seminar kasus
DESCRIPTION
Seminar KasusTRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Saat ini dengan semakin modernnya zaman, semakin banyak juga penyakit yang
timbul akibat gaya hidup manusia dan penularan bakteri. Salah satunya adalah penyakit
gastritis, yang terjadi karena inflamasi yang terjadi pada lapisan lambung yang menjadikan
sering merasa nyeri pada bagian perut. Penyakit ini tidak bisa menular tetapi biasanya bakteri
Helycobacter pylori masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan. Gastritis adalah proses
inflamsi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung. Gastritis merupakan salah satu
penyakit yang banyak dijumpai di klinik atau ruangan penyakit dalam pada umumnya.
Kejadian penyakit gastritis meningkat sejak 5 – 6 tahun ini bisa menyerang semua jenis
kelamin karena pola makan yang buruk dan kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan merokok.
Penyakit gastritis ini lebih menyerang kepada usia remaja sampai dewasa sehingga butuh
perawatan khusus karena akan mengganggu masa tua kita semua, sehingga dibutuhkan
pengetahuan untuk mengobati dan lebih baik lagi untuk mencegah terjadinya penyakit ini
sejak dini.
Berdasarkan pada manifestasi klinis, gastritis dapat dibagi menjadi akut dan kronik.
Masalah yang sering timbul pada gastritis umumnya mengalami masalah keperawatan
gangguan rasa nyaman nyeri. Penanganan penyakit gastritis membutuhkan pengawasan diet
makanan setelah pulang dari rumah sakit dan sangat mudah terkena bila tidak mematuhi
tentang penatalaksanaan diet dirumah seperti makan makanan yang teratur dan menghindari
makan yang dapat mengiritasi lambung. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah
berlangsung sebelumnya di Universitas umpar khususnya pada mahasiswa semester 6 di
peroleh data tentang kejadian gastritis yang di derita oleh mahasiswa sebanyak 40 % dari 128
mahasiswa dan menyerang lebih banyak pada perempuan dibandingkan pada laki-laki. Hal
ini disebabkan karena kebiasaan pola makan yang kurang baik dan mengkonsumsi makanan
yang justru dapat menyebabkan iritasi pada lambung. Oleh karena itu penulis mengangkat
penyakit ini karena sangat menarik untuk dibahas dan sangat dekat dengan kehidupan sehari-
hari. Penyakit ini tentu bisa merusak aspek psikoliogi dan psikososial penderita,dan
1
diperlukan asuhan keperawatan yang holistik dan pendidikan kesehatan untuk mencegah
penyakit ini.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis memperoleh rumusan masalah yaitu:
1. Apa definisi dari gastritis?
2. Bagaimana patofisiologi dari gastritis?
3. Apa saja etiologi dari gastritis?
4. Bagaimana pathway dari gastritis?
5. Apa saja komplikasi dari gastritis?
6. Apa saja menifestasi klinik dari gastritis?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang dari gastritis?
8. Bagaimana Asuhan Keperawatan dari gastritis?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien gastritis
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi dari gastritis
2. Untuk mengetahui patofisiologi dari gastritis
3. Untuk mengetahui etiologi dari gastritis
4. Untuk mengetahui pathway dari gastritis
5. Untuk mengetahui komplikasi dari gastritis
6. Untuk mengetahui menifestasi klinik dari gastritis
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari gastritis
8. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien gastritis
2
D. MANFAAT PENELITIAN
Bagi Masyarakat
Masyarakat mengetahui seluk-beluk tentang penyakit gastritis sehingga melakukan
pencegahan agar terhindar dari gastritis
Bagi Mahasiswa
Mendapatkan pengetahuan dan pengalaman tentang penyakit gastritis dan Asuhan
Keperawatan pada pasien Gastritis
3
BAB II
DASAR TEORI
A. DEFINISI
Gastritis adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang bersifat
akut (Iin Inaya 2014). Gastritis adalah peradangan pada lapisan lambung
(medicastore, 2003). Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa pada
lapisa mukosa dan sub mukosa lambug (Suyono, 2001).
David Overdorf (2002) mendefinisikan gastritis sebagai inflamasi mukosa
gaster akut atau kronik.
Pengetian yang lebih lengkap dari gastritis yaitu peradangan lokal atau
menyebar pada mukosa lambung yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa
dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain (Reeves, 2002)
Jadi, gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat
akut, kronik, diffus atau lokal. Menurut penelitian, sebagian besar gastritis disebabkan
oleh infeksi becterial mukosa lambung yang kronis. Selain itu, beberapa bahan
makanan yang dimakan dapat menyebabkan rusaknya mukosa pelindung lambung.
Gastritis dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Gastritis akut
Salah satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di klinik ialah
gastritis akut erosif. Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan mukosa
lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosif. Disebut erosif apabila
kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam dari pada mukosa muskularis.
2. Gastritis kronis
Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa
lambung yang menahun (Soeparman, 1999, hal : 101). Gastritis kronis adalah
suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang berkepanjangan yang
disebabkan baik oleh ulkus lambung jinak maupun ganas atau oleh bakteri
helicobacter pylori (Brunner dan suddart). Klasifikasi gastritis kronis
berdasarkan:
4
a. Gambaran hispatology
1) Gastritis kronik superficial
2) Gastritis kronik atropik
3) Atrofi lambung
4) Metaplasia intestinal
5) Perubahan histology kalenjar mukosa lambung menjadi kalenjar-kalenjar
mukosa usus halus yang mengandung sel goblet.
b. Distribusi anatomi
1) Gastritis kronis korpus ( gastritis tipe A)Sering dihubungkan dengan
proses autoimun dan berlanjut menjadi anemia pernisiosa karena terjadi
gangguan absorpsi vitamin B12 dimana gangguan absorpsi tersebut
disebabkan oleh kerusakan sel parietal yang menyebabkan sekresi asam
lambung menurun.
2) Gastritis kronik antrum (gastritis tipe B) Paling sering dijumpai dan
berhubungan dengan kuman Helicobacter pylori
3) Gastritis tipe AB Anatominya menyebar keseluruh gaster dan
penyebarannya meningkat seiring bertambahnya usia
B. PATOFISIOLOGI
1. Gastritis Akut
Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia misalnya obat-
obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada para yang
mengalami stres akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus vagus)
yang akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) di dalam lambung. Adanya
HCl yang berada di dalam lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan
anoreksia. Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan
selepitel kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus, mengurangi
produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya untuk memproteksi mukosa
lambung agar tidak ikut tercerna.
Respon mukosa lambung karena penurunan sekresi mukus bervariasi
diantaranya vasodilatasi sel mukosa gaster. Lapisan mukosa gaster terdapat sel
yang memproduksi HCl (terutama daerah fundus) dan pembuluh darah.
5
Vasodilatasi mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCl meningkat.
Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini ditimbulkan oleh
karena kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat
penurunan sekresi mukus dapat berupa eksfeliasi (pengelupasan). Eksfeliasi
sel mukosa gaster akan mengakibatkan erosi pada sel mukosa. Hilangnya sel
mukosa akibat erosi memicu timbulnya perdarahan. Perdarahan yang terjadi
dapat mengancam hidup penderita, namun dapat juga berhenti sendiri karena
prosesregenerasi, sehingga erosi menghilang dalam waktu 24-48 jam setelah
perdarahan.
