shalat dhuha

3
HUKUM SHALAT DHUHA Shalat Dhuha hukumnya sunnah muakkad (yang ditekankan) [Majmu' Fatawa Imam Abdul Aziz bin Baz, 11:399]. Karena Nabi melakukannya, menganjurkan para sahabat beliau untuk melakukannya dengan menjadikannya sebagai wasiat. Wasiat yang diberikan untuk satu orang oleh beliau, berarti juga wasiat untuk seluruh umat, kecuali bila ada dalil yang menunjukkan kekhususan hukumnya bagi orang tersebut. Dasarnya adalah hadits Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu yang menceritakan : "Kekasihku Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memberi wasiat kepadaku dengan tiga hal yang tidak pernah kutinggalkan hingga meninggal dunia : Puasa tiga hari dalam sebulan, dua rakat'at shalat Dhuha, dan hanya tidur setelah melakukan shalat Witir" [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim. Oleh Al-Bukhari no. 1981. Diriwayatkan oleh Muslim no. 721, telah ditahrij sebelum ini]. Imam An-Nawawi Rahimahullah mengunggulkan pendapat bahwa shalat Dhuha itu hukumnya sunnah muakkad, setelah beliau membeberkan hadits-hadits dalam persoalan itu. Beliau menyatakan : "Hadits-hadits itu semuanya sejalan, tidak ada pertentangan diantaranya bila diteliti. Walhasil, bahwa shalat Dhuha itu adalah sunnah muakkad" [Syarah An-Nawawi atas Shahih Muslim 5/237 dan lihat Fathul Bari, Ibnu Hajar 3/57] KEUTAMAAN SHALAT DHUHA Teriwayatkan dalam hadits-hadits shahih di atas dan hadits-haits berikut. 1. Hadits Abu Dzar Radhiyallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam beliau bersabda. "Artinya : Pada setiap pagi, setiap sendi tubuh bani Adam harus bersedekah. Setiap tasbih bisa menjadi sedekah. Setiap tahmid bisa menjadi sedekah. Setiap tahlil bisa menjadi sedekah. Setiap takbir bisa menjadi sedekah. Setiap amar ma'ruf nahi munkar juga bisa menjadi sedekah. Semua itu dapat digantikan dengan dua raka'at yang dilakukan pada waktu Dhuha" [Diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab Shalat Al-Musafirin wa-Qashriha, bab Istihbab Shalat Adh-Dhuha no. 720]. 5. Hadits Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu tentang keutamaan shalat Dhuha

Upload: wahyu-yulianto

Post on 05-Jan-2016

212 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Hukum Sholat Dhuha

TRANSCRIPT

Page 1: Shalat Dhuha

HUKUM SHALAT DHUHAShalat Dhuha hukumnya sunnah muakkad (yang ditekankan) [Majmu' Fatawa ImamAbdul Aziz bin Baz, 11:399]. Karena Nabi melakukannya, menganjurkan parasahabat beliau untuk melakukannya dengan menjadikannya sebagai wasiat.Wasiat yang diberikan untuk satu orang oleh beliau, berarti juga wasiatuntuk seluruh umat, kecuali bila ada dalil yang menunjukkan kekhususanhukumnya bagi orang tersebut. Dasarnya adalah hadits Abu HurairahRadhiyallahu 'anhu yang menceritakan : "Kekasihku Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam memberi wasiat kepadaku dengan tiga hal yang tidak pernahkutinggalkan hingga meninggal dunia : Puasa tiga hari dalam sebulan, duarakat'at shalat Dhuha, dan hanya tidur setelah melakukan shalat Witir"[Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim. Oleh Al-Bukhari no. 1981.Diriwayatkan oleh Muslim no. 721, telah ditahrij sebelum ini].

Imam An-Nawawi Rahimahullah mengunggulkan pendapat bahwa shalat Dhuha ituhukumnya sunnah muakkad, setelah beliau membeberkan hadits-hadits dalampersoalan itu. Beliau menyatakan : "Hadits-hadits itu semuanya sejalan,tidak ada pertentangan diantaranya bila diteliti. Walhasil, bahwa shalatDhuha itu adalah sunnah muakkad" [Syarah An-Nawawi atas Shahih Muslim 5/237dan lihat Fathul Bari, Ibnu Hajar 3/57]

KEUTAMAAN SHALAT DHUHATeriwayatkan dalam hadits-hadits shahih di atas dan hadits-haits berikut.

