sgd i skm
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam mencapai tujuan nasional bangsa Indonesia sesuai Pembukaan UUD
1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka pembangunan kesehatan diarahkan
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
dapat terwujud.
Pembangunan kesehatan yang dilaksanakan dalam dasawarsa terakhir masih
menghadapi berbagai masalah yang belum sepenuhnya dapat diatasi. Untuk itu
diperlukan pemantapan dan percepatan melalui Sistem Kesehatan Nasional
sebagai bentuk dan cara penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang disertai
berbagai terobosan penting, seperti: pengembangan Desa Siaga, Jaminan
Kesehatan Masyarakat, serta Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K).
Perubahan lingkungan strategis ditandai dengan berlakunya berbagai
regulasi penyelenggaraan kepemerintahan, seperti: Undang-undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dan Undang-undang Nomor 17
Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP-N)
Tahun 2005-2025. Disamping itu secara global terjadi perubahan iklim dan upaya
percepatan pencapaian MDGs, sehingga diperlukan penyempur-naan dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan.
SKN 2004 sebagai pengganti SKN 1982, pada hakekatnya merupakan
bentuk dan cara penyelenggaraan pembangunan kesehatan, penting untuk
dimutakhirkan menjadi SKN 2009 agar dapat mengantisipasi berbagai tantangan
perubahan pembangunan kesehatan dewasa ini dan di masa depan.
Dalam mengantisipasi ini, perlu mengacu terutama pada arah, dasar, dan
strategi pembangunan kesehatan yang ditetapkan dalam Undang-undang Nomor
17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP-
N) Tahun 2005-2025 dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang
Kesehatan (RPJP-K) Tahun 2005-2025.
BAB II
PEMBAHASAN
SKENARIO :
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) merupakan dasr dari Penyusunan Rencana
Pembangunan Jangka Kesehatan (RPJP-K) periode tahun 2005-2025 dengan
permasalahan kesehatan yang di hadapi antara lain :
1. Beban ganda penyakit pada waktu bersamaan penyakit menular dan penyakit
tidak menular
2. Disparitas status kesehatan yang masih tinggi antar daerah, antar perkotaan dan
pedesaan, maupun antar tingkat social-ekonomi (dilihat dari AKB, AKI)
3. Pelayanan kesehatan yang belum memadai dari aspek kualitas, pemerataan dan
keterjangkauan.
4. Terbatasnya sumber daya kesehatan (tenaga, biaya dan sarana)
5. Perilaku masyarakat yang kurang mendukung PHBS.
Selain itu faktor eksternal SKN banyak berubah antara lain globalisasi,
desentralisasi, dan MDGs, mendorong perlunya revisi terhadap SKN yang telah ada.
Perkembangan otonomi daerah memberi peluang penetapan sistem kesehatan
daerah (SKD) yang merupakan bagian integral dari SKN.
Permasalahan :
1. Apa yang menyebabkan terjadinya beban ganda penyakit pada waktu yang
bersamaan?
jawab :
Terjadinya beban ganda penyakit. Pola penyakit yang diderita masyarakat
sebagian besar adalah penyakit infeksi menular seperti TB, ISPA, malaria, diare,
dan penyakit kuliat. Namun demikian, pada waktu yang bersamaan terjadi
peningkatan penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,
serta diabetes militus. Dengan demikian telah terjadi transisi epidemiologi dan
menghadapi beban ganda pada waktu yang bersamaan (double burden). Dengan
terjadinya beban ganda yang diikuti dengan meningkatnya jumlah penduduk, serta
perubahan struktur penduduk yang ditandai dengan meningkatnya penduduk usia
produktif dan usia lanjut, akan mempengaruhi jumlah dan jenis pelayanan kesehatan
yang dibutuhkan masyarakat datang.
2. Kenapa bisa terjadi disparitas antara status kesehatan yang masih tinggi antar
daerah, antar perkotaan dan pedesaan, maupun antar tingkat social-ekonomi kalau
dilihat dari AKB dan AKI?
