sesi 2 - akuntansi keuangan daerah

12
Akuntansi Keuangan Daerah Disusun oleh: Tio Fanny A. (125020300111073) Magistra Nur Lameka (125020300111097) Siska Nurmayasari

Upload: tiofanny

Post on 10-Dec-2015

221 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Akuntansi Sektor Publik

TRANSCRIPT

Page 1: Sesi 2 - Akuntansi Keuangan Daerah

Akuntansi Keuangan Daerah

Disusun oleh:Tio Fanny A. (125020300111073)Magistra Nur Lameka (125020300111097)Siska Nurmayasari (125020300111112)

Page 2: Sesi 2 - Akuntansi Keuangan Daerah

Akuntansi Keuangan Daerah

Manajemen Keuangan Daerah

Tata Usaha Keuangan Daerah

Tata Usaha Umum Tata Usaha Keuangan

Akuntansi Keuangan Daerah

Page 3: Sesi 2 - Akuntansi Keuangan Daerah

Kedudukan Akuntansi Keuangan Daerah Berdasarkan Entitas

PelaporAkuntansi

Akuntansi Komersial

Akuntansi Pemerintahan

Akuntansi Pemerinta

han

Akuntansi Pemerintahan Pusat

Akuntansi non

Pemerintahan

Akuntansi Pemerint

ahan Daerah

Akuntansi

Keuangan

Daerah

Akuntansi Sosial

Page 4: Sesi 2 - Akuntansi Keuangan Daerah

Kedudukan Akuntansi Keuangan Daerah Berdasarkan Pengguna

Laporan Keuangan

Akuntansi

Akuntansi Keuangan

Akuntansi Keuangan Daerah

Akuntansi Manajemen

Akuntansi Manajemen Daerah

Page 5: Sesi 2 - Akuntansi Keuangan Daerah

Lingkungan Akuntansi Keuangan Daerah

• BPK• Analis Ekonomi• Rakyat• Investor, Kreditur,

Donatur• Pemerintah Daerah Lain• DPRD• Pemerintah Pusat

Topik Utama dalam Pengelolaan Keuangan Negara/Daerah

• Akuntansi• Anggaran/Perencanaan• Pengendalian/

Pengadaan• Pengauditan/

Pemeriksaan/ Pengawasan

Page 6: Sesi 2 - Akuntansi Keuangan Daerah

Evolusi Manajemen Keuangan Daerah di Indonesia

1. ERA PRA REFORMASIEra pra reformasi dilaksanakan berdasarkan UU Nomor 5/1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah, disamping itu dengan beberapa peraturan lain, yaitu:

a. PP Nomor 5/1975 tentang Pengurusan, Pertanggungjawaban, dan Pengawasan Keuangan Daerah.

b. PP Nomor 6/1975 tentang Penyusunan APBD, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah, dan Penyusunan Perhitungan APBD.

c. 3Kepmendagri Nomor 900-099 Tahun 1980 tentang Manual Administrasi Keuangan Daerah.

d. Permendagri Nomor 2/1994 tentang Pelaksanaan APBD. e. UU Nomor 18/1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 6.

Kepmendagri Nomor 3/1999 tentang Bentuk dan Susunan Perhitungan APBD

Page 7: Sesi 2 - Akuntansi Keuangan Daerah

Karakteristik Manajemen Keuangan Daerah Era Pra Reformasi

1. Pengertian Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah dan DPRD. Artinya tidak terdapat pemisahan secara konkrit antara eksekutif dan legislatif.

2. Perhitungan APBD berdiri sendiri, terpisah dari pertanggungjawaban kepala daerah. 3. Bentuk laporan perhitungan APBD terdiri atas: • Perhitungan APBD, nota perhitungan, perhitungan kas dan pencocokan antara sisa kas dan sisa perhitungan

dilengkapi dengan lampiran ringkasan perhitungan pendapatan dan belanja.

4. Pinjaman, baik pinjaman PEMDA maupun pinjaman BUMD diperhitungkan sebagai pendapatan daerah

5. Unsur-unsur yang terlibat dalam penyusunan APBD adalah pemerintah daerah yang terdiri atas kepala daerah dan DPRD saja, belum melibatkan masyarakat/rakyat.

6. Indikator kinerja PEMDA mencakup: • (a) Perbandingan antara anggaran dan realisasinya; (b) Perbandingan antara standar beban dan realisasinya;

(c) Target dan persentase fisik proyek yang tercantum dalam penjabaran perhitungan APBD.

7. Laporan keterangan pertanggungjawaban kepala daerah dan laporan perhitungan APBD baik yang dibahas DPRD maupun yang tidak dibahas DPRD tidak mengandung konsekuensi terhadap masa jabatan kepala daerah.

Page 8: Sesi 2 - Akuntansi Keuangan Daerah

2. ERA PASCA REFORMASI (PERIODE 1999-2004)

Era reformasi ditandai dengan pelaksanaan Otonomi Daerah (OTODA), dengan dikeluarkannya UU Nomor 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 25/1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Dengan beberapa peraturan pelaksanaan, yaitu:

a. PP Nomor 104/2000 tentang Dana Perimbangan. b. PP Nomor 105/2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan

Daerah. c. PP Nomor 107/2000 tentang Pinjaman Daerah. d. PP Nomor 108/2000 tentang Tata Cara Pertanggungjawaban Kepala Daerah. e. Surat Mendagri dan Otda Nomor 903/2735/SJ (17-11-2000) tentang Pedoman Umum

Penyusunan dan Pelaksanaan APBD Tahun Anggaran 2001.f. Kepmendagri Nomor 29/2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban

dan Pengawasan Keuangan Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan APBD.

g. UU Nomor 17/2003 tentang Keuangan Negara. h. UU Nomor 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara.