2. Gastritis Kronis
Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang sehingga
terjadi iritasi mukosa lambung yang berulang - ulang dan terjadi penyembuhan
yang tidak sempurna akibatnya akan terjadi atrhopi kelenjar epitel dan hilangnya
sel pariental dan sel chief. Karena sel pariental dan sel chief hilang maka
produksi HCL. Pepsin dan fungsi intinsik lainnya akan menurun dan dinding
lambung juga menjadi tipis serta mukosanya rata, Gastritis itu bisa sembuh dan
juga bisa terjadi perdarahan serta formasi ulser. Helicobacter pylori merupakan
bakteri gram negatif. Organisme ini menyerang sel permukaan gaster,
memperberat timbulnya desquamasi sel dan munculah respon radang kronis
pada gaster yaitu : destruksi kelenjar dan metaplasia. Metaplasia adalah salah
satu mekanisme pertahanan tubuh terhadap iritasi, yaitu dengan mengganti sel
mukosa gaster, misalnya dengan sel desquamosa yang lebih kuat. Karena sel
desquamosa lebih kuat maka elastisitasnya juga berkurang. Pada saat
mencerna makanan, lambung melakukan gerakan peristaltik tetapi karena sel
penggantinya tidak elastis maka akan timbul kekakuan yang pada akhirnya
menimbulkan rasa nyeri. Metaplasia ini juga menyebabkan hilangnya sel mukosa
pada lapisan lambung, sehingga akan menyebabkan kerusakan pembuluh darah
lapisan mukosa. Kerusakan pembuluh darah ini akan menimbulkan
perdarahan.
C. ETIOLOGI
1. Infeksi bakteri.
Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri H. Pylori yang
hidup di bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung.
6
Diperkirakan penularan terjadi melalui jalur oral atau akibat memakan makanan
atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri ini. Infeksi H. pylori ini sekarang
diketahui sebagai penyebab utama terjadinya peptic ulcer dan penyebab tersering
terjadinya gastritis. Infeksi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan
peradangan menyebar yang kemudian mengakibatkan perubahan pada lapisan
perlindungan dinding lambung. Salah satu perubahan itu adalah atrophic gastritis,
sebuah keadaan dimana kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung secara
perlahan rusak.
2. Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus
Obat analgesic anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen
dan naproxen dapat menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara
mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung.
3. Penggunaan alkohol secara berlebihan.
Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding lambung
dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun
pada kondisi normal.
4. Penggunaan kokain.
Kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan perdarahan dan
gastritis.
5. Stres fisik
Stres fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi
berat dapat menyebabkan gastritis dan juga borok serta perdarahan pada lambung.
6. Kelainan autoimmune
Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh
menyerang sel-sel sehat yang berada dalam dinding lambung. Hal ini
mengakibatkan peradangan dan secara bertahap menipiskan dinding lambung,
menghancurkan kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung dan mengganggu
produksi faktor intrinsic (yaitu sebuah zat yang membantu tubuh mengabsorpsi
vitamin B12). Kekurangan B12 akhirnya dapat mengakibatkan pernicious
anemia, sebuah konsisi serius yang tidak dirawat dapat mempengaruhi seluruh
sistem dalam tubuh.
7
7. Crohn’s disease.
Ketika lambung terkena penyakit ini, gejala-gejala dari Crohn’s disease
(yaitu sakit perut dan diare dalam bentuk cairan) tampak lebih menyolok daripada
gejala gastritis.
8. Radiasi dan kemoterapi.
Ketika tubuh terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan tersebut menjadi
permanen dan dapat mengikis dinding lambung serta merusak kelenjar penghasil
asam lambung.
9. Penyakit bile refluk.
Bile (empedu) adalah cairan yang membantu mencerna lemak-lemak
dalam tubuh. Cairan ini diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu akan
melewati serangkaian saluran kecil dan menuju ke usus kecil. Dalam kondisi
normal, sebuah otot sphincter yang berbentuk seperti cincin (pyloric valve) akan
mencegah empedu mengalir balik ke dalam lambung. Tapi jika katup ini tidak
bekerja dengan benar, maka empedu akan masuk ke dalam lambung dan
mengakibatkan peradangan dan gastritis.
8
D. PATHWAY
9
E. KOMPLIKASI
1. Gastritis Akut
Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh gastritis akut adalah perdarahan
saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemesis dan melena, dapat berakhir
sebagai syock hemoragik. Khusus untuk perdarahan SCBA, perlu dibedakan
dengan tukak peptik. Gambaran klinis yang diperlihatkan hampir sama. Namun
pada tukak peptik penyebab utamanya adalah H. pylory, sebesar 100% pada tukak
duodenum dan 60-90 % pada tukak lambung. Diagnosis pasti dapat ditegakkan
dengan endoskopi.
2. Gastritis Kronis
Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan
vitamin B 12, akibat kurang pencerapan, B 12 menyebabkan anemia pernesiosa,
penyerapan besi terganggu dan penyempitan daerah antrum pylorus. Gastritis
Kronis juka dibiarkan dibiarkan tidak terawat, gastritis akan dapat menyebabkan
ulkus peptik dan pendarahan pada lambung. Beberapa bentuk gastritis kronis
dapat meningkatkan resiko kanker lambung, terutama jika terjadi penipisan secara
terus menerus pada dinding lambung dan perubahan pada sel-sel di dinding
lambung.
F. MENIFESTASI KLINIK
1. Gastritis akut
Menifestasi kliniknya sangat bervariasi , mulai dari yang sangat ringan
asimtomatik sampai sangat berat yang dapat membawa kematian. Pada kasus
yang sangat berat, gejala yang sangat mencolok adalah :
a. Hematemetis dan melena yang dapat berlangsung sangat hebat sampai terjadi
renjatan karena kehilangan darah.
b. Pada sebagian besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan asimtomatis.
Keluhan-keluhan itu misalnya nyeri timbul pada uluhati, biasanya ringan dan
tidak dapat ditunjuk dengan tepat lokasinya.
c. Kadan- kadang disertai dengan mual- mual dan muntah.
d. Perdarahan saluran cerna sering merupakan satu- satunya gejala.
10
e. Pada kasus yang amat ringan perdarahan bermanifestasi sebagai darah samar
pada tinja dan secara fisik akan dijumpai tanda-tanda anemia defisiensi
dengan etiologi yang tidak jelas
f. Pada pemeriksaan fisik biasanya tidak ditemukan kelainan kecuali mereka
yang mengalami perdarahan yang hebat sehingga menimbulkan tanda dan
gejala gangguan hemodinamik yang nyata seperti hipotensi, pucat, keringat
dingin, takikardia sampai gangguan kesadaran.
2. Gastritis kronik
a. Keluhan yang sering diajukan oleh penderita pada umumnya bersifat ringan
dan dirasakan sudah berbulan-bulan bahkan sudah bertahun-tahun.
b. Pada umumnya mengeluh rasa tidak enak diperut atas,lekas kenyang, mual,
rasa pedih sebelum atau sesudah makan dan kadang mulut terasa masam.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Endoskopi : akan tampak erosi multi yang sebagian biasanya berdarah dan
letaknya tersebar.
2. Pemeriksaan Hispatologi : akan tampak kerusakan mukosa karena erosi tidak
pernah melewati mukosa muskularis.
3. Pemeriksaan radiology.
4. Pemeriksaan laboratorium.
5. Analisa gaster : untuk mengetahui tingkat sekresi HCL, sekresi HCL menurun
pada klien dengan gastritis kronik.
6. Kadar serum vitamin B12 : Nilai normalnya 200-1000 Pg/ml, kadar vitamin B12
yang rendah merupakan anemia megalostatik.
7. Kadar hemagiobi, hematokrit, trombosit, leukosit dan albumin.
8. Gastroscopy: untuk mengetahui permukaan mukosa (perubahan) mengidentifikasi
area perdarahan dan mengambil jaringan untuk biopsi.
9. EGD (Esofagogastriduodenoskopi) = tes diagnostik kunci untuk perdarahan GI
atas, dilakukan untuk melihat sisi perdarahan / derajat ulkus jaringan / cedera.
10. Angiografi : vaskularisasi GI dapat dilihat bila endoskopi tidak dapat disimpulkan
atau tidak dapat dilakukan. Menunjukkan sirkulasi kolatera dan kemungkinan isi
perdarahan.
11
11. Amilase serum: meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah diduga gastritis
(Doengoes, 1999, hal: 456).
H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Identitas klien
a. Nama : Nama pasien yang menderita gastritis.
b. Umur : Gastritis menyerang pada semua usia tidak terkecuali.
c. Jenis Kelamin : Gastritis menyerang pada semua orang tidak terkecuali.
d. Pendidikan : Latar belakang pendidikan pasien.
e. Agama : Kepercayaan yang dianut oleh pasien.
f. Alamat : Tempat tinggal pasien.
g. Pekerjaan : Jenis pekerjaan atau aktivitas pasien yang dilakukan sehari-
hari.
h. Suku bangsa : Asal atau ras pasien
i. Tanggal masuk : Waktu dimana pasien mulai dirawat di RS.
j. No. RM : 101.8680
k. Dx medis : Gastritis
l. Penanggung jawab : Fasilitas dari RS yang digunakan pasien.