Jawab:
Jika diambil sebuah contoh pada provinsi Nusa Tenggara Barat maka pada data
NTB tahun 2009 telah terjadi Disparitas atau ketidak seimbangan pada daerah
perkotaan dan pedesaan pada prov. NTB. Ini terlihat dari AKI dan AKB di
Mataram lebih rendah dari pada Lombok Timur dan Lombok Barat. Kejadian ini
dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berhubungan salah satunya
ketersediaannya pelayanan kesehatan, jumlah tenaga kesehatan, dan keterjangkauan.
Jumlah Kematian IbuTahun 2003 s/d 2009
JUMLAH KEMATIAN NEONATALTAHUN 2003 S/D 2009.
3. Bagaimana efek dari pelayanan kesehatan yang belum memadai kalau dilihat dari
aspek kualitas, pemerataan dan keterjangkauan?
Jawab :
Dilihat dari data diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa jumlah rumah sakit
di kota Mataram jauh lebih banyak dari pada dikota atau kabupaten lain, dan ada
beberapa kota seperti KSB dan Kota Bima tidak memiliki Rumah sakit. Keadaan
seperti inilah yang menyebabkan keterjangkauan jarak yang bisa berefek kepada
status kesehatan penduduk. Meskipun jumlah puskesmas di Mataram lebih kecil
daripada di kota lain seperti Lobar, Lotim dll tetapi itu tidak dibarengi oleh tenaga
kerja yang memadai.
KAB. LOMBOK TENGAH
PUSKESMAS: 23
PUSTU : 87POSKESDES
: 101RSU : 1POSYANDU : 1.416
KOTA MATARAM
PUSKESMAS : 9PUSTU : 19POSKESDES : 18RSU : 1 POSYANDU : 339
KAB. LOMBOK UTARA
PUSKESMAS : 5PUSTU : 22POSKESDES : 20 RSU : -POSYANDU : 310
KAB. LOMBOK TIMUR
PUSKESMAS: 29
PUSTU : 85POSKESDES
: 82RSU : 1POSYANDU : 1.329
KAB. SUMBAWA
PUSKESMAS : 24PUSTU : 95POSKESDES : 51 RSU : 1POSYANDU : 624
KAB. BIMA
PUSKESMAS : 20PUSTU : 81POSKESDES : 84RSU : 1POSYANDU : 525
KAB. SUMBAWA
BARAT
PUSKESMAS: 8
PUSTU : 29POSKESDES
: 49RSU : -POSYANDU : 178
KAB. DOMPU
PUSKESMAS : 9PUSTU : 44POSKESDES : 46RSU : 1POSYANDU : 320
KOTA BIMA
PUSKESMAS: 5
PUSTU : 19 POSKESDES
: 28RSU : -POSYANDU : 152
Sarana & Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Provinsi Nusa Tenggara Barat
KAB. LOMBOK BARAT
PUSKESMAS : 15 PUSTU : 56POSKESDES : 73RSU : 1POSYANDU : 685
4. Apa hubungannya terbatasnya sumber daya kesehatan (tenaga, biaya dan sarana)
dengan terjadinya permasalahan kesehatan?
Jawab:
DISTRIBUSI TENAGA KESEHATANTERKAIT KESEHATAN IBU DAN ANAK
TAHUN 2009
Sumber Data PWS KIA* Termasuk Provinsi
Dari data diatas bisa ditarik beberapa kesimpulan, yaitu pembagian jumlah tenaga
kesehatan di daerah prov. NTB tidak merata. Ini dibuktikan dari jumlah Dokter
Spesialis Obgyn terjadi kesenjangan yang signifikan antara kota Mataram dengan
kabupaten lainnya. Begitu juga dengan tenaga kesehatan lainnya, hampir semua
tenaga kesehatan paling banyak dimiliki oleh Mataram.
5. Bagaimana perilaku masyarakat yang kurang mendukung PHBS dapat menjadi
salah satu masalah kesehatan?
Jawab:
Pada tahun 2011 data PHBS sebesar 30,5% yang terdiri dari:
25,6 % belum menggunakan sanitasi yang layak (jamban)
12% ibu-ibu hamil belum bersalin (melahirkan) ditenaga kesehatan
Jadi dilihat dari data diatas dapat dilihat bahwa perilaku masyarakat masih
sangat kurang mendukung PHBS sehingga terjadi masalah kesehatan. Belum
ada nya jamban di setiap rumah penduduk membuat sanitasi pada lingkungan
menjadi sangat buruk. Perilaku masyarakat seperti ibu hamil yang masih
melahirkan diluar sarana kesehatan seperti melahirkan di dukun membuat
masalah kesehatan muncul di masyarakat, sehinnga harus adanya kesadaran
masyarakat untuk berperilaku mendukung PHBS sehingga ini tidak menjadi
salah satu masalah kesehatan yang terjadi di indonesia terutama di NTB.
