sekolah tinggi teologi amanat agung studl …
TRANSCRIPT
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG
STUDl TENTANG TEOLOGI SOSIAL EKA DARMAPUTERA
SKRIPSI
Diajukan kepadaSekolah Tinggi Teologi Amanat AgungUntuk Memenuhi Sebagian PersyaratanGuna Memperoleh GelarSarjana Teologi
Oleh
Josua Jevintri Sengge
1011211096
0037422
Jakarta2016
PERPUSTAKAAN
SEKOLAH TINGGl TEOLOGi AMANATAGUNG
JAKARTA
Ketua Sekolah Tinggi Teologi Amanat Agung menyatakan bahwa skripsi yangberjudul STUDI TENTANG TEOLOGI SOSIAL EKA DARMAPUTERA dinyatakan iuiussetelah diuji oleh Tim Dosea Penguji pada tanggal 9 Agustus 2016.
Dosen penguji
1. Fandy Tanujaya, B.Bus., Th.M.
la Tangan
2. Ir. Johan Djuandy, Th.M.
3. Surif, D.Th.
Jakarta, yAgustus 201^
Andrea
Ketfua
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sebenarnyabahwa skripsi yang berjudul STUDl TENTANG TEOLOGI SOSIAL ERADARMAPUTERA, sepenuhnya adalah basil karya tubs saya sendiri dan bebasplagiarisme.
Jika di kemudian hari terbukti bahwa saya telah melakukan tindakanplagiarisme dalam penulisan skripsi ini, saya akan bertanggungjawab dan siapmenerima sanksi apapun yang dijatuhkan oleh Sekolah Tinggi Teologi AmanatAgung.
Jakarta, 9 Agustus 2016— '~«TeRAi: (,.%,)MPE 'iL, Yw
—"K-
.DF754764342
, —w-itBURUPlAK —V—
Josuajevintri SenggeNIM: 1011211096
ABSTRAK
SEKOLAH TINGGITEOLOGI AMANATAGUNG
JAKARTA
(A) josua jevintri Sengge (1011211096)
(B) STUDI TENTANG TEOLOGI SOSIAL EKA DARMAPUTERA
(C) vi + 113 him; 2016
(D) Teologi/Kependetaan
(E) Skripsi ini membahas tentang pemikiran Teologi Sosial Eka Darmaputera di
dalam meresponi konteks sosial pada masa rezim Orde Baru. Eka
memperllhatkan bahwa salah satu cara meresponi tiga masalah sosial utama
pada waktu itu, seperti nation-building, stabilitas politik dan pembangunan
ekonomi di Indonesia adalah dengan cara menegakan Pancasila. la melihat
bahwa Pancasila sebagai ideologi bangsa adalah "jalan" terbaik bagi
transformasi sosial Indonesia. Sembari berjalan dengan proyek
pembangunan nasional oleh Orde Baru, maka, setiap usaha pembangunan
harus diarahkan kepada tujuan pengamalan Pancasila. Menurut Eka, usaha
ini tidak boleh hanya tertuang di atas kertas, tetapi juga harus
dioperasionalkan secara sungguh-sungguh. Sehingga untuk mendukungagenda tersebut, ia mengeluarkan beberapa praksis dari teologi sosialnya,seperti transformasi Pancasila yang dilakukan oleh setiap agama dan
kelompok ideologi dalam dialog berkesinambungan, dialog antar agama, danstrategi anti status-quo oleh Gereja. Gereja harus mendukung secara penuhpergerakan ini karena menurut keyakinan Eka, Pancasila dan keyakinanteologis protestan tidak bertentangan sama sekali. Ia menyakini Pancasila
sebagai sarana inkarnasi Allah telah menjadikannya sebagai alat bermisi-
Nya.
(F) Bibliografi 61 (1951-2014)
(G) Fandy Tanudjaya, B. Buss, Th. M.
Jl
IV
1
DAFTAH ISI
ABSTRAK
DAFTAR ISI
UCAPAN TERIMA KASIH
BAB SATU: FENDAHULUAN
Latar Belakang Permasalahan 1
Pokok Masalah 13
Tujuan Penulisan 14
Metodologi Penulisan 14
Pembatasan Masalah 15
Sistematika Penulisan 15
BAB DUA: BIOGRAFI, KONTEKS DAN METODOLOGI EKA DARMAPUTERA 17
Eka Darmaputera dan Perjalanannya Menuju Teologi Sosial 17
Periode Pertama; Masa Kecil di Magelang SebagaiCikal Bakal Menjadi SeorangSosialis-Nasionalis 17
Periode Kedua: Masa Kuliah SebagaiCikal Bakal Menjadi Seorang Oikumenis (1960-1966) 19
Periode Ketiga: Organisasi GMKl Sebagai CikalBakal Menjadi Seorang Oikumenis 20
Periode Keempat: Masa Kependetaan (1967-Emeritasi) 21
Periode Kelima: Boston College, Boston, USA,Sebagai Tempat Pengembangan Diri (1977-1982) 23
Tokoh-Tokoh yang Memengaruhi Teologi SosialEka Darmaputera 24
Reinhold Niebuhr 25
Dr. Tahi Bonar Simatupang 26
I l l
Karya-karya dan Aktivitas Eka Darmapiitera 27
Konteks 29
Metodologi Teologi Sosiai Eka Darmaputera 33
BAB TIGA: TEOLOGI SOSIAL EKA DARMAPUTERA 33
Masalah-masaiah Sosiai Indonesia Dalam Konteks Orde Baru 38
Analisis Sosiai: Pembangunan Nasional SebagaiPengamalan Pancasila (PNSPP) 44
Refleksi Teologis 52
Perwujudanlman 57
Gereja Serta Kelompok Agama dan Ideologi Sebagai PewujudTransformasi Budaya Pancasila 53
Dialog Antar Agama g3
Strategi Anti Status-Quo 72
BAB EM PAT: ANALISIS KRITIS TERHADAP TEOLOGI SOSIALEKA DARMAPUTERA 76
Tentang Metodologi 76
Tentang Pembangunan Nasional SebagaiPengamalan Pancasila (PNSPP) 79
Tentang Soteriologi Inklusif Eka Darmaputera 81
Tentang Budaya Pancasila gg
Tentang Dialog Antar Agama gg
Tentang Strategi Anti Status-Quo g2
Tentang Sama Rasa Sama Rata ^7
BAB LIMA: KESIMPULAN gg
BIBLIOGRAFI DAN LAMFIRAN ^^6
BAB SAID
PENDAHULUAN
Latar Belakang Permasalahan
Pertanyaan, "Siapakah Aku ini?" di dalam Lukas 9:18, menurut Kalvin Budiman
merupakan pertanyaan yang memiliki dua pengertian. Pertama adalah menyangkut
"Siapakah Kristus bagiku secara pribadi?" Kedua, "Siapakah Kristus bagiku di dalam
dunia inl?"i Maksudnya, iman atau pengenalan seorang mengenai Kristus haruslah
berdampak pada kehidupan pribadi dan kehidupan sosial orang tersebut. Budiman
mengatakan bahwa, "Setiap orang yang sungguh-sungguh percaya kepada Kristus
patut membawa dalam hidupnya motif Kristus yang mewarnai seluruh kehidupan,
cara berpikir, cara pandang, wawasan serta perilakunya."2
Permasalahannya adalah hari-hari ini masih banyak gereja yang hanya
mementingkan kehidupan spiritualitas pribadi dari pada sumbangsihnya bagi
kehidupan sosial di masyarakat. Oleh karena warisan teologis tertentu, mereka
cenderung memahami tentang pemisahan antara gereja dengan hal-hal dunia.