Pola Fungsional
a. Aktivitas / Istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan
Tanda : takikardia, takipnea / hiperventilasi (respons terhadap aktivitas)
b. Sirkulasi
Gejala : hipotensi (termasuk postural), takikardia, disritmia (hipovolemia /
hipoksemia), kelemahan / nadi perifer lemah, pengisian kapiler lambar /
perlahan (vasokonstriksi), warna kulit : pucat, sianosis (tergantung pada
12
jumlah kehilangan darah), kelemahan kulit / membran mukosa = berkeringat
(menunjukkan status syok, nyeri akut, respons psikologik)
c. Integritas ego
Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan kerja), perasaan
tak berdaya.
Tanda : tanda ansietas, misal : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian
menyempit, gemetar, suara gemetar.
d. Eliminasi
Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan
gastro interitis (GI) atau masalah yang berhubungan dengan GI, misal: luka
peptik / gaster, gastritis, bedah gaster, iradiasi area gaster. Perubahan pola
defekasi / karakteristik feses.
Tanda : nyeri tekan abdomen, distensi, bunyi usus sering hiperaktif selama
perdarahan, hipoaktif setelah perdarahan. Karakteristik feses : diare, darah
warna gelap, kecoklatan atau kadang-kadang merah cerah, berbusa, bau busuk
(steatorea). Konstipasi dapat terjadi (perubahan diet, penggunaan antasida),
haluaran urine menurun, pekat.
e. Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga obstruksi
pilorik bagian luar sehubungan dengan luka duodenal).
Masalah menelan : cegukan. Nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual / muntah.
f. Tanda : muntah : warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa
bekuan darah. Membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor
kulit buruk (perdarahan kronis).
g. Neurosensori
Gejala : rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar, kelemahan.
Status mental : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak
cenderung tidur, disorientasi / bingung, sampai pingsan dan koma (tergantung
pada volume sirkulasi / oksigenasi).
h. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih, nyeri
hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa ketidaknyamanan / distres samar-
samar setelah makan banyak dan hilang dengan makan (gastritis akut). Nyeri
epigastrum kiri sampai tengah / atau menyebar ke punggung terjadi 1-2 jam
13
setelah makan dan hilang dengan antasida (ulus gaster). Nyeri epigastrum kiri
sampai / atau menyebar ke punggung terjadi kurang lebih 4 jam setelah makan
bila lambung kosong dan hilang dengan makanan atau antasida (ulkus
duodenal). Tak ada nyeri (varises esofegeal atau gastritis).
Faktor pencetus : makanan, rokok, alkohol, penggunaan obat-obatan tertentu
(salisilat, reserpin, antibiotik, ibuprofen), stresor psikologis.
Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat, berkeringat,
perhatian menyempit.
2. DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (peradangan pada
mukosa lambung)
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
factor biologis
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
(muntah), intake tidak adekuat
d. Hipertermi berhubungan dengan penyakit
e. Insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik
3. INTERVENSI
a. Nyeri b.d iritasi mukosa lambung
Tujuan : dalam waktu 1 x 24 jam nyeri berkurang / hilang atau teradaptasi.
Kreteria hasil :
1) Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi.
2) Skala nyeri 0 – 1 ( 0 – 4 )
3) Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan
nyeri. Pasien tidak gelisah
INTERVENSI RASIONAL
a. Istirahatkan pasien pada saat
nyeri muncul
b. Ajarkan teknik distraksi pada saat
nyeri
c. Ajarkan teknik relaksasi napas
dalam saat nyeri muncul
a. Istirahatkan secara fisiologis akan
menurunkan kebutuhan oksigen yang
diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme basal.
b. Meningkatkan intake oksigen
sehingga akan menurunkan nyeri
14
d. Manejemen
lingkungan:lingkungan tenang,
batasi pengenjung dan
istirahatkan pasien
e. Tindakan kaloborasi
Pemakaian H2 ( seperti
Cimetidin atau Ranitidin )
sekunder dari iskemia intestinal.
c. Distraksi ( pengalihan perhatian )
dapat menurunkan stimulus internal.
d. Lingkungan tenang akan
menurunkan stimulus nyeri
eksternal. Pembatasan pengunjung
membantu meningkatkan kondisi
oksigen ruangan yang akan
berkurang apabila banyak
pengunjung yang berada
diruangan.istirahat akan menurunkan
kebutuhan oksigen jaringan perifer.
e. Cimetidin penghambat histamin H2
menurunkan produksi asam
lambung, meningkatkan pH
lambung dan menurunkan iritasi
pada mukosa lambung. Hal ini
penting untuk penyembuhan serta
menjegah lesi.
b. Resiko ketidak keseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan b.d
ketidakadekuatan intake nutrisi sekunder akibat nyeri, ketidaknyamanan dan
intestinal.
Tujuan: dalam waktu 1 x 24 jam pasien akan mempertahankan kebutuhan
nutrisi yang adekuat.
Kriteria hasil
1) Membuat pilihan diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dalam situasi
individu.
2) Menunjukan peningkatan berat badan
INTERVENSI RASIONAL
a. Mulai dengan makanan kecil dan
tingkatkan sesuai dengan toleransi.
a. Kandungan makanan dapat
mengakibatkan ketidaktoleransian
15
Catat tanda kepenuhan, gaster,
regurgitasi, dan diare
b. Berikan diet nutrisi seimbang
(misalnya: semikental atau
makanan halus) atau makanan
selang (contoh: makanan
dihancurkan atau sediaan yang
dijual) sesuai indikasi.
c. Fasilitasi pasien diet sesuai dengan
indikasi, dan anjurkan menghindari
paparan dari agen iritan.
d. Berikan diet secara rutin
e. Berikan nutrisi parenteral.
GI, sehingga memerlukan
perubahan pada kecepatan atau tipe
formula.
b. Macam-macam jenis makanan dapat
dibuat untuk tambahan atau batasan
faktor tertentu, seperti lemak dan
gula atau memberikan makanan
yang disediakan pasien.
c. Konsumsi minuman yang
mengandung kafein perlu dihindari
karena kafein adalah stimulan
sistem saraf pusat yang dapat
meningkatkan aktivitas lambung
serta sekresi pepsin.
d. Pemberian diet sedikit tapi sering
pada pasien gratitis merupakan
intervensi yang tidak efektif dan
tidak efesien apabila pasien
mendapat H2 , dimana pemberian
diet sedikit tapi sering akan
merangsang pengeluaran kembali
asam lambung yang berakibat
meningkatkan perasaan tidak
nyaman pada gastrointestinal.
Pemberian rutin 3X sehari ditunjang
dengan pemberian reseptor
penghambat H2 memiliki arti
peningkatan efesiensi dan
efektivitas dalam persiapan material
makanan, makanan masih dalam
keadaan hangat , serta memudahkan
perawat dan diet pasien dalam
memantau kemampuan makan dari
pasien. Hal lain dengan pemberian
16
kondisi normal terhadap fungsi
gastrointestinal dalam melakukan
aktivitas rutin selama dirawat dan
setelah pasien pulang kerumah.
e. Nutrisi secara intravena dapat
membantu memenuhi kebutuhan
nutrisi yang diperlukan oleh pasien
untuk mempertahankan kebutuhan
nutrisi harian.
c. Resiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit b.d keluarnya cairan dari
muntah yang berlebihan.
Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
tidak terjadi.
Kriteria hasil :
1) Pasien tidak mengeluh pusing.
2) Membran mukosa lembab
3) Tugor kulit normal
4) TTV dalam batas normal, CRT > 3 detik, urine > 600ml/hari
5) Laboratorium : nilai elektrolit , hematokrit dan protein serum meningkat,
BUN / kreatinin menurun.