Self Evaluation :
1. Jelaskan tentang SKN dan SKD
2. Jelaskan hubungan SKN dan SKD serta dengan penyelenggaraan upaya
pelayanan kesehatan di Puskesmas serta pencapaian target MDGs.
3. Jelaskan hubungan SKN/ SKD dengan pembiayaan pelayanan kesehatan,
khususnya bagi kelompok miskin
Jawaban Self Evaluation :
1. PENJELASAN SKN dan SKD
A. SISTEM KESEHATAN NASIONAL (SKN)
I. Sistem kesehatan (WHO, 1984).
Sistem kesehatan adalah kumpulan dari berbagai faktor yang kompleks
dan saling berhubungan yang terdapat dalam suatu negara, yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan kesehatan
perorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat pada setiap saat
yang dibutuhkan.
II. Pengertian, prinsip dan tujuan SKN
Pengertian SKN
Adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya
bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna
menjamin terciptanya derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum
seperti dimaksudkan dalam Pembukaan UUD-1945.
Prinsip SKN
1. Perikemanusian
Pembangunan kesehatan harus berlandaskan pada prinsip
perikemanusiaan yang dijiwai, digerakan dan dikendalikan
oleh keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa. Tenaga kesehatan perlu berbudi luhur, memegang teguh
etika profesi, dan selalu menerapkan prinsip perikemanusiaan
dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan.
2. Hak Asasi Manusia (HAM)
Sesuai dengan tujuan pembangunan nasional dalam
Pembukaan Undang-undang Dasar 1945, yaitu untuk meningkatkan
kecerdasan bangsa dan kesejahteraan rakyat, maka setiap
penyelenggaraan SKN berdasarkan pada prinsip hak asasi manusia.
Undang- undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat 1 antara lain
menggariskan bahwa setiap rakyat berhak atas pelayanan kesehatan
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya tanpa membedakan suku, golongan, agama, jenis
kelamin, dan status sosial ekonomi. Setiap anak dan perempuan
berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
3. Adil dan Merata
Dalam pembangunan kesehatan setiap orang mempunyai hak
yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya, tanpa memandang suku, golongan, agama, dan status
sosial ekonominya. Setiap orang berhak memperoleh pelayanan
kesehatan. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh
dan kembang, serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi.
4. Pemberdayaan dan Kemandirian
Setiap orang dan masyarakat bersama dengan pemerintah
berperan, berkewajiban, dan bertanggung- jawab untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan,
keluarga, masyarakat, dan lingkungannya. Pembangunan
kesehatan harus mampu membangkitkan dan mendorong
peran aktif masyarakat. Pembangunan kesehatan dilaksanakan
dengan berlandaskan pada kepercayaan atas kemampuan dan
kekuatan sendiri serta kepribadian bangsa dan semangat
solidaritas sosial serta gotong- royong.
5. Kemitraan yang Dinamis
Sistem Kesehatan Nasional akan berfungsi baik untuk
mencapai tujuannya apabila terjadi Koordinasi, Integrasi,
Sinkronisasi, dan Sinergisme (KISS), baik antar pelaku, antar
subsistem SKN, maupun dengan sistem serta subsistem lain di luar
SKN. Dengan tatanan ini, maka sistem atau seluruh sektor terkait,
seperti pembangunan prasarana, keuangan dan pendidikan perlu
berperan bersama dengan sektor kesehatan untuk mencapai tujuan
nasional. Pembangunan kesehatan harus diselenggarakan dengan
menggalang kemitraan yang dinamis dan harmonis antara
pemerintah dan masyarakat, termasuk swasta dengan
mendayagunakan potensi yang dimiliki masing-masing. Kemitraan
tersebut diwujudkan dengan mengembangkan jejaring yang
berhasil guna dan berdaya guna, agar diperoleh sinergisme yang
lebih mantap dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya.