Akibatnya. kontrlbusi gereja terhadap hal-hal dunia, seperti sosial-politik bersifat
nihil.
Gereja seharusnya menyadari bahwa ikut berkontribusi di dalam transformasi
sosial adalah bagian dari misi atau amanat agung-Nya. John Stott mengatakan,
"Mengherankan sekali jika pengikut Kristus mempertanyakan, apakah keterlibatan
1. Kalvin S. Budiman, 7 Model Kristologi Sosial. Mengaplikasikan Spiritualitas Krister, dalamEtika Sosial (Malang: Literatur SAAT, 2013), 1.
2. Budiman, 7 Model Kristologi Sosiai, 1.
sosial itu termasuk misi Kn'stiani, ataii jika tinibul pertentangan pendapat mengenai
pei tanyaan tentang kaitan antara pekabaran Injil dan tanggiing jawab sosial."^
Yewangoe juga mengatakan, "keterlibatan itu bukanlah sesuatuyang fakultatif,
tetapi merupakan suatu panggilan."'
Tergerak oleh situasi ini, di Indonesia mulai bermunculan gerakan-gerakan
sosial berpanj) Kristiani. Mereka menyakinf bahwa orang percaya terpanggii untuk
menjadi "Agent of Change" yang diberi otoritas membuat perubahan oleh "Super
agent of change" atau Allah sendiri.s Perubahan di sini meliputi berbagai aspek,
seperti perubahan sosial, politik, ekonomi, budaya, religius, dan sebagainya yang
tidak sesuai dengan ketetapan Allah dibawa kembali menuju perubahan yang sesuai
dengan ketetapan Firman Tuhan. Lotnatigor Sihombing mengatakan bahwa
perubahan di sini harus dibawa kepada perubahan yang berorientasi kepada
perubahan yang teoiogis.® Maksudnya adalah semua perubahan harus kembali
kepada Theos dan Logos [Starting point, focusing point, finishing point adalah Theos
and Logosf Hal ini seturut dengan apa yang pernah Paulus katakan dalam Roma
11:36 bahwa segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: bagi
Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya.
Di Indonesia, gerakan-gerakan sosial dibawah terang iman Kristen dikenal
dengan istilah "Teologi Sosial". Gerakan ini mulai mengalami kebangkitan ketika
memasuki abad ke-18 dan puncaknya pada abad ke-19. Jika pada masa revolusi
3. John Stott, Isu-isu GlobalMenantang Kepemimpimn Kristiani, Penilaian AtasMasalah Sosialdan Moral Kontemporer (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1996J, 1.
4. Andreas Yewangoe, Agama dan Kerukunan (Jakarta: BPK Gunung Mulia 20061 1625. Lotnatigor Sihombing, Kultus dan Kultur, Sikap Etis Kristen Terhadap Kebadavaan
Sekolah Tinggi Theologia "13",1997), 125. ^ i^eouaayaan (Batu.6. Sihombing, Kultus dan Kultur, 125.
industri di Eropa pernan immcul Social Gospel.' yang gerakannya berpusat kepada
hal-hal yang berhubungan dengan etika sosial, di Indonesia dikenal dengan sebutan
"Teologi Sosial". Pergerakan ini muncul karena pengaruh/kondisi zaman, khiisusnya
pada masa kolonialisasi hingga paska-kolonial. Jargon ini mulai ramai dibincangkan
setelah la semakin banyak mendapat kesadaran dari gereja-gereja tentang
pentingnya orang Kristen untuk ikut berkontribusi dalam membentuk arah
pergerakan sosial-politik di Indonesia.
Menurut risalah yang ditulis oleh jan S. Aritonang mengenai "Kiprah Kristen di
dalam Sejarah Perpolitikan di Indonesia", pergerakan "Teologi Sosial" awalnya
dimulai oleh Thomas Matulessy (Kapitan Pattimura) dalam pemberontakannya. Hal
ini terjadi pada masa kolonial di bawah pemerintahan Belanda pada waktu itu,
Perlawanan rakyat Maluku Tengah di pulau Saparua pada tahun 1817 dinilai oleh-
nya sebagai kiprah politik pertama orang Kristen di Indonesia.8 Kebijakan-kebijakan
pemerintah Hindia-Belanda yang dinilai menyengsarakan masyarakat Maluku saat
itu direspons oleh Matulessy beserta rakyat Maluku Tengah melalui pemberontakan
sambil tetap setia menjalani kehidupan Kristianinya. Hoekema menyebut
peperangan ini sebagai peperangan yang bernuansa teologis karena menurut
7. Social Gospel (Injil Sosial) adalah gerakan yang dipersiapkan oleh tradisi InjII teologiaAmerika pada abad ke-19. Gerakan ini menekankan tentang menggabungkan tekanan kepadakeselamatan dengan keinginan memperbaiki kejahatan-kejahatan sosial. Para pelopor terkenalnyaadalah para teolog liberal seperti Washington Gladen atau Walter Rauschenbusch. Femahamandoktrin mereka lebih berpusat pada hal-hal mengenai Kerajaan Allah. Lih. Harun Hadiwijono TeoloaReformatorisAbad ke-20 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993), 133.
8. Jan S. Aritonang, "Kiprah Kristen dalam Sejarah Perpolitikan di Indonesia", dalam/urna/Teologi Proklamasi no.4 (September, 2003): 6, 7.
kesaksian yang beredar, tepat pacia liari pertempuran itu, di mimbar gereja didapati
Alkitab yang terbuka menunjuk pada Mazmur 17.],''
Tokoh-tokoh Teologi Sosial pada masa kolonial lainnya adalah seperti C.L.
