursing.

USA.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar. 2012. Metode penelitian. Jogjakarta: pustaka pelajar.

Barker, Philip J. 2004. Assesment in Psychiatric and Mental Health Nursing.

Cheltenham: Nelson Thornes Ltd.

Brunner, Suddart. 2005. Keperawatan Medikal Bedah (Edisi delapan). Jakarta:

EGC

Buglass, E. 2010. Grief and bereavement theories. Nursing standard. Vol. 24,

no. 41.

Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

Carpenito, J., Lynda. 2006. Buku saku diagnose keperawatan: handbook of

nursing diagnosis. Jakarta: EGC.

Davison, Gerald; John Neale, dkk. 2006. Psikologi Abnormal Alih Bahasa

Indonesia. Jakarta: Rajawali pers

Degmecic Dunja, Bacun Tatjana, Kovac Vlatka, etc. Depression, Anxiety And

Cognitive Dysfunction In Patients With Type 2 Diabetes Mellitus – A

Study Of Adult Patient With Type 2 Diabetes Mellitus In Osijek,

Croatia. 2014: 2: 711-716.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Laporan Hasil Riset Kesehatan

Dasar Indonesia (RISKESDAS).

Dillard DA, Robinson RF, Smith JJ, etc. Depression And Type 2 Diabetes

Mellitus Among Alaska Native Primary Care Patients. 2013: 23: 56-64

Edurne AM, Altynai S, orueta JF. Prevalence Of Depression In Adult With Type

2 Diabetes Mellitus In The Basque Country: Relationship With

Glycaemic Control And Health Care Costs. 2014: 14: 769.

Guyton, Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 15. Jakarta: EGC

Page 90: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

Hannon TS, Rofey DL, Lee SJ, Arslanian SA. Depressive Symptoms And

Metabolic Markers Of Risk For Type 2 Diabetes Mellitus In Obese

Adolescents. 2013: 12: 497-503.

Haslam DW, James WP, 2005. Bimbingan Dokter Pada Diabetes. Jakarta: Dian

Pres.

Hidayat, Aziz Alimul. 2008. Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis

data. Jakarta: Salemba Medika

Holon, D steven. 2010. Aaron T. Beck: The Cognitive Revolution In Theory And

Therapy. USA. 2010).

Holt RIG, Groot Mary D, Golden SH. Diabetes And Depression. 2014: 14: 491.

Huang CJ, Lin CH, Lee MH, Chang KP, Chiu HC. 2012. Gen Hospital

Psychiatry. 34. 2012: 242.

Kaplan, HI. 2010. Ilmu Keperawatan Jiwa Darurat. WWidya Medika.

Keliat Budi, 2006. Modul IC-CMHN: manajemen Keperawatan psikososial dan

pelatihan kader kesehatan jiwa. Jakarta: FIKUI.

Kuminingsih. 2013. Hubungan dukungan emosional keluarga dengan tingkat

depresi pada pasien diabetes mellitus tipe II di RSUD Ambarawa.

Ungaran

Lumongga Lubis, Namora. 2009.Depresi Tinjauan Psikologi. Jakarta: Kencana.

Lustman PJ, Anderson RJ, Freedland KE, groot M, Carney RM, Clouse RE.

Depression and poor glycemic control: a meta-analytic review of the

literature. Diabetes care 2000, 23:934-942.

.

association of depression and diabetes complication: a meta-analysis.

Psychosom med. 2001, 63:619-942

Maslim, R. 2004. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III). Jakarta:

FK Jiwa Unika Atmajaya.

Moyle, W.P & Hogan NS. 2006. Grief theories and models applications to

hospice nursing practice, Journal of hospice and palliative nursing.

Vol. 10, no 6.

Nadyah, Awad, Yuanita Langi. 2011. Gambaran faktor resiko pasien diabetes

mellitus tipe II di Poliklinik endokrin RSU Prof. Dr. kandou Manado.

Manado

Page 91: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

NANDA. 2011. Nursing diagnoses: Definition & classification. UK: Wiley-

Blackwell.