6. Pengutamaan dan Manfaat
Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan
mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan
perorangan atau golongan. Upaya kesehatan yang bermutu
diselenggarakan dengan memanfaatkan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta harus lebih mengutamakan
pendekatan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Pembangunan kesehatan diselenggarakan berlandaskan pada
dasar kemitraan atau sinergisme yang dinamis dan tata
penyelenggaraan yang baik, sehingga secara berhasil guna dan
bertahap dapat memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi
peningkatan derajat kesehatan masyarakat, beserta
lingkungannya. Pembangunan kesehatan diarahkan agar
memberikan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara
lain: ibu, bayi, anak, manusia usia lanjut, dan masyarakat
miskin.
7. Tata Pemerintahan yang Baik (Good Governance)
Agar SKN berfungsi baik, diperlukan komitmen yang tinggi,
dukungan, dan kerjasama yang baik dari para pelaku untuk
menghasilkan tata penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang
baik (good governance). Pembangunan kesehatan diselenggarakan
secara demokratis, berkepastian hukum, terbuka (transparan),
rasional, profesional, serta bertanggung-jawab dan bertanggung-
gugat (akuntabel).
Tujuan SKN
Tujuan SKN adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan
oleh semua potensi bangsa, baik masyarakat, swasta, maupun
pemerintah secara sinergis, berhasil guna dan berdaya guna, sehingga
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
III. Komponen / Subsistem SKN
A. SUBSISTEM UPAYA KESEHATAN
a. Pengertian
Subsistem Upaya Kesehatan adalah bentuk dan cara
penyelenggaraan upaya kesehatan yang paripurna, terpadu, dan
berkualitas, meliputi upaya peningkatan, pencegahan, pengobatan, dan
pemulihan, yang diselenggarakan guna menjamin tercapainya derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
b. Tujuan
Tujuan dari penyelenggaraan subsistem upaya kesehatan
adalah terselenggaranya upaya kesehatan yang adil, merata,
terjangkau, dan bermutu untuk menjamin terselenggaranya
pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya.
B. SUBSISTEM PEMBIAYAAN KESEHATAN
a. Pengertian
Subsistem pembiayaan kesehatan adalah bentuk dan cara
penyelenggaraan berbagai upaya penggalian, pengalokasian, dan
pembelanjaan dana kesehatan untuk mendukung
penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
b. Tujuan
Tujuan dari penyelenggaraan subsistem pembiayaan
kesehatan adalah tersedianya dana kesehatan dalam jumlah yang
mencukupi, teralokasi secara adil, merata dan termanfaatkan
secara berhasil guna dan berdaya guna, tersalurkan sesuai
peruntukannya untuk menjamin terselenggaranya pembangunan
kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya.
C. SUBSISTEM SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
a. Pengertian
Subsistem SDM Kesehatan adalah bentuk dan cara
penyelenggaraan upaya pengembangan dan pemberdayaan SDM
Kesehatan, yang meliputi: upaya perencanaan, pengadaan,
pendayagunaan, serta pembinaan dan pengawasan SDM
Kesehatan untuk mendukung penyelenggaraan pembangunan
kesehatan guna mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.
Sumber Daya Manusia Kesehatan adalah tenaga
kesehatan profesi termasuk tenaga kesehatan strategis dan
tenaga kesehatan non profesi serta tenaga pendukung/penunjang
kesehatan yang terlibat dan bekerja serta mengabdikan dirinya
seperti dalam upaya dan manajemen kesehatan.
b. Tujuan
Tujuan dari penyelenggaraan subsistem SDM Kesehatan
adalah tersedianya SDM Kesehatan yang kompeten sesuai
kebutuhan yang terdistribusi secara adil dan merata serta
didayagunakan secara optimal dalam mendukung
penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna mewujudkan
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
D. SUBSISTEM SEDIAAN FARMASI, ALAT KESEHATAN, DAN
MAKANAN
a. Pengertian
Subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan
adalah bentuk dan cara penyelenggaraan berbagai upaya yang
menjamin keamanan, khasiat/manfaat, mutu sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan makanan. Sediaan farmasi adalah obat,
bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika.