Coolen. la merintis sebuah jemaat Kristen di Ngoro, Jawa Timur dan membekali
mereka dengan kemampuan berteologi dan berpolitik. la juga dikenal sebagai orang
yang menentang sistem Tanam Paksa {Cultuurstelsel) yang diberlakukan oleh
pemerintah Hindia-Belanda. Selanjutnya, nama-nama besar seperti Kyai Sadrach
(1835-1924), A. Latumahina, AmirSjarifuddin (1907-1948), juga adalah tokoh-
tokoh yang dicatat Aritonang sebagai penggerak Teologi Sosial pada masa kolonial.
Selain tokoh, Teologi Sosial juga digerakan oleh Partai-partai politik Kristen yang
berkembang pada saat itu, seperti Rencono Bundiyo (1898) di Mojowarno, Jawa
Timur; Mardi Pracoyo (1913);Perserikatan Kaum Christen (20 Mei 1918); dan
Partai Kaum Masehi Indonesia (1930).
Pergerakan Teologi Sosial terus berlanjut pada masa paska-kolonial (1942-
1949). Pada masa ini Teologi Sosial ditandai di dalam dua era pemerintahan, yaitu:
pertama, pemerintahan sementara Jepang. Kedua, pada era pemerintahan Soekarno
sebagai presiden pertama Indonesia. Pada masa pertama, pergerakan Teologi Sosial
lebih banyak berkutat pada hal-hal mengenai pro dan kontra terhadap status quo
(pemerintahan Jepang) yang bermukim di Indonesia. Amir Sjarifuddin adalah tokoh
yang dikenal cukup menonjol memberi pengaruh terhadap pergerakan Teologi
Sosial, khususnya di dalam poslsinya sebagai yang kontra atau anti status-quoA'^
9. A.G. Hoekema, Berpikir Dalam Keseimbangan Yang Dinamis, Sejarah Lahimya TeologiProtestan Nasional di Indonesia, Sekitar 1860-1960 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997') 23
10. Aritonang, "Kiprah Kristen daiam Sejarah Perpolitikan di Indonesia," 24.
Tokoh yang mengikiitinya adalali Sam Ratulangie. Mereka menyiiarakan tentang
bagaimana orang Kristen di Indonesia hams memiliki identitasnya sendiri tanpa
diwarnai lag! oleh pengaruh-pengamh di luar budaya asli Indonesia. Di dalani
konteks saat itu, mereka menyuarakan tentang pentingnya terbebasdari
imperialisme Barat.
Selanjutnya, memasuki era "Revolusi" Bung Karno, salah satu kiprah Kristen
adalah pada masa perumusan dasarnegara dan Undang-UndangDasar (UUD).ii
Pokok yang menjadi permasalahan waktu itu adalah perdebatan antara kalangan
Islam dan Nasionalis sekuler serta kalangan Islam dengan Kristen. Mereka berdebat
tentang pertanyaan Di atas dasar apakah negara yangakan merdeka ini didirikan?"
Kalangan Nasionalis Islam menginginkan untuk dibangun atas dasar Islam karena
melihat Islam sebagai mayoritas penduduk Indonesia. Akan tetapi, kalangan
Nasionalis Sekuler dan Kristen lebih mengusulkan Pancasila sebagai dasar negara
karena tidak dicirikan oleh agama tertentu, kendati tetap menghargai agama-
agama.i2 Perdebatan itu kemudian dimenangkan oleh kalangan Islam yang
usulannya ditampung di dalam piagam Jakarta pada tanggal 22 Juni 1945. Namun,
basil itu kemudian ditolak oleh J. Latuharhaiy menyampaikan keberatannya
mewakili umat Kristen yang tidak setuju dengan penggunaan kalimat "dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" di dalam
pembukaan UUD dan yang tertera pula pada sila pertama Pancasila versi Piagam
11. Aritonang, "Kiprah Kristen dalam Sejarah Perpolitikan di Indonesia," 2512. Aritonang. "Kiprah Kristen dalam Sejarah Perpolitikan di Indonesia," 25.
Jakarta. Menurutnya, kaliinat itu akan mendatangkan akibatyang besarsekali
terhadap agama-agama lain.'-^
Awalnya, kritik Latuharhary dan Nasionalisme se]<uleryang turut
berkeberatan tidak digubris oleh Panitia Sembilan. Prokiamasi kemerdekaan tetap
mencantumkan kalimat tentang "kewajiban melakukan syariat Islam" di dalam UUD.
Akan tetapi, perubahan akhirnya terjadi ketika Bung Hatta menerima laporan dari
Angkatan Laut Jepangyang mengabarkan tentang keberatan wakil-wakil Protestan
dan Katolik atas kalimat itu karena merasa adanya "diskriminasi" terhadap
golongan minoritas. Mereka mengajukan pendapat bahwa jika pemerintah tidak
mengambil langkah penanggulangan, maka mereka akan lebih suka berdiri di luar
Republik Indonesia." Menghadapi kenyataan itu. Bung Hatta secepatnya mengambil
sikap bersama para tokoh Islam dan anggota PPKI mengganti kalimat itu dengan
"Ketuhanan yang Maha Esa." Mereka menyadari tentang pentingnya persatuan
Bangsa dipertimbangkan di dalam pengaturan dasar negara ini.
Memasuki era Orde Lama, kiprah Kristen dalam dunia sosial-politik banyak
diperankan oleh Parkindo dan Dewan Gereja-gereja di Indonesia (DGI). DGI bukan
lembaga politik, tetapi ia banyak mengemban tugas yang bersifat politis seperti
mewakih gereja-gereja anggotanya untuk berbicara dengan pemerintah mengenai
masalah-masalah yang menyangkut urusan kepentingan gereja dan hal-hal seputar
kehldupan berbangsa dan bernegara pada umumnya. Pada masa ini, kekristenan
banyak bersuara mengenai keminoritasan mereka dan bagaimana hubungannya
13. Aritonang, "Kiprah Kristen dalam Sejarah Perpolitikan di Indonesia," 2614. Aritonang, "Kiprah Kristen dalam Sejarah Perpolitikan di Indonesia/ TJ.
ciengcin agania-ngama clan negai'a. Disini jniinciil tokoh-tokoh sep6rti 0.
Notohamicljojo yang banyak bersiiara di dalam konteks sosial-politik waktu itu
mewakili kalangan Kristen.'s Di masa ini jiiga kekristenan sering menjalln hubungan
yang baik dengan pemerintah, khususnya dengan Soekarno. Kekristenan terkenal
dengan dukungannya terhadap Demokrasi Terpimpinyang dicanangkan oleh
Soekarno. Maka itu, pada masa itu banyak ditemukan berkas-berkas politik Kristen
yang menunjukkan tentang dukungan mereka terhadap agenda-agenda
pemerintahan.