INTERVENSI RASIONAL
a. Monitor status cairan ( tugor kulit,
membran mukosa, dan mukosa,
dan urine output ).
b. Kaji sumber kehilangan cairan.
c. Pengukuran tekanan darah.
d. Kaji warna kulit, suhu , sianosis,
nadi perifer, dan diaforesis secara
teratur.
e. Tindakan kolaborasi: pertahanan
pemberian cairan secara intravena
a. Jumlah dan tipe cairan pengganti
ditentukan dari keadaan status
cairan. Penurunan volume cairan
mengakibatkan menurunnya
produksi urine. Produksi urine <
600 ml/hari merupakan tanda-tanda
terjadinya syok hipovolemik.
b. Kehilangan cairan dari muntah
dapat disertai dengan keluarnya
natrium melalu oral yang juga akan
meningkatkan resiko gangguan
17
elektrolit.
c. Hipotensi dapat terjadi pada kondisi
hipovolemia. Hal tersebut
menunjukan manifestasi terlibatnya
sistem kardiovaskular untuk
melakukan kompensansi
mempertahankan tekanan darah.
d. Mengetahui adanya pengaruh
peningkatan tahanan perifer.
e. Jalur yang paten penting untuk
pemberian cairan cepat dan
memudahkan perawat dalam
melakukan kontrol intake dan
output cairan.
4. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan
untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana
tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan.
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Tahap pelaksanaan perawatan merupakan tindakan pemberian
asuhan keperawatan yang dilakukan secara nyata untuk membantu klien mencapai
tujuan pada rencana tindakan yang telah dibuat. (Nursalam, 2001 ; 63, dikutip dari
Lyer, et.al, 1996)
Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah
intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi,
penguasaan keterampilan inter personal, intelektual dan teknikal, intervensi harus
dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan
psikologi dilindungi dan dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan
pelaporan. (Gaffar, 1999 ; 65)
18
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping”. (Nursalam, 2001 ; 63).
Dalam pelaksanaan tindakan ada tiga tahapan yang harus dilalui yaitu
persiapan, perencanaan dan dokumentasi.
a. Fase persiapan, meliputi:
1) Review tindakan keperawatan
2) Menganalisa pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
3) Mengetahui komplikasi yang mungkin timbul
4) Menentukan dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan
5) Persiapan lingkungan yang kondusif
6) Mengidentifikasi aspek hukum dan etik
b. Fase intervensi:
1) Independen: Tindakan yang dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk
atau perintah dokter atau tim kesehatan lain.
2) Interdependen: Tindakan perawat yang melakukan kerjasama
dengan tim kesehatan lain (gizi, dokter, laboratorium dll).
3) Dependen: Berhubungan dengan tindakan medis atau menandakan
dimana tindakan medis dilaksanakan.
c. Fase dokumentasi
Merupakan suatu pencatatan lengkap dan akurat dari tindakan yang
telah dilaksanakan yang terdiri dari tiga tipe yaitu:
1) Sources Oriented Records (SOR)
2) Problem Oriented Records (POR)
3) Computer Assisted Records (CAR)
(Nursalam, 2001; 53, dikutip dari Griffith, 1986)
Adapun kriteria yang diharapkan pada implementasi penyakit Gastritis adalah:
1. Memberitahukan kepada pasien untuk melakukan persiapan puasa pada 6 jam
pertama.
2. Mengidentifikasi dan membatasi makanan yang dapat menimbulkan ketidak
nyamanan.
3. Menganjurkan untuk makan sedikit tapi sering sesuai indikasi.
19
4. Penkes kepada pasien mengenai therafi yang diberikan dan indikasi dari
pemberian obat - obatan
5. Menyarankan untuk istirahat sebelum makan.
6. Menyarankan tirah baring dan membatasi gerak selama fase akut.
7. Memberi penjelasan tentang pentingnya makanan sehingga tidak terjadi
keragu-raguan terhadap makanan yang dapat menyebabkan eksaserbarsi
gejala
8. Memantau respon fisiologis untuk mengindari terjadi masalah.
9. Membuat catatan perilaku seperti gelisah, mudah marah danmmudah
tersinggung.
10. Menciptakan hubungan saling percaya dengan sering melakukan komunikasi
yang terafiutik.
11. Membantu pasien melakukan latihan nafas dalam.
5. EVALUASI
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat
untuk memonitor “kealpaan” yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa,
perencanaan, dan pelaksanaan tindakan. (Nursalam, 2001 ; 71, dikutip dari
Ignatavicius & Bayne, 1994).
Evaluasi sebagai sesuatu yang direncanakan dan perbandingan yang
sistematik pada status kesehatan klien. (Nursalam, 2001 ; 71, dikutip dari Griffith
dan Christensen, 1986)
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien mencapai tujuan.
Hal ini bisa dilaksanakan dengan melaksanakan hubungan dengan klien
berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan, sehingga
perawat dapat mengambil keputusan :
a. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang
ditetapkan).
b. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien mengalami kesulitan untuk
mencapai tujuan).
20
c. Meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang
lebih lama untuk mencapai tujuan). (Nursalam, 2001 ; 71, dikutip dari Iyer et.
al, 1996)
Ada 2 komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan keperawatan yaitu :
a. Proses (Formatif)
Adalah evaluasi yang dilaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan
dilaksanakan untuk membantu keefektifan terhadap tindakan.
b. Hasil (Sumatif)
Adalah evaluasi yang dapat dilihat pada perubahan perilaku atau status kesehatan
klien pada akhir tindakan perawatan klien.
(Nursalam, 2001 ; 74, dikutip dari Iyer et. al, 1996)
Komponen evaluasi dapat dibagi menjadi 5 yaitu:
a. Menentukan kriteria, standar dan pertanyaan evaluasi.
b. Mengumpulkan data mengenai keadaan klien terbaru.
c. Menganalisa dan membandingkan data terhadap kriteria dan standar.
d. Merangkum hasil dan membuat kesimpulan.
e. Melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan.
( Nursalam, 2001 ; 74, dikutip dari Pinnell & Meneses, 1986 )
Adapun kriteria yang diharapkan pada evaluasi penyakit Gastritis adalah:
a. Gangguan rasa nyeri berkurang.
b. Tidak terjadi iritasi berlanjut.
c. Kebutuhan nutrisi teratatasi.
d. Tidak terjadi penurunan berat badan.
e. Klien memahami tentang perawatan dan penyakitnya.
f. Klien mampu memecahkan masalah dengan menggunakan sumber yang efektif
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY Y DENGAN GASTRITIS
DI RUANG TOPAZ RUMAH SAKIT KEN SARAS
21
RUANG : TOPAZ No RM : 029134
Pasien masuk RS pada : Minggu, 07 Desember 2014 pukul 04.00
Pengkajian dilakukan pada : Minggu, 07 Desember 2014 pukul 09.00
A. INDENTITAS
1. Nama pasien : Ny. Y
2. Pekerjaan : Swasta
3. Umur : 30 tahun
4. Pendidikan : SMA
5. Alamat : Sumowono
6. Status : Menikah
7. Agama : Islam
8. Cara Masuk : IGD
B. PENANGGUNG JAWAB PASIEN
1. Penanggung pasien : Keluarga
2. Nama penanggung pasien : Tn. E
3. Alamat penanggung pasien : Sumowono
4. Hubungan dengan pasien : Suami
C. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Data diperoleh dari : pasien
2. Keluhan utama : pasien mengatakan nyeri pada perut kanan atas sampai ke ulu
hati
3. Riwayat Keperawatan Sekarang
Pada hari Selasa tanggal 02 Desember 2014, pasien mengatakan nyeri pada
perut kanan tas sampai ke ulu hati. Kemudian dibawa ke klinik dan dirawat inap
selama 4 hari setelah itu pulang. Lalu, pada hari Minggu tanggal 07 Desember 2014
pasien dibawa ke IGD Rumah Sakit Ken Saras pada pukul 04.00. Pasien mengeluh
perut kanan atasnya nyeri sampai ke ulu hati, mual dan muntah.