1. Hadits Abu Dzar Radhiyallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda.

"Artinya : Pada setiap pagi, setiap sendi tubuh bani Adam harus bersedekah.Setiap tasbih bisa menjadi sedekah. Setiap tahmid bisa menjadi sedekah.Setiap tahlil bisa menjadi sedekah. Setiap takbir bisa menjadi sedekah.Setiap amar ma'ruf nahi munkar juga bisa menjadi sedekah. Semua itu dapatdigantikan dengan dua raka'at yang dilakukan pada waktu Dhuha" [Diriwayatkanoleh Muslim dalam kitab Shalat Al-Musafirin wa-Qashriha, bab Istihbab ShalatAdh-Dhuha no. 720].

5. Hadits Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu tentang keutamaan shalat Dhuhabagi orang yang duduk di masjid sesudah Shubuh hingga terbit matahari.Rasulullah bersabda.

"Artinya : Barangsiapa melakukan shalat Shubuh berjama'ah, kemudian dudukdan berdzikir kepada Allah hingga terbit matahari, kemudian ia shalat duaraka'at, ia akan memperoleh pahala ibadah haji dan umrah, sempurna, sempurnadan sempurna" [Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dalam kitab Al-Jum'at bab MaDzukira Mimma Yustahabu Minal Julus fil Masjid ba'da Shalat Ash-Shubhi hattaTathlu'a Asy-Syamsu no. 586, dihasankan oleh Al-Albani dalam Shahih SunanAt-Tirmidzi 1/181 dan saya mendengar Al-Imam Ibnu Baz rahimahullahmenghasankannya karena banyak jalannya]

WAKTU SHALAT DHUHAWaktu shalat Dhuha dari mulai meningginya matahari satu tombak hinggasebelum matahari berada di tengah langit, sebelum tergelincir. Yang palingafdhal, melakukan shalat itu ketika matahari sedang terik menyengat.Dasarnya adalah hadits Zaid bin Arqam Radhiyallahu 'anhu yang menceritakanbahwa Nabi bersabda.

Page 2: Shalat Dhuha

"Artinya : Shalat orang-orang yang khusu' beribadah adalah pada waktuanak-anak unta (fishal) kepanasan" [Tarmidhul Fishal, yaitu disaat terikpanas tiba sehingga anak unta merasa kepanasan kakinya, lihat SyarahAn-Nawawi atas Shahih Muslim 6/276]

Dalam lafazh lain disebutkan."Artinya : Shalat orang-orang yang khusu beribadah adalah ketika anak-anakunta (fishal) kepanasan" [Diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab ShalatAl-Musafirin, bab Shalat Al-Awwabin hina Tarmidhul Fishal no. 748]

Barangsiapa yang melakukan shalat itu setelah matahari meninggi hingga satutombak, tidak mengapa. Namun barangsiapa yang melakukannya ketika panasterik sebelum waktu yang dilarang shalat, itu lebih afdhal. [Lihat MajmuFatawa Ibni baz 11/395]

JUMLAH RAKA'AT SHALAT DHUHAMengenai jumlah raka'at shalat Dhuha, tidak ada batasannya menurut pendapatshahih. Karena Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mewasiatkan dilakukannyadua raka'at pada waktu Dhuha serta menjelaskan keutamannya.[Diriwayatkanoleh Al-Bukhari no. 1981, Muslim no. 820-821, telah ditakhrij]

Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullahpernah melakukan shalat Dhuha enam rakaat. [Hadits Jabir dikeluarkan olehAth-Thabrani dalam Al-Ausath no.1066, 1067 (Majma Al-Bahrain) 1/276 danAt-Tirmidzi dalam Asy-Syama'il (ringkasan Al-Albani) no. 245 dan Al-Albanimengatakan shahih didalamnya hal.156, Irwa Al-Ghalil no.463 dan beliaumenuturkan jalannya yang banyak, rujuklah kesana karena beliau memastikankeshahihannya, 2/217].

Dari Ummu Hani binti Abi Thalib juga diriwayatkan dengan shahih bahwa Nabipernah shalat di rumah Ummu Hani pada hari pembebasan kota Mekkah sebanyakdelapan raka'at setelah matahri meninggi mulai siang. Ummu Hani menyebutkan: "Belum pernah kulihat beliau shalat lebih ringkas dari shalat itu, namunbeliau tetap menyempurnakan ruku dan sujud.[Muttafaq 'alaih, Al-Bukharidalam kitab Taqsir Ash-Shalah, bab orang yang shalat sunnah dalam safarselain sesudah dan sebelum shalat fardhu no.1103. Muslim dalam kitab ShalatAl-Musafirin bab Istihbab Shalat Adh-Dhuha, no. 336]

Lebih jelasnya silakan membaca buku Kumpulan Shalat Sunnah danKutamaannya oleh Dr.Said bin Ali bin Wahf Al-Qathhani