Memasuki masa Orde Baru di bawah rezim Soeharto, kiprah umat Kristen di
dalam sosial-politik semakin besar. Hal ini dikarenakan pada kurun waktu 1966-
1985 peran Kristen cukup berpengaruh. Hal ini turut ditunjang oleh karena
banyaknya kursi di dalam pemerintahan yang diisi oleh bjrokrat Kristen.i^
Meskipun pada masa akhir rezim Orde Baru. kalangan Kristen dikecewakan karena
rezim Orde Baru banyak merangkul Islam, terutama melalui Ikatan Cendekiawan
Muslim Indonesia (ICMI).
Tokoh-tokoh yang mengambil peran di dalam Teologi Sosial pada masa Orde
Baru cukup banyak. Mengikuti catatan atau sketsa sejarah Teologi Sosial Julianus
Mojau, ia membagi pergerakan Teologi Sosial ke dalam 3 kelompok besar yang
dimotori oleh tokoh-tokohnya masing-masing. Pertama, kelompok "Sosial
Modernisme" yaitu adalah seperti 0. Notohamidjojo, P.D. Latuihamallo, T.B.
Simatupang, S.A.E. Nababan, dan Eka Darmaputera. Kedua, kelompok "Teologi Sosial
15. Arltonang, "Kiprah Kristen dalam Sejarah Perpolitikan di Indonesia," 3716. Aritonang, "Kiprah Kristen dalam Sejarah Perpolitikan di Indonesia," 41.
Liberatifyaitu J.L.Ch. Abineno, Josef Widiyatniadja, F. Ukur, E.G. Singgih, A.A.
Yewanggoe dan H.M. Katoppo. Ketiga, kelompok "Teologi Sosial Pluralis" yaitu
Victor I. Tanja, Th. Sumartana, E.G. Singgih, Z.J. Ngelow dan lokhanes Rakhmat.i'
Menimbang luasnya kisah pergerakan Teologi Sosial di sepanjang sejarah Indonesia,
maka mustahil untuk dibahas secara spesifik oleh penulis di dalam skripsi ini,
sehingga penulis menyarankan untuk dapat membaca uraian selanjutnya di dalam
beberapa bacaan seperti tulisan A.G. Hoekema yaitu "Berplkir dalam Keseimbangan
yang Dinamis, Sejarah Lahirnya Teologi Protestan Nasional di Indonesia (sekitar
1860-1960)"i8 dan tulisan Julianus Mojau tentang "Model-model Teologi Sosial
Kristen Protestan di Indonesia Sekitar THN. 1970-an S/D 1990-an."i9
Melalui penelusuran sejarah, maka dapat disimpulkan bahwa "Teologi Sosial"
memiliki dua pengertian utama di dalam pergerakkannya, yaitu: pertama, Teologi
Sosial adalah suatu jargon yang menjadi tanda peran atau respons orang-orang
Kristen di dalam persoalan mengenai masyarakat sipil yang ditanggapi secara
teologis di dalam suatu konteks masyarakat Hal ini seperti yang juga dikatakan oleh
Ngelow bahwa, "Politik Kristen adalah partisipasi orang Kristen dalam pencaturan
politik di Indonesia, baik melalui suatu partai politik, maupun secara pribadi, yang
17. Julianus Mojau. Meniadakan atau Merangkul, Perguhtan Teologis Protestan Denaan Mnn,Politik di Indonesia (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 12,13. ^ngon Islam
18. A.G. Hoekema pernah menjadi dosen di Akademi Teologi Wiyata Wacana Pati naHa ̂ ahnn1969-1977. la telah mencatat dergan cermat perkembangan pemikiran teologi di Indonesiatermasuk tulisan-tulisan para teolog. Buku "Berpikir dalam Keseimbangan yang Dinamis" hericipemaparan/sketsa mengenai perkembangan pemikiran Teologi Protestan di Indonesia Lib A rHoekema. Berpikir dalam Keseimbangan yang Dinamis, Sejarah Lahirnya Teologi Protestan Na^tnni HiIndonesia (sekitar 1860-1960), (Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1997). sional di
19. Julianus Mojau di dalam tulisannya di Jumal Proklamasi mencatat secara sinakatperkembangan pemikiran Teologi Sosial di Indonesia yang berkembang dan tahun 1970 -1 oon i ihJulianus Mojau. "Model-model Teologi Sosial Kristen Protestan di Indonesia Sekitar THN ig^^anS/D 1990-an" dalam Jumal Proklamasi no.3 (Februari 2003). 1970-an
secara sadar mengedepankan nilai, visi, ataii sinibol-simbol Kristen dalain
berpolitik."^" Kedua, Teologi Sosial adalah bagaimana orang-orang Kristen
menghayati keberadaannya di daiam konteks (tradisi, budaya, sosial, politik, agama]
mereka sendiri baik pada masa kolonial bahkan setelah terlepas dari periode
kolonial oleh bangsa Barat. Ariarajah mempertegas pernyataan berikut dengan
mengatakan bahwa, "setelah periode kolonial, gereja-gereja terutama yang
sebelumnya menjadi daerah koloni, mulai merefleksikan makna menjadi gereja
dalam konteks mereka sendiri."2i
Di dalam penulisan skripsi ini, penulis tertarik untuk membahas tentang salah
satu tokoh Teologi Sosial yang lahir pada masa Orde Baru dibawah rezim Soeharto.
Dia adalah Eka Darmaputera (1942-2005],22 seorang Teolog sekaligus Pendeta di
Gereja Kristen Indonesia Bekasi. Alasan pemilihan atas Eka adalah karena ia diakui
sebagai tokoh Teologi Sosial yang cukup menonjol pada era itu. Disamping
munculnya tokoh-tokoh besar seperti T.B Simatupang, 0. Notohamidjojo, P. D.
Latuihamallo, S. A. E. Nababan, Eka adalah tokoh yang cukup fenomenal melalui
gagasan pemikirannya yang dikenal dengan sebutan "Teologi Pancasila."
Mengapa disebut "Teologi Pancasila"? alasannya sederhana karena Eka, di
dalam Teologi Sosialnya mencoba untuk mendialektikan ideologi Pancasila dengan
20. Zakaria J. Ngelow, "Beberapa Catatan Mengenai 'Politik Kristen' di Indonesia", dalamTeologi Politik, Panggilan Gereja di Bidang Politik Pasca Orde Baru, Peny. Zakaria J. Ngelow, JohnCampbell-Nelson dan Julianas Mojau (Makassar; Yayasan OASEINTIM, 2013), 19.
21. S. Wesley Ariarajah, Injil dan Kebudayaan, Sebuah Diskusi Berkesinambungan dalamGerakan Oikumene ()akarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 40.
22. Selanjutnya penulis akan menggunakan sebutan "Eka". Alasan memakai penyebutan"Eka" dan bukan "Darmaputera" karena kebanyakan peneliti Teologi Sosial Eka setuju untukmemakai sebutan "Eka" sebagai sapaan bersama meski peijanjian ini tidak disepakati secara tertulis.Sebutan "Eka" mayoritas dipakai di dalam tulisan-tulisan mengenai Eka Darmaputera.