P : nyeri saat beraktivitas dan saat daerah epigastrum ditekan
Q : nyeri seperti ditusuk
R: nyeri pada perut kanan atas
22
S: skala (skala 6)
T: nyeri berlangsung terus-menerus
Pukul 06.00 WIB pasien dipindahkan ke ruang rawat inap Topaz. Setelah
dilaksanakan pemeriksaan Gastrocopy pasien didiagnosa menderita Gastritis.
4. Riwayat Keperawatan Dahulu
Pasien sebelumnya pernah menderita diare kira-kira 2 minggu lalu yang
disertai dengan deman dan kepala pusing.
5. Riwayat Keperawatan Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit seperti ini. Anggota
keluarga juga tidak ada yang mengalami penyakit kronik maupun penyakit keturunan,
seperti : TBC, penyakit jantung, Diabeter Melitus, Hemofili, HIV/AIDS, hipertensi
D. PENGKAJIAN FISIK DAN POLA FUNGSIONAL
1. KESADARAN, AFEKTIF, KOGNITIF
a. Skala Koma Gasglow
1) Reaksi membuka mata : nilai 4 (mata terbuka secara spontan tanpa stimulus
atau rangsangan)
2) Verbal : nilai 5 (dapat berbicara dan berorientasi dengan baik)
3) Motorik : nilai 6 (dapat bergerak dan mengikuti perintah saat dimints untuk
menggerakkan anggota tubuh)
Kesadaran pasien komposmentis (kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya. Perilaku pasien gelisah
dan terlihat meringis kesakitan. Pasien tidak memiliki gangguan orientasi.
2. TORAKS-KARDIO-RESPIRATORI
Tanda-tanda vital
a. Nadi : 80/menit, reguler
b. TD : 110/70 mmHg
23
c. RR : 20x /menit
Pasien tidak mengeluh batuk, jenis pernafasan teratur dengan Respiratory Rate
(RR) 20 x /menit, suara nafas vesikuler (bernada rendah, terdengar lebih panjang
pada fase inspirasi daripada ekspirasi dan terdengar hampir di seluruh lapang paru).
Tidak ada hipersekresi pada hidung, rongga mulut, tenggorokan. Perkusi : suara paru
normal (sonor), suara normal jantung (redup). Palpasi : bentuk dada simetris, taktil
fremitus normal. Tidak ada benjolan, luka, dan nyeri pada daerah thoraks. Selain itu,
tidak ada suara jantung tambahan (bising, gallop, murmur)
3. POLA NUTRISI DAN CAIRAN
a. Sebelum masuk RS : TB 150 cm , BB : 70 kg
b. Keadaan sekarang : TB 150 cm , BB : 70 kg
Antropometri :
Berat badan : 70 kg
Tinggi badan : 150 cm
IMT :
BB Ideal = TB – 100 ±10%
= 150 – 100 ±10% = 48,5 – 51,5
Biochemical :
Hb : 13 g/dl
HT : 39%
Albumin : 4 gr/dl
Clinical sign :
Keadaan kulit : turgor baik
Keadaan rambut : hitam pendek lurus
Konjungtiva : tidak anemis
Diit : Lunak
Pasien mengeluh mual dan muntah 1 kali mengalami penuran nafsu makan.
Kuantitas konsumsi makan yaitu 2-3 kali sehari tetapi hanya beberapa sendok saja,
sering mengonsumsi buah dan sayur serta makanan selingan seperti biskuit. Pasien
24
suka mengkonsumsi makanan yang asam dan sering mengonsumsinya. Pasien jarang
mengonsumsi daging. Kualitas minum per hari : sebelum sakit 1000 ml/hari air putih
dan 500 ml/hari air teh, setelah sakit minum 2400 ml/hari air putih. Pasien tidak ada
makanan pantangan maupun alergi dengan makanan / bahan makanan/ obat/ zat
kimia.
4. ELIMINASI
Selama sakit dan masuk RS pasien BAB hanya 2 kali sehari warnanya normal
kekuningan konsistensinya lunak. Bising usus 20 kali/menit. Sebelum sakit BAB
teratur sehari sekali warnanya normal kekuningan konsistensinya lunak. Tidak
memiliki kebiasaan minum obat pencahar. Selama sakit BAK lancar ± 7 kali sehari
warnanya kuning jernih baunya khas. Tidak ada keluhan untuk BAK. Jumlah urine
sebanyak 300 ml/jam. Sebelum sakit BAK lancar dengan frekuensi 4-5 kali sehari.
warnanya kuning jernih baunya khas. Tidak ada keluhan untuk BAK. Jumlah urine
sebanyak 100 ml/jam. Pasien mengatakan bahwa tidak pernah melakukan operasi
saluran kencing.
5. INTEGRITAS KULIT
Penampilan bersih, kondisi kulit utuh, pucat, tidak terdapat luka. Turgor kulit
cukup, rambut normal bersih, tidak mudah rontok.
6. KEMAMPUAN MOBILISASI DAN KONDISI MUSKULOSKELETAL
Pasien mengeluh sulit untuk berjalan karena nyeri pada perutnya. Tidak ada
kerusakan tulang. Gaya berjalan normal, tetapi selama sakit pasien kesulitan untuk
berjalan. Cara duduk stabil, tidak membutuhkan. Kondisi bahu simetris, bentuk tulang
belakang normal, ekstremitas atas : normal mandiri, ekstremitas bawah : normal
mandiri
7. AKTIVITAS, ISTIRAHAT, DAN TIDUR
Sebelum sakit, jenis aktivtas fisik sedang, pasien bekerja sebagai karyawan
swasta dan mengurus keperluan rumah tangganya. Selama sakit, kemampuan
aktivitasnya meliputi : gerakan tangan mandiri, duduk mandiri, jalan dibantu. Tidak
25
ada keluhan dengan tidur. Lama tidur sebelum sakit : malam selama 7 jam, siang tidak
pernah tidur. Lama tidur setelah sakit: malam selama 6 jam, siang selama 2 jam.
Tidak ada pengantar tidur seperti membaca buku, musik, televisi, atau obat tidur.
Pasien biasanya langsung tidur
8. KEBERSIHAN DIRI
Penampilan fisik secara umum bersih. Kondisi kuku pendek bersih.
Kemampuan merawat diri, meliputi : gosok gigi mandiri, mandi dibantu sebagian,
berpakaian dibantu sebagian, dan bersolek secara mandiri
9. SENSORI DAN MOTOR
Pasien tidak memiliki keluhan pada mata, kondisi mata kanan dan kiri tidak
terdapat secret, ulkus, maupun perdarahan. Akan tetapi lensa mata pasien keruh.
Pendengaran pasien normal. Tidak terdapat gangguan sensori raba, tidak terdapat
gangguan sensori nyeri.
Kekuatan otot ekstermitas kanan atas 5
Kekuatan otot ekstermitas kri atas 5
Kekuatan otot ekstermitas kanan bawah 5
Kekuatan otot ekstermitas kiri bawah 5
Pasien memiliki sedikit pengetahuan mengenai sakitnya dan sedikit
mengetahui tindakan yang dilakukan untuk mengatasi sakitnya. Pasien tidak
mempunyai gangguan pendengaran, penciuman, dan penglihatan serta dapat diajak
bicara secara komunikatif.
10. PERILAKU DAN HUBUNGAN SOSIAL BUDAYA
Pasien tinggal bersama keluarganya dirumahnya sendiri. Sikapnya kooperatif
dan hubungan dalam keluarganya harmonis. Hubungan sosial masyarakat juga baik
dan aktif dalam organisasi masyarakat seperti PKK.
11. EKONOMI
Pasien tinggal dirumah sendiri bersama keluarganya. Status domisili sebagai
penduduk tetap. Kondisi bangunan tampat tinggal permanen. Kondisi lantai rumah
26
keramik. Sumber air berasal dari sumur. Untuk keperluan MCK di kamar mandi.
Terdapat ventilasi dirumah, pencahayaan baik, sudah menggunakan listrik dan jumlah
anggota keluarga 4 orang.
12. PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT, PENATALAKSANAAN,
DAN HARAPANNYA
Jika ada masalah kesehatan pada pasien atau keluarganya maka diperiksakan
ke klinik, puskesmas atau dokter. Pasien sedikit tahu tentang penyakit yang diderita
dan tindakan yang dilakukan untuk mengatasi penyakitnya.
13. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laborat
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hematologi
Leukosit 8,5 x 103 /µL 4,0 – 11
Hemoglobin 13 g/dl 11,7 – 15, 5
Hematokrit 39 % 40 – 52
Trombosit 315 x 103 /µL 150 – 450
Albumin 4 gr/dl 3,5 - 5
Eritrosit 4,4 x 10 3 /µL 4,4 – 5,9
MCV 88 Fl 80 – 100
MCH 30 Pg 26 – 34
MCHC 34 Gr/dl 31 – 36
Eosinofil 0 % 0 – 5
Basofil 1 % 0 - 1
Netrofil 72 % 50 – 70
Limfosit 27 % 25 - 40
Monosit 0% 2 – 8
LED I : 7 mm/jam P: 0 – 20
II : 21 mm/jam
Golongan Darah O
Rhesus Positif
27
b. Gastrocopy
Hasil :
Gastritis Erosiv Diatrium
Pylorus Ikompeten
Bile refluks pangastritis
c. Terapi pengobatan
Cairan infus RL 500 ml 20 tpm
Injeksi :
Cefotaxime 3x1 gram
Ozid 1x 40 mg
Oral :
Kalmeco 3x 500 µg
Spasmomen 3x40 mg
Flucoidan (sirup) 3x1 sendok takar
E. DAFTAR MASALAH
No
.Tgl/Jam Data Fokus DP
Tgl
TeratasiTTD
1. 07/12/2014
09.00
DS:
Pasien mengeluh sakit
pada perut kanan atas
sampai ulu hati
DO:
a. Terlihat ekspresi
meringis kesakitan
dan mengaduh
b. Memegangi bagian
perut kanan atas
dan ulu hati
c. P : nyeri saat
Nyeri akut b.d.
peradangan mukosa
lambung sekunder
Gastritis
07/12/2014
28
beraktivitas
Q : nyeri seperti
ditusuk
R: nyeri pada perut
kanan atas sampai
ke ulu hati
S: skala sedang
(skala 6)
T: nyeri
berlangsung terus
menerus
d. TD : 110/70
mmHg
ND : 80x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 37°C
2 07/12/2014
13.00
DS:
Pasien mengatakan
nafsu makan turun
DO:
a. Nyeri pada perut
saat digunakan
untuk makan
P : nyeri saat
makan
Q : nyeri seperti
ditusuk
R: nyeri pada
lambung
S: skala sedang
(skala 6)
T: nyeri
berlangsung terus
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d
ketidakadekuatan
intake nutrisi
sekunder Gastritis
07/12/2014
29
menerus
b. Asupan makan
berkurang
c. Tidak
menghabiskan 1
porsi jatah
makanan yang
diberikan
d. Hanya makan
beberapa sendok
saja sekitar 5
sendok makan
3. 07/12/2014
16.00
DS:
Pasien menyatakan
kurang paham dengan
penyakit yang
dideritanya
DO:
a. Pasien merasa
cemas dengan
penyakit yang
dideritanya
b. Pasien selalu
bertanya kepada
perawat apakah
penyakitnya akan
menjadi parah atau
tidak dan
bagaimana
tindakan yang bisa
diambil untuk
mengatasi
penyakitnya
Defisit pengetahuan
b.d kurangnya
informasi
07/12/2014
30
F. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN (NCP)
N
ODP TGL/Jam
TUJUAN
KRITERIA HASILRENCANA TINDAKAN
1. Nyeri akut b.d.
peradangan
mukosa lambung
sekunder Gastritis
07/12/2014
09.30
Setelah diberikan
tindakan keperawatan
selama 3x24 jam
diharapkan nyeri
berkurang dengan
kriteria hasil:
a. Klien mampu
mengontrol nyeri
(tahu penyebab
nyeri, mampu
menggunakan
tehnik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
nyeri, mencari
bantuan)
b. Melaporkan bahwa
nyeri berkurang
dengan
menggunakan
manajemen nyeri
c. Tanda vital dalam
rentang normal
TD (systole 110-
130mmHg,
diastole 70-
90mmHg), ND(60-
100x/menit), RR
(16-24x/menit),
suhu (36,5-37,50C)
a. Kaji tingkat nyeri,
lokasi dan karasteristik
nyeri.
b. Jelaskan pada pasien
tentang penyebab nyeri
c. Ajarkan tehnik untuk
pernafasan napas dalam
d. Observasi tanda-tanda
vital
e. Kolaborasi dengan tim
medis dalam pemberian
obat (Injeksi:
Cefotaxime 3x1 gram,
Ozid 1x 40 mg
Oral : Kalmeco 3x 500
µg, Spasmomen 3x40
mg, Flucoidan (sirup)
3x1 sendok takar)
31
d. Klien tampak
rileks
2. Ketidakseimbang
an nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh b.d
ketidakadekuatan
intake nutrisi
sekunder Gastritis
07/12/2014
13.30
Setelah diberikan
tindakan keperawatan
selama 3x24 jam
diharapkan
keseimbangan nutrisi
terpenuhi dengan
kriteria hasil:
a. Terjadi
peningkatan nafsu
makan
b. Tidak mengalami
penurunan berat
badan
a. Berikan motivasi
pasien untuk
meningkatkan intake
makan
b. Monitor berat badan
pasien
c. Anjurkan pasien untuk
menghindari makanan
yang pedas dan asam
d. Anjurkan pasien untuk
makan sedikit-sedikit
tetapi sering
e. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk memberikan
diit lunak agar tidak
memperberat kerja
lambung
3. Defisit
pengetahuan b.d
kurangnya
informasi
07/12/2014
16.30
Setelah diberikan
tindakan keperawatan
selama 3x24 jam
diharapkan kurang
pengetahuan teratasi
dengan kriteria hasil:
a. Pasien
menyatakan
pemahaman
tentang penyakit,
kondisi, prognosis,
dan program
pengobatan
b. Pasien dapat
menyebutkan
a. Beri pendidikan
kesehatan (penyuluhan)
tentang penyakit yang
dideritanya.
b. Gambarkan proses
penyakit dengan cara
yang tepat
c. Gambarkan tanda dan
gejala yang biasa
muncul pada penyakit
d. Identifikasi
kemungkinan penyebab
penyakit
e. Diskusikan perubahan
gaya hidup yang
32
pengertian,
penyebab, tanda
dan gejala,
perawatan,
pencegahan dan
pengobatan.
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi dimasa
yang akan datang
f. Diskusikan pilihan
terapi atau penanganan
g. Memberikan
kesempatan kepada
pasien dan keluarga
bertanya tentang
penyakit yang diderita
pasien
G. CATATAN KEPERAWATAN
No
.DP TGL/Jam
Tindakan
KeperawatanRespon TTD
1. Nyeri akut b.d.
peradangan
mukosa lambung
sekunder Gastritis
07/12/2014
10.00
10.10
10.20
10.20
10.40
a. Mengkaji tingkat
nyeri, lokasi dan
karasteristik nyeri.
b. Menjelaskan pada
pasien tentang
penyebab nyeri
c. Mengajarkan
teknik untuk
pernafasan napas
dalam
d. Mengobservasi
tanda-tanda vital
e. Berkolaborasi
dengan tim medis
dalam pemberian :
Injeksi :
a. P : nyeri saat
beraktivitas
Q : nyeri seperti
ditusuk
R: nyeri pada
perut kanan atas
sampai ke ulu
hati
S: skala sedang
(skala 6)
T: nyeri
berlangsung
terus menerus
b. Penyebab nyeri
adalah
peradangan
pada daerah
33
Cefotaxime 1 gram
Ozid 40 mg
Oral :
Kalmeco 500 µg
Spasmomen 40 mg
Flucoidan (sirup) 1
sendok takar
mukosa
lambung
Pasien
mengetahui
penyebab nyeri
yang
dialaminya
c. Pasien
diajarkan teknik
nafas dalam
dengan cara
menarik nafas
dalam ditahan 3
kali hitungan
lalu
dihembuskan.