Nevid Jeffrey S, Spencer A. Rathus, dkk. 2011. Psikologi Abnormal Edisi kelima.

Jakarta: Penerbit Airlangga.

Nursalam. 2003. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika

Palta Priya, Golden SH, Teresi JA, etc. Depression Is Not Associated With

Diabetes Control In Minority Elderly. 2014: 28: 798-804.

Parkeni. 2006. Konsensus Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe

2 Di Indonesia. Jakarta: EGC.

Pollit, Hunger. Nursing; Principle and Method (6th ed). Philadelpia. Lippincot.

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses &

Praktek Edisi 4 Vol 1. Jakarta: EGC.

Pouwer F, Geelhoed-duijvestin PH, Tack CJ, Bazelmans E, Beekman AJ, Heine

RJ, Snoek FJ. Prevalence of Comorbid depressiion is hih in out-

patients with type 1 or type 2 diabetes mellitus. Results from three out-

patient clinics in the netherlands. Diabet Med 2010;27 (2); 217-24

Price, Sylvia A, Wilson LM. 2003. Patofisiologi: Konsep Klinis proses – proses

penyakit edisi 6. Jakarta: EGC

Rochmah, Wasilah. 2007.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI

Savitri. 2006. Diabetes Cara Mengetahui Gejala Diabetes Dan Mendeteksinya

Sejak Dini. Jakarta: BIP.

Schmitz Norbert, Gariepy G, Smith KJ, etc. Longitudinal Relationships Between

Depression And Functioning In People With Type 2 Diabetes. 2014: 47:

172-179.

Semenkovich K, Miriam E. Brown, dkk. Depression In Type 2 Diabetes

Mellitus: Prevalence, Impact, And Treatment. 2015 75:577-587.

Setiadi. 2007. Konsep & penulisan riset keperawatan. Yogyakarta: graha Ilmu.

Siddiqui Samreen, Jha Sujeet, Waghdhere Swati, etc. Prevalence Of Depression

In Patients With Type 2 Diabetes Attending An Outpatient Clinic In

India. 2014: 90: 552-556.

Page 92: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

Sweileh WM, abu-hadeed HM, Al-jabi SW, etc. Prevalence Of Depression

Among People With Type 2 Diabetes Mellitus: A Cross Sectional Study

In Palestine. 2014: 14: 163.

Sugiyono. 2007. Statistic untuk penelitian. Bandung: Alfabeta

Syahbuddin, S. 2004. Diabetes Mellitus Dan Pengelolaannya. Jakarta: Pusat

diabetes & Lipid RSUP nasional Dr. Cipto Mangunkusumo-FKUI.

Videbeck, SI. 2001. Psichiatric mental health nursing. Philadelphia: Lippincot.

Wang ML, Lemon SC, Whited MC, etc. Who Benefit From Diabetes Self-

Management Intervention? The Influence Of Depression In The Latinos

En Control Trial. 2014: 48: 256-264.

Page 93: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT
Page 94: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT
Page 95: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT
Page 96: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT
Page 97: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

Lampiran 2

PENJELASAN PENELITIAN

Saya Muhamad Ilham Ramdani, mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan NIM

1110104000008, bermaksud melakukan penelitian dengan judul ”Gambaran

Tingkat Depresi Pada pasien Diabetes Melitus Tipe II Di RSUD Kardinah”:

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui tingkat depresi pada pasien diabetes

melitus tipe II.

Manfaat penelitian ini adalah untuk Skrining depresi pada pasien Diabetes melitus

tipe II sehingga pasien tidak hanya fokus dengan penyakitnya saja tetapi fokus

juga dengan masalah kesehatan jiwanya juga.

Peneliti akan menjaga segala hal yang menyangkut kerahasiaan responden selama

dan setelah penelitian dilakukan..

Ciputat, Mei 2015

Peneliti

Muhamad Ilham Ramdani

1110104000008

Page 98: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

LEMBAR PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Judul Penelitian:

Gambaran Tingkat Depresi Pada pasien Diabetes Melitus Tipe II Di RSUD

Kardinah.