10
peranan orang Kristen atau gereja di Indonesia, la disebut sebagai tokohyang
melanjutkan gagasan pemikiran T. B. Simatupang tentang pentingnya Gereja
berkontribusi di dalam negara (masyarakat] berbasis ideologi Pancasila. la pernah
menulis disertasi doktoralnya berjudul Pancasila and The Search for Identity and
Modernity in Indonesian Society: A Cultural and Ethical Analysis yang diakuinya
diinspirasi oleh tulisanT. B. Simatupang yang berjudul This is My Country. Menurut
Intan, perbedaannya adalah jika Simatupang berkontribusi dalam dunia teologi
melalui sisi seorang Kristen awam, Eka berkontribusi dalam dunia teologi melalui
sisi seorang teolog Protestan.23 Mojau mengatakan bahwa yang membedakan Eka
dan Simatupang juga adalah Eka melihat modernisasi sosial bukan hanya pada
kategori-kategori politis saja, tetapi juga harus menjadi "kesadaran kultural"
masyarakat 24
Eka, di dalam disertasi doktoralnya yang kemudian dibukukan oleh penerbit
BPK Gunung Mulia menilai bahwa negara ketiga termasuk Indonesia yang baru lahir
pasca-kolonial menemui beberapa masalah besar yakni nation-building, stabilitas
politik, dan pembangunan ekonomi.^s Ketiga masalah ini muncul di dalam beberapa
bentuk yang berbeda, misalnya masalah egoisme pribadi atau golongan, kemiskinan
yang mengakibatkan potensi disintegrasi pada tubuh negara, masalah
kemajemukan-kesatuan masyarakat dan masalah kemanusiaan.
23. Benyamin Fleming Intan, "Public Religion and The Pancasila-BasedState oflndn^^Hn a»Ethical Cultural Analysis (New York: Peter Lang Publishing, 2008), 150. '
24. Mojau, Meniadakan atau Merangkul, 99.25. Eka Darmaputera, Pancasila Identitas dan Modernitas, Tinjauan Btis dan Budava flakarta-
BPK Gunung Mulia, 1991), 4. "an "uooyo (Jakarta.
Demi mengatasi masalah ini, menurut analisls-sosial Eka, Pancasila adalah
jalan keluar paling tepat. Menurut pandangan Eka. Pancasila adalah asumsi dari
kemajemukan, persatuan-kesatuan dan bagaimana mengelola konflik dan
perbedaan yang ada.26 Baginya, pilihan ideoiogi lain terlaiu beresiko buruk bagi
konteks Indonesia. Pancasila mengandung lima sila yang menjiinjung tinggi nilai-
nilai kebenaran dan keadilan. Pancasila juga memiiiki keunikkan dari pendekatan
bukan itu-bukan itu yang disebut sebagai sifat "kesamaran" oleh Brownlee,27
sehingga la selalu mumpuni menjaga potensi disintegrasi oleh sebab kemajemukan.
Terkait dengan proyek pembangunan nasional yang sedang diusung oleh
rezim Orde Baru pada saatitu, Eka menilai bahwa pembangunan nasional harus
dilakukan di dalam Pancasila. Pemikiran ini semakin terwujud ketika Pancasila
menjadi asas tunggal dalam kehidupan negara. Pembangunan tidakboleh
dilaksanakan sebagaimana dirinya sendiri, tetapi ia harus dilaksanakan di dalam
kerangka Pancasila. Hal ini dilakukan agar Pancasila menjadi operasional di dalam
pembangunan dan sebaliknya, pembangunan Indonesia tetap berarah dan memiiiki
identitas yang sesuai dengan cita-cita proklamasi kemerdekaan Indonesia. Maka itu,
munculah proyek Pembangunan Nasional Sebagai Pengamalan Pancasila (PNSPP)
sebagai "jantung" dari GBHN pada tahun 1989-1993. Menurut pandangan Eka,
melaui PNSPP-lah, maka transformasi sosial Indonesia atas masalah-masalah sosial
akan teratasi. Menurut pengamatan Singgih, PNSPP ini adalah tekad dari Eka dan
26. Martin L. Sinaga dan Trisno S. Sutanto. "Pancasila dan Pergulatan Identitas Gerela-Wawancara dengan Eka Darmaputera" dalam Pergulatan Kehadiran Kristen di Indonesia Teks-teksTerpilih Eka Darmaputera, ed. Martin L Sinaga, Trisno S. Sutanto dan Adi Pidekso flakarta- Gnn.moMulia, 2001), 106,107. " uunung
27. Malcolm Brownlee, Tugas Manusia Dalam Dunia Milik Tuhan-Dasar Theologis BaalPekerjaan Orang Kristen Dalam Masyarakat (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997), 113.
Simatupang yang merasa berhasil mempengariihi kalangan penguasa yang tanpa
sadar menjadikan cita-cita )'ang bernilai kekristenan itu menjadi cita-cita nasional.^^^
Obsesi Eka adalah menjadikan masyarakat Indonesia sebagai masyarakat
modern yang memiliki cara berpikir dan bertindak yang rasionai-objektif, dinamis-
kreatif, dan demokratis dalam bidang kehidupan sosial, ekonomi, dan politik.29 la
ingin agar Indonesia tidak hanya menjadi negara yang mengalami modernisasi saja,
tetapi, tetap memegang identitas dirinyayang tercermin di dalam Pancasila. la ingin
agar masyarakat Indonesia secara keseluruhan melihat Pancasila bukan hanya
sebagai "falsafah" hidupnya.seperti istilah Soekarno dan Muh. Yamin.^o Akan tetapi,
dapat dengan sungguh-sungguh dipraktikkan di dalam kehidupan sehari-harinya.
Untuk mengisi dan mendukung agenda ini, maka Eka melihat perlunya
kehadiran Gereja atau umat Kristen bersama kelompok ideologi dan agama-agama
saling bekerjasama mewujudkannya. Alasan mengapa umat Kristiani perlu ikut
terlibat di dalam hal ini karena keyakinan mandat budaya dan keyakinan bahwa
Allah bekerja di dalam dan melalui Pancasila. Perwujudan kerjasama ini menurut
pendapatnya dapat dilakukan melalui tiga hal, yaitu: Pertama, mewujudkan
transformasi Pancasila melalui dialog berkesinambungan antar agama. Dialog ini
juga bertujuan untuk menafsirkan secara bersama Pancasila, agar Pancasila
memiliki semangat yang baru dan tercipta "common-ground" demi kelangsungan
kehidupan bersama. Kedua, dialog antar agama dan kelompok ideologi untuk dapat
28. Emanuel Gerrit Sin^h, "Pasang Sunit Teologi Pancasila Eka Darmaputera". JumalPenuntun, Vol.9 (2008): 46.
29. Mojau, Meniadakan atau Merangkul, 98.30. Sukarno, Filsafat Pancasila menurut Bung Kama (Yogykaita: Media Pressindo, 2015), 98.
asi
saling menghayati dan memperkaya pemahaman antara satu dengan yang lainnya
Hal ini diiakukan untuk menipererat kesatuan dan memperkecil jurang disintegr
antar agama dan golongan. Dialog ini juga diyakininya bahwa harus diiakukan di
dalam kerangka Pancasila. Ketiga, menjalankan strategi anti status-quo atau
keberpihakan kepada kaum yang lemah.