b. Tujuan
Tujuan penyelenggaraan subsistem sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan makanan adalah tersedianya sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan makanan yang terjamin aman,
berkhasiat/bermanfaat dan bermutu; dan khusus untuk obat
dijamin ketersediaan dan keterjangkauannya guna meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
E. SUBSISTEM MANAJEMEN DAN INFORMASI KESEHATAN
a. Pengertian
Subsistem manajemen dan informasi kesehatan adalah
bentuk dan cara penyelenggaraan yang menghimpun berbagai
upaya kebijakan kesehatan, administrasi kesehatan, pengaturan
hukum kesehatan, pengelolaan data dan informasi kesehatan
yang mendukung subsistem lainnya dari SKN guna menjamin
tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya.
b. Tujuan
Tujuan subsistem manajemen dan informasi kesehatan
adalah terwujudnya kebijakan kesehatan yang sesuai dengan
kebutuhan, berbasis bukti dan operasional, terselenggaranya
fungsi-fungsi administrasi kesehatan yang berhasil guna,
berdaya guna, dan akuntabel, serta didukung oleh hukum
kesehatan dan sistem informasi kesehatan untuk menjamin
terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
F. SUBSISTEM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
a. Pengertian
Subsistem pemberdayaan masyarakat adalah bentuk dan
cara penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan, baik
perorangan, kelompok, maupun masyarakat secara terencana,
terpadu, dan berkesinambungan guna tercapainya derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
b. Tujuan
Tujuan subsistem pemberdayaan masyarakat adalah
meningkatnya kemampuan masyarakat untuk berperilaku hidup
sehat, mampu mengatasi masalah kesehatan secara mandiri,
berperan aktif dalam setiap pembangunan kesehatan, serta dapat
menjadi penggerak dalam mewujudkan pembangunan
berwawasan kesehatan.
B. SISTEM KESEHATAN DAERAH (SKD)
Pengertian
Sistem Kesehatan Daerah adalah suatu tatanan yang menghimpun
berbagai upaya pemerintah, masyarakat dan sektor swasta di daerah secara
terpadu dan saling mendukung, guna menjamin tercapainya derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya dengan kata lain merupakan wujud
sekaligus metode penyelenggaraan pembangunan kesehatan.
Maksud dari dtetapkannya Sistem Kesehatan Daerah (SKD), adalah :
1. Untuk memberikan landasan, arah dan pedoman penyelenggaraan
pembangunan kesehatan bagi seluruh penyelenggara
pembangunan kesehatan di Kota .
2. Untuk menyesuaikan Sistem Kesehatan di daerah dengan berbagai
perubahan dan tantangan eksternal maupun internal.
Tujuan ditetapkannya Sistem Kesehatan Daerah (SKD), yaitu :
1. Sebagai tindak lanjut dari kebijakan dan strategi desentralisasi
bidang kesehatan serta menyesuaikan dengan kebijakan Sistem
Kesehatan Nasional
2. Terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi
daerah, baik pemerintah, masyarakat maupun dunia usaha secara
sinergis, berhasil guna dan berdaya guna, sehingga tercapai derajat
kesehatan masyarakat yang optimal.
3. Terlaksananya pembangunan daerah bidang kesehatan di Kota
Kendari, yang mempedulikan kebutuhan, aspirasi dan martabat
masyarakat.
4. Menjamin perlindungan finansial bagi masyarakat dari risiko
gangguan kesehatan.
Prinsip dasar sistem kesehatan daerah, memperhatikan norma, nilai dan
aturan yang bersumber dari falsafah budaya bangsa, sebagai acuan berpikir
dan bertindak dalam mekanisme penyelenggaraan kebijakannya.\
C. MDGs
Adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya bangsa
Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin terciptanya
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan
kesejahteraan umum seperti dimaksudkan dalam Pembukaan UUD-1945.
Tujuan Pembangunan Milenium (bahasa Inggris : Millennium
Development Goals atau disingkat dalam bahasa Inggris MDGs) adalah
Deklarasi Milenium hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari
189 negara Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang mulai dijalankan pada
September 2000, berupa delapan butir tujuan untuk dicapai pada tahun 2015.