Page 9: Sesi 2 - Akuntansi Keuangan Daerah

Karakteristik Manajemen Keuangan Daerah Era Pasca Reformasi

1. Pengertian daerah adalah Provinsi dan Kota atau Kabupaten. 2. Pengertian Pemerintah Daerah (PEMDA) adalah Kepala Daerah beserta perangkat

lainnya. PEMDA adalah badan eksekutif, sedang badan legislatif di daerah adalah DPRD. 3. Perhitungan APBD menjadi satu dengan pertanggungjawaban Kepala Daerah.4. Bentuk laporan pertanggungjawaban akhir tahun anggaran terdiri: • Laporan Perhitungan APBD; • Nota Perhitungan APBD; • Laporan Arus Kas; dan • Neraca Daerah yang dilengkapi dengan penilaian kinerja berdasarkan tolok ukur Renstra.

5. Pinjaman APBD tidak masuk lagi dalam Pos Pendapatan (yang menunjukkan hak PEMDA), tetapi masuk dalam Pos Penerimaan (yang belum tentu menjadi hak PEMDA).

6. Masyarakat termasuk dalam unsur-unsur penyusun APBD di samping PEMDA yang terdiri dari Kepala Daerah dan DPRD

7. Indikator kinerja PEMDA mencakup: • (a) Perbandingan antara anggaran dan realisasinya; (b) Perbandingan antara standar beban dan

realisasinya; (c) Target dan persentase fisik proyek serta meliputi standar pelayanan yang diharapkan.

Page 10: Sesi 2 - Akuntansi Keuangan Daerah

8. Laporan pertanggungjawaban kepala daerah pada akhir tahun anggaran yang bentuknya adalah laporan perhitungan APBD dibahas oleh DPRD dan mengandung konsekuensi terhadap masa jabatan kepala daerah apabila 2 kali ditolak oleh DPRD. 9. Digunakannya akuntansi dalam pengelolaan keuangan daerah, dengan

perubahan mendasar berdasarkan PP Nomor 105/2000 dan Kepmendagri Nomor 29/2002, yang secara umum, yaitu:

a. Dari vertical accountability menjadi horizontal accountability. b. Penyusunan anggaran dari traditional budget menjadi performance budget, yaitu dari proses

penyusunan anggaran inkremental dan line item dengan penekanan pertanggungjawaban pada setiap input yang dialokasikan, kepada penyusunan anggaran dengan anggaran kinerja, dengan penekanan pertanggungjawaban tidak sekedar pada input tetapi juga pada output dan outcome.

c. Dari pengendalian dan audit keuangan ke pengendalian dan audit keuangan serta kinerja. d. Lebih menerapkan konsep value for money, istilah lain 3E (ekonomis, efisien, efektif).e. Penerapan konsep pertanggungjawaban, seperti diperlakukannya dinas pendapatan sebagai

pusat pendapatan (revenue center), bagian keuangan diperlakukan sebagai pusat beban (expense center), dan BUMD diperlakukan sebagai pusat laba (profit center).

f. Perubahan sistem akuntansi keuangan daerah, dimana di era reformasi keuangan daerah, sistem pencatatan yang digunakan adalah double entry system dengan dasar pencatatan atas dasar kas modifikasian (modified cash basis) yang mengarah pada basis akrual. Basis kas modifikasian diatur dalam Kepmendagri Nomor 29/2002, sedang basis akrual diatur dalam UU Nomor 1/2004

Page 11: Sesi 2 - Akuntansi Keuangan Daerah

3. ERA REFORMASI LANJUTAN (PERIODE 2004-SEKARANG)a. Paket UU Keuangan Negara, yaitu UU Nomor 17/2003 tentang Keuangan Negara, UU Nomor 1/2004

tentang Perbendaharaan Negara, dan UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

b. Paket UU Pemerintahan dan Pengelolaan Keuangan Daerah, yaitu UU Nomor 32/2004 sebagai pengganti UU Nomor 22/1999, dan UU Nomor 33/2004 sebagai pengganti UU Nomor 25/1999.

c. Peraturan perundangan sesuai amanat UU terdahulu, seperti PP Nomor 24/2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). PP ini merupakan SAP pertama yang diterbitkan oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP), PP ini berlaku 5 tahun dan standar akuntansi yang ditujukan untuk masa transisi menuju akuntansi pemerintahan berbasis akrual.

d. KSAP kemudian merevisi kembali SAP dengan menerbitkan SAP berbasis akrual yang ditetapkan dengan PP Nomor 71/2010. Pada PP ini hanya memberlakukan basis akrual pada sistem akuntansinya dan tidak berlaku pada sistem penganggarannya. PP ini juga masih memberlakukan basis kas untuk penyusunan laporan pelaksanaan anggaran, serta entitas pemerintah yang belum siap melaksanakan basis akrual secara penuh masih diperkenankan untuk menggunakan basis kas menuju akrual sampai dengan tahun 2014.

e. Beberapa perubahan mendasar dalam peraturan perundangan yang berlaku adalah dikenalkannya kembali: (1) bendahara penerima dan bendahara pengeluaran, (2) pengelompokkan jenis belanja lebih menekankan pada belanja langsung dan tidak langsung, (3) penegasan perlunya penyusunan sistem akuntansi keuangan daerah, dan (4) penerapan konsep multi terms expenditure framework (MTEF) merupakan perubahan yang dikehendaki mulai tahun anggaran 2009.

Page 12: Sesi 2 - Akuntansi Keuangan Daerah

Terima

Kasih