POKOK MASALAH
Eka Darmaputera merupakan salah satu tokoh Teologi Sosial Protestan pada
tahun 1960-1980-an. la hadir dengan mencanangkan satu pemikiran yang unik
yakni Teologi Sosial yang dikembangkan dalam kerangka Pancasila. la berpendapat
bahwa Pancasila merupakan kunci paling baik di dalam mengembangkan teologi
yang kontekstual di Indonesia untuk menuju kepada transformasi sosial. Di dalam
pemikiran itulah maka Eka berhasil melahirkan wacana-wacana Teologi Sosial yang
baik untuk diiakukan di Indonesia, seperti Dialog berkesinambungan, dialog antar
agama, dan strategi anti status-quo.
Meskipun lahir praksis Teologi Sosial yang baik, namun Eka tidak lepas dari
kritikan yang diberikan kepadanya. Contohnya Julianus Mojau yang melihat melalui
pendekatan kritik Neo-Marxis a'la Antonio Gramsci,3i menilai bahwa pendekatan
Teologi Sosial Eka mendukung pergerakan terjadinya proses politik kekuasaan
hegemonik rezim Orde Baru yang justru menciptakan permasalahan sosial,
bukannya meniadakan. Sehingga dengan berani ia menilai bahwa Teologi Sosial Eka
adalah teologi yang gagal.32
31. Rudiyanto, M.Th, wawancara oleh penulis, Jakarta, 25 Agustus 2015.32. Mojau, "Model-model Teologi Sosial Kristen Protestan di Indonesia Seldtar Thn i ovn an
S/D 1990-an, Sebuah Sketsa Kritis," 17. '
TUjUAN PENULISAN
Penulisan skripsi ini bertujuan:
1. Melakukan studi tentang bagaimana seorang teolog lokal, Eka
Darmaputera menanggapi permasalahan sosial yang terjadi di Indonesia
dengan membangun sebuah konsep Teolog! Sosial demi melahirkan
praksis-praksis nyata dan konkret dalam suatu kondisi masyarakat untuk
suatu perubahan yang lebih baik.
2. Memberikan kritik-kritik dan apresiasi atas pemikiran Teologi Sosial Eka
Darmaputera. Menganalisis secara mengkritisi sebuah pemikiran seorangteolog seperti Eka adalah suatu cara menghargai sumbangsih
pemikirannya. Hal yang diharapkan adalah melalui analisis kritisyang
diberikan, kiprah, dan pemikiran Eka dapat memberikan inspirasi-
inspirasi untuk melanjutkan pergulatan pemikiran yang baru di dalam
era yang berbeda.
METODOLOGI PENULISAN
Dalam menulis skripsi ini, penulis akan memakai metode riset literatur
terhadap penelahan pemikiran Eka. Skripsi ini dikerjakan secara deskriptif-analitis
dengan mempelajari teks-teks primer Eka (khususnya buku Pancasila Identitas dan
Modernitas, Tinjauan Btisdan Budaya, dan kumpulan tulisan Teologi Sosial Eka) danjuga teks-teks sekunderyang mengupas pemikiran Eka.
IS
PEMBATASAN MASALAH
Tidak banyak buku yang Eka tuiis secara langsung mengenai pemikiran
Teologi Sosialnya. la lebih banyak membahas Teologi Sosialnya di dalam tulisan
lepas yang beredar diberbagai jurnal, surat kabar. dan media tulisan. Penulis akan
mencoba untuk menyeleksi tulisan-tulisan Eka secara terperibd, khususnya
menyangkut pemikiran Teologi Sosial. pandangan politik. serta hubungan gereja
dan negara. Penulis tidak memusatkan penelitian terhadap tulisan-tulisan pastoral
Eka atau juga tulisan-tulisan devosional atau etika yang tidak berhubungan denganide Teologi Sosial Eka.
SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan terdiri atas empat bagian, sebagai berikut:
Bagian pertama, berisi tentang pendahuluan. Penulis membahas mengenailatar belakang permasalahan. pokok permasalahan tulisan, tujuan penelitian,
metodeyang dipakai di dalam melakukan penelitian, dan pembatasan masalah.
Bagian kedua, penulis akan membahas mengenai biografi, konteks dan
metodologi Teologi Sosial Eka. Di dalam bagian ini, penulis memaparkan perjalanan
kehidupan Eka yang membentuk pemikiran Teologi Sosialnya. Lalu, penulis akan
menjelaskan konteks berteologi Eka. Kemudian, penulis akan menjelaskan dinamika
pembangunan Teologi Sosialnya, yang diambil melalui dinamika pembangunan}. B.Banawiratma yang menurut penulis merupakan metodologi yang juga dipakai Eka
di dalam membangun Teologi Sosialnya.
lb
Bagian ketiga, penulis akan membahas tentangTeologi Sosial Eka yang
dituangkan di dalam empat dinamika pembangunan Teologi Sosial Banawlratma.
Empat dinamika pembangunan ini adalah permasalahan, analisis sosial, refleksi
teologis dan perwujudan iman.
Bagian keempat, penulis akan menjabarkan analisis kritis terhadap Teologi
Sosial Eka. Penulis akan memberikan apresiasi sekaligus kritik terhadap pemikiran
Teologi Sosial Eka, sekaligus metodologi yang dipakainya. Secara singkat, beberapa
hal yang akan dianalisis oleh penulis adalah tentang Metodologi. PNSPP, Soteriologi
Inklusif, budaya Pancasila, dialog antar agama, strategi anti status-quo dan konsep
sama rasa sama rata.
Bagian kelima, penulis akan memberikan kesimpulan secara umum dari
setiap bab. Kemudian juga penulis akan menyertakan refleksi teologis dari
pembelajaran mengenai Teologi Sosial Eka. tujuannya adalah munculnya refleksi
atau inspirasi untuk berteologi paska-Eka.