Setelah
diajarkan,
pasien merasa
lebih rileks
d. TTV:
TD : 120/80
mmHG
ND : 80
x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 37 °C
e. Pemberian obat
melalui oral
dan injeksi intra
selang. Pasien
mengatakan
nyeri berkurang
34
08/11/2014
08.00
08.05
a. Mengkaji tingkat
nyeri, lokasi dan
karasteristik
nyeri.
b. Mengobservasi
tanda-tanda vital
c. Berkolaborasi
dengan tim medis
dalam
pemberian :
Injeksi :
Cefotaxime 1 gram
Ozid 40 mg
Oral :
Kalmeco 500 µg
Spasmomen 40 mg
Flucoidan (sirup) 1
sendok takar
a. P : nyeri saat
beraktivitas
Q : nyeri terasa
perih
R: nyeri pada
perut kanan atas
dan ulu hati
S: skala sedang
(skala 5)
T: nyeri timbul
antara 1-2 jam
selama 10 menit
b. TTV:
TD : 110/70
mmHG
ND : 80
x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36 °C
c. Pemberian obat
melalui oral dan
injeksi intra
selang. Pasien
mengatakan
nyeri berkurang
09/12/2014
08.00
08.10
08.15
c. Mengkaji tingkat
nyeri, lokasi dan
karasteristik nyeri.
d. Mengobservasi
tanda-tanda vital
d. Berkolaborasi
dengan tim medis
a. P : nyeri saat
beraktivitas
Q : nyeri terasa
perih
R: nyeri pada
perut kanan atas
dan ulu hati
35
dalam pemberian:
Injeksi :
Cefotaxime 1
gram
Ozid 40 mg
Oral :
Kalmeco 500 µg
Spasmomen 40
mg
Flucoidan (sirup)
1 sendok takar
S: skala ringan
(skala 3)
T: nyeri timbul
antara 1-2 jam
selama 5 menit
b. TTV:
TD : 110/70
mmHG
ND : 80
x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,5 °C
c. Pemberian obat
melalui oral dan
injeksi intra
selang. Pasien
mengatakan
nyeri berkurang
2. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
b.d
ketidakadekuatan
intake nutrisi
sekunder Gastritis
07/12/2014
14.00
14.15
14.30
14.35
a. Memberikan
motivasi pasien
untuk
meningkatkan
intake makan
b. Memonitor berat
badan pasien
c. Menganjurkan
pasien untuk
menghindari
makanan yang
pedas dan asam
d. Menganjurkan
untuk makan
a. Pasien belum
menghabiskan 1
porsi makanan
yang diberikan
Rumah Sakit
tetapi makan
sedikit demi
sedikit tetapi
sering sekitar 1
jam sekali
b. Tidak terjadi
penurunan berat
badan.
BB = 70 kg
36
sedikit-sedikit
tetapi sering
c. Pasien mengerti
dan
menghindari
makanan yang
pedas dan asam
seperti : jeruk,
mangga muda,
sambal cabai.
d. Pasien makan
sedikit makanan
lalu 30 menit
kemudian
makan lagi
sedikit dan
seterusnya
08/12/2014
13.00
13.30
13.45
13.50
a. Memberikan
motivasi pasien
untuk
meningkatkan
intake makan
b. Memonitor berat
badan pasien
c. Menganjurkan
pasien untuk
menghindari
makanan yang
pedas dan asam
d. Menganjurkan
pasien untuk
makan sedikit-
sedikit tetapi sering
a. Pasien belum
menghabiskan 1
porsi makanan
yang diberikan
Rumah Sakit
b. Tidak terjadi
penurunan berat
badan.
BB = 70 kg
c. Pasien mengaku
menghindari
memakan
mangga yang
sangat dia sukai.
Padahal hari ini
keluarganya
menjenguk
dengan
membawakan
37
banyak buah
mangga
d. Pasien makan
sedikit makanan
lalu 30 menit
kemudian
makan lagi
sedikit dan
seterusnya
09/12/2014
14.00
14.15
14.30
14.35
a. Memberikan
motivasi pasien
untuk
meningkatkan
intake makan
b. Memonitor berat
badan pasien
c. Menganjurkan
pasien untuk
menghindari
makanan yang
pedas dan asam
d. Menganjurkan
pasien untuk
makan sedikit-
sedikit tetapi sering
a. Pasien
menghabiskan 1
porsi makanan
yang diberikan
Rumah Sakit
dan makan
makanan
selingan seperti
biskuit tiap 1
jam sekali
b. Tidak terjadi
penurunan berat
badan.
BB = 70 kg
c. Pasien mengaku
menghindari
memakan
makanan pedas
dan asam
sekarang
maupun setelah
pulang dari
Rumah Sakit
d. Pasien makan
sedikit makanan
38
lalu 30 menit
kemudian
makan lagi
sedikit dan
seterusnya
3. Defisit
pengetahuan b.d
kurangnya
informasi
07/12/2014
17.00
17.15
17.30
a. Memberi
pendidikan
kesehatan
(penyuluhan)
tentang penyakit
yang dideritanya.
b. Menggambarkan
proses penyakit
dengan cara yang
tepat
c. Memberikan
kesempatan kepada
pasien dan keluarga
bertanya tentang
penyakit yang
diderita pasien
a. Pasien
mengatakan
banyak istilah
baru yang baru
saja diketahui
b. Pasien
mengatakan
menjadi jelas
tentang
bagaimana
proses
terjadinya
penyakit yang
dideritanya
c. Pasien dan
keluarga banyak
bertanya seputar
penyakit yang
diderita seperti :
tanda dan gejala
penyakit,
komplikasi
08/12/2014
12.15
a. Memberikan
kesempatan kepada
keluarga untuk
bertanya tentang
penyakit yang
diderita pasien.
Apakah ada sesuatu
a. Pasien dan
keluarga banyak
bertanya tentang
perkembangan
penyakit yang
diderita pasien
b. Terapi obat
39
12.30
yang belum jelas
b. Mendiskusikan
pilihan terapi atau
penanganan
injeksi dan oral
Injeksi :
Cefotaxime 1
gram
Ozid 40 mg
Oral :
Kalmeco 500
µg
Spasmomen
40 mg
Flucoidan
(sirup) 1
sendok takar
09/12/2014
12.15
12.20
a. Memberikan
kesempatan kepada
pasien dan keluarga
bertanya tentang
penyakit yang
diderita pasien
b. Mendiskusikan
perubahan gaya
hidup yang
mungkin
diperlukan untuk
mencegah
komplikasi dimasa
yang akan datang
a. Pasien masih
bertanya seputar
penyakit yang
dideritanya
b. Pasien akan
menghindari
makan makanan
pedas dan asam
yang dapat
memperparah
Gastritis yang
dideritanya.
H. CATATAN PERKEMBANGAN
No. TGL/Jam DP Evaluasi TTD
40
(SOAP)
1. 07/12/2014
11.00
Nyeri akut b.d.
peradangan
mukosa lambung
sekunder Gastritis
S (Subjektif) : Pasien mengatakan nyeri
sudah berkurang
O (Objektif) :
P : nyeri saat beraktivitas
Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk
R: nyeri pada perut kanan atas
sampai ke ulu hati
S: skala ringan (skala 3)
T: nyeri timbul antara 1 jam
berlangsung selama 3 menit
Pasien sudah tidak mengalami
kegelisahan, ekspresi wajah
tampak tenang
TTV:
TD : 120/80 mmHG
ND : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 37 °C
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi untuk
mengobservasi TTV dan pemberian
Cefotaxime 3x1 gram, Ozid 1x 40 mg,
Kalmeco 3x 500 µg, Spasmomen 3x40
mg, Flucoidan (sirup) 3x1 sendok takar
08/12/2014
09.00
Nyeri akut b.d.