Targetnya adalah tercapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan
masyarakat pada 2015. Target ini merupakan tantangan utama dalam
pembangunan di seluruh dunia yang terurai dalam Deklarasi Milenium, dan
diadopsi oleh 189 negara serta ditandatangani oleh 147 kepala pemerintahan
dan kepala negara pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium di
New York pada bulan September 2000 tersebut. Pemerintah Indonesia turut
menghadiri Pertemuan Puncak Milenium di New York tersebut dan
menandatangani Deklarasi Milenium itu. Deklarasi berisi komitmen negara
masing-masing dan komunitas internasional untuk mencapai 8 buah tujuan
pembangunan dalam Milenium ini (MDG), sebagai satu paket tujuan yang
terukur untuk pembangunan dan pengentasan kemiskinan. Penandatanganan
deklarasi ini merupakan komitmen dari pemimpin-pemimpin dunia untuk
mengurangi lebih dari separuh orang-orang yang menderita akibat kelaparan,
menjamin semua anak untuk menyelesaikan pendidikan dasarnya,
mengentaskan kesenjangan jender pada semua tingkat pendidikan,
mengurangi kematian anak balita hingga 2/3 , dan mengurangi hingga
separuh jumlah orang yang tidak memiliki akses air bersih pada tahun 2015.
Tujuan
Deklarasi Millennium PBB yang ditandatangani pada September 2000
menyetujui agar semua negara:
1. Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan
Pendapatan populasi dunia sehari $10000.
Menurunkan angka kemiskinan.
2. Mencapai pendidikan dasar untuk semua
Setiap penduduk dunia mendapatkan pendidikan dasar.
3. Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan
Target 2005 dan 2015: Mengurangi perbedaan dan diskriminasi
gender dalam pendidikan dasar dan menengah terutama untuk
tahun 2005 dan untuk semua tingkatan pada tahun 2015.
4. Menurunkan angka kematian anak
Target untuk 2015 adalah mengurangi dua per tiga tingkat
kematian anak-anak usia di bawah 5 tahun.
5. Meningkatkan kesehatan ibu
Target untuk 2015 adalah Mengurangi dua per tiga rasio
kematian ibu dalam proses melahirkan.
6. Memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya
Target untuk 2015 adalah menghentikan dan memulai
pencegahan penyebaran HIV/AIDS, malaria dan penyakit berat
lainnya.
7. Memastikan kelestarian lingkungan hidup
Mengintegrasikan prinsip-prinsip pembangunan yang
berkelanjutan dalam kebijakan setiap negara dan program serta
mengurangi hilangnya sumber daya lingkungan.
Pada tahun 2015 mendatang diharapkan mengurangi setengah
dari jumlah orang yang tidak memiliki akses air minum yang
sehat.
Pada tahun 2020 mendatang diharapkan dapat mencapai
pengembangan yang signifikan dalam kehidupan untuk
sedikitnya 100 juta orang yang tinggal di daerah kumuh.
8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan
Mengembangkan lebih jauh lagi perdagangan terbuka dan sistem
keuangan yang berdasarkan aturan, dapat diterka dan tidak ada
diskriminasi. Termasuk komitmen terhadap pemerintahan yang
baik, pembangungan dan pengurangan tingkat kemiskinan
secara nasional dan internasional.
Membantu kebutuhan-kebutuhan khusus negara-negara kurang
berkembang, dan kebutuhan khusus dari negara-negara terpencil
dan kepulauan-kepulauan kecil. Ini termasuk pembebasan-tarif
dan -kuota untuk ekspor mereka; meningkatkan pembebasan
hutang untuk negara miskin yang berhutang besar; pembatalan
hutang bilateral resmi; dan menambah bantuan pembangunan
resmi untuk negara yang berkomitmen untuk mengurangi
kemiskinan.
Secara komprehensif mengusahakan persetujuan mengenai
masalah utang negara-negara berkembang.
Menghadapi secara komprehensif dengan negara berkembang
dengan masalah hutang melalui pertimbangan nasional dan
internasional untuk membuat hutang lebih dapat ditanggung
dalam jangka panjang.
Mengembangkan usaha produktif yang layak dijalankan untuk
kaum muda.