BAB LIMA
KESIMPULAN
Eka Darmaputera adalah salah satu teologsosial Indonesia yang mengisisejarah atau perkembangan pemiklran teologi sosiai di Indonesia. Secara khususkiprah Eka ditemukan di dalam kcntribosinya menggumuli masalah-masalah sosialpada konteks rezim Orde Baru. Melalui pemikiran dialektika antara ideologiPancasila dengan teologi protestan, Eka menghadirkan cara berpikir teologi sosialsebagai meresponsnya berbagai masalah di Indonesia.
Perjalanan Eka menjadi teolog sosial dapat dibagi menjadi linia tahapan, l.Jn,asa kedlnya di Magelang; 2.J niasa kuiiahnya di Sekolah Tinggl Teologi Jakarta(STTJ); 3.) kesibukannya berorganisasi seperti GMKI; 4,J pada masa
kependetaannya di GKI Bekasi; 5.J masa studi lanjutnya di Boston College, BostonUSA. Kellnra periode ini nae.bentnk Eka ̂ enjadi seorang Calyinis yang Oikn^eni'Nasionabs dan Sos.alis. Pada bab ini juga diperkenalkan tentang konteks berteologiEka pada n.asa Orde Baru dan tentang dinarnika pembangunan teologi sosialnya
Pennklran Teologi Sosial Eka nrenekankan pendekatan Pro.. Sebagai responsteologisnya atas berbagai pernrasalaban sosial di ntasa Orde Barn dl dala™ 3 areautanta, yakni: stabilitas politik dan pentbangunan ekono.lMenurut analisis sosial Eka, ketlganya dapat ™engalan.l transfor^asi Jlkanrasyarakat Indonesia benar-benar .enjalankan ideologi Pancasila secara balk. Didala. agenda rezta Orde Baru. pembangunan naslonal harus diarahkan untuktujuan pembangunan Pancasila (FNSPP)
10(1
Mendorons agcuh, PNSPP i„i, Pka n.eliha, perlunya dukungan Cere,a, heserc,kelompok agama dan ideologi untuk berkonti ibusi. Untuk Itu id- 1 .1
' Deberapa agendayang meiijadi p.aksls dari teolog, sosialnya, yakni dialog berke.in-, i
s '"neMnambungar,. dialogantar agama dan strategi anti statm-quo. Semua ini merupakan sebuah tind kgereja di dalam bermisi secara lebih holistik.
Di balik cemerlangnya ide peraikiran teologi sosial Eka, selalu aH^ celah untukdikritisi, perihal harus diakui bahwa tiada teologi yang sempurna. Pada bab
keempat, penulis melakukan analisls kritis sekaligus apresiasi terhadap beberpemiklran Eka. seperti, pertama, tentang metodologi Praxis yang dipakai Eka '^'Penulis menilai bahwa Eka terialu menekankan kepentingan dari konteks Pancasilasebagai tuiuan ketimbang suara Alkitab. la hanya menjadikan Alkitab sebagai al ̂pelegltlmasi gerakan teologi sosialnya. Kedua. Tentang PNSPP. penpb^ ^bahwa Eka begitu positif mengandalkannya, bahkan menaruh harapannya p'^la tahu bahwa Pancasila ibarat "mangkukkosong", Pancaailadapat drsirehsaia, bahkan menjadl kendaraan politik bagi kepentingan tirani SoehTrmengatakan bahwa Eka terialu menaruh nen.h " Smggih
^npengharapankepadapemim •bangsa, akibatnya kekaguman bisa beruhah wa • . P'"-pemimpin
""^ahmenjadikekecewaan/'Eka rimencari pemimpin Iain sebagai sumber ^ ̂^'apan;kalauSoehartotidakbi. imenjadi pemimpin maka Megawatilah pemimpin kita " R
mengatakam
Kita tidak dapat berharap pada ianii-ia •politik, industri, atau bahkan gereia Pen^asa: para pemimpinpengharapan masa depan kita kepaia" id^oLS' ""P"'
ideologi sosialisme
(I I
Mini pasar hebas atau bahkan dcmokrasi. Meletakkan seliiruh penghanpandan kepercayaan kepada Allah mengandung arti bahwa meski kita nicngh ir-iiserta mengapresiasi kontribusi para pengiiasa, institusi. dan ideologi kit i'tidak akan menjadikan mereka sebagai dasar pengharapan masa depan Jantimutlak dan tidak tergoyahkan.- ^
Ketiga, tentang metodologi Inklusif Eka, penulis mellhat bahwa Eka memiiiki
kecenderungan yang sempit memahami soterioiogi protestan dan hubungannya
dengan kekristenan. Bagi Eka, seseorang hanya periu mengakui Yesus Kristus
sebagai Allah tanpa melibatkan diri didalam kekristenan, itu sudah cukup. Menurut
Soterioiogi Reformed, kekristenan sebagai agama itu berbeda dengan agama-agama
lain yang dilihat Eka sekedar alat/jalan menuju kepada sang llahi. Kekristenan
seharusnya dipandang sebagai wahyu khusus dari Allah sebagai tempat umat
mengalami pengenalan akan Allah secara penuh. Keempat, tentang budaya
Pancasila, penulis melihat bahwa Eka terlampau positif melihat Pancasila, bahkan
turut menjinakkan {Domestification) Kristus karena menyamakan budaya Pancasila
dengan Kristus. Di dalam pendekatan NIebuhr disebut "Christ ofculture". Kelima
tentang dialog antar agama, penulis melihat dialog antar agama di dalam kerangka
Pancasila justru melencengkan dialog antar agama dari pada tujuannya karena
cenderung mengurung dialog di dalam kerangka Pancasila. keenam, tentang strategianti status-quo, penulis melihat bahwa ada kecenderungan sikap tidak konsisten d"
dalam diri Eka di dalam keberpihakannya pada status-quo. Ini diperkuat oleh
dugaan yang dilihat oleh Singgih, meskipun lokhanes Rakhmat tidak»ueiK menyetujui hal
tersebut dan ketujuh, yaitu tentang sama rasa sama rata, penulis melihat bahwa
2. Albert Nolan, Harapan di Tengah Kesesakan Masa Kini, Mewuiudkan imn p u u(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 11. ^ujuoKan Injil Pembebasan
pei-lu .ulanya pemhatasan atau 'lasar pihak untuk rnenermikiin
clalam memiiaskan kepentingan banyakorang.