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : .......................

Usia :........................

Jenis kelamin :.......................

Menyatakan telah memahami penjelasan tentang tujuan, manfaat dan kegiatan

yang akan dilakukan dalam penelitian ini dan saya bersedia menjadi responden

dalam penelitian ini

Ciputat, ... Mei 2015

Peneliti,

Muhamad Ilham Ramdani

1110104000008

Page 99: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

Lampiran 3

KUESIONER

GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA TEGAL

A. Kuesioner Demografi

Isilah pertanyaan dibawah ini yang sesuai dengan data bapak/ibu

Nama (Inisial) : ………………………………………………..

Jenis kelamin : Pria / Perempuan*

Suku / Ras : Jawa / Batak / Sunda / lainnya* ……………….

Usia : ………………………………………………..

Lama menderita DM : ……………......Tahun…………………bulan

Pekerjaan : PNS / Swasta / Wiraswasta / Lainnya* …….....

B. Kuesioner Beck Depression Inventor

Pilihlah salah satu dengan cara dicontreng ( √ ) pada kolom yang tersedia sesuai dengan

apa yang dirasakan Bapak/Ibu/Saudara

No Kondisi yang dirasakan berkaitan dengan

kondisi kesehatan saat ini Tidak jarang sering selalu

1 Perasaan sedih

2 Perasaan pesimis

3 Kegagalan masa lalu

4 Kehilangan kesenangan

5 Rasa bersalah

6 Perasaan tersiksa

7 Benci terhadap diri sendiri

Page 100: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

(Lanjutan)

Pilihlah salah satu dengan cara dicontreng ( √ ) pada kolom yang tersedia sesuai dengan apa yang

dirasakan Bapak/Ibu/Saudara

No Kondisi yang dirasakan berkaitan dengan

kondisi kesehatan saat ini Tidak Jarang Sering Selalu

8 Menyalahkan diri sendiri

9 Keinginan bunuh diri

10 Menangis

11 Perasaan Bimbang

12 Kehilangan minat

13 Tidak mampu mengambil keputusan

14 Perasaan tidak berharga

15 Kehilangan kekuatan

16 Gangguan pola tidur

17 Perasaan mudah marah

18 Kehilangan nafsu makan

19 Kesulitan dalam konsentrasi

20 Kelelahan

21 Kehilangan minat terhadap seks

Page 101: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

Lampiran 4

Hasil analisi uji validitas dan realibilitas Correlations

totalskor

item1 Pearson Correlation

.708(**)

Sig. (2-tailed) .000

N 25

item2 Pearson Correlation

.490(*)

Sig. (2-tailed) .013

N 25

item3 Pearson Correlation

.649(**)

Sig. (2-tailed) .000

N 25

item4 Pearson Correlation

.400(*)

Sig. (2-tailed) .048

N 25

item5 Pearson Correlation

.427(*)

Sig. (2-tailed) .033

N 25

item6 Pearson Correlation

.574(**)

Sig. (2-tailed) .003

N 25

item7 Pearson Correlation

.393

Sig. (2-tailed) .052

N 25

item8 Pearson Correlation

.423(*)

Sig. (2-tailed) .035

N 25

item9 Pearson Correlation

.(a)

Sig. (2-tailed) .

N 25

item10 Pearson Correlation

.636(**)

Sig. (2-tailed) .001

N 25

item11 Pearson Correlation

.826(**)

Sig. (2-tailed) .000

N 25

item12 Pearson .757(**)

Page 102: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

Correlation

Sig. (2-tailed) .000

N 25

item13 Pearson Correlation

.525(**)

Sig. (2-tailed) .007

N 25

item14 Pearson Correlation

.420(*)

Sig. (2-tailed) .037

N 25

item15 Pearson Correlation

.636(**)

Sig. (2-tailed) .001

N 25

item16 Pearson Correlation

.528(**)

Sig. (2-tailed) .007

N 25

item17 Pearson Correlation

.402(*)

Sig. (2-tailed) .046

N 25

item18 Pearson Correlation

.643(**)