Dalam kerja sama dengan pihak "pharmaceutical", menyediakan
akses obat penting yang terjangkau dalam negara berkembang
Dalam kerjasama dengan pihak swasta, membangun adanya
penyerapan keuntungan dari teknologi-teknologi baru, terutama
teknologi informasi dan komunikasi.
2. Hubungan SKN dan SKD serta dengan penyelenggaraan upaya pelayanan
kesehatan di Puskesmas serta pencapaian target MDGs..
Subsistem Upaya Kesehatan adalah bentuk dan cara penyelenggaraan
upaya kesehatan yang paripurna, terpadu, dan berkualitas, meliputi upaya
peningkatan, pencegahan, pengobatan, dan pemulihan, yang diselenggarakan
guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya.
Upaya kesehatan dilaksanakan dalam tingkatan upaya sesuai dengan
kebutuhan medic dan kesehatan. Terdapat tiga tingkat upaya kesehatan yaitu
primer, sekunder, dan tersier. Upaya kesehatan diselenggarakan secara
berkesinambungan, terpadu, dan paripurna melalui system rujukan. Puskesmas
merupakan salah satu bentuk unit layanan primer yang melaksanakan upaya
kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat.
Tiga fungsi utama puskesmas:
Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
Pusat pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan
Pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama
Puskesmas wajib melaksanakan 6 pelayanan kesehatan, yakni promosi
kesehatan, KIA serta KB, perbaikan gizi, kesehatan lingkungan, pecegahan dan
pemberantasan penyakit menular, pengobatan dasar. Selain itu, puskesmas
dapat melaksanakan pelayanan kesehatan pengembangan berdasarkan
permasalahan kesehatan setempat yang disesuaikan dengan kebutuhan dan
kemampuannya.
Peran aktif masyarakat dan swasta dalam penyelenggaraanya di
wujudkan dalam bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat misalnya
posyandu, poskesdes, poskestren dll.
Apabila telah dilakukan upaya pelayanan kesehatan menurut SKN dan
SKD di harapkan target MDGs dapat terpenuhi.
3. Hubungan SKN/SKD dengan pembiayaan pelayanan kesehatan, khususnya
bagi kelompok miskin.
Pemerintah dalam hal ini depkes, di tambah denga pemerintah
kabupaten/kota menyediakan dana jamkesmas dan jamkesmasda. Setiap warga
masyarakat yang di kelompokkan dalam keluarga miskin di data dan di berikan
kartu jamkesmas atau jamkesmasda.kartu ini dipergunakan untuk memperoleh
pelayanan kesehatan gratis mulai dari layanan primer sampai layanan rujukan
sesuai dengan standar pelayanan yang ada. Pihak puskesmas dan RS telah
terlebih dahulu diberikan biaya operasional untuk pelayanan ini termasuk obat-
obatanya.
Jenis pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin :
Pelayanan pengobatan dasar dan rujukan
Pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk persalinan
Penanggulangan gizi kurang dan buruk.
Kegiatan pencegahan seperti imunisasi, penyuluhan dll.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah bentuk dan cara
penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya
bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan
pembangunan kesehatan dalam kerangka mewujudkan kesejahteraan rakyat
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar 1945.
Tujuan SKN adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua
potensi bangsa, baik masyarakat, swasta, maupun pemerintah secara sinergis,
berhasil guna dan berdaya guna, sehingga terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya.
Kedudukan SKN yaitu suprasistem SKN, kedudukan skn dalam sistem
nasional lainnya, kedudukan SKN terhadap penyelenggaraan pembangunan
kesehatan di daerah, dan kedudukan SKN terhadap berbagai sistem
kemasyarakatan, termasuk swasta.
Subsistem SKN adalah subsistem upaya kesehatan, subsistem pembiayaan
kesehatan, subsistem sumber daya manusia kesehatan, subsistem sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan makanan, subsistem manajemen dan informasi kesehatan, subsistem
pemberdayaan masyarakat.
Sistem Kesehatan Daerah adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai
upaya pemerintah, masyarakat dan sektor swasta di daerah secara terpadu dan
saling mendukung, guna menjamin tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya dengan kata lain merupakan wujud sekaligus metode penyelenggaraan
pembangunan kesehatan.