Setelah melakukan penggalian terhadapteologisosial kka.peniilis mengakuibahwa pemaparan tersebut masih jauh dari pemahaman yang "bulat" tentang EkaEka adaiah pribadi yang kompleks, begitu juga dengan pemikiran-pemikirannya lamemikirkan banyak hal dan mengetahui banyak hai. la berblcara tentang ban k h
dan meresponi macam-macam hal. UsahamemabamlEkaadalabsuatuusabaytiada habis karena luasnya cakupan bidang pengetabuan dan pengalamannya AdiPidekso mengatakan:
Ketika klta coba mengerti Eka, terleblb jlka kita memberi -nama" Halkegiatan berteologinya.dengan jujurkita harus inemaham?r„dengan kata "agaknya," "sejauh ini,-tampaknya"dansebaeatnvbisa mencoba membaca Eka dengan sudut pandans atan fiksekaligus kita harus mengakui bahwa masih ada sisi-sisi Pi, "amunbelum kita iihat dengan cermata lain yang
Maka, hatais penulis akui bahwta pencarian pengertian tentang pemikiran teososial Eka yang diupayakan oleh penulis pun masih jauh dari ketepatan laterus dapat dibaca dan diyakini terus dapat memberi inspirasi-lnspirasi barTlzaman yang berbeda.
Nantun, sebelun. nrenutup bagian akhir ini, pertanyaan penti„gya„direfleksikan adaiah "Apakah suntbangsih yang dapat gereja arullTKristiani ambil untuk pembangunan teoiogi sosial paska-Eka?" ^
"Kritis-solidaritas" nampaknya dapat menjadi kata yang tepat untukmenggambarkan sumbangsih positif Eka bagi eksistensi gereja saat i„i. Krius-
solidaritas adalah istilah yang dicetuskai, oleh Yewangoe pada ceraniah yaiig la
berikan kepada aktivis gereja tentang pentingnya memahami hiibuiigan antaia
gereja dan sosial-polltik.^ Kritis berarti gereja turut memiliki perhatian yang khnsus
mengenai arah pergerakkan sosial-politik, sosial-ekonomi dan kebudayaan bangsasambil mengkritisinya. Tidak hanya mengkrUisisepertiseorangtukangkritik
namun gereja juga memiliki sikap solidaritas,yaitumenyadaribahw •« 13 303191^
bagian integral dari negara yang dikritisinya itu sehingga ia ikut bergumul memb
kontribusi positif, ide-ide atau solusi untukpengembangan negara ke arah yanglebih baik.
Gereja tidak boleh minder untuk memberi kontribusinya atau teitutup dan
cenderung menjauh dari tugas tanggung jawabnya sebagai bagian dari warga negarahanya karena perasaan sebagai minoritas Justru karena keminoritasan umat
Kristiani. maka ia harus mewujudkan eksistensi imannya untuk diperhitungkan olehmayoritas atau penguasa. Meskipun, beberapa tokoh teologi sosial sepertiSimatupang dan J. Leimena menentang sebutan "mayoritas-minoritas" namsemangat minoritas seperti inilah yang pernah di gagas oleh 0. Notohamidjojodalam istilah "Minoritas-Kreatif Nasional." Berbeda dengan Simatupang danLeimena, Notohamidjojo bersikap realistis menerima icHiok •
a »stiiah minoritas untukdikalungkan kepada umat Kristiani di Indonesia.s Minoritas Wr.
oritas-kreatif nasional baginyaadalah bagaimana umat Kristen di Indonesia sekalipun kecil dalam jumlahnya,
4, Andreas Yewangoe, "Gereja dan Politik"hH;D://wwM» I •dan-politik-di-indonesia (diakses pada 11 Jull 206]. ®""®*®"°''8/'''/Page/v/976/gereja5. Julianus Mojau, "Mempertimbangkan Teoloei-PnliHi, m-
Kausaistis Konsolidasi Kekuasaan Hegemonik Rezim Orde Bam" Telaah(September 2003): 87. TeologiProklamasino. 4
namun karenn peranan atau kontribusinya yang penting di dalam kenegaraan maka
ia diperhitungkan oleh yang mayoritas atau yang berkuasa. "Dengan demikian maka
gereja dan orang-orang Kristen di Indonesia melakukan apa yang nienjadi
kewajibannya sebagai warga negara yang bertanggungjawab dalam mencegah
negara menjadi lembaga kegelapan sebagaimana dikatakan dalam Wahyu 13 "
katanya.6
Meskipun Eka sendiri sebenarnya tidak setuju dengan istilah "Minoritas-
Kreatif Nasional" karena terkesan seperti mengatakan bahwa umat Kristen inginmenggalang kekuatan untuk menunjukkan "arogansi" bahwa ia minor di daiam
jumlah, namun mayor di dalam kualitas, Akan tetapi, gagasan ini tanpa bisa
disangkal melekat erat di dalam diri Eka, la adalah seorang minoritas dari segi > -jumlah agamanya di Indonesia, tetapi ia kreatif di dalam sumbangsih pemikirannyabagi urusan kenegaraan, sekalipun ia hanya seomng pendeta jemaat di GKI Bekasi.Lalu, ia juga tidak hanya kreatif menyuarakan ide-idenya bagi pergumulan sosial-politik masyarakat, tetapi ia juga memiliki kesadaran sebagai seorang IndonesiaCNasionalis). Bahkan, Eka pernah mencalonkan diri menjadi kader pemimpin untukdaerah Tangerang melalui partai PDI-P Megawati. Ini menunjukan betapa iamemiliki kepedulian yang tinggi mengenai masa depan bangsanya.
Menurut penulis, nampaknya, sikap Eka seperti yang demikian tertulis di atasdigemkkan oleh karena prinsip pelayanannya sendiri yaitu ingin menjadi berkatuntuk sebanyak mungkin orang. Eka mengatakan,"... motto hidup saya, yaitubagaimana saya bisa menjadi berkat yang sebesar mungkin bagi sebanyak mungkin
6. Mojau, -Mempertimbangkan Teolog|.p„|idk Minoritas Notohamidjojo,"88.
l l
lemi
orang."" Maka itu, ia mendorong agar gereja tidak hanya memikirkan soal
kepentingannya sendiri, tetapi bagaimana memajukan kepentingan bersania d(
kesejahteraan semua masyarakat."... platform perjuangan Kristen adalah bagi
semua orang, bagi seluruh bangsa. Ini berangkat dari keyakinan teologis saya
bahwa sesuatu yang baik hanya untuk orang Kristen saja itu tidak Kristiani YangKristiani adalah kalau itu baik untuk semua orang," katanya.s
Gereja haruslah menjadi "terang" dan "garam" di segala bidang. Dl manapun
gereja ditempatkan, ia harus bisa mengkomunikasikan Injilnya secara relevan Eka
yang berada di dalam konteks negara yang piuraiis, mengkomunikasikan Injil secara
kreatif melalui ideologi bangsa yaitu Pancasila. Tentunya ini menjadi suatu
penghormatan dan pujian yang patut diberikan kepada Eka karena mampu
berteologi secara kontekstual.
7. PIdekso, "Membanga^n lemaat di Tangah Kemajemukan Maayarakat." 97
GuiiungMulia,2001),63. "• '"""•Ap'tuley, Adi PIdekso Clakartai BPK