peradangan
mukosa lambung
sekunder Gastritis
S (Subjektif) : Pasien mengatakan nyeri
sudah berkurang dan sudah tidak terlalu
nyeri saat digunakan untuk beraktivitas
O (Objektif) :
P : nyeri saat beraktivitas tetapi
sudah berkurang
Q : nyeri terasa perih
R: nyeri pada perut kanan atas
41
sampai ke ulu hati
S: skala ringan (skala 3)
T: nyeri timbul secara tiba-tiba
berlangsung kira-kira selama 2
menit
Pasien sudah tidak mengalami
kegelisahan, ekspresi wajah
tampak tenang
TTV:
TD : 110/70 mmHG
ND : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi untuk
mengobservasi TTV dan pemberian
Cefotaxime 3x1 gram, Ozid 1x 40 mg,
Kalmeco 3x 500 µg, Spasmomen 3x40
mg, Flucoidan (sirup) 3x1 sendok takar
09/12/2014
12.00
Nyeri akut b.d.
peradangan
mukosa lambung
sekunder Gastritis
S (Subjektif) : Pasien mengatakan nyeri
sudah berkurang dan sudah tidak terlalu
nyeri saat digunakan untuk beraktivitas
O (Objektif) :
P : nyeri saat beraktivitas tetapi
sudah berkurang
Q : nyeri terasa perih
R: nyeri pada perut kanan atas
sampai ke ulu hati
S: skala ringan (skala 3)
T: nyeri timbul secara tiba-tiba
berlangsung selama 2 menit
Pasien sudah tidak mengalami
kegelisahan, ekspresi wajah
tampak tenang
42
TTV:
TD : 110/70 mmHG
ND : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi untuk
mengobservasi TTV dan pemberian
Cefotaxime 3x1 gram, Ozid 1x 40 mg,
Kalmeco 3x 500 µg, Spasmomen 3x40
mg, Flucoidan (sirup) 3x1 sendok takar
2. 07/12/2014
15.00
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
b.d
ketidakadekuatan
intake nutrisi
sekunder Gastritis
S (Subjektif) : Pasien mengatakan nafsu
makan sudah mulai meningkat
O (Objektif) :
Asupan makanan pasien
meningkat ditandai dengan pasien
menghabiskan 1 porsi makanan
yang diberikan dari Rumah Sakit
Tidak terjadi penurunan berat
badan.
Berat badan tetap 70 kg
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi untuk
meningkatkan motivasi makan dan
monitor BB
08/12/2014
14.00
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
b.d
ketidakadekuatan
intake nutrisi
sekunder Gastritis
S (Subjektif) : Pasien mengatakan nafsu
makan sudah mulai meningkat
O (Objektif) :
Asupan makanan pasien
meningkat ditandai dengan pasien
menghabiskan 1 porsi makanan
yang diberikan dari Rumah Sakit
dan ditambah makan makanan
selingan (biskuit).
Tidak terjadi penurunan berat
43
badan.
Berat badan tetap 70 kg
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi untuk
meningkatkan motivasi makan dan
monitor BB
09/12/2014
15.00
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
b.d
ketidakadekuatan
intake nutrisi
sekunder Gastritis
S (Subjektif) : Pasien mengatakan nafsu
makan sudah mulai meningkat
O (Objektif) :
Asupan makanan pasien
meningkat ditandai dengan pasien
menghabiskan 1 porsi makanan
yang diberikan dari Rumah Sakit
dan ditambah makan makanan
selingan (biskuit).
Tidak terjadi penurunan berat
badan.
Berat badan tetap 70 kg
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi untuk
meningkatkan motivasi makan dan
monitor BB
3. 07/12/2014
18.00
Defisit
pengetahuan b.d
kurangnya
informasi
S (Subjektif) : Pasien mengatakan dia
sudah paham dengan penyakit yang
dideritanya dan tahu tentang tindakan
yang dilakukan untuk mengatasi
penyakitnya
O (Objektif) :
Pasien dapat menyebutkan tentang
definisi dan penyebab penyakitnya
Pasien dapat menyebutkan tanda
dan gejala yang timbul dari
penyakit yang dideritanya
Pasien tahu tentang hal-hal yang
44
harus dihindari agar di masa yang
akan datang tidak timbul
komplikasi dan makin
memperparah kondisinya
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi untuk
memberikan kesempatan kepada pasien
dan keluarga untuk bertanya tentang
penyakit yang dideritanya
08/12/2014
13.00
Defisit
pengetahuan b.d
kurangnya
informasi
S (Subjektif) : Pasien mengatakan dia
sudah paham dengan penyakit yang
dideritanya dan tahu tentang tindakan
yang dilakukan untuk mengatasi
penyakitnya
O (Objektif) :
Pasien dapat menyebutkan tentang
definisi dan penyebab penyakitnya
Pasien dapat menyebutkan tanda
dan gejala yang timbul dari
penyakit yang dideritanya
Pasien tahu tentang hal-hal yang
harus dihindari agar di masa yang
akan datang tidak timbul
komplikasi dan makin
memperparah kondisinya
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi untuk
memberikan kesempatan kepada pasien
dan keluarga untuk bertanya tentang
penyakit yang dideritanya
09/12/2014
12.45
Defisit
pengetahuan b.d
kurangnya
informasi
S (Subjektif) : Pasien mengatakan dia
sudah paham dengan penyakit yang
dideritanya dan tahu tentang tindakan
yang dilakukan untuk mengatasi
45
penyakitnya
O (Objektif) :
Pasien dapat menyebutkan tentang
definisi dan penyebab penyakitnya
Pasien dapat menyebutkan tanda
dan gejal/a yang timbul dari
penyakit yang dideritanya
Pasien tahu tentang hal-hal yang
harus dihindari agar di masa yang
akan datang tidak timbul
komplikasi dan makin
memperparah kondisinya
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi untuk
memberikan kesempatan kepada pasien
dan keluarga untuk bertanya tentang
penyakit yang dideritanya
46
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Gastritis atau lebih dikenal sebagai magh berasal dari bahasa yunani yaitu gastro, yang
berarti perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan. Gastritis bukan
merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu
mengakibatkan peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan tersebut merupakan
akibat dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan
borok di lambung yaitu Helicobacter pylori.
Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung ini kewalahan dan mengakibatkan
rusak dan meradangnya dinding lambung.
Gastritis yang terjadi tiba – tiba (akut) biasanya mempunyai gejala mual dan sakit pada
perut bagian atas, sedangkan gastritis kronis yang berkembang secara bertahap biasanya
mempunyai gejala seperti sakit yang ringan pada perut bagian atas dan terasa penuh atau
kehilangan selera. Bagi sebagian orang, gastritis kronis tidak menyebabkan apapun.
47
Pada gastritis akut zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan mengiitasi mukosa
lambung. Sedangkan pada gastritis kronik disebabkan oleh bakteri gram negatif
Helicobacter pylori. Bakteri patogen ini (helicobacter pylori) menginfeksi tubuh seseorang
melalui oral, dan paling sering ditularkan dari ibu ke bayi tanpa ada penampakan gejala
(asimptomatik).
B. SARAN
Diharapkan kita dapat menjaga lambung kita dari makanan dan minuman yang
masuk ke tubuh agar tidak terinfeksi oleh bakteri Helicobacter pylori. Penyebab yang
lain yang dapat menimbulkan gastritis adalah stres fisik, bila stres meningkat maka
produksi HCL (asam lambung) yang mengakibatkan pH dalam lambung menjadi
asam sehingga dapat merusak lapisan lambung, oleh karena itu disarankan untuk tidak
menyepelekan stres tersebut.
Dengan penjabaran mengenai pencegahan gastritis, diharapkan kita lebih berhati-hati
terhadap makanan maupun faktor lain yang menyebabkan resiko infeksi pada lapisan
lambung.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Sylvia Price. Pathofisiologi: Konsep Klinis proses-proses penyakitedisi 6
volume II. ECG. Jakarta : 2006
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2. Jakarta: EGC
Doengoes M.E. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3 . EGC. Jakarta
Herdman, Heather.2010. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
Morhead, Sue. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). America : Mosb
Mc Closkey Dochterman, Joanne. 2004. Nursing Interventions Classification (NIC).
America : Mosb
Mansjoer, arif. Dkk.2009, kapita selekta kedokteran . Jakarta. Media aesculapius
48
49