Sig. (2-tailed) .001

N 25

item19 Pearson Correlation

.702(**)

Sig. (2-tailed) .000

N 25

item20 Pearson Correlation

.705(**)

Sig. (2-tailed) .000

N 25

item21 Pearson Correlation

.615(**)

Sig. (2-tailed) .001

N 25

totalskor Pearson Correlation

1

Sig. (2-tailed)

N 25

Reliability Case Processing Summary

N %

Cases Valid 25 100.0

Excluded(a)

0 .0

Total 25 100.0

Page 103: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.741 22

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

item1 20.88 216.027 .684 .727

item2 21.00 216.667 .445 .730

item3 21.00 214.667 .619 .726

item4 21.04 221.540 .362 .735

item5 20.96 221.873 .392 .735

item6 20.96 215.207 .544 .727

item7 21.08 221.743 .356 .735

item8 21.08 222.077 .395 .736

item9 21.44 228.090 .000 .743

item10 20.84 214.057 .602 .725

item11 20.84 210.973 .809 .720

item12 20.92 215.077 .737 .726

item13 21.00 218.167 .494 .731

item14 21.12 222.110 .405 .736

item15 20.68 214.560 .614 .726

item16 20.76 215.690 .499 .728

item17 19.88 219.277 .361 .733

item18 21.08 217.410 .618 .729

item19 21.08 217.993 .681 .730

item20 20.72 209.710 .682 .720

item21 21.12 219.527 .591 .732

totalskor 10.76 56.107 .998 .887

Page 104: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

Lampiran 5 usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid 36 1 1.3 1.3 1.3

37 1 1.3 1.3 2.5

38 3 3.8 3.8 6.3

39 3 3.8 3.8 10.1

40 5 6.3 6.3 16.5

41 2 2.5 2.5 19.0

42 2 2.5 2.5 21.5

43 3 3.8 3.8 25.3

44 2 2.5 2.5 27.8

45 4 5.1 5.1 32.9

46 4 5.1 5.1 38.0

47 6 7.6 7.6 45.6

48 5 6.3 6.3 51.9

49 5 6.3 6.3 58.2

50 4 5.1 5.1 63.3

51 2 2.5 2.5 65.8

52 3 3.8 3.8 69.6

53 7 8.9 8.9 78.5

54 4 5.1 5.1 83.5

55 2 2.5 2.5 86.1

56 5 6.3 6.3 92.4

58 5 6.3 6.3 98.7

60 1 1.3 1.3 100.0

Total 79 100.0 100.0

pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid PNS 24 30.4 30.4 30.4

Swasta 19 24.1 24.1 54.4

wiraswasta 21 26.6 26.6 81.0

Lainnya 15 19.0 19.0 100.0

Total 79 100.0 100.0

Page 105: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

lamamenderita

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid 0-12 16 20.3 20.3 20.3

12-24 28 35.4 35.4 55.7

24-36 22 27.8 27.8 83.5

36-48 13 16.5 16.5 100.0

Total 79 100.0 100.0

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Jeniskelamin 79 1 2 1.47 .502

Usia 79 36 60 48.14 6.128

Pekerjaan 79 1 4 2.34 1.108

Lamamenderita 79 1 4 2.41 .994

Valid N (listwise) 79

jeniskelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid laki - laki 42 53.2 53.2 53.2

perempuan 37 46.8 46.8 100.0

Total 79 100.0 100.0

pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid PNS 24 30.4 30.4 30.4

Swasta 19 24.1 24.1 54.4

wiraswasta 21 26.6 26.6 81.0

lainnya 15 19.0 19.0 100.0

Total 79 100.0 100.0

Page 106: GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33018/1/Muhamad...GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT

depresi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid 0-9 65 82.3 82.3 82.3

10-15 12 15.2 15.2 97.5

16-23 2 2.5 2.5 100.0

Total 79 100.0 100.0

Tingkat depresi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid tidak ada gejala 65 82.3 82.3 82.3

depresi ringan 12 15.2 15.2 97.5

depresi sedang 2 2.5 2.5 100.0

Total 79 100.